Anda di halaman 1dari 3

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung bahan obat

padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi pada fase cair.
Sediaan suspensi dapat diberikan secara oral dan parenteral. Evaluasi
suspensi atau kontrol kualitas meliputi volume sedimentasi, ukuran
partikel, redispersibilitas, pH, dan prediksi stabilitas dengan cara
sentrifugasi, serta menghitung derajat flokulasi.
Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi stabilitas sediaan
suspensi meliputi tinggi pengendapan,ukuran partikel dan viskositas. Ada
5 formulasi yang diuji pada praktikum kali ini yakni :

Nama bahan Form A Form B Form C Form D Form E


sulfamerazi 2,5 g 2,5 g 2,5 g 2,5 g 2,5 g
n
Propilen 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
glikol
CMC 1g 1g
Aluminium 0,1 g 0,1 g
klorida
heksahidrat
Aquadest ad 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml

Fungsi masing-masing bahan dalam formula tersebut diantaranya,


sulfamerazine merupakan zat aktif yang berkhasiat sebagai antibiotik.
Propilen glikol sebagai humektan ialah zat yang digunakan untuk
membasahi zat padat. Mekanisme humektan ialah mengganti lapisan
udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. CMC
digunakan untuk penstabil emulsi dan untuk melarutkan endapan yang
terbentuk bila tinctur ber-resin ditambahkan ke dalam air. Aluminium
klorida heksahidrat (flocculating agent) pada pembuatan suspensi
sulfamerazin akan mempengaruhi endapan yang terbentuk, dimana
semakin banyak aluminium klorida heksahidrat yang ditambahkan, akan
semakin banyak pula endapan yang tebentuk. Propilenglikol dalam hal ini
berguna sebagai agen pembasah sedangkan CMC-Na sebagai agen
pensuspensi yang akan memodifikasi viskositas dan menstabilkan zat
(yang tidak dalam medium dispers).
Pada pengukuran derajat flokulasi, dibuat 5 formula. Komposisi
formula A, B dan C ini termasuk suspensi deflokulasi. Karena pada
formula ini tidak ditambahkan aluminium klorida heksahidrat yang
berfungsi sebagai pembentuk flokulasi atau floculating agent. Suspensi
deflokulasi mempunyai sifat mengendap secara perlahan namun sulit
untuk terdispersi kembali, sehingga mudah terjadi cake. Hal tersebut dapat
dilihat pada tinggi endapannya yang hanya terdapat pada formulasi C,
sedangkan pada formulasi A dan B tidak ada.
Pada formula D dan E ditambahkan aluminium klorida
heksahidrat dengan jumlah yang sama, sehingga termasuk dalam suspensi
flokulasi. Sifat dari suspensi terflokulasi ini mengendap secara cepat dan
mudah terdispersi kembali, sehingga tidak terjadi cake. Penambahan
floculating agent menyebabkan ikatan antar partikel lemah, hal ini yang
membuat suspensi terflokulasi mudah mengendap. Hal tersebut dapat
dilihat pada hasil tinggi endapan pada formula D dan E. Pada hasil yang
diperoleh, formula D lebih tinggi endapannya dibandingkan dengan
formula E.
Evaluasi pada suspensi meliputi pengukuran diameter partikel
dengan bantuan mikroskop yang telah terkalibrasi. Hasil pada praktikum
ini berikisar 14-20 µm. Umumnya suspensi dikategorikan memiliki ukuran
partikel yang ideal jika berada dalam kisaran 10-50 µm. Apabila ukuran
partikel terlalu kecil (< 3µm) menyebabkan suspensi mengikuti sistem
dispersi koloid, dimana seharusnya adalah dispersi kasar. Hal ini berakibat
terjadinya interaksi antar partikel yang kemudian membentuk agegrat yang
kompak dan akhirnya terbentuk caking.
Evaluasi selanjutnya yakni viskositas suspensi. Kekentalan suatu
caira mempengaruhi pola kecepatan aliran dari suatu cairan tersebut.
Makin kental kecepatan aliran makin turun, kecepatan aliran dari cairan
tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat
di dalamnya dengan menambah viskositas cairan. Dan hasil praktikum ini
di dapat nilai viskositas berkisar 0,9-3,5 mPas.

Anda mungkin juga menyukai