Anda di halaman 1dari 7

AUTHENTIC INSTRUCTION AND ASSESSMENT

(INSTRUKSI DAN PENILAIAN AUTENTIK)

BAGIAN 1. KERANGKA KERJA DAN PENELITIAN

Bab 1. Authentic Intellectual Work : Kriteria dan Dasar Pemikiran

Pekerjaan sekolah bagi sebagian besar siswa jarang dianggap bermakna dan hanya
dianggap sebagai serangkaian latihan untuk mendapatkan kredensial berupa nilai.
Dibandingkan karya siswa yang seringkali tampak dangkal dan dibuat-buat,
pencapaian intelektual orang dewasa di berbagai bidang tampak lebih bermakna.
Contohnya saja insinyur yang merancang jembatan. Insinyur tidak hanya
mengandalkan pengetahuan faktual berkaitan dengan teknik, arsitektur, sains dan
matematika, tetapi juga mengatur, menganalisis dan menafsirkan semua informasi
mengenai panjang, tinggi, titik puncak tekanan dan beban, variasi kondisi cuaca.
Pencapaian intelektual orang dewasa biasanya disebut karya intelektual
“autentik”. Karya intelektual autentik ini melibatkan aplikasi dari pengetahuan
dan keterampilan, bukan hanya penggunaan fakta dan prosedur yang rutin
digunakan.

A. Kriteria
1. Konstruksi pengetahuan
Konstruksi atau membangun pengetahuan yang bermakna melibatkan
pengorganisasian, penafsiran, evaluasi atau sintesis pengetahuan sebelumnya
untuk memecahkan masalah. Dalam buku ini, keberhasilan konstruksi
pengetahuan dapat dipelajari melalui berbagai pengalaman yang memerlukan
aspek kognititf, bukan secara eksplisit mengajarkan tentang seperangkat
keterampilan berpikir yang terpisah-pisah.
2. Melakukan penyelidikan
Penyelidikan yang autentik didasarkan pada beberapa hal berikut.
a. Pengetahuan sebelumnya
Siswa harus memiliki dasar pengehauan tentang fakta, kosakata, konsep,
dan teori yang diperlukan dalam penyelidikan autentik
b. Pemahaman yang mendalam
Pemahaman berkembang ketika seseorang melakukan pencarian,
membayangkan, mengusulkan dan menguji hubungan antara fakta,
peristiwa, konsep, aturan, dan klaim untuk memecahkan permasalahan
c. Elaborasi Komunikasi
Komunikasi yang digunakan lebih kompleks baik dalam melakukan
pekerjaan maupun mempresentasikan hasil. Penggunaan verbal, simbol,
grafik dan visual dikembangkan menjadi narasi panjang, penjelasan,
justifikasi dan dialog

3. Nilai yang melebihi keberhasilan di sekolah


Suatu pencapaian akan bermakna apabila memiliki nilai pemanfaatan, estetika
dan nilai personal bagi individu itu sendiri.

B. Contoh
1. Matematika Kelas 3
Siswa membangun pengetahuan dengan menciptakan permasalahan hampir
serupa tentang konsep multiplikasi. Jawaban yang benar pada lembar kerja
dan permasalahan yang dikonstruksi siswa menunjukkan pemahaman
konsep dan rincian pada permasalahan yang serupa mengindikasikan
bahwa siswa melakukan elaborasi berupa tulisan yang diuraikan.
2. Bahasa Kelas 5
Siswa diminta menuliskan fabel dengan membuat 2 tokoh binatang.
Memberikan saran yang menjadi pesan dalam fabel, dan fabel tersebut
harus mengandung dialog. Dengan menciptakan dan mengatur cerita yang
berbeda-beda, siswa telah membangun pengetahuannya sendiri. Rincian
cerita yang dikembangkan menggambarkan bahwa tulisan diuraikan
dengan pemahaman yang mendalam tentang konsep dongeng (fabel) dan
moral pada dongeng.

C. Dasar Pemikiran
Mengapa sekolah perlu mengembangkan Karya Intelektual Autentik?
1. Persiapan yang lebih baik untuk tuntutan intelektual di tempat kerja,
kewarganegaraan, dan urusan pribadi
Studi tentang tuntutan kognitif di tempat kerja modern mendokumentasikan
pentingnya keterampilan pemecahan masalah pekerja, pemahaman
mendalam tentang masalah dan kejuruan khusus di tempat kerja, dan bentuk
komunikasi yang rumit diuraikan. Pendidikan harus dapat memperkuat
kompetensi intelektual yang dimiliki oleh individu. Hal ini digunakan untuk
memaksimalkan kesehatan individu, keselamatan dan pemenuhan pribadi.
2. Peningkatan peluang keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang terbiasa dengan intelektual
autentik memiliki peluang keterlibatan yang lebih besar dibandingkan siswa
yang terbiasa dengan pekerjaan sekolah yang konvensional. Siswa yang
memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri,
memahami topik secara mendalam, menjelaskan ide-ide yang mereka
miliki, dan mempelajari topik-topik yang tidak terbatas pada kelas saja,
lebih cenderung tertarik untuk belajar dan memberikan upaya yang serius
dalam pembelajaran.
3. Misi intelektual memperkuat komunitas profesional
Dengan mendefinisikan karya intelektual yang akan ditanamkan pada
seluruh mata pelajaran dan tingkatan kelas, kerangka kerja ini akan dapat
melampaui daftar konten dan keterampilan khusus pada mata pelajaran dan
tingkatan kelas yang berbeda, sehingga dapat memperkuat tujuan akademik
di sekolah.

Bab 2. Ringkasan Penelitian

1. Gambaran singkat
Penelitian dilakukan di seluruh Amerika Serikat pada tahun 1990 hingga 2003.
Data tentang pengajaran dan prestasi siswa dikumpulkan di ratusan sekolah
dari berbagai komunitas dengan populasi siswa yang beragam di kelas 3-12,
dan mata pelajaran berbeda yaitu matematika, ilmu sosial, bahasa dan sains.
Tujuan pertama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah siswa yang
mengalami tingkat pengajaran dan penilaian lebih tinggi yang mempromosikan
karya intelektual autentik menunjukkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa ynag mengalami tingkat pengajaran dan penilaian yang lebih rendah
yang mengarah pada karya intelektual autentik. Tujuan kedua adalah untuk
mengetahui kondisi baik itu di dalam maupun di luar sekolah yang dapat
membantu dan menghambat pengembangan karya intelektual autentik.
2. Fokus pada tuntutan intelektual dibandingkan praktik mengajar
Menurut kerangka kerja AIW, manfaat dari praktik dan teknik mengajar baik
itu konvensional atau inovatif, harus dinilai penggunaannya mencakup tuntutan
intelektual yang konsisten dengan produksi karya intelektual autentik. Oleh
karena itu, dikembangkan standar dan rubrik untuk intelectual work, bukan
teknik pengajaran tertentu.
3. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami tingkat pengajaran dan
penilaian yang lebih tinggi yang mempromosikan karya intelektual autentik
menunjukkan prestasi yang lebih tinggi daripada siswa yang mengalami tingkat
pengajaran dan penilaian yang lebih rendah yang mengarah ke pekerjaan
intelektual autentik.
4. Dua Studi Pencapaian Autentik
a. CORS penelitian 24-sekolah (sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah
menengah atas)
Pada tahun 1990-1995, CORS mempelajari 3 kelas matematika dan 3 kelas
sosial di 8 sekolah dasar, 8 sekolah menengah dan 8 sekolah menengah atas
di seluruh AS yang melakuakan upaya “restrukturisasi” sekolah. Bagi setiap
guru, 4 pelajaran per tahun diamati dan dinilai berdasarkan standar
pengajaran autentik. Setiap guru juga menyerahkan empat tugas yang
dianggap guru menantang pemahamaman siswa tentang mata pelajaran dan
karya tulis siswa sebagai tanggapan terhadap tugas. Setiap kelas menerima
skor “pedagogik autentik” berdasarkan pengamatan pengajaran dan kualitas
tugas. Perbedaan skor antara kelas pedagogik autentik rendah (5,4) dengan
kelas pedagogik autentik tinggi (6,8) sebesar 30 poin.
b. Penelitian 12 sekolah Chicago (K-8)
Pada semester musim semi tahun 1997, 74 guru Bahasa dan Matematika
kelas 3, 6, dan 8 di 12 sekolah dasar Chicago yang mendapat skor di bawah
rata-rata menyerahkan empat tugas siswa, dua diantaranya dianggap guru
menimbulkan penilaian yang menantang pemahaman siswa. siswa yang
menerima tugas dengan kualitas tertinggi menadapat nilai 30 hingga 65
persen lebih tinggi dibandingkan siswa dari guru yang memberikan tugas
dengan kualitas rendah.
5. Dua Studi Pencapaian Akademik Konvensional
a. Penelitian 1000 Sekolah Menengah NELS
Pada tahun 1988 hingga 1992, National Educational Longitudinal Study
(NELS) melakukan survei dan pengujian yang diikuti oleh 10.000 siswa di
1.000 sekolah AS mulai dari kelas 8 hingga kelas 12, tentang pengajaran
pada matematika dan sains. Semua siswa diuji dalam mata pelajaran ini dan
yang lainnya menggunakan pilihan ganda dari National Assessment of
Student Progress (NAEP). Sebagian besar butir soal hanya membutuhkan
kemampuan mengingat atau aplikasi sederhana dari informasi yang telah
dipelajari sebelumnya (bukan pencapaian autentik).
b. Penelitian 46 sekolah Chicago
Pada tahun 1996-1999, dua guru Bahasa dan Matematika di kelas 3, 6 dan
8 di 46 sekolah dasar Chicago menyerahkan 6 tugas siswa pertahun, dan
dua diantaranya dianggap oleh guru menantang pemahaman siswa
mengenai mata pelajaran tersebut. Guru juga menyerahkan karya tulis
siswa sebagai tanggapan terhadap tugas. Untuk Tes Keterampilan Dasar
Iowa, yang diberikan kepada semua siswa di Chicago, skor perolehan siswa
