NYLON Fix
NYLON Fix
Disusun Oleh:
Alifa Rahmadani Savitri J3L216152
Alifya Cahaya Septisya J3L216144
Kanwilia Puspita J3L116066
Muhamad Rafly Aulia J3L116082
Siska Devitasari J3L116128
Segala puji serta syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“Pembuatan syntetic fiber nilon” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Petrokimia dan Polimer
di Program Studi Analisis Kimia, Sekolah Vokasi, Institut Pertanian Bogor.
Harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat bagi pribadi dan para
pembaca. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis sangat menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran dalam
pendalaman ilmu terkait.
Penyusun
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polimer merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan ulang ratusan bahkan ribuan molekul sederhana yang disebut monomer.
Oleh karena itu polimer mempunyai massa molekul relatif yang
sangat besar. Polimer banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
disadari bahan-bahan yang kita gunakan seperti pakaian, botol minum, map
plastik, dan lain-lain terbuat dari polimer. Polimer terdapat sebagai polimer alami
dan polimer sintetik atau buatan. Jenis polimer alami contohnya yaitu wool,
kapas, dan damar. Sedangkan polimer sintetik contohnya yaitu serat-serat tekstil
polyester dan nilon, polistirena, polietilen, dan sebagainya (Hartanto dan
Watanabe 2003).
Serat adalah polimer yang memiliki perbandingan panjang molekul terhadap
diameter molekulnya kira-kira 100:1 dan dicirikan oleh modulus dan kekuatannya
yang tinggi, elongasi atau daya rentang yang baik, stabilitas panas yang baik,
spinabilitas atau kemampuan untuk diubah menjadi filamen-filamen dan sejumlah
sifat-sifat lain yang bergantung pada kegunaanya. Dilihat dari jenisnya, serat
dibagi menjadi dua yaitu serat alam (nature fiber) dan serat buatan (synthetic
fiber). Serat alam adalah serat yang berasal dari tumbuhan dan hewan berbentuk
seperti benang. Jenis-jenis serat dari tumbuhan antara lain yang berbahan kapas,
pelepah pisang, enceng gondong, rami, dan sebagainya. Sedangkan serat dari
hewan misalnya wool, sutra dan bulu burung. Serat buatan terbentuk dari polimer-
polimer yang berasal dari alam maupun polimerpolimer buatan yang dibuat
dengan cara kepolimeran senyawa-senyawa kimia yang relatif sederhana. Semua
proses pembuatan serat dilakukan dengan menyemprotkan polimer yang
berbentuk cairan melalui lubang-lubang kecil (spinneter). Serat buatan (serat
termoplastik) disebut juga man-madefibres terdiri dari nylon, perlon, decron,
teriline, trivera, terlenka, tetoron, bellini, laceri, larici, orlon, cashmilon, silk,
caterina dan lain-lain (Fajri et al. 2013).
Nilon adalah senyawa polimer yang memiliki gugus amida pada setiap unit
ulangnya, sehingga nilon disebut juga senyawa poliamida. Nilon dapat
digolongkan menjadi nilon aromatik dan linear. Nilon aromatik adalah nilon yang
memiliki gugus aromatik pada unit ulangannya, contohnya nilon-6,6. Sedangkan
pada nilon linear, unit ulangannya tersusun dari rantai lurus, misalnya nilon-6.3.
Nilon sering digunakan untuk membuat parasut, seragam militer, ban, tenda,
pakaian, bagian-bagian dari mesin, tali, stoking nilon dan sikat gigi (Apipah et al.
2014).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas mata kuliah petrokimia dan
polimer. Maksud dari penulisan makalah ini untuk mengetahui proses pembuatan
serat sintetik nilon, karakteristik, sifat, serta manfaatnya.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar penulis dapat mengetahui
dan mengerti cara pembuatan serat sintetik nilon, karakterstik, sifat, serta
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Polimer adalah molekul besar yang tersusun atas monomer-monomer
sederhana. Polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly yang berarti banyak,
dan mer yang berarti bagian. Polimer terbentuk dari monomer-monomer yang
terikat secara bersama, sehingga membentuk beberapa unit kimia yang berulang
secara terus menerus. Monomer yang tersusun dihubungkan melalui ikatan
kovalen satu sama lain melalui pelepasan molekul air, sehingga dapat pula disebut
sebagai reaksi hidrasi. Polimer sebenarnya sudah ada dan digunakan manusia
sejak berabad-abad yang lalu. Polimer-polimer yang sudah digunakan itu adalah
jenis polimer alam seperti selulosa, pati, protein, wol, dan karet. Istilah polimer
pertama kali digunakan oleh kimiawan dari Swedia, Berzelius (1833).
a. Berdasarkan Sumber
Polimer Alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami. Contoh: karet alam,
karbohidrat, protein, selulosa dan wol.
Polimer Semi Sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi
polimer alam dan bahan kimia. Contoh: selulosa nitrat (yang dikenal lewat
misnomer nitro selulosa) yang dipasarkan dibawah nama - nama “Celluloid”
dan “guncotton”.
Polimer sintesis, yakni polimer yang dibuat melalui polimerisasi dari
monomer - monomer polimer.
b. Berdasarkan strrukturnya
Polimer linear
Polimer linear terdiri dari rantai panjang atom-atom skeletal yang
dapat mengikat gugus substituen. Polimer ini biasanya dapat larut dalam
beberapa pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur normal.
Polimer ini terdapat sebagai elastomer, bahan yang fleksibel (lentur) atau
termoplastik seperti gelas). Contoh : Polietilena, polivinil klorida atau
PVC, poli(metilmetakrilat) (juga dikenal sebagai PMMA, Lucite,
Plexiglas, atau perspex), poliakrilonitril (orlon atau creslan) dan nylon 66.
Polimer bercabang
Polimer bercabang dapat divisualisasi sebagai polimer linear
dengan percabangan pada struktur dasar yang sama sebagai rantai utama.
Polimer jaringan tiga dimensi
Polimer jaringan tiga dimensi adalah polimer dengan ikatan
kimianya terdapat antara rantai, seperti digambarkan pada gambar berikut.
Bahan ini biasanya swelling (digembungkan) oleh pelarut tetapi tidak
sampai larut. Ketaklarutan ini dapat digunakan sebagai kriteria dari
struktur jaringan. Makin besar persen sambung-silang (cross-links) makin
kecil jumlah penggembungannya (swelling). Jika derajat sambung-silang
cukup tinggi, 8 polimer dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi, padat yang
tak dapat digembungkan, misalnya intan (diamond).
2.2 Serat
Serat adalah polimer yang memiliki perbandingan panjang molekul terhadap
diameter molekulnya kira-kira 100:1 dan dicirikan oleh modulus dan kekuatannya
yang tinggi, elongasi atau daya rentang yang baik, stabilitas panas yang baik,
spinabilitas atau kemampuan untuk diubah menjadi filament-filamen dan
sejumlah sifat-sifat yang lain yang bergantung pada pemakaiannya. Serat dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu serat alam dan serat sintetis (Nastiti 2012).
2.2.1 Serat Alam
Serat alam adalah serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Pemanfaatan
serat alam didasarkan atas beberapa parameter, yaitu nilai kekuatan dan kekakuan
yang sesuai dengan standar industri, stabilitas termal, ikatan antara serat dan
matriks, perilaku dinamik, perilaku jangka panjang, harga, biaya proses, dan
ketersediaan. Contoh dari serat alam adalah jute, kapas, wol, sutra, dan rami
(hemp) (Septiyanto dan Abdullah 2016).
2.2.2 Serat Sintetis
Serat sintetis yaitu serat yang terdiri dari polimer yang berasal dari bahan
atau senyawa kimia. Polimerisasi serat sintetis dapat dilakukan secara adisi dan
kondensasi. Polimerisasi adisi yaitu penggabungan molekul-molekul kimia yang
sama tanpa menghilangkan molekul sederhana. Polimerisasi kondensasi yaitu
penggabungan banyak molekul kimia yang sama dengan menghilangkan molekul
sederhana. Kelebihan utama produk yang terbuat dari serat sintetis dibandingkan
dengan serat alam diantaranya adalah tidak mudah lapuk, kekuatan putusnya
tinggi, kemuluran lebih besar, daya serap terhadap air kecil, tahan terhadap
gesekan dan tidak terpengaruh oleh asam, basa, garam, dan minyak. Contoh serat
sintetis yaitu rayon, polyester, akrilat, dan nilon (Puspito 2009).
2.3 Nilon
Nilon adalah senyawa polimer yang memiliki gugus amida pada setiap unit
ulangnya, sehingga nilon disebut juga senyawa poliamida. Nilon bersifat
semikristalin, kuat, dan tahan terhadap suhu tinggi. Oleh karena itu, nilon sangat
memungkinkan untuk dipakai sebagai serat atau bahan termoplastik pada mesin,
yang memiliki kemampuan setara atau lebih baik daripada logam. Nilon
merupakan polimer pertama yang dibuat seluruhnya dari bahan anorganik seperti
batu bara, air, dan udara. Elemen-elemen ini tersusun menjadi monomer dengan
berat molekul rendah yang selanjutnya direaksikan untuk membentuk rantai
polimer panjang. Nilon dapat digolongkan menjadi nilon aromatik dan linear.
Nilon aromatik adalah nilon yang memiliki gugus aromatik pada unit ulangannya,
contohnya nilon-6,6. Sedangkan pada nilon linear, unit ulangannya tersusun dari
rantai lurus, misalnya nilon-6.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan makalah ialah data sekunder
yang diperoleh dari studi pustaka dan pencarian informasi dari sumber-sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan data yang diperoleh dari
studi literatur.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan serat sintetis nilon yaitu
bahan baku fenol, sikloheksana, toluene, adipic acid, hexamethylene diamnine,
air, adipic acid, hexamethylene diamine, akuades, TiO2,
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan serat sintetis nilon yaitu
Vereinfacht Kontinuierliches Rohr, water bath, Ultipor U2-20Z, Rotari
Evaporator,
3.3 Prosedur
Hunggurami E, Sir TMW, Maria IKKL. 2015. Pengujian kuat tekan dan kuat
lentur material pengganti kayu dengan campuran serat nilon. Jurnal Teknik
Sipil. 4(2) : 209-216.
Nastiti R.A. 2012. Pembuatan serat rayon terikat silang N,N’-metilendiakrilamida
(NBA) sebagai matriks pencangkokkan asam akrilat (AA) dengan metode
ozonasi. [Skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia.
Puspito G. 2009. Pengawetan: pengaruhnya pada sifat-sifat fisik benang dan
simpul
jaring sintetis. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Septiyanto R.F dan Abdullah A.H.D. 2016. Perbandingan komposit serat alam
dan
serat sintetis melalui uji tarik dengan bahan serat jute dan e-glass. Gravity:
Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika. 2(1) : 1-11.
Suhendi A. 2007. Pencirian membrane miktofiltrasi nilon 6. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Yanti W, Yayu R, Yulia P. 2004. Penyempurnaan tolak air untuk kain payung dari
nilon 66. Seminar Mahasiswa Kimia Tekstil. 1(1) : 41-42.