Anda di halaman 1dari 70

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA


UNIVERSITAS SATYA WACANA SALATIGA
IKIP PGRI WATES YOGYAKARTA
Mata Kuliah: BAHASA INDONESIA

Fakultas : MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian) /

MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum)

Jumlah SKS : 2 SKS

Pengampu : Dr. Drs. Yohanes B. Jurahman, M. Pd

No. Telepon : 0815 687 2405 / (0274) 865209

E-mail : yyurahman@ymail.com

Capaian Pembelajaran Lulusan yang dibebankan pada Mata


Kuliah Bahasa Indonesia, sbb:
1. Sikap:
a. Berperan sebagai warga negara yang bangga, menjunjung tinggi Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional, dan cinta tanah air, memiliki rasa nasionalisme serta
tanggungjawab pada bangsa dan negara.
b. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain.
c. Bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan.
d. Menginternalisasikan nilai, norma, dan etika akademik.
e. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri.
f. Menginternalisasikan semangat kemandirian, kejuangan, dan kewiraswastaan.
g. Bersikap ilmiah (berpikir kritis, rasional, sistematik, dan analitis empiris)
h. Menunjukkan sikap yanag mencerminkan nilai-nilai UAJY yaitu ungul, inklusif,
humanis, dan berintegritas.

2. Penguasaan Pengetahuan:
a. menguasai pengetahuan tentang arti, fungsi, sejarah bahasa Indonesia, ragam
bahasa Indonesia&etika/santun berbahasa.
b. Menguasai prinsip penulisan bahasa Indonesia sesuai Ejaan Bahasa Indonesia dan
pemilihan Diksi yang tepat.
c. Menguasai prinsip penalaran dalam bahasa Indonesia
d. Menguasai prinsip penulisan resensi dalam bahasa Indonesia.
e. Menguasai prinsip penulisan surat secara baik sesuai kaidah, format, dan
keperluan sesuai dengan bidang keahliannya.
f. Menguasai tata cara berbicara dalam forum ilmiah dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang benar dan santun.
g. Menguasai prinsip penulisan Karya Ilmiah Poluler dan Karya Ilmiah Akademik
sesuai bidang keahliannya.

3. Keterampilan Umum:
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humanis yang sesuai dengan bidang
keahliannya.
b. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur.
c. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan niklai humaniora sesuai
dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka
menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni.
d. Mampu menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam Skripsi
atau Laporan Tugas Akhir, dan mengunggahnya dalam laman Perguruan Tinggi.
e. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah
di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data.
f. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan
supervisi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang
berada di bawah tanggungjawabnya.
g. Mampu melakukan proses evaluasai diri terhadap kelompok kerja yang berada di
bawah tanggungjawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri.
h. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, dan menemukan kembali data untuk
menjamin kesahihan dan mencegah tindaakan plagiasi.

4. Keterampilan Khusus:
a. Mampu mengidentifikasi arti, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia
b. Mampu menganalisis kesalahan penulisan bahasa Indonesia sesuai dengan
Ejaan Bahasa Indonesia dan Diksi yang tepat.
c. Mampu menerapkan penalaran dalam bahasa Indonesia sesuai dengan bidang
keahliannya.
d. Mampu menulis Resensi dalam bahasa Indonesia sesuai dengan bidang
keahliannya.
e. Mampu membuat surat secara baik sesuai kaidah, format, dan keperluan sesuai
dengan bidang keahliannya.
f. Mampu berbicara dalam forum ilmiah dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang benar dan santun.
g. Mampu merencanakan dan menyusun Karya Ilmiah Akademik sesuai dengan
bidang keahliannya.

B. Pokok-Pokok Materi Perkuliahan

MINGGU KEMAMPUAN BAHAN KAJIAN PENGALAMAN METODE WAKTU


KE CAPAIAN BELAJAR PEMBELAJARAN
1 Mahasiswa Keterampilan Mendengar, Ceramah, Discovery 2X50’
mampu berbahasa pengamatan, Learning, Review
memahami menganalisis
keterampilan
berbahasa
2 Mahasiswa Arti, fungsi, etika Pengamatan, diskusi, Ceramah, Discovery
mampu berbahasa, dan Arti, fungsi, etika Learning, Review 2X50’
menjelaskan ragam, sejarah berbahasa, dan
arti, fungi dan bahasa Indonesia ragam, sejarah
ragam bahasa bahasa Indonesia
Indonesia
3 Mahasiswa Membaca kritis Memilih teks, Self Directed 2X50’
mampu praktek mambaca, Learning, Review
membaca kritis menanggapai teks
teks akademik
4 Mahasiswa Ejaan Bahasa Pengamatan, Ceramah, Problem 2X50’
mampu Indonesia (EBI) menganalisis Based Learning,
menganalisis kesalahan EBI , Review
Ejaan Bahasa menyampaikan
Indonesia (EBI) pendapat, diskusi-
dengan baik penyampaian hasil
untuk
kepentingan
tulis-menulis
yang sifatnya
umum dan
ilmiah
5 Mahasiswa Diksi dan Gaya Pengamatan, Ceramah, Problem 2X50’
mampu Bahasa menganalisis dan Based Learning,
menganalisis memperbaiki Review
diksi/pemilihan kesalahan pemilihan
kata, khususnya diksi, penyampaian
untuk penulisan pendapat, diskusi-
Karya Akademik presentasi
6 Mahasiswa Kalimat efektif Pengamatan, Ceramah, Problem 2X50’
mampu mengalisis dan Based Learning,
menganalisis memperbaiki Review
kalimat efektif kesalahan penulisan
dalam bahasa kalimat,
Indonesia dengarpendapat,
merumuskan hasil
diskusi
7 Mahasiswa Kalimat efektif Pengamatan, Ceramah, Problem 2X50’
mampu mengalisis dan Based Learning,
menyusun memperbaiki Review
kalimat efektif kesalahan penulisan
sesuai dengan kalimat,
pola kalimat dengarpendapat,
bahasa merumuskan hasil
Indonesia yang diskusi
baik dan benar
8 Mahasiswa Penalaran dalam Pengamatan, tanya Contextual 2X50’
mampu bahasa Indonesia jawab, menganalisis Intruction, Review
menerapkan dan memperbaiki
penalaran kesalahan penalaran
dalam diksi dan
kalimat bahasa
Indonesia
9 Mahasiswa Paragraf efektif Pengamatan, Ceramah, Self 2X50’
mampu mengalisis dan Directed Learning,
menyusun memperbaiki Review
paragraf efektif paragraf bahasa
untuk membuat Indonesia
Karya Tulis
Akademik
10 Mahasiswa Karya ilmiah Pengamatan, Ceramah, Discovery
memahami akademik menganalisis karya Learning, Review 2X50’
sistematika ilmiah akademik
Karya Ilmiah
Akademik
11 Mahasiswa Kutipan, Pengamatan, Ceramah, Discovery
mampu referensi, menganalisis dan Learning, Review 2X50’
membuat penyuntingan, memperbaiki
kutipan, Daftar Pustaka kesalahan penulisan
referansi, dan kutipan, referensi,
penyuntingan penyuntingan dan
dalam Karya Daftar Pustaka
Tulis Ilmiah
12 Mahasiswa Resensi karya Menganalisis dan Ceramah, Self
mampu tulis ilmiah memperbaiki Directed Learning, 2X50’
membuat kesalahan penulisan Dosen Review
resensi Karya resensi, membuat
Tulis Ilmiah resensi sesuai
dengan bidang
keahliahnya
(buku/Jurnal)
13 Mahasiswa Karya ilmiah Pengamatan, Ceramah, Self
mampu Populer dalam menganalisis dan Directed Learning, 2X50’
menyusun Karya bahasa Indonesia memperbaiki format Review
Ilmiah Populer sesuai bidang penulisan karya
dengan format keahliahnnya ilmiah.
yang benar
14 Mahasiswa Karya ilmiah Pengamatan, Ceramah, Self
mampu Akademik dalam menganalisis dan Directed Learning, 2X50’
menyusun Karya bahasa Indonesia memperbaiki format Review
Ilmiah sesuai bidang penulisan karya
Akademik keahliahnnya ilmiah akademik.
dengan format
yang benar
15 Mahasiswa Berbicara dalam Menganalisis Ceramah, Self
mampu forum ilmiah kesalahan dan Directed Learning, 2X50’
berbicara dalam memperbaiki Review
forum ilmiah kesalahan berbicara
dengan dalam forum ilmiah,
menggunakan melakukan praktek
bahasa kegiatan berbicara
Indonesia yang dalam forum ilmiah
benar dan baik

C. Standar Penilaian:

Kehadiran kuliah minimal 75 %, keterlambatan maksimal 15 menit setelah


dosen masuk kelas. Lebih dari 15 menit kehadiran mahasiswa setelah dosen
masuk kelas, system finger print secara otomatis akan menyatakan nihil.
Nilai Angka Nilai Huruf NilaiIndeks Nilai Angka NilaiHuruf Nilai Indeks
85-100 A 4,00 55-59,99 C+ 2,30
80-84,99 A- 3,70 40-54,99 C 2,00
75-79,99 B+ 3,30 20-39,99 D 1,00
65-74,99 B 3,00 0-19,99 E 0,00
60-64,99 B- 2,70 - - -

D. Referensi:
Baker Anton. 1987. Metode Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Djuroto, Totok dan Bambang Supriyadi.2003.Menulis Artikel dan Karya Ilmiah.

Bandung; Remaja Rosdakarya.

Goeler, Carl. 1992. Writing to Communicate. London: Mentor Book.


Gorys Keraf, 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

_________, 2000. Argumenntasi dan Narasi. Ende: Nusa Indah.

_________, 1989. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Kunjana Rahardi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.

____________. 2010. Kasus-Kasus Kebahasaan dalam Karya Tulis Ilmiah: Pedoman Kebahasaan

Praktis untuk Para Mahasiswa, Karyasiswa, Dosen,, dan Peneliti dalam Menyusun
Artikel, Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Yogyakarta; Penerbit UAJY.

NN.2009. Buku Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Jakarta: Gramedia.

Suparno. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winarno, Yunita T, dkk. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis dan

Mencermatinya.Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.

Yan Sehandi Yohanes. 1991. Tinjauan Kritis Toeri Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia.

Flores: Nusa Indah.

_________. 2013. Bahasa Indonesia Dalam Penulisan di Perguruan Tinggi. Salatiga: Widyasari Pres.

Yogyakarta, Fubruari 2019

Dosen Pengampu

1. Dr. Drs. Yohanes B. Jurahman, M. Pd


NIP. 19591102 198602 1 001

(Lektor Kepala/Pembina Utama Muda /IV.C)

2. Woro Wiratsih, S. Pd.,MA.


BAHASA INDONESIA
MATERI KULIAH

Keterampilan Berbahasa (Language Skills) :

1. Keterampilan Menyimak/mendengarkan (Listening Skills)


2. Keterampilan Berbicara (Speaking Skills)
3. Keterampilan Membaca (Reading Skills)
4. Keterampilan Menulis (Writing Skills)

Hakikat Menyimak:

1. Menyimak berarti mendengarkan/memperhatikan baik-baik apa yang


diucapkan atau dibaca orang.
2. Menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan/tutur dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta
untuk memperoleh informasi, menangkap isi, sertamemahami makna
komunikasi pembicara.
3. Proses mengorganisasi apa yang didengar dan menetapkan unit-unit
verbal yang berkorespondensi sehingga bisa ditetapkan makna
tertentu dari apa yang didengar.
4. Mendengar kegiatan yang berkaitan dengan tangkapan indera
pendengaran terhadap bunyi.

Fungsi Menyimak/mendengarkan:
1. Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif
2. Memperoleh informasi
3. Dapat memberi respon yangtepat
4. Mengumpulkan data agar mebuat keputusan yang tepat
Tujuan Menyimak:

1. Menyimak untuk belajar


2. Menyimak untuk menikmati keindahan
audio/menghibur diri
3. Menyimak untuk mengevaluasi
4. Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide
6. Untuk membedakan bunyi
7. Untuk memecahkan masalah

Peranan Menyimak/mendengar:

1. Sebagai landasan belajar


2. Sebagai penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis
3. Sebagai pelancar komunikasi
4. Menambah informasi

Tahapan Menyimak:

1. Mendengar (hearing) memperoleh informasi


2. Memahami (understanding)
3. Menginterpretasi (interpreting)
4. Mengevaluasi (evaluating)
5. Menanggapi (responding)

Hubungan Berbicara dan Menyimak:


1. Ujaran bisanya dipelajari melalui menyimak dan meniru.
2. Kata-kata yang dipakai dan dipelajari ditentukan oleh
perangsang/input.
3. Ujaran mencerminkan pemakaian bahasa (ucapan, intonasi, kosa kata,
penggunaan kata, pola kalimat)
4. Keterampilan menyimak membantu meningkatkan kualitas (berbicara
ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan kata, pola kalimat)
5. Bunyi atau suara akan membantu peningkatan pemakaian kata
6. Berbicara dengan bantuan alat peraga akan membantu menyimak dan
dan bahasa yang didengarnya.

KETERAMPILAN BERBICARA
Faktor yang mempengaruhi:
1. kepentingan-tujuan berbicara
2. materi yang dibicarakan
3. dengan siapa berbicara-subjek
4. dalam suasana apa
5. bagaimana berbicara
6. suara/tone

FENOMENOLOGI KEILMUAN & PENGGUNAAN


BAHASA
Fenomena: sesuatu yang nampak atau terlihat. Sering
diartikan sebagai gejala. Perkembangan ilmu pengetahuan
sering berawal dari munculnya fenomena yang terjadi dalam
kehidupan/masyarakat. Sehingga ilmu pengetahuan mampu
menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat.

FILSAFAT BAHASA
Cabang filsafat yang mempelajari mengenai pelaksanaan/
penggunaan bahasa dan linguisstik (ilmu kebahasaan).
Filsafat disebut sebagai induk ilmu.

Kajian Filsafat membahas tentang:


1. Epistimologi (membahas tentang
hakikat ada/sesuatu)
pengetahuan. Justifikasi, dan
rasionalisasi keyakinan.
2. Ontologi (tentang bagaimana
mendapatkan pengetahuan dari
yang dipikirkan).... dengan
melakukan penelitian. Membahas
sesuatu bersifat konkret ttg
keberadaan sesuatu.
3. Aksiologi: pemanfaatan atau
kegunaan sesuatu itu untuk
kemaslahatan manusia.
Ilmu-ilmun Dasar : Ilmu kealaman
(eksata), ilmu sosial & humaniora, dan
ilmu budaya.

FENOMENA KEILMUAN
Perkembangan ilmu seiring dengan perkembangan
kebutuhan manusia.
Diperlukan landasan pikir baru dalam disiplin
metodologi ilmiah.
Ilmu berkembang karena adanya rasa ingin tahu sbg ciri
khas manusia.
Untuk mencapai ilmu dilakukan dengan riset (metode,
model, paradigma /kerangka berpikir tertentu)
Kuantitatif, kualitatif, aksi, pengembangan, percobaan,

Hakikat Bahasa:
Bahasa adalah sistem lambang bunyi
ujaran yang digunakan untuk berko-
munikasi oleh masyarakat pemakainya.
Sistem aturan dalam berbahasa mencakup:
1. Bahasa adalah sebuah sistem lambang yg dpt diuraikan atas
unsur terbatas yg dapat diramalkan, dengan subsistem
(fonologi, morfologi, gramatika, leksikon)
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional berdasarkan
kesepakatan.
3. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat
universal.
4. Bahasa sebagai sistem tanda: tanda adalah hal atau benda yg
mewakili sesuatu terhadap aksi-reaksi.
5. Bahasa adalah sistem bunyi: pada dasarnya bahasa berupa
bunyi. Tulisan adalah bahasa skunder (manusia dpt berbahasa
tanpa mengenal tulisan)
6. Supaya manusia dapat bekerjasama dan berkomunikasi, dan
bahasa dipahami berdasarkan kesepakatan.
7. Bersifat produktif: sebagai sistem dr unsur yg jumlahnya
terbatas dalam penggunaannya menjadi tak terbatas.
8. Bahasa bersifat unik: tiap bahasa memiliki sistem khas yg tdk
harus ada dalam bahasa lain (misalnya kosa kata)
9. Sering terjadi universalitas dalam bahasa: dalam berbagai
bahasa memiliki sifat-sifat yg sama.
10. Bahasa memiliki variasi (krn komunikasi yg tak terbatas
sadar atau tidak menyebabkan lahirnya variasi berbagai
bahasa)
11. Bahasa mengidentifikasi kelompok sosial masyarakat
(bahasa ilmiah, bahasa orang elite, bahasa untk orang
kebanyakan, dll)

12.Penggunaan bahasa secara individual mempunyai ciri


sendiri/idiolek tergantung faktor (siapa, apa, kepada siapa,
tentang apa, dimana, bilamana, berapa lama, untuk apa).
Selain itu bahasa dapat dimaknai sbg:
Alat komunikasi (verbal/lisan/tutur–simbol-
isyarat/gestur)
Bersifat kesemestaan/universal
Bersifat kemanusiaan
Berkaitan dengan masyarakat dan budaya
Memiliki makna konvensional
Bersifat vokal-gestur
Merupakan simbol arbitrer/perantara
Merupakan sistem tanda/semiotis

Fungsi Bahasa:
Keberadaan bahasa, supaya manusia dapat bekerjasama dan
berkomunikasi, dan bahasa dipahami berdasarkan
kesepakatan.
 Tiap-tiap bahasa memiliki sejarahnya masing-masing. Kata-kata
yang pada mulainya sama artinya atau akar katanya dalam dua
bahasa, oleh karena pemakaiannya berlainan dapat memiliki arti
yang berlainan pula.
 Bahasa merupakan komunikasi antarsubjek. Dialog yang sejati
bermakna kesatuan kesosialan.
 Bahasa mencerminkan pandangan dunia dr sudut sintaksis dan
leksikografisnya.
 Perubahan bahasa berkorelasi dengan perubahan kebudayaan

Fungsi instrumen/alat
Fungsi Regulasi
Fungsi Representasi
Fungsi Interaksional
Fungsi Personal
Fungsi Heuristik
Fungsi Imajinatif
Fungsi Referensial
Fungsi Emotif
Fungsi Metalinguistik
Fungsi Puitik
Fungsi Pragmatik
Mametik (tiruan)
FUNGSI BAHASA DAERAH
1. Sebagai ciri atau identitas etnis
2. Sebagai alat komunikasi etnis lokal
3. Sebagai sarana mengembangkan kebudayaan
4.Sebagai sarana pendidikan (nilai, budi pekerti, filsafat, dll)
5.Sebagai alat komunikasi (religi, mantra, dll)
6.Sebagai tiang penyangga kebudayaan
7.Sebagai sarana pelestarian budaya etnis.
8.Sebagai aset kekayaan budaya nasional.
9.Sebagai sarana pengembangan sastra (puisi, cerpen, cerbung,
novel-karya sastra sejarah-antropologi-budaya, dll)
10. Alat dokumentasi budaya.

ALIENASI BAHASA

Proses menuju keterasingan bahasa, mengapa bisa terjadi?

1. Berkurang/punahnya masyarakat penutur


2. Tidak adanya upaya memakai bahasa tersebut
3. Sikap malu dan tidak menghargai
4. Masuknya bahasa asing
5. Munculnya bahasa baru dari anak muda
6. Tidak adanya upaya pelestarian bahasa.

BAGAIMANA STRATEGI KONSERVASI BAHASA DAERAH?


1. Kebijakan daerah menjadi muatan lokal di pendidikan
2. Digunakan dalam upacara adat
3. Digunakan secara aktif dalam komunikasi
4. Dibukukan/didokumentasikan
5. Dikembangkan utk daya tarik wisata
6. Ada kebanggaan menggunakan bahasa lokal
7. Menghidupkan/pengembangan bahasa lokal
8. Melalui lomba (mengarang-baca karya sastra lokal, puisi-
pembacaan buku atau cerita lokal)
9. Pemilihan duta bahasa
10. Penerbitan melalui majalah (pemda-usahawan-lembaga
pendidikan-pembaca-sanggar-sanggar)
11. Dikemas dalam bentuk hiburan/pagelaran seni
12. Dikemas dalam bentuk lagu daerah
13. Diadakan temu pakar atau komunitas penggiat bahasa
lokal (diskusiilmiah-seminar-konggres bahasa daerah)
14. Pelatihan dan sosialisasi bahasa daerah
15. Festival budaya daerah

SEJARAH BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia merupakan perkembangan/kelanjutan dari
bahasa Melayu (lingua franca) yang sudah berkembang sejak abad
7. Penutur bahasa Melayu meliputi kawasan Polynesia (Malaysia,
Singapura, Indonesia, Brunai, Philipina, Timor Leste). Bahasa Melayu
digunakan sebagai bahasa pendidikan, bahasa kebudayaan, bahasa
perdagangan antar bangsa.

Menjadi Bahasa Indonesia, diawali dengan ikrar Sumpah Pemuda 28


Oktober 1928 (3. Kami putra-putri Indonesia, menjunjung tinggi
bahasa persatuan, bahasa Indonesia)---- menjadi bahasa nasional
secara resmi dengan ditetapkannya UUD 1945 18 Agustus 1945.

19 Maret 1947: penggunaan Ejaan Soewandi. Pada 16 Agustus 1972:


peresmian penggunaan EYD.

Ragam Bahasa:
1. Berdasarkan Waktu
a. Ragam bahasa lama/kuno
Ejaan Soewandi: soesoe, waroeng, aloen-aloen
kidoel, pabriek es: PETOJO
b. Ragam baru atau modern
c. Ragam kontemporer (kepo, japri, jebret, sotoy,
alay, lebay, jutek, otw, ttdj, baper, syantik,
mendownload, mengakses, merevieu, daring,
dll)

2. Berdasarkan Medianya
a. Ragam Lisan (tutur): Ragam lisan baku dan
ragam lisan tidak baku.
b. Ragam Tulis baku: (memakai ucapan baku,
memakai ejaan resmi, menghindari unsur
kedaerahan, memakai fungsi gramatikal secara
eksplisit, memakai konjungsi secara eksplisit,
pemakaian bentuk kebahasaan secara lengkap,
pemakaian partikel secara konsisten, memakai
bentuk sintaksis, dan menghindari unsur
leksikal daerah).
Berkaitan dengan itu terdapat:
1) Dialek: ragam bahasa dari sekolompok penutur
yang jumlahnya relatif, dalam suatu daerah atau
wilayah tertentu.
2) Idiolek: ragam bahasa yang unik pada individu
seseorang.
3) Logat/aksen: cara mengucapkan kata (aksen)
atau lekuk lidah yang khas yang dimiliki masing-
masing orang sesuai asal daerah/suku.
4) Kronolek: ragam bahasa yg digunakan oleh
kelompok sosial atau masyarakat tertentu
dalam waktu tertentu.
5) Sosiolek(sosio-dialek): ragam bahasa yang
berkaitan dengan kelompok/kelas sosial
tertentu)
3. Berdasarkan Pesan Komunikasinya:
a. Bahasa ragam Ilmiah, bersifat denotatif (makna
sesungguhnya): jelas struktur bahasanya;
mengemban konsep makna yang jelas; memiliki
kecermatan dalam hal diksi dan sintaksis;
bersifat objektif; bersifat konsisten, runtut
penalarannya, dan rasional serta sistematis alur
pemikirannya.
b. Bahasa ragam Sastra(konotatif)
c. Bahasa ragam Pidato, (ada pembukaan, isi,
penutup)
d. Ragam bahasa Berita (Reportase) ragam
jurnalistik: 5 W + 1 H (What, Where,When,
Who, Why + How).
SISTEMATIKA BERITA
Judul Berita(singkat, jelas, menarik pembaca)
What: apa yang diberitakan
Where: dimana peristiwa itu terjadi (tempat Peristiwa)
When: kapan peristiwa itu terjadi (waktu terjadinya peristiwa)
Who: siapa yang diberitakan (orang/tokoh yang
diberitakan)
Why: mengapa peristiwa terjadi (deskripsi latar belakang
peristiwa)
How: bagaimana peristiwa terjadi (deskripsi mengenai jalannya
peristiwa),

Tugas Individual:!
Buatlah Tulisan berupa berita:
1. Judul bebas, tugas individual
2. Sistematika tulisan sesuai tulisan berita: ada Judul
Berita, 5 W + 1 H
3. Panjang tulisan + 200 kata (1 halaman).

EJAAN BAHASA INDONESIA (EBI)


Penggunaan dalam Penulisan
A. Ejaan Sebagai Dasar: unsur bahasa pertama yang harus
dikuasai penulis sebelum menulis karangan adalah ejaan.
Seseorang tdk akan bisa menulis atau mengarang kalau tdk
menguasai ejaan.
Ejaan adalah pelambangan bunyi bahasa dengan huruf... disusun
suku kata, menjadi kata, kelompok kata, atau kalimat
Tiga Sistem Ejaan:
a. Aspek morfologi (bentuk bahasa)
b. Fonologi (bunyi bahasa)
c. Aspek sintaksis (kalimat)

@ a. Aspek morfologi: Pokok-pokok yang diatur dalam EYD


meliputi: pemakaian huruf, penulisan huruf, suku kata,
penulisan kata, pemenggalan kata, penulisan singkatan dan
akronim, penulisan angka dan lambang bilangan, penulisan
tanda-tanda baca, dan penulisan unsur serapan.

@ b. Ketentuan yang mengatur pelambangan fonem (bunyi


bahasa) dengan huruf, termasuk penyesuaian huruf asing kedalam
bahasa Indonesia, pelafalan, pengakroniman, dan penyesuaian
abjad, dan fonologi.

B. Ejaan Yang Berlaku


Penulis dituntut untuk menggunakan bahasa
Indonesia harus menguasai ejaan bahasa Indonesia
(EYD).

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia:


1. Huruf kapital dipakai huruf pertama kata awal kalimat.
2. Sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan.
4. Sebagai huruf pertama nama/gelar kehormatan,
keturunan, dan agama yang diikuti nama orang.
5. Sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yg diikuti nama orang.
6. Sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7. Sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
8. Sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
9. Sebagai huruf pertama nama geografi.
10.Sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, nama dokumen
resmi, kecuali kata sambung (konjungsi) misal dan
11. huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
untuk nama badan, lembaga pemerintah daan kenegaraan,
serta dokumen resmi.
12. huruf pertama semua kata untuk nama buku, surat
kabar, dan judul karangan.. kecuali kata: di, ke, dari, dan,
yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
13. sebagai huruf pertama setiap unsur singkatan, gelar,
pangkat, sapaan.
14.sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
PENULISAN KATA DASAR
1. Untuk imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai
dengan kata dasarnya. Misal: bergetar, dikelola, penetapan,
menengok, mempermainkan, bertepuk tangan, bertanggung
jawab,pertanggungjawaban,
menggarisbawahi,dilipatgandakan, penghacurleburan,
2. Gabungan kata ditulis serangkai: adipati, aerodinamika,
antarkota, pascasarjana, dasawarsa,
caturtunggal,ekstrakurikuler, elektronika, nonkolaborasi,
nonverbal, paripurna, inftastruktur, mancanegara,
pramuniaga, prasangka, purnawirawan, dll.
Catatan: jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf
awalnya adalah huruf kapital maka dituliskan tanda hubung
(-). Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme,
3. Tanda hubung dipakai untuk menulis bentuk ulang:
Misal: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, dll.
4. Pemahaman terhadap tanda-tanda baca yg sering dipakai
dalam menulis karya ilmiah akademik (koma, ;, :, ?, “)

Penulisan unsur serapan: bahasa Indonesia banyak menyerap


unsur dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun
bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Jerman,
Inggris, dan Belanda,
Ada dua golongan:
1. Unsur pinjaman yg belum sepenuhnya terserap dalam
bahasa Indonesia, seperti reshufle, shuttle cock, dengan
pengucapannya mengikuti cara asing.
2. Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Hanya
ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Misalnya,
disain, ideologi, kontemporer, kuantitatif, erosi, fasyen, dll.

DIKSI DAN KALIMAT EFEKTIF


Diksi (pemilihan kata): dilakukan agar dalam berbahasa
baik tutur maupun tulisan dapat dengan tepat
menggunakannya. Dalam penggunaan kata, frasa, kalimat,
paragraf, dan wacana diperlulukaan pemilihan kata yang
tepat. Untuk melakukan pemilihan kata syaratnya harus
memiliki perbendaharaan kata yang memadai.

A. Peranti Diksi Ditinjau dari Sudut Makna:


1. Makna denotatif: makna yang tidak mengandung makna
tambahan atau perasaan tambahan makna. Atau disebut
makna yang sesungguhnya.
Dalam karya jurnalistik, yang usianya pendek:
pemilihan kata atau diksi bersifat denotatif (jelas,
ringkas, padat,singkat, lugas, dan langsung ke sasaran).
Demikian juga karya tulis ilmiah (objektif, kosnseptual)
2. Makna konotatif: makna kias, bukan makna sesungguhnya
(multi tafsir). Contoh memanjatkan doa, Untuk ujian
pendadaran belum memenuhi persyaratan.

B. Peranti kata Bersinonimi dan Berantonimi:


Bersinonimi:(kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun,
dan memiliki arti sama). Yaitu dua kata atau lebih yang
berbeda bentuknya, ejaanya, pengucapan atau lafalnya,
tetapi memiliki makna atau hampirsama. Contoh: hamil,
mengandung, bunting, berbadan dua.
Kelemahan seorang penulis karena stok atau persediaan
kebahasaan yang tidak memadai.
Berantonimi: memiliki makna lain atau makna yang
tidak sama.
Contoh antonimi tunggal: panas dan dingin, jantan dan
betina, siang dan malam, pagi dan sore, bayi dan dewasa,
besar dan kecil, tua dan muda, dsb.
Antonimi gradual: setengah kaya, lumayan kaya, agak
kaya.

C. Peranti Kata Bernilai Rasa:

Pemilihan kata atas dasar pertimbangan laras bahasa.


Contoh perempuan dan wanita, laki-laki dan putra, baik
dan indah, dsb.

D. Peranti Kata Konkret dan Abstrak:


Katakonkret: menunjuk objek yg dapat di dengar,
dirasakan, dirasa, dsb. Contoh: meja, kursi, tas, rumah
(terindera). Bandingkan dengan kata: pendidikan,
pembodohan, kemiskinan, kekayaan, kepandaian (tdk
terindera)
E. Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata:
Kata umum: kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut,
karena akurasinya rendah. Contoh: frasa banyak korban,
lumayan besar, para pengunjung, jumlahnya sedikit, dsb.

F. Peranti Kelugasan Kata:


Lugas artinya, apa adanya, tegas, lurus, apa adanya,
bersahaja.

G. Peranti Penyempitan dan Perluasan Makna Kata


Contoh: Tukang pijat..... (capek-capek; refleksi, khusus)

H. Peranti Kesenyawaan Kata


Bentuk idiomatis atau bentuk bersenyawa (tidak bisa
dipisahkan)

I. Perenti Kebakuan dan Ketidakbakuan Kata


Untuk kepentingan penulisan karya ilmiah, dituntut
menggunakan diksi yang tepat dan baku. Berbagagai
kasus diksi yang sering dilakukan karena kurang cermat
dalam penggunaannya sbb:

Ciri-ciri Kalimat efektif:


1. Tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis
2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya
dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan
penulis.
3. Merupakan upaya penting untuk mengungkapkan
fakta, pikiran, sikap, perasaan.
4. Kalaimat efektif dapat menimbulkan daya kayal
pendengar atau pembaca, minimal mendekati apa yang
dipikirkan penulis.
5. Kalimat efektif tidak sekadar memenuhi syarat
komunikatif, gramatikal dan sintaksis saja, tetapi
harus hidup, segar, mudah dipahami, dan sanggup
menumbuhkan daya khayal pembacanya.
6. Secara tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis.
7. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya
antara penulis dengan pembaca.

SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF:

1. Terjadi Kesatuan Gagasan.... secara praktis diwakili


fungsi subjek, predikat, objek + keterangan:
Macamnya:
a. Kesatuan tunggal (kalimat tunggal), Contoh:
Semua mahasiswa mendapat penjelasan
mengenai rencana perkuliahan semester yang
akan datang.
b. Kesatuan gabungan (terdiri dari 2 frasa atau
lebih). Contoh: Agus telah menyiapkan
rangkuman proposal skripsi semalam, akan
menyeminarkan hari ini di depan para penguji
dan disaksikan teman-teman se angkatan serta
dilaksanakan jam 15.00.
c. Kesatuan pilihan (antara frasa depan dengan
belakang ada konjungsi pilihan “atau”) Contoh:
Kamu boleh terus melanjutkan kuliah, atau
bekerja di perusahaan itu.
d. Kesatuan yang mengandung pertentangan.
Contoh: Maya kuliah di Fakultas Ekonomi, tetapi
sebenarnya dia ingin bekerja.
e. Ada kalimat yang jenisnya tidak jelas: Contoh:
Yang meminjam buku di perpustakaan harap
segera dikembalikan.
2. Koherensi (Keterpaduan) yang Baik dan Kompak
Yaitu keterpaduan yang baik antara unsur kata
atau kelompok kata yang membentuk kalimat.
Struktur inter-relasi antara kata-kata yang
menduduki sebuah tugas dalam kalimat (apakah
sebagai subjek, predikat, objek atau keterangan?)
Koherensi akan rusak dalam sebuah kalimat karena
beberapa hal, antara lain:
a. Letak kata tidak sesuai dengan pola kalimat.
Contoh: Saya mempelajari bahasa materi
Indonesia yang buku terdapat di dalam. Yang
benar: Saya mempelajari meteri bahasa Indonesia
yang terdapat di dalam buku.
b. Salah menggunakan kata depan, kata
penghubung (konjungsi) dan bentuk yang mirip
atau rancu.
Contoh: Maksud dari kedatangan saya ke sini
adalah ingin mengajak Saudara untuk bekerja
sama. Sebagai sesama mahasiswa, kita harus
saling bantu-membantu.
3. Penekanan
4. Penekanan adalah: upaya memberikan tekanan
pada gagasan pokok/utama dalam kalimat. Dalam
bahasa lisan menggunakan intonasi atau gestur.
Sedangkan dalam bahasa tulis dengan mengubah-
ubah posisi dalam kalimat, menggunakan repetisi,
pertentangan, dan partikel penekanan.
Contoh:

Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat


membicarakan lain soal ini.
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita
bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain, demikian harapan kami.
PARAGRAF EFEKTIF DALAM PENULISAN
ILMIAH
Paragraf: himpunan kalimat yg bertalian dalam satu rangkaian
dan membentuk sebuah gagasan atau pokok pikiran/tema
utama yang berkaitan dengan tema/pokok tulisan secara
keseluruhan.
Paragraf yg baik harus didukung oleh satu unit pokok pikiran
yang didukung semua kalimat.Dengan kata lain kalimat-
kalimat itu merupakan bagian-bagian dari sebuah paragraf.
Ada kesatuan:
dalam paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran atau pikiran
utama. Kalimat-kalimat yang membina paragraf harus secara
bersama-sama menyatakan hal atau tema/pokok
pikiran/pikiran utama tertentu.
Kepaduan/koherensi:
terjadi kekompakan hubungan antara kalimat untuk
mendukung pokok pikiran atau tema. Paragraf bukan sekadar
kumpulan kalimat atau tumpukan kalimat yang masing-
masing terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat yang
mempunyai hubungan timbal balik.
Kelengkapan:
suatu paragraf dikatakaan lengkap apabila berisi kalimat-
kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan topik
atau kalimat utama.
Contoh:
Pembaca karya ilmiah mengikuti uraian yang utuh
memperoleh suatu gambaran yang menyeluruh, bukan
seperti cerita bersambung. Menyusun sebuah karya tulis
ilmiah harus sistematis, logis, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sistematis berarti urutannya
teratur, terarah, dan menganut cara penyusunan tertentu.
Apa yang disusun itu harus benar, dasar-dasar teorinya harus
kuat, keterkaitannya tidak menyimpang. Uraiannya harus
utuh, artinya apa yang diuraikan harus sesuai, bukan
fragmen atau sebagian dari suatu keseluruhan.
JENIS PARAGRAF:
Ditinjau dari letak pokok pikiran atau pikiran utama dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Paragraf yang pokok pikirannya terletak pada awal
paragraf;
2. Pada akhir paragraf;
3. Pada awal dan akhir paragraf; dan
4. Menyebar pada seluruh paragraf.
5. Posisi/letak/penempatan paragraf pada keseluruhan
tulisan: 1. Paragraf pembuka; 2. Paragraf penghubung; 3.
paragraf penutup.
LATIHAN MENYUSUN KALIMAT DENGAN
MENGUBAH POSISI/REPETISI DENGAN
MAKNA TETAP
Contoh:
A.
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan
lagi pada kesempatan lain.
2. Pada kesempatan lain kami berharap kita dapat
membicarakan lagi soal ini.
3. Kita dapat membicarakan lagi soal ini pada kesempatan
lain, demikian harapan kami
4. Soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan lain,
demikian harapan kami.
B.
1. Tak lupa saya ucapkan banyak-banyak terima kasih atas
perhatian bapak yang mana telah sudi membimbing kami
dan memberikan kritik-kritik, bila ada kesalahan-
kesalahan dalam karya tulis saya ini.
2. Atas perhatian bapak yang telah sudi membimbing,
memberikan kritik-kritik, dan mengoreksi kesalahan-
kesalahan karya tulis, tidak lupa penulis ucapkan banyak
terima kasih.
3. Dst.............
C. Contoh ejaan, kalimat, Paragraf yang tidak efektif

MANUVER B. J. HABIBIE MENUJU PINTU SUKSESI

terobosan bj.habibie dengan berceramah di Seskogab dan


mabes abri cilangkap jakarta beberapa pekan lalu bisa
ditafsirkan sebagai manuver politik ini mendapatkan restu
daripada presiden soeharto menurut sumber yang dapat
dipercayai dalam waktu dekat menristek habibie akan
bersafari ke daerah-daerah. persepakbolaan Nasional
dengan tewasnya suporter persija waktu bermain tandang
di bandung berbuntut diberhentikan sementara liga I
indonesia. Penangan korban pascagempa lombok sampai
dengan saat ini memerlukan pedataan yang akurat agar
penyaluran dana dapat tepat sasaran. mahasiswa
merupakann kelompok yang memiliki potensi besar
sebagai agen perubahan dalam masyarakat.

SOAL-SOAL LATIHAN REPETISI KALIMAT:


1. Di negara-negara itu bahaya penyakit menular tersebut
masih dikhawatirkan akan selalu mengancam warga
negaranya setiap waktu.
2. Hakikat bahasa sebenarnya untuk memberikan
pengertian kepada kita makna apa yang terkandung oleh
kata dan juga memberikan pengertian apa yang kita
ucapkan dan maksudkan.
3. Begitu juga dengan jaminan sosial ini, mereka dalam
bidang pendidikan, merupakan salah satu faktor penting
untuk meningkatkan kemajuan pendidikan di negara kita.
4. Selain udara, sayuran dan buah-buahan, matahari juga
berguna bagi pembentukan vitamin dan pembentukan
pada tulang.
5. Dari beberapa pokok persoalan yang diberikan untuk
memperbandingkan dua atau lebih dialek, antara lain
dalam bidang fonetik atau morfologi.
6. Dengan besarnya pengaruh guru dalam soal pendidikan,
maka kiranya pemerintah perlu mengadakan pelatihan
untuk meningkatkan profesionalitasnya.
7. Kita seringkali mendengar berita-berita dari surat kabar,
majalah, di Jawa Barat timbul keluh kesah darirakyat
terutama kaum tani yang disebabkan serangan hama
tikus yang menghacurkan ratusan hektar dalam waktu
sekejap.
8. Semua sebab akibatnya sangat menyedihkan bagi rakyat
terutama kaum tani karena di daerahnya kemungkinan
besar akan timbul bahaya kelaparan karena kekurangan
produksi beras, sehingga harganya akanmelambung
tinggi.
9. Adapun yang akan saya uraikan di sini ialah kebersihan
dan kesehatan, karena sering dilalaikan orang padahal
kedua hal tersebut sangat perlu untukdipahami
dalamrangka hidup bersih.
10. Adapun yang akan saya uraikan di sini ialah
kebersihan dan kesehatan terdorong untuk
mengemukakannya, karena sering dilalaikan orang,
karena sesungguhnya kebersihan dan kesehatan itu
sangat perlu, karena dengan semuanya bersih tentu akan
menjadi sehat.
Membaca Kritis utk menulis karya
Ilmiah
Apa yang dibaca?; kapan membaca?; untuk apa
dibaca?; bagaimana membacanya? Informasi apa
yang diperoleh?. Dari mana sumber bacaan?

Membaca:
1. Aktivitas Visual (mata, indera lainnya)
2. Aktivitas psikis (minat, kesungguhan, suasana hati,
konsentrasi, dll)
3. Aktivitas intelektual/pikir (kritis: menerima,
mempersoalkan, atau menyanggah)
4. Aktivitas yg bertujuan untuk mendapatkan informasi.

Tujuan Membaca
Kegiatan membaca bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang relevan dan diperlukan. Dalam membaca
kritis tidak begitu saja menerima informasi, tetapi
mengkritisi dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan
apakah informasi yang dibaca tersebut teruji
kebenarannya.

Menerima/setuju

Mempertanyakan

Menolak

A.Tujuan Membaca Kritis:


1. Memahami maksud penulis

2. Memahami organisasi dasar tulisan (artikel koran,


artikel makalah seminar, proposal, laporan hasil
penelitian, buku, dll)
3. Menerapkan prinsip-prinsip kritis dalam bacaan
4. Meningkatkan keterampilan dan berpikir kritis..
mengasah intelektual
5. Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan
B. Membaca Kritis untuk Menulis:
Bertujuan, mencari dan menemukan referensi atau rujukan
pendukung yang memadahi sebagai bahan tulisan.

C. Ragam Membaca Kritis:


1. Membaca cepat untuk mencari topik
2. Membaca cepat untuk memperoleh informasi
khusus
3. Membaca teliti untuk informasi rinci.
Ragam bahasa Berita (Reportase) model
jurnalistik: 5 W + 1 H (What, Where,When,
Who, Why + How).
SISTEMATIKA BERITA
Judul Berita (singkat, jelas, menarik pembaca)
What: apa yang diberitakan... judul berita
Where: dimana peristiwa itu terjadi (tempat Peristiwa
Kabupaten/Kota)
When: kapan peristiwa itu terjadi (waktu terjadinya peristiwa)
Who: siapa yang diberitakan (orang/tokoh yang
diberitakan)
Why: mengapa peristiwa terjadi (deskripsi latar belakang
peristiwa)
How: bagaimana peristiwa terjadi (deskripsi mengenai jalannya
peristiwa),

ARTIKEL/OPINI/KARYA ILMIAH POPULER


Artikel di Koran (Ilmiah Populer): masuk ketegori karya ilmiah
populer. Isinya mengkaji secara kritis fenomena mutakhir yang
terjadi dalam masyarakat saat ini secara ilmiah.

Sistematika:
Judul

Sarjana Pendidikan yang Melimpah


Syamsul Rizal
Profesor di Universitas Syah Kuala Banda Aceh: Alumni ITB dan Universitaet Hamburg Jerman

A.Bagian Pendahuluan (pernyataan-pernyataan


yang mengantarkan Isi Tulisan) cukup 1 alenia.
B. Bagian Isi Tulisan (berupa uraian dan kajian
secara kritis masing-masing unsur dalam
tulisan)..... dibuat sub tulisan (dicetak tebal)
C.Bagian Penutup: simpulan, saran, solusi atau
harapan penulis..... pada alenia akhir tulisan.
*Tidak perlu Daftar Pustaka

TUGAS KELOMPOK: Membuat Tanggapan Artikel

1. Bentuk kelompok terdiri 5 orang


2. Pilih salah satu artikel/opini di koran
3. Pahami isi artikel
4. Buat artikel tanggapan..... tentukan/rumuskan
judul artikel tanggapannya.
Untuk memudahkan:
1. Buat 3 sub judul...... nanti akan menjadi sub uraian.
2. Susun tulisan dengan sistematika artikel.
3. Panjang tulisan + 1500 kata (4-5 halaman A4)
4. Gunting & lampirkan artikel yang ditanggapi.
5. Jumat, 5 Oktober dikumpulkan.... dilanjutkan presentasi
hnsil tugas kelompok.
PRESENTASI TUGAS TANGGAPAN ARTIKEL:
1. Tentukan yg akan menjadi pembicara
2. Tentukan moderator
3. Perkenalkan anggota kelompok
4. Penyampaian isi pokok artikel tanggapan
5. Diskusi/tanya jawab
6. Pendengar hrs aktif agar diskusi tdk macet
7. Waktu 15-20 menit.
MEMBACA KRITIS

Tugas:
1. Bentuk kelompok maksimal 5
mahasiswa.
2. Cari materi bacaan/eksplorasi materi
artikel di koran terbitan antara:
Agustus2016 – September 2016
Berupa: “Artikel Opini” bukan“berita”
3. Tentukan:
a. Tema karangan
b. Gagasan utama dari tiap paragraf
c. Kritisi dan beri tanggapan dengan
menyusun “artikel” tanggapan +4
halaman.

Membaca Kritis Untuk Munulis Karya


Ilmiah:
Apakah Karya Ilmiah itu?
Karya ilmiah: adalah karya tulis hasil
pemikiranilmuwan (berupa hasil pengembangan)
ilmu pengetahuan, teknologiatauseni yang diperoleh
melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman,
penelitian dan pengetahuan orang lain. Hasil
pemikiran tersebut disusun secara ilmiah, logis,
benar dan bertanggungjawab.

Syarat-syarat Karya Tulis Ilmiah


1. Keilmiahan berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu
yang dikuasai oleh penulisnya.
2. Memiliki landasan teori yang kuat (grand theory),
teori pendukung
3. Mampu membuat analisis//pembahasan materi
secara cermat, teliti dan mendalam.
4. dapat dipertanggungjawabkan, baik isi maupun
susunan teknis penulisannya (Budi, 2013:123).
Misalnya : 1. Penyebutan sumber (body notes/foot notes); 2.
Kaidah penulisan harus sesuai dengan kaidah bahasa keilmuan
(ejaan, kata, frasa, para frasa, kalimat); 3.penulisan Daftar
Pustaka.

Ciri Bahasa keilmuan:


1. Reproduktif (maksud yang ditulis oleh penulis diterima
dengan makna sama oleh pembaca) – denotasi= makna
sesungguhnya

2. Tidak ambigu (bermakna ganda) atau multi tafsir oleh


karena itu dengan susunan tata bahasa yang baik dan benar.
3. Tidak emotif (tdk melibatkan perasaan penulis, rasional,
tanpa pendapat subjektif)

4. Penggunaan bahasa baku dalam ejaan, kata, frasa, kalimat,


parafrasa, paragraf.

5. Penggunaan istilah keilmuan (menggunakan istilah atau


tanda bidang keilmuan tertentu)

6. Bersifat denotatif (memiliki satu makna, konsisten dan tidak


membingungkan) bukan metaforis atau konotatif.

7. Rasional (tulisan menonjolkan pola pikir logis, lancar dan


cermat).

8. Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraph dan


koherensi antarparagraf dalam setiap bab.

9. Tulisan ilmiah tidak berbelit-belit, tetapi ke paparan pokok


sehingga mudah dimengerti.

10. Penggunaan kalimat yang efektif sehingga makna atau


amanat yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat
sasaran.

1. Keterampilan Menulis
Hakikat menulis: kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat dan perasaan kepada pihaklain dengan
menggunakan bahasa tulis.

Keterampilan menulis: merupakan keterampilan


berbahasa menuangkan pikiran, gagasan, pendapat
tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan
yang diinginkan dengan menggunakan bahasa tulis.

Sifat keterampilan menulis adalah: produktif dan ekspresif


dengan menggunakan kalimat yang dirangkai secara utuh
dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada
pembaca.
Tujuan menulis: agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan
dipahami dengan benar oleh orang lain, sehingga memiliki
kesamaan pengertian terhadap bahasa yang digunakan
(kata, frase, kalimat, alinea, dsb)

Menurut Suparno dan Muhamad Yunus (2008), tujuan


menulis:
 Menjadikan pembaca untuk berpikir dan bernalar
 Membuat pembaca tahu tentang hal yang
diberitakan
 Menjadikan pembaca beropini
 Menjadikan pembaca mengerti isi bacaannya
 Membuat pembaca terpersuasi/penyesuaiandengan
isi karangan
 Membuat pembaca senang dan menghayati isi
tulisannya.

Karya Ilmiah
Hakikat menulis: kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat dan perasaan kepada pihaklain dengan
menggunakan bahasa tulis.

Keterampilan menulis: merupakan keterampilan


berbahasa menuangkan pikiran, gagasan, pendapat
tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan
yang diinginkan dengan menggunakan bahasa tulis.
Sifat keterampilan menulis adalah: produktif dan ekspresif
dengan menggunakan kalimat yang dirangkai secara utuh
dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada
pembaca.
Tujuan menulis: agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan
dipahami dengan benar oleh orang lain, sehingga memiliki
kesamaan pengertian terhadap bahasa yang digunakan
(kata, frase, kalimat, alinea, dsb)

Menurut Suparno dan Muhamad Yunus (2008), tujuan


menulis:
 Menjadikan pembaca untuk berpikir dan bernalar
 Membuat pembaca tahu tentang hal yang
diberitakan
 Menjadikan pembaca beropini
 Menjadikan pembaca mengerti isi bacaannya
 Membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan
 Membuat pembaca senang dan menghayati isi
tulisannya.

Apakah Karya Ilmiah itu?


Karya ilmiah: adalah karya tulis hasil
pemikiranilmuwan (berupa hasil
pengembangan) ilmu pengetahuan, teknologi
atauseni yang diperoleh melalui kepustakaan,
kumpulan pengalaman, penelitian dan
pengetahuan orang lain. Hasil pemikiran
tersebut disusun secara sistematik, ilmiah,
logis, benar dan bertanggungjawab, disajikan
dengan bahasa ilmiah.

Syarat-syarat Karya Ilmiah: komunikatif,


masuk akal (logis), berdasar landasan teori
yang kuat, relevan dengan disiplin ilmu
tertentu, memiliki sumber bacaan yang
mutakhir, bertanggungjawab (baik data,
referensi, teknik penulisannya) dan
dipaparkan dengan bahasa ilmiah.
Ciri Bahasa Ilmiah/keilmuan:
1. Reproduktif (maksud yang ditulis oleh penulis diterima
dengan makna sama oleh pembaca) – denotatif= makna
sesungguhnya

2. Tidak ambigu (bermakna ganda) atau multi tafsir oleh


karena itu dengan susunan tata bahasa yang baik dan benar.

3. Tidak emotif (tdk melibatkan perasaan penulis, rasional,


tanpa pendapat subjektif)

4. Penggunaan bahasa baku dalam ejaan, kata, frasa, kalimat,


parafrasa, paragraf.

5. Penggunaan istilah keilmuan (menggunakan istilah atau


tanda bidang keilmuan tertentu)

6. Bersifat denotatif (memiliki satu makna, konsisten dan tidak


membingungkan) bukan metaforis atau konotatif.

7. Rasional (tulisan menonjolkan pola pikir logis, lancar dan


cermat).
8. Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraf dan koherensi
antarparagraf dalam setiap bab.

9. Tulisan ilmiah tidak berbelit-belit, tetapi ke paparan pokok


sehingga mudah dimengerti.

10. Penggunaan kalimat yang efektif sehingga makna atau


amanat yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat
sasaran.

Menggunakan bahasa baik dan benar -------- kata baku

Macam-macam Karya Ilmiah:


1. Karya Ilmiah Populer
Biasanya berupa artikel atau opini yang dimuat dalam (surat
kabar, majalah, mingguan, dll).

2. Resensi buku

3. Karya Ilmiah Murni/Akademik:


a.Penerjemahan buku
b. Kertas kerja ilmiah (biasanya makalah utk
diseminarkan/didiskusikan)
c. Laporan Hasil Penelitian:
Pendahuluan, kajian teori, metodologi penelitian,
sajian data, analisis data, simpulan, saran,
implikasi, keterbatasan penelitian, Daftar
Pustaka.
d. Artikel kajian kritis suatu masalah
e. Makalah (diskusi ilmiah, lokakarya, workshop,
seminar)
f. Artikel di internet
g. Skripsi (Sarjana)
h. Tesis (Magister)
i. Disertasi (Doktor)
j. Buku, Jurnal Ilmiah, Majalah Ilmiah.

RESENSI BUKU
Resensi: melihat/membaca, menimbang,
membahas, menilai sebuah buku (bedah buku).
Biasanya yg diresensi buku yang baru terbit.
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan
mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku.
Tujuannya adalah menyampaikan kepada para
pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya
itu patut mendapat sambutan dari masyarakat
atau tidak.

Sasaran resensi:
1. Latar belakang (mengenalkan pengarangnya, karya-karyanya,
kepakaran, dan isi buku)
2. Macam atau jenis buku (berkaitan dengan siapa penulisnya, jenis buku,
membandingkan dengan karya lain)
3. Keunggulan buku (kerangka buku, hubungan antar bagian dlm buku
itu, logika dan runtutnya pemikiran, kecermatan dalam analisisnya,
keunggulan bahasanya, dengan bahasa yang baik akan memudahkan
bagi pembaca untuk memahami isi buku tersebut)
4. Nilai buku, penulis resensi memberikan sugesti kepada para pembaca
patut tdknya buku itu dibaca (organisasi tulisan, isi, bahasa, dan teknik).
Nilai sebuah buku akaan jelas jika dibandingkan dengan karya-karya
lain yg sejenis.

 Tujuan Resensi:
1.Memberikan informasi yg komprehensif/menyeluruh
ttg sebuah buku.
2. Mengajak pembaca memikirkan, mendiskusikan isi
buku tsb.
3. Memberi pertimbangan kpd calon pembaca pantas
tidaknya buku tsb utk dibaca.
4. Memberi infomasi tentang: Judul, penulis, tujuan
menulis, dan hubungan dgn buku-buku sejenis.
5. Memberi timbangan bagi pembaca dlm memilih buku
Resenssi sekitar 4-5 halaman
CONTOH RESENSI:
Identitas buku:

 Judul Buku : EROPA (dari Tribalisme ke Nation


States Modern)
 Pengarang : Sutarjo Adi Susilo, J. R.
 Penerbit : Sanata Dharma University Press
 Tahun Terbit : 2017
 ISBN : 978-979-1098-2047
 Tebal Buku : 370 halaman
 Harga Buku : Rp. 145.000,-
Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Murni:
A. Artikel kajian kritis suatu masalah: biasanya
disajikan dalam diskusi akademik, seminar
akademik, jurnal ilmiah, dll
Bagaimana menemukan Tema, Topik dan
merumuskan Judul Artikel?

MENENTUKAN TEMA-TOPIK KARANGAN


Tema: amanat utama yang disampaikan oleh
penulis melalui karangnya.
Topik: pokokpembicaraan dan tujuan yang akan
dicapai.
Dengan kata lain tema: diartikan sebagai ssuatu
perumusan dari topik yang akan dijadikan
landasan pembicaraan dan tujuan yang akan
dicapai melalui topik itu.
Bidang kajian dengan memanfaatkan sudut
pandang tertentu misalnya: (Pol ek sos bud
pendidikan religi)
Topik: objek kajian yang akan diuraikan secara
mendalam.
Judul: fokus atau hal yang menjadi sorotan
utama penulisan. Judul yang baik biasanya
(atraktif, tidak terlalu panjang dan punya
relevansi dengan isi artikel sekaligus
mencerminkan gagasan utamanya).
Judul = nama karangan
Jenis Karangan:
1. Narasi:mengisahkan suatu peristiwa atau
kejadian secara kronologis.
2. Deskripsi: berusaha untuk menggambarkan/
menceritakan sesuatu hal sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
3. Eksposisi:memberikan penjelasan atau
informasi.
4. Argumentasi: memberikan penjelasan atau
informasi, dengan memberikan analisis,
pemecahan masalah secara rinci.

SISTEMATIKA / KERANGKA ARTIKEL ILMIAH

Judul
REDUPNYA NASIONALISME DAN TANTANGANNYA BAGI GENERASI MUDA
INDONESIA

Oleh: Prof. Dr. Suhartono Wiryopranoto

(Staf Pengajar Jurusan Sejarah UGM)


A. BAGIAN PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah (hal atau masalah, atau peristiwa yang
mendasari tulisan).

2.Perumusan Masalah (dapat implisit atau eksplisit)

BAGIAN ISI/PEMBAHASAN/ANALISIS

Bagian isi–analisis-pembahasan secara kritis tiap-tiap masalah secara

berurutan dengan menggunakan buku sumber

BAGIAN PENUTUP

Bagian penutup (simpulan):berupa pernyataan-pernyataan yang


merupakan jawaban dari tiap-tiap masalah. Biasanya berupa, refleksi atau
intisari dari tulisan.

Daftar Pustaka.

REFLEKSI NILAI-NILAI HISTORIS KEBANGKITAN NASIONAL


DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Drs. Yohanes B. Jurahman, M. Pd.

(Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga)

ABSTRAK

Refleksi terhadap peristiwa histoiris merupakan salah satu upaya untuk mengaktualisasi
kejadian masa lampau untuk diambil nilai-nilainya sehingga dapat dimanfaatkan dalam kekinian.
Tonggak sejarah peristiwa Kebangkitan Nasional merupakan momentum yang sangat berharga dalam
menemukan jatidirinya pada tataran kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara.

Trilogi sejarah “zaman lampau yang gemilang”, “zaman kini yang gelap gulita” dan “zaman
depan yang penuh harapan”, mungkin menimbulkan suasana romantik dan patriotik, tetapi segera
kehilangan kredibilitas ketika dihadapkan kepada sejarah empirik dan ingatan kolektif. Nilai-nilai
reflektif dari Kebangkitan Nasional menyadarkan kepada segenap komponen bangsa untuk menapak
masa depan bangsa yang jaya sesuai semangat dan cita-cita para pendahulu. Kebangkitan nasional
yang didasari oleh semangat persetuan, kesatuan dan adanya kesadaran berbangsa dan bernegara
merupakan nilai-nilai luhur yang akan selalu bermakna bagi kehidupan barbangsa dan menegara kini
dan yang akan datang.
Kata kunci: Reflekksi Historis – Nilai-nilai Kebangsaan - Implementasi dalam Pendidikan.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bulan Mei memiliki dua peritiwa sejarah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia dan
menjadi momen yang baik untuk direfleksikan. Kedua peristiwa penting tersebut adalah tanggal 2 Mei
sebagai hari Pendidikan Nasional dan 20 Mei hari Kebangkitan Nasional. Tahun 2012 merupakan
peringan yang ke-104. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peringatan hari Pendidikan
Nasional mengusung isue Gold Generation. Pada intinya generasi muda yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia merupakan modal dan potensi pembangunan yang sangat besar apabila dikelola secara baik.
Akan tetapi, kondisi ini akan menjadi bencana demografi di masa depan apabila salah kelola. Untuk itu
generasi muda perlu dipersiapkan secara sungguh-sungguh agar menjadi kekakayaan yang tak ternilai
bagi pembangunan bangsa.

Nama Indonesia, sebenarnya berawal dari konsepsi antropologis yang dipopulerkan oleh
Adolf Bastiaan pada akhir abad XIX. Pada saat lahirnya Indonesia modern awal abad ke-20, terjadi
pergeseran sosial budaya yang sangat kompleks termasuk intervensi pemerintah kolonial Belanda
dengan cara memanfaatkannya sebagai kekuatan politik. Dalam kaitannya dengan perkembangan
kebangsaan masalah aktual yang paling banyak dibicarakan mengenai tulisan pada dekade ini adalah
munculnya karya-karya yang bertema nasionalisme. Sartono Kartodirdjo (1990: 123) berpendapat
bahwa, ada beberapa indikator yang berpengaruh terhadap perkembangan ideologi nasionalisme di
beberapa negara post-colonial, yaitu: (1) meratanya perkembangan pendidikan dan bangkitnya
kesadaran nasonal; (2) munculnya sikap radikal sebagai penyimpangan pelaksanaan Politik Etis; dan
(3) pengaruh situasi internasional seperti perkembangan nasionalisme di berbagai negara di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin, serta pecahnya Perang Dunia II.

Peranan kaum intelektual dalam berbagai pergerakan di Asia sebagaimana hasil analisis
Edward Shils (1966), bahwa nasionalisme, populisme, xenophobia, dan revitalisme nativistik (gerakan
kebangkitan kembali kaum pribumi), adanya rasa rendah diri, rasa ingin tahu, dan benci menghadapi
budaya metropolitan negara penjajah bangkit di seluruh benua Asia. Dengan mengorganisasikan diri
dalam suatu pergerakan politik nasionalis, kaum intelektual memainkan peranan yang penting.
Tampilnya kaum intelektual di Indonesia dalam perjuangan tidak lepas dari keberhasilannya menyerap
pendidikan dan nilai peradaban Barat melalui pendidikan yang disediakan oleh penjajah. Perluasan
pendidikan bagi pribumi dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad XIX. Hal ini
berkaitan dengan semakin mendesaknya kebutuhan tenaga baik untuk administrasi maupun tenaga
terampil yang dapat baca-tulis. Sekolah-sekolah vokasional banyak di buka di berbagai daerah Jawa
dan Sumatera. Misalnya sekolah Pertukangan, Sekolah Pertanian dan Perkebunan, Sekolah Teknik,
Sekolah Kepandaian Putri, dan sebagainya. Perkembangan pendidikan membuka kesempatan bagi
anak-nak pribumi kelas menengah dan rakyat biasa. Para petani desa yang kaya banhyak
menyekolahkan anak-anak mereka ke kota. Mereka memilih sekolah-sekolah kejuaruan dan siap untuk
kerja. Setelah menamatkan pendidikan biasanya mereka tida pulang ke desa, tetapi bekerja di kota-kota.
Hal ini memunculkan kelas menengah profesional. Hasil pendidikan membentuk ideologi baru dan
memunculkan pemimpin-pemimpin pergerakan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Munculnya
kesadaran nasionalisme dan patriotisme tidak lepas dari pengaruh pendidikan yang diperolehnya (J.D.
Legge, 2003: 49). Semangat nasionalisme dan patriotisme yang berkembang saat itu berpengaruh
terhadap para seniman, baik sastrawan, pelukis, dan seminan pertunjukkan. Hal ini terlihat dari karya-
karya yang dihasilkan termasuk hadirnya karya sastra. Mereka menunjukkan karyanya yang dimotivasi
oleh gelora jiwa semangat perjuangan dengan cara masing-masing.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam artikel ini perumusan masalahnya sebagai
berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai historis kebangkitan kebangsaan?


2. Bagaimana implementasi semangat kebangsaan dalam pendidikan?
3. Bagaimana tantangan pendidikan kebangsaan dewasa ini?
4.
Isi/Pembahasan

C.Nilai-Nilai Historis Kebangkitan Kebangsaan


Istilah nilai “value” (Inggris) mengandung pengertian yang sangat abstrak dan luas. Menurut

Jack R. Fraenkel (1977: 6) “a value is an idea a concept about what some one thinks is important in

life”. Nilai atau konsep bersifat abstrak berisi tentang apa yang dipikirkan seseorang atau yang dianggap

penting oleh seseorang dalam kehidupannya.

Nilai pada dasarnya merupakan sesuatu yang inheren pada diri manusia, yang dijunjung tinggi

oleh masyarakat pendukungnya. Nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, disukai dan

paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang. Menurut pandangan filsafat, nilai

berarti ukuran yang bersifat instrinsik. Menilai berarti menimbang atau mengukur, menghubungkan

atau membandingkan sesuatu dengan sesuatu lainnya, untuk selanjutnya diambil keputusan

(N.Driyarkara,1964: 17). Sedangkan menurut Sri Susanti (1976: 346), nilai memiliki tiga komponen

yang bermakna, yaitu (1) nilai kognitif, yaitu makna tahu yang benar untuk bertindak atau berusaha;
(2) nilai afektif yaitu, seseorang dapat merasakan secara emosional tentang sesuatu hal, sehingga ia

akan menyetujui hal yang positif dan tidak menyetujui hal yang negatif; dan (3) nilai tindakan yaitu,

merupakan variabel pengantar yang memimpin pada suatu tindakan. Sesuatu dianggap bernilai apabila

memenuhi unsur-unsur berguna, benar, mudah, baik, dan religius.

Nilai sebagai fenomena psikis manusia yang menganggap bahwa, sesuatu hal bermanfaat

dan berharga dalam kehidupannya (Herman J. Waluyo, 2003: 78). Oleh karena itu nilai berfungsi untuk

mengilhami anggota masyarakat dalam berperilaku.

Pendidikan sebagai usaha sadar bukan untuk menciptakan dan memberikan atau mengajarkan

nilai-nilai kepada peserta didik, melainkan membantu seseorang untuk dapat menyadari adanya nilai-

nilai itu, mendalaminya, selanjutnya meng-“aku”-inya dan kegunaannya dalam hidup bermasyarakat.

Dengan kata lain intisari proses pendidikan adalah proses penyadaran akan nilai-nilai dasar manusiawi.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, tahun 2003, menyatakan bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, banagsa dan negara” (UUSPN, 2003: 4).

Menurut N. Driyarkara (1980: 15) manusia adalah subjek yang otonom. Sebagai makhuk yang

otonom, manusia itu saling meng ”aku” i sebagai pribadi atau persona. Persona itu tidak boleh

dipandang sebagai objek, melainkan di “aku” i sebagai subjek. Atas dasar kesadaran tersebut, maka

manusia merupakan kesatuan jiwa dan badan dan merupakan suatu totalitas (badan yang menjiwa dan

jiwa dan membadan). Kesadaran manusia sebagai makhluk monodualistik, dapat merefleksi jiwa

rohaninya sebagai bagian dari alam semesta. Sebagai subjek manusia mempunyai kepribadian yang

mengatasi atau mentransenden dunia luar dan alam semesta.

Beberapa nilai kebangsaan yang dapat diperoleh dari peristiwa Kebangkitan Nasional, antara

lain: semangat persatuan dan kesatuan, Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan suku, golongan, ras, agama. Menjunjung tinggi nilai keberagaman, yang menunjukkan

adanya kesadaran akan bhineka tunggal ika sebagai kondisi bangsa dan negara Indonesia.

D. Implementasi Semangat Kebangsaan dalam Pendidikan


Pandangan N. Driyarkara mengenai pendidikan bahwa, perbuatan mendidik pada dasarnya

pemanusiaan manusia muda. Hal ini mengandung pengertian hominisasi dan humanisasi. Hominisasi

dan humanisasi merupakan upaya pengangkatan martabat manusia muda sampai sedemikian tingginya,

sehingga dia dapat menjalankan hidupnya sebagai manusia dan membudayakan dirinya. Dengan kata

lain pendidikan akan membentuk hidup bersama yyang lambat laun dari sisi anak ke tingkat manusia

yang purnawan(N. Driyarkara,1980:126-127).

Manusia tidak dapat hidup bahagia tanpa nilai. Nilai sebagai sifat atau kualitas membuat

sesuatu menjadi berharga, layak diingini, dikehendaki, dipuji, dihormati, dijunjung tinggi, pantas dicari,

diupayakan, dan dicita-citakan. Menurut Max Scheler yang disitir oleh Paulus Wahana (2004: 5)

terdapat dua sifat nilai, yaitu nilai material dan nilai apriori. Nilai material dalam hal ini bukanlah dalam

arti ada kaitannya dengan materi, melainkan lawan dari formal. Nilai material berisi kualitas nilai yang

tidak berubah dengan adanya perubahan pada barang atau pada pembawanya. Misalnya nilai itu selalu

mempunyai isi “jujur”, “enak”, “kudus’, “benar”, “sehat”, “adil”. Sedangkan nilai apriori kebernilaian

nilai terletak pada nilai itu mendahului pengalaman. Misalnya kejujuran, keadilan; bahwa kejujuran dan

keadilan merupakan sebuah nilai yang kita ketahui secara langsung begitu kita menyadari apa itu

kejujuran dan keadilan(Paulus Wahana,2004:5).

Selanjutnya, Max Scheler mengatakan bahwa hirarki nilai terdiri dari: Pertama nilai hidonis

(kesenangan), menurut pandangannya nilai ini menempati deretan terendah berupa nilai kesenangan

dan nilai kesusahan. Ke dua nilai vitalitas atau kehidupan, terdiri dari nilai-nilai rasa kehidupan yang

meliputi rasa halus, luhur, lembut. Nilai yang diturunkan berupa kesejahteraan baik pribadi maupun

komunitas. Ke tiga nilai spiritualitas, nilai ini memiliki sifat tidak tergantung pada seluruh lingkungan

badaniah serta ligkungan alam sekitar. Ada tiga jenis pokok nilai spiritual, yaitu: nilai estetis, nilai benar

dan salah atau adil, dan tidak adil, nilai dari pengetahuan murni dan demi dirinya sendiri. Ke empat
nilai kesucian dan keprofanan, nilai ini terletak pada objek yang dituju. Tingkat kesucian tidak

tergantung pada perbedaan waktu dan perbedaan orang yang membawanya.

Nilai sebagai hakikat suatu hal, yang menyebabkan pantas untuk dikejar oleh manusia, agar

manusia dapat berkembang. Nilai sangat berkaitan dengan kebaikan yang ada dalam inti sesuatu itu.

Nilai sesuatu berkaitan dengan konteks waktu, sedangkan kebaikan melekat pada “hal” atau sesuatu

“nya”. Berkaitan dengan nilai, ada nilai yang dikejar sebagai sarana atau media values. Selain itu ada

pula yang melakukan pembagian nilai yang bersifat universal (yang berlaku bagi seluruh umat manusia

dimanapun berada), dan nilai yang bersifat partikular (nilai yang berlaku bagi sekelompok manusia

dalam kesempatan tertentu).

Bernilai pada dasarnya menghubungkan antara suatu hal yang baik dengan seseorang secara

konkret. Menurut Mardiatmadja(1986:21) menyatakan bahwa nilai bersifat relatif. Secara universal

ada bermacam-macam nilai, antara lain: 1) nilai absolut (nilai yang kadar relasi positif yang tetap dan

tak berubah), misalnya nilai cinta kasih. 2) nilai praktis (kadar relasi positif untuk segi praktis); 3) nilai

ekonomis ( untuk segi kepentingan ekonomi); 4) nilai estetis (untuk segi keindahan); 5) nilai sosial

(untuk segi hidup sosial); 6) nilai politis untuk segi hidup politik); 7) nilai kulural atau budaya ( untuk

segi hidup kebudayaan); 8) nilai religius (untuk segi hidup agama); dan 9) nilai susila/moral (untuk segi

hidup susila).

Pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik untuk memahami dan dapat

menempatkannya secara integral dalam kehidupan mereka. Pendidikan humaniora dapat dicapai dengan

mewariskan nilai-nilai tertentu melalui pendidikan yang dijalankan. Agar pemahaman terhadap nilai

dapat dicapai secara elegan, maka pendidikan nilai harus merupakan inti dan proses pembelajaran.

Pendidikan nilai tidak hanya merupakan pembelajaran yang bersifat tambahan, dan hanya dikaitkan

atau ditempelkan dalam mata pelajaran lain, tetapi dalam konteks pendidikan nilai semestinya sebagai

mata pelajaran yang secara hakiki menduduki tempat yang sentral dalam pendidikan (Dick Hartoko,

1990: 40).
Pendidikan tidak dapat didilepaskan dari paradigma kebudayaan yang merupakan lahan bagi

tumbuhnya nilai identitas dan kepribadian bangsa. Djoko Suryo (1993: 8) berpendapat bahwa,

pendidikan merupakan tempat yang strategis dalam menumbuhkembangkan national character

building atau pembentukan karakter bangsa. Dalam perspektif sejarah, karya sastra memiliki beberapa

nilai, antara lain: edukatif, reflektif, inspiratif, dan rekreatif.

Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk pengembangan sumberdaya manusia dan

kebudayaan pada hakekatnya merupakan dua hal yang sangat berkaitan. Dalam kehidupan manusia

berkaitan dengan membudaya, yang bentuknya adalah kebudayaan (Soerjanto Poespowardojo dan K.

Bertens, 1979: 8). Oleh karena itu, pendidikan berlangsung dalam suasana budaya tertentu. Pendidikan

tanpa orientasi budaya akan menjadi gersang dan jauh dari nilai-nilai luhur bangsanya(Retno

Winarni,2008:2).

Peristiwa historis yang terjadi padatanggal 20 Mei 1908 lahir organisasi kebangsaan Budi Utomo,
merupakan bentuk ”kebangkitan kebangsaan pertama”. Manifestasi kesadaran sosial ini dibangkitkan
oleh kompleksitas sosial yang menghinggapi para intelegensia di STOVIA. Dr.Wahidin Sudirohusodo
dan Dr. Sutomo merupakan tokoh penting dalam melahirkan organisasi ini. Sejak awal lahirnya Budi
Utomo, adalah sebuah organisasi yang bergerak untuk tujuan sosial budaya dengan memberikan
beasiswa kepada para pemuda yang pandai tetapi mengalami kekurangan biaya (Taufik Abdullah,
2001).

Perkembangan nasionalisme Indonesia diawali dengan lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908,
sehingga lahirnya Budi Utomo sebagai tonggak kebangkitan kebangsaan pertama. Pada dekade 1920-
an sampai dengan 1930-an dikenal sebagai decade of ideology, yang terjadi baik di Asia, Afrika, dan
khususnya di Indonesia berupa pematangan semangat nasionalisme. Perhimpunan Indonesia (1924)
yang dipimpin Mohammad Hatta yang sedang belajar di negeri Belanda memelopori nation formation.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang diikrarkan oleh organisasi-organisasi kepemudaan dan pelajar
bahwa nama tanah air dan bangsa Indonesia serta menjunjung tinggi bahasa persatuan Indonesia
merupakan kepastian. Titik kulminasi nasionalisme ditandai dengan Proklamasi 17 Agustus 1945, yang
berarti pernyataan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berhak menentukan nasib
sendiri.

Primordialisme sebagai suatu istilah menunjuk pada pengertian pemikiran untuk


“mengutamakan” gagasan atau ide yang menempatkan pada posisi pertama kepentingan suatu
kelompok terhadap komunitas lainnya.Pemikiran yang mengandung sikap penonjolan tersebut
selama digunakan untuk kepentingan komunitasnya secara internal tentu tidak menjadi
masalah. Akan tetapi, apabila realisasi pemikiran tersebut dalam spektrum masyarakat yang
luas akan berdampak pada terganggunya keseimbangan. Dalam kehidupan akan terjadi rasa
ketidakseimbangan dan ketidakadilan yang dapat memicu primordial sentiments. Bangsa
Indonesia memiliki pengalaman sejarah yang panjang berkenaan dengan masalah
primordialisme dan pluralisme.
Indonesia sebagai negara yang plural, Bhineka Tunggal Ika, berisikan kolektivitas
berbagai kelompok masyarakat yang bersifat majemuk.Kemajemukan masyarakat Indonesia
adalah sebagai kenyataan sosial budaya dan semestinya harus dipandang sebagai sesuatu yang
wajar.Secara sosial budaya pembicaraan suku bangsa harus diposisikan pada suatu tingkatan
yang sederajad.Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kemajemukan suku bangsa tidak dapat
diartikan sebagai permasalahan kesukubangsaan, bukan sebagai problem sosial budaya, tetapi
dipandang dalam rangka menegakkan rasa dan semangat kebangsaan.
Di era global saat ini dalam tataran nasional, negara dihadapkan pada masalah loyalitas
warganya, antara individu yang berorientasi ke arah keterikatan global dan pihak yang bergerak
ke arah penguatan subnasional. Tentu saja ini akan menimbulkan potensi konflik mengingat
republik ini tidak saja multi-suku, multi-etnik, multi-agama tetapi juga multi-budaya.
Kebhinekaan tersebut pada satu sisi merupakan kekuatan dan kekakayaan sosial-budaya.
Keragaman akan menjadi indah apabila satu sama lain bersinergi dan saling bekerja sama untuk
membangun bangsa. Akan tetapi, kemajemukan tersebut apabila tidak dikelola dan dibina
dengan tepat dan baik akan menjadi pemicu dan penyulut konflik dan kekerasan yang dapat
menggoyahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana di katakan oleh
Azumardi Azra (2002) bahwa dasar kebersamaan yang telah dibangun para pendiri bangsa kini
dihadapkan pada tantangan menurunnya moralitas masyarakat, memudarnya nilai-nilai
nasionalisme, terabaikannya identitas nasional, meningkatnya konflik antar suku, ras dan
agama, dan semakin menguatnya isu disintegrasi bangsa.
Ada sinyalemen bahwa, telah terjadi degradasi kesadaran nasional dan upaya penghapusan
terhadap empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu: Bhineka Tunggal Ika, Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Pancasila dan UUD 1945, serta NKRI yang ditandai dengan adanya
fenomena beberapa daerah untuk memisahkan diri (disintegrasi). Konflik antar ras, suku, agama,
golongan, adanya upaya memasukkan piagam Jakarta untuk mengganti pembukaan, dan adaya upaya
untuk mengganti Ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Hal ini dapat dikatakan sebagai upaya
terstruktur yang akan meruntuhkan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia. Bahkan terkesan
nasionalisme Indonesia belum menemukan bentuk yang pasti, yang dapat dijadikan pedoman oleh
penyelenggara negara dan generasi penerus bangsa. Sehingga, apa yang didengung-dengungkan oleh
penguasa tidak sejalan dengan tindakan dan tata laku yang terrefleksikan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

E. Tantangan Pendidikan Kebangsaan Dewasa Ini

Perubahan sosial budaya masyarakat diperoleh melalui proses belajar dan memakan waktu

yang panjang. Sejak manusia dilahirkan sampai ajal proses belajar terus berlangsung. Proses belajar

dalam konteks sosial budaya bukan hanya dalam bentuk internalisasi daan sistem pengetahuan yang

diperoleh melalui pewarisan atau transmisi keluarga, namun juga melalui sistem masyarakat dan

pendidikan informal dan formal di sekolah (UU. Sisdiknas No. 20/2003). Dalam transformasi sosial

budaya sekolah memilki peranan yang strategis dalam pewarisan kepada generasi muda melalui

interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Menurut teori sosio-historis, prinsip dasar berpikir adalah dunia nyata yang tercerap oleh

pancaindera, realitas dan nilai tertinggi atau satu-satunya realita yang ada. Eksistensi kenyataan adi-

inderawi atau transenden, disangkal sehingga mentalitas daya terbagi dalam: (1) Inderawi aktif, yang

mendorong usaha aktif untuk memenuhi kebutuhan material dengan mengubah dunia fisik, sehingga

menghasilkan kesenangan dan kepuasan; (2) Inderawi pasif, merupakan hasrat untuk menikmati

kesenangan duniawi setinggi-tingginya; (3) Inderawi sinis, tujuan utamanya hamper sama dengan

inderawi pasif, tetapi untuk mencapai tujuan duniawi dibenarkan oleh rasionalisasi ideational. Dengan

kata lain mentalitas ini menunjukkan usaha untuk bersifat munafik yang membenarkan pencapaian

tujuan material dengan menunjukkan nilai transenden yang sebenarnya ditolak (Robert H. Lauer, 2003).

Pada hakikatnya proses belajar yang dilalui manusia dalam rangka internalisasi kebudayaan.

Indonesia sebagai negara yang open culture, dan dikenal sebagai bangsa yang teleran terhadap

masuknya budaya asing, perlu dilakukan pemilihan dan pemilahan secara cermat agar tidak merusak

budaya nasional. Pewarisan kebudayaan yang dilakukan dengan cara mengajarkan kepada generasi

yang lebih muda berupa gagasan, tradisi, adat-istiadat, dan nilai-nilai kearifan lokal dijadikan pedoman

dalam praktik kehidupan. Melalui pewarisan nilai-nilai itulah manusia mengalami berbagai komunikasi

dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan komunikasi dan interaksi dengan lingkungan, baik
lingkungan phisik maupun lingkungan manusiawi, manusia menginternalisasi bermacam-macam

makna yang berhasil ditangkapnya (N. Daljuni, 1987: 17).

Kehidupan sosial budaya masyarakat selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh dinamika masyarakat itu sendiri. Artinya semakin

dinamis masyarakatnya semakin cepat petubahan itu terjadi dan sebaliknya. Kemajuan budaya

berkaitan dengan kreativitas manusia. Munculnya kreativitas biasanya terjadi apabila manusia

menghadapi masalah yang sulit. Manusia dengan kemampuan akal budinya mampu mengolah pikir

sehingga bekerja keras atas dasar nalar. Dalam masyarakat yang tradisonal, primitif, terasing dan

tertutup, relatif perubahan berjalan lamban. Aka tetapi, dalam masyarakat yang terbuka dan ditunjang

dengan intensitas hubungan dengan dunia luar biasanya terjadi perubahan yang cepat.

Perubahan sosial budaya masyarakat tidak selalu diawali dari aspek sosial maupun budaya.

Peristiwa politik yang diawali peristiwa ekonomi dapat berpengaruh terhadap kemunculan berbagai

masalah sosial budaya (Ankie M. M. Hoogvelt, 1995: 123). Sebagai contoh peristiwa krisis di Indonesia

tahun 1997 sampai dengan saat ini yang belum selesai dan teratasi, diawali dengan krisis ekonomi, ke

krisis politik dan akhirnya berpengaruh dalam masyarakat sosial dan budaya. Transformasi budaya

atau perubahan budaya bagi masyarakat modern merupakan hasil dari adanya kontak dengan dunia luar.

Wujud perubahannya, masyarakat memiliki karakteristik, yang tiap komunitas tidak selalu sama.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya masyarakat terdiri

atas dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari

masyarakat itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi perubahan

sosial budaya yang berasal dari luar masyarakat yang bersangkutan. Jakob Sumardjo (2002),

berpendapat bahwa, secara kodrati manusia memerlukan kondisi yang memungkinkan hidup secara

manusiawi. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat tidak terjadi secara mendadak, tetapi berproses

tahap demi tahap. Tahapan yang biasa dilalui dengan proses akulturasi, temuan atau inovasi dalam

masyarakat yang bersangkutan.


Perubahan baru dalam masyarakat dapat menggantikan tatanan lama yang dalam pratiknya

bisa berjalan dengan cepat, tetapi dapat juga secara perlahan. Hal ini sangat tergantung pada kesiapan

masyarakat. Penerimaan masyarakat terhadap ke-baru-an tersebut mempengaruhi perasaan baik, resiko,

maupun keuntungan yang akhirnya keputusan yang diambil terhadap inovasi tersebut. Sering dalam

masyarakat terjadi defuse atau proses persebaran inovasi kepada setiap anggota masyarakat melalui

komunikasi yang efektif dan menggunakan sarana tertentu yang dipunyai oleh masyarakat. Saluran ini

dapat mempengaruhi perubahan dalam sistem kemasyarakatan.

Proses perubahan dalam masyarakat tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melaluiproses

panjang. Apa yang terjadi sejalan dengan dinamika yang terjadi dalam masyarakat dari waktu ke waktu.

Pandangan masyarakat akan mengalami proses pertumbuhan dan perubahan terjadi secara

berkesinambungan. Melalui proses social evolution, dari berbagai faktor mengakibatkan pertumbuhan

baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tokoh teori evolusi adalah Herbert Spencer, yang

menyatakan bahwa perkembangan kehidupan sosial merupakan proses dari sejumlah besar bentuk-

bentuk asli ke bentuk yang baru. Dalam konteks ini terdapat kecenderungan umum bahwa dalam setiap

perkembangan baik struktur maupun organisasinya dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih

kompleks. Dari teori evolusi ada keyakinan bahwa masyarakat selalu mengalami kemajuan menurut

syarat-syarat etika dan tatanan nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan

Perubahan social-budaya suatu masyarakat dapat terjadi karena pengaruh faktor dari luar.

Dalam kenyataan mereka tidak pernah mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Di samping itu,

keberadaan suatu masyarakat selalu berada di antara komunitas yang lain. Secara langsung maupun

tidak langsung pasti terjadi kontak sosial. Perubahan yang terjadi sebagai pengaruh dari hubungan

dengan masyarakat lainnya dapat berupa semua aspek yang menyangkut hubungan itu. Mengenai besar

kecilnya perubahan sangat ditentukan oleh intensitas hubungan, yaitu faktor penerima yaitu masyarakat

itu sendiri, maupun faktor yang mempengaruhi. Pengaruh yang yang berasal dari luar terhadap

kehidupan sosial budaya, dapat bersifat positif maupun negatif.


Selain faktor internal dan eksternal, ternyata masih banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi

purubahan sosial budaya. Misalnya, perkembangan teknologi informasi, perkembangan sarana dan

prasarana, terbukanya akses di berbagai wilayah dan fasilitas umum yang semakin lengkap. Pengaruh

iklim, berkembangnya media komunikasi baik cetak maupun elektronik, seperti surat khabar, televisi,

internet, video dan sarana lainnya semakin mempercepat perubahan yang terjadi.

Semua elemen bangsa diharapkan tidak terus-menerus mencerca negeri ini yang banyak

mengalami persoalan. Momen kebangkitan nasional hendaknya digunakan untuk menumbuhkan

optimisme dan saat untuk berbenah. Merenungkan kembali cita-cita bersama berdirinya negara

kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Pancasila

sebagai ideologi yang mulai tergeser dengan eforia reformasi yang menuntut serba bebas harus

dikembalikan pada posisinya sebagai dasar dan cita-cita negara. Selama reformasi mulai tahun 1998,

negara mengabaikan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Apabila hal ini berlanjut,

maka negara akan hancur dan robohnya pilar-pilar kebangsaan. Peringatan 104 tahun Kebangkitan

Nasional harus dimaknai untuk bangkit melawan berbagai masalah bangsa. Semua harus memerangi

korupsi, perkuat solidaritas dan nasionalisme.

Lembaga pendidikan merupakan tempat yang paling strategis sebagai tempat penanaman, penyemaian
dan membangun semangat nasionalisme, sekaligus pewarisan sejarah dan budaya bangsa. Untuk itu
pendidikan kebangsaan dan pendidikan karakter harus didesain sedemikian rupa sehingga mampu
menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang diharapkan. Guru
sebagai garda terdepan dalam pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan
cita-cita tersebut (http://esaibuku.blogspot.com/2008/03. http://esaibuku.blogspot.com/2008/
03.Yulianto.Perlunya Hukuman Mati Bagi Para Gembong Narkotika.Diakses pada tanggal 12
Juni 2012 jam 21.45).

. Sudah saatnya dilakukan pembenahan kurukulum, standar kompotensi, penentuan materi,

proses pembalajaran dan sistem evaluasi yang tepat sesuai dengan jenjang pendidikannya. Peran guru

sejarah menjadi andalan dalam usaha pendidikan yang membangun semangat nasionalisme sekaligus

penerus pelestarian waarisan sejarah dan budaya bangsa.

F. Simpulan
Perkembangan semangat kebangsaan diawali sejak pra Indonesia, ditandai dengan lahirnya
organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Lahirnya Budi utomo merupakan tonggak
kebangkitan kebangsaan pertama. Semangat dan cita-cita perjuangan semakin hari semakin matang
dengan lahirnya Perhimpunan Indonesia yang secara tegas memiliki tujuan kemerdekaan Indonesia.
Semangat dan jiwa kebangsaan mendapatkan bentuk yang didukung oleh organisasi kepemudaan dan
pelajar yang merupakan menifestasi warga bangsa Indonesia dengan ikrar Sumpah Pemuda 28 Aktober
1928. Nasionalisme akhirnya mencapai puncaknya dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945.

Dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara semangat kebangsaan mengalami pasang
surut. Sejak proklamasi kemerdekaan, pada dekade tahun 1950-an sampai pertengahan tahun 1960-an,
masa Orde Baru (1966-1998), masa Reformasi yang ditandai dengan tumbungannya kekuasaan Orde
Baru digantikan Orde Reformasi, mengalami dinamika persoalan kebangsaan. Dalam pendidikan
kebangsaan tiap-tiap periode memiliki tantangan masing-masing. Di Era reformasi ini mulai nampak
usaha menghidupkan kembali hal-hal yang bersifat primordial, degradasi pluralrisme, menurunnya
semangat nasionalisme dengan terjadinya usaha disintegrasi bangsa. Fanatisme SARA, gerakan
fondamentalis berjuangmelakukan pengingkaran baik secara samar-samar maupun terang-terangan
terhadap pilar-pilar kebangsaan. Peringatan Kebangkaitan Nasional 2012 menjadi momen yang baik
untuk merefleksikan kembali nilai-nilai kebangsaan sehingga Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila,
UUD 1945 dalam NKRI dalam suasana kebhinekaan sungguh-sungguh menjadi pilar penyangga
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Daftar Pustaka:

Ankie M. M. Hoogvelt, 1995,Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang (terj.


Aliamandan),Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azumardi Azra. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta : Penerbit Buku Kompas

Irwan Abdullah. 2009. Pendidikan Antropologi: Kearifan Lokal dan Kebijakan Berwawasan Budaya.

Jakarta: Balai Pustaka

Jakob Sumardjo. 2001. Menjadi Manusia: Mencari Esensi Kemanusiaan Perspektif


Budayawan. Bandung; Rosdakarya

Kohn. H. 1965. Nationalism Is Meaning and History. Malabar Florida: Robert E. Krieger
Kolonialisme sampai dengan Nasionalisme). Jakarta: Gramedia.

Lauer Robert H. 2003. Perspektif Tentang Perubahan Sosial.Jakarta; Rineka Cipta.


Legge J. D.. 2003. Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta: Grafiti
Sartono Kartodirdjo. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional.

Shils, Edward. 1966. The Asian Intelectual. New York: A Handbook Guy Wint

Surakarta: UNS.
Taufik Abdullah. 2001. Indonesia Menapak Abad 21: dalam Kajian Sosial dan Budaya. Jakarta:

Taufik Abdullah. 2001. Nasionalisme & Nasionalisme. Bandung: Satya Historika.

UU.No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta; CV. Tamita Utama.

http://esaibuku.blogspot.com/2008/03.Yulianto.Perlunya Hukuman Mati Bagi Para Gembong


Narkotika. Diakses pada tanggal 12 Juni 2012 jam 21.45.

Menulis catatan sumber (kutipan):


Ada 2 macam:
1. Catatan/kutipan langsung
2. Catatan/kutipan tidak langsung
1. Kutipan langsung: mengambil sama dengan sumber aslinya, baik
susunan kata-katanya, ejaannya, maupun tanda-tanda bacanya.

Cara Penulisannya sebagai berikut:

a. Jika panjang yang dikutif lima baris atau lebih (+40 kata) sekitar
5 baris.

1) Ditulis menjorok ke dalam sejajar dengan alenia

Tiga pilar yang menopang penyelengaraan pendidikan, antara lain:

Sumadi Suryabrata, dkk. (2001: 102)


Pendidikan merupakan cermin dari peradaban suatu bangsa. Oleh
karena itu, pemerintah wajib menyelenggarakan secara sungguh-
sungguh dan terencaana. Keluarga, masyarakat, dan pemerintah
mempunyai peran yang sama dalam mengembangkan pendidikan

Contoh Kutipan langsung:


berpendapat definisi cerita fiksi mencakup beberapa hal, antara
lain:Apabila berbicara tentang sastra, akan terbayang dipikiran
ialah sebuah karya fiksi atau karya kreatif yang merupakan hasil
imajinasi seorang pengarang. Hal inilah yang membedakan sastra
dengan ilmu yang lain, seperti sejarah, antropologi, sosiologi, dan
bidang-bidang kemanusiaan lainnya. Semua bidang ilmu tersebut
memiliki kriteria serta konsep tersendiri. Fiksi yang baik dapat
menggambarkan kehidupan yang mengundang simpati pembaca,
mengundang tanggapan pembaca, dan pendidikan
moralNugraheni Eko Wardani (2009:14).
Contoh Kutipan Pendek:

“Pembangunan berkelanjutan memerlukan komitmen semua


pihak. Tanggunjawab pelaksanaannya dipikul bersama-
sama”(Susanto, 2013: 123).

Faktor–faktoryang perlu diperhatikan sebagai berikut:

2) Jarak ketikan satu spasi.

3) Jangan lupa tulis sumbernya

Contoh:

b. Jika panjangnya kurang dari lima baris:

1) Ditulis diawali dengan tanda kutip dan diakhiri juga dengan


tanda kutip

Contoh:
“Program Indonesia mengajar bertujuan untuk mempercepat

ketertinggalan dalam bidang pendidikan di daerah terpencil”

(Anis Baswedan, 2012: 22).

2) Jangan lupa tulis sumbernya

c. Jika dalam kutipan ada bagian yang perlu dihilangkan:

1) Apabila yang dihilangkan kurang dari satu baris diberi titik-


titik sebanyak 3 titik.

Contoh:

d. Jika yang dihilangkan satu kalimat:

1) Apabila yang dihilangkan satu baris atau lebih diberi titik-titik


sepanjang satu baris.

2) Jangan lupa tulis sumbernya

Contoh:

………………………………………………………………………

2. Kutipan Tidak Langsung



mengambil inti pemikiran dari sumber yang
dibaca kemudian dituangkan dalam kertas kerja
dengan menggunakan bahasa sendiri.

Masih jelas pada ingatan kita tentang pembongkaran
kasus universitas fiktif dan jual-beli gelar beberapa
tahun lalu,"(Suara Pembaharuan, 21/11/08).


Dari penyidikan yang dilakukan Badan Reserse
Kriminal Mabes Polri, terjaring 15.000 gelar
palsu telah berpindah tangan sejak tahun 2000
hingga 2005. Data lainnya menunjukkan bahwa
jumlah pembeli ijazah dan gelar palsu dapat
mencapai 30.000 orang dari berbagai universitas
fiktif tersebut. Gelar yang dikeluarkan meliputi
1.060 doktor, 288 PhD, 2.900 M. Sc, dan
minimal 100 untuk beberapa gelar lainnya.

 Jangan lupa tulis sumbernya. (nama pengarang, tahun terbit: hal : (Kunjana Rahardi, 2009:
144-145)

Contoh Menulis Catatan Sumber:


1. Bagian depan kalimat

Contoh:

Sastra Winata (2012: 201) berpendapat bahwa, pertambahan


jumlah penduduk yang semakin banyak cenderung berpengaruh
terhadap perilaku seseorang menjadi individualis.dst.

2. Bagian tengah paragraf

Contoh:
Sastra Winata(2012: 201) berpendapat bahwa, pertambahan
jumlah penduduk yang semakin banyak cenderung berpengaruh
terhadap perilaku seseorang menjadi individualis.Sedangkan
menurut Prasetyo(2011: 23), menyatakan bahwa dalam banyak hal
sikap individualis mengurangi keharmonisan dalam kehidupan sosial
dan bermasyarakat.

3. Bagian akhir paragraf

Contoh:

Sastra Wuryantara (2012:23) berpendapat bahwa,

pertambahan jumlah penduduk yang semakin banyak cenderung

berpengaruh terhadap perilaku seseorang menjadi individualis.

Dalam banyak hal sikap individualis mengurangi keharmonisan

dalam kehidupan sosial Prasetyo ( 2011:23). Untuk menanggulangi

berbagai tindak kriminalitas yang marak terjadi perlu ditingkatkan

kepedulian antarwarga dalam satu lingkungan(Prasojo S,2010:123).

Cara Menulis Daftar Pustaka


Sartono Kartodirdjo. 1975. Sejarah Nasional Indonesia: Jilid VI. Jakarta:

Sastra Winata. 2012. Sosiologi Perkotaan. Salatiga: Prestasi.

Georg, Lukasc, The Historical Novel, Merlin Press: London, 1974.

Makmur. 2016. Masa Identifikasi Remaja. Salatiga: Sarjana Press.

Widyasari Press.

Bambang Purwanto. 2012. Gagalnya Historiografi Indonesia. Jakarta: Gramedia

Jurahman Yohanes. 2015. Pengantar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.


Salatiga:

Zaenuri. 1999. Psikologi Remaja, Bandung: Sumber Ilmu.


Ahmad. 2015. Masa Pubertas. Semarang: Pustaka Jaya.

Cara Menyusun DP:

1. Urutkan sesuai nama pengarang secara alpabetis

2. Gelar akademik penulis tidak perlu ditulis

3. Tidak perlu diberi namor urut

4. Urutkan dari sumber buku, majalah, koran, internet

5. Tatacara penulisan: Nama penulis. tahun terbit. judul buku. kota


terbit: penerbit.

6. Urutkan dari sumber: buku, majalah ilmiah, makalah ilmiah, surat


kabar, internet (

www.http//Yulianto .Tokoh Politik Terlibat Korupsi. Diakses: 20


November 2017 jam 21. 15).

Contoh Penulisan sumber dari Buku:


______________, 1980

______________. 1978. Nasionalisme Negara-negara Berkembang. Jakarta:

Balai Pustaka.

Bambang Purwanto. 2012. Gagalnya Historiografi Indonesia. Jakarta: Gramedia

Georg, Lukasc, The Historical Novel, Merlin Press: London, 1974.

Georg,Lukasc. 1974.The Historical Novel.London: Merlin Press.

Gramedia.

Sartono Kartodirdjo. 1975. Sejarah Nasional Indonesia: Jilid VI. Jakarta:

Sastra Winata. 2012. Sosiologi Perkotaan. Salatiga: Prestasi.

Contoh Penulisan sumber dari Artikel Jurnal:


Henri Suprianto. 1993.”Hubungan Sastra dan Sejarah: Lakon Panji

Pada Teater Topeng di Kabupaten Malang”. Universitas Indonesia:


Lembaran Sastra. Edisi XIX. No.1, halaman 39-50.

Contoh Penulisan Sumber dari Surat Kabar:


Tri Wiyanto. Kompas. Senin, 15 Februari 2012.

Sampurno Wibowo. Kedaulatan Rakyat. Selasa, 19 Oktober 2011.

Contoh Penulisan sumber dari Internet:


http://esaibuku.blogspot.com/2008/03.Yulianto.Perlunya Hukuman Mati
Bagi Para Gembong Narkotika. Diakses pada tanggal 12 Juni 2012 jam
21.45.

Jadi kalau diurutkan sbb:


Balai Pustaka

Georg,Lukasc. 1974.The Historical Novel. London: Merlin Press.

Henri Suprianto. 1993.”Hubungan Sastra dan Sejarah: Lakon Panji

Lembaran Sastra.

Pada Teater Topeng di Kabupaten Malang”. Universitas Indonesia:

Sampurno Wibowo. Kedaulatan Rakyat. Selasa, 19 Oktober 2011.

Sartono Kartodirdjo. 1975. Sejarah Nasional Indonesia: Jilid VI. Jakarta:

Sastra Winata. 2012. Sosiologi Perkotaan. Salatiga: Prestasi.

Tri Wiyanto Kompas. Senin, 15 Februari 2012.

http://esaibuku.blogspot.com/2008/03.Yulianto.Perlunya Hukuman Mati Bagi


Para Gembong Narkotika. Diunduh pada tanggal 12 Juni 2012 jam 21.45.
Penulisan Skripsi
Dalam memilih pokok skripsi, calon penulis hendaknya
mempertimbangkan syarat-syarat sbb:

1. Pokok skripsi harus sungguh-sungguh menarik minatnya

2. Pokok skripsi harus mengandung masalah, sehingga merangsang


untuk mengadakan penyelidikan, melengkapi bacaan, melakukan
observasi, dsb.

3. Membuat skripsi harus memperluas, memperkaya dan


memperdalam pengetahuannya (memberikan kontribusi dalam
pengembangan pengetahuan).

4. Pokok skripsi jangan terlalu luas (sempit dan terbatas untuk ditelaah
secara mendalam)

5. Pokok skripsi harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh


Fakultas, Jurusan dan Progdi.

6. Pokok skripsi harus dalam batas-batas kesanggupan calon untuk


menyelesaikannya. Sumber bacaan dapat dicari; data dapat
dikumpulkan.

6. Skripsi harus bersifat APIK (Asli Perlu Ilmiah dan Konsisten)

SISTEMATIKA SKRIPSI
Contoh Sistematika Penelitian Kualitaif

A. Bagian Ekstra Halaman:


1. Halaman sampul luar
2. Halaman sampul dalam

3. Lembar pengesahan

4. Kata Pengantar

5. Daftar Isi

6. Abstrak

B. Bagian Isi:
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Batasan Masalah

C. Perumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

BAB II

KAJIAN TEORETIK/TINJAUAN PUSTAKA/KAJIAN PUSTAKA

Dalam bagian ini dilakukan pengkajian secara mendalam


berdasarkan berbagai teori yang diambil dari sumber bacaan.Diurutkan
berdasarkan urutan Perumusan Masalah.

Cari sumber atau buku-buku, majalah ilmiah, laporan hasil penelitian


yang relevan, sumber dari media, internet, dsb.yang relevan sebanyak-
banyaknya.

BAB III

METODOLOGi PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian

B. Metode Penelitian

C. Sumber Data

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

F. Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN

BAB IV

SAJIAN DATA, POKOK-POKOK TEMUAN, DAN


PEMBAHASAN

A. Sajian Data
B. Pokok-pokok Temuan
C. Pembahasan

Bagian Penutup

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN PENELITIAN DAN


SARAN

A. Simpulan

B. Implikasi

C. Keterbatasan penelitian

D. Saran
DAFTAR PUSTAKA

PENULISAN NOTASI
Penulisan/nomerikal Notasi sangat
variatif....yang penting konsisten
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah/Ruang Lingkup Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penulisan
F. Manfaat Penulisan
1.
2.
a.
b.______ 1)
2)______ a)
b)______ (1)
(2)______
(a)
(b)..... dst

Anda mungkin juga menyukai