Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN OBSERVASI

Kesenian Tari Jaranan “Turonggo Yakso” Dukuh Pager Ukir Desa Srabah Kecamatan
Bendungan Kabupaten Trenggalek
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si

Disusun oleh:
Andri Wahyu Saputra 170711636092

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA KEWARGANEGARAAN
1. Topik : Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Judul : “Kesenian Tari Jaranan “Turonggo Yakso” Dukuh Pager Ukir Desa Srabah
Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek “.
2. Deskripsi Singkat :
Tari Jaranan “Turonggo Yakso” merupakan tarian khas dari Kabupaten
Trenggalek yang terletak di pesisir selatan Jawa Timur. Turonggo Yakso sendiri memiliki
arti dimana “Turonggo” berarti “kuda” dalam bahasa Indonesia dan “Yakso” yang berarti
“raksasa” dalam bahasa Indonesia. Sehingga “Turonggo Yakso” berarti kuda yang
berkepala raksasa hal ini jelas tertuang pada kuda-kudaan yang digunakan, yang mana
berbetuk kuda dengan kepala raksasa. Tari Jaranan “Turonggo Yakso” sendiri
menceritakan tentang kemenangan warga desa dalam mengusir marabahaya atau
keangkaramurkaan yang menyerang desanya .
Berbeda dengan tari lainnya yang memiliki cerita di masa lalu, Tari Jaranan
“Turonggo Yakso” tidak terlahir dari jaman kerajaan Majapahit maupun pada jaman
kerajaan lainnya akan tetapi lahir karena ide kreatif dari salah satu warga dari Kecamatan
Dongko Kabupaten Trenggalek yang merupakan pecinta seni, beliau berfikir untuk
menciptakan sebuah tarian khas dari Trenggalek sendiri. Berkaca dari tari lainnya yaitu
Jaranan “Senterewe” dan juga “Reog Ponorogo” serta tari tari lainnya. Maka terciptalah
tarian Jaranan “Turonggo Yakso” yang dari gerakan-gerakannya diadaptasi dari berbagai
macam tarian termasuk Jaranan “Senterewe” dan “Reog Ponorogo” namun dikemas
dalam satu tarian yang lebih singkat.
Awalnya kesenian ini pertama kali ditampilkan pada acara “baritan” yaitu sebuah
ritual yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Dongko sejak lama yang mana
dilakukan setiap “bubar ngarit tanduran” atau dalam bahasa Indonesia “setelah habis
panen” karena memang upacara tersebut dilakukan setiap habis panen padi. Konon
katanya di daerah Dongko sendiri tanaman padi dan sebagainya seringkali gagal panen
karena diserang hama, namun setelah ditampilkannya Tarian “Turonggo Yakso” di
daerah tersebut tiba-tiba pada hasil panen selanjutnya di daerah tersebut mengalami
panen besar.
Lalu mengapa penulis mengambil kesenian Jaranan “Turonggo Yakso” yang ada
di Dukuh Pagerukir Desa Srabah Kecamatan Bendungan?, karena memang selain alasan
dekat, di Dukuh Pagerukir ini kesenian Jaranan “Turonggo Yakso” lebih ditekankan
kepada mereka anak-anak muda dari SD sampai SMA dengan tujuan sebagai usaha
pelestarian kesenian Jaranan “Turonggo Yakso” itu sendiri.
3. Makna Simbolik dan Performansi :
a. Peralatan dan Makna Simbolik
1. Sound sistem
Makna : Dijadikan sebagai pengeras suara pada
saat pelaksanaan tahlilan. Maksudnya sound sistem
ini digunakan sebagai sarana untuk menyatukan
suara semua jamaah agar dihasilkan keseragaman
suara. Dimana ada yang memimpin pada saat
pembacaan solawat derder, yaasin, dan pembacaan
tahlil sekaligus doa.
Sehingga dengan adanya pengeras suara ini dapat meningkatkan rasa solidarisme anggota
jamaah tahlil untuk mengikuti tata urutan acara tahlilan, terutama pembacaan solawat
derder, yaasin, dan pembacaan tahlil.
2. Buku Catatan Arisan
Makna : Menurut Bapak Suhardjito, sebagai
catatan kehadiran jamaah tahlil. Maksudnya buku
catatan arisan ini berisi hasil iuran anggota jamaah
tahlil yang digunakan sebagai catatan hadir setiap
anggota dalam pelaksanaan acara tahlilan di
masing-masing rumah anggota jamaah tahlil.
Sehingga dengan adanya buku catatan ini, setidaknya sebagai bentuk tanggungjawab
anggota untuk hadir dalam acara tahlilan, yang mana dengan kehadiran setiap anggota
dapat memperkuat tali silaturahmi antar anggota jamaah tahlil.

3. Kocokan untuk Arisan


Makna : Menurut Bapak Suhardjito sebagai sarana
untuk penetuan tempat acara tahlilan selanjutnya.
selain itu, kocokan arisan ini sebagai perlambang
keikutsertaan anggota jamaah tahil karena dalam
litingan kocokan arisan tersebut berisi nama
anggota jamaah tahllil.
Sehingga litingan kocokan arisan ini menjadi media bagi seluruh anggota jamaah tahlil
untuk berpartisipasi di dalam melaksanakan acara tahlilan karena litingan ini berguna
untuk pergiliran penentuan tempat pelaksanaan acara tahlilan.
4. Kitab sholawat Derdah
Makna : sebagai sarana untuk mengumandangkan
shalawat nabi. Pembacaan shlawat derdah ini
menyimbolkan bahwasannya dalam kegiatan
tahlilan yang dilaksanakan, anggota menyakini
bahwa ada kehadiran Nabi. Hal ini didasarkan pada
kegiatan tahlilan ini, didalamnya ada kegiatan kirim
doa untuk keluarga yang sudah meninggal.
Sehingga salah satu manfaat dari pembacaan Shalawat derdah ini dalah sebagai
penyambutan akan hadirnya Nabi.
b. Kronologis Tampilan
Organisasi jamaah tahlil di Dukuh Mbuyuk Desa Tegalmulyo Kecamatan Kragan
Kabupaten Rembang memiliki acara rutin setiap 2 minggu sekali, acara tersebut
adalah acara tahlilan. Dimana dalam acara tahlilan tersebut terdapat tata urutan acara,
yaitu :
1. Pembukaan, acara tahlilan akan dimulai dengan pembukaan dan
dilaksanakan dengan pertimbangan setelah semua anggota jamaah hadir dalam
kegiatan.
2. Pembacaan Sholawat Derdah, pembacaan sholawat derdah dipimpin oleh
salah satu anggota jamaah yang telah ditunjuk oleh kesepakatan anggota
jamaah tahlil.
3. Pembacaan Surat Yasin, salah satu anggota yang telah ditunjuk oleh
kesepakatan jamaah tahlil memimpin pembacaan surat yasin. Dipilih salah
satu anggota yang memiliki kefasihan dalam membaca surat yasin.

4. Pembacaan Tahlil dan Doa, pembacaan tahlil dipimpin oleh ketua jamaah
tahlil dan pembacaan doa dipimpin oleh penasihat. Dalam pembacaan tahlil
ini, di selipkan kirim doa untuk anggota keluarga jamaah tahlil yang telah
meninggal
.

5. Pengocokan Arisan dan jagongan ( diskusi ), setelah rangkai acara tahlilan


selesai, pihak tuan rumah memberikan jamuan makanan. Ditengah jamuan
makanan tersebut, dilakukan pengocokan arisan oleh bendahara.
4. Nilai-nilai yang Terkandung :
Nilai yang terkandung dalam organisasi jamaah tahlil ini memuat nilai religious,
nilai ekonomi dan nilai sosial budaya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan yang
dilaksanaakan oleh jamaah tahlil. Dimana disebut sebagai nilai religious karena acara
tahlilan tersebut bergerak di bidang keagamaan, hal ini dapat dilihat bahwasannya acara
tahlilan dilaksanakan dengan menjunjung syariat agama. Selain itu dapat dilihat dari
tujuannya yaitu untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dengan melakukan doa bersama dan kirim doa untuk orang yang telah
meninggal. Kemudian terkandung nilai ekonomi dikarenakan acara tahlilan tersebut,
menjunjung asas ekonomi dengan membayar arisan untuk digunakan sebagai keperluan
anggota jamaah pada saat menggelar acara tahlilan. Kemudain hasil dari arisan tersebut
sebagian besar diberikan kepada anggota jamaah yang mendapat giliran mengadakan
tahlilan untuk membantu salah satu anggota dalam menyediakan jamuan makanan serta
sebagian masuk ke kas jamaah yang dioergunakan untuk keperluan jamaah tahlil. Selain
itu, juga terkandung nilai sosial. Hal ini dapat dilihat acara tahlilan yang bergilir antar
anggota jamaah tahlil. Dimana dengan adanya giliran dalam melaksanakan acara tahlilan
tersebut, dapat meningkatkan tali silaturahmi. Selain itu, setelah acara tahlilan itu selesai,
jamaah tahlil saling jagongan ( berdiskusi ) yang mana merupakan salah satu bentuk
kekeluargaan dan persaudaraan. Ada juga nilai budaya, bahwasannya acara tahlilan ini
telah berlangsung sejak lama dan membudaya di kalangan masyarakat Dukuh Mbuyuk
Desa Tegalmulyo Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang dan selalu terjadi regenerasi
anggota misalnya ada anggota jamaah yang keluar karena sudah tua atau alasan lain,
namun kemudian ada juga jamaah yang masuk karena ingin terlibat dalam organisasi
yang menurutnya sesuai dengan kondisi sosial daerah tersebut.
5. Prospek Nilai-nilai yang Terkandung dalam Kehidupan Nasional :
Dari penjelasan mengenai nilai yang terkandung dalam Organisasi Jamaah Tahlil,
dapat dilihat bahwasannya sangat sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
kehidupan nasional masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan :
a. Nilai Religious, Sangat sesuai dengan kehidupan nasional karena nilai ini menjadi
pedoman masyarakat Indonesia baik sekarang maupun di masa yang akan datang.
Dengan melihat bahwa negara Indonesia adalah negara yang berketuhanan yang
Maha tentu hal ini menjadi alasan bahwasannya negara Indonesia merupakan negara
yang beragama. Sehingga nilai religious sangat penting bagi bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang menolak atheis.
b. Nilai ekonomi, karena nilai ini menjadi penting sebagai pedoman kehidupan rakyat
Indonesia di tengah persaingan global untuk mempertahankan kehidupan dengan
ekonomi yang cukup. Namun perlu digaris bawahi disini bahwasannya nilai ekonomi
ini tentu menjadi rujukan bangsa Indonesia di dalam memenuhi kebutuhan pokok
dengan menjunjung perilaku kerja keras di dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
c. Nilai Sosial dan Budaya, karena sudah jelas bahwasannya negara indonesia adalah
negara pluralisme dimana terdapat banyak suku, budaya, ras, etnik, yang melebur di
dalamnya menyatu menjadi satu kesatuan yaitu negara Indonesia. Untuk menjaga
hubungan baik antar masyarakat diperlukan adanya hubungan sosial yang baik.
Dengan menjalin hubungan sosial yang baik, tentu keutuhan NKRI tidak perlu untuk
diragukan lagi. Kemudian didukung dengan melestarikan budaya-budaya daerah yang
telah berkembang di masing-masing daerah yang mana akan menjadi ciri khas negara
Indonesia dengan kekayaan budaya di dalamnya.
6. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai