LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………. 1
1. DATA UKURAN UTAMA KAPAL ............................................................... 4
1.2.Definisi .......................................................................................................... 4
1.3.Langkah-langkah pelaksanaan rencana kemudi ............................................ 4
2. MENENTUKAN UKURAN DAUN KEMUDI ................................................. 5
2.1 Tyepe Kemudi ............................................................................................... 5
2.2 Menghitung L kontruksi ................................................................................ 5
2.3 Menentukan Luas Daun Kemudi ................................................................... 6
2.4 Menentukan Dimensi Utama Daun Kemudi ................................................. 7
2.5 Perencanaan Dimensi Utama Daun Kemudi ................................................. 8
2.6 Perencanaan lengkungan kemudi menurut tabel NACA 00- 15 per section. 8
2.7 Gambar persection ....................................................................................... 11
2.8 Perencanaan Jarak Antara Linggi ,Propeller dan Rudder ............................ 12
2.9 Perencanaan Luasan Daun Kemudi ............................................................. 13
3. PERHITUNGAN GAYA PADA DAUN KEMUDI ......................................... 14
4. MENENTUKAN TORQUE PADA TANGKAI DAUN KEMUDI ................. 16
5. MENENTUKAN DIAMETER DAUN KEMUDI ............................................ 17
6. PERHITUNGAN RUDDER PLATING ........................................................ 20
7. MENGHITUNG BEARING (LOWER & UPPER BEARING) .................... 22
7.1 Merencanakan LOWER BEARING .......................................................... 22
7.2 Tebal liner dan bush bearing ....................................................................... 23
7.3 Menghitung tinggi bearing .......................................................................... 23
7.4 Merencanakan upper bearing...................................................................... 24
7.5 Tebal liner dan bush bearing ....................................................................... 24
7.6 Menghitung tinggi bearing .......................................................................... 24
8. Perhitungan Rudder Couplings ...................................................................... 25
8.1 Rudder Couplings ........................................................................................ 25
8.2 Horizontal couplings.................................................................................... 25
9. PERENCANAAN RUDDER CARRIER ...................................................... 27
2
Perencanaan Tiller ................................................................................................. 29
Perencanaan Profil : ........................................................................................... 30
Perencanaan Pasak ............................................................................................. 32
10. Perhitungan Steering Gear .......................................................................... 33
3
1. DATA UKURAN UTAMA KAPAL
Sebelum memulai menghitung daya mesin kemudi maka terlebih dahulu
adalah mengetahui data ukuran utama kapal. Adapun data ukuran utama kapal
yang dipakai adalah sebagai berikut :
1.2.Definisi
Gambar rencana kemudi merupakan gambar perencanaan type kemudi
serta konstruksinya dan bagian bagian penunjang pada kemudi yang berdasar
pada bentuk badan kapal dengan tujuan medapatkan kecepatan manuver
seperti yang diharapkan dalam perencanaan.
4
5. Perencanaan jenis pengelasan yang digunakan
Berdasar pada data ukuran utama kapal di atas maka direncanakan sebagai
berikut :
Bentuk buritan kapal tanpa menggunakan sepatu linggi
Tipe baling-baling yang digunakan adalah jenis baling-baling tunggal
(single screw propeller)
Tipe kemudi yang dipilih adalah jenis menggantung biasa
Pemilihan tipe kemudi jenis menggantung biasa ini dengan membuat
miring membesar pada bagian atas. Ini dimaksudkan agar pada bagian
daun kemudi akan mendapatkan gaya tekan maksimum.
5
2.3 Menentukan Luas Daun Kemudi
Dalam perhitungan luas daun kemudi ini mengacu pada persyaratan
yang diberikan oleh BKI Vol. II section 14, Rule for Hull Construction,
2001 yaitu tidak kurang dari nilai yang didapat dari hasil perhitungan
dengan menggunakan formula sebagai berikut:
1,75 * L * T
A c1 .c 2 .c3 .c 4 .
2
100 m
dimana:
c1 = faktor untuk jenis kapal
= 1,0 untuk kapal pada umumnya
= 0,9 untuk kapal muatan curah dan kapal tangki dengan
displasemen> 50.000 ton
= 1,7 untuk kapal tunda
Untuk nilai c1 yang diambil adalah 1,0 karena kapal container
adalah jenis kapal umum
c2 = faktor untuk jenis kemudi
= 1,0 untuk jenis umum
= 0,9 untuk jenis setengah menggantung (semi spade rudder)
= 0,8 untuk jenis double rudders
= 0,7 untuk jenis dengan daya angkat tinggi (high lift rudder)
Jenis kemudi yang direncanakan adalah jenis kemudi
mengantung biasa atau umum sehingganilai c2 adalah 1
c3 = faktor untuk bentuk profil kemudi
= 1,0 untuk profil NACA dan kemudi plat
= 0,8 untuk profil cekung dan profil campuran (hollow and mixed
profile)
Profil kemudi menggunakan profil NACA sehingga c3 adalah 1,0
6
c4 = faktor untuk letak kemudi
= 1,0 untuk kemudi di belakang semburan baling-baling(propeller
jet)
= 1,5 untuk kemudi di luar semburan baling-baling
Penempatan kemudi di belakang semburan baling-baling
sehingga c4 adalah 1.5
Sehingga dari nilai-nilai di atas dapat dicari luasan daun kemudi sebagai
berikut:
1,75 x 91 x 5,5
A 1,0 x 1,0 x1,0 x1,5
100 m2
= 13,138125 m2
Jadi luas daun kemudi adalah 13,13 m2
7
2.5 Perencanaan Dimensi Utama Daun Kemudi
Dalam menentukan Profil Rudder menggantung biasa ini perencanaan
lengkungan daun kemudi menggunakan aturan NACA 00-15 dimana , Rudder di
bagi menjadi tiga potongan A,B dan C.
8
SECTION B-B (tengah)
Lebar = 3.3 m
SECTION A – A (bawah)
Lebar = 3 m
9
Gambar Bentuk Kemudi
10
2.7 Gambar persection
11
2.8 Perencanaan Jarak Antara Linggi ,Propeller dan Rudder
D propeller = 0,7 x T
= 0,7 x 5,5
= 3,85 m
A (jarak propeller ke rudder) = 0,1 x D propeller
= 0,1 * 3,85
= 0,385 m
B (jarak propeller terhadap linggi buritan bagian depan yang diukur secara
horizontal)
= 0,27 x D propeller
= 0,27 x 3,85
= 1,0395 m
C (jarak propeller dengan linggi buritan yang diukur secara miring )
12
= 0,20 x D Propeller
= 0,20 x 3,85
= 0,77 m
D (jarak propeller dengan rudder bagian bawah)
= 0,035 x D propeller
= 0,035 x 3,85
= 0,13475 m
13
b = 4,00 m
dimana :
A = Luas total bagian bergerak dari daun kemudi
14
= 13,13 m2
V = V0 = kecepatan kondisi maju kapal [knot]
= 12 knot
Va = Kecepatan kondisi mundur kapal [knot]
=V (1 – w) dimana: w = 0,7 cp (diketahui Cp = 0,72)
= 0,504
= 12 (1 – 0,504)
= 12 – 6,048 knot
= 5,952 knot
K1 = koefisien, tergantung pada “aspek rasio ”
Dimana : A = rasio aspek dari daun kemudi At
= b2 / At (At = A + Luas tanduk kemudi jika ada)
= 42 / 13,13
= 1,22
= ( + 2)/3, dimana tidak boleh lebih dari 2
= (1,22 + 2)/3
= 1,073
K2 = koefisien, tergantung pada jenis kemudi dan profil dari kemudi
Profil/jenis kemudi maju mundur Seri NACA-0015 adalah 1,1
untuk kondisi Maju dan 0,8 untuk kondisi Mundur
K3 = koefisien, tergantung dari letak kemudi
= 0.8 untuk kemudi di luar semburan baling-baling
= 1.15 untuk kemudi di belakang nosel baling-baling
= 1.0 untuk kemudi dimanapun termasuk di belakang semburan
baling-baling
Untuk letak kemudi diambil untuk kemudi dimanapun
termasuk di belakang semburan baling-baling sehingga nilai
K3 adalah 1.0
15
Kt = koefisien, tergantung dari thrust coefficient
= 1.0 pada umunya
Maka :
CR = 132 x A x V2 x K1 x K2 x K3 x Kt (N)
CR = 132 x 13,13 x (12)2 x 1,073 x 1,1 x 1,0 x 1,0
= 294664.93 N (Kondisi maju)
CR = 132 x 13,13 x (5,952)2 x 1,073 x 0,8 x 1,0 x 1,0
16
QR = 294664.93 x 0,825
= 243098,567 [Nm] untuk kondisi maju
QR = 52705,2905 x 1,914
Material secara umum memiliki nilai minimum dari titik yield teratas
ReH kurang dari 200 N/mm2 dan nilai minimum tegangan tarik kurang
dari 400 N/mm2 atau yang lebih dari 900 N/mm2 tidak boleh digunakan
untuk rudder stock, pintles, key dan baut pengikat. Menurut ketentuan
BKI bahwa nilai minimum dari titik yield teratas ReH adalah 235 N/mm2.
Jika material yang digunakan memiliki nilai ReH tidak sama dengan 235
N/mm2 maka factor kr material ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
235 e
kr = ( )
R eH
dimana :
e = 0.75 untuk ReH 235 [N/mm2]
e = 1.00 untuk ReH ≤ 235 [N/mm2]
17
Dimana Rm adalah nilai tegangan tarik / tensile strength dari material
yang digunakan. Dengan mengasumsikan bahwa material yang
digunakan memiliki tegangan tarik (Rm) 441,45 N/mm2, maka akan
didapat harga ReH
ReH = 0.7 x 441,45 = 309,015 N/mm2.
D 244,8459 mm
t
D 182,6266 mm
t
Panjang dan tinggi dari sisi quadran untuk tiller tidak boleh kurang dari
:
L = 0.77 x Dt
= 0.77 x 250
= 192,5 mm
T = 0.8 x Dt
18
= 0.8 x 220
= 200 mm
= 398148,149 Nm
db = 0.62 x
Dt xkb
mm
kr n e
Dimana : Material baut st 45
Dt = 250 mm
kb = 0.81
n = 8 ( jumlah baut )
e = 200 ( jarak baut ke baut )
250 3 x0,81
db = 0.62 x mm
0,81 8 200
= 61,26913 mm
Diambil 61 mm
Tebal Flange Coupling di luaar lubang baut tidak bolehh lebih dari:
t = 0,65 x db
= 0,65 x 61
19
= 39,65 mm Diambil 40 mm
Dimana :
= 0,6
k = 0,91
tk = 2,5
Pr = 10 x (T + (Cr/10^3 x A))
= 55,22 KN/m2
Penegar
tw = 0,7 * t
= 0,7 * 12
20
= 8,4 mm .
Direncanakan tebal dari vertical dan horizontal web = 10 mm
Nose plate
BKI 1996 section 14.E.3.1. tebal nose plate harus lebih tebal 25%
dari plate sisi.
tn = (25% . ts) + ts
MenurutLR 1975 D 2217 tebal top plat dan bottom minimal sama
dengan plat sisi :
tb = th = ts = 12 mm
Face plate
Direncanakan : lebar = 50 mm
tebal = 12 mm
Main Plate
Tebal Main plate menurut LR 1975 D2218 tebal main piece tidak boleh
kurang dari :
tm = 8.5 + 0.56 Dt
Slot welding
21
Menurut LR d 2220
Direncanakan : Lw = 75 mm
Direncanakan : bw = 25 mm
Direncanakan : r1 = 191,3 mm
Tenaga
Cr
B1 =
2
294664.93
=
2
= 147332,465 N
= 294664,93 – 147332,465
= 147332,465 N
22
7.2 Tebal liner dan bush bearing
Berdasarkan BKI 2006 Vol II Section 14.E.5.2, diameter pintle tidak boleh
kurang dari :
t = 0,01 B1
= 0,01 147332,465
= 3,84 mm
t min = 4,45mm [ for metalic material untuk baha kayu ]
Direncanakan tebal liner = 5 mm
B2
Tinggi lower bearing = = 147332,465 / 2,5 * 250 = 235,734 mm
* Dt
Tinggi lower bearing minimal = 0,2 * Dt +Dt
= 0,2 *250 +250
= 350 mm
Direncanakan lower bearing = 350 mm
23
7.4 Merencanakan upper bearing
Berdasarkan BKI 2006 Vol II Section 14.E.4, Bearing direncanakan
berdasarkan besarnya tenaga pada Rudder Horn dan Neck Bearing.
Tenaga pada upper bearing adalah lebih kecil 30 % dari lower bearing sehingga :
B = 30% * B1
= 30 % *147332,465
= 44199,74 N
B2= B1- B
= 147332,465 - 44199,74
= 103132,725 N
t = 0,01 B1
= 0,01 147332,465
= 3,84 mm
t min = 4,45mm [ for metalic material untuk baha kayu ]
Direncanakan tebal liner = 5 mm
24
B2
A= = 147332,465 / 2,5 = 58932,986 mm²
B2
Tinggi upper bearing = = 147332,465 / 2,5 * 250 = 235,734 mm
* Dt
Tinggi upper bearing minimal = 0,2 * Dt +Dt
= 0,2 *250 +250
= 300 mm
Direncanakan upper bearing = 300 mm
b.Jarak antara sumbu baut dari sisi flange tidak boleh kurang dari 1,2
diameter baut pada couplings horizontal ,setindaknya di pasang di
depan sumbu rudder stock
Dt 3 xKb
Db = 0.62
Krxnxe
25
Dimana :
Dt = Diameter rudder stock = 250 mm
n = jumblah total baut direncanakan 8 buah
e = jarak rata-rata dari sumbu baut terhadap sumbu dari system
baut atau rudder stock direncanakan 250 mm
Kr = factor material dari rudder stock = 0,815
Kb = material factor direncanakan 0.80
250 3 x0,81
Db = 0.62 x mm
0,81 8 250
= 54,8 mm
Diambil 55 mm
Tebal Flange Coupling di luaar lubang baut tidak bolehh lebih dari:
t = 0,65 x db
= 0,65 x 55
= 35,75 mm Diambil 36 mm
Jarak dari sumbu baut dari pinggir flens tidak boleh kurang dari
=1,2 x Db
= 1,2 x 36
= 43,2 mm
direncanakan Jarak 45 mm
Maka diameter Coupling :
Diameter Coupling = Dt + (2e – Dt) + (2 x 1.2Db)
= 250 + (2.250 – 250) + 132
= 632 mm
26
9. PERENCANAAN RUDDER CARRIER
27
Sesuai catalog HATLAPA, Rudder Carrier OTOS, Untuk diameter Rudder
stock 250 maka Adm. Radial forcenya 650 Fr(kN). Maka direncanakan dimensi –
dimensi Rudder Carrier sesuai diameter tongkat (Rudder Stock). Untuk
mengetahui dimensi rudder carrier maka dapat dilihat dengan manyamakan Adm.
Radial forcenya pada catalog dibawah ini.
28
Dimensi dari HATLAPA type 475 :
Type 475
d 250
D 1050
R 800
I 990
H1 330
H2 35
Perencanaan Tiller
Momen pada daun kemudi
M = Cr . l Cr = 294664.93 N
= 294664.93 N . 1,2 l = 1,2 m
= 353597,916 Nm
Momen pada tiler
Perencanaan Tiller
29
Momenkemudi
Gaya total =
lengantota l
= 353597,916 / 1.2
F = 294664.93 N
Untuk A :
Moment di A = F total . lengan A
= 294664.93 x 0,4 = 117865,972 Nm
= 235 N/mm2 (factor bahan)
Modulus A (WA) = Moment di A /
= 117865,972 / (235 X 106 )
= 0,00050156 m3
= 501,56 cm3
Untuk B :
Moment di B = F total . lengan B
= 294664.93 . 0,8 = 235731,944 Nm
= 235 N/mm2 (factor bahan)
Modulus B (WB) = Moment di B /
= 216087.615 / (235 x 106 )
= 0,00100311 m3
= 1003,11466 cm3
Perencanaan Profil :
B A
30
Dari perencanaan profil di atas, didapatkan area untuk masing –
masing daerah (F,Fs,f)
Untuk Profil A :
Area F = 12 . 217 = 2604 mm2
Area Fs = 12 . 185 = 2220 mm2
Area f = 12 . 217 = 2604 mm2
Perbandingan : 1. F/Fs = 2604 / 2220
= 0,65
2. f/F = 1670/1670
= 1,0
Untuk Profil B :
Area F = 12 . 283 = 3396 mm2
Area Fs = 10 . 270 = 3240 mm2
Area f = 10 . 283 = 3396 mm2 (direncanakan sama dengan area F)
Perbandingan : 1. F/Fs = 3396 / 3240
= 1,0
2. f/F = 2080/2080
= 1,0
Dari perbandingan 1 dan 2 masing – masing profil di atas didapatkan harga
(w) dari grafik di BKI
Untuk Profil A :
31
Didapatkan w = 1,05
W=w.F.h
Dimana : F = luas daerah F = 2604 mm2
= 26,04 cm2
h = tinggi Fs = 185 mm = 18,5 cm
W = 1,05 x 26,04 . 18,5
= 505,827 cm3
Untuk Profil B :
Didapatkan w = 1,15
W=w.F.h
Dimana : F = luas daerah F = 3396 mm2
= 33,96 cm2
h = tinggi Fs = 270 mm = 27 cm
W = 1,15 . 33,96 . 27
= 1054,458 cm3
Perencanaan Pasak
Panjang Pasak (L) = 0,75 – 1,5
=1,5 * Dt Dt = 250 mm
=1,5 * 250 = 375 mm
Area Pasak (A) = 0,25 * Dt²
= 0,25 * 250² = 15625 mm²
Lebar Pasak (B) = Area / Panjang
= 15625 / 375 = 41,7 mm = 42 mm
Tebal Pasak = 1/8 * Dt
=1/8 * 250 = 31 mm
32
10. Perhitungan Steering Gear
Sebelum menghitung daya mesin kemudi terlebih dahulu menghitung daya
pada tongkat kemudi. Berdasarkan rumusan dalam buku “ Marine Auxiliary
Machinary and system” oleh M. Khetagurov daya yang dibutuhkan untuk
memutar tangkai daun kemudi adalah sebagai berikut :
Q R ωrs
Nrs =
75
dimana
2α π
ωrs =
τ 180
Sehingga
Q R. .2. .
Nrs =
t.180 o .75
Dimana :
QR = 243098,567 N (kondisi maju)
= sudut putar kemudi (maksimum 350)
= 350
= waktu putar kemudi (maksimum 28 detik)
= 28 detik
Maka daya yang dibutuhkan adalah
Q R. .2. .
Nrs =
t.180 o .75
33
Setelah diketahui harga dari daya pada tongkat kemudi maka untuk selanjutnya
daya kemudi dapat dicari. Adapun daya mesin kemudi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
N rs
Nsg =
sg
Dimana :
sg = efisiensi mesin kemudi (0,1 – 0,35)
= diambil 0,35
Sehingga daya yang harus dihasilkan oleh kemudi adalah
N rs
Nsg =
sg
145
Nsg =
0,35
= 415/100
= 4,15 [HP]
Jadi Daya Mesin Kemudi adalah 4,15 HP
34