TUGAS DESAIN
STRUKTUR BAJA 2
TEKNIK SIPIL – UNIVERSITAS RIAU
DISUSUN OLEH:
DESEMBER 2018
LAPORAN DESAIN STRUKTUR BAJA II 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN DESAIN STRUKTUR BAJA 2
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
DISETUJUI OLEH:
ASISTEN LAPORAN
ii
LAPORAN DESAIN STRUKTUR BAJA II 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Desain Struktur Baja II ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Desain Struktur Baja II ini merupakan pemantapan dari dasar teori yang telah
didapatkan pada mata kuliah struktur baja II, dan mata kuliah lainnya yang ada
hubunganya dengan desain ini.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen mata kuliah Struktur Baja II,
Ibuk Dr.Reni Suryanita, ST, MT. dan Bapak Iskandar Romey Sitompul yang telah
memberikan bimbinganya atas desain ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan
kepada asisten pembimbing Wan Muhammad Nurhud yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing kami dalam menyelesaikan Desain Struktur Baja II ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Desain Struktur Baja II ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Desain ini dimasa akan datang.
Penulis
iii
LAPORAN DESAIN STRUKTUR BAJA II 2018
DAFTAR ISI
1.1.Latar Belakang............................................................................................................. 1
2.1.Teori 5
2. 2. 1. Rangka.............................................................................................................. 7
iv
LAPORAN DESAIN STRUKTUR BAJA II 2018
v
LAPORAN DESAIN STRUKTUR BAJA II 2018
vi
LAPORAN DESAIN STRUKTUR BAJA II 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, kemajuan teknologi semakin meningkat, hal ini disertai dengan
banyaknya pembangunan di berbagai negara. Oleh karena itu, kemajuan
teknologi dalam bidang konstruksi di bangunan sangat diperlukan, termasuk tata
cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung. Karena pada
kenyataannya ketika kebutuhan akan kayu semakin meningkat dan persediaan
kayu semakin menipis, maka sebagai alternatif terbaik untuk pemasangan atap
rumah atau gedung adalah kuda-kuda baja ringan.
Untuk itu dibuatlah peraturan sebagai acuan dalam perencanaan bangunan
konstruksi baja. Dalam perencanaan konstruksi baja ini ada beberapa metode
yaitu metode ASD (Alloweable Stress Design) dimana menitikberatkan pada
beban layanan (beban mati) dan tegangan yang dihitung secara elastis dan metode
LRFD (Load Resistance and Factor Design) dimana metode ini didasarkan pada
ilmu probabilitas, sehingga dapat mengantisipasi segala ketidakpastian dari
material maupun beban. Adapun acuan dalam perencanaan bangunan konstruksi
baja yaitu SNI 03-1729-2002 yang berbasis metode LRFD, serta menggunakan
acuan ANSI/AISC 358-2005.
Perencanaan merupakan proses untuk mendapatkan suatu hasil yang
optimum, untuk itu suatu struktur harus memenuhi kriteria berikut :
Biaya minimum
Waktu konstruksi minimum
Tenaga kerja minimum
Manfaat maksimum pada masa layan
Berisi tentang topik yang sesuai dengan tipe soal yang didapat
Berisi teori-teori yang berhubungan langsung dengan tipe soal dan desain
d. BAB IV PEMBEBANAN
Melakukan analisis gaya dalam dan deformasi menggunakan software SAP 2000
i. LAMPIRAN
Tabel profil baja dan produk konstruksi lainnya yang digunakan
Gambar detail rencana
Kiri : 3 cm
Atas : 2,5 cm
Kanan : 2,5 cm
Bawah : 2,5 cm
2. Font style yang digunakan Times New Roman dengan size 12 pt (kecuali judul
bab 16 pt).
5. Footer :
Kelas A & Non Reg : Setiap Rabu jam 16.00 di Lab. Struktur
Kelas B : Setiap Selasa jam 16.00 di Lab. Struktur
Kelas C : Setiap Senin jam 16.00 di Lab. Struktur
10. Asistensi dimulai dengan meminta soal kepada asisten masing-masing (Asistensi
Perdana).
11. Satu mahasiswa mengerjakan satu laporan desain sesuai dengan soal yang
diberikan.
12. Seluruh mahasiswa peserta kelas struktur baja II wajib mengerjakan desain, bagi
yang telah mengikuti desain sebelumnya (telah memiliki surat puas) tetap wajib
mengerjakan desain ini.
13. Laporan tugas desain struktur baja II ini harus sudah selesai sebelum jadwal
pelaksanaan Ujian Akhir Semester struktur baja II dan dipresentasikan di hadapan
dosen penguji, kemudian hardcopy dan softcopy dikumpulkan.
Y = 5,5m
Z = 3,5 m
Mutu Baja = Bj 50
Fungsi = Hotel
Kota = Jakarta
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Teori
1. Hot Rolled Shapes (baja canai panas), yaitu profil baja yang dibentuk dengan
Cara blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik.
2. Cold Formed Steel (baja canai dingin), yaitu profil baja yang dibentuk dari
lembaran baja yang sudah jadi menjadi profil baja dalam keadaan dingin.
1. Pembagian jenis profil berdasarkan posisi sumbu simetri profil, dibagi menjadi 4
macam:
b. Profil yang simetri pada 2 arah (doubly-symetric sections).
c. Profil yang simetri pada 1 titik (point-symetric sections).
d. Profil yang simetri pada 1 arah (singly symetric/monosymetric).
e. Profil asymetric (non asymetric/asymetric sections).
2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton
bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun.
3. Memiliki sifat yang lebih elastis
4. Daktilitas baja cukup tinggi
5. Kemudahan penyambungan antar elemen baju satu dengan yang lainnya.
2.1.3. Material
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Dalam perencanaan desain struktur baja ini, menggunakan jenis baja 50,
dimana fu = 500 Mpa dan fy = 290 Mpa.
Adapun beberapa sifat mekanis lainnya dari baja yaitu seperti yang
tercantum dalam SNI 03-1729-2015:
a. Modulus elastisitas ( E ) = 200.000 Mpa
b. Modulus geser ( G ) = 80.000 Mpa
c. Angka poisson ( n ) = 0,3
d. Koefisien muai panjang ( £ ) = 12x10−6 /℃
Baja yang Akan digunakan dalam struktur dapat di klasifikasikan menjadi baja
karbon, baja paduan mutu tinggi dan baja paduan sedang.
2. 2. 1. Rangka
Batang tekan merupakan elemen struktur yang dikenai harga gaya tekan
aksial, beban aksial yang bekerja sepanjang sumbu longitudinal melalui
centroid penampang melintangnya.
Jenis sebuah batang tekan dibebani secara bertahap dari kecil sampai besar
perlahan-lahan, lambat laun batang tersebut Akan tidak stabil dan menekuk,
beban yang ada pada kondisi tersebut disebut beban tekuk kritis.
Beban saat terjadi tekuk dipengaruhi oleh fraktur fungsi kelangsingan beban
tekuk kritis yaitu:
𝜋 2 . 𝐸𝐼
Pcr = 𝐿2
Dimana:
E = modulus elastisitas
Nu ≤ Ø n . Nn
Dimana:
𝜋 2 . 𝐸𝑡
Pcr = 𝐿 . Ag = Fcr . Ag
( )2
𝑟
Parameter kelangsingan:
K. L fy
τc = r . √
π E
Adapun untuk kuat tekan rencana akibat tekuk lentur torsi Ø n, 𝑁𝑎𝑐𝑡 dari
komponen struktur tekan yang terdiri dari siku ganda atau berbentuk T, dengan
elemen-elemen penampangnya mempunyai rasio lebar – tebal (𝜏𝑐 ) lebih kecil dari
pada yang di isyaratkan.
𝑁𝑎𝑐𝑡 = Ag . 𝑓𝑐𝑟𝑡
6𝜏
𝑓𝑐𝑟𝑧 = 𝐴 .𝑟 2
𝑜
𝐼𝑥 + 𝐼𝑦
𝑟𝑜 2 = + 𝑋𝑜 2+ 𝑌𝑜 2
𝐴
𝑋𝑜 2 +𝑌𝑜 2
H = 1- ( )
𝑟𝑜 2
Dimana:
240 untuk batang primer. Dalam menentukan tahanan normal suatu batang
tarik, harus diperiksa terhadap tiga macam kondisi yang menentukan yaitu:
Konponen struktur yang memikul Gaya tarik aksial terfaktor sebesar Tu harus
memenuhi:
Tu ≤ Ø . Tn
Di mana Gaya tarik aksial terfaktor jangan sampai melebihi tahanan nominal.
Tn = Ag . fy
Dimana:
Tn = Ae . fu
Ae = U . An
Dimana:
U = koefisien reduksi
Geser Blok merupakan sebuah elemen pelat tipis menerima beban tarik
dan di sambungkan dengan alat pengencang, dimana tahanan dari komponen
tarik tersebut di tentukan oleh kondisi batas sobek.
1. Saat fu . Ant ≥ 0,6 .fu . Anv yaitu geser leleh - tarik fraktur.
Dimana:
fu = kuat tarik
fy = kuat leleh
2. 2. 2. Kombinasi Pembebanan
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5La
3. 1.2D + 1.6L + 0.5H
4. 1.2D + 1.6L + 0.8WL
5. 1.2D + 1.6H + 0.8WL
6. 1.2D + 1.3WL + L + 0.5H
7. 1.2D + 1.3WL + L + 0.5La
Dengan:
W : beban angina
E : beban gempa.
2. 2. 3. Perhitungan Sambungan
1. Sambungan Baut
a. Tahanan baut:
P𝐮 = 1,2𝑃𝑑𝑙 + 1,6𝑃𝑙𝑙
𝑃
Jumlah total baut : ∅𝑅𝑢
𝑛
Dengan:
𝑓𝑢𝑏 = kuat tarik baut = 825 MPa (untuk baut mutu tinggi jenis A325)
𝑛 = jumlah baut
𝑡𝑝 = tebal pelat
1. Jarak antar pusat lubang baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut
2. Jarak antar pusat lubang baut tidak boleh melebihi 1,5𝑡𝑝 , atau 200cm.pada baut
yang tidak perlu memikul beban terfaktor dalam daerah yang tidak mudah
berkarat, jaraknya tidak boleh melebihi 32𝑡𝑝 , atau 300mm.
3. Jarak dari pusat baut ketepi terdekat suatu bagian yang berhubungan dengan
tepi yang lain tidak boleh lebih dari 12𝑡𝑝 , atau 150mm
4. Jarak tepi minimum dapat dilihat pada tabel 2.1
2. Sambungan Las
1. Las tumpul
a. Bila sambungan dibebani gaya tarik atau tekan aksial, maka:
∅𝑅𝑛𝑤 = 0,90 × 𝑡𝑐 × 𝑓𝑦𝑤
b. Bila sambungan dibebani gaya geser, maka:
∅𝑅𝑛𝑤 = 0,80 × 𝑡𝑐 × 0,6 × 𝑓𝑢𝑤
Dengan 𝑓𝑦 dan 𝑓𝑢 adalah kuat leleh dan kuat tarik putus
2. Las sudut
a. Untuk komponen dengan tebal kurang dari 6,4 mm, diambil setebal komponen
b. Untuk komponen dengan tebal 6,4 mm atau lebih, diambil 1,6 mm kurang dari
tebal komponen.
2. 2. 4. Respon Spectrum
Untuk mengetahui nilai Respon Spektrum Gempa Rencana terlebih dahulu
harus diketahui jenis tanah tempat struktur bangunan berdiri. Untuk
menentukan jenis tanah menggunakan rumus tegangan geser sebagai berikut
Ʃ𝑆𝑖. ℎ𝑖
S= τ= 𝐼=1
ℎ1 + ℎ2 + ⋯ + ℎ𝑛
Si = τi = c + σi * tgφ
Dimana;
0.057
0.057 0.057 /T (tanah lunak )
qU =qD + 0,9 qL
W = qU*Luas struktur yang ditinjau
𝑤
M=
𝑔
Dimana:
qU = Beban desain
qL = Beban hidup, dalam hal ini beban dikalikan faktor reduksi 0,9
W = berat struktur ( kg )
BAB III
DESAIN PENDAHULUAN
3.1 Bentuk Struktur Bangunan
3.2 Material
𝑎1 = √1,52 + 0,6672
𝑎1 = 1,6415 𝑚
= 1,6415 m
b. Batang Bawah
b1 = b2 = b3 =b4 = b5 = b6 = b7 = b8 = b9 = b10 = b11 = b12
=1,5 m
𝑑1 = √1,52 + 0,6672
𝑑1 = 1,6415 𝑚
𝑑2 = √1,52 + 22
𝑑2 = 2.5𝑚
𝑑2 = √1,52 + 3,332
𝑑3 = 3.65 𝑚
BAB IV
PEMBEBANAN
4.1 Beban Pada Bangunan Gedung
Beban yang terjadi dan atau yang direncanakan terjadi, yang harus
dipikul/ditahan oleh suatu bangunan melalui sistem strukturnya. Struktur (dalam
suatu bangunan) adalah susunan elemen-elemen pokok yang membentuk pola
ruangan tertentu dan berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan beban-beban
berguna/berat sendiri bangunan ke tanah.
Pembebanan pada bangunan gedung biasanya terdiri dari :
Maka, 𝑎1 = 𝑎2 = 𝑎3 = 𝑎4 = 𝑎5 = 𝑎6 = 𝑎7 = 𝑎8 = 𝑎9 = 𝑎10 =
𝑎11 = 𝑎12 = 65,99 𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑣2 = 40,2 𝑚 × 1,33 𝑚
= 53,60 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑘𝑎, 𝑣2 = 𝑣10 = 53,60 𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑣3 = 40,2 𝑚 × 2,00 𝑚
= 80,40 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑘𝑎, 𝑣3 = 𝑣9 = 80,40 𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑣4 = 40,2 𝑚 × 2,67 𝑚
= 107,20 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑘𝑎, 𝑣4 = 𝑣8
= 107,20 𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑣5 = 40,2 𝑚 × 2,67 𝑚
= 134,00 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑘𝑎, 𝑣5 = 𝑣7 = 134,00𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑣6 = 40,2 𝑚 × 4,00 𝑚
= 160,80𝑘𝑔
d. Berat kuda – kuda batang diagonal
Berat batang = berat profil baja x panjang batang
𝑘𝑔⁄
𝑑1 = 40,2 𝑚 × 1,64 𝑚
= 65,98 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑘𝑎, 𝑑1 = 𝑑10 = 65,98 𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑑2 = 40,2 𝑚 × 2,50 𝑚
= 100,5 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑘𝑎, 𝑑2 = 𝑑3 = 𝑑8 = 𝑑9 = 100,5 𝑘𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑑4 = 40,2 𝑚 × 3,66 𝑚
= 146,94 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑘𝑎, 𝑑4 = 𝑑5 = 𝑑6 = 𝑑7 = 146,94 𝑘𝑔
2. Berat Gording
Untuk desain gording diasumsikan profil baja Channel 250.90.11.14,5
𝑘𝑔⁄
𝑃1 = 40,2 𝑚 × 5,5 𝑚 = 221,1 kg
= 148,5 𝑘𝑔
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑃14 − 𝑃24 = 148,5𝑘𝑔
= 0,08
Beban angin = 0,5 x tekanan tiup x koef. angin x luas atap yang
membebani titk buhul
Pada buhul 1 sampai 7
P = 0,5 x 40 x 0.08 x 5,5 x 1.64
= 14,432 kg
2. Angin hisap
Berdasarkan PPIUG 1983, besarnya angin yang membebani struktur
gedung adalah 40 kg/m2. Dan desarnya koefisien angin hisap adalah -0.4.
Beban angin = 0,5 x tekanan tiup x koef. angin x luas atap yang
membebani titk buhul
Pada buhul 7, P = 0 kg (puncak atap)
Pada buhul 8 sampai 13
P = 0.5 x 40 x (-0.4) x 5,5 x 1.64
= -72,226 kg
BAB V
ANALISA STRUKTUR
5.1 Data Umum Struktur Rangka Baja
Analisa struktur untuk perencanaan desain menara air ini dilakukan dengan
bantuan software SAP 2000 v.14.2.0.
1. Beban Mati
a) Beban kuda-kuda 40,2 kg/m.
b) Beban penutup atap 10 kg/m2
c) Beban gording 40,2 Kg/m
d) Beban langit-langit 18 kg/m2
e) Berat sendiri rangka (dihitung secara otomatis dengan SAP).
2. Beban Hidup
a) Beban air hujan 93,89 kg/m2
BAB VI
DESAIN STRUKTUR
6.1 Perencanaan Struktur Kuda-Kuda
Arah sumbu x
𝑘. 𝐿𝑥 1 × 1500
𝜆𝑥 = = = 15,67
𝑟𝑥 95,7
𝜆𝑥 𝐹𝑦 15,67 290
𝜆𝑐𝑥 = √ = √ = 0,19
𝜋 𝐸 𝜋 200.000
1,43
0,25 < 𝜆𝑐𝑥 < 1,2, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑊𝑥 =
1,6 − 0,67𝜆𝑐𝑥
1,43
= = 0,97
1,6 − 0,67(0,19)
𝐹𝑦 290
𝑁𝑛 = 𝐴𝑔. 𝐹𝑐𝑟 = 𝐴𝑔. = 5117. = 1529824,742 𝑁
𝑊𝑥 0,97
𝑁𝑢 = 599993 𝑁
∅𝑁𝑛 > 𝑁𝑢 → 0,85 × 1529824,742 > 599993
→ 945650,1 > 599993 … 𝑂𝐾‼!
Arah sumbu y
𝑘. 𝐿𝑦 1 × 1500
𝜆𝑦 = = = 58,14
𝑟𝑦 25,8
𝜆𝑦 𝐹𝑦 58,14 290
𝜆𝑐𝑦 = √ = √ = 0,70
𝜋 𝐸 𝜋 200.000
1,43
0,25 < 𝜆𝑐𝑦 < 1,2, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑊𝑦 =
1,6 − 0,67𝜆𝑐𝑥
1,43
= = 1,26
1,6 − 0,67(0,7)
𝐹𝑦 290
𝑁𝑛 = 𝐴𝑔. 𝐹𝑐𝑟 = 𝐴𝑔. = 5117. = 1177722,22 𝑁
𝑊𝑦 1,26
𝑁𝑢 = 599993 𝑁
∅𝑁𝑛 < 𝑁𝑢 → 0,85 × 1177722,22 < 599993
→ 57512 < 939,300 … 𝑂𝐾‼!
Jadi profil baja CNP 250.90.11.14,5 cukup untuk memikul beban
terfaktor sebesar 599,993 kN.
Dari profil baja CNP. 250.90.11.14,5 dapat diketahui data sebagai berikut :
𝑍𝑥 = 375000 𝑚𝑚3
𝑍𝑦 = 51700 𝑚𝑚3
𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ ≤ 1,0
∅𝑏. 𝑀𝑛𝑥 ∅𝑏. 𝑀𝑛𝑦
2
15356,7 6837,24
𝑚𝑎𝑘𝑎 ∶ + ≤ 1,0
0,9 × 108750000 0,9 × 14993000
2
𝑏 90
𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 = = 0,36, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 ∶
𝑑 250
𝐶𝑚𝑥. 𝑀𝑢𝑥 𝑛 𝐶𝑚𝑦. 𝑀𝑢𝑦 𝑛
( ) +( ) ≤ 1,0
∅𝑏. 𝑀𝑛𝑥 ∅𝑏. 𝑀𝑛𝑦
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑖𝑠 𝐶𝑚𝑥 = 1 𝑑𝑎𝑛 𝐶𝑚𝑦 = 1 (𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛)
𝑏
𝑛 = 0,4 + = 0,4 + 0,36 = 0,76
𝑑
0,76
1 × 15356,7 1 × 6837,24 0,76
( ) +( ) ≤ 1,0
0,9 × 108750000 0,9 𝑥 14993000
0,0105 ≤ 1,0 … 𝑂𝐾‼!
Jadi profil CNP 250.90.11.14,5 cukup untuk memikul beban momen lentur
tersebut.
𝑁𝑢 = 13400 𝑁
𝑀𝑢 = 450920 𝑁𝑚𝑚
b = 400 mm
d = 400 mm
tw = 13 mm
tf = 21 mm
Ag = 21870 mm2
fy = 290 MPa
rx = 175 mm
ry = 101 mm
L = 4500 mm
r = 22 mm
E = 20000 MPa
fu = 500 Mpa
𝜆 𝑓𝑦 28,96 290
𝜆𝑐 = .√ = .√ = 1,11
𝜋 𝐸 𝜋 20000
Memeriksa kompak
𝑏 400
= = 9,524
2. 𝑇𝑓 2 × 21
250 250
= = 14,681
√𝐹𝑦 √290
= 68,33
ℎ 400 − (2. (22 + 21))
𝑥= = = 24,154
𝑡𝑤 13
𝑥 < 𝜆𝑝 … 𝑂𝐾‼!
𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐶𝑚 = 1
𝜋 2 . 𝐸. 𝐴𝑔 𝜋 2 . 20000.21870
𝑁𝑒1 = = = 10344333,870 𝑁
𝑘𝑥.:𝐿𝑥 2 0,65.5500 2
( ) ( )
𝑟𝑥 175
𝐶𝑚 1
𝛿𝑏 = 𝑁𝑢 = 13400 = 1,001 ≥ 1 … 𝑂𝐾‼!
1 − 𝑁𝑒1 1 − 10344333,870
𝑁𝑢 = 1372477 𝑁
𝑀𝑢 = 883308 𝑁𝑚𝑚
b = 498 mm
d = 432 mm
tw = 45 mm
tf = 70 mm
Ag = 77010 mm2
fy = 290 MPa
rx = 187 mm
ry = 101 mm
L = 3500 mm
r = 22 mm
E = 20000 MPa
fu = 500 Mpa
𝜆 𝑓𝑦 22,52 290
𝜆𝑐 = .√ = .√ = 0,863
𝜋 𝐸 𝜋 20000
Memeriksa kompak
𝑏 498
= = 3,55
2. 𝑇𝑓 2 × 70
250 250
= = 14,681
√𝐹𝑦 √290
= 68,19
ℎ 498 − (2. (22 + 70))
𝑥= = = 6,97
𝑡𝑤 45
𝑥 < 𝜆𝑝 … 𝑂𝐾‼!
𝐶𝑚 1
𝛿𝑏 = 𝑁𝑢 = 1372477 = 1,013 ≥ 1 … 𝑂𝐾‼!
1 − 𝑁𝑒1 1 − 102706345,3
Pada batang a1
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 4500 𝑁⁄𝑚
324829
= 1272,6
= 255,248 mm = 256 mm
𝐿𝑥 < keliling
Pada batang d1
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 4500 𝑁⁄𝑚
19807
= 1272,6
= 15,564 mm = 16 mm
𝐿𝑥 < keliling
Pada batang v1
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 4500 𝑁⁄𝑚
148211
= 1272,6
= 116,463 mm = 117 mm
𝐿𝑥 < keliling
Tebal plat = 20 mm
𝑓𝑢 = 500 Mpa
Keliling = 2374 mm
Ukuran Las :
Maks = 20 – 1,6
= 18,4 mm
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 4500 𝑁⁄𝑚
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
13402
= 1272,6 = 10,53 mm
𝐿𝑥 < keliling
= 50713,384 N
Tebal plat = 20 mm
𝑓𝑢 = 500 Mpa
Keliling = 2374 mm
Ukuran Las
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 4500 𝑁⁄𝑚
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
50713,384
= 1272,6
= 39,850 mm
𝐿𝑥 < keliling
BAB VII
RESPON SPEKTRUM
7.1 Analisis Respon Spektra
DATA DESAIN
Nama Kota : Kota Jakarta,
Jenis Tanah : Tanah Keras
Dari puskim didapat :
Ss = 0,664
S1 = 0,642
Fa = 1,134
Fv = 1,507
= 1,134 x 0,664
= 0,752
b. Mengitung nilai Sm1
= 1,507 x 0,642
= 0,967
c. Menghitung nilai Sds
= 2/3 x 0,752
= 0,502
d. Menghitung nilai Sd1
= 2/3 x 0,967
= 0.645
Selanjutnya membuat Load Case Data dengan Load Case Type adalah Respon
spektrum.
Selanjutnya membuat Load Case Data dengan Load Case Type adalah Time History
Selanjutnya melakukan Run beban – beban yang berkerja , lalu klik salah satu titik buhul
untuk melihat Function Traces
Untuk melihat gaya – gaya yang berkerja pada bangunan dapat dilakukan dengan
melihat Tabel Element Joint Forces – Frames
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
8.2 Saran
Dalam perencanaan, diusahakan memilih dimensi profil baja yang kecil agar
ekonomis serta penggunaan sambungan tidak boros, selain itu juga sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada SNI 2002 dan juga dalam merencanakan dan memilih
profil rangka batang untuk lebih diperhatikan lagi.
Lampiran Sap2000