Disusun oleh:
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Jenis-jenis
Radiasi Nuklir” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya dan sahabatnya.
Makalah ini penyusun sampaikan kepada dosen Fisika Inti sebagai salah
satu tugas mata kuliah tersebut. Dalam penulisan makalah ini, penyusun
menemukan banyak sekali kesulitan, namun penyusun menyadari bahwa hal itu
merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Endah Kurnia
Yuningsih, M.PFis., dan Ibu Diah Mulhayatiah, S.Si., M.Pd. yang telah
memberikan bimbingan serta arahannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Tidak lupa kepada orangtua yang telah memberikan banyak
sekali dukungan, baik itu dukungan moril maupun materil. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna penulisan makalah yang
lebih baik di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
13. Ketidakkekalan Paritas dalam peluruhan Beta ........................................... 37
D. Teori yang Mendukung Peluruhan Alfa dan Beta ........................................... 38
1. Mekanisme Peluruhan Alfa Menurut Teori Gamow, Gurney, Condon .... 38
2. Mekanisme Peluruhan Beta Menurut Teori Fermi ..................................... 43
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 45
A. Hubungan Materi dengan Aplikasi dalam Kehidupan Manusia ................... 45
B. Hubungan Materi dengan Pendidikan Karakter Beragama .......................... 49
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 54
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 54
B. Implikasi .............................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 56
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Potensial yang harus dilewati oleh partikel alfa untuk lepas dari inti
anak................................................................................................................. 8
Gambar 2 Skema Peluruhan Alfa ............................................................................... 13
Gambar 3 Potensial Coulomb untuk Z = 90 atau 92 ................................................ 16
Gambar 4 Efek Perubahan Momentum Sudut pada Peluruhan Alfa ..................... 16
Gambar 5 Spektrum Energi Zarah Alfa oleh Inti 𝟗𝟐𝟐𝟑𝟖𝑼 .................................... 18
Gambar 6 Peluruhan Alfa yang Diikuti Pancaran Sinar Gama .............................. 18
Gambar 7 Skema Tingkat Dasar Proton dan Neutron dalam Peluruhan Beta ...... 19
Gambar 8 Tangkapan Elektron dan Pancaram Elektron Auger ............................. 20
Gambar 9 Peluruhan Beta di Sekitar Pita Kestabilan .............................................. 21
Gambar 10 Skema Peluruhan Beta ............................................................................. 24
Gambar 11 Spektrum Energi Peluruhan Beta pada Nuklida Au-198 Puncak-
puncak Grafik Menggambarkan Elektron Konversi ........................... 25
Gambar 12 Neutrino dan Antineutrino dengan Arah Spin Berlawanan ................ 25
Gambar 13 Probabilitas Transisi, (a) Transmisis dari keadaan awal ke grup
keadaan akhir. Daerah yang diarsis tipis kosong, sedangkan yang
tebal ditempati (b) Potensial gangguan (perturbasi) menghasilkan
transisi. ...................................................................................................... 29
Gambar 14 Ruang-n dalam volume ........................................................................... 30
Gambar 15 Peluruhan Beta Negatif ........................................................................... 31
Gambar 16 Kurie Plot Peluruhan Neutron ................................................................ 32
Gambar 17 Pengaruh Interaksi Coulomb pada Bentuk Spektrum dan β- dan β+ 33
Gambar 18 Kurie Plot Transisi Terlarang Pertama .................................................. 34
Gambar 19 Ketidakkekalan Paritas Neutrino ........................................................... 38
Gambar 20 Mekanisme Peluruhan Alfa Menurut Teori Gamow, Gurney dan
Condon ...................................................................................................... 39
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
lain. Setelah mempelajari berbagai radiasi yang ada, pada tahun 1913 Soddy
dan Kazimiers Fajans menyatakan bahwa radiasi beta menghasilkan inti
baru yang nomor atomnya naik satu, sedangkan radiasi alfa menghasilkan
inti baru yang nomor atomnya turun dua. Seperti halnya semua peristiwa
dalam fisika, peluruhan radioaktif juga harus memenuhi beberapa hukum
kekekalan. Diantara hukum kekekalan yang harus dipenuhi antara lain
adalah hukum kekekalan muatan listrik, hukum kekekalan nucleon dan
hukum kekekalan energi (Abdurrouf, 2015). Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami akan membahas keseluruhan karakteristik dari partikel
alfa dan beta beserta teori-teori yang mendukung peluruhannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami ajukan adalah :
1. Bagaimana sejarah penemuan peluruhan alfa?
2. Bagaimana sejarah penemuan peluruhan beta?
3. Bagaimana karakteristik pada peluruhan alfa?
4. Bagaiamana karakteristik pada peluruhan beta?
5. Bagaimana penerapan jenis peluruhan radiasi nuklida yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari?
6. Bagaimana karakteristik jenis peluruhan radiasi nuklida berdasarkan
perspektif agama?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi sejarah penemuan peluruhan alfa.
2. Untuk mengidentifikasi sejarah penemuan peluruhan beta
3. Untuk mengidentifikasi karakteristik pada peluruhan alfa
4. Untuk mengidentifikasi karakteristik pada peluruhan beta
5. Untuk mengidentifikasi penerapan jenis peluruhan radiasi nuklida pada
kehidupan sehari-hari
6. Untuk mengidentifikasi karakteristik jenis peluruhan radiasi nuklida
berdasarkan perspektif agama.
2
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat membantu meningkatkan pemahaman yang
mendalam mengenai materi yang terkait tentang jenis-jenis peluruhan
pada radioaktif Pese
2. Bagi Peserta Didik
Makalah ini dapat dijadikan sebagai media untuk membantu mengenal
materi jenis-jenis peluruhan radioaktif.
3. Bagi Guru
Makalah ini dapat membantu guru untuk mengajarkan mekanisme dari
berbagai jenis peluruhan radioaktif.
E. Sistematika Pembahasan
Makalah ini disusun berdasarkan sistematika berikut ini :
BAB I PENDAHULUAN : terdiri dari empat buah point yaitu latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat. Latar belakang
menjelaskan tentang alas an pemilihan tema, informasi yang
mengidentifikasi subjek bahasan dan pengantar tentang subjek makalah.
Rumusan masalah menjelaskan tentang beberapa masalah yang akan
dibahas pada makalah secara lebih mendalam. Tujuan menjelaskan tentang
maksud dari tujuan pembuatan makalah tersebut. Manfaat menjelaskan
tentang manfaat dari penulisan makalah tersebut.
BAB II KAJIAN PUSTAKA : berisi tentang peninjauan dari poin-poin
penting yang menjadi topik permasalahan di dalam penulisan makalah
tersebut.
BAB III PEMBAHASAN : berisi tentang penjelasan dari pokok
permasalahan yang dikaitkan dengan hubungan pokok permasalahan
terhadap kehidupan sehari-hari dan pendidikan karakter yang dapat
dikembangkan.
BAB IV PENUTUP : berisi kesimpulan yang merupakan rangkuman dari
poin-poin penting yang termaktub di dalam isi makalah yang telah dibahas.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
atom mengungkapkan adanya gas helium di dalam ruangan (Krane K. ,
1988)
Informasi eksperimen tentag peluruhan alfa memperlihatkan beberapa
kecenderungan yang muncul pada peluruhan ini yakni :
a) Pada umumnya pada peluruhan alfa terjadi kebergantungan energi
peluruhan pada nomor massa A, atau nomor atom Z, atau nomor neutron
N terkecuali pada bilangan-bilangan ajaib (maging numbers),
kecenderungan ini bersesuaian dengan rumus massa semiempiris.
b) Untuk nuklida-nuklida dengan nomor atom Z tertentu memiliki umur
paruh sebagai fungsi energi peluruhan, khususnya untuk inti genap-
genap. Hubungan ini mencerminkan mekanisme peluruhan.
c) Spektrum energi peluruhan alfa memberikan informasi tentang skema
tingkat-tngkat energi dari inti induk dan inti anak (Wiyatmo Y. , 2014)
2. Sejarah Peluruhan Beta
Peluruhan β merupakan jenis peluruhan yang paling umum dikenal,
sebab hampir semua nuklida tidak berada pada daerah kestabilan. Proses
peluruhan β meliputi pancaran elektron secara langsung dari inti. Baik
elektron yang bermuatan negatif maupun positron yang bermuatan positif
dapat dipancarkan oleh inti yang sama dalam beberapa kasus khusus.
Rutherford dan Soddy (1903) mendemonstrasikan bahwa secara kimiawi
nomor atom dari sebuah nuklida akan mengalami kenaikan dengan bilangan
bulat selama nuklida mengalami peluruhan beta negatif. Selanjutnya, Curie
Juliot (1934) menemukan bahwa nomor atom akan berkurang dengan
bilangan bulat pada saat inti memancarkan positron. Chadwick (1914),
menemukan bahwa energi peluruhan beta adalah kontinu.
Peluruhan β ditemukan pertama kali pada akhir abad ke-19. Pada waktu
itu ditunjukkan adanya beberapa isotop radioaktif yang memancarkan zarah
bermuatan negatif. Namun demikian, dikarenakan adanya kesulitan teknis,
pengamatan langsung terjadinya proses tersebut baru dapat dilakukan pada
tahun 1945 setelah ditemukannya reaktor nuklir. Deteksi neutrino secara
langsung baru dapat dilakukan setelah ditemukannya alat pengelip cairan
5
(liquid scintillator). Percobaan peluruhan β yang berorientasi pada fisika
nuklir baru dapat dikembangkan setelah dikuasainya tekniki suhu rendah
(cryogenic).
Di bidang teori juga ditemui hambatan dalam menjelaskan spektrum
sinar β, khususnya mengenai kekekalan energi dan spin. Pauli (1930)
mengajukan hipotesis yang menyatakan pada peluruhan β- akan
dipancarkan pula suatu zarah netral tak bermassa diam yang dikenal sebagai
anti neutrino. Berdasarkan hipotesis Pauli, pada tahun 1934 Fermi
mengajukan teorinya tentang peluruhan β yang sampai sekarang masih
dianggap benar. Lee dan Yang (1956) memperluas teori Fermi dengan
membuktikan pada peluruhan β tidak berlaku kekekalan paritas. Lambatnya
perkembangan pengetahuan tentang peluruhan dapat dimengerti, yang
disebabkan belum dipahaminya secara kokoh tentang struktur inti atom dan
juga tentang gaya nuklir yang menyebabkan peluruhan.
Peluruhan β merupakan proses transformasi isobarik, dalam hal ini
cacah proton berubah (berkurang) tanpa disertai perubahan cacah nucleon.
Terdapat 3 macam proses terjadinya peluruhan β yakni sebagai berikut:
a) Pemancaran elektron (β-) : 𝐴𝑍𝑋 → 𝐴
𝑍+1𝑌 + −10𝑒 + 𝑣̅
b) Pemancaran positron (β+) : 𝐴𝑍𝑋 → 𝐴
𝑍−1𝑌 + +10𝑒 + 𝑣̅
c) Penangkapan elektron (electron capture) : 𝐴𝑍𝑋 + −10𝑒 → 𝐴
𝑍−1𝑌 +𝑣
B. Peluruhan Alfa
1. Emisi Partikel Alfa
Peluruhan alfa tidak bisa dijelaskan dengan menggunakan mekanika klasik,
tetapi bisa dijelaskan dengan menggunakan mekanika kuantum. Menurut
Gamow, Gurney, dan Condon, partikel alfa terbentuk di dalam inti induk
dan kemudian terpisah dari inti induk setelah berhasil melewati potensial
inti. Teori mereka tentang peluruhan alfa dapat ditulis sebagai berikut:
a) Partikel alfa bisa ada sebagai suatu partikel di dalam inti
b) Partikel semacam ini terus-menerus dalam kedaaan gerak, tetapi
geraknya hanya di dalam inti karena adanya rintangan potensial yang
melingkunginya
6
c) Sekalipun energi partikel lebih kecil dari potensial rintangan, tetapi
secara kuantum terdapat peluang kecil (tetapi tidak nol) bagi partikel
tersebut untuk melewati rintangan setiap kali terjadi tumbukan
Misalkan partikel alfa terbentuk dalam inti induk dengan nomor atom Zi,
sehingga inti anaknya memiliki nomor atom Za = Z −2. Dengan demikian,
energi potensial elektrostatik antara partikel alfa dengan inti anak adalah :
𝑒2
di mana 4𝜋𝜀 = 1,4998 MeV fm. Berikutnya kita definisikan jarak efektif inti
0
𝑟𝑒𝑓 sebagai jumlah jari-jari efektif inti anak dan partikel alfa, maka
di mana 𝐴𝑎 adalah nomor massa inti anak. Pada 𝑟 ≤ 𝑟𝑒𝑓 partikel alfa berada
di bawah pengaruh potensial nuklir, sedangkan pada 𝑟 > 𝑟𝑒𝑓 potensial
Coulumb yang bekerja. Dengan demikian, partikel alfa mula-mula
terperangkap dalam gaya nuklir pada 𝑟 ≤ 𝑟𝑒𝑓 , dan setelah itu harus
menembus ‘awan proton’ dengan energi potensial 𝐵𝑒𝑓 untuk bisa
melepaskan diri, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.3. Nilai 𝐵 pada saat
𝑟 = 𝑟𝑒𝑓 adalah
𝑍𝑎
𝐵𝑒𝑓 = 2,4967 1/3
𝑀𝑒𝑉
[𝐴𝑎 + 41/3 ]
Seperti kita bahas sebelum ini, suatu reaksi alfa melepaskan energi sebesar
𝑄. Karena belum terlepas dari inti anak, maka seluruh energi reaksi 𝑄
dimiliki oleh partikel alfa. Sekalipun demikian, nilai 𝑄 selalu lebih kecil
dari 𝐵𝑒𝑓 . Karena nilai 𝐵 meluruh dengan bertambahnya 𝑟, maka pada suatu
jarak tertentu nilai 𝐵 akan sama dengan 𝑄. Nilai 𝑟 yang menghasilkan 𝐵 =
𝑄 dikenal sebagai jari-jari Coulumb 𝑟𝑄 , di mana
7
𝑍𝑎
𝑟𝑄 = 2,996 𝑓𝑚
𝑄
Deskripsi potensial inti, potenial Coulumb, nilai jari-jari efektif 𝑟𝑒𝑓 dan jari-
jari Coulumb 𝑟𝑄 ditunjukkan pada Gambar 1
Gambar 1 Potensial yang harus dilewati oleh partikel alfa untuk lepas dari
inti anak.
90
𝐵𝑒𝑓 = 2,4967 [2341/3 +41/3 ] = 29,45 MeV
𝑄.
8
Mengacu pada Gambar 1, partikel alfa sekarang memiliki energi kinetik 𝑄
dan harus menembus potensial Coulumb 𝐵𝑒𝑓 > 𝑄, sehingga tinggi
potensial neto yang harus dilewatinya adalah 𝐵𝑒𝑓 − 𝑄. Menurut mekanika
klasik, partikel alfa tidak mungkin menembus potensial tersebut, sehingga
peluruhan alfa tidak mungkin terjadi. Pada mekanika kuantum, partikel
diperlakukan sebagai gelombang. Dengan demikian, sekalipun 𝐵𝑒𝑓 > 𝑄,
partikel alfa tetap memiliki peluang untuk menerobos potensial 𝐵𝑒𝑓 , dengan
nilai peluang
𝑇 = 𝑒 −2𝐺
2𝑟𝑄 𝜋 𝑄
2𝐺 = √2𝜇𝑄 [ − 2√ ]
ℎ 2 𝐵𝑒𝑓
di mana
𝑟𝑄
2𝐺 =
2 ∫ 𝑘(𝑟)𝑑𝑟
𝑟𝑒𝑓
= 𝑟𝑄 1/2
2𝜇(𝑉(𝑟) − 𝑄)
2∫ [ ] 𝑑𝑟
𝑟𝑒𝑓 ℎ2
1/2
= 2 𝑟𝑄 𝑍𝛼 𝑍𝑎
∫ [2𝜇 ( − 𝑄)] 𝑑𝑟
ℎ 𝑟𝑒𝑓 4𝜋𝜀0 𝑟
9
dengan 𝐴 adalah nomor massa. Selanjutnya, Q adalah energi yang
𝛼 𝑎 𝑍 𝑍 𝑒2
dilepaskan pada peluruhan alfa, atau 𝑄 = 4𝜋𝜀 . Dengan demikian, faktor
𝑟 0 𝑄
= 2𝑟𝑄
√2𝜇𝑄[𝑐𝑜𝑠 −1 √𝑥 − √𝑥(1 − 𝑥)]
ℎ
𝑟𝑒𝑓 𝑄 𝑟𝑒𝑓 𝑄
Dimana 𝑥 = = 𝐵 . Untuk kasus potensial yang tebal (𝑥 = =𝐵 ≪
𝑟𝑄 𝑒𝑓 𝑟𝑄 𝑒𝑓
𝑟 𝜋 𝑄
1), maka 𝑐𝑜𝑠 −1 √ 𝑟𝑒𝑓 ≈ 2 − √𝐵 sehingga persamaan terakhir dapat ditulis
𝑄 𝑒𝑓
sebagai
2𝑟𝑄 𝜋 𝑄
2𝐺 = √2𝜇𝑄 [ − 2√ ]
ℎ 2 𝐵𝑒𝑓
√2(𝑉0 + 𝑄/𝜇 𝜋 𝑄
𝜆 = 𝑓𝑇 = 𝑒𝑥𝑝 −2√2𝜇𝑄 [ − 2√ ]
2𝑟𝑒𝑓 2 𝐵𝑒𝑓
{ }
Sekarang kita dengan mudah dapat mendefinisikan waktu paro sebagai
10
Ungkapan terakhir dapat dibandingkan dengan ungkapan eksperimen
𝑏
𝑙𝑛𝑇1/2 = 𝑎 +
√𝑄
di mana a dan b adalah konstanta. Pernyataan terakhir dikenal sebagai
hukum Geiger-Nuttal untuk peluruhan alfa.
𝑪𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 ∶ 𝑴𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑇1/2
Hitunglah 𝑇1/2 untuk peluruhan alfa dari U-238, jika potensial intinya
adalah 30 MeV.
𝑷𝒆𝒏𝒚𝒆𝒍𝒆𝒔𝒂𝒊𝒂𝒏
Dari contoh sebelumnya, didapatkan bahwa untuk reaksi peluruhan alfa
238
92𝑈 → 234
90𝑇ℎ + α + 𝑄. didapatkan 𝑄 = 4,27 MeV, 𝐵𝑒𝑓 = 29,45 MeV, 𝑟𝑒𝑓 =
9,16 fm, dan 𝑟𝑄 = 64.2 fm. Karena 𝐵𝑒𝑓 ≫ 𝑄 (dan juga 𝑟𝑄 ≫ 𝑟𝑒𝑓 ), maka
dapat dipakai pendekatan potensial tebal, sehingga dapat dipakai Persamaan
2𝐺 untuk menghitung faktor Gamow, sebagai berikut
2𝐺 =
2(𝜇𝑐 2 )𝑄 𝜋 𝑄
2𝑟𝑄 √ [ − 2√ ]
(ℎ𝑐 2 ) 2 𝐵𝑒𝑓
=
234
2 (4 𝑥 238 𝑥 931, 5 𝑀𝑒𝑉) 𝑥 4,27 𝑀𝑒𝑉 𝜋
2 𝑥 64,2 𝑓𝑚 𝑥 √ 𝑥[
(197,3 𝑀𝑒𝑉. 𝑓𝑚)2 2
4,27 𝑀𝑒𝑉
− 2√ ]
29,5 𝑀𝑒𝑉
= 85,8
11
= 1023 𝑓𝑚 2(30 + 4,27)
(3 𝑥 ) 𝑥 √ 234
𝑠
4 𝑥 238 𝑥 931,5
2 𝑥 9,16 𝑓𝑚
= 2,26 𝑥 1021 𝑠 −1
Dengan demikian konstanta peluruhan alfanya adalah
𝜆 = 𝑓 𝑥 𝑇 = 2,26 𝑥 1021 𝑠 −1 𝑥 5,43 × 10−38 = 1,23 × 10−16 𝑠 −1
Dengan waktu paro
𝑙𝑛2
𝑇1/2 = = 5,65 × 1015 𝑠 = 1,8 × 108 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝜆
Sebagaiperbandingan, nilai waktu paro hasil eksperimen adalah 𝑇1/2 =
4,5 × 109 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛. Perhitungan dengan menggunakan 𝑟𝑒𝑓 = 1,4 𝑥 (𝐴𝑎 1/3 +
𝐴𝛼 1/3 ) fm memberikan hasil 𝑇1/2 = 1,3 × 109 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛, suatu hasil yang
lebih dekat dengan eksperimen (Abdurrouf, 2015)
2. Energetika Peluruhan Alfa
Proses peluruhan alpha memenuhi:
𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 → 𝑍−2𝑌 + 42𝐻𝑒
212 208
82𝐵𝑖 → 80𝑇𝑙 + 42𝐻𝑒
238 234
92𝐵𝑖 → 90𝑇𝑙 + 42𝐻𝑒
Ditinjau inti induk dengan massa mi , inti anak (turunan) dengan massa mt
dan zarah alpha dengan massa m . Inti melurh dengan peluruhan alpha.
zarah alpha terpancar dari inti dengan energy kinetik K . Pada gambar
berikut disajikan skema peluruhan alpha.
12
Gambar 2. Skema Peluruhan Alfa
Sumber; Buku Yusman Wiyatmo hal. 126
mi c 2 mt c 2 K t m c 2 K
Q K t K (mi mt m )c 2
Q K t K (mi mt m )c 2 0
mi mt m 0
mi mt m
Jika inti atom induk dalam keadaan diam, maka menurut hukum
kekekalan momentum:
mt vt mv v
13
Kedua ruas persamaan di atas dikuadratka dan di kalikan ½, diperoleh:
1 2 1 2
mt mt vt m m v
2 2
mt K t m K
( A 4) K t 4 K
A4
K Kt
4
A4
Q K t K K Kt
4
A
Q Kt
4
Atau
A
Q K
A4
Inti atom yang meluruh dengan pemancaran zarah alpha adalah inti berat
A >>, sehingga:
Q K untuk A >> 4
14
Mereka menemukan hubungan antara logaritma konstanta peluruhan
dengan logaritma jangkauan zarah alfa dari sebuah rantai peluruhan
radioaktif alam. Hubungan tersebut didasarkan pada energi peluruhan dan
umur paruh yang sistematis hanya valid pada jangkauan yang terbatas dari
nuklida-nuklida. Ekperimen akhir-akhir ini menunjukkan bahwa untuk
peluruhan-peluruhan keadaan dasar diantara nuklida genap-genap memiliki
hubungan
𝑏
log 𝑇1/2 = 𝑎 +
√𝑄
Dengan a dan b merupakan fungsi nomor atom Z. Jika energi peluruhan
Q dinyatakan dalam MeV dan waktu paruh 𝑇1/2 dalam sekon, menurut
Segre nilai a dan b memenuhi hubungan :
2
𝑎 ≈ −1,61𝑍𝑡 3 − 21,4
𝑏 ≈ 1,61𝑍𝑡
Untuk peluruhan-peluruhan alfa yang terjadi pada inti dalam keadaan
eksitasi atau peluruhan-peluruhan inti dengan A ganjil (atau inti ganjil-
ganjil), unsur paruhnya biasanya lebih lama dibandingkan dengan inti
genap-genap dengan energi peluruhan yang sama. Faktor penggali yang
diberikan pada umur paruh tersebut dikenal sebagai faktor perintang
(hindrance).
Fisikawan-fisikawan yang mencoba menghitung emisi alfa sebelum
penemuan mekanika kuantum menjumpai berbagai dilema. Sebagai contoh
ditemukan adanya pertentangan hukum hamburan zarah alfa Rutherford
yang terjadi pada nuklida 238
92𝑈 yang memancarkan zarah alfa dengan energi
238
8,6 MeV. Oleh karena itu pada jarak tertentu dari inti 92𝑈, potensial yang
bekerja pada zarah merupakan potensial Coulomb myrni, sebagaimana
238
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Segera setelah 92𝑈 memancarkan
234
zarah dengan energi 4,2 MeV maka terbentuklah 90𝑇ℎ. Karena potensial
238
Coulomb tidak mengalami perubahan yang terlalu besar diantara 92𝑈 dan
234
90𝑇ℎ, bagaimanakah dapat menerangkan zarah alfa dapat terpancar keluar
15
dari inti, melampaui potensial perintang yang besarnya harus melebihi 8,6
MeV.
16
𝐿 = 𝑚𝑎 𝑣𝑡 𝑟
Energi zarah alfa dalam bagian radial
1
𝑚 𝑣2
2 𝑎 𝑟
Energi zarah alfa dalam bagian tangensial
1 𝐿2
𝑚𝑎 𝑣𝑡 2 =
2 2𝑚𝑎 𝑟 2
Dengan mengabaikan efek recoil inti turunan, berdasarkan kekekalan
energi dapat diperoleh :
1 𝐿2
𝑚𝑎 𝑣𝑡 2 + + 𝑉(𝑟) = 𝐸
2 2𝑚𝑎 𝑟 2
Suku kedua ruas kiri persamaan di atas dapat dianggap sebagai energi
potensial sentrifugal dan dapat dikombinasi dengan energi potensial V (r).
Perubahan momentum sudut pada peluruhan alfa naik dengan
bertambahnya ketebalan efektif perintang dan bertambahnya umur paruh
peluruhan. Kenaikan tersebut selanjutnya bergantung pada rasio antara
tinggi perintang sentrifugal terhadao tinggi potensial Coulomb.
𝑙(𝑙+1)ℎ2
𝜎 = 2𝑚 2𝑅
≈ 0,002(𝑙 + 1) untuk Z ≫90 dan R ≫ 10-12 cm
𝑎 𝑧𝑍𝑒
17
5. Spektrum Energi Zarah Alfa
Spektrum zarah alfa bbersifat diskrit, terdiri dari grup energy yang
diskrit. Hal ini disebabkan oleh energy disintegrasi peluruhan alfa memiliki
nilai tertentu. Pada gambar di bawah ini disajikan spektrum zarah alfa yang
dipancarkan oleh inti 238
92𝑈.
𝟐𝟑𝟖
Gambar 5. Spektrum Energi Zarah Alfa oleh Inti 𝟗𝟐𝑼
18
C. Peluruhan Beta
1. Proses Terjadinya Peluruhan Beta
Proses terjadinya peluruhan beta dapat dijelaskan dari skema
tingkat dasar (state awal) proton dan neutron seperti pada gambar 6.
Gambar 7 Skema Tingkat Dasar Proton dan Neutron dalam Peluruhan Beta
Sumber: (Wiyatmo Y. , 2014)
Ketiga nuklida memiliki cacah nukleon yang sama, tetapi cacah
12
netron dan protonnya berbeda. 6C adalah inti stabil dengan cacah
12
neutron dan proton sama (N=Z=6). Pada 5B dengan N=7 dan Z=5
12
memiliki (N>Z). selanjutnya pada nuklida 7N dengan N=5 dan Z=7
memiliki (Z>N).
12
Inti atom 5B yang tak stabil meluruh dengan mengubah satu
12
neutronnya menjadi proton agar stabil menjadi 6C . Karena muatannya
harus kekalmaka harus dibentuk satu muatan negatif (elektron). Namun
demikian karena elektron tak dapat berada dalam inti atom maka ia
harus dikeluarkan dan dipancarkan sebagai radiasi sinar β− dan anti
neutrino sebagai berikut :
12
5B → 12
6C + −10β + 𝑣̅
12
Analog untuk 7N cacah proton lebih besar dibandingkan dengn
cacah neutonnya, sehingga inti tersebut meluruh dengan mengubah satu
protonnya menjadi neutron disertai dengan pemancaran zarah positif
dalam bentuk radiasi sinar β+ dan nautrino sebagai berikut :
19
12
7N → 12
6C + +10β + 𝑣
Jenis peluruhan beta yang ke-3 adalah penangkapan elektron.
Pada proses peluruhan ini, satu elektron orbit ditangkap proton dalam
inti atom sehingga berubah menjadi neutron. Dalam hal ini cacah
nukleonnya tetap, tetapi satu protonnya berubah menjadi neutron seperti
pada proses peluruhan β+ , seperti yang ditunjukkan pada gambar 7.
20
Gambar 9. Peluruhan Beta di Sekitar Pita Kestabilan
Sumber: (Wiyatmo Y. , 2014)
2. Syarat Terjadinya Peluruhan Beta
a. Peluruhan 𝛃−
Reaksi peluruhan inti atom induk menjadi inti atom anak dengan
peluruhan β− memenuhi :
𝐴
𝑍𝑋𝑖 → 𝐴
𝑍−1𝑋𝑡 + −10𝑒 + 𝑣̅
Berdasarkan hukum kekekalan energi sebelum dan sesudah
peluruhan :
𝑚𝑖 𝑐 2 + 0 = 𝑚𝑡 𝑐 2 + 𝐾𝑡 + 𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝐾𝑒 + 𝐾𝑣̅ (1)
Dengan mengabaikan energi ikat elektron maka dapat
diekspresikan hubungan antara massa inti atom mX dengan massa atom
MX dan massa elektron me dari nuklida 𝐴𝑍𝑋 adalah:
𝑚𝑋 = 𝑀𝑋 − 𝑍𝑚𝑒 (2)
Subsitusi persamaan (2) ke Persamaan (1) diperoleh:
(𝑀𝑖 − 𝑍𝑚𝑒 )𝑐 2 = (𝑀𝑡 − (𝑍 + 1)𝑚𝑒 )𝑐 2 + 𝐾𝑡
(3)
+ 𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝐾𝑒 + 𝐾𝑣̅
Energi disintegrasi:
𝑄 = 𝐾𝑡 + 𝐾𝑒 + 𝐾𝑣̅ (4)
Subsitusi persamaan (4) ke Persamaan (3) diperoleh:
21
𝑀𝑖 𝑐 2 − 𝑍𝑚𝑒 𝑐 2
= 𝑀𝑡 𝑐 2 − 𝑍𝑚𝑒 𝑐 2 − 𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2
+𝑄
𝑄 = (𝑀𝑖 − 𝑀𝑡 )𝑐 2 (5)
Syarat terjadinya peluruhan adalah Q > 0, sehingga:
𝑀𝑖 > 𝑀𝑡 (6)
Peluruhan β− hanya dapat terjadi jika massa atomik nuklida induk
lebih besar dibandingkan massa atomik nuklida turunannnya.
b. Peluruhan 𝛃+
Tinjau persamaan peluruhan β+ :
𝐴
𝑍𝑋𝑖 → 𝐴
𝑍−1𝑋𝑡 + +10𝑒 + 𝑣
Berdasarkan hukum kekekalan energi sebelum dan sesudah
peluruhan :
𝑚𝑖 𝑐 2 + 0 = 𝑚𝑡 𝑐 2 + 𝐾𝑡 + 𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝐾𝑒 + 𝐾𝑣 (7)
Dengan mengabaikan energi ikat elektron maka dapat diekspresikan
hubungan antara massa inti atom mX dengan massa atom MX dan massa
elektron me dari nuklida 𝐴𝑍𝑋 adalah:
𝑚𝑋 = 𝑀𝑋 − 𝑍𝑚𝑒 (8)
Subsitusi persamaan (8) ke Persamaan (7) diperoleh:
(𝑀𝑖 − 𝑍𝑚𝑒 )𝑐 2 = (𝑀𝑡 − (𝑍 − 1)𝑚𝑒 )𝑐 2 + 𝐾𝑡 + 𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝐾𝑒
(9)
+ 𝐾𝑣
Energi disintegrasi:
𝑄 = 𝐾𝑡 + 𝐾𝑒 + 𝐾𝑣 (10)
Subsitusi persamaan (10) ke Persamaan (9) diperoleh:
𝑀𝑖 𝑐 2 − 𝑍𝑚𝑒 𝑐 2 = 𝑀𝑡 𝑐 2 − 𝑍𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝑄
𝑄 = (𝑀𝑖 − 𝑀𝑡 − 2𝑚𝑒 )𝑐 2 (11)
Syarat terjadinya peluruhan adalah Q > 0, sehingga:
𝑀𝑖 > 𝑀𝑡 + 2𝑚𝑒 (12)
22
Peluruhan β+ hanya dapat terjadi jika massa atomik nuklida induk
setidak-tidaknya 2me lebih besar dibandingkan massa atomik nuklida
turunannnya.
c. Penangkapan elektron
Persamaan peluruhan dengan penangkapan elektron:
𝐴
𝑍𝑋𝑖 + −10𝑒 → 𝐴
𝑍−1𝑋𝑡 +𝑣
Berdasarkan hukum kekekalan energi sebelum dan sesudah
peluruhan :
𝑚𝑖 𝑐 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2 = 𝑚𝑡 𝑐 2 + 𝐾𝑡 + 𝐾𝑣 (13)
Dengan mengabaikan energi ikat elektron maka dapat
diekspresikan hubungan antara massa inti atom mX dengan massa atom
MX dan massa elektron me dari nuklida 𝐴𝑍𝑋 adalah:
𝑚𝑋 = 𝑀𝑋 − 𝑍𝑚𝑒 (14)
Subsitusi persamaan (14) ke Persamaan (13) diperoleh:
(𝑀𝑖 − 𝑍𝑚𝑒 )𝑐 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2
(15)
= (𝑀𝑡 − (𝑍 − 1)𝑚𝑒 )𝑐 2 + 𝐾𝑡 + 𝐾𝑣
Energi disintegrasi:
𝑄 = 𝐾𝑡 + 𝐾𝑣 (16)
Subsitusi persamaan (16) ke Persamaan (15) diperoleh:
𝑀𝑖 𝑐 2 − 𝑍𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2
= 𝑀𝑡 𝑐 2 − 𝑍𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2 + 𝑄
𝑄 = (𝑀𝑖 − 𝑀𝑡 )𝑐 2 (17)
Syarat terjadinya peluruhan adalah Q > 0, sehingga:
𝑀𝑖 > 𝑀𝑡 (18)
Penangkapan elektron hanya dapat terjadi jika massa atomik nuklida
induk lebih besar dibandingkan massa atomik nuklida turunannnya
(Wiyatmo Y. , 2014, pp. 147-150).
3. Skema Peluruhan Beta
Peluruhan Beta biasanya juga diikuti oleh pancaran radiasi gamma.
Skema peluruhan beta untuk inti 64
29𝐶𝑢 adalah sebagai berikut.
23
Gambar 10. Skema Peluruhan Beta
Sumber: (Wiyatmo Y. , 2014)
4. Spektrum Energi Beta
Berbeda dengan peluruhan alfa dan gamma, spektrum beta
bersifat kontinu. Energi sinar beta memiliki besar berentang dari 0
sampai dengan nilai maksimum. Hal ini disebabkan karena energi
disintegrasi Q tak hanya digunakan oleh electron saja melainkan juga
digunakan sebagai tenaga kinetic neutrino dan anti neutrino Q= 𝐾𝑒 +
𝐾𝑣. Dari ungkapan ini dapat ditafsirkan bahwa energi kinetic
maksimumsinar beta adalah Q jika tenaga neutrinonya nol dan berlaku
pula sebaliknya energy kinetik sinar betaminimum sama dengan no jika
tenaga kinetik neutrino maksimum sama dengan Q. Dengan hipotesis
neutrino ini bentuk spectrum beta dapat diterangkan, tetapi pada waktu
itu neutrino belum dapat dideteksi secara langsung melalui eksperimen.
Baru setelah ditemukannya sintilator cair, neutrino dapat dideteksi
secara langsung oleh Reines dan Cowan (1953). Pada peluruhan beta
terjadi transformasi neutron menjadi proton atau sebaliknya proton
menjadi neutron, yang dapat dituliskan dalam persamaan reaksi sebagai
berikut:
1
0𝑛 → 11𝑒 + −10𝑒 + 𝑣̅
1
1𝑝 → 10𝑛 + +10𝑒 + 𝑣
1 0
1𝑝 + −1𝑒 → 10𝑛 + 𝑣
24
Gambar 11. Spektrum Energi Peluruhan Beta pada Nuklida Au-198
Puncak-puncak Grafik Menggambarkan Elektron Konversi
25
sekrup putar kiri, sedangkan anti neutrino seperti sekrup putar
kanan.
Sebelumnya tahun, 1956 para ahli menganggap bahwa
neutrino dapat putar kiri atau putar kanan, yang berarti tidak ada
perbedaan di antara keduanya, kecuali dalam arah spin neutrino dan
anti neutrino dianggap identic. Anggapan ini berakar dari Leibniz,
ilmuan yang hidup pada zaman Newton, dan orang yang
menemukan kalkulus. Jalan penalarannyaadalah jika kita
mengamati benda atau proses fisis tertentu secara langsung dengan
menggunakan cermin, kita dapat membedakan secara ideal mana
benda benda atau proses yang diamati langsung atau dari pantulan
cermin. Menurut definisi, perbedaan kenyataan fisis harus dapat
dikenali, jika tidak maka perbedaan itu tidak ada artinya. Sekarang
perbedaan satu-satunya antara sesuatu yang dilihat melalui cermin
ialah pertukaran anatar kiri dan kanan, sehingga semua benda dan
proses harus terjadi dengan peluang yang sama antara kiri dan kanan
yang dipertukarkan.
Doktrin yang kelihatannya mungkin benar ini memang
secara eksperimental sah untuk interaksi nuklir dan elektromagnetik,
tetapi sampai 1956 penerapannya pada neutrino belum pernah diuji.
Dalam tahun yang sama. Lee dan Yang mengusulkan beberapa
penyimpangan teoritis serius dapat diatasi jika neutrino dan anti
neutrino memiliki putaran yang lain, walaupun ini berarti bahwa
tidak dapat dicerminkan satu terhadap lainnya. Eksperimen yang
dilakukan segera setelah itu menunjukan bahwa neutrino dan anti
netrino terbedakan masing-masing secara berturutan memiliki spin
putar kiri dan putar kanan.
Selanjutnya untuk membedakan apakah neutrino atau
antineutrino yang dipancarkan dalam peluruhan beta, maka dapat
digunakan hukum kekekalan lepton. Lepton adalah zarah ringan
seperti elektron, positron, neutrino, dan sebagainya. Lepton diberi
26
bilangan, yakni bilangan lepton. Bilangan lepton adalah +1,
sedangkan antilepton -1. Zarah-zarah yang bukan termasuk lepton
memiliki bilangan lepton 0. Hukum kekekalan lepton menyatakan
bahwa dalam suatu reaksi jumlah bilangan lepton kekal (Wiyatmo
Y. , 2014, pp. 151-155). Sebagai contoh diberikan 2 buah reaksi
sebagai berikut.
1. Reaksi : 𝑛 → 𝑝 + 𝛽 − + 𝑣̅
Bilangan lapton : 0 0 + 1 -1
Jumlah bilangan :0
2. Reaksi : 𝑛 → 𝑝 + 𝛽+ + 𝑣
Bilangan lapton : 0 0 + 1 -1
Jumlah bilangan :0
5. Konstanta Peluruhan Beta
Hasil pengukuran umur paruh peluruhan beta bervariasi antara
10-3 sekon sampai dengan 1016 tahun. Sebagaimana dalam peluruhan
gama, kita dapat mengklasifikasikan jenis-jenis peluruhan beta
berdasarkan pada momentum sudut yang dibawa oleh electron dan
neutrino, dan perubahan paritas yang terjadi. Kita dapat membedakan
peluruhan dengan mengamati bahwa spin intrinsik electron dan neutrino
sejajar (peluruhan Gamow-Teller) atau berlawanan (peluruhan fermi).
Klasifikasi yang paling umum dalam peluruhan beta, transisi yang
diijinkan bila mana momentum sudut yang dibawa zarah nol. Konstanta
penyeluruhan meningkat secara kasar 5 kali dari energy peluruhan. Efek
ini dapat diterangkan dengan teori peluruhan beta yang dikembangkan
oleh Fermi (1934).
Proses peluruhan beta tidak mungkin dapat dijelaskan dengan
pendekatan klasik, sebab berurusan dengan persoalan pembentukan dua
buah zarah yang sebelumnya tidak berada di dalam inti. Teori klasik
hanya membahas proses emisi radiasi elektromagnetik yan dipancarkan
oleh zarah bermuatan yang mengalami percepatan. Laju radiasi
ditentukan sifat-sifat spesifik medan listrik dan medan magnet, oleh
27
karena itu tidak dapat diadopsi secara langsung pada medan electron-
neutrino. Fermi mengembangkan sebuah teori kuantum peluruhan beta
yang analog dengan teori kuantum peluruhan elektromagnetik.
Transisi membawa sebuah system dari keadaan awal (inti-
tereksitasi + radiasi nol) ke keadaan akhir (inti akhir + radiasi). Kita
asumsikan bahwa hanya sebuah gangguan yang sangat kecil diperlukan
untuk mempengaruhi transisi, sehingga tidak ada kebutuhan energy
yang ditambahkan dalam system. Justifikasi untuk hal ini adalah
kenyataan bahwa waktu peluruhan radioaktif, seperti waktu paruh
adalah sangat panjang dibadingkan dengan periode inti. Secara efisien
dapat diungkap bahwa, transisi merupakan proses yang sangat lambat
dalam ukuran waktu inti. Dengan perkataan lain, system awal
hanyamembutuhkan gangguan yang sangat kecil untuk terjadinya
transisi.
Sebuah system ditempatkan dalam sebuah kotak besar yang
ditutup. Di dalam kotak bentuk medan radiasinya adalah gelombang-
gelombang berdiri, yang masing-masing memiliki energy tertentu
seperti ditunjukan pada gambar di bawah (b).
Keadaan awal terdiri dari inti tereksitasi dan radiasi nol yang
melingkupi tingkat energy tertentu saja. Tingkat-tigkat yang lain
kosong. Kita dapat menunjukan dari persamaan Schrodinger bahwa jika
system dijaga pada potensial gayut waktu seperti ditunjukan pada
gambar (b), maka system dapat melakukan transisi ke tingkat-tingkat
energi di dekat tingkat energy awal. Masing-masing tingkat berkaitan
dengan inti akhir + sebuah foton. Sebaran energy ∆𝐸 untuk tingkat-
tingkat grup dapat dicapai dalam waktu t setelah potensial gangguan ∆𝑉
dioperasikan, yang nilainya mendekati sama dengan h/t sesuai dengan
prinsip ketidakpastian Heisenberg. Jika waktu t diperlama maka ∆𝐸
cenderung menuju nol, sehingga hukum kekekalan energy dapat
dipenuhi.
28
Gambar 13. Probabilitas Transisi, (a) Transmisis dari keadaan awal ke
grup keadaan akhir. Daerah yang diarsis tipis kosong, sedangkan yang
tebal ditempati (b) Potensial gangguan (perturbasi) menghasilkan transisi.
29
Karena volume yang dihimpun dalam ruang n dengan masing-
masing himpunan bilangan bulat nx , ny, dan nz adalah sebuah volume
satuan kubus, setiap volume dalam ruang n secara numeris sama
dengan jumlah himpunan bilangan bulat yang terdapat di dalamnya,
sehingga:
1 𝑝2 𝑑𝑝𝐿3
𝑑𝑁 = 4𝜋𝑛2 𝑑𝑛 = (9.25)
8 2𝜋 2 ℏ3
Dan
𝑑𝑝 3
𝑑𝑁 𝑝2 ( )𝐿
𝑑𝐸
= (9.25)
𝑑𝐸 2𝜋 ℏ3
2
30
elektron-antineutrinodalam jangkauan energy dQ𝛽 − . Karena untuk
setiap keadaan elektron trdapat sebuah himpunan independen 𝑑𝑁𝑣̅
dari keadaan antineutrino yang ada.
𝑑𝑁𝑡𝑜𝑡 = 𝑑𝑁𝑒 − 𝑑𝑁𝑣̅
Bertolak dari persamaan 9.20, kebolehjadian transisi beta persatuan
waktu sama dengan:
2𝜋 𝑑𝑁𝑡𝑜𝑡
|𝜇|2
ℏ dQ𝛽 −
Dengan menggunakan persamaan (9.28) dan (9.29), dapat
diperoleh;
𝑀 = (𝑓|𝑖) = ∫ Ψ𝑓∗ Ψ𝑖 𝑑𝜏
31
M = 0, kecuali Ii dan If tidak berubah atau ∆ 𝐼 = 0. Keadaan
tersebut dinamakan transisi yang diijinkan. Dengan demikian kaidah
seleksi fermi adalah:
∆ 𝐼 = 0, tidak
Dalam hal ini “tidak” berarti tidak ada perubahan paritas
(Wiyatmo Y. , 2014, p. 161).
7. Kurie Plot
Untuk transisi yang diijinkan berlaku:
1
𝑁(𝑝) 2
[ 2 ] = 𝐶 (𝐸𝑚𝑎𝑥 − 𝐸𝛽 )
𝑝
Dengan nilai C,
𝑔|𝑀|
C = (2𝜋3 𝑐 3ℏ7 )1/2
32
8. Pengaruh Interaksi Coulomb pada Peluruhan Beta
Interaksi Coulomb mempengaruhi pemancaran β- dan β+. Untuk
interaksi Coulomb menghalang proses emesis, sedangkan β+ justru
mendorongnya keluar dari inti. Pengaruh ini dapat dilihat dalam
spektrum pemancaran β- dan β+ yang disajikan pada Gambar 16.
Koreksi interaksi Coulomb dinyatakan dengan faktor Coulomb F
(Z,p):
2𝜋𝛿
𝐹(𝑍, 𝑝) = … (9.38)
1 − 𝑒 −2𝜋𝛿
𝑍𝑒 2 𝐸𝑚𝑎𝑥
dengan 𝛿 = ± … (9.39)
ħ𝑐 2 𝑝
Gambar 17. Pengaruh Interaksi Coulomb pada Bentuk Spektrum dan β- dan β+
33
9. Transisi Terlarang
⃗ + 𝑞) ∙ 𝑟]
[(𝑘
⃗ + 𝑞 ) ∙ 𝑟|𝑖⟩ − ⟨𝑓|
= ⟨𝑓|𝑖⟩ + ⟨𝑓|𝑖(𝑘 |𝑖⟩
2!
+ ⋯ … (9.42)
Misalkan ⟨𝑓|𝑖⟩ = 0. Karena kaidah seleksi tidak dipenuhi (∆I≠0), maka
suku kedua dan ketiga belum tentu sama dengan nol; dan hal ini
memungkinkan adanya transisi, walaupun menurut kaidah seleksi
transisi itu terlarang. Jadi jika suku pertama sama dengan nol, sedang
suku kedua tidak, maka transisi tersebut dinamakan terlarang kedua,
dan seterusnya.
34
10. Laju Peluruhan Beta
Berdasarkan pada kebolehjadian pemancaran zarah beta per detik
dengan momentuman antara p dan p+dp, maka laju peluruhan dapat
dihitung dengan persamaan:
𝑝𝑚𝑎𝑥
1 𝑔2 |𝑀|2 𝑚5 𝑐 4
𝜆 = = ∫ 𝑁(𝑝)𝑑𝑝 = 𝐹(𝑍, 𝐸𝑚𝑎𝑥 ) … (9.43)
𝜏 2𝜋 3 ħ7
0
dengan:
𝐹(𝑍, 𝐸max )
𝑝𝑚𝑎𝑥 /𝑚𝑐 2
(𝐸𝑚𝑎𝑥 − 𝐸𝛽 ) 𝑝 2 𝑑𝑝
= ∫ 𝐹(𝑍, 𝐸) ( ) ( ) … (9.44)
𝑚𝑐 2 𝑚𝑐 𝑚𝑐
0
𝑝𝑚𝑎𝑥 𝐸𝑚𝑎𝑥
Apabila ≫ 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 ≫ 1, 𝑑𝑎𝑛 𝐹(𝑍, 𝐸) ≈ 1
𝑚𝑐 𝑚𝑐 2
35
11. Kaidah Seleksi Gamow Teller
Beberapa inti menunjukkan transisi diijinkan, walaupun kaidah
seleksi Farmi tidak dipenuhi. Sebagai contoh peluruhan isotop helium
sebagai berikut:
6
2𝐻𝑒(𝐼 = 𝑜) → 𝛽 − + 𝜐̅ + 63𝐿𝑖 (𝐼 = 1)
Dalam hal ini (∆I = 1), kaidah seleksi Fermi tidak dipenuhi.
Peluruhan ini dapat diterangkan dengan kaidah seleksi Gamow-Teller.
Menurut Gamow-Teller, interaksi yang terjadi berbeda dengan
interaksi yang telah diajukan Fermi, sehingga elemen matriksnya
adalah:
36
oleh pendeteksian radiasi anihilasi dari positron, setelah beberapa
mikro detik diikuti pendeteksian radiasi gamma tangkapan neutron
lambat.
Dengan eksperimen yang analog, Davis (1955) berusaha
menghasilkan kebalikan dari proses tangkan elektron.
37 37
18𝐴 + 𝑒− → 17𝐶𝑙 + 𝜐 … (9.53)
Akan tetapi Davis tidak dapat mendeteksi reaksi (9.54) berikut
di dalam reaktor.
37 37
17𝐶𝑙 +𝜐 → 18𝐴 + 𝑒 − … . (9.54)
Karena sebuah reaktor memproduksi antineutrino, disini
jelaslah bahwa neutrino dan antineutrino merupakan zarah yang
berbeda. Kita telah mengetahui bahwa neutrino dan antineutrino dapat
dibedakan dari arah spin intrinsiknya. Neutrino memiliki spin intrinsic
berlawanan dengan arah gerakannya. Antineutrino memiliki spin
intrinsic sejajar dengan arah gerakannya (Goldhaber, Grodzins, dan
Sunyar: 1958).
13. Ketidakkekalan Paritas dalam peluruhan Beta
Pada peluruhan beta paritas tidak kekal. Tinjau sebuah neutrino
bergerak ke kanan seperti ditujukkan pada Gambar 19.a. Momentum
sudut spin intrinsiknya bergerak ke kiri. Jika paritas neutrino kekal,
maka keadaan cermin Gambar 19.b juga mungkin; neutrino akan
bergerak ke kiri, tetapi arah spin intrinsiknya juga ke kiri, sebab vektor
momentum sudutnya tidak berubah pada eksperimen cermin ini.
keadaan ini, bagaimanapun tidak dapat terjadi lagi untuk neutrino,
sebab seperti telah dinyatakan didepan, semua neutrino memiliki arah
spin yang berlawanan dengan vektor kecepatannya. Keadaan yang
digambarkan pada Gambar 19.b berkaitan dengan sebuah
antineutrino. Dengan perkataan lain percobaan cermin hanya mungkin
jika zarah berubah menjadi antizarah.
Sifat ketidakkekalan paritas neutrino, pertama kali ditemukan
oleh sederetan rangkaian percobaan Lee dan Yang (1956). Mereka
37
memperkirakan dengan dasar peluruhan meson tertentu, eksperimen
cermin dalam peluruhan beda tidak dapat terjadi alamiah tanpa
mengubah zarah ringan tersebut (elektron, antineutrino) menjadi
antizarahnya (positron, neutrino). Biasanya ketidakkekalan paritas
diprediksi dan ditemukan:
1. Distribusi sudut sinar beta dari inti terpolarisasi tidak simetri
terhadap bidang yang dilalui inti atom; tegak lurus terhadap sumbu
polarisasi.
2. Elektron yang terpancar pada peluruhan beta memiliki arah spin
berlawanan dengan arah gerakannya, dan gejala sebaliknya terjadi
pada positron.
Efek ketidakkekalan paritas hanya terjadi pada zarah-zarah
ringan dalam peluruhan beta. Keadaan inti memiliki paritas yang
terbatas dan presisi sangat tinggi sehingga kaidah seleksi harus
dipatuhi. Dan juga umumnya elektron-elektron tidak memiliki senua
arah polarisasi yang disukai.
38
di lingkupi oleh sebuah potensial inti yang bentuknya seperti disajikan
oleh gambar berikut
39
Hal ini berarti bahwa peluang terjadinya oeluruhan alfa bergantung pada
tenaga kinetik alfa. Peluang terjadinya peluruhan tiap satuan waktu tak
lain adalah peluang terobosan dikalikan banyaknya tumbukan per satuan
waktu. Peluang ini diperoleh dari penyelesaian persamaan Schrodinger
untuk persoalan potensial.
Zarah alfa berada di dalam sumur potensial yang dibentuk oleh
gaya-gaya nuklir dan gaya coulomb. Amplitudo fungsi gelombang di
dalam sumur potensial adalah besar, namun demikian terdapat
kebolehjadian zarah alfa untuk menerobos dinding potensial meskipun
nilai probabilitasnya kecil. Secara semiklasik, probabilitas peluruhan
persatuan waktu 𝜆𝑎 sama dengan jumlah tumbukan per detik dimana
zarah alfa menumbuk dinding dikalikan dengan probabilitas P zarah
untuk menerobos potensial perintang.
𝑉
𝜆𝑎 ≈
𝑃
𝑅
Dengan v menyatakan kecepatan zarah alfa di dalam inti. Pendekatan
yang lain yakni dengan menggunakan probabilitas P secara semiklasik:
𝑃 ≈ 𝑒 −𝛾
Dengan 𝛾 diberikan oleh persamaan berikut.
𝑏 1/2
2 𝑧𝑍𝑡 𝑒 2
𝛾 = ∫ [2𝑀0 ( − 𝑄𝛼 )] 𝑑𝑟
ℏ 𝑟
𝑅
40
Dengan 𝑣 menyatakan kecepatan relative zarah alfa terhadap inti
turunan.
𝑅 𝑄𝛼
𝑦= =
𝑏 𝑏
Selanjutnya persamaan berikut merepresentasikan tinggi perintang
Coulomb B.
𝑧𝑍𝑡 𝑒 2
𝐵=
𝑅
Energi peluruhan zarah alfa :
1 𝑧𝑍𝑡 𝑒 2
𝑄𝛼 = 𝑀𝑜 𝑣 2 =
2 𝑏
Dengan b menyatakan titik balik.
Untuk perintang potensial yang tebal, misalnya b>>R atau 𝑄𝛼 ≪ 𝐵, kita
dapat mengekspansikan suku-suku yang ada di dalam tanda kurung
persamaan 𝛾 akhir sebagai berikut :
1 1
(𝑐𝑜𝑠 −1 √𝑦) − √𝑦(1 − 𝑦)2 ≈ 𝜋 − 2√𝑦
2
Selanjutnya diperoleh :
2𝜋𝑧𝑍𝑡 𝑒 2 4
𝛾≈ − (2𝑧𝑍𝑡 𝑒 2 𝑀𝑜 𝑅)1/2
ℏ𝑣 ℏ
Akhirnya dapat diperoleh konstanta peluruhan alfa dalam potensial
perintang yang tebal adalah :
𝜈 4𝜋𝑍𝑡 𝑒 2 8
𝜆𝛼 ≈ 𝑒𝑥𝑝 [− + (𝑍𝑡 𝑒 2 𝑀𝑜 𝑅)1/2 ]
𝑅 ℏ𝜈 ℏ
Peningkatan nomor atom inti turunan akan mempertebal potensial
perintang dan memperkecil konstanta peluruhan alfa. Peningkatan nilai
R akan memperkecil ketebalan perintang dan memperbesar konstanta
peluruhan alfa. Untuk mengapresiasi orde besar konstanta peluruhan
alfa, marilah kita analisis zarah alfa dengan energi 4,2 MeV yang
terpancar dari inti 238
92𝑈, dengan mengabaikan efek pentalan (recoil) inti
turunan.
41
1
2𝑥4,2𝑥1,6𝑥10−6 2
𝜈 ≈( ) ≈ 1,43𝑥109 𝑐𝑚/𝑠
4𝑥1,65𝑥10−24
1
𝑅 ≈ 1,4(234)3 𝑥10−13 = 8,6 𝑥10−13 𝑐𝑚
Karena potensial perintang diasumsikan seperti Gambar 3, maka
kelajuan zarah di dalam inti sama dengan kelajuan zarah yang jauh dari
inti.
𝜈
≈ 1,7 𝑥 1021 𝑠 −1
𝑅
Suku pertama dari eksponen dari persamaan 𝜆𝛼 adalah :
−4𝜋𝑍𝑡 𝑒 2 4𝜋𝑥90𝑥(4,80 𝑥 10−10 )2
= = −1,73
ℏ𝜈 1,05 𝑥 10−27 𝑥 1,43 𝑥 109
42
2. Mekanisme Peluruhan Beta Menurut Teori Fermi
Pada tahun 1934 Fermi telah mengajukan teori peluruhan beta
yang didasarkan pada hipotesis neutrino yang diusulkan Pauli. Diduga
bahwa partikel tambahan, neutrino, diproduksi dalam peluruhan beta
dan membawa energi yang hilang. Neutrino belum terdeteksi secara
eksperimental, dan sifatnya harus sedemikian rupa sehingga sulit
dideteksi. Oleh karena itu, dipostulasikan lebih lanjut bahwa neutrino
bersifat netral secara elektrik dan memiliki massa yang sangat kecil,
yaitu sangat kecil dibandingkan dengan elektron; massa neutrino bahkan
mungkin nol.
Elektron positif yang diberi nama positron, memiliki sifat sama
dengan elektron hanya saja positron memiliki muatan positif. Menurut
teori Fermi dalam pemancaran partikel beta dapat terjadi dua hal yang
berbeda. Pertama, ketika pengeluaran partikel beta adalah elektron maka
jumlah proton di dalam nukleus meningkat satu, dan jumlah neutron
berkurang satu namun ketika terjadi pancaran positron jumlah proton
berkurang satu dan jumlah netron meningkat satu. Transformasi beta
kemudian dapat ditunjukkan oleh proses berikut:
Pemancaran 𝛽 − : 0n
1
→ 1H1 + −1e0
+𝑣
Pemancaran 𝛽 + : 1H
1
→ 0n1 + −1e0
+𝑣
dimana v mewakili neutrino
Neutron tidak dianggap terdiri dari proton, elektron, dan neutrino,
namun dianggap berubah menjadi tiga partikel pada saat emisi beta.
Demikian pula, proton ditransformasikan pada saat emisi beta. Neutron
di luar inti mengalami peluruhan beta negatif menjadi proton karena
massanya yang lebih besar dari proton, proton yang lebih ringan tidak
dapat ditransformasikan menjadi netron. Kecuali di dalam inti.
Pemancaran positron menghasilkan inti anak yang nomor atomiknya
lebih kecil dari semula sedangkan nomor massanya tidak berubah.
43
Hipotesis neutrino dan teori yang dikembangkan oleh Fermi juga
berlaku untuk proses penangkapan elektron orbital, yang dapat diwakili
oleh persamaan
1
1H + −1e0 → 0n1 + 𝑣
Dalam penangkapan elektron sebuah inti menyerap sebuah elektron
orbitalnya sebagai hasilnya ialah sebuah proton nuklir menjadi sebuah
neutron dan sebuah nuetrino terpancar. Penangkapan elektron lebih
sering terjadi pada pemancaran positron dalam unsur berat karena orbit
elektron dari unsur seperti itu memiliki jejari yang lebih kecil. Elektron
yang lebih dekat itu memungkinkan interaksi dengan inti.
Teori Fermi mengemukakan formula untuk distribusi energi dari
pancaran partikel beta untuk praksi dari nuklei per unit waktu oleh
pancaran partikel beta dengan energi kinetik anata T sampai 𝑇 − ∆𝑇
𝑃(𝑇) 𝑑𝑇 = 𝐺 2 |𝑀|2 𝐹(𝑍, 𝑇)(𝑇
+ 2𝑚0 𝑐 2 )(𝑇 2 + 2𝑚0 𝑐 2 𝑇)1/2 (𝑇0 − 𝑇)2 𝑑𝑇
Merupakan kemungkinan bahwa inti memancarkan partikel beta
dan neutrino, F(Z,T) merupakan effek dari medan coulomb dari inti
dalam pemancaran partikel beta.
Besarnya konstanta disintegrasi adalah
𝑇0
𝜆 = ∫ 𝑃(𝑇)𝑑𝑇
0
(Kaplan, 1963).
44
BAB III
PEMBAHASAN
45
penyakit mata, tumor dan hati. Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel
darah merah. Kadang-kadang, radioisotop yang digunakan untuk diagnosa,
juga digunakan untuk terapi yaitu dengan dosis yang lebih kuat misalnya,
1-131 juga digunakan untuk terapi kanker kelenjar tiroid. (Arma, 2004).
Selain itu jenis peluruhan radiasi nuklir dapat menginaktivasi bakteri
Klebsiella pneumonia yang menyerang saluran pernapasan, dan juga bakteri
Escherchia coli yang menyerang saluran pencernaan (Sugoro, Windusari,
& Tetriana, 2008).
2. Bidang Industri
Untuk mempelajari pengaruh oli dan aditif pada mesin selama mesin
bekerja digunakan suatu isotop sebagai perunut, Dalam hal ini, piston, ring
dan komponen lain dari mesin ditandai dengan isotop radioaktif dari bahan
yang sama.
3. Bidang Hidrologi
Manfaat radiasi peluruhan pada inti radioaktif adalah untuk mempelajari
kecepatan aliran sungai dan menyelidiki kebocoran pipa air bawah tanah.
4. Bidang Biologis
Peluruhan radiasi nuklir dapat sangat bermanfaat bagi bidang biologis
diantaranya yaitu untuk mempelajari kesetimbangan dinamis, untuk
mempelajari reaksi pengesteran dan untuk mempelajari mekanisme reaksi
fotisintesis.
5. Bidang Arkeologi
Pelacakan radioaktif dengan menggunakan isotop C-14 telah digunakan
untuk menentukan usia kerangka yang ditemukan di situs-situs arkeologi.
Belakangan ini, isotop C-14 digunakan untuk mengetahui usia Shroud of
Turin (kain kafan dari Turin), yaitu sepotong kain linen pembungkus mayat
manusia dengan gambaran seorang manusia tercetak diatasnya. Banyak
yang berpikir bahwa itu adalah bahan pembungkus Nabi Isa. Tetapi, pada
tahun 1988, pelacakan radiokarbon menemukan bahwa bahan tersebut
berasal dari tahun 12001300 SM. Meskipun kita tidak mengetahui
bagaimana bentuk orang itu tercetak pada kain kafan tersebut, pelacakan
46
radioaktif C-14 membuktikan bahwa bahan tersebut bukan kain kafan Nabi
Isa. Pelacakan dengan isotop C-14 hanya dapat digunakan untuk
menentukan usia sesuatu yang pernah hidup (organisme). Isotop ini tidak
dapat digunakan untuk menentukan umur batuan bulan atau meteorit. Untuk
benda-benda mati, para ilmuwan kimia menggunakan isotop lainnya, seperti
Kalium 40 (K-40) (Wiyatmo Y. , 2012).
Selain manfaat pada keempat bidang tersebut peluruhan radiasi nuklir memiliki
sifat radiasi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari diantaranya
yaitu :
a. Sifat yang dimiliki yaitu dapat membunuh mikroba atau organisma lainnya
sehingga dapat digunakan untuk mensterilkan alat kedokteran, bahan baku
obat dan kosmetika, memperpanjang masa simpan komoditi pangan,
membunuh mikroba patogen pangan untuk menghindarkan penyakit serta
membunuh organisma patogen dari Iimbah untuk dapat digunakan kembali
secara aman.
b. Mempercepat reaksi kimia untuk membuat produk baru atau menguraikan
produk yang tidak diinginkan.
c. Dapat mengubah sifat DNA dari organisme hidup yang digunakan untiik
membuat mutan tanaman atau mutan mikro-organisma baru dengan sifat
yang diinginkan, menunda pertunasan dan lain sebagainya.
d. Kekuatan radiasi akan berubah kalau melewati bahan, sifat ini banyak
digunakan untuk inspeksi uji tidak menisak yang menunjang industri atau
sebagai perunut dibidang industri, kedokteran dan pertanian.
e. Sumber radiasi yang dipancarkan oleh setiap isotop mempunyai waktu
paroh yang berbeda, sifat ini dapat digunakan antara Jain untuk menentukan
umur bahan (Hilmy, 1995).
Pada dasarnya peluruhan alfa dan beta merupakan jenis radiasi pengion. Radiasi
pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan efek ionisasi apabila
berinteraksi dengan sel hidup. Sehingga akibatnya jenis radiasi tersebut dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bidang kedokteran
dan industri, Penggunaan radioistop di bidang kedokteran nuklir sebagian besar
47
sengaja memasukkan sumber radiasi ke dalam tubuh, aliran darah maupun
organ-organ yang diinginkan. Walaupun demikian penggunaan radiasi telah
diperhitungkan seteliti mungkin sehingga tidak menimbulkan bahaya pada
pasien (Suyatno, 2010). Pada umumnya radiasi partikel yang digunakan pada
kedokteran nuklir adalah pemancar beta atau alfa, akan tetapi tidak dapat
dicitrakan secara langsung dengan PET (Positron Emission Tomography) atau
SPECT (Single Photon Emission Computer Tomography). Sehingga
digunakanlah obat untuk radioterapi yang digunakan dalam bidang kedokteran
nuklir (Ackermann & Graves, 2012). Penggunaan radiasi dalam bidang
kedokteran nuklir yaitu salah satunya untuk pengobatan kanker, yang dikenal
sebagai terapi kanker atau radioterapi.
Dalam radioterapi, digunakan radiasi pengion karena dapat membentuk ion
(partikel bermuatan listrik) dan menyimpan energi ke sel-sel jaringan yang
melewatinya. Energi yang tersimpan ini bisa membunuh sel kanker atau
menyebabkan perubahan genetik yang mengakibatkan kematian sel kanker.5
Radiasi pengion adalah radiasi dengan energi tinggi yang mampu melepaskan
elektron dari orbit suatu atom, yang menyebabkan terbentuknya muatan atau
terionisasi. Radiasi pengion terdiri dari radiasi elektromagnetik dan radiasi
partikel (Fitriyatuzzakiyyah , K, Sinuraya, M, & Puspitasari, 2017). Akan tetapi
pengolahan radiasi nuklida tersebut harus disesuaikan dengan dosis radiasi bagi
kesehatan manusia. Limbah radioaktif adalah limbah yang mengandung
sejumlah radionuklida yang mempungayi sifat berbahaya terhadap kesehatan
manusia maupun lingkungan bila tidak dikelola dengan baik.
Pengelolaan limbah radioaktif dapat berupa penampungan atau
pengumpulan limbah radioaktif, pengolahan limbah radioaktif, dan
pembuangan atau penyimpangan hasil pengolahan limbah radioaktif tersebut.
Untuk limbah yang berbentuk gas dikelola melalui sistem ventilasi dengan filter
yang berlapis-lapis. Sementara untuk limbah yang berbentuk eairan ditampung
dan dikumpulkan pada tangki secra terpisah sesuai tingkat radioaktivitasnya,
sedang limbah yang berbentuk, padatan disimpan dalam suatu kolam
penyimpan elemen bakar bekas, untuk selanjutnya dikirim ke instalasi ulah
48
ulang, guna mengambil kembali bagian yang masih dapat dimanfaatkan untuk
disahkan. Sedang yang tak dapat maka dikenakan pemadatan seera sementara
(interim storage), dan selanjutnya dilakukan penyimpangan lestari yang berada
dijauh permukaan tanah (Supahar, 1995).
Radiasi yang kita terima setiap saat, termasuk radiasi untuk tujuan
kedokteran, mempunyai dampak positif dan negatif terhadap keselamatan
manusia dan lingkungan. Dampak positif dari radiasi terhadap keselamatan
manusia diantaranya adalah digunakan sebagai pengobatan dan dampak
negatifnya adalah tergantung dari besar dosis yang diterima diantaranya adalah
mulai dari mual, muntah, pusing-pusing, rambut rontok, menyebabkan kanker,
diturunkan secara genetik, dan yang lebih berbahaya lagi adalah menyebabkan
kematian. Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan
radiasi harus diberikan dengan sebaik-baiknya dan kehati-hatian harus selalu
diperhatikan baik terhadap pekerja radiasi maupun masyarakat umum termasuk
pasien (P, IN, & IW, 2010).
B. Hubungan Materi dengan Pendidikan Karakter Beragama
1. Ayat Al-Quran tentang Peluruhan Beta
ََوالَّذِي َخلَقَ أاْل َ أز َوا َج ُكلَّ َها َو َجعَ َل َل ُك أم ِمنَ أالفُ أل ِك َو أاْل َ أنعَ ِام َما ت َ أر َكبُون
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu
kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.(QS Al-Zukhruf :12)
49
sebagaimana sepotong kapur atau peluru. Elektron sebagai objek mikro harus
dijelaskan dengan mekanika kuantum, sedangkan kecepatannya yang tinggi
menuntut perlakuan relativistik..
Setiap partikel mempunyai pasangan berupa anti partikelnya. Proton
yang bermuatan positif mempunyai pasangan antiproton yang bermuatan
negatif, neutron mempunyai pasangan antineutron yang sama bermuatan nol,
dan seterusnya. Apabila partikel bertemu anti partikelnya, keduanya akan
musnah dan muncul radiasi elektromagnetik. Eksperimen membenarkan
hipotesis antipartikel ini, serta menambah jenis partikel baru. Pasangan
elektron-positron, proton-antiproton, neutron-antineutron, dan seterusnya
dikenal sebagai pasangan materi-antimateri (Purwanto, 2008, pp. 329-334).
2. Ayat Al-Qur’an Tentang Peluruhan Alfa
50
Pada mulanya alam semesta hanya berwujud energi. Lalu sebagian
energi mengalami transformasi menjadi materi, sesuai dengan persamaan
Einstein, berupa partikel dan anti-partikel (berlawanan muatan dengan
partikel), yang pada gilirannya berdiferensiasi menjadi quark dan antiquark
serta lepton dan antileptop. Setiap proses menghasilkan pasangan partikel
dengan muatan yang berlawanan. Inilah partikel-partikel al-‘adiyat yang
saling berbenturan dengan kecepatan melesat (dhabhan), sehingga bunga-
bunga api (al-muriyat), yaitu panas dan cahaya, terpancar (qad-han). Maka
terjadilah (subhan) partikel-partikel baru (al-mughirat, dari kata ghayara,
“berubah”, atau ghair, “lain”), yaitu hadron-hadron, terutama proton dan
neutron, yang terbentuk dari quark-quark. Kemudian proton dan neutron
membentuk al-mughirat berikutnya berupa inti atom.
“maka berhamburan dengannya bagian yang kecil, lalu ke tengah
dengannya bagian massa yang besar”.
Inti atom dan elektron-elektron (salah satu jenis lepton) membentuk
atom yang menjadi partikel dasar seluruh materi jagat raya. Dalam
pembentukan atom, elektron-elektron yang bermassa ringan (naq’an)
berhamburan (atsar) menempati lintasan-lintasan tertentu, sedangkan inti
atom sebagai kumpulan massa terbesar (jam’an) menempati posisi di tengah-
tengah (wasath). Elektron-elektron yang bermuatan negatif senantiasa
melakukan thawaf mengelilingi inti atom yang bermuatan positif.
Formulasi “fa atsarna bihi naq’an, fa wasathna bihi jam’an” ternyata
merupakan pola grand design Allah dalam pembentukan struktur isi jagad
raya. Sebagai contoh, pada pembentukan tata surya planet-planet sebagai
naq’an (komponen-komponen yang kecil) berhamburan menempati orbit-
orbit tertentu dan harus melakukan thawaf mengelilingi matahari sebagai
jam’an (kumpulan massa terbesar) yang menempati posisi di tengah-tengah
tata surya.
Jadi, alam semesta ini hanya eksis dan stabil lantaran gerakan thawaf.
Itulah sebabnya para pengunjung rumah Allah di Makkah wajib melakukan
thawaf, meniru tingkah laku elektron-elektron dan planet-planet, sebagai
51
simbol ketunduk-patuhan makhluk terhadap aturan-aturan Ilahi (Jumini,
2018).
Waktu paruh di Al-Quran
Kata wasathon (wauw sin tho) diterjemahkan dengan arti “tengah” atau
“pertengahan” sesuai nomor ayatnya yaitu 143 (total ayat surat Al Baqarah
adalah 286 diparuh/dibagi dua yaitu 143, apakah ini sebuah kebetulan
juga???. Ayat lain yang menunjukkan arti wasatho(n) adalah ‘tengah’
terdapat pada ayat berikut ini.
ف َ َو س َ طْ َن ب ِ هِ َج ْم ع ً ا
Konsep waktu paruh ini adalah waktu untuk membuat satu atom benda
tersisa setengahnya dari semula. Qalam/fenomena yang akan kita
perhatikan untuk waktu paruh adalah waktu shalat. Mengapa? Karena ayat
berikut ini.
ّلِل ِ ق َ ا ن ِ ت ِ ي َن
َّ ِ ت َو ال صَّ ََل ة ِ ا ل ْ ُو سْ ط َ َٰى َو ق ُ و مُ وا
ِ ح ا ف ِ ظ ُ وا ع َ ل َ ى ال صَّ ل َ َو ا
َ
52
Unsur yang pertama kali diketahui memiliki waktu paruh adalah unsur yang
memiliki radioaktif yaitu unsur uranium. Dan berapakah nomor atom untu
uranium? 238, coba lihat ayat al Baqarah tentang shalat wusthoo diatas,
apakah ini sebuah kebetulan juga? Jika terlalu banyak kebetulan dalam
sebuah kitab, secara logis bisa dikatakan itu bukan lagi sebuah kebetulan
(yang bisa benar bisa salah), tapi sebuah kepastian (yang pasti benar!!).
Artinya Al Quran memang firman Allaah SWT, Majikan alam semesta yang
paling tahu segalanya. (Jihansyah, 2013)
53
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
1. Partikel alfa pertama kali diidentifikasi sebagai yang paling sedikit penetrasi
radiasi yang dipancarkan oleh bahan yang terjadi secara alami. Partikel alfa
merupakan jenis partikel bermuatan positif. Pada umumnya pada peluruhan
alfa terjadi kebergantungan energi peluruhan pada nomor massa A, atau
nomor atom Z, atau nomor neutron N. Spektrum energi peluruhan alfa
memberikan informasi tentang skema tingkat-tngkat energi dari inti induk
dan inti anak.
2. Peluruhan β ditemukan pertama kali pada akhir abad ke-19. Pada waktu itu
ditunjukkan adanya beberapa isotop radioaktif yang memancarkan zarah
bermuatan negatif. Terdapat 3 macam proses terjadinya peluruhan β yakni
pemancaran elektron, pemancaran positron dan penangkapan elektron.
3. Peluruhan alfa tidak bisa dijelaskan dengan menggunakan mekanika klasik,
tetapi bisa dijelaskan dengan menggunakan mekanika kuantum Mekanisme
peluruhan alfa dijelaskan dengan menggunakan teori Gamow, Gurney dan
Condon yang menunjukkan bahwa partikel alfa merupakan suatu partikel
dalam inti, yang memiliki energi tersendiri, yang menyebabkan adanya
konstanta peluruhan alfa dan spektrum zarah alfa.
4. Peluruhan beta merupakan jenis peluruhan radioaktif yang meliputi 3
fenomena yaitu pemancaran elektron, pemancaran positron, dan
penangkapan elektron. Terdapat dua jenis peluruhan beta yaitu peluruhan
beta positif dan peluruhan beta negatif. Pada peluruhan beta memiliki
konstanta tertentu dalam proses peluruhannya sehingga dapat menimbulkan
spektrum energi beta tertentu.
5. Jenis radiasi nuklida diantaranya yaitu peluruhan alfa dan peluruhan beta,
keduanya memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan sehari-hari.
54
Jenis peluruhan tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai
bidang diantaranya yaitu pada bidang kedokteran, bidang arkeologi, bidang
industry, bidang hidrologi, dan bidang biologis.
6. Pada dasarnya Allah SWT menciptakan seluruh isi alam semesta ini dengan
berpasang-pasangan, bahkan dalam ruang lingkup yang sangat kecil yaitu
pasangan elektron dan positron. Bahkan Allah SWT telah mengatur semua
keadaan di alam semesta bahkan dengan unsur-unsur yang ada di dalamnya
secara teratur. Sehingga hal ini dapat membantu manusia untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang modern seperti sekarang
ini, dan Allah SWT menciptakan suatu unsur yang dapat meluruh dengan
kurun waktu tertentu yang dikenal saat ini sebagai istilah waktu paruh.
B. Implikasi
Berdasarkan uraian di atas maka implikasi yang ditimbulkan adalah :
1. Pada Peserta Didik
Dapat menimbukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai materi
tentang radioaktivitas tentang peluruhan alfa dan beta
2. Pada Guru
Guru akan lebih mudah menyampaikan materi secara lebih rinci kepada
peserta didik dengan memperhatikan kemampuan berpikir yang dimiliki
oleh peserta didiknya.
3. Pada masyarakat
Masyarakat akan lebih bijak menyikapi terhadap dampak dan manfaat yang
ditimbulkan dari adanya peluruhan alfa dan beta
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrouf. (2015). Fisika Inti Teori dan Penerapannya. Surabaya: Fisika UB.
Ackermann, N. L., & Graves, E. E. (2012). The potential for Cerenkov
luminescence imaging of alpha-emitting radionuclides. Physics Medicine in
Biology, 771-783.
Arma, A. J. (2004). Zat Radioaktif dan Penggunaan Radioisotop Bagi Kesehatan.
Bagian Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, 1-7.
Beiser, A., & Liong, T. H. (1987). Konsep Fisika Modern (4 ed.). Jakarta: Erlangga.
Darlina. (2006). Aplikasi Perunut Isotop dalam BIdang Biomedika. Buletin Alara,
8(2), 75-111.
Fitriyatuzzakiyyah , N., K, R., Sinuraya, M, I., & Puspitasari. (2017). Terapi Kanker
dengan Radiasi: Konsep Dasar Radioterapi dan Perkembangannya di
Indonesia. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 6(4), 311-320.
Hilmy, N. (1995). Manfaat Radiasidalamindustri, Lingkungan, D An Kesehatan
Masyarakat. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah, 16-21.
Jihansyah, L. (2013, 06 05). , Qur’anology.
https://alquranyangajaib.wordpress.com/2013/06/05/waktu-paruh-dan-
shalat-wusthoo-dalam-al-quran/. Retrieved 02 21, 2018
Jumini, S. (2018). Fisika Inti. Wonosobo: CV. Mangku Bumi Media.
Kaplan, I. (1963). Nuclear Physics Second Edition. Massachusetts: Addison
Wesley Publishing Company.
Krane, K. (1988). Introductory Nuclear Physics. Canada: Simultaneously.
Krane, K. (1992). Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
P, B., IN, S., & IW, M. (2010). Bahaya Radiasi dan Cara Proteksinya. Bagian
Radiologi RSUP Sanglah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 1-6.
Purwanto, A. (2008). Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al Quran yang Terlupakan.
Bandung: Mizan.
56
Sugoro, I., Windusari, & Tetriana, D. (2008). Dosis Inaktif dan Kadar Protein
Klebsiella pneumonia K5 Hasil Iradiasi Gamma. Jurnal Aplikasi Isotop dan
Radiasi, 4, 63-75.
Supahar. (1995). Pengelolaan Llmbah Zat Radioaktif : Suatu Antisipasi Bahaya
Radiasi. Cakrawala Pendidikan, 127-138.
Suyatno, F. (2010). Aplikasi Radiasi dan Radioisotop dalam Bidang Kedokteran.
Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir, 507-514.
Wiyatmo, Y. (2012). Pemanfaatan Bahan Radioaktif dalam Teknologi dan
Kehidupan Sehari-hari. Jurnal Fisika Nuklir , 1-18.
Wiyatmo, Y. (2014). Fisika Nuklir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
57