untuk masing-masing tiga tahun dirata-rata untuk masing-masing kelas.
Siswa yang menerima tugas dengan kualitas lebih tinggi memperoleh
sekitar 20% lebih banyak dalam keterampilan dasar daripada keuntungan
rata-rata Chicago dan hampir 40% lebih dibandingkan siswa yang
menerima tugas dengan kualitas terendah
6. Instruksi Autentik meningkatkan kesempatan pendidikan yang setara
a. Instruksi dan tugas autentik memberikan manfaat yang signifikan bagi
siswa dari berbagai kelompok ras, etnis, atau sosial ekonomi, atau jenis
kelamin.
b. Siswa sekolah menengah dengan ketidakmampuan belajar ringan hingga
sedang dalam kelas inklusif mendapat manfaat besar dari penugasan
autentik.
c. Tidak ada hubungan keterkaitan antara tingkat instruksi autentik yang lebih
tinggi atau rendah dengan faktor latar belakang yang dimiliki siswa.
d. Instruksi autentik dapat membantu mengurangi hubungan antara latar
belakang sosial siswa dan prestasi akademik. Studi CORS menemukan
bahwa pengaruh latar belakang sosial yang dimiliki siswa pada pencapaian
autentik lebih sedikit dibandingkan pengaruh latar belakang sosial pada tes
prestasi konvensional.
7. Penjelasan tentang temuan
Sebagian penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak guru berharap dari
siswa, semakin baik kinerja siswa tersebut. Siswa yang memiliki guru yang
membuat tuntutan lebih tinggi untuk karya intelektual autentik sebenarnya
berprestasi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki guru yang membuat
tuntutan lebih rendah untuk AIW. Fakta bahwa tes standar konvensional
membuat tuntutan substansial untuk penguasaan kosakata, sedangkan ketika
guru menuntut AIW, siswa tidak secara konsisten menggunakan latihan dan
bacaan yang luas berkaitan dengan makna kata-kata. tugas-tugas yang
menuntut karya intelektual yang lebih otentik menimbulkan pemikiran intensif
dan keterlibatan yang lebih dalam dalam beragam aplikasi kata, konsep, dan
ide. Ini dapat membantu siswa untuk menginternalisasi pemahaman sebagai
milik mereka, dan menggunakan pengetahuan ini untuk menanggapi butir pada
tes konvensional yang mungkin tidak secara eksplisit dibahas di kelas.
8. Signifikansi dan Limitasi
Penelitian ini signifikan (penting) karena berfokus pada pekerjaan intelektual
yang diminta oleh guru dan siswa melakukannya dalam ruang kelas,
menggunakan rubrik umum untuk mendeskripsikan tuntutan untlektual di
beberapa mata pelajaran dan tingkatan kelas. Temuannya positif untuk siswa
dari berbagai latar belakang sosial pada beberapa mata pelajaran dan tingkat
kelas. Karena pentingnya limitasi, maka guru dan administrator harus bekerja
keras untuk menerapkan kerangka kerja dengan sukses. Pertama, penelitian ini
bukan pengembangan kurikulum atau latihan penilaian standar yang dapat
diadopsi untuk menerapkan AIW di sekolah. Kedua, rubrik penilaian perlu
diperbaiki dan disesuaikan untuk penggunaan di sekolah tertentu. Ketiga,
pendidik perlu mengembangkan dan menyempurnakan program
pengembangan guru karena penelitian ini tidak mengembangkan dan menguji
program pelatihan khusus untuk mengimplementasikan kerangka kerja.
BAGIAN 2. MENGAJAR UNTUK MENGEMBANGKAN KARYA
INTELEKTUAL AUTENTIK DENGAN STANDAR DAN RUBRIK

Kunci pengajaran untuk karya intelektual yang autentik bagi guru adalah
menggunakan standar dan rubrik untuk memandu pelajaran, tugas untuk siswa,
dan evaluasi pekerjaan yang dihasilkan siswa. Poin utama menggunakan standar
dan rubrik adalah untuk membantu para guru merefleksikan dan mendefinisikan
kriteria yang lebih eksplisit untuk membangun pengetahuan, penyelidikan, dan
nilai di luar sekolah.

Rubrik pada kerangka kerja AIW dimaksudkan untuk digunakan lintas mata
pelajaran dan tingkat kelas, dan dirancang untuk mengidentifikasi kualitas umum
dari karya intelektual. Ketika pelaksanaan berlangsung di sekolah, guru perlu
menentukan, tergantung pada tingkat kelas dan topik pelajaran, tugas, atau karya
siswa, apakah pengetahuan dan keterampilan yang ditunjukkan dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai