Faktor Etiologi Karies
Faktor Etiologi Karies
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya
adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi
adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab
karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara
keempat faktor berikut.
Untuk terjadinya karies gigi, dibutuhkan keadaan gigi yang rentan. Lapisan keras
gigi terdiri atas enamel dan dentin dimana enamel adalah lapisan paling luar. Jadi,
kondisi enamel sangat menentukan proses terjadinya karies. Ada beberapa faktor
yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies, antara lain
a. Faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi, dalamnya pit dan fisur, dan
posisi dalam lengkung rahang).
Pit dan fisur gigi posterior merupakan daerah yang rentan terhadap karies
karena sisa makanan dan bakteri mudah tertumpuk di sini, terutama pada pit dan
fisur yang dalam. Bentuk lengkung gigi yang tidak teratur dengan gigi berjejal
maupun berlapis akan membantu perkembangan karies gigi. Selain itu,
permukaan gigi yang kasar dapat menyebabkan plak mudah melekat dan
membantu perkembangan karies gigi.
c. Faktor kimia
Enamel sehat pada gigi sehat umumnya mengandung lebih banyak fluor
dari pada enamel sehat pada gigi karies. Enamel merupakan jaringan tubuh yang
paling besar mineralisasinya, terdiri atas bahan mineral (97%), air (1%) dan
organik (2%). Bagian mineralnya adalah kalsium, fosfat, dengan bagian-bagian
karbonat, magnesium, fluor, aluminium, stronsium, dan lain-lain. Bagian luar
enamel mengalami mineralisasi lebih sempurna dan mengandung banyak
fluoride, fosfat dan nitrogen serta lebih sedikit karbonat dan air. Perbedaan ini
penting dalam hal kepekaan terhadap karies sedangkan fluor pada bagian luar
enamel menyebabkan karies resisten. Karbonat menyebabkan kurang
sempurnanya kristal dengan akibat peka terhadap karies. Kristal apatit merupakan
molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Sifat paling utama kristal apatit adalah ion OH dapat
diganti oleh ion lain tanpa mengubah bentuk kristal tersebut. Sifat ini merupakan
dasar penggunaan fluor dalam pencegahan karies gigi dan menyebabkan bagian
luar mengandung lebih banyak fluor daripada bagian dalam enamel.Hal ini
disebabkan:
1. Lapisan paling luar enamel masih dapat mengambil fluor melalui substansi
lapisan hidrokasi apatit dengan fluor meski telah mengalami kalsifikasi sebelum
erupsi gigi.
2. Fluor juga diambil dari cairan jaringan sekitar gigi pada saat erupsi
3. Sesudah erupsi gigi masih dapat mengambil fluor dari saliva dan makanan.
e. Faktor kristalografis
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelanjutan enamel. Kristal
yang padat dan tersusun lebih sukar larut. Semakin banyak mengandung mineral
maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.
Selain itu, perlu diketahui bahwa gigi susu lebih mudah terserang karies
daripada gigi permanen. Kondisi enamelnya, diketahui bahwa enamel gigi
desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air, sedangkan jumlah
mineral lebih sedikit daripada gigi permanen dan tebal enamel gigi desidui
setengahnya dari .
Selain gigi, saliva juga merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi terjadinya karies. Hal ini dikarenakan saliva selalu membasahi
gigi geligi sehingga dapat mempengaruhi lingkungan. Saliva pada orang-orang
yang resisten terhadap karies banyak mengandung amoniak dibandingkan saliva
pada orang-orang yang rampan terhadap karies.
b. Kemungkinan terjadi karies dengan mengonsumsi gula diperbesar lagi jika gula
tersebut dimakan dalam bentuk mudah melekat pada gigi.
c. Kemungkinan terjadi karies diperbesar lagi bila gula tersebut dimakan tidak
pada waktu makan.
Di dalam rongga mulut terdapat bakteri yang secara fisiologis normal berada
di dalam mulut. Bakteri atau flora normal yang terdapat pada rongga mulut akan
berbahaya pada lingkungan yang sukar dibersihkan, dimana sisa makanan
terutama karbohidrat dan glukosa menjadi sumber makanan bakteri.
Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai adalah
Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Stretokokus
salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, dijumpai juga Lactobacillus
dan beberapa spesies Actinomyces. Hal ini disebabkan karena bakteri tersebut
berada dalam plak gigi yang memegang peranan penting dalam proses karies gigi.
Plak merupakan suatu lapisan lunak yang mengandung kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Dalam pembentukan plak tersebut,
S.mutans memiliki peran utama dalam proses karies gigi, yaitu:
4. Waktu
Selain keempat faktor di atas, terdapat juga faktor-faktor resiko lain yang
berpengaruh terhadap pembentukan karies yang mungkin tidak sama pada semua
orang. Yang dimaksud dengan faktor risiko karies adalah faktor-faktor yang
memiliki hubungan sebab akibat terjadinya karies. Faktor-faktor resiko tersebut
adalah:
1. Jenis Kelamin
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Joshi (2005) di India dari total
populasi anak usia 6-12 tahun sebanyak 150 orang, diperoleh kejadian karies lebih
tinggi pada laki-laki yaitu 80% sedangkan perempuan 73%. Hal ini terjadi karena
perempuan lebih memiliki keinginan untuk menjaga kebersihannya.
2. Usia
3. Kebiasaan Makan
Anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk
dipisahkan. Anak memiliki kegemaran mengkonsumsi jenis jajanan secara
berlebihan sehingga beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai
memproduksi asam yang menyebabkan terjadi demineralisasi yang berlangsung
selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan berkerja
menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan
jajanan terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga
terjadinya karies. Anak yang sering mengkonsumsi jajanan yang mengandungi
gula, seperti biskut, permen, es krim memiliki skor karies yang lebih tinggi di
bandingkan dengan anak yang mengonsumsi jajanan nonkariogenik seperti buah-
buahan.
4. Tingkat Sosial Ekonomi
Sumber: