SMA DM TRIGUNA
Alamat : Jalan Gajah Mada No. 41 B Telp. 0751 7052288
website : http:darulmaarif.web.id ,
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleransi, damai), santun, responsive, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahua faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian spesifik dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari apa yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatann pedagogik genre, saintifik, dan CLIL
dengan model pembelajaran discovery learning peserta didik dapat Menentukan isi pokok laporan
hasil observasi dan menentukan ciri-ciri kebahasaan dalam teks laporan hasil observasi, menyusun
ringkasan teks laporan hasil observasi berdasarkan struktur, ciri kebahasaan, dan isi teks laporan hasil
observasi dan terampil mempresentasikan hasil ringkasan teks laporan hasil observasi berdasarkan
struktur, ciri kebahasaan, dan isi teks laporan hasil observasi dengan rasa ingin tahu, kerja keras,
tanggung jawab, bersikap bersahabat/ komunikatif selama proses pembelajaran.
D. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pertemuan 1
1. Teks laporan hasil observasi
2. Isi teks laporan hasil observasi
3. Ciri-ciri kebahasaan dalam teks laporan hasil observasi
a.Kata serta frasa verba dan nomina
b. Afiksasi
c.Kalimat definisi dan deskriptif
d. Kalimat simpleks dan kalimat kompleks
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama ( 2 x 45 menit )
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter Alokasi
(PPK), Literasi, Waktu
4C, HOTS
1. Pendahulua 1. Peserta didik merespon salam dan Religius 10
n mensyukuri anugerah Tuhan dan saling menit
mendoakan.
2. Peserta didik merespon apersepsi yang Rasa ingin tahu
disampaikan pendidik dengan
memberikan dua gambar yang berbeda,
yaitu gambar lingkungan terawat dan
lingkungan tidak terawat. Peserta didik
merespon pertanyaan pendidik: “Apa
yang kalian amati dari gambar
tersebut?”, “Hal-hal menarik apa saja
yang kalian amati dari dua gamabr
tersebut?”serta “Apa yang harus kamu
lakukan ketika menghadapi
permasalahan yang terdapat dalam
gambar tersebut?”
3. Peserta didik menerima informasi
tentang materi dan tujuan yang akan
dipelajari serta kegiatan yang akan
dipelajari dalam teks Laporan Hasil
Observasi.
2. INTI Discovery 70
1. Stimulasi ( pemberian rangsangan) menit
a. Peserta didik membaca teks Laporan
Hasil Observasi dengan judul Wayang Literasi
pada halaman 9 (buku siswa).
b. Peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok. Setiap kelompok
beranggotakan empat orang.
Pertemua ke-2
(2 x 45 menit)
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter Alokasi
(PPK), Literasi, waktu
4C, HOTS
1. Pendahulua 1. Peserta didik merespon salam dan Religius 10
n mensyukuri anugerah Tuhan dan menit
saling mendoakan.
2. Peserta didik merespon apersepsi yang Rasa ingin tahu
disampaikan pendidik tentang materi
pembelajaran sebelumnya, “ apa yang
kalian tentang teks laporan hasil
observasi?”Bagaimana ciri kebahasaan
teks Laporan hasil observasi.
3. Peserta didik menerima informasi
tentang materi dan tujuan yang akan
dipelajari serta kegiatan yang akan
dipelajari dalam teks Laporan Hasil
Observasi hari ini.
2. Inti 1. Pendidik dengan rasa ingin tahu Literasi 70
membaca teks yang berjudul “D’ menit
Topeng Museum Angkut” pada
halaman 16 di buku Siswa.
2. Peserta didik dikelompokkan menjadi Kerja sama
bebebrapa kelompok, masing-masing (Collaborative)
kelompok terdiri atas empat orang. Berpikir kritis
Setiap siswa menyusun ringkasan teks (Critical
“D’ Topeng Museum Angkut” secara thinking)
mandiri. Kreativitas
3. Secara bergantian setiap siswa (Creativity)
mempresentasikan ringkasan yang
dibuatnya dalam kelompmpok masing- Komunikatif
masing. (Communicative
4. Siswa lain menilai temannyadengan )
mengisi rubrik penilaian yang
dibagikan guru
5. Setiap kelompok memilih ringkasan
yang terbaik
6. Siswa yang ringkasannya menjadi
ringkasan terbaik di kelompoknya
harus mempresentasikan ringkasan di
depan kelas.
H. Penilaian
1. Kompetensi keagamaan dan sosial
a. Teknik penilaian : observasi/ pengamatan
b. Bentuk : catatan hasil observasi
c. Instrumen : jurnal (terlampir)
2. Kompetensi Pengetahuan:
a. Teknik penilaian : tes tulis dan tes penugasan
b. Bentuk Penilaian : tugas individu dan tugas kelompok.
c. Instrumen penilaian : lembar kerja. (terlampir)
4. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas.
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau
tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
c. Tugas remedial, dilakukan sebanyak 3 kali yaitu dengan cara menugaskan kepada
peserta didik untuk membenahi tugas yang telah dikerjakan sehingga memenuhi
ketentuan yang ditetapkan.
5. Pengayaan
Bagi Peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan sebagai berikut:
1) Siswa yang mencapai nilai diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman
sebagai pengetahuan tambahan.
2) Siwa yang mencapai nilai diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman
sebagai pengetahuan tambahan.
Lampiran
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP
N KEJADIAN/
WAKTU NAMA TINDAK LANJUT
O PERILAKU
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PENGETAHUAN
Petunjuk :
Bacalah teks berikut, secara berkelompok jawablah pertanyaan yang terdapat di bawahnya!
1. Jawablah pertanyaan sebagai berikut!
a. Apakah wayang itu?
b. Apa fungsi dari pertunjukkan wayang?
c. Ada berapa jenis wayang berdasarkan pembuatannya?
d. Apa yang dimaksud dengan wayang suket?
e. Mengapa teks tersebut digolongkan teks laporan hasil observasi?
Pedoman penyekoran:
Kunci
1.a. wayang adalah suatu jenis pertunjukkan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli
Indonesia
1.b.fungsi pertunjukkan wayang adalah sebagai media pendidikan, media informasi, dan media
hiburan.
1.c. Berdasarkan pembutannya, wayang dibedakan menjadi tiga jenis, yakni wayang kulit,
wayang wong, dan wayang golek.
1.d. wayang suket adalah wayang yang merupakan tirua dari berbagai figur wayang kulit yang
terbuat dari rumput(bahasa jawa : suket)
2. teks tersebut dikategorikan dalam teks laporan hasil observasi karena ditulis berdasarkan hasil
pengamatan/observasi pada kenyataan dan objek yang dilaporkan yaitu wayang dituliskan
secara detail
3.
Kompetensi Dasar :
4.1 Menginterpretasi isi teks laporan hasil observasi berdasarkan interpretasi baik secara lisan
maupun tulis
RUBRIK PENILAIAN KOMPETENSI KETERAMPILAN
KISI-KISI SOAL HOTS
Tahun Pelajaran 2020/2021
Kelas/Semester : X / 1 (satu)
Kurikulum : 2013
Kompetensi Dasar : 3.1 Mengidentifikasi teks laporan hasil observasi yang dipresentasikan dengan lisan dan tulis
Indikator soal no:
1. Disajikan teks laporan hasil observasi, peserta didik dapat menentukan isi pokok laporan hasil observasi.
2. Disajikan teks laporan hasil observasi, peserta didik dapat menentukan ciri kebahasaan teks laporan hasil observasi.
3. Disajikan teks laporan hasil observasi , peserta didik mampu menentukan gagasan utama tiap paragraph.
4. Disajikan teks laporan hasil observasi, peserta didik mampu menyusun gagasan pokok yang sudah ditemukan menjadi sebuah ringkasan
Mengetahui
Kepala SMA DM TRIGUNA Guru Mata Pelajaran
Pokok-pokok isi teks terangkum dalam rumus 5W + 1H. Dalam bahasa Indonesia,
pokok-pokok isi atau informasi itu dapat pula disingkat dengan ADIKSIMBA (Apa,
DI mana, SIapa, Mengapa, BAgaimana) .
Berikut disajikan contoh teks dan identifikasi isi teks laporan hasil observasi
Wayang
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli
Indonesia. UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB, pada 7 November
2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal dari
Indonesia. Wayang merupakan warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni
bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah membagi wayang menjadi tiga.
Wayang kulit di Timur, wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan
wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat. Penjenisan tersebut disesuaikan dengan
penggunaan bahan wayang. Wayang kulit dibuat dari kulit hewan ternak, misalnya kulit
kerbau, sapi, atau kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau
diperankan oleh orang. Wayang golekadalah wayang yang menggunakan boneka kayu
sebagai pemeran tokoh. Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang agar tetap
dicintai, seniman mengembangkan wayang dengan bahan-bahan lain, antara lain
wayang suket dan wayang motekar.
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi
bermacam jenis. Jenis yang paling terkenal, karena diperkirakan memiliki umur paling tua
adalah wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini
terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang
pendalangan, serta diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian
rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan
wayang yang diperankan langsung oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar
adalah wayang gung, sedangkan yang dikenal di suku Jawa adalah wayang topeng.
Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan topeng. Wayang tersebut
dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun saat
ini beragam, tidak hanya digunakan dalam acara ritual, tetapi juga digunakan dalam acara
yang bersifat menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang mempertunjukkan
boneka kayu. Wayang golek berasal dari Sunda. Selain wayang golek Sunda, wayang yang
terbuat dari kayu adalah wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak
karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut kali pertama dikenalkan di
Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang
klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan
tetapi, cerita yang diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan.
Wayang lain yang terbuat dari kayu adalah wayang papak atau cepak, wayang timplong,
wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen. Perkembangan terbaru dunia
pewayangan menghasilkan kreasi berupa wayang suket. Jenis wayang ini
disebut suket karena wayang yang digunakan terbuat dari rumput yang dibentuk
menyerupai wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai fgur wayang
kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa:suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai
alat permainan atau penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastic berwarna.
Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang
kulit. Namun, jika wayang kulit memiliki bayangan yang berwarna hitam saja, wayang
motekar menggunakan teknik terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan
warna-warni penuh. Wayang tersebut menggunakan bahan plastik berwarna, sistem
pencahayaan teater modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang dapat
dimanfaatkan dalam berbagai kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media
informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat sebagai media pendidikan karena
isinya banyak memberikan ajaran kehidupan kepada manusia. Pada era modern ini,
wayang juga banyak digunakan sebagai media informasi. Ini antara lain dapat kita lihat
pada pagelaran wayang yang disisipi informasi tentang program pembangunan seperti
keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya.Yang terakhir, meski semakin
jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan.
(Sumber: http://istiqomahalmaky.blogspot.co.id)
Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan singkat dan jelas sesuai dengan isi teks
tersebut.
1. Apakah wayang itu?
Jawaban:
Wayang adalah suatu seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya
asli Indonesia.
2. Kapan wayang ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia?
Jawaban: 7 November 203.
7. Apa saja gaya atau gagrak yang dimiliki oleh wayang purwa?
Jawaban :
Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti gagrak Kasunanan,
Mangkunegaraan; Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan
sebagainya.
Dari segi isi, laporan hasil observasi mempunyai ciri sebagai Berikut.
a. Bersifat objektif.
b. Ditulis berdasarkan fakta yang ditemukan pada saat pengamatan.
c. Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menyimpang, dugaan-dugaan yang tidak
tepat, atau pemihakan terhadap sesuatu.
d. Ditulis secara lengkap
Rujukan
1. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa
SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya.
2. Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
3. Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Wayang
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli
Indonesia. UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB, pada 7 November
2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal dari
Indonesia. Wayang merupakan warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni
bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah membagi wayang menjadi tiga.
Wayang kulit di Timur, wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan
wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat. Penjenisan tersebut disesuaikan dengan
penggunaan bahan wayang. Wayang kulit dibuat dari kulit hewan ternak, misalnya kulit
kerbau, sapi, atau kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau
diperankan oleh orang. Wayang golekadalah wayang yang menggunakan boneka kayu
sebagai pemeran tokoh. Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang agar tetap
dicintai, seniman mengembangkan wayang dengan bahan-bahan lain, antara lain
wayang suket dan wayang motekar
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi
bermacam jenis. Jenis yang paling terkenal, karena diperkirakan memiliki umur paling tua
adalah wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini
terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang
pendalangan, serta diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian
rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan
wayang yang diperankan langsung oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar
adalah wayang gung, sedangkan yang dikenal di suku Jawa adalah wayang topeng.
Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan topeng. Wayang tersebut
dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun saat
ini beragam, tidak hanya digunakan dalam acara ritual, tetapi juga digunakan dalam acara
yang bersifat menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang mempertunjukkan
boneka kayu. Wayang golek berasal dari Sunda. Selain wayang golek Sunda, wayang yang
terbuat dari kayu adalah wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak
karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut kali pertama dikenalkan di
Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang
klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan
tetapi, cerita yang diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan.
Wayang lain yang terbuat dari kayu adalah wayang papak atau cepak, wayang timplong,
wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen. Perkembangan terbaru dunia
pewayangan menghasilkan kreasi berupa wayang suket. Jenis wayang ini
disebut suket karena wayang yang digunakan terbuat dari rumput yang dibentuk
menyerupai wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai fgur wayang
kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa:suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai
alat permainan atau penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastic berwarna.
Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang
kulit. Namun, jika wayang kulit memiliki bayangan yang berwarna hitam saja, wayang
motekar menggunakan teknik terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan
warna-warni penuh. Wayang tersebut menggunakan bahan plastik berwarna, sistem
pencahayaan teater modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang dapat
dimanfaatkan dalam berbagai kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media
informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat sebagai media pendidikan karena
isinya banyak memberikan ajaran kehidupan kepada manusia. Pada era modern ini,
wayang juga banyak digunakan sebagai media informasi. Ini antara lain dapat kita lihat
pada pagelaran wayang yang disisipi informasi tentang program pembangunan seperti
keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya.Yang terakhir, meski semakin
jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan.
(Sumber: http://istiqomahalmaky.blogspot.co.id)
Setelah menemukan semua gagasan pokok tiap paragraf dalam teks laporan hasil
observasi di atas, kita dapat menggabungkan kalimat-kalimat itu dengan konjungsi yang
tepat.
Berikut ini contoh hasil ringkasan berdasarkan gagasan pokok yang telah diidentifikasi.
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli
Indonesia. Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi
menjadi bermacam jenis Wayang wong adalah salah satu pertunjukan wayang yang
diperankan langsung oleh orang. Wayang golek adalah jenis wayang yang
mempertunjukkan boneka kayu. Ada juga wayang suket yaitu wayang yang terbuat dari
rumput dan wayang motekar atau wayang plastik berwarna. Semua jenis wayang di atas
merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai
kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan.
Rujukan
Wayang
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli
Indonesia. UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB, pada 7 November
2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal dari
Indonesia. Wayang merupakan warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni
bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah membagi wayang menjadi tiga.
Wayang kulit di Timur, wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan
wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat. Penjenisan tersebut disesuaikan dengan
penggunaan bahan wayang. Wayang kulit dibuat dari kulit hewan ternak, misalnya kulit
kerbau, sapi, atau kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau
diperankan oleh orang. Wayang golekadalah wayang yang menggunakan boneka kayu
sebagai pemeran tokoh. Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang agar tetap
dicintai, seniman mengembangkan wayang dengan bahan-bahan lain, antara lain
wayang suket dan wayang motekar.
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi
bermacam jenis. Jenis yang paling terkenal, karena diperkirakan memiliki umur paling tua
adalah wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini
terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang
pendalangan, serta diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian
rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan
wayang yang diperankan langsung oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar
adalah wayang gung, sedangkan yang dikenal di suku Jawa adalah wayang topeng.
Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan topeng. Wayang tersebut
dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun saat
ini beragam, tidak hanya digunakan dalam acara ritual, tetapi juga digunakan dalam acara
yang bersifat menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang mempertunjukkan
boneka kayu. Wayang golek berasal dari Sunda. Selain wayang golek Sunda, wayang yang
terbuat dari kayu adalah wayang menak atau sering juga disebut wayang golek menak
karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut kali pertama dikenalkan di
Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang
klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan
tetapi, cerita yang diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan.
Wayang lain yang terbuat dari kayu adalah wayang papak atau cepak, wayang
timplong, wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen. Perkembangan terbaru
dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa wayang suket. Jenis wayang ini
disebut suket karena wayang yang digunakan terbuat dari rumput yang dibentuk
menyerupai wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai fgur wayang
kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa:suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai
alat permainan atau penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastic berwarna.
Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang
kulit. Namun, jika wayang kulit memiliki bayangan yang berwarna hitam saja, wayang
motekar menggunakan teknik terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan
warna-warni penuh. Wayang tersebut menggunakan bahan plastik berwarna, sistem
pencahayaan teater modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang dapat
dimanfaatkan dalam berbagai kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media
informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat sebagai media pendidikan karena
isinya banyak memberikan ajaran kehidupan kepada manusia. Pada era modern ini,
wayang juga banyak digunakan sebagai media informasi. Ini antara lain dapat kita lihat
pada pagelaran wayang yang disisipi informasi tentang program pembangunan seperti
keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya.Yang terakhir, meski semakin
jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan.
(Sumber: http://istiqomahalmaky.blogspot.co.id)
1. Kata serta Frasa Verba serta Nomina. Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang
dominan digunakan dalam sebuah teks laporan hasil observasi adalah verba (kata kerja)
dan nomina (kata benda). Untuk memahami hal tersebut, siswa harus mengetahui
perbedaan antara kata dan frasa. Kata berbentuk morfem atau morf bebas, yaitu satuan
bahasa terkecil (dapat memiliki arti maupun tidak) yang bersifat bebas. Frasa merupakan
unsur yang lebih luas, yaitu kelompok kata nonpredikatif, hanya menduduki satu fungsi
dalam sebuah kalimat.
Perhatikan contoh identifikasi kata benda dan frasa benda dalam teks berjudul Wayang
b. Verba
Berdasarkan analisis kata dan frasa dapat dinyatakan bahwa pada paragraf pertama teks di
atas banyak digunakan frasa nomina. Sementara itu, frasa verba pada paragraf pertama
teks di atas hanya ada satu, sedangkan yang lainnya berupa kata. Dengan demikian,
nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek pada paragraf pertama teks di atas
banyak menggunakan frasa, sedangkan predikat banyak menggunakan kata.
2. Afiksasi. Sebuah kata dalam teks dapat berupa kata dasar atau kata turunan. Kata
turunan terbentuk melalui afiksasi, yaitu proses pengimbuhan. Suatu kata yang melalui
afiksasi bisa saja berubah jenis. Sebagai contoh, suatu jenis verba suatu ketika muncul
sebagai nomina dengan hanya menambah atau mengubah imbuhan. Suatu kata dasar dapat
berubah menjadi verba jika diberi imbuhan me(N)-, be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau
ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama dapat berubah menjadi nomina jika diberi
imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau terkadang ke-an. Berikut adalah contoh afiksasi:
No
Kata Jenis Imbuhan Kata Dasar
.
1. disebut Verba di- sebut
2. menakutkan Verba me(N)-kan takut
3. kemampuan Nomina ke-an mampu
4. getaran Nomina -an getar
5. menyusui Verba me(N)-i susu
6. berasal Verba be(R)- asal
7. mengisap Verba me(N)- isap
8. menggigit verba me(N)- gigit
9. gigitan nomina -an gigit
10. penelitian nomina pe(N)-an teliti
Kalimat deskripsi yang terdapat dalam teks tersebut adalah sebagai berikut.
a. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah
pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang
diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari: tuding dan gapit.
b. Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan,
Mangkunegaraan; Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan
sebagainya.
c. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan topeng..
d. Selain wayang golek Sunda yang terbuat dari kayu ada juga wayang menak atau
sering juga disebut wayang golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek.
Kalimat dalam sebuah teks dapat dibentuk hanya oleh satu klausa, yaitu bagian kalimat
yang mengandung subjek dan predikat (predikatif). Kalimat yang hanya memiliki satu
klausa disebut sebagai kalimat simpleks atau biasa disebut pula sebagai kalimat tunggal.
Berikut adalah contoh kalimat simpleks dengan bermacam pola:
Kalimat kompleks atau kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau lebih
klausa. Kalimat kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau
majemuk setara dan kalimat kompleks atau majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara
memiliki dua atau klausa ganda yang setara dalam suatu kalimat, sedangkan kalimat
majemuk bertingkat memiliki klausa ganda yang tidak sama atau berada di bawah fungsi
utama suatu kalimat. Fungsi-fungsi utama dalam dalam kalimat majemuk setara
membentuk induk kalimat atau klausa atasan. Fungsi-fungsi yang membentuk tingkat,
yaitu yang mengikuti konjungsi subordinatif disebut klausa bawahan atau anak kalimat.
Kalimat majemuk setara biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi koordinatif
(setara), sedangkan kalimat majemuk bertingkat biasanya ditandai dengan penggunaan
konjungsi subordinatif (bertingkat).
Cermatilah contoh kalimat kompleks di bawah ini!
Rujukan
Menyusun teks laporan hasil observasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah Berikut.
1. Menentukan objek yang akan diamati!
2. Menyusun jadwal observasi yang akan dilakukan.
3. Melakukan observasi terhadap objek tersebut dengan menyiapkan pertanyaan atau poin-
poin pengamatan terlebih dahulu.
4. Mencatat hasil observasi kamu. Bila memungkinkan siswa diminta mengambil foto dan
memvideokan observasi.
5. Menyusun teks laporan hasil observasimu dengan meperhatikan ketepatan isi, struktur,
dan kaidah kebahasaannya.
Setiap paragraf terdapat gagasan pokok. Jadi, mengembangkan teks dimulai dengan
menuliskan gagasan-gagasan pokok terlebih dahulu. Setiap gagasan pokok dikembangkan
menjadi satu paragraf.
Perhatikanlah contoh rangkaian gagasan pokok berikut.
1. Merpati sering disamakan dengan dara karena termasuk dalam ordo yang sama.
2. Merpati dan dara adalah burung yang berbadan gempal dengan leher pendek, paruh
ramping pendek, dan cere berair.
3. Merpati dan dara memiliki spesies yang bermacam.
4. Berbagai spesies merpati dan dara dimanfaatkan sebagai burung hias.
Menyusun teks laporan hasil observasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
1. Menentukan objek yang akan diamati!
2. Menyusun jadwal observasi yang akan dilakukan.
3. Melakukan observasi terhadap objek tersebut dengan menyiapkan pertanyaan atau
poin-poin pengamatan terlebih dahulu.
4. Mencatat hasil observasi kamu. Bila memungkinkan siswa diminta mengambil foto
dan memvideokan observasi.
5. Menyusun teks laporan hasil observasimu dengan meperhatikan ketepatan isi,
struktur, dan kaidah kebahasaannya.
Rujukan
1. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa
SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya.
2. Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
3. Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.