Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PETROKIMIA DAN POLIMER

PEMBUATAN SYNTHETIC FIBER NYLON

Disusun Oleh:
Alifa Rahmadani Savitri J3L216152
Alifya Cahaya Septisya J3L216144
Kanwilia Puspita J3L116066
Muhamad Rafly Aulia J3L116082
Siska Devitasari J3L116128

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“Pembuatan syntetic fiber nilon” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Petrokimia dan Polimer
di Program Studi Analisis Kimia, Sekolah Vokasi, Institut Pertanian Bogor.
Harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat bagi pribadi dan para
pembaca. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis sangat menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran dalam
pendalaman ilmu terkait.

Bogor, 22 Oktober 2018

Penyusun
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polimer merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan ulang ratusan bahkan ribuan molekul sederhana yang disebut monomer.
Oleh karena itu polimer mempunyai massa molekul relatif yang
sangat besar. Polimer banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
disadari bahan-bahan yang kita gunakan seperti pakaian, botol minum, map
plastik, dan lain-lain terbuat dari polimer. Polimer terdapat sebagai polimer alami
dan polimer sintetik atau buatan. Jenis polimer alami contohnya yaitu wool,
kapas, dan damar. Sedangkan polimer sintetik contohnya yaitu serat-serat tekstil
polyester dan nilon, polistirena, polietilen, dan sebagainya (Hartanto dan
Watanabe 2003).
Serat adalah polimer yang memiliki perbandingan panjang molekul terhadap
diameter molekulnya kira-kira 100:1 dan dicirikan oleh modulus dan kekuatannya
yang tinggi, elongasi atau daya rentang yang baik, stabilitas panas yang baik,
spinabilitas atau kemampuan untuk diubah menjadi filamen-filamen dan sejumlah
sifat-sifat lain yang bergantung pada kegunaanya. Dilihat dari jenisnya, serat
dibagi menjadi dua yaitu serat alam (nature fiber) dan serat buatan (synthetic
fiber). Serat alam adalah serat yang berasal dari tumbuhan dan hewan berbentuk
seperti benang. Jenis-jenis serat dari tumbuhan antara lain yang berbahan kapas,
pelepah pisang, enceng gondong, rami, dan sebagainya. Sedangkan serat dari
hewan misalnya wool, sutra dan bulu burung. Serat buatan terbentuk dari polimer-
polimer yang berasal dari alam maupun polimerpolimer buatan yang dibuat
dengan cara kepolimeran senyawa-senyawa kimia yang relatif sederhana. Semua
proses pembuatan serat dilakukan dengan menyemprotkan polimer yang
berbentuk cairan melalui lubang-lubang kecil (spinneter). Serat buatan (serat
termoplastik) disebut juga man-madefibres terdiri dari nylon, perlon, decron,
teriline, trivera, terlenka, tetoron, bellini, laceri, larici, orlon, cashmilon, silk,
caterina dan lain-lain (Fajri et al. 2013).
Nilon adalah senyawa polimer yang memiliki gugus amida pada setiap unit
ulangnya, sehingga nilon disebut juga senyawa poliamida. Nilon dapat
digolongkan menjadi nilon aromatik dan linear. Nilon aromatik adalah nilon yang
memiliki gugus aromatik pada unit ulangannya, contohnya nilon-6,6. Sedangkan
pada nilon linear, unit ulangannya tersusun dari rantai lurus, misalnya nilon-6.3.
Nilon sering digunakan untuk membuat parasut, seragam militer, ban, tenda,
pakaian, bagian-bagian dari mesin, tali, stoking nilon dan sikat gigi (Apipah et al.
2014).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dilihat rumusan masalah
antara lain :
1. Apakah pengertian serat sintetik?
2. Bagaimana cara pembuatan serat sintetik nilon?
3. Bagaimana karakteristik serta sifat dari serat sintetik nilon?
4. Seperti apa fungsi serat sintetik nilon dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas mata kuliah petrokimia dan
polimer. Maksud dari penulisan makalah ini untuk mengetahui proses pembuatan
serat sintetik nilon, karakteristik, sifat, serta manfaatnya.

1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar penulis dapat mengetahui
dan mengerti cara pembuatan serat sintetik nilon, karakterstik, sifat, serta
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Polimer adalah molekul besar yang tersusun atas monomer-monomer
sederhana. Polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly yang berarti banyak,
dan mer yang berarti bagian. Polimer terbentuk dari monomer-monomer yang
terikat secara bersama, sehingga membentuk beberapa unit kimia yang berulang
secara terus menerus. Monomer yang tersusun dihubungkan melalui ikatan
kovalen satu sama lain melalui pelepasan molekul air, sehingga dapat pula disebut
sebagai reaksi hidrasi. Polimer sebenarnya sudah ada dan digunakan manusia
sejak berabad-abad yang lalu. Polimer-polimer yang sudah digunakan itu adalah
jenis polimer alam seperti selulosa, pati, protein, wol, dan karet. Istilah polimer
pertama kali digunakan oleh kimiawan dari Swedia, Berzelius (1833).

2.1.1 Klasifikasi Polimer

Polimer biasanya diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok atas dasar


asal (sumber), reaksi pembentukannya, struktur, sifat termal dan kristalinitas.

a. Berdasarkan Sumber

Berdasarkan sumbernya polimer dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok,


yaitu:

 Polimer Alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami. Contoh: karet alam,
karbohidrat, protein, selulosa dan wol.
 Polimer Semi Sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi
polimer alam dan bahan kimia. Contoh: selulosa nitrat (yang dikenal lewat
misnomer nitro selulosa) yang dipasarkan dibawah nama - nama “Celluloid”
dan “guncotton”.
 Polimer sintesis, yakni polimer yang dibuat melalui polimerisasi dari
monomer - monomer polimer.

b. Berdasarkan strrukturnya

 Polimer linear
Polimer linear terdiri dari rantai panjang atom-atom skeletal yang
dapat mengikat gugus substituen. Polimer ini biasanya dapat larut dalam
beberapa pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur normal.
Polimer ini terdapat sebagai elastomer, bahan yang fleksibel (lentur) atau
termoplastik seperti gelas). Contoh : Polietilena, polivinil klorida atau
PVC, poli(metilmetakrilat) (juga dikenal sebagai PMMA, Lucite,
Plexiglas, atau perspex), poliakrilonitril (orlon atau creslan) dan nylon 66.
 Polimer bercabang
Polimer bercabang dapat divisualisasi sebagai polimer linear
dengan percabangan pada struktur dasar yang sama sebagai rantai utama.
 Polimer jaringan tiga dimensi
Polimer jaringan tiga dimensi adalah polimer dengan ikatan
kimianya terdapat antara rantai, seperti digambarkan pada gambar berikut.
Bahan ini biasanya swelling (digembungkan) oleh pelarut tetapi tidak
sampai larut. Ketaklarutan ini dapat digunakan sebagai kriteria dari
struktur jaringan. Makin besar persen sambung-silang (cross-links) makin
kecil jumlah penggembungannya (swelling). Jika derajat sambung-silang
cukup tinggi, 8 polimer dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi, padat yang
tak dapat digembungkan, misalnya intan (diamond).

c. Berdasarkan reaksi pembentuknya


Klasifikasi polimer berdasarkan reaksi pembentuknya dibagi 2 yaitu:
 Polimer kondensasi, yaitu terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada
monomer yang sama atau monomer berbeda.
 Polimer adisi, yaitu polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi yang
di sertai dengan reaksi pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari
monomer-monomernya.

2.2 Serat
Serat adalah polimer yang memiliki perbandingan panjang molekul terhadap
diameter molekulnya kira-kira 100:1 dan dicirikan oleh modulus dan kekuatannya
yang tinggi, elongasi atau daya rentang yang baik, stabilitas panas yang baik,
spinabilitas atau kemampuan untuk diubah menjadi filament-filamen dan
sejumlah sifat-sifat yang lain yang bergantung pada pemakaiannya. Serat dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu serat alam dan serat sintetis (Nastiti 2012).
2.2.1 Serat Alam
Serat alam adalah serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Pemanfaatan
serat alam didasarkan atas beberapa parameter, yaitu nilai kekuatan dan kekakuan
yang sesuai dengan standar industri, stabilitas termal, ikatan antara serat dan
matriks, perilaku dinamik, perilaku jangka panjang, harga, biaya proses, dan
ketersediaan. Contoh dari serat alam adalah jute, kapas, wol, sutra, dan rami
(hemp) (Septiyanto dan Abdullah 2016).
2.2.2 Serat Sintetis
Serat sintetis yaitu serat yang terdiri dari polimer yang berasal dari bahan
atau senyawa kimia. Polimerisasi serat sintetis dapat dilakukan secara adisi dan
kondensasi. Polimerisasi adisi yaitu penggabungan molekul-molekul kimia yang
sama tanpa menghilangkan molekul sederhana. Polimerisasi kondensasi yaitu
penggabungan banyak molekul kimia yang sama dengan menghilangkan molekul
sederhana. Kelebihan utama produk yang terbuat dari serat sintetis dibandingkan
dengan serat alam diantaranya adalah tidak mudah lapuk, kekuatan putusnya
tinggi, kemuluran lebih besar, daya serap terhadap air kecil, tahan terhadap
gesekan dan tidak terpengaruh oleh asam, basa, garam, dan minyak. Contoh serat
sintetis yaitu rayon, polyester, akrilat, dan nilon (Puspito 2009).
2.3 Nilon
Nilon adalah senyawa polimer yang memiliki gugus amida pada setiap unit
ulangnya, sehingga nilon disebut juga senyawa poliamida. Nilon bersifat
semikristalin, kuat, dan tahan terhadap suhu tinggi. Oleh karena itu, nilon sangat
memungkinkan untuk dipakai sebagai serat atau bahan termoplastik pada mesin,
yang memiliki kemampuan setara atau lebih baik daripada logam. Nilon
merupakan polimer pertama yang dibuat seluruhnya dari bahan anorganik seperti
batu bara, air, dan udara. Elemen-elemen ini tersusun menjadi monomer dengan
berat molekul rendah yang selanjutnya direaksikan untuk membentuk rantai
polimer panjang. Nilon dapat digolongkan menjadi nilon aromatik dan linear.
Nilon aromatik adalah nilon yang memiliki gugus aromatik pada unit ulangannya,
contohnya nilon-6,6. Sedangkan pada nilon linear, unit ulangannya tersusun dari
rantai lurus, misalnya nilon-6.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan makalah ialah data sekunder
yang diperoleh dari studi pustaka dan pencarian informasi dari sumber-sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan data yang diperoleh dari
studi literatur.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan serat sintetis nilon yaitu
bahan baku fenol, sikloheksana, toluene, adipic acid, hexamethylene diamnine,
air, adipic acid, hexamethylene diamine, akuades, TiO2,
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan serat sintetis nilon yaitu
Vereinfacht Kontinuierliches Rohr, water bath, Ultipor U2-20Z, Rotari
Evaporator,
3.3 Prosedur

3.3.1. Pembuatan Nilon 6

Proses pembuatan nilon 6 yaitu, melt-polymerization, 𝜀-


caprolactam dan air dialirkan ke bagian atas kolom VK (Vereinfacht
Kontinuierliches Rohr). Kolom VK berupa tube vertical yang beroperasi
pada tekanan atmosfir. Kemudian masuk dari bagian atas kolom dan
dipanaskan sampai 220-270 0C menggunakan HE dalam bentuk internal
gratings. Pada bagian atas kolom, 𝜀-caprolactam dan air terevaporasi
secara kontinyu. Gelembung-gelembung uap terbentuk dan menyebabkan
agitasi ketika bergerak ke atas untuk mereflux kondenser yang nantinya
terkondensasi dan kembali menjadi monomer. Polimer keluar dari kolom
VK kemudian didinginkan di water bath dan dibuat menjadi pellet di
pelletizer. Padatan pellet kemudian menuju ke extraction stage untuk
menghilangkan monomer yang tidak bereaksi dan senyawa siklik lainnya
dengan dicuci menggunakan air pada suhu 100 0C.

3.3.2. Pembuatan Nilon 6-6


Bahan yang digunakan pada industri pembuatan polimer nilon 6,6 adalah
adipic acid, hexamethylene diamnine, dan air. Adipic acid, hexamethylene
diamine, dan air, Kemudian dimasukkan ke reaktor untuk direaksikan menjadi
hexamethylene diammonium adipate yang biasa disebut nilon salt solution. TiO2
Slurry kemudian ditambahkan ke nilon salt solution untuk mendeluster fiber.
Pendelusteran fiber ini bertujuan untuk memberi warna pada nilon yang akan
dibentuk. Larutan garam yang telah dicampur dengan TiO2 slurry dimasukkan ke
dalam evaporator dan dievaporasi untuk menghilangkan kandungan air berlebih.
Larutan garam yang sudah jenuh dimasukkan ke reaktor dimana terjadi reaksi
polimerisasi dan terbentuk polyhexamethylene adipamide atau yang biasa dikenal
dengan nilon 6,6. Polimer nilon 6,6 kemudian dipisahkan ke dalam dua jalur
dimana jalur yang satu polime nilon 6,6 dimasukkan ke unit cutter dan dibentuk
menjadi nilon 6,6 chip. Pada jalur yang lain nilon cair 6,6 diekstrusi melalui
spinneret dan mengalami proses pemintalan. Nilon tersebut kemudian didinginkan
untuk dibentuk menjadi filamen.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Nilon


Nilon merupakan polimer yang banyak dipakai sebagai membran
ultrafiltrasi,cenderung bersifat kuat dan tahan gesekan; elastisitasnya besar; kalau
diregang sampai 8%, benang akan kembali pada panjang semula, tetapi kalau
terlalu regang, bentuk akan berubah; kenyal; tidak mengisap air sehingga mudah
kering; pada umumnya tidak tahan panas; larut dalam fenol, tetapi jika
menggunakan fenol cair akan mengerut; tahan terhadap alkali dan tidak tahan
terhadap klor; tahan air garam; tahan ngengat atau cendawan; jika dibakar terlihat
meleleh, tidak menyala dan membentuk tepi berwarna coklat (Apipah et al.2014).
Nilon dapat digolongkan menjadi nilon aromatik dan linear. Nilon aromatik
adalah nilon yang memiliki gugus aromatik pada unit ulangnya, contohnya nilon-
6,6. Sedangkan pada nilon linier, unit ulangnya tersusun dari rantai lurus,
misalnya nilon-6. Nilon juga terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan jumlah
atom karbon dalam unit ulangnya seperti nilon-6; nilon-6,6; nilon-6,9; nilon- 6,10;
nilon-6,12; nilon-11; dan nilon-12 . Perbedaan jumlah atom karbon dalam unit
penyusun nilon menyebabkan adanya sedikit perbedaan sifat fisik dan kimianya
(Suhendi A 2007).

4.1.1. Sifat Fisik dan Kimia


1. Variasi kilau: nilon memiliki kemampuan untuk menjadi sangat berkilau,
semilustrous atau membosankan.
2. Durabilitas: serat yang tinggi keuletan digunakan untuk sabuk pengaman,
ban tali, kain balistik dan penggunaan lainnya.
3. Elongasi tinggi
4. Ketahanan abrasi yang sangat baik
5. Sangat tangguh (kain nilon yang panas-set)
6. Membuka jalan untuk memudahkan perawatan pakaian
7. Resistensi tinggi terhadap serangga, jamur, hewan, serta bahan kimia
cetakan, jamur, membusuk dan banyak
8. Digunakan dalam karpet dan stoking nilon
9. Mencair bukan terbakar
10. Transparan terhadap cahaya inframerah (-12dB)
11. Titik lebur 363-367 oF
12. Kekerasan rockwell 106
13. Konduktivitas termal 2,01 BTU di/fthoF
14. Panas laten difusi 35,98 BTU/lb
15. Koefisien ekspansi linier 5,055 x 10-5 /OF
16. Kekuatan tarik pada hasil 4496-4786 psi
17. Koefisien gesekan 0,10-0,30
18. Kepadatan 1,15 g/cm3
19. Konduktivitas listrik 10-12 S/m

4.2. Macam-macam Nilon dan Cara Pembuatannya


4.2.1. Nilon 6
Nilon 6 (polikaprolaktam) umumnya diproduksi dari polimerisasi 𝜀-
caprolactam (HN(CH2)5CO). Rute produksi yang paling signifikan dalam
membuat nilon 6 menggunakan tiga bahan baku fenol, sikloheksana, dan toluena.
Rekasi dimulai dengan hidrogenasi fenol menjadi sikloheksanol yang kemudian
dioksidasi menjadi sikloheksanon. Selanjutnya sikloheksanon direaksikan dengan
hidroksilamin sehingga menjadi sikloheksanon oksim. Sikloheksanon oksim
kemudian mengalami Beckmann rearrangement dalam 20% oleum pada 100-
1200C dan terkonversi menjadi 𝜀-caprolactam. Skema sintesis 𝜀-caprolactam
ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Gambar 1 Skema proses pembuatan nilon 6
Terdapat dua jalur polimerisasi 𝜀-caprolactam yang umum digunakan
dalam industri. Jalur yang paling sering digunakan adalah polimerisasi hidrolitik
dimana digunakan air untuk membuka cincin 𝜀-caprolactam sehingga menjadi
molekul linear berupa asam aminokaproik (H2N(CH2)5COOH). Polimerisasi
kemudian diproses dengan mekanisme step growth dari senyawa-senyawa asam
aminokaproik sehingga terbentuk polimer linear (H(HN(CH2)5CO)nOH) dan air.
Proses hidrolik kontinyu banyak digunakan dalam manufaktur nilon 6. Pada
proses BASF digunakan tiga tahap utama yang dibedakan menjadi melt-
polymerization, extraction, dan solid-state polymerization.
Prinsip dasar solid-state polymerization adalah pemaksimalkan luas
permukaan untuk perpindahan massa tanpa menggunakan bantuan peralatan
mixing yang powerful. Reaksi degradasi tidak diuntungkan karena suhu reaksi
yang rendah dan preservasi bentuk geometri membuat solid-state polymerization
dilakukan pada polimer yang sudah terbentuk. Main drawback membutuhkan
waktu tinggal yang lama (10-100 jam) karena laju reaksi lambat.
Jalur kedua polimerisasi 𝜀-caprolactam adalah dengan mekanisme anionic
chain growth yang mengunakan NaOH, laktamat alkali metal, dan pentaalkil
guanidine sebaga inisiator. Keutamaan polimerisasi anionic adalah konversi yang
cepat sehingga dapat mereduksi harga unit polimerisasi dan dapat menggunakan
molds yang tidak mahal dalam desain yang komplek. Hal ini membuat volum
produksi menjadi rendah tapi tidak ekonomis jika untuk produksi pada skala
besar.

4.2.2. Nilon 6-6


Nilon 6,6 dapat dibuat dengan dua cara. Pertama nilon 6,6 dapat dibuat
dengan mereaksikan adipoyl chloride dengan hexamethylene diamine. Kedua
dapat dibuat dengan mereaksikan adipic acid dengan hexametylene diamine.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
1) Reaksi adipoyl chloride dengan hexametylene diamine

Gambar 2 Skema reaksi pembuatan nilon 6-6 dari adipoyl chloride


2) Reaksi adipic acid dengan hexametylene diamine

Gambar 3 Skema reaksi pembuatan nilon 6-6 dari asam adipat


Mekanisme reaksi adipic acid dengan hexametylene diamine adalah sebagai
berikut:
a) Molekul adipic acid memprotonasi karbonil oksigen adipic acid lainnya
Pasangan elektron bebas oksigen pada asam adipat menyerang atom hidrogen
pada gugus karboksilat dari molekul asam adipat lain. Molekul asam adipat yang
diserang mengalami kelebihan elektron pada atom oksigen yang terikat pada
gugus karboksilat seperti yang tertera pada gambar dibawah. Molekul asam adipat
yang lain mengalami kekurangan elektron pada atom oksigen yang terikat pada
gugus karboksilat seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar 4 Mekanisme molekul adipic acid memprotonasi karbonil oksigen adipic


acid lainnya
b) Hexamethylene diamine menyerang karbonil karbon pada adipic acid dan
membentuk ammonium intermediet.
Gambar 5 Mekanisme hexamethylene diamine menyerang karbonil karbon pada
adipic acid dan membentuk ammonium intermediet.
Hexamethylene diamine menyerang asam adipat di gugus karboksilat dimana
terdapat atom oksigen yang kekurangan elektron. Hasilnya terbentuk ammonium
intermediet dimana salah satu gugus amine-nya mengalami kekurangan elektron.
c) Perpindahan elektron pada ammonium intermediet.
Struktur ammonium intermediet yang tidak stabil dikarenakan salah satu atom
nitrogen pada gugus amine kekurangan electron mengakibatkan terjadinya
perpindahan elektron. Awalnya pasangan elektron bebas dari oksigen pada gugus
karboksilat yang berikatan dengan amine menyerang atom oksigen yang terikat
pada nitogen yang kekurangan elektron. Hal ini membuat atom nitrogen tidak
kekurangan elektron lagi tetapi hal ini membuat oksigen tersebut menjadi
kekurangan elektron. Atom oksigen yang kekurangan elektron menarik elektron
atom karbon sehingga terjadi pelepasan molekul H2O. Oleh karena atom karbon
mengalami kekurangan elektron maka atom oksigen yang terikat padanya
memberikan elektronnya dan menarik elektron dari atom hidrogen sehingga
terjadi pelepasan ion H+. Pada akhirnya perpindahan elektron ini akan
menghasilkan amida dimer disertai pelepasan H2O dan ion H+.

Gambar 6 Mekanisme perpindahan elektron pada ammonium intermediet


d) Amida dimer bereaksi dengan molekul adipic acid atau hexamethylene
diamine lainnya
Selanjutnya amida dimer yang telah terbentuk akan bereaksi dengan asam adipat
atau dengan hexamethylene diamine yang lain untuk membentuk amida trimer.
e) Pembentukan polimer nilon 6,6
Reaksi-reaksi seperti diatas terjadi terus-menerus dan pada akhirnya akan
membentuk polimer 6,6.

Gambar 7 Rumus struktur nilon 6-6 (polyamida)

4.3 Fungsi Serat Sintetik Nilon


Polyamida (Nilon) merupakan serat yang kuat. Sifat-sifat Nilon adalah
kuat dan tahan gesekan, daya mulurnya besar apabila diregang sampai 8%, serat
nilon akan kembali pada panjang semula, tetapi kalau terlalu regang bentuk akan
berubah, elastis, tidak mengisap uap air panas (Hunggurami et. al. 2015). Serat
nilon memiliki kemungkinan pemakaian yang sangat luas dalam bidang
kehidupan manusia terutama karena sifatnya yang liat, ringan dan memiliki
kekuatan tinggi. Menurut Yanti et. al. (2004), nilon 66 digunakan sebagai bahan
baku payung.
Dalam industri garmen dan konveksi misalnya bahan nilon lebih banyak
digunakan untuk membuat blouse, gaun, pakaian yayasan, kaus kaki, lingerie,
pakaian dalam, jas hujan, pakaian ski, windbreakers, maupun pakaian renang.
Perabotan rumah seperti seprei, karpet, dan tirai ada juga yang dibuat dari bahan
nilon. Kegunaan bahan nilon yang lain yaitu untuk ban, selang, parasut, string
raket, tali dan jaring, kantong tidur, terpal, tenda, benang, monofilamen pancing,
serta benang gigi.

5 SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Nilon yang umum diproduksi adalah nilon 6 dan nilon 6,6. Nilon 6
umumnya diproduksi dari polimerisasi 𝜀-caprolactam (HN(CH2)5CO). Terdapat
dua jalur polimerisasi 𝜀-caprolactam yang umum digunakan dalam industri, yaitu
polimerisasi hidrolitik dan anionic chain growth. Sedangkan pembuatan nilon 6,6
dapat dibuat dengan dua cara. Pertama nilon 6,6 dapat dibuat dengan mereaksikan
adipoyl chloride dengan hexamethylene diamine. Kedua dapat dibuat dengan
mereaksikan adipic acid dengan hexametylene diamine. Kedua jenis nilon
memiliki karakteristik yang berbeda.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanut mengenai pembuatan nilon dan
karakteristiknya serta dibutuhkan referensi lebih banyak dan terbaru mengenai
serat nilon.
DAFTAR PUSTAKA
Apipah E. R, Irmansyah, Juansah J. 2014. Sintesis dan karakteristik membran
nilon
yang berasal dari limbah benang. Jurnal Biofisika 10 (1): 8-18.
Fajri R.I, Tarkono, dan Sugiyanto. 2013. Studi sifat mekanik komposit serat
sansevieria cylindrica dengan variasi fraksi volume bermatrik polyester.
Jurnal Fema. 1(2) : 85-93.
Hartanto N.S dan Watanabe S. 2003. Teknologi Tekstil. Jakarta (ID) : PT Pradnya
Paramita.

Hunggurami E, Sir TMW, Maria IKKL. 2015. Pengujian kuat tekan dan kuat
lentur material pengganti kayu dengan campuran serat nilon. Jurnal Teknik
Sipil. 4(2) : 209-216.
Nastiti R.A. 2012. Pembuatan serat rayon terikat silang N,N’-metilendiakrilamida
(NBA) sebagai matriks pencangkokkan asam akrilat (AA) dengan metode
ozonasi. [Skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia.
Puspito G. 2009. Pengawetan: pengaruhnya pada sifat-sifat fisik benang dan
simpul
jaring sintetis. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Septiyanto R.F dan Abdullah A.H.D. 2016. Perbandingan komposit serat alam
dan
serat sintetis melalui uji tarik dengan bahan serat jute dan e-glass. Gravity:
Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika. 2(1) : 1-11.
Suhendi A. 2007. Pencirian membrane miktofiltrasi nilon 6. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Yanti W, Yayu R, Yulia P. 2004. Penyempurnaan tolak air untuk kain payung dari
nilon 66. Seminar Mahasiswa Kimia Tekstil. 1(1) : 41-42.

Anda mungkin juga menyukai