Anda di halaman 1dari 10

PENUAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA LANSIA

KEPERAWATAN GERONTIK

oleh:
Kelompok 1/ E 2016

Crieshna Maulana 162310101115

Dhenisa Nova Dyassari 162310101252

Fahmadini Rozana P. 162310101253

Ari Wijaya 162310101276

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penuaan Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia” ini dengan baik. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik. Penyusunan
gagasan ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak.

Maka dari itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :


1. Ibu Hanny Rasni, M.Kep.. Selaku dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan
Gerontik;
2. Dukungan dan doa kedua orang tua kami;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara
maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka
fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka
harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara
keseluruhan. Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa
faktor, misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga
kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik. Secara
global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan seper tampak
pada gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa baik secara
global, Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk
menua (ageing population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun
ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7% (KEMENKES RI, 2017).
Lansia sangat rentan terhadap penyakit. Semakin tinggi angka
kesakitan, menunjukkan derajat kesehatanpenduduk semakin buruk. Penyakit
yang sering dijumpai yaitu osteoarthritis (OA) yang mana salah satu dari 10
penyebab utama kelumpuhan dan gangguan pergerakan sendi. Menurut data
dari WHO, terdapat 9,6% laki-laki dan 18,0% wanita di atas usia 60 tahun
memiliki OA simtomatik. Terdapat lebih dari 30 juta orang di Amerika Serikat
memiliki OA, Sedangkan, di Inggris terdapat sekitar 8 juta orang. Prevalensi
OA dapat berbeda-beda berdasarkan etnis, jenis kelamin, dan usia.
Osteoarthritis meningkat seiring dengan bertambahnya usia, 80-90% pasien
dengan OA berusia 65 tahun ke atas dan ditemukan lebih sering pada wanita,
dengan rasio wanita-pria 1,7:1. Berdasarkan keterlibatan sendinya, OA paling
sering ditemukan di lutut, tangan, dan panggul. Menurut studi kohort
Framingham, prevalensi OA simtomatik pada tangan, lutut, dan panggul adalah
6,8%, 4,9%, dan 4,3%. Sedangkan, OA radiografik ditemukan sebanyak 19,2%
pada lutut, 27,2% pada tangan, dan 19,6% pada panggul.
Menurut KEMENKES RI, 2013, penyakit terbanyak kedua pada lansia
tahun 2013 adalah arthritis setelah hipertensi yang mana terdapat pada masing-
masing rentang usia. Usia 55-64 tahun menunjukkan 45%, 65-74 tahun
menunjukkan 51% dan 75 tahun keatas menunjukkan 54%. Data pada Rumah
Sakit Al-Islam Bandung pada tahun 2014 menunjukkan sebanyak 487 pasien
yang mengalami OA lutut primer dan 82,54% diantaranya berjenis kelamin
perempuan, dan paling banyak terjadi pada kelompok usia 56-65 tahun.12
Sementara data pada Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado pada tahun 2016 menunjukkan OA menduduki urutan ke-4
dari daftar penyakit terbanyak dengan jumlah sebanyak 348 kunjungan (Ayling
S dkk, 2017).
Osteoarthritis pada lutut paling umum dijumpai pada lansia. Lutut terasa
nyeri dan juga kelemahan otot dan instabilitas postural sehingga dalam hal ini,
perlu dilakukan latihan pergerakan sendi salah satunya latihan Tai Chi. Tai Chi
adalah olahraga tradisional Tiongkok yang dilakukan dengan gerakan lambat
pernapasan yang dalam dan pemusatan pikiran dengan unsur meditasi. Gerakan
lembut, gemulai, tenang, lambat, dan beraturan dari Tai Chi akan memberikan
dampak emosi yang tenang kepada para pelakunya. Tai Chi melatih
penggunaan energi Chi ini melalui latihan-latihan keseimbangan dan
keselarasan antara 3 elemen: gerak fisik, pikiran (konsentrasi, ketenangan),
serta pengaturan nafas.
Senam Tai Chi sebagai bentuk olahraga yang dapat meningkatkan
sekresi serotin dan dopamin yang pada gilirannya miningkatkan transmisi
sistem aminergik pada susunan saraf latihan fisik akan merangsang sekresi
endorphin. Mekanisme endorphin ini bisa memberikan efek analgetik karena
rasa nyeri dapat berkurang. Penelitian dilakukan oleh Elham G, dkk (2017)
dimana ada perbaikan keseimbangan setelah melakukan latihan Tai Chi pada
sendi yang nyeri, otot kaki dan daerah pergelangan kaki. Sehingga dapat
meningkatkan keseimbangan pada pasien OA lutut.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dalam penelitian ini


dirumuskan permasalahan :

1.2.1. Bagaimana konsep dasar Osteoarthritis pada lansia?


1.2.2. Bagaimana tingkat kestabilitas lansia sebelum dan sesudah Senam Tai
Chi?
1.2.3. Apakah Senam Tai Chi efektif dilakukan terhadap stabilitas lansia
dengan Osteoarthritis?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya efektifitas Senam Tai Chi terhadap stabilitas lansia
dengan Osteoarthritis.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar Osteoarthritis pada lansia
b. Mengetahui tingkat kestabilitas lansia sebelum dan sesudah Senam
Tai Chi
c. Mengetahui keefektifan Senam Tai Chi dilakukan terhadap stabilitas
lansia dengan Osteoarthritis
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan untuk menambah ilmu penetahuan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Keperawatan
khususnya dalam menggulangi Osteoarthritis pada lansia dengan Senam
Tai Chi.
1.4.2. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tentang gejala klinis yang terjadi pada penderita
osteoarthritis lutut, sehingga diharapkan mereka mampu menjaga
keadaan tubuhnya agar tetap terpelihara kesehatannnya dan mampu
melakukan Senam Tai Chi secara mandiri.
1.4.3. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan panduan kepada keluarga untuk dapat
memberikan perawatan yang baik dan optimal serta mengajarkan latihan
Senam Tai Chi dengan baik dan benar.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah keluhan yang paling sering diungkapkan oleh lansia,


yaitu terjadi kerusakan kartilago sendi yang diikuti peningkatan produksi
jaringan pada batas sendi (Dewi, 2014).

Osteoartritis adalah penyakit inflamasi degeneratif yang menyerang sendi


dan otot, tendon, dan ligamen yang melekat; itu ditandai dengan rasa sakit,
bengkak, dan gerakan terbatas pada sendi (Miller, C.A, 2012).

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi kronis global yang paling


umum. Penyakit ini dapat mempengaruhi sendi tunggal atau ganda dan bahkan
digeneralisasi. OA adalah arthropathy kronis yang mempengaruhi seluruh
sendi, yang melibatkan tulang rawan, lapisan sendi, ligamen, dan tulang yang
mendasarinya. Dalam OA, hilangnya tulang rawan, pembentukan osteofit
(tulang taji), dan tulang sklerosis subkondral menyebabkan nyeri, kecacatan,
dan penurunan kualitas hidup. Perubahan struktural, terlihat dengan radiografi,
termasuk penyempitan ruang sendi, pembentukan osteofit, dan remodeling
tulang di sekitar sendi. OA dapat timbul dalam setiap sendi sinovial di dalam
tubuh, tetapi paling sering terjadi pada sendi besar (lutut dan pinggul), tangan,
dan tulang belakang (Valdes A. Dan Joanne S, 2018).

2.2 Tanda dan Gejala Osteoarthritis


Tanda-tanda dan gejala OA adalah degenerasi permukaan sendi,
penyempitan ruang sendi, nyeri, kekakuan, pembengkakan dan penurunan
fungsi fisik, Selanjutnya, kelemahan otot dan keterbatasan fungsional sering
diamati pada sendi lutut dan pinggul berikut OA (Ghandali, et all, 2017).

Secara umum, gejala utama dari OA adalah nyeri sendi diperburuk oleh
latihan dan lega dengan istirahat, meskipun nyeri saat istirahat atau pada malam
hari tidak jarang pada penyakit lanjut. Nyeri lutut akibat OA biasanya bilateral
dan berpengalaman dalam dan di sekitar lutut. Hip nyeri akibat OA dirasakan
di pangkal paha dan anterior atau paha lateral. Nyeri OA pinggul juga dapat
disebut lutut. Tanda-tanda OA antara lain ketika menggerakkan gerakan
bersama antar sendi, sendi bengkak / sinovitis (kehangatan, efusi, sinovial
penebalan), krepitus, nyeri periarticular, pembengkakan tulang, dan kelainan
karena osteofit. Pasien OA melaporkan dengan kemampuan berkurang untuk
melakukan kegiatan dasar hidup sehari-hari, seperti naik tangga atau berubah
dari duduk ke posisi berdiri. Di Inggris, sebuah survei terbaru, 'OA Nation',
menemukan bahwa 81% orang dengan pengalaman OA rasa sakit yang konstan
dan terjadi keterbatasan dalam melakukan tugas-tugas tertentu. (Valdes A. Dan
Joanne S, 2018).

2.3 Faktor Resiko Osteoarthritis

Menurut Miller, C.A tahun 2012 dalam buku Nursing for wellness in older
adults menyebutkan bahwa osteoartritis adalah proses penyakit yang sangat
kompleks yang dihasilkan dari interaksi faktor-faktor risiko seperti trauma,
genetika, obesitas, dan perubahan terkait usia.

2.4 Komplikasi Osteoarthritis


Menurut Sudoyo, dkk dalam buku Ilmu penyakit dalam tahun 2014
menyebutkan bahwa komplikasi pada osteoarthtritis dapat terjadi apabila tidak
ditangani, kompikasi yang dapat terjadi antara lain yaitu:
1. Gangguan waktu berjalan
2. Dapat terjadinya kekakuan pada sendi lutut,
3. Dapat terjadinya atrofi otot, dan menurunnya fungsi otot.

2.5 Pencegahan Osteoarthritis


Menurut Miller, C.A tahun 2012 dalam buku Nursing for wellness in older
adults menyebutkan bahwa pencegahan osteoarthritis antara lain:
a) Berpartisipasi dalam program latihan berdampak rendah yang diawasi
yang berfokus pada peningkatan kekuatan otot, keseimbangan, dan daya
tahan
b) Menghindari kegiatan berdampak tinggi menyebabkan osteoarthtritis
c) Mengenakan sepatu menahan goncangan dengan baik
d) Menyeimbangkan aktivitas menahan beban dengan periode istirahat
e) Menurunkan berat badan jika perlu
f) Mendapatkan asupan vitamin C dan D yang memadai
g) Menggunakan alat bantu jalan dan alat bantu lainnya yang sesuai untuk
meringankan sendi yang menahan beban, meningkatkan keseimbangan,
atau mencapai fungsi mandiri
h) Menggunakan panas lembab dan analgesik untuk nyeri.

2.6 Penatalaksanaan Osteoarthritis


Penatalaksanaan osteoarthtritis salah satunya dengan rencana perawatan
untuk mengelola osteoarthritis paling efektif ketika dilakukan dengan
pendekatan interdisipliner yang mencakup obat-obatan, perawatan, dan terapi
fisik dan kegiatan sehari-hari. Karena ada banyak intervensi medis dan bedah
untuk osteoarthritis, perawat menekankan pentingnya memperoleh perawatan
medis reguler untuk evaluasi dan perawatan yang berkelanjutan ketika kondisi
ini berubah. Perawat juga dapat mengajarkan kepada lansia tentang terapi fisik
untuk mempelajari strategi penguatan otot yang efektif untuk osteoartritis
tungkai bawah (Bennell, Hunt, Wrigley, LIm, & Hinman, 2009 dalam buku
Nursing for wellness in older adults tahun 2012).
Praktik perawatan diri yang direkomendasikan oleh pedoman berbasis
bukti (evidence based guidelines) termasuk aquaterapi, latihan keseimbangan,
tai chi, terapi dingin, dan pengurangan berat badan (jika ada) (Royal Australian
College of General Practitioners, 2009; Williams, Brand, Hill , Hunt, & Moran,
2010 dalam buku Nursing for wellness in older adults tahun 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.

Sudoyo, dkk. 2014. Ilmu penyakit dalam. Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai