Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MATA KULIAH

AGAMA ISLAM
“KONSEP KETUHANAN”

Disusun Oleh :
1. VIOLA INDIRA R. (18032010023)
2. ADELIA MAHARANI (18032010066)
3. REYHAN AFIF M. (18032010100)
4. RAHMANU R.M. (18032010109)
5. WENING KIRANA L.S. (18032010119)
6. RIZKY AULIA R. (18032010130)
7. ANNISA SALSHABILLA P. (18032010137)
8. ABYAN HANIF (18032010147)
9. M. RIFQI HARI N. (18032010153)
10. ABDURRAHMAN (18032010168)
11. RADEN BRAMANTIA R. (18032010180)

PARALEL C
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar, Surabaya
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini dengan baik tanpa ada halangan. Penulis sangat
bersyukur atas terselesaikannya karya tulis ilmiah yang berjudul “TUGAS MATA
KULIAH AGAMA”.
Terselesaikannya laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak, maka
dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, kepada :
1. Bapak Agus sebagai pendamping yang telah memberikan bimbingan
selama pembuatan makalah ini.
2. Orang tua yang telah mendukung kami dalam pembuatan laporan ini,
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikannya.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas pengetahuan bahan
teknik. Selain itu, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
Oleh karena itu, penulis mengharap segala kritik dan saran yang membangun
dan dapat menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi. Penulis mohon maaf setulus-
tulusnya atas kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................ i
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................... ………………………………….2
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 3
1.4. Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan ................................................................................................... 4
2.1. Hakikat Ketuhanan ............................................................................................. 4
2.2. Pengetahuan Tuhan Dalam Perspektif Islam ...................................................... 8
2.3. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan ..................................................... 11
2.4. Pandnagan Islam Tentang Animisme dan Dinamisme ..................................... 16
2.5. Tuhan Menurut Agama Lain ............................................................................ 17
2.6. Pemikiran Tuhan Menurut Agama Wahyu ....................................................... 18
2.7. Pembuktian Wujud Adanya Tuhan ................................................................... 19
BAB III Kesimpulan ................................................................................................ 26
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturan-Nya


merupakan dasar bagi tiap agama, baik agama langit atau pun bumi . Namun
kesadaran manusia akan eksistensinya menggiring ia untuk melihat bahwa
eksistensinya dipengaruhi oleh tiga sifat; faktisitas, transendensi dan kebutuhan untuk
mengerti. Faktisitas berarti, bahwa eksistentsi selalu Nampak di depan kesadaran
manusia sebagai sesuatu yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud dengan
transendensi pada eksistensi manusia merupakan sifat yang nampak secara langsung
dalam kesadaran manusia bahwa ia manusia, bukan hanya sekedar tubuh yang
nampak dalam ruang dan waktu bersama “ada” yang lain, namun manusia adalah
makhluk yang dapat melampaui dirinya melebihi dari batas ruang dan waktu dalam
kesadarannya. Keberadaan kebutuhan untuk mengerti merupakan modus yang paling
jelas dari transendensi kesadaran manusia. Termasuk dalam kesadaran ini adalah
bahwa manusia selalu terdorong untuk selalu mempertanyakan hakikat dirinya dan
dunianya. Karena hal inilah kemudian menimbulkan suatu pertanyaan mengenai dari
mana ia dan dunianya berasal. Dalam filsafat ketuhanan, pertanyaan ini akan
bermuara pada wilayah mengenai eksistensi Tuhan. Persoalan mengenai eksistensi
Tuhan walau kadang suka melingkar pada pengulangan kata “ada dan tiada” namun
dpat diterangkan dengan beberapa argumentasi, yakni: argumentasi ontology,
teologi dan kosmologi. Pendekatan ontology lebih bersifat apriori, yang mencakup
tentang pengetahuan mistik dan kesadaran manusia, sedangkan argumentasi teologi
dan kosmologi merupakan argumentasi yang bersifat apriost Setiap yang “ada”
memiliki eksistensinya, dan yang bereksistensi pasti memiliki sebab keberadaannya
dalam mengada untuk sebuah “ada” dari eksistensinya. Oleh karena hal itu, alam
semestapun memiliki sebab dari bermulanya. Pengejaran sebab atau alasan inilah

1
yang menjadi kajian hangat dalam argumentasi sebuah penciptaan, baik ari kalangan
filsafat ataupun saintis.

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi,
Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan
konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa.Penciptaan dan
penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang
paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi
atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan
Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat
pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan
dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia
memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya”.

Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai
membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam
nalar, pikir dan akal budi mereka”. Maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh
negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam isi
spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini
terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak
diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas islam.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Apa hakikat Tuhan ?
2. Apa pengertian Tuhan dalam perspektif islam ?
3. Apa sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan ?
4. Bagaimana pandangan islam tentang animism dan dinamisme ?

2
5. Bagaimana Tuhan menurut agama – agama lain ?
6. Bagaimana pemikiran Tuhan menurut agama wahyu ?
7. Apa pembuktian wujud adanya Tuhan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah nilai dan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk mengetahui hakikat Tuhan.
3. Untuk mengetahui pengertian Tuhan dalam perspektif islam.
4. Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.
5. Untuk mengetahui pandangan islam tentang animism dan dynamism.
6. Untuk mengetahui Tuhan menurut agama – agama lain.
7. Untuk mengetahui pemikiran Tuhan menurut agama wahyu.
8. Untuk mengetahui pembuktian wujud adanya Tuhan.

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan pembaca mengenai konsep ketuhanan.
2. Mengubah pola fikir manuasia yang salah mengenai konsep ketuhanan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Tuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuhan adalah sesuatu yang di yakini,
di puja , di sembah oleh manusia , sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa dan lain
sebagai nya. Kalimat Tuhan dapat di pergunakan untuk apa saja yang di puja dan di
sembah oleh manusia. baik persembahan yang benar atau yang salah.Dalam Al-
Qur'an Allah Berfirman:" “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai Tuhannya….?” (Q.S. Al-Jaatsiyah: 23) Dalam QS 28 (Al-
Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: “Dan Fir’aun
berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.”
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun
benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam
Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda
(mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak
mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat,
berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:

Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai


untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia,
misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya ?
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.

4
Perkataan tersebut hendaklah diartikan secara luas oleh kita. Tercakup di dalamnya
yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan
atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan
bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin,
1989: 56).

Selanjutnya, kalimat" Tuhan" itu dapat di artikan dan di pergunakan untuk


menamakan persembahan yang sebenarnya. Iyalah Tuhan pencipta alam semesta, ini
tercantum dalam Al-Qur'an.

Firman Allah :" Maka ketahuilah!! bahwasanya " tidak ada Tuhan selain dari
Allah". dan mohonlah ampunan (dari-Nya) semua kesalahanmu dan kesalahan
orang-orang yang beriman baik pria maupun wanita ! Allah Maha Mengetahui
tempat bekerjamu dan tempat istirahatmu" (Q.S. Muhammad : 19 )" Tuhan-mu
Tuhan yang Esa .Tiada Tuhan yang lain hanya Dia.Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang".(Q.S. Al-Baqarah:163)" Tiada Tuhan. melain kan Allah.Dia Hidup
kekal. Berdiri Sendiri Mengurus ( alam semesta).tidak mengantuk dan tidak pula
tidur."( Al-Baqarah:255)

Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita
ketahui bukanlah apa yang seyogyanya merupakan benda semata, akan tetapi apa
yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-Nya sendiri, Self
Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain demi menjadi Tuhan.

5
Sementara kita berada karena Tuhan telah menciptakan kita. Tuhan berada karena Ia
ada.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana.
Kemanapun dan dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada
sedikit pun ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia
berada, yang diperlukan hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-Nya dan
bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

Menurut para agamawan, apabila kita masih belum juga menyadari kehadiran-
Nya, mungkin mata hati kita yang masih tertutup, sehingga kita tidak menyadari
kehadiran-Nya. Padahal Tuhan itu sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari
pada urat leher kita!

Dengan demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat
mengungkap hakikat keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada, tidak
terkecuali pada diri kita sendiri. Begitu banyak hal yang dapat kita jadikan bukti akan
hakikat keberadaan-Nya. Apa yang ada pada diri kita sendiri dan semua yang ada di
alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya.

Tuhan telah memberikan bekal kepada manusia berupa akal, dan dengan akal
itu manusia dapat memikirkan segala hal yang ada di dalam kehidupannya, sampai
akhirnya dia dapat mengetahui tentang hakikat adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya?
Kemudian Tuhan melengkapinya dengan menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada
beberapa manusia pilihan-Nya (rasul), untuk kemudian disampaikan kepada umat
manusia lainnya sebagai petunjuk jalan yang benar. Jadi melalui keduanya, baik akal
maupun agama, kita akan dapat mengetahui hakikat keberadaan-Nya.

Seorang filsuf, Al-Ghazali, juga telah mengemukakan hubungan saling


keterkaitan antara agama dan akal. Menurutnya, agama dan akal bagaikan cahaya dan
mata. Cahaya tak akan banyak berguna bila dilihat dengan mata tertutup, sebaliknya

6
mata akan tertipu dan tak berdaya bila melihat tanpa cahaya. Jadi, Tuhan memberikan
akal agar manusia dapat memahami agama dengan benar dan menghadirkan agama
sebagai petunjuk jalan yang benar bagi manusia dalam menggunakan akalnya.

Oleh karena itu, bagi kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai
Sang Pencipta alam semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita
dengan hanya percaya bahwa Tuhan itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita
juga meyakini-Nya sebagai satu-satunya yang dapat dipertuhankan, serta tidak
memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu apapun yang lain.

Atas segala nikmat dan anugerah-Nya pula, sudah sepantasnya kita bersyukur,
berserah diri, dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan penuh cinta dan
keikhlasan hanya kepada-Nya. Kita pun wajib menjauhi segala larangan-Nya dengan
penuh ketaatan.

Kita menyembah-Nya bukan karena mengharapkan pahala seperti para


pedagang yang selalu melakukan sesuatu atas dasar untung-rugi. Kita menjauhi
segala larangan-Nya, juga bukan karena rasa takut akan neraka seperti para budak
yang melakukan sesuatu agar tidak dimarahi majikannya, akan tetapi kita
melakukannya semata-mata karena rasa syukur dan cinta kita kepada-Nya.

Sebagaimana yang telah kita pahami, salah satu penghayatan doktrin agama
adalah bahwa Tuhan itu Omnipresent, Maha Dekat, sehingga segala tindakan yang
tidak terpuji, tidak akan pernah kita lakukan, apabila kita telah menyadari bahwa
Tuhan itu Maha Dekat, mengawasi, dan bersama kita setiap saat, di manapun kita
berada.

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk
apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin
atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia

7
pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang
komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim
harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam
hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

2.2 Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam

Untuk Mengetahui Pengertian Tuhan Dalam Islam,maka perlu di kaji rujukan


dari Al-Qur'an tentang kata-kata yang memiliki makna tuhan.Dalam Al-Qur'an
perkataan tuhan di kenal dengan istilah rabb,maalik atau malik dan Ilaah. masing-
masing istilah tersebut mempunyai tekanan arti sendiri-sendri.

1. Rabb
Rabb adalah"Tuhan Sang Maha Pencipta", yang meciptakan keseluruhan alam
ini tidak hanya sekedar menciptakan tetapi juga di maksudkan sebagai " Sang Maha
Pemelihara". Dan juga setiap kejadian tidak lepas dari kekuasaan-Nya sebagai"Sang
Maha Pengatur".Dari sisi pengakuan,tidak hanya kaum muslimin yang mengakui
adanya Rabb.Banyak orang di dunia barat tidak secara formal beragama tetapi
mereka mengakui adanya"Dia" Tuhan Yang Maha Pencipta.

Dalam Al-Qu'ran ,perkataan Rabb sering di hubungkan dengan kata kerja


seperti yang terdapat dalam surat Al-Alaq(96)ayat 1-5:"

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Meciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah.bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Mulia. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya".perkataan 'Rabb' yang dihubungkan
dengan kata kerja juga terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-A'ala (87)ayat 1-5: yang

8
artinya:"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Paling Tinggi,Yang Menciptakan Dan
Menyempurnakan( Penciptaan -Nya) Dan Yang Menentukan Kadar (Masing Masing)
Dan Memberikan Petunjuk Dan Yang Menumbuhkan Rumput-Rumputan, lalu di
Jadikan-Nya rumput itu kehitam-hitaman".

dalam surat al-alaq (96) ayat 1-5 itu terdapat 4 kata kerja, yaitu dua kata krja
menciptakan" dan dua kata kerja "mengajar, sedangkan dalam Al-Qur'an surat Al-
A'laa(87) ayat 1-5 tedapat kata kerja: meciptakan ,menentukan ,memberi petunjuk,
menumbuhkan dan menjadikan. Rabb mempunyai pengertian tuhan yang berbuat
aktif jadi, dia hidup dan ada dengan sesungguhnya , bukan ada dalam pikiran saja.

selanjutnya,kata rabb dapat di pakai untuk menyebut selain allah swt,seperti


yang terdapat dalam surat At-Taubah(9)ayat 31 yang artinya:"Mereka menjadikan
orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah."

2. Malik
Dalam Al-Qur'an, kata Malik di pakai untuk menunjukan pada Tuhan yang
berkuasa mempunyai,memiliki atau merajai sesuatu. alquran surat alfatihah(1) ayat 4
menyebutkan:

artinya: "Yang Menguasai Hari Pembalasan".


Sedangkan didalam surat An-Nas (114) ayat 2 meyebutkan:

artinya:"Raja Manusia". secara kronologis, kata Malik menduduki jabatan


kedua setelah Rabb, artinya apabila Rabb itu menunjuk pada yang berbuat aktif,maka
menunjuk pada yang menguasai semua apa yang telah diperbuat-nya tadi .karena
kedua kata itu ditujukan kepada Allah SWT,maka berarti bahwa Allah SWT itu
pencipta alam dan Dia pula yang menguasainya.

9
3. Ilaah

Secara etimologis ''llaah''mempuyai arti sebagai yang disembah dengan


sebenarnya atau tidak sebenarnya.Apa saja yang disembah manusia ,dia itu llaah
namanya.Ini yang membedakan seseorang apakah muslim atau bukan.Sesorang bisa
memiliki sesembahan berhala(kaum peganis),atau api(zoraster)atau matahari dan
banyak lagi.

Apabila manusia menyembah hawa nafsu itulah llahnya atau Tuhannya yang
disembah.Al-Qur'an surat Al-Furqon(25) ayat 44 meyebutkan:

Artinya:''Terangkanlah Kepada-Ku Tentang Orang Yang Menjadikan Hawa


Nafsunya Sebagai Tuhannya''.
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin,
1989:56)
Tauhid yang sempurna berkaitan dengan pengakuan,pelaksanaan dan kesadaran
bahwa hanya Allah yang kita sembah,sebab tanpa sadar kadang seorang muslimin
tertipu sehingga menyembah hal-hal lain seperti kepada idolanya atau hal-hal yang
lebih abstrak seperti kekayaan dan kekuasaan. hal tersebut yang di sebut musyrik
atau menyekutukan Allah.Implikasi lain yang berkaitan dengan pengakuan bahwa
Allah sebagai llah adalah kewajiban untuk berhukum hanya dengan hukum (aturan)
Allah. hukum-hukum adalah berupa perintah dan larangan terdapat dalam Al-Qur'an
dan hadist,yang tidak hanya mengatur masalah yang berkaitan dengan hubungan
hamba dengan Allah, tetapi juga di antara umat manusia.

10
Semua nabi,menurut keyakinan islam membawa pesam yang sama yaitu: ‫آَل ِإلآ ٰـ آه‬
ُ ‫(إ اَّل ا‬tidak
‫ٱَّلل‬ ِ ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah). ada hal yang menarik
disini, mengapa pesan tersebut berbentuk kalimat negati bukan positif, semisal
:"Tuhan yang wajib disembah hanya Allah"? hal ini berkaitan dengan pemurnian ke-
Esa-an Allah.jika disebut" tidak ada tuhan yang wajib disembah" berarati kita mulai
dari ketiadaan,kosong dan kemudian: kecuali Allah" mengimplikasikan bahwa hanya
allah satu-satunya" zat yang maha Esa".sementara jika menggunakan kalimat" Tuhan
yang berhak disembah hanya allah, tetapi ada tuhan-tuhan yang lain dan dari yang
banyak itu hanya diwajibkan menyembah allah. Tentu Maha Suci Allah dari hal yang
demikian.

Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilah, namun Ilah yang
sebenarnya ialah Ilah yang mempunyai jabatan Robbun dan Malikun. Dengan kata
lain, walaupun segala sesuatu dapat dipertuhan dan disembah manusia, namun Tuhan
yang sebenarnya yang berhak disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa
alam semesta yaitu Allah SWT.

2.3 Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan


1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep
yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun
batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat
menjadi sempurna. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:
2. Dinamisme

Perkataan dinamisme berasal dari kata yang terdapat dalam bahasa Yunani,
yaitu,''Dunamos'' dan diinggriskan Menjadi''dynamic''yang umumnya diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia dengan kekuatan ,kekuasaan atau khasiat dan dapat juga

11
diterjemahkan dengan daya.Dalam eksikiopedi umum dijumpai defenisi dinamisme
sebagai kepercayaan keagamaan premitif pada zaman sebelum kedatangan agama
Hindu di Indonesia.Dinamismen disebut juga preanismisme,yang mengajarkan bahwa
tiap-tiap benda atau makhluk mempuyai mana (percaya adanya kekuatan yang maha
yang berada dimana-mana) .

Harun Nasution tidak mendefinisikan dinamisme secara tegas hanya


menerangkan bahwa bagi manusia premitif ,yang tingkat kebudayaannya masih
rendah sekali,tiap-tiap benda yang berada disekelilingnya bisa mempuyai kekuatan
batin yang misterius.Dalam ilmu sejarah dan ilmu perbandingan agama kekuatan
batin itu bisa disebut ''mana''.Mana itu memiliki 5 sipat,yaitu:
1) Memiliki kekuatan
2) tidak dapat di lihat
3) tidak memiliki tempat yang tetap
4) pada dasar nya tidak baik dan tidak mesti buruk
5) terkadang dapat di kontrol dan tidak dapat di kontrol.

dengan demikian "mana" adalah satu kekuatan yang tidak dapat di lihat ,merupakan
kekuatan gaib juga kegiatan misterius,yang dapat di lihat efeknya jelas,sebagai mana
yang tenaga yang terdapat dalam listrik,kekuatan itu tidak dapat di lihat, namun ada
efeknya.

adapun tujuan keprcayaan atau beragama menurut animisme untuk memperoleh


tuah mana sebanyak bnyak nya,memahami benda yang bertuah,memahami fetish
yang telah di isi tuah atau mana dan sebaginya . kesemua tujuan itu di usaha kan
untuk memperoleh ketentraman selama hidup dan memeliharah keselamatan
keselamatan diri dari bahaya yang mengancam keselamatan hidup manusia.

dalam uraian tentang dinamisme,ada yang mengatakan bahwa dinamisme


sebagai kepercayaan keagamaan ,dan juga sebagai salh satu macam struktur dari
agama premitif.

12
Ini memperlihatkan suatu sikap keragu raguan dalam menetapkan apkah
dinamisme itu adalah agama atau bukan, dengan kata laen orang tidak berani( tentu
dengan alasan yang objektif) berkata bahwa dinamiosme itu adalah agama atau
sebaliknya, dinamisme itu bukan agama. kembali pada dinamisme ,maka dinasmisme
timbul dari perasaan takjub, takut dan merasa dirinya kecil sebagai manusia dan
bergantung kepada daya" kekuatan sekitarnya .mereka melihat sesuatu yang bersifat
ilahi di dunia ini,tapi tidak di lukiskan dalam pikiran sebagi sesuatu yang berpribadi.

oleh sebab itu selamanya tidak terjadi hubungan kepribadian antara seorang
manusia dengan benda pujaannya. sebab itu segala pegertian khusus yang ada di
dalam ritual agama seperti do'a,puasa,kurban, dan sebagainya,dalam dinamisme di
ubah bentuknya. doa menjadi mantera suatu perbuatan yang mengandung daya
kekuatan dan menimbulkan keajaiban" hilang sifatnya memohonnya kepada
Allah.Do'a menjadi rumus yang sakti, yang di jawa di sebut japamantra. kurban
menjadi suatu perbuatan magis yang mengeluarkan daya kekuatan sendiri,lepas dari
ikatan ketuhanan.begitu juga puasa di ganti dengan tarak atau bertapa untuk
mendapatkan daya kekuatan yang luar biasa.

Di dalam dinamisme pemujaan dan takut kepada daya-daya gaib yang luar
biasa yang terdapat di dunia dan pada benda-benda itu di dapat dengan agama
pagan(agama suku,agama daerah atau agama etis premitif).

a. Animisme

Animisme berasal dari kata "Anima",dari bahasa latin Animus. Dan bahasa
Yunani"Avepos" dalam bahsa sang sekerta di sebut"Rana". dalam bahasa Ibrani di
sebut"Ruah" yang artinya napas atau jiwa.ia adalah dokterin tentang realitas jiwa.ini
adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan
agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia premitif kepercayaan animisme
mepercayai bahwa setiap benda di bumu ini,seperti kawasan tertentu,gua,pohon,atau
batu besar,.di perkirakan di provinsi kalimantan barat terdapat 7,5 juta orang dayak
tergolong pemeluk animisme.

13
dalam animisme tedapat kepercayaan bahwa makhluk-makhluk halus atau ruh-
ruh yang ada di sekitar manusia baik di hutan,diladang,dijalan-jalan, dikebun,diair,di
pepohonan ,di gunung, dan di rumah-rumah.ruh-ruh ini bersifat supra manusiawi
sangat mempengaruhi dan menentukan kehidupan manusia.karenanya masyarakat
premitif menyadari bahwapada keinginan manusia sendiri ada keinginan lain pada
kehendaknya sendiri ada kehendak lain,demikianlah seterusnya.

selain daripada jiwa dan ruh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan
diatas, kepercayaan animisme juga mempercayai bawha roh yang telah mati bisa
masuk ke dalam tubuh hewan,misalnya suku nias mempercayai bahwa seekor tikus
yang keluar masuk dari rumah merupakan roh dari wanita yang telah mati
beranak.ruh orang yang telah meninggal dapat bertamu dengan ruh orang yang masih
hidup.ia bisa menolong atau mengganggu. dan agar roh itu mendatangkan
kebaikan,maka di butlah acara penyembahan.ruh yang di anggap berbahaya bagi
orang hidup,bukan saja berasal dari manusia tetapi juga,binatang,tumbuh -tumbuhan,
batu dan benda-benda lain.roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi
atau harimau yang di percaya akan membalas dendam kepada orang yang menjadi
musuh bebuyutannya selama hidup.kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan
reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama hindu dan budha dimana dalam
reinkarnasijiwa tidak pindah langsung kedalam tubuh hewan atau binatang yan hidup
akan tetapi di lahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain.

b. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,


karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang
lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai
dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang
membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.

14
c. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan.
Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang
disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat
Nasional).
d. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam
monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
3. Pemikiran Umat Islam
Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu
kelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa
Tuhan mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Di lain pihak
ada yang berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa
manusialah yang menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di
kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat
Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian terhadap
para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman khalifah al-Makmun
(Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan
masalah politik umat Islam setelah Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai
kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai
pelanjut Rasulullah. Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan
Ali.
Menurut Muktazilah, Tuhan terikat dengan kewajiban-kewajiban. Tuhan wajib
memenuhi janjinya. Ia berkewajiban memasukkan orang yang baik ke surga dan
wajib memasukkan orang yang jahat ke neraka, dan kewajiban-kewajiban lain.

15
Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal manusia dalam posisi yang
kuat. Sebab itu kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok teologi rasional dengan
sebutan Qadariah.
Sebaliknya, aliran teologi tradisional (Jabariah) berpendapat bahwa Tuhan
mempunyai sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat). Ia maha kuasa, memiliki
kehendak mutlak. Kehendak Tuhan tidak terikat dengan apapun. Karena itu ia
mungkin saja menempatkan orang yang baik ke dalam neraka dan sebaliknya
mungkin pula ia menempatkan orang jahat ke dalam surga, kalau Ia menghendaki.
Dari faham Jabariah inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di sebagaian umat Islam.

2.4 Pandangan Islam Tentang Animisme dan Dinamisme

Sampai sejauh ini telah dibicarakan secara ringkas kepercayaan animisme,


dinamisme dan gagasan tentang Tuhan tertinggi. Animisme dan dinamisme yang
dibicarakan sejauh ini adalah sebagian kecil saja dari apa yang biasanya disebut
agama bangsa-bangsa primitif dan secara keseluruhan merupakan gambaran yang
bulat tentang agama bangsa-bangsa primitif.
Sebagai telah dibicarakan diatas, bahwa dinamisme dan animisme adalah
kepercayaan yang khayal belaka. Islam tidak membenarkannya, sebab hal itu
termasuk syirik (menyekutukan Tuhan), orang yang menjalankannya disebut
Musyrik.[ii]
Islam mengajarkan bahwa orang tidak boleh menghormati dan menyembah
selain Allah, sebagaimana ditegaskan dalam syahadat yang pertama yang artinya ;
saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hanya Allah sajalah yang Maha
Menjadikan, Maha Kuasa dan Maha Tinggi serta Maha Bijaksana.

Allah berfirman, yang artinya : “Janganlah kamu sujud bersembah kepada


matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang
menciptakan matahari dan bulan, jika kamu benar-benar ingin menyebah kepada-
Nya”(QS. Fush-shilat : 37)

16
Kita sebagai kaum muslimin harus waspada, jangan sampai iman kita dikotori
oleh anasir-anasir animisme. Benda adalah tetap benda, apakah benda itu berwujud
sebutir batu, sepotong besi atau secarik kertas yang ditulisi, nilainya sama saja.
Kesemuanya tak mungkin mengandung kekuatan ghaib, tak mungkin mengandung
gaya sakti lebih dari apa yang telah ditentukan oleh sunnatullah atau hukum alam.
Tentang meminta pertolongan kepada roh yang telah mati dan mendatangkan
roh tersebut, haruslah kita jauhi karena hal ini dilarang oleh agama. Menurut ilmu
spiritisme (Ilmu Arwah Modern), memanggil roh orang telah mati memang mungkin,
akan tetapi apakah gunanya kita memanggil roh itu, bahkan akan mengganggu
ketenangan roh bila saban-saban kita panggil, sedang roh itu tak dapat memberi
faedah apa-apa kepada kita.
Apalagi kalau kita ingat bahwa roh yang mudah dipanggil hanyalah roh-roh
jahil (roh yang dalam keadaan bingung), roh-roh pendusta, roh-roh pembohong saja,
yang kesemuanya itu jelas tidak dapat memberikan manfaat kepada kita.

2.5 Tuhan Menurut Agama – Agama Lain


1. Islam, menyebutkan nama Tuhan dengan sebutan Allah. Nama allah dapat
dilihat pada surat Al Ikhlas ayat 1 dan 2. Dapat dilihat juga pada surat Al
Fatihah ayat 1, Al Hajj ayat 73 dan ayat-ayat lain
2. Katolik dan Kristen , Ajaran ketuhanan dalam Kristen termasuk Gereja Romawi
Katholik adalah sebagaimana tercantum dalam Kredi imam Rasuli yaitu Tri
Tunggal yang terdiri dari Allah Bapa, Allah Putra, dan Roh Kudus, ketiganya
adalah pribadi Allah.
3. Hindu , Ajaran ketuhanan sebagaimana tertuang dalam Rg veda 1.1164, mereka
menyebut Tuhannya dengan Indra, Mitra, Waruna, Agni. Dalam istilah Tuhan
Yang Maha Esa, disebut Dewa. Dewa mengandung dua pengertian yaitu Tuhan
Yang Maha Esa dan Dewa yang diciptakan yang paling tinggi.
4. Budha, Budha adalah sebutan bagi orang yang mencapai kesempurnaan. Orang
yang mencapai kesempurnaan adalah Sidharta Gautama.

17
2.6 Pemikiran Tuhan Menurut Agama-Agama Wahyu
Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan
dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan
merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan yang hanya berasal
dari manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional,
tidak akan benar. Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain
tertera dalam:
1. QS 21 (Al-Anbiya): 92, “Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah
satu, yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu
agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah
dan Allah akan menghakimi mereka.
Ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya
tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu hingga
sekarang. Melalui Rasul-rasul-Nya, Allah memperkenalkan dirinya melalui ajaran-
Nya, yang dibawa para Rasul, Adam sebagai Rasul pertama dan Muhammad sebagai
terakhir. Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan di antara agama-
agama adalah karena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama dengan konsep
ajaran aslinya, merupakan manipulasi dan kebohongan manusia yang teramat besar.
2. QS 5 (Al-Maidah):72, “Al-Masih berkata: “Hai Bani Israil sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti mengharamkan kepadanya syurga, dan tempat
mereka adalah neraka.
3. QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4, “Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata Allah
adalah nama isim jumid atau personal name. Merupakan suatu pendapat yang keliru,
jika nama Allah diterjemahkan dengan kata “Tuhan”, karena dianggap sebagai isim
musytaq.

18
Tuhan yang haq dalam konsep Al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan
antara lain dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat Muhammad
ayat 19. Dalam al-quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang
diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga. Perhatikan
antara lain surat Hud ayat 84 dan surat al-Maidah ayat 72. Tuhan Allah adalah esa
sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ankabut ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad
ayat 4.
Dengan mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut informasi
al-Quran, sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan adalah sebutan
“Allah”, dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainkan melalui wahyu
yang datang dari Allah. Hal ini berarti konsep tauhid telah ada sejak datangnya Rasul
Adam di muka bumi. Esa menurut al-Quran adalah esa yang sebenar-benarnya esa,
yang tidak berasal dari bagian-bagiandan tidak pula dapat dibagi menjadi bagian-
bagian.
Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan
dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat La ilaaha
illa Allahharus menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan
ucapannya.
Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari al-quran memberi
petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari Tuhan yang lain
selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik menjalani kehidupan.

2.7 Pembuktian Wujud Adanya Tuhan


Allah sebagai wujud yang tidak terbatas, maka hakikat dirinya tidak akan
pernah dicapai, namun pemahaman tentang-Nya dapat dijangkau sehingga kita
mengenal-Nya dengan pengenalan yang secara umum dapat diperoleh, malalui jejak
dan tanda-tanda yang tak terhingga. Imam `Ali as dalam hal ini menjelaskan bahwa:
“Allah tidak memberitahu akal bagaimana cara menjangkau sifat-sifat-Nya, tapi pada
saat yang sama tidak menghalangi akal untuk mengetahui-Nya.”

19
Selain itu, jika kita menyelami diri kita sendiri, maka secara fitrah manusia
memiliki rasa berketuhanan. Fitrah ini tidak dapat dihilangkan, hanya saja dapat
ditekan dan disembunyikan, dengan berbagai tekanan kebudayaan, ilmu dan lainnya,
sehingga terkadang muncul pada saat-saat tertentu seperti pada saat tertimpa musibah
atau dalam kesulitan yang benar-benar tidak mampu ia mengatasinya. Pada kondisi
ini, kita secara fitriah mengharapkan adanya sosok lain yang memiliki kemampuan
lebih dari kita untuk datang dan memberikan pertolongan kepada kita.
a. Dalil Fitrah
Yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia bahwa ada dzat yang maujud,
yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu,
mengurus dan mengatur segala yang ada di alam semesta, yang diharapkan kasih
sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan-Nya. Hal ini digambarkan oleh Allah SWT
dalam QS. 10:22.
b. Dalil Akal
Yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang merupakan
manifestasi dari eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan merenungkan
alam semesta akan menemukan empat unsur alam semesta :
1. Ciptaan-Nya
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi, kita akan
menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan cara
berkembang biak (QS. 35:28). Semua itu menunjukkan adanya zat yang
menciptakan, membentuk, menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan
(QS. 29:19,20). Bagaimanapun pintarnya manusia, tentu ia tidak akan dapat
membuat makhluk yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah SWT
menantang manusia untuk membuat seekor lalat jika mereka mampu (QS.
22:73). Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali
Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.
2. Kesempurnaan
Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi,
diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat.Hal ini

20
menunjukkan adanya kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta.
Sebagai contoh, seandainya matahari memberikan panasnya pada bumi hanya
setengah dari panasnya sekarang, pastilah manusia akan membeku kedinginan.
Dan seandainya malam lebih panjang sepuluh kali lipat dari malam yang
normal tentulah matahari pada musim panas akan membakar seluruh tanaman
di siang hari dan di malam hari seluruh tumbuhan membeku. Firman Allah:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun
dalam keadaan payah.” (QS. 67:3,4)
3. Perbandingan Ukuran Yang Tepat Dan Akurat (QS. 25:2)
Alam ini diciptakan dalam perbandingan ukuran, susunan, timbangan dan
perhitungan yang tepat dan sangat akurat. Bila tidak, maka tidak akan mungkin
para ilmuwan berhasil menyusun rumus-rumus matematika, fisika, kimia
bahkan biologi.
4. Hidayah (Tuntunan dan Bimbingan) (QS. 20:50)
Allah memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada makhluk-Nya
untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing. Pada manusia sering disebut sebagai ilham
dan pada hewan disebut insting/naluri.
Eksistensi Allah terlihat dalam banyak sekali fenomena-fenomena
kehidupan. Barangsiapa yang membaca alam yang maha luas ini dan
memperhatikan penciptaan langit dan bumi serta dirinya sendiri, pasti ia akan
menemukan bukti-bukti yang jelas tentang adanya Allah SWT. Firman Allah :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa al-Quran itu adalah benar.” (QS.41:53)
c. Dalil Akhlaq

21
Secara fitrah manusia memiliki moral (akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq)
inilah, ia secar naluriah mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus
dan urusannya berjalan teratur dan baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq dalam
jiwa manusia adalah Allah, sumber dari segala sumber kebaikan, cinta dan keindahan.
Keberadaan ‘moral’ yang mendominasi jiwa manusia merupakan bukti eksistensi
Allah. (QS. 91:7-8)
d. Dalil Wahyu
Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang berbeda.
Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantaraan wahtu. Dengan
membawa bukti yang nyata (kitab/wahyu dan mukzijat) mengajak umatnya agar
beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dan menjalin hubungan baik dengan-Nya,
serta memberi peringatan akan akibat buruk dari syirik/berpaling dari-Nya (QS.6:91).
Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang persis sama? Siapa yang
memberikan kekuatan, mendukung dan mempersenjatai mereka dengan mukzijat?
Tentu suatu zat yang eksis (maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu Allah.
Keberadaan para rasul ini merupakan bukti eksistensi Allah.
e. Dalil Sejarah
Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman, percaya
akan adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkan. Semuanya telah mengenal
iman kepada Allah menurut cara masing-masing. Konsensus sejarah ini merupakan
bukti yang memperkuat eksistensi Allah. (QS.47:10; perkataan ahli sejarah Yunani
kuno bernama Plutarch).
Terdapat beberapa cara mengenal Tuhan menurut ajaran selain Islam,
diantaranya yaitu dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal,
sehingga timbul perkiraan-perkiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau pemikiran
tentang ketuhanan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru mendatangkan keguncangan
dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian
terhadap keberadaan Allah.
Adapun jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah ialah dengan
menggunakan keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi tersebut

22
dioptimalkan dengan proses tafakkur dan tadabbur. Tafakkur artinya memikirkan
ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Tadabbur berarti
merenungkan ayat-ayat Allah yang tertulis dalam al-Qur’an (ayat qauliyah). Sehingga
timbul keyakinan di dalam hati tentang keberadaan dan kekuasaan Allah (QS.3:190-
191; 12:105; 10:101).
f. Dalil Inderawi
Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua
fenomena:
1. Fenomena Pengabulan do’a
Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang
berdoa serta memohon pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang
yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud
Allah Swt. Allah berfirman:

“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami
memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari
bencana yang besar.”
(Al-Anbiya: 76)

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu


diperkenankan-Nya bagimu” (Al Anfaal: 9)

Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari
Jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah.
Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh
warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua
tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-
gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi
jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan
berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun

23
tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah
lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah
hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi
kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali
menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari)

2. Fenomena Mukjizat
Kadang-kadang para nabi diutus dengan disertai tanda-tanda adanya Allah
secara inderawi yang disebut mukjizat. Mukjizat ini dapat disaksikan atau
didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang
Mengurus para nabi tersebut, yaitu Allah swt. Karena hal-hal itu berada di luar
kemampuan manusia, Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong
bagi para rasul. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa as. Agar memukul laut
dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu menjadi
dua belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi
seperti gunung-gunung yang
bergulung. Allah berfirman,

"Lalu Kami wahyukan kepada


Musa: “Pukullah lautan itu
dengan tongkatmu,Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-
tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63)

Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang
yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt
berfirman:

“…Dan Aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah” (Ali Imran: 49)

24
“Dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya
(menjadi hidup) dengan ijin-Ku.” (Al Maidah 110)
Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh indera kita itu
adalah bukti pasti wujud-Nya.

25
BAB III

KESIMPULAN

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan
dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja,
dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau
kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya
atau kerugian. Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin,
1989:56)
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim
harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam
hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
Kemudian yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia
adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah
maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin
Allah sebagai wujud yang tidak terbatas, maka hakikat dirinya tidak akan
pernah dicapai, namun pemahaman tentang-Nya dapat dijangkau sehingga kita
mengenal-Nya dengan pengenalan yang secara umum dapat diperoleh, malalui jejak
dan tanda-tanda yang tak terhingga

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2019.”Agama Konsep Ketuhanan dalam Agama Islam” (http://www.academi


a.edu/18622571/AGAMA_KONSEP_KETUHANAN_DALAM_AGAMA_ISL
AM) Diakses pada tanggal 17 Februari pukul 15.15 WIB.

Anonim.2019.”Konsep Ketuhanan dalam Islam” (https://www.academia.edu/344553


51/MAKALAH_KONSEP_KETUHANAN_DALAM_ISLAM) Diakses pada
tanggal 17 Februari pukul 15.00 WIB.

Anonim.2019.”Tuhan dalam Islam” (https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Isla


m) Diakses pada tanggal 17 Februari pukul 15.30 WIB.

Siti, Muhayati dan Moh. Rifai.2011.Pendidikan Agama Islam Di Perguruan


Tinggi.Madiun:IKIP PGRI Madiun

27

Anda mungkin juga menyukai