Asal Mula Aksara Lampung
Asal Mula Aksara Lampung
NPM : 1613034024
P.S : Pendidikan Geografi
Matkul : Geografi Budaya
Pendekatan Keruangan
Menurut salah satu budayawan Lampung yang bernama Marshito di Lampung ini,
terdapat sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Tulang Bawang, yang beraliran agama
Budha. Pengaruh agama Budha itu antara lain terhadap tulisan, tulisan yang
dibawa oleh penyebar agama Budha adalah adalah huruf yang disebut Dewdatt
Deva Nagari, jadi itu huruf yang dipakai menulis kitab-kitab suci agama Budha,”
jelas salah satu budayawan Lampung Marshito.
Kemudian, lanjutnya, setelah dikalahkan oleh Candra Gupta dari India, para
bangsawan kerajaan Tulang Bawang mendirikan kerajaan baru di Siguntang Maha
Meru, yaitu Sriwijaya dan beberapa lainnya mendirikan kerajaan di Lampung.
“Asal mula Sriwijaya, menurut pak Rozi Arifin, setelah kerajaan Tulang Bawang
yang diserang oleh Candra Gupta tadi kalah, ia melarikan diri ke bukit Siguntang
Maha Meru di Palembang mendirikan kerajaan Sriwijaya, ini kan banyak paham.
Tapi kalau mana yang dulu, Sriwijaya apa Tulang Bawang sebenarnya duluan
Tulang Bawang. Jadi Lampung ini dibawah pengaruh kerajaan Sriwijaya, karena
Sriwijaya kan besar. Tetapi Sriwijaya kan di Palembang, nah Palembang justru
tidak mengembangkan aksara,” beber pria kelahiran Karang Anyar itu.
Aksara Lampung atau biasa disebut Had Lampung berasal dari perkembangan
aksara Devanagari yang lengkapnya dinamakan Dewdatt Deva Nagari atau aksara
Palawa dari India Selatan, aksara ini berbentuk suku kata seperti halnya aksara
Jawa ca-ra-ka atau bahasa Arab alif-ba-ta. Had Lampung terdiri dari huruf induk
yang berjumlah 20 huruf, yakni ka-ga-nga-pa-ba-ma-ta-na-ca-janya-ya-a-la-ra-sa-
wa-ha-gha. Serta atribut lain seperti anak huruf, anak huruf ganda dan gugus
konsonan, juga terdapat lambang, angka, dan tanda baca. Had Lampung disebut
dengan istilah Kaganga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan.
Pendekatan Kelingkungan
Aksara atau Had Lampung memiliki dua kategori aksara, yakni; aksara Lama dan
aksara Baru. Antar aksara Lampung yang sekarang masih berlaku dengan aksara-
aksara lama Lampung, terdapat dalam tulisan-tulisan piagam lama yang terbuat
dari kulit kayu atau tertulis di atas tanduk, buku bambu atau kertas terdapat
perbedaan. Contohnya adalah kitab yang terdapat di bekas Keratuan Darah Putih
bertahun 1270 H, yang ditulis dalam aksara Lampung Lama dan Arab Melayu,
dengan memakan bahasa jawa Banten. Sementara aksara Lampung yang baru
adalah aksara yang sekarang masih dipakai di kalangan anggota masyarakat
Lampung di daerah pedalam, di kampung-kampung, dan terutama di kalangan
orang tua.
Aksara Lampung atau biasa disebut Had Lampung adalah bentuk tulisan yang
memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya
fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab,
dengan menggunakan tanda-tanda fathah pada baris atas dan tanda-tanda kasrah
pada baris bawah, tetapi tidak menggunakan tanda dammah pada baris depan,
melainkan menggunakan tanda di belakang, di mana masing-masing tanda
mempunyai nama tersendiri.
Bahasa Lampung
Lampung
Indonesia
Dituturkan di
Wilayah Sumatra bagian selatan
Penutur bahasa 1,500,000 (1981) (date
missing)
Rumpun bahasa Austronesia
Malayo-Polinesia(MP)
o Lampung
Ada yang membagi rumpun bahasa Lampung dalam dua dilek. Pertama,
dialek A yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa,
Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering,
dan Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way
Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua,
dialek O yang dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang
(yang beradat Lampung Pepadun).
Rujukan :
Apita Sari, Dian. 2016. Ini Dia Asal Mula Aksara Lampung.
http://malahayati.ac.id/?p=18871. Diakses pada 2 Maret 2019, pukul
09:40 WIB.