LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
06 JUNI 2018
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KESULITAN INTUBASI
PEMBIMBING:
OLEH :
105420544913
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542044913
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar
Laporan kasus berjudul “Kesulitan Intubasi” ini dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam menyelesaikan
hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Zulfikar Tahir, Sp.An. Selaku
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam
membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini
hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna. Akhir
kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada semua
orang.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen jalan napas merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki
oleh seorang dokter ahli anestesiologi. Kegagalan mengelola saluran napas adalah
penyebab kematian yang dapat dicegah pada pasien yang menjalani anestesi umum.
Enam puluh empat persen dari henti jantung selama anestesia umum disebabkan oleh
kesulitan intubasi endotrakeal yang menyebabkan oksigenasi dan atau ventilasi tidak
adekuat dan sekitar 55–93% menyebabkan kematian atau kerusakan otak. (1)(2)
jalan nafas terbaik dan paling sesuai sebagai jalur ventilasi mekanik. Selain digunakan
untuk menjaga jalan nafas dan memberikan ventilasi mekanik, tindakan ini juga dapat
menghantarkan agen anestesi inhalasi pada anestesi umum. Walaupun rutin dilakukan,
tindakan ini bukan tanpa risiko dan tidak semua pasien dengan anestesi umum
diindikasikan untuk pasien dengan risiko aspirasi dan pada pasien yang sedang
pemeriksaan yang sangat penting. Metode standar untuk menilai potensial intubasi sulit
Mallampati Modifikasi pada tahun 1987 dengan menambahkan struktur saluran napas
4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. DT
Usia : 27 tahun
Berat Badan : 50 kg
Agama : Islam
Alamat : Balinappang
No. RM : 45 50 96
B. ANAMNESIS
Pasien dengan keluhan sakit kepala yang dialami kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Di sertai dengan keluhan hidung tersumbat, sering berair dan bersin. Kadang
disertai batuk. Tidak ada riwayat batuk lama. Riwayat alergi (-). Riwayat asma
(-)
5
C. PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E4V5M6 = 15
Vital Sign :
- Nadi : 78 x/menit
- Suhu : 36,8C
- Pernafasan : 18 x/menit
Status Generalis
o Kulit :Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit
o Kepala : Tampak tidak ada jejas, tidak ada bekas trauma, distribusi merata
o Pemeriksaan Leher
kelenjar tiroid.
o Pemeriksaan Thorax
a. Jantung
sinistra
Perkusi :
6
Batas atas kiri : SIC II LPS sinsitra
b. Paru
c. Pemeriksaan Abdomen
Perkusi : Timpani
d. Pemeriksaan Ekstremitas :
e. Mallampati Score : 1
7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hematologi
CT/BT 8’40’’/2’35’’
Kimia Klinik
8
GDS - ≤ 200 mg/dL
Seroimmunologi
E. KESAN ANESTESI
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yaitu :
G. KESIMPULAN
ACC ASA PS II
H. LAPORAN ANESTESI
Sinusitis Maxillaris
Sinusitis Maxillaris
9
3. Penatalaksanaan Preoperasi
4. Penatalaksanaan Anestesi
c. Premedikasi : Midazolam 3 mg
Fentanyl 100 mg
f. Induksi : Propofol 80 mg
g. Relaksasi : Atracurium 25 mg
h. Medikasi tambahan :-
j. Respirasi : Terkontrol
l. Posisi : Supine
DISKUSI
Pasien, An. DT, 27 tahun dengan ke ruang operasi untuk menjalani FESS
pasien mengeluhkan sakit kepala yang dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan
yang lalu dan semakin memberat. Selain itu, pasien juga mengeluhkan hidung
tersumbat, sering berair dan bersin. Kadang disertai batuk. Tidak ada riwayat
batuk lama. Tidak ada riwayat sakit sebelumya. Tidak ada riwayat penyakit
sistemik.
10
Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg;
367x10, HCT 42,4 %, ureum 28 mg/dl; kreatinin 0,7 mg/dl; dan HBsAg (-).
Tujuan puasa untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi
atau muntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi akibat efek samping dari
obat- obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring mengalami penurunan
cairan yang harus dipenuhi selama 8 jam ini adalah 800 cc.
79x/menit, dan SpO2 99%. Dilakukan injeksi midazolam 3 mg, fentanyl 100 mg.
maka dokter anestesi memilih untuk dilakukan intubasi endotrakeal agar tidak
11
Sebelum pemasangan ETT, dilakukan anamnesis singkat dan penilaian
adanya kesulitan intubasi kepada pasien. Dan dari hasil anamnesis di dapatkan
gigi seri bawah pasien goyang, sehingga kemungkinan gigi dapat terjatuh ke
Untuk itu, di siapkan alat berupa Magill tang untuk mengantisipasi jatuhnya gigi
dengan ukuran 2vol% dengan oksigen dari mesin ke jalan napas pasien.
dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding dengan gas lain, dan baunya pun
lebih harum dan tidak merangsang jalan napas sehingga digemari untuk induksi
anestesi dibanding gas lain (halotan). Efek terhadap kardiovaskular pun relatif
dengan laju napas 18 x/ menit. Sesaat setelah operasi selesai gas anestesi
Setelah operasi selesai lalu mesin anestesi diubah ke manual supaya pasien
dapat melakukan nafas spontan. Gas sevo dihentikan karena pasien sudah nafas
12
spontan dan adekuat. Kemudian dilakukan ekstubasi endotracheal secara cepat
Nadi 85x/menit, dan SpO2 99%. Pasien kemudian dibawa ke ruang pemulihan
(Recovery Room). Selama di ruang pemulihan, jalan nafas dalam keadaan baik,
pernafasan spontan dan adekuat serta kesadaran compos mentis. Tekanan darah
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. INTUBASI ENDOTRAKEAL
1. Definisi
2. Tujuan
14
misalnya operasi di bagian leher dan kepala, dan mempermudah
anestesi umum.
4. Persiapan
15
Gambar 3. a. Cuffed endotracheal tube, terbuat dari polivinil
16
Gambar 5. Stilet pipa endotrakeal, digunakan untuk membantu
intubasi orotrakeal
5. Teknik Intubasi
anastetik
17
d. Batang laringoskop dipegang dengan tangan kiri (jika kidal,
bilah lurus)
berwarna merah.
patah.
napas.
18
B. KESULITAN INTUBASI
dikatakan sulit jika seorang dokter anestesi berpengalaman butuh lebih dari
sepuluh menit atau lebih dari tiga kali untuk sebuah intubasi endotrakeal
dapat dicegah pada pasien yang menjalani anestesi umum. Enam puluh
empat persen dari henti jantung selama anestesia umum disebabkan oleh
1. Tes Spesifik
a. Kriteria Anatomi
- Mallampati Test
19
o Kelas I : Palatum molle, fauces, uvula dan pilar terlihat
jelas
terlihat
terlihat
dilakukan intubasi dibandingkan kelas III dan IV, kelas III dan
o Grade I : >35°
o Grade II : 22°-34°
20
- Jarak mandibular
memungkinkan.
diintubasi.
atau 3 jari.
21
o Inter-incisor distance : jarak antara incisor atas dan
o L= Look externally
jarak antara tulang hyoid dan dagu sekurangnya 3 jari (3), dan
(2).
22
Gambar 7. Assessment airway menggunakan metode LEMON.
o M= Mallampati
23
o O= Obstruction
o N= Neck mobility
24
b. Laryngoskop Direct
terlihat sedikit.
25
- Jarak atlanto-occipital yang kurang
26
BAB IV
PENUTUP
- Prognathism
Tidak ada metode yang bisa memberikan hasil dengan sensitivitas dan
spesifitas yang tinggi untuk memprediksi kesulitan dalam intubasi. Oleh karena itu, di
gunakan metode kombinasi dengan melakukan beberapa macam tes. Harus diakui
bahwa bagaimanapun, beberapa pasien dengan kesulitan jalan nafas akan tetap tidak
terdeteksi meskipun telah dilakukan evaluasi pre operasi yang teliti. Oleh karena itu,
seorang anastesiolog harus selalu siap untuk mengantisipasi jika terjadi kesulitan jalan
27
DAFTAR PUSTAKA
Airway (LMA) Jenis Klasik pada Usaha Pertama antara Teknik Balon
Dikempiskan
Perioperatif. 2016;4(2):30–5.
3. Mayo, RH. Pengaruh Durasi Tindakan Intubasi Terhadap Rate Pressure Product
(RPP) 2014;
4. Pramono Ardi. Buku Kuliah Anestesi. Jakarta. EGC : Penerbit Buku Kedokteran.
2014. 17-22p
Society.2015
http://www.medscape.com/viewarticle/430201_2
intubation
28