Anda di halaman 1dari 16

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Disusun Oleh:
Kelompok V

Nur Ilmi Mardatillah


Nurhalizah Hafifah
Aprilia Dwi Hastika
Nur Rahma N
Nur Riska

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami peruntukkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dialah Allah, sebagai
sumber dari segala kebenaran dan keadilan, dan dia pulalah sumber inspirasi ilmu
pengetahuan yang tak terbatas luasnya. Dialah Allah yang memberikan ilmu kepada
penulis ibarat setitik air di samudera luas. Kemudia daripada itu penulis sampaikan
salam kepada Muhammad Rasulullah S.A.W, sebagai pengembang risalah
keislaman dan pembawa rahmat bagi seluruh alam dijagat raya.
Oleh karena itu sangatlah penulis menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kebaikan penulisan makalah ini, semoga laporan ini bermanfaat khususnya
bagi penulis dan pembaca.

Gowa, April 2019

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI
Halaman judul i
Kata pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Pemberdayaan 3
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat 5
C. Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat 7
D. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Suasana Kondusif 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan
prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan,
pengembangan usaha ekonomi, serta kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menaikkan taraf hidupnya. Memberdayakan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat bawah (grass root), yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
pemberdayaan (empowering) adalah memampukan dan memandirikan masyarakat
miskin. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebagai tindakan sosial dimana
penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan
dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Oleh karena
itu, pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu pilar kebijakan penanggulangan
masalah dalam masyarakat. Kebijakan pemberdayaan masyarakat dianggap resep
mujarab karena hasilnya dapat berlangsung lama. Berbagai permasalahan pun akan
cocok diselesaikan akar masalahnya melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat
bernisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan
kondisi diri sendiri. Di sisi lain, salah satu kata kunci pada saat ini yang sering
didengungan oleh semua lapisan masyarakat adalah kata peningkatan sumberdaya
manusia. Kata tersebut mempunyai makna lebih spesifik lagi menyangkut
bagaimana mengangkat kondisi masyarakat yang ada menjadi lebih baik dimasa

1
mendatang. Melalui makalah ini diharapkan mampu memberikan pandangan
mengenai konsep pemberdayaan masyarakat

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep pemberdayaan?
2. Bagaimana konsep pemberdayaan masyarakat?
3. Apa hubungan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat?
4. Bagaimana sistem pemberdayaan masyarakat melalui penciptaan suasana
kondusif?

C. Tujuan
Berdasarkan ruang lingkup pembahasan masalah dalam tulisan di atas, maka
difokuskan tujuan pada uraian berikut :
1. Untuk mengetahui konsep konsep pemberdayaan
2. Untuk mengetahui konsep pemberdayaan masyarakat
3. Untuk mengetahui hubungan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
4. Untuk mengetahui sistem pemberdayaan masyarakat melalui penciptaan
suasana kondusif

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui konsep pemberdayaan masyarakat, hubungannya dengan
partisipasi masyarakat, dan penciptaan suasana kondusif
2. Dapat menjadi referensi dan media pembelajaran ataupun bahan
pengembangan selanjutnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang
menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat
sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan.
Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment
dalam bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment
menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dictionary mengandung dua
pengertian :
a. To give ability or enable to, yang diterjemagkan sebagai member
kecakapan/kemampuan atau memungkinkan
b. To give power of authority to, yang berarti member kekuasaan. Dalam
konteks pembangunan istilah pemberdayaan pada dasarnya bukanlah istilah
baru melainkan sudah sering dilontarkan semenjak adanya kesadaran bahwa
factor manusia memegang peran penting dalam pembangunan.
Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998: 46)
mengemukakan bahwa yang dimaksuh dengan pemberdayaan adalah sebagi
berikut: “membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan member orang
kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya
dan tindakan-tidakanya.” Sementara dalam sumber yang sama, Carver dan Clatter
Back (1995: 12) mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut “upaya member
keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab
perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan
organisasi.”
Sementara Shardlow (1998: 32) mengatakan pada intinya: “pemberdayaan
membahas bagaimana individu, kelompok ataupunkomunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
dengan keinginan mereka”

3
Pengertian permberdayaan juga dikemukakan oleh beberapa ahli di antaranya:
a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang
lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).
b. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan
melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).
c. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya (Rappaport, 1984).
d. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya…Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons,
1994).
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan
dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperolehbarang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b)
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.
Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para pakar sangat beragam dan
kontekstual. Akan tetapi dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu benang
merah bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan
dan memandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong
masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat
tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek
dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka
pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut
(Sumodiningrat, Gunawan, 2002); pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara

4
populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang
memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan
sesuai kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau
bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.
Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan,
yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali
kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan
kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan,
mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan
ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-
sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah masalah yang
dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya
dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif

B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu
misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki
aspek kehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan
politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
Dalam manajemen pemerintahan yang otoriter yang sentralistis, dalam realitas
masyarakat lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan. Ketika kini
pemerintahan yang demokratis yang hendak dikembangkan, maka ada perubahan
posisi masyarakat yang semula lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan
menjadi subyek pembangunan. Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam
pembangunan agar bersifat efektif perlu dicarikan berbagai alternatif strategi
pemberdayaan masyarakat. Pilihan strategi yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.
Konsep pemberdayaan masyarakat dapat dipahami juga dengan dua cara
pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi
berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat

5
(beneficiaries) yang bergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggung
jawab negara.
Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan
seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara.
Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas
mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya
sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik
di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi
yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Pasal 1, ayat 8). Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan
strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat
terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/kesenjangan/ketidakberdayaan.
Kemiskinan dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang
belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan,
kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya
produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia yang lemah, terbatasnya akses
pada tanah padahal ketergantungan pada sektor pertanian masih sangat kuat,
melemahnya pasar-pasar lokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok
kebutuhan perdagangan internasional. Dengan perkataan lain masalah
keterbelakangan menyangkut struktural (kebijakan) dan kultural (Sunyoto Usman,
2004).
Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor,
aktor-aktor masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat lokal sendiri.

6
Birokrasi pemerintah tentu saja sangat strategis karena mempunyai banyak
keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya:
mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal,
kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa
berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan bila berbagai unsur
tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling
percaya dan menghormati (Sutoro Eko, 2002).

C. Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat


Pertama, Partisipasi diartikan sebagai pemekaan (membuat peka) pihak
masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan. Pemaknaan seperti ini agaknya kurang
tepat karena memaknai partisipasi hanya sekedar meminta dukungan masyarakat
terhadap semua program yang telah disiapkan. Kedua, Partisipasi diartikan sebagai
kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam
pengambilan keputusan. Pemaknaan ini hampir sama dengan pemaknaan yang
pertama, yang membedakan adalah kontribusi sukarela masyarakat kepada proyek.
Karena itu akhir capaian dari partisipasi jenis ini adalah penghematan biaya. Ketiga,
Partisipasi adalah suatu proses keterlibatan secara aktif dalam pengambilan
kepurusan bersama dengan pemerintah. Pemaknaan seperti ini memberikan
keterlibatan yang luas dalam tiap proses pembangunan yaitu mulai dari: 1).
Keterlibatan pada identifikasi masalah, dimana masyarakat bersama-sama dengan
para perencana atau pemegang otoritas kebijakan mengidentif ikasi persoalan,
mengidentifikasi peluang, potensi dan hambatan. 2). Proses perencanaan, dimana
masyarakat dilibatkan secara aktif dalam penyusunan rencana dan strategi berdasar
pada hasil identifikasi sebelumnya. 3). Pelaksanaan proyek pembangunan. 4).
Evaluasi,yaitu masyarakat dilibatkan untuk menilai hasil pembangunan yang telah
dilakukan, apakah pembangunan memberikan manfaat bagi masyarakat atau justru
sebaliknya masyarakat dirugikan dengan proses yang telah dilakukan. 5).
Monitoring dan 6). Mitigasi, yaitu terlibat dalam mengukur dan mengurangi
dampak negatif yang diakibatkan oleh proyek yang sedang dilaksanakan. Keempat,

7
Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri. Inti dari partisipasi ini adalah sikap sukarela
masyarakat untuk membantu keberhasilan program pembangunan yang telah
ditentukan sendiri. Kelima, Partsipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.
Partisipasi oleh banyak kalangan disamakan pengertiannya dengan
keikutsertaan, turut serta mengambil bagian. Hal ini menunjukkan adanya unsure
keterlibatan dari dalam suatu kegiatan. Secara Etimilogi kata partisipasi berasal dari
bahasa inggris yaitu :
“Participation ialah kata benda orang ikut mengambil bagian, peserta, TO
Participate adalah kata kerja, ikut mengambil bagian,“participation” adalah hal
mengambil bagian”. (Wojowasito W.J.S. Poerwadarminto: 243)
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam partisipasi itu terkandung
adanya keterlibatan diri dari seseorang atau kelompok orang dalam suatu kegiatan.
Pernyataan ini kemudian di dukung oleh defenisi yang dikemukakan oleh The
Liang Gie Bahwa :
“Participation adalah peserta, setiap orang yang turut serta dalam suatu
kegiatan, participation adalah pengikut sertaan suatu aktifitas untuk
membangkitkan persamaan serta dalam kegiatan organisasi, turut dalam serta
dalam organisasi”.( The Liang Gie:103)
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Menurut Notoatmodjo (2007), di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat
dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas
pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide
(pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M,
yakni manpower(tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu,
bambu, beras, batu, dan sebagainya), dan mind (ide atau gagasan).

8
D. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penciptaan Suasana Kondusif
Salah satu pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat agar dapat
berlangsung dan mencapai keberhasilan dilakukan melalui pemberian bimbingan
dan dukungan oleh pemangku kepentingan pembangunan yang berpihak kepada
masyarakat agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugastugas
kehidupan masyarakat (Suharto 2005: 58).
Pemberdayaan masyarakat dalam menciptakan suasana kondusif dapat
dilakukan melalui pemberian dukungan dari pemangku kepentingan pembangunan
yang berpihak kepada masyarakat. Dukungan utama diberikan oleh pihak
pemerintah dalam bentuk kebijakan pengarusutamaan pembangunan daerah
melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. dalam implementasi kebijakan
tersebut harus dilaksanakan programprogram nyata serta pengalokasian sumber
daya yang benarbenar berpihak kepada masyarakat sehingga dapat membangkitkan
atau menguatkan kepercayaan masyarakat dan berminat untuk mengembangkan
programprogram dalam rangka pemberdayaan diri masyarakat yang bersangkutan.
Dukungan yang diberikan lembaga sosial kemasyarakatan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat berupa pemberian advokasi dan fasilitator dalam
berbagai program pemberdayaan masyarakat.
Sasaran pembangunan daerah memalui program pemberdayaan masyarakat
yang menciptakan suasana kondusif, dapat dilakukan dengan mewujudkan
perkembangan ekonomi yang tetap (steady sosial economic growth), melalui
peningkatan produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan perkapita
masyarakat dan perbaikan lembaga ekonomi masyarakat daerah yang lebih
menunjang pada kegiatan pembangunan. Dengan demikian terdapat kesempatan
kerja bagi masyarakat di daerah melalui program pemberdayaan (Bintoro, 1976).
Pemberdayaan sebagai alat pembangunan masyarakat memberikan peran
suasana kondusif dengan melakukan pendekatan pada sumber daya, kesempatan,
pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam
menentukan masa depan masyarakat untuk berperan serta di dalamnya, sehingga
memberikan pengaruh pada kehidupan di komunitasnya (Ife, 1995:5).

9
Prinsip dasar dari pemberdayaan masyarakat adalah mendorong minat
masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya, khususnya bagi masyarakat
lapisan bawah, pinggiran dan perdesaan yang memiliki kelemahan dan kekurangan
dalam keswadayaan, kemandirian, partisipasi, solidaritas sosial, sikap kritis, dan
taraf hidup yang rendah. Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan juga untuk
membebaskan masyarakat dari pembatasanpembatasan yang memperlambat respon
dan merintangi kerja masyarakat dengan memilah seluruh peraturanperaturan,
prosedurprosedur, perintahperintah dan sebagainya yang tidak perlu (Stewart,
1998).
Dengan demikian peran pemberdayaan masyarakat membentuk suasana
kondusif kaitannya dengan menumbuhkan minat masyarakat untuk meningkatkan
taraf hidupnya, dapat diketahui dengan mengukur respon masyarakat dalam
kesempatan yang diberikan melalui pemberdayaan untuk meningkatkan taraf
hidupnya, disamping itu adanya minat masyarakat meningkatkan taraf hidup dapat
didekati dengan wujud minat yang dilakukan oleh masyarakat baik melalui
partisipasi secara mandiri maupun bersama-sama.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang
menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya
membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai
kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari
empowerment dalam bahasa inggris.
2. Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu
strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya
untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ). Inti pengertian
pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat.
3. Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri. Inti dari partisipasi ini adalah sikap
sukarela masyarakat untuk membantu keberhasilan program pembangunan
yang telah ditentukan sendiri.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam menciptakan suasana kondusif dapat
dilakukan melalui pemberian dukungan dari pemangku kepentingan
pembangunan yang berpihak kepada masyarakat. Dukungan utama diberikan
oleh pihak pemerintah dalam bentuk kebijakan pengarusutamaan
pembangunan daerah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dalam
implementasi kebijakan tersebut harus dilaksanakan program-program nyata
serta pengalokasian sumber daya yang benar-benar berpihak kepada
masyarakat sehingga dapat membangkitkan atau menguatkan kepercayaan
masyarakat dan berminat untuk mengembangkan program-program dalam
rangka pemberdayaan diri masyarakat yang bersangkutan.

11
B. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA
Mulyawan, R. 2016. Masyarakat, Wilayah, dan Pembangunan. UNPAD Press.
Muslim, A. 2007. Pendekatan Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. Vol 7(2), 89-103
Sriwidayanti. 2012. Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Kesejaterahan Sosial.
Vol.1(1).
Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. 2006. Pemberdayaan Masyarakat.
Sumedang: Alqaprint Jatinangor.

13

Anda mungkin juga menyukai