Anda di halaman 1dari 10

TEKTONIK ENDAPAN PORFIRI-CU LAPANGAN TAMBANG

GRASBERG, PAPUA
Oleh : Extivonus K. Fr (12012060)

I. Pendahuluan

Potensi sumber daya mineral tanah Papua sudah menjadi hal yang banyak diketahui dan
diperbincangkan banyak orang, terutama potensi endapan porfiri-Cu pada lapangan Grasberg yang
dikelola oleh PT. Freeport Indonesia. Grasberg terletak di dataran tinggi Rangkaian Pegunungan
Sudirman, Provinsi Papua Barat. Pada tahun 2011, PT. Freeport Indonesia sebagai pengelola lokasi
penambangan berhasil memproduksi 362 juta ton tembaga serta 37 ton emas dengan perhitungan
sisa cadangan 14 juta ton tembaga dan 913 ton emas.

Gambar 1 Citra Grasberg yang diambil dari Google


Earth

II. Fisiografi Regional Papua

Fisiografi Papua secara umum dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu bagian Kepala
Burung, Leher, Badan, dan Ekor. Punggungan pada pulau Papua yang terletak pada bagian tengah
adalah sabuk orogenesa utama yang terbentuk akibat dari konvergensi antara lempeng Australia
dan lempeng Pasifik pada zaman Kenozoikum.
Bagian utara Kepala Burung merupakan pegunungan dengan relief kasar, terjal sampai
sangat terjal. Batuan yang tersusun berupa batuan gunung api, batuan ubahan, dan batuan intrusif
asam sampai menengah. Morfologi ini berangsur berubah ke arah barat – selatan berupa dataran
rendah aluvial, rawa dan plateau batugamping. Pada bagian Kepala Burung ini memiliki batuan
dasar berupa Melanesian Arc Terrane yang terbentuk pada kerak samudera pada zaman
Mesozoikum.
Fenomena tektonik pada Pulau Papua melibatkan tiga lempeng samudra (Lempeng Filipina
dan Lempeng Carolina di bagian Timur, serta bagian samudra dari Lempeng Indo-Australia di
bagian Barat) dan sebuah batas dari Lempeng Eurasia dan bagian benua dari Lempeng indo-
Australia. Menurut Hall (2002) kondisi tektonik pada wilayah ini setidaknya dipengaruhi oleh

Gambar 2 Peta Tektonik Pulau Papua (Sapiie et.al. 2005)

peristiwa berikut : (a) 45 juta tahun yang lalu, sebuah blok kanan tektonik di Indochina melepaskan
diri dan mensubduksi pra-Lempeng Laut Cina Selatan dengan perkembangan pemekaran
pematang di Lempeng Filipina. (b) 25 juta tahun yang lalu, terjadi kolisi antara Australia-busur
Halmahera-Filipina dan Dataran Tinggi Ontong pada Pulau Jawa dengan Busur Melanesia,
pembukaan dari Laut Cina Selatan, penebalan kerak pada wilayah Kalimantan Utara yang
diakibatkan pengaruh dorongan dari Lempeng Benua di Barat Laut dan berputarnya Lempeng
Filipina searah jarum jam. (c) 5 juta tahun yang lalu, terjadi kolisi antara Filipina dengan batas
kontinen Asia Tenggara yang menyebabkan berpindahnya zona subduksi dari barat kearah Timur
Filipina
Bagian Badan didominasi oleh Pegungungan Tengah yang memanjang 1300km dengan
puncaknya yang lebih dari 3km sepanjang 100-150km. Pegunungan punggungan ini terbentuk
akibat adanya kolisi dari fragmen samudera dibagian atas dengan batas kontinen dari Australia.

III. Magmatisme di Papua

Magmatisme di Papua secara umum memiliki komposisis intermidiet dengan volume kecil
namun tersebat secara luas. Aktivitas ini memicu terbentuknya daerah dengan bijih tembaga dan
emas raksasa yang kita kenal dengan Grasberg. Selain itu endapan porfiri-Cu lain yang tersebar

Gambar 3 Magmatisme pada Kenozoikum Akhir di Papua (Dow, 1977 dalam Closs dan Sapiie et.al 2005)
sepanjang bagian tengah dari papua adalah Porgera, Erstberg (porfiri skarn), dan Ok Tedi yang
terletak di Papua Nugini.
Provinsi magmatic pada Papua dapat dibagi menjadi dua provinsi utama. Yang pertama
adalah magmatisme pada kala Miosen 20-10 juta tahun lalu yang dikenal dengan Maramuni Arc
yang mengintrusi dari batuan dasar kontinen Australia di bagian timur Papua Nugini (Dow, 1977).
Magmatisme paling muda berumur 7 juta tahun yang lalu yang terkonsentrasi sepanjang
punggungan dari bagian tengah Papua. Seluruh prospek mineralisasi di Papua terbentuk selama
masa ini.

Hal terpenting dari adanya mgamatisme di pulau Papua adalah pertanyaan mengapa
sebaran daerah magmatic hanya terjadi pada bagaian punggungan dari Papua (orogenic belt) hal
ini mengindikasikan bahwa magmatisme di Papua disebabkan oleh adanya konvergensi. Satu hal
yang perlu digaris bawahi adalah sabuk magmatik yang terjadi di Papua berlangsung secara singkat
dan tidak berlangsung akibat steady state subduction.
IV. Konsep Delaminasi

Konsep delaminasi awalnya dikemukakan oleh Bird (1978) yang menyatakan bahwa
proses deaminasi mantel terjadi di batas kerak dan mantel. Delaminasi merupakan tersobeknya
(terkelupasnya) lithospheric mantle (batas litosfer dan mantel) dari kerak benua diatasnya karena
batas litosfer-mantel ini lebih dingin dan padat dibandingkan dengan astenosfer dibawahnya.
Kecepatan delaminasi ini ditentukan oleh viskositas dari astenosfer yang menyebar melalui
rekahan (Bird and Baumgardner, 1981).
Bird menyebutkan bahwa kehilangan masa karena delaminasi ini akan diikuti oleh
kompensasi isostatik berupa pengangkatan. Hal ini yang menjadi salah satu teori yang
menyebabkan terbentuknya pegunungan dan magmatisme di wilayah Papua.
Rekonstruksi Collisional Delamination Papua :
Daftar Pustaka

Closs, Mark, Sapiee, Benyamin, dkk. 2005. Collisional Delamination in New Guinea: The
Geotectonic of Subducting Slab Breakoff. Austin, Texas. The Geological Society of
America

Darman, Herman dan Sidi, F Hasan. 2000. An Outline of the Geology of Indonesia. Bandung.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai