Referat OSNA
Referat OSNA
Disusun oleh :
Amorrita Puspita Ratu
(1102013023)
Pembimbing :
dr. Yosita Rachman, Sp.THT-KL
a. Hidung
c. Laring
Kelainan Kongenital
Atresia koane
Koane dapat menyumbat total atau sebagian, di satu atau dua sisi, akibat
kegagalan absorpsi membran bukofaringeal. Obstruksi mungkin berupa membran
atau tulang. Gejalanya ialah kesulitan bernapas dan keluar sekret hidung terus
menerus. Diagnosis mudah dibuat dengan timbulnya sianosis pada waktu diam yang
menghilang pada waktu menangis, dan melihat sumbatan di belakang rongga
hidung. Pengobatan dengan pembedahan.
Radang
Angina Ludwig
Angina Ludwig ialah selulitis di dasar mulut dan leher akut yang invasif,
menyebabkan udem hebat di leher bagian atas yang dapat menyumbat jalan napas.
Kuman penyebab biasanya streptokokus atau stafilokokus. Infeksi biasanya berasal
dari lesi di mulut seperti abses alveolar gigi atau infeksi sekunder pada karsinoma
dasar mulut. Kelainan ini cepat meluas melalui ruang fasia tertutup dan dapat
menyebabkan udem glotis yang dapat mengancam jiwa karena obstruksi jalan napas.
Karena radang dasar mulut ini lidah terdorong ke palatum dan ke dorsal, ke arah
dinding dorsal faring sehingga menutup jalan napas.
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dibantu dengan pemeriksaan
biakan dan uji kepekaan kuman dari nanah.
Bila dapat dibuat diagnosis dini maka pemberian antibiotik kadang-kadang
memberikan hasil yang memuaskan. Bila pembengkakan leher dan dasar mulut tidak
segera berkurang maka dilakukan dekompresi terhadap ruang fasia yang tertutup di
dasar mulut dan leher, selanjutnya dipasang pipa penyalir.
Trauma
Menelan bahan kaustik
Larutan asam kuat seperti asam sulfat, nitrat dan hidroklorit, atau basa kuat seperti
soda kaustik, potasium kaustik dan ammonium bila tertelan dapa mengakibatkan
terbakarnya mukosa saluran cerna. Pada penderita yang tak sengaja minum bahan
tersebut, kemungkinan besar luka baker hanya pada mulut dan faring karena bahan
tersebut tidak ditelan dan hanya sedikit saja masuk ke dalam lambung. Tetapi pada
mereka yang coba bunuh diri akan terjadi luka bakar yang luas pada esofagus bagian
tengah dan distal karena larutan tersebut berdiam di sini agak lama sebelum
memasuki kardia lambung.
Diagnosis didasarkan riwayat menelan zat kaustik dan adanya luka bakar di
sekitar dan di dalam mulut. Kasus kecelakaan biasanya terjadi pada anak usia
dibawah enam tahun, sedangkan kasus bunuh diri pada dewasa.
Trauma trakea
Trauma tajam atau tumpul pada leher dapat mengenai trakea. Trauma tumpul tidak
menimbulkan gejala atau tanda tetapi dapat juga mengakibatkan kelainan hebat
berupa sesak napas, karena penekanan jalan napas atau aspirasi darah atau emfisema
kutis bila trakea robek.
Dari pemeriksaan photo roentgen dapat dilihat benda asing, trauma penyerta
seperti fraktur vertebra servikal atau emfisema di jaringan lunak di mediastinum,
leher dan subkutis.
Trauma tumpul trakea jarang memerlukan tindakan bedah. Penderita
diobservasi bila terjadi obstreksi jalan napas dikerjakan trakeotomi. Pada trauma
tajam yang menyebabkan robekan trakea segera dilakukan trakeotomi di distal
robekan. Kemudian robekan trakea dijahit kembali.
Trauma intubasi
Pemasangan pipa endotrakea yang lama dapat menimbulkan udem laring dan trakea.
Keadaan ini baru diketahui bila pipa dicabut karena suara penderita terdengar parau
dan ada kesulitan menelan, gangguan aktivitas laring, dan beberapa derajat obstruksi
pernapasan. Pengobatan dilakukan dengan pemberian kortikosteroid. Bila obstruksi
napas terlalu hebat maka dilakukan trakeotomi.
Stenosis trakea adalah komplikasi pemasangan pipa endotrakea berbalon dalam
waktu lama. Tekanan balon menyebabkan nekrosis mukosa trakea disertai
penyembuhan dengan jaringan fibrosis yang mengakibatkan stenosis.
Pengobatan stenosis ini berupa peregangan bagian yang stenosis dalam waktu
lama, tetapi seringkali perlu dilakukan reseksi segmental trakea dan anstomosis
ujung ke ujung.
Dislokasi krikoaritenoid
Trauma pada laring dapat menyebabkan dislokasi persendian krikoaritenoid
yang mengakibatkan suara parau disertai obstruksi jalan napas bagian atas. Pada
pemeriksaan roentgen leher tampak dislokasi struktur laring, penyempitan jalan
napas, dan udem jaringan lunak.
Penanganannya berupa trakeotomi, kemudian dislokasi direposisi secara
terbuka dan dipasang bidai dalam. Kelambatan penanganan dislokasi krikoaritenoid
dapat mengakibatkan stenosis laring.
Tumor
Papiloma laring rekuren (papilomatosis laring infantil)
Tumor epithelial papiler yang multipel pada laring ini disebabkan oleh papova
virus yang banyak didapatkan di lembah sungai Missisipi (AS). Penderitanya sering
mempunyai veruka kulit yang mengandung virus. Biasanya kelainan sudah mulai
pada usia dua tahun. Jika si ibu mempunyai veruka vagina maka kelainan ini dapat
terjadi pada bayi usia enam bulan.
Gejala khas berupa disfonia dan sesak napas yang bertambah hebat sampai
terjadi sumbatan total jalan napas.
Terapi terdiri dari pembedahan dengan mikrolaringoskopi. Eksisi papiloma
dilakukan tanpa mengikutsertakan jaringan sehat. Kadang digunakan laser CO2,
pembedahan dingin atau radiasi ultrasonik. Angka kekambuhan tinggi sehingga
perlu dilakukan pembedahan berulang kali.
Papiloma pada orang dewasa merupakan lanjutan dari papilomatosis infantile
atau tumbuh pada usia pertengahan dan tetap sebagai satu lesi tunggal terbatas pada
satu korda.
Kedua keadaan ini dapat berubah jadi karsinoma sel skuamosa. Perubahan ke
keganasan terjadi khusus pada penderita yang sebelumnya pernah mendapat
radioterapi. Penanganannya sama seperti pada anak-anak, hanya tidak memerlukan
trakeotomi.
Neoplasma tiroid
Karsinoma tiroid dapat berinvasi ke laring dan mempengaruhi jalan napas. Adanya
invasi ini harus dicurigai bila tumor tiroid tidak dapat digerakkan dari dasarnya,
disertai suara parau dan gangguan napas. Pada pemeriksaan photo roentgen leher
terlihat distorsi laring atau bayangan suatu massa yang menonjol ke lumen laring
dan trakea.
Kadang tumor tiroid berada pada saluran napas atas secara primer. Diduga
tumor primer di laring atau trakea bagian atas berasal dari sisa tiroid yang terletak
dalam submukosa yang melapisi krikoid dan cincin trakea atas yang ditemukan pada
1-2 % populasi. Tumor ini harus dieksisi dengan laringektomi.
Udem angioneurotik
Udem angiopneurotik mukosa laring adalah salah satu penyebab obstruksi laring
yang disebabkan oleh alergi. Gejala berupa suara parau yang progresif setelah
kontak dengan menghirup atau menelan alergen tanpa tanda infeksi. Kadang
diperlukan trakeotomi untuk menyelamatkan jiwa.
Untuk mengatasi gangguan pernapasan bagian atas ada tiga cara, yaitu :
1. Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut atau
hidung.
Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat (lifesaving procedure) dan
dapat dilakukan tanpa atau dengan analgesia topikal dengan xylocain 10%.
Indikasi intubasi endotrakea adalah :
- Untuk mengatasi obstruksi saluran napas bagian atas.
- Membantu ventilasi.
- Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
- Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari lambung.
Keuntungan intubasi, yaitu:
- Tidak cacat karena tidak ada jaringan parut.
- Mudah dikerjakan.
Kerugian intubasi, yaitu:
- Dapat terjadi kerusakan lapisan mukosa saluran napas atas.
- Tidak dapat digunakan dalam waktu lama.
Orang dewasa 1 minggu, anak-anak 7-10 hari.
- Tidak enak dirasakan penderita.
- Tidak bisa makan melalui mulut.
- Tidak bisa bicara.
Komplikasi yang dapat timbul yaitu stenosis laring atau trakea.
Teknik intubasi endotrakea:
- Posisi pasien tidur telentang, leher fleksi sedikit dan kepala ekstensi
- Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri, dimasukkan
melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong ke kiri. Spatel diarahkan
menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkat keatas, sehingga
pita suara dapat terlihat.
- Dengan tangan kanan, pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus melalui
celah antara kedua pita suara kedalam trakea.
- Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik.
- Jika menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur
telentang itu pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir, sehingga kepala mudah
diekstensikan maksimal.
- Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan
dimasukkan mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat horizontal
ketas bersama-sama sehingga laring jelas terlihat.
- Pipa endotrakea dipegang dengan tangan kanan dan dimasukkan melalui celah
pita suara sampai di trakea. Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi
dengan plester.
Adams GL, Boies LR, Jr. Highler PA. Boies Buku Ajar THT. Edisi 6. Effendi H.
Santoso RAK. Editor. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1993.
Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi 13.
Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta. 1994.
B.Jenny, R.D.Ratna (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi VI. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 2003 : 243 - 253.
C Allen,MD, Christopher L Slack, MD, Arlen D Meyers,MD,MBA (editor).
http://www.emedicine.com.
D Gerard,MD. Epiglotitis. Dalam: Daniel J Kelley MD, Francisco Talavera,
PharmD, PhD, Gregory C Allen,MD, Christopher L Slack, MD, Arlen
D Meyers,MD,MBA (editor). http://www.emedicine.com.
D Gerard,MD. Croup Dalam: Daniel J Kelley MD, Francisco Talavera, PharmD,
PhD, Gregory
Hermani B, Abdurrachman. Penanggulangan sumbatan laring. Dalam: S.A.Efiaty,
I.Nurbaiti.
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Editor. Kepala dan Leher dalam: Buku ajar ilmu
bedah. Edisi revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997.
Soepardi EA, Iskandar N. Editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-t
enggorok. Edisi 5. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2005.