Anda di halaman 1dari 7

Farika Rahmawati

14/366306/fa/10109
1. Definisi Jamu
Jamu termasuk Obat Tradisional yang dibuat dari bahan atau ramuan dari tumbuhan, hewan
atau mineral dan sediaan sarian atau campurannya yang secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat.

2. Pembagian Obat Tradisional


Obat Tradisional dibagi menjadi 3 berdasarkan Klaim.
• Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam
bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Jamu yang
telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan
mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara
langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
• Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam
yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Selain proses
produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart
kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart
pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
• Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan
lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana
pelayanan kesehatan.
3. Macam-macam sediaan jamu
Berdasarkan cara persiapannya, jamu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu obat
herbal yang hanya berisi satu jenis tanaman tunggal dan obat herbal mengandung dua atau
lebih spesies tanaman. Ada beberapa metode atau cara untuk menyajikan jamu, yaitu yang
dilakukan secara tradisional dan dengan cara moderen, diantaranya adalah sebagai berikut
(Riswan dan Roemantyo, 2002) :
a. Jamu Segar
Disebut jamu segar karena terbuat dari bahan yang segar dan diminum dalam kondisi
segar.
b. Jamu Godogan
Dalam bahasa Jawa, godog berarti direbus. Dalam jamu godokan material jamu
(tumbuh-tumbuhan) direbus dengan air, dan air hasil rebusan digunakan untuk
mengobati penyakit. Bahan bakunya dapat berupa bahan kering atau bahan yang masih
segar.
c. Jamu seduhan
Dalam bahasa Jawa seduhan berarti powder (serbuk). Jamu ini biasanya diseduh dengan
menggunakan air panas, lalu diminum.Jamu Seduhan diproduksi di industri herbal,
misalnya, "Jago", "Nyonya Meneer", dan "Sido Muncul" di Jawa Tengah.
d. Jamu Olesan
Penggunaan jamu ini dilakukan dengan cara dioleskan pada tubuh bagian luar. Bentuk
jamu ini sering disebut pilisatau tapel.
e. Jamu dalam bentuk Pil, Kapsul dan Tablet.
Saat ini dalam masyarakat modern, jamu dapat ditemukan dalam bentuk pil, tablet dan
kapsul. Karena sangat sederhana dan mudah untuk dikonsumsi, seperti obat modern
lainnya. Jamu dalam bentuk godogan, olesan, seduhan, pil, tablet dan kapsul sekarang
sangat mudah ditemukan di apotek, pasar, atau supermarket, kecuali untuk jamu
gendong. Jamu gendongharus dibeli di industri rumah tangga atau menemui penjual
yang menjajakan jamu dari rumah ke rumah (Riswan dan Roemantyo, 2002).

4. Formulasi
Komposisi Vegeta Herbal
Senna folium extract 50mg
Rei radix extractum siccum 25mg
Foeniculi fructus dry extract 50mg
Liquirittiae extractum siccum 60mg
Plantago ovata semini endosperm pulveratum 1500mg

5. Informasi produk pada website


Vegeta Herbal adalah supplemen yang terdiri dari kombinasi serat, laksatif alami dan anti
kembung yang berasal dari tumbuh-tumbuhan alami dan berfungsi untuk melancarkan
buang air besar yang sudah macet.

Manfaat
Melancarkan buang air besar yang sudah terlanjur macet
Membantu membersihkan tubuh dari zat beracun
Membuat aktivitas menjadi nyaman karena buang air besar lancar.

Kenapa kita perlu VEGETA Herbal?


Pada umumnya BAB dilakukan sehari sekali, karena kotoran mengandung zat beracun
yang harus didetoksifikasi setiap harinya. Oleh karena itu tidak sehat jika BAB dilakukan
2-3 hari sekali. Vegeta Herbal berasal dari tumbuh-tumbuhan alami pilihan yaitu Plantago
Ovata dan Senna Folium. Plantago Ovata merupakan tanaman yang hanya dapat tumbuh
di Gujarat, India, namun telah lama dikonsumsi di Amerika Serikat sebagai suplemen serat
makanan sejak tahun 1955. Sedangkan Senna Folium merupakan ekstrak herbal yang
memiliki aktivitas laksatif, yang berfungsi untuk merangsang dinding usus besar untuk
melakukan gerakan perilstatik yang memicu untuk BAB. Efek terasa setelah 6-8 jam
pemakaian

Apakah indikasi bahwa seseorang memerlukan Vegeta Herbal ?


Vegeta Herbal digunakan untuk mengatasi konstipasi (kesulitan BAB) yang sudah
berlangsung/terjadi lebih dari 2 hari

Kapan sebaiknya mengkonsumsi Vegeta Herbal?


Untuk melancarkan buang air besar : 1 bungkus 1 kali sehari diminum sebelum tidur,
sebaiknya sesudah makan. Khasiat akan terasa pagi harinya. Apabila respon kurang
memadai dosis pemakaian dapat ditingkatkan menjadi 2 kali sehari

Apakah mengkonsumsi Vegeta Herbal setiap hari aman untuk kesehatan pencernaan?
Aman, tetapi jika mengkonsumsi lebih dari 7 hari sebaiknya konsultasikan ke dokter karena
penggunaan terus-menerus dapat menyebabkan rangsangan terus-menerus pada dinding
usus besar untuk melakukan gerak perilstatik yang pada akhirnya akan menyebabkan diare
yang parah dan tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit. Pada penggunaan jangka
panjang akan mengakibatkan hilangnya kemampuan otot-otot dinding usus besar untuk
melakukan gerakan perilstatik

Apakah ada efek samping setelah meminum Vegeta Herbal?


Jika digunakan sesuai aturan pakai, efek samping yang timbul seperti mencret, mules yang
terus menerus, kram perut tidak terjadi, kecuali untuk orang yang hipersensitif terhadap
produk laksatif. Jika penggunaan melebihi aturan pakai yang dianjurkan, bisa
menyebabkan diare, hipokalemia dan kekurangan elektrolit, atau kram perut

Apakah kontra indikasi dari konsumsi Vegeta Herbal?


Jangan diberikan kepada para penderita dengan obstruksi usus dan gangguan usus seperti
ulserasi colitis atau ileitis atau pada pasien dengan exocrine pancreatic insuffiency dilarang
mengkonsumsi Plantago Ovata/Psyllium karena menghambat reaksi pancreatic lipase.
Vegeta herbal tidak dianjurkan untuk diminum oleh anak dibawah umur 12 tahun, wanita
hamil dan menyusui.
Apakah perbedaan antara Vegeta Jeruk & Vegeta Mangga-Jeruk dengan Vegeta Herbal?
Vegeta Jeruk/Mangga dan Vegeta Herbal, keduanya mengandung Plantago ovata yang
berfungsi untuk memperbesar volume dan melunakkan tinja sehingga mudah didorong
keluar. Perbedaannya adalah pada fungsi utamanya. Vegeta Jeruk/Mangga berfungsi
sebagai supplemen serat sehari-hari untuk membantu buang air besar (BAB) secara rutin
sedangkan pada Vegeta Herbal berfungsi untuk melancarkan buang air besar (BAB) yang
sudah terlanjur macet. Vegeta Herbal mengandung Senna dan Rei Radix yang berfungsi
untuk memicu gerak otot usus besar agar kuat mendorong tinja, dan Foeniculli dan
Liquirittiae yang akan mengerem gerak otot usus besar sehingga tidak muncul mulas
berlebihan

6. Kelembak (Rheum officinale Baill.)


Klasifikasi tanaman kelembak adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polygonales
Famili : Polygonaceae
Genus : Rheum
Spesies : Rheum officinale Baill.

Nama Umum/dagang: kelembak


Nama daerah :
Sumatera : kelembak (Melayu)
Jawa : kalemba (Sunda) kalembak (JawaTengah) kelembak (Madura)
a. Morfologi
Kelembak termasuk tanaman perdu atau terna, yang tumbuh kadang- kadang
memanjat, jarang yang berupa pohon, tidak berduri, tanpa getah lateks. Daunnya
tersusun spiral, kadang-kadang berhadapan atau melingkar, umumnya ada seludang
daun atau upih. Bunganya hermafrodit, jarang berumah 1 atau 2, muncul di ketiak
daun atau di ujung ranting; aktinomorf, ada kelopak tetapi tidak ada mahkota.
Tepala 4-6, benang sari 4-9. Bakal buahnya menumpang, pipih atau berbentuk
segitiga, beruang 1, isi 1 bakal biji. Buahnya kering tidak terbelah dan bijinya tidak
bersayap (Sutrisno, 1998).
Kelembak mempunyai akar berupa potongan padat, keras, berat, bentuknya hampir
silindrik, serupa kerucut atau berbentuk kubus cekung, pipih atau tidak beraturan.
Kadang berlubang dengan panjang 5 cm sampai 15 cm, lebarnya 3 cm sampai 10
cm, permukaannya yang terkupas agak tersudut-sudut, umumnya diliputi serbuk
berwarna kuning kecoklatan terang, bagian dalamnya berwarna putih keabuan
dengan garis-garis coklat kemerahan. Pada pengamatan dengan kaca pembesar
terhadap bidang melintang terlihat garis-garis tersebut pada beberapa tempat
merupakan bentuk bintang. Patahan melintang tidak rata, berbutir-butir putih
kelabu, merah muda sampai coklat merah. akar dan daun kelembak mengandung
flavonoida, di samping itu akarnya juga mengandung glikosida dan saponin,
sedangkan daunnya juga mengandung polifenol
c. khasiat
akar rheum officinale berkhasiat sebagai urus-urusan dan juga dimanfaatkan untuk
bumbu rokok. Untuk urus-urus dipakai ±10 gram akar segar direbus dengan segelas air
selama 15 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.
d. Efek Farmakologis
Pada pengujian terhadap tikus, ditemukan bahwa kandungan rhein pada kelembak
dengan dosis 100 mg/kg bb per hari, mampu mereduksi lemak pada db/db mencit.
Menggunakan diet-induced obese (DIO) C57BL/6 (db/db) mencit, didapatkan hasil bahwa
rhein dapat memblok kadar lemak yang tinggi pada hewan uji yang mengalami obesitas,
diukur berdasarkan massa lemak dan ukuran dari adiposit putih dan coklat serta penurunan
serum kolesterol, LDL kolesterol dan kadar glukosa darah puasa pada mencit. Berdasarkan
penggunaan metode analisis ekspresi gen dan reporter assay ditemukan bahwa rhein
menginhibisi transaktivitas peroxisome proliferator-activated receptor γ (PPARγ) dan
ekspresi dari target gen, menunjukkan bahwa rhein bisa berfungsi sebagai antagonis dari
PPARγ (Zhang et al., 2012)

Adas (Foeniculum vulgare Mill.)


Klasifikasi tanaman kelembak adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Umbellales
Famili : Umbelliferae
Genus : Foeniculum
Spesies : Foeniculum vulgarae Mill.

Nama Sinonim : F. officinale All., Anethum foeniculum L.


Nama daerah : das pedas (Aceh), adas, adas pedas (Melayu), adeh, manih (Minangkabau);
hades (Sunda), adas, adas londa, adas landi (Jawa), adhas (Madura); paapang, paampas
(Menado), adasa,
rempasu (Makasar), adase (Bugis); adas (Bali), wala wunga (Sumba).
Nama asing : phong karee, mellet karee (Thai), jintan manis (Malaysia).
Nama simplisia : Foeniculi Fructus (buah adas).

a. Morfologi
Di Indonesia, Adas telah dibudidayakan dan kadang sebagai tanaman bumbu atau
tanaman obat. Tumbuhan ini dapat hidup dari dataran rendah sampai ketinggian 1.800
m di atas permukaan laut, namun akan tumbuh lebih baik pada dataran tinggi. Adas
berasal dari Eropa Selatan dan Asia.
Terna berumur panjang, tinggi 50 cm-2 m, tumbuh merumpun. Satu rumpun biasanya
terdiri dari 3-5 batang. Batang berlunbang, beruas, beralur, percabangan monopodial,
hijau keputih-putihan. Daunnya majemuk, menyirip ganda, bentuk jarum, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata, panjang 30-50 cm, lebar 15-25 cm, panjang pelepah 5-7
cm,warna daun hijau muda, hijau. Perbungaan tersusun sebagai bunga majemuk,
bentuk paying, tumbuh di ujung batang, kelopak bentuk tabung, hijau, daun mahkota
lima, berwarna kuning. Buah adas berbentuk lonjong, eralur, pajang 6-10 mm, lebar 3-
4 mm, masih muda hijau setelah tua hijau keabu-abuan. okelat agak hijau atau cokelat
agak kuning sampai
sepenuhnya cokelat. Akarnya tunggang berwarna putih.
b. Kandungan kimia
Buah Adas mengandung minyak asiri (Oleum Foeniculi) 1-6 persen, mengandung 50-
60 persen anetol, lebih kurang 20 persen fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren,
metilchavikol, anisaldehid, asam anisat, dan 12 persen minyak lemak. Kandungan
anetol yang menyebabkan adas mengeluarkan aroma yang khas dan berkhasiat
karminatif. Akar mengandung bergapten. Akar dan biji mengandung stigmasterin
(serposterin).
c. Khasiat
Buah adas berkhasiat sebagai obat batuk, obat perut kembung, obat sariawan, dan obat
haid tidak teratur. Buah bermanfaat untuk mengatasi:
sakit perut (mulas), perut kembung, rasa penuh di lambung, mual, muntah, diare, sakit
kuning (jaundice), kurang nafsu makan, batuk berdahak, sesak napas (asma), nyeri
haid, haid tidak teratur, air susu ibu (ASI) sedikit, putih telur dalam kencing
(proteinuria), susah tidur (insomnia), buah pelir turun (orchidoptosis), usus turun ke
lipat paha (hernia inguinalis), pembengkakan saluran sperma (epididimis), penimbunan
cairan di dalam kantung buah zakar (hidrokel testis), mengurangi rasa sakit akibat batu
dan membantu menghancurkannya, rematik gout, keracunan tumbuhan obat atau
jamur.
Buah adas sebanyak 3-9 g direbus, atau buah adas digiling halus, lalu diseduh dengan
air mendidih untuk diminum sewaktu hangat.

d. Efek farmakologi
Komponen aktifnya, anisaldehida, meningkatkan khasiat streptomycin untuk
pengobatan TBC pada tikus percobaan. Meningkatkan peristaltik saluran cerna dan
merangsang pengeluaran kentut (flatus). Menghilangkan dingin dan dahak. Minyak
adas yang menagndung anetol, fenkon, chavicol, dan anisaldehid berkhasiat
menyejukkan saluran cerna dan bekerja menyerupai perangsang napsu makan. Dari
satu penelitian pada manusia dewasa, ditemukan bahwa adas mempunyai efek
menghancurkan batu ginjal. Pada percobaan binatang, ekstrak dari rebusan daun adas
dapat menurunkan tekanan darah. Namun, pengolahan cara lain tidak menunjukkan
khasiat ini.

Daftar Pustaka
Anonim, 2017, Manfaat Adas, diakses dari
http://disbun.jabarprov.go.id/backend/assets/data/arsip/Manfaat_Adas.pdf pada tanggal 30
Oktober 2017
Anonim, 2017, http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69884/potongan/S1-2014-280562-
chapter1.pdf.
Anonim, 2017, Produk Vegeta Herbal, diakses dari http://enesis.com/product/detail/id/19 pada
tanggal 30 Oktober 2017
Syamsuhidayat, Sri Sugati, Hutapea, Johnny, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I),
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dalimartha, Setiawan & Agriwidya, Trubus, 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1,
Anggota Ikapi, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai