Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR FISIKA STATISTIK

MEKANIKA STATISTIK
(Ruang Fase, Microstate, Macrostate, Peluang Termodinamika,
Fungsi Distribusi Statistik Maxwell-Boltzmann, dan Fungsi Partisi)

Dosen Pengampu:
Drs. Rai Sujanem, M.Si
Oleh:
I Wayan Rudiartadi NIM. 1413021019/ KLS. VIA
Ni Luh Putu Sandewi P. NIM. 1413021023/ KLS. VIA
Dewi Ambarwati NIM. 1413021025/ KLS. VIA
Kadek Sri Mahayani NIM. 1413021030/ KLS. VIA

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017

i
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, makalah yang berjudul “Mekanika Statistik: Ruang Fase, Microstate, Macrostate, Peluang
Termodinamika, Fungsi Distribusi Statistik Maxwell-Boltzmann, dan Fungsi Partisi” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Rai Sujanem, M.Si selaku dosen pengampu matakuliah Pengantar Fisika Statistik,
2. teman-teman kelas VI A (Affinity), dan
3. pihak-pihak lainnya,
yang telah membantu maupun mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun meteriil yang
diberikan guna membantu proses penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai syarat perkuliahan Pengantar Fisika Statistik yang
didapatkan pada semester VI. Pada makalah ini dibahas mengenai materi konsep Fisika
Statistika, yaitu Mekanika Statistik, yang terfokus pada materi ruang fase, keadaan mikro
(microstate), keadaan makro (macrostate), peluang termodinamika, fungsi distribusi statistik
Maxwell-Boltzmann, dan fungsi partisi.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, walaupun penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk menjadikan makalah ini
lebih baik di kemudian hari. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ruang Fase .......................................................................................................... 4
2.2 Perbedaan Keadaan Mikro (Microstate) dengan Keadaan Makro (Macrostate) .... 4
2.3 Peluang Termodinamika ...................................................................................... 6
2.4 Penggunaan Pendekatan Stirling untuk Menentukan Peluang Termodinamika ..... 8
2.5 Fungsi Distribusi Statistik Maxwell-Boltzmann ................................................... 11
2.6 Fungsi Partisi ....................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ............................................................................................................. 18
3.2 Saran ................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koordinat termodinamika dan sifat termal sistem dapat diperoleh tanpa bersandar pada
pengukuran. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan perhitungan yang berdasarkan sifat atau
kelakuan molekul sistem. Teori yang mendasari untuk mengkaji kelakuan molekul sistem atau
secara umum sistem mikroskopik, yaitu teori kinetik dan teori mekanika statistik. Kedua teori
itu berpautan dengan molekul, gerak internal dan eksternal, tumbukan antar molekul yang satu
dengan yang lain serta dengan dinding yang ada dan gaya interaksinya. Berdasarkan hukum
mekanika dan teori peluang serta teori kinetik, perhatian dipusatkan pada perincian gerak
molekul serta dampaknya dan mampu menghadapi keadaan tak setimbang seperti berikut ini,
yaitu: (a) molekul yang terlepas dari lubang bejana, suatu proses yang dikenal dengan sebagai
efusi, (b) molekul yang bergerak dalam pipa di bawah pengaruh perbedaan tekanan, (c)
molekul bermomentum bergerak melewati bidang dan bercampur dengan molekul yang
momentum-nya lebih kecil, suatu proses molekul yang menimbulkan viskositas, (d) molekul
berenergi kinetik bergerak melewati bidang yang bercampur dengan molekul yang energi
kinetiknya lebih kecil; suatu proses yang berkaitan dengan penghantaran kalor, (e) molekul
jenis tertentu bergerak melewati bidang dan bercampur dengan molekul jenis lain suatu proses
yang dikenal sebagai difusi, (f) kombinasi secara kimiawi antara dua atau lebih jenis molekul
yang berlangsung dengna laju yang berhingga yang dikenal sebagai kinetik kimiawi, (g)
ketaksamaan dampak molekul yang terjadi pada berbagai sisi benda yang sangat kecil yang
melayang dalam fluida suatu perbedaan yang menimbulkan gerak sigzag partikel yang
melayang itu dikenal sebagai gerak Brown.
Metode statistik pertama kali dikembangkan oleh Boltzmann di Jerman dan Gibb di
Amerika Serikat. Berdasarkan teori kuantum, Bose-Einstein, dan Fermi-Dirac kemudian
memperkenalkan modifikasi ide Boltzmann, sehingga dapat mengatasi kegagalan statistik
Maxwell-Boltzmann untuk kasus tertentu. Pendekatan statistik mempunyai hubungan dengan
termodinamika dan gas kinetik. Untuk sistem-sistem ini, energi partikel dapat ditentukan, salah
satu dengan menggunakan rata-rata statistik persamaan keadaan dari substansi dan persamaan
energi. Fisika statistik dilengkapi dengan interpretasi tentang konsep entropi.
Mekanika statistik, tidak seperti teori kinetik, tidak mengulas secara detail anggapan
tentang tumbukan molekul antar molekul atau molekul dengan permukaan dinding, tetapi
mengungkapkan fakta bahwa molekul-molekul yang sangat banyak dan sifat rata-rata sejumlah

1
molekul yang besar yang dapat dihitung tanpa informasi yang detail tentang molekul tertentu.
Mekanika statistik menghindari perincian mekanis gerak molekular dan hanya berurusan segi
energi molekul. Mekanika statistik sangat mengandalkan pada teori peluang, tetapi perumusan
matematiknya lebih sederhana daripada teori kinetik walaupun konsepnya lebih sulit. Hanya
keadaan setimbang saja yang dibahas. Berbeda dengan teori kinetik, untuk memahami gejala-
gejala termodinamika dengan pendekatan yang lebih banyak memanfaatkan sifat-sifat statistik
benda banyak. Molekul-molekul gas misalnya, dipelajari sebagai kumpulan benda banyak
tanpa menghiraukan perangai masing-masing molekul satu persatu.
Oleh karena itu, dalam makalah ini melanjutkan pembahasan mengenai pengantar Fisika
statistik, yaitu Mekanika Statistik pada umumnya dan ruang fase, keadaan mikro (microstate),
keadaan makro (macrostate), peluang termodinamika, fungsi distribusi statistik Maxwell-
Boltzmann, fungsi partisi pada khususnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latarbelakang, adapun beberapa rumusan masalah yang dapat


ditumuskan, yaitu:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan ruang fase?
1.2.2 Apakah perbedaan keadaan mikro (microstate) dengan keadaan makro (macrostate)?
1.2.3 Apakah yang dimaksud peluang termodinamika?
1.2.4 Bagaimana cara menggunakan pendekatan Stirling untuk menentukan peluang
termodinamika?
1.2.5 Bagaimanakah penjabaran fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan fungsi partisi dan bagaimana fungsinya?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.3.1 Menjelaskan ruang fase.
1.3.2 Menjelaskan perbedaan keadaan mikro (microstate) dengan keadaan makro
(macrostate).
1.3.3 Menjelaskan peluang termodinamika.
1.3.4 Menjelaskan cara menggunakan pendekatan Stirling untuk menentukan peluang
termodinamika.
1.3.5 Menjelaskan penjabaran fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann.

2
1.3.6 Menjelaskan fungsi partisi dan fungsinya.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1.4.1 Bagi Penulis
Melalui proses penulisan makalah ini, manfaat yang didapatkan oleh para penulis adalah
keterampilan dalam menulis ilmiah, berbahasa, dan juga pemahaman lebih terhadap
materi statistik yaitu mekanika statistik pada umumnya, dan ruang fase, keadaan mikro
(microstate), keadaan makro (macrostate), peluang termodinamika, fungsi distribusi
statistik Maxwell-Boltzmann, fungsi partisi pada khususnya.
1.4.2 Bagi Pembaca
Melalui makalah ini, para pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan
tentang materi statistik yaitu mekanika statistik pada umumnya, dan ruang fase, keadaan
mikro (microstate), keadaan makro (macrostate), peluang termodinamika, fungsi
distribusi statistik Maxwell-Boltzmann, fungsi partisi pada khususnya guna lebih
memahami fenomena alam sekitar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Fase

Gas monoatomik merupakan sistem yang paling sederhana dalam pandangan statistik.
Gas monoatomik dipandang sederhana karena hanya bergerak satu arah yaitu gerak translasi.
Mekanika statistik menjelaskan suatu molekul dibedakan atas dasar posisi dan kecepatannya.
Keadaaan gas tersebut diwakili oleh 6 kuantitas, yaitu 𝑥, 𝑦, 𝑧 yang membedakan posisinya dan
𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 yang membedakan kecepatannya. Penentuan posisi sebuah titik di dalam ruang 6
dimensi (hyperspace) atau ruang fase digunakan tiga koordinat posisi dan tiga koordinat
kecepatan molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka ruang fase itu membicarakan titik-titik
representatif dalam tiga koordinat posisi dan tiga koordinat kecepatan dari molekul, seperti
posisi molekul yang berlangsung dengan laju yang berhingga di dalam enam dimensi.
Pembagian ruang fase menjadi elemen volume 6 dimensi disebut cell (sel), dengan
panjang sisi 𝑑𝑥, 𝑑𝑦, 𝑑𝑧, 𝑑𝑣𝑥 , 𝑑𝑣𝑦 , 𝑑𝑣𝑧 . Volume sel (𝐻) adalah perkalian dari enam kuantitas
tersebut. Tiap-tiap molekul gas mempunyai titik representatif dalam ruang fase yang disebut
titik fase. Bayangkan sel-sel tersebut diberi nomor 1, 2, 3, . . ., 𝑖, dan 𝑁1 , 𝑁2 , 𝑁3 , . . ., 𝑁𝑖 ,
menyatakan jumlah titik fase di dalam sel yang bersesuaian. Jumlah titik fase per satuan volume
atau kerapatan di dalam ruang fase dinyatakan dengan 𝜌, dengan hubungan:
𝑁𝑖
𝜌= atau 𝑁𝑖 = 𝜌𝐻 (1.1)
𝐻

2.2 Perbedaan Keadaan Mikro (Microstate) dan Keadaan Makro (Macrostate)

Analisis mekanika terhadap kumpulan molekul dalam gas yang renggang, dapat
dilakukan dengan cara mengasumsikan bahwa molekul-molekul yang menggunakan sebagian
besar waktunya untuk bergerak lurus beraturan dan hanya kadang-kadang melakukan
tumbukan elastik sempurna dengan molekul lainnya atau dengan pembatas volumenya itu
diabaikan.
Pada molekul terdapat 𝑁 jumlah anggota partikel identik disebut dengan ensembel
(assembly). Anggota dari partikel tersebut dapat berupa partikel tunggal atau dapat berupa
ensembel identik dari partikel. Ensembel-ensembel dari partikel tunggal disebut sistem. Jika
distribusi dari partikel-partikel sistem di antara energi keadaan diketahui, maka sifat-sifat
makroskopik sistem dapat ditentukan. Jadi, pokok permasalahan dalam mekanika statistik

4
adalah untuk menentukan distribusi peluang partikel di antara tingkat energi dan keadaan
energi. Melalui mekanika statistik ditunjukkan bahwa sifat makroskopik sistem banyak partikel
sebenarnya berhubungan erat dengan sifat mikroskopik partikel-partikel tersebut. Walaupun
mekanika statistik tidak dapat menjelaskan interaksi antar partikel individual, tinjauan terhadap
interaksi rata-rata maupun perilaku interaksi partikel dengan peluang terbesar mampu
memberikan informasi mengenai besaran-besaran fisis yang menggambarkan sifat
makroskopiknya.
Deskripsi ensembel partikel tunggal bergantung pada partikel-partikel yang terbedakan
(distinguishable) atau partikel-partikel yang tak terbedakan (indistinguishable). Partikel-
partikel yang terbedakan atau tidak, yang menyatakan spesifikasi jumlah partikel 𝑁𝑖 di dalam
masing-masing tingkat energi merupakan keadaan makro (macrostate) dari sistem. Sedangkan
spesifikasi lengkap dari 6 koordinat untuk masing-masing molekul dari sistem menyatakan
keadaan mikro dari suatu sistem. Sebagai contoh, kerapatan adalah sama, jika di sana ada
jumlah molekul yang sama di dalam masing-masing elemen volume dari ruang biasa, tanpa
memperhatikan molekul yang mana terletak di dalam elemen volume tersebut. Melalui cara
yang sama, tekanan yang dikerjakan oleh gas bergantung hanya pada banyak molekul yang
mempunyai kecepatan dispesifikasikan, tidak bergantung pada molekul yang mana memiliki
kecepatan tersebut. Sehingga sifat-sifat observable hanya bergantung pada berapa banyak titik
fase yang terdapat di dalam masing-masing sel dari ruang fase. Spesifikasi jumlah titik fase di
dalam masing-masing sel dari ruang fase, yakni jumlah 𝑁𝑖 menyatakan keadaan makro dari
sistem. Perbedaan antara keadaan mikro dan keadaan makro dapat diilustrasikan pada Gambar
1.

Gambar 1. Perbedaan Macrostate dan Microstate

Yang dimaksud dengan keadaan makro adalah jumlah molekul yang terdapat dalam satu sel.
Pada Gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut.
• Jumlah 3 adalah keadaan makro sel 1.
• Jumlah 2 adalah keadaan makro sel 2.

5
• Jumlah 1 adalah keadaan makro sel 3.
• Jumlah 2 adalah keadaan makro sel 𝑖.
Molekul 𝑎, 𝑒, 𝑝, 𝑏, 𝑐, 𝑓, ℎ, dan 𝑘 yang terdapat dalam sel disebut sebagai keadaan mikro.
Sel di dalam ruang fase di beri nomor (1, 2, 3, . . ., 𝑖). Titik fase dinyatakan dengan (𝑎,
𝑏, 𝑐,... 𝑘). Keadaan mikro tertentu dispesifikasikan dengan keadaan bahwa titik-titik fase a,
e, 𝑝 ada pada sel 1, titik fasa 𝑏, 𝑐 ada pada sel 2, dan seterusnya). Keadaan makro tertentu
dispesifikasikan dengan semata-mata memberikan jumlah total 𝑁1 dari titik fase pada sel 1,
jumlah 𝑁2 di dalam sel 2, dan secara umum jumlah 𝑁𝑖 partikel di dalam sel ke 𝑖.
Salah satu hipotesis yang fundamental dari mekanika statistik adalah bahwa semua
keadaan mikro mempunyai peluang yang sama, yakni lama periode waktu salah satu keadaan
mikro terjadi sama seringnya dengan yang lain. Salah satu keadaan mikro tertentu, sebagai
contoh, tiap-tiap molekul di dalam kotak yang terpisah di dalam elemen volume kecil di dalam
salah satu pojok kotak dengan semua molekul bergerak dalam arah yang sama. Keadaan mikro
yang lain secara seragam didistribusikan menembus kotak dengan molekul 𝑎 pada beberapa
titik spesifikasi, molekul 𝑏 pada beberapa titik spsifikasi yang lain. Molekul 𝑎 mempunyai
spesifikasi kecepatan dalam besar dan arah, molekul 𝑏 mempunyai spesifikasi yang lain, dan
seterusnya. Meskipun dua keadaan mikro yang dideskripsikan di atas adalah berbeda, dan
sementara yang kedua muncul lebih mungkin dari yang pertama, hal itu akan nampak bahwa
posisi dan kecepatan tiap-tiap molekul dispesifikasikan lengkap untuk kedua keadaan mikro
tersebut. Spesifikasinya berbeda, tetapi lengkap, dari kenyataan inilah peluang keadaan mikro
adalah sama.

2.3 Peluang Termodinamika

Peluang termodinamika adalah jumlah keadaan mikro yang berkaitan dengan keadaan
makro tertentu, dan keadaan makro dinyatakan dengan 𝑊. Secara umum 𝑊 adalah bilangan
yang sangat besar. Untuk memperdalam konsep tentang peluang termodinamika ini diberikan
contoh sebagai berikut.
Misalkan ada dua sel di dalam ruang fase (i dan j), dan ada 4 titik fase a, b, c dan d.
Misalkan 𝑁𝑖 dan 𝑁𝑗 menyatakan jumlah titik fase di dalam sel secara berturut-turut.
Kemungkinan keadaan makroadalah:
Tabel 1. Kemungkinan Keadaan Makro yang Diperoleh
𝑁𝑖 4 3 2 1 0

6
𝑁𝑗 0 1 2 3 4

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa ada lima kemungkinan keadaan makro.
a. Kemungkinan susunan pertama adalah 𝑊1 . Untuk 𝑊1 sel 𝑖 berisi 4 titik fase dan sel 𝑗 berisi
0 titik fase.
b. Kemungkinan susunan kedua adalah 𝑊2 . Untuk 𝑊2 sel 𝑖 berisi 3 titik fase dan sel 𝑗 berisi
1 titik fase.
c. Kemungkinan susunan ketiga adalah 𝑊3 . Untuk 𝑊3 sel i berisi 2 titik fase dan sel 𝑗 berisi
2 titik fase.
d. Kemungkinan susunan keempat adalah 𝑊4 . Untuk 𝑊4 sel 𝑖 berisi 1 titik fase dan sel 𝑗 berisi
3 titik fase.
e. Kemungkinan susunan kelima adalah 𝑊5 . Untuk 𝑊5 sel 𝑖 berisi 0 titik fase dan sel 𝑗 berisi
1 titik fase.
Masing-masing keadaan makro di atas secara umum berkaitan dengan jumlah keadaan mikro
yang berbeda. Keadaan mikro yang berkaitan dengan keadaan makro tertentu, misalnya 𝑁𝑖 =
3, 𝑁𝑗 = 1, ditunjukkan pada Gambar 2a dan dapat dilihat bahwa ada empat. Jadi, untuk keadaan
makro ini 𝑊 = 4.

Gambar 2. Keadaan mikro berkaitan dengan keadaan makro

Perubahan susunan atau urutan titik fase dalam sel tertentu dianggap tidak mengubah keadaan
mikro. Hal ini berarti bahwa keadaan mikro pada Gambar 2.b adalah sama dengan tabulasi
pada kotak pertama pada Gambar 2.a.
Jumlah keadaan mikro yang berkaitan dengan keadaan makro tertentu dapat dihitung
dengan menulis kembali susunan yang berbeda atau permutasi titik fase di dalam keadaan
makro, tidak termasuk permutasi yang semata-mata pertukaran susunan titik-titik di dalam sel
tertentu.
Jumlah cara yang berbeda dalam mana suatu 𝑁 dapat disusun dalam suatu urutan, atau
permutasi adalah 𝑁!. Ini berarti ada 𝑁 pilihan untuk pertama, (𝑁 − 1) untuk kedua, (𝑁 − 2)
untuk ketiga, dan seterusnya sampai 1 pada pilihan terakhir. Jadi, jumlah permutasi untuk 4
huruf 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, adalah 4! = 24. Hal ini tidak memberikan jumlah keadaan mikro dalam

7
contoh di atas, karena melibatkan semua kemungkinan permutasi tiga titik di dalam sel 𝑖, yang
mana ada 3! = 6. Jumlah total permutasi 24 dengan permutasi titik di dalam sel 𝑖, yang
memberikan 24/6 = 4, yang sesuai dengan hasil yang diperoleh dengan perhitungan.
Secara umum, jika ada 𝑁 titik fase dan permutasi mungkin lebih dari satu sel, maka
jumlah keadaan mikro yang berkaitan dengan keadaan makro tertentu, atau peluang
termodinamika dari keadaan makro adalah:
𝑁! 𝑁!
𝑊= = (1.2)
𝑁1 ! 𝑁2 ! 𝑁3 ! … ∏ 𝑁𝑖 !
Berdasarkan persamaan (1.2), peluang termodinamika dari keadaan makro pada contoh
tersebut dapat ditentukan sebagai berikut.
4!
𝑊(𝑁𝑖 = 4, 𝑁𝑗 = 0) = =1
4! 0!
4!
𝑊(𝑁𝑖 = 3, 𝑁𝑗 = 1) = =4
3! 1!
4!
𝑊(𝑁𝑖 = 2, 𝑁𝑗 = 2) = =6
2! 2!
4!
𝑊(𝑁𝑖 = 1, 𝑁𝑗 = 3) = =4
1! 3!
4!
𝑊(𝑁𝑖 = 0, 𝑁𝑗 = 4) = =1
0! 4!
Berdasarkan distribusi peluang termodinamika di atas, ada 16 kemungkinan keadaan mikro
yang berkaitan dengan ke lima keadaan makro. Sedangkan peluang termodinamika terbesar
adalah 6, untuk keadaan makro 𝑁𝑖 = 2, 𝑁𝑗 = 2.
Jika titik-titik fase 𝑎, 𝑏, 𝑐, dan 𝑑, bergeser secara kontinu, maka semua keadaan mikro bergeser
dengan frekuensi yang sama, keadaan makro yang pertama dan yang kelima masing-masing
akan diamati 1/16 kali, keadaan makro kedua dan keempat masing-masing 1/4 kali, dan
keadaan makro ke tiga akan diamati 3/8 kali.

2.4 Penggunaan Pendekatan Stirling untuk Menentukan Peluang Termodinamika

Jumlah keadaan mikro yang berkaitan dengan keadaan makro tertentu, atau peluang
termodinamika dari keadaan makro (𝑊), untuk kasus gas dimana jumlah 𝑁 dan semua 𝑁𝑖
adalah sangat besar. Faktorial untuk jumlah bilangan yang besar dapat dilakukan dengan
pendekatan Stirling. Logaritma asli (alamiah) dari 𝑥 faktorial adalah : (2.1)
ln(𝑥!) = 𝑥 ln 𝑥 − 𝑥 + 1 = 𝑥 ln 𝑥 − 𝑥

8
Harga logaritme ini secara eksak sama dengan luas daerah di bawah kurva tangga yang
ditunjukkan dengan garis putus-putus pada Gambar 3, antara 𝑥 = 1 dan 𝑥 = 𝑥, karena
masing-masing segiempat lebarnya satu satuan dan tinggi yang pertama ln 2, tinggi yang kedua
ln 3, dan seterusnya.

Gambar 3. Grafik pendekatan Stirling


Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat jarak antara:
• titik 𝑥 = 1 dan titik 𝑥 = 2 adalah 1
• titik 𝑥 = 1 dan titik 𝑥 = 2 adalah 1
• titik 𝑥 = 1 dan titik 𝑥 = 2 adalah 1
Luas segiempat dengan dasar 𝑥 = 1 sampai 𝑥 = 2 adalah ln 2. Luas segiempat dengan dasar
𝑥 = 2 sampai 𝑥 = 3 adalah ln 3. Luas segiempat dengan dasar 𝑥 = 3 sampai 𝑥 = 4 adalah
ln 4 dan seterusnya. Jadi luas daerah di bawah grafik adalah ln 2 + ln 3 + ln 4 + … = ln 𝑥!
Luas daerah di bawah kurva pada Gambar 3 secara aproksimasi sama dengan luas kurva di
bawah fungsi 𝑦 = ln 𝑥 dengan batas-batas yang sama dengan kurva tangga. Secara pendekatan
untuk 𝑥 yang besar, diperoleh:
𝑥

ln(𝑥!) = ∫ ln(𝑥 ) 𝑑𝑥 = 𝑥 ln 𝑥 − 𝑥 + 1 (2.2)


0

Pada 𝑥 yang besar faktor 1 dapat diabaikan, dengan demikian:


ln(𝑥!) = 𝑥 ln 𝑥 − 𝑥 (2.3)

Persamaan (2.2) dikenal dengan Pendekatan Stirling.


Untuk kasus jumlah partikel yang mendekati orde 1023 digunakan pendekatan Stirling, yaitu
dengan formulasi sebagai berikut.
𝑁!
𝑊= (2.4)
∏ 𝑁𝑖 !
Dengan mengambil logaritma dari persamaan (2.4), diperoleh:
9
𝑎
ln = ln 𝑎 − ln 𝑏
𝑏
ln 𝑊 = ln 𝑁! − ln ∏ 𝑁𝑖 !

ln 𝑊 = ln 𝑁! − ln(𝑁1 ! 𝑁2 ! 𝑁3 ! … 𝑁𝑖 !)
ln 𝑊 = ln 𝑁! − (ln 𝑁1 ! + ln 𝑁2 ! + ln 𝑁3 ! + ⋯ +ln 𝑁𝑖 !)

ln 𝑊 = ln 𝑁! − ∑ ln 𝑁𝑖 ! (2.5)

Bentuk persamaan (2.3) dan (2.4) dalam persamaan (2.5), dengan persamaan Starling
persamaan (2.3) menjadi:

ln 𝑊 = ln 𝑁! − ∑ ln 𝑁𝑖 !

ln 𝑊 = (𝑁 ln 𝑁 − 𝑁) − ∑(𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 − 𝑁𝑖 )

ln 𝑊 = (𝑁 ln 𝑁 − ∑ 𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 ) − (𝑁 − ∑ 𝑁𝑖 )

Jika diketahui ∑ 𝑁𝑖 = 𝑁, maka diperoleh:

ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − ∑(𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 ) (2.6)

Sekarang seiring dengan perubahan waktu dan titik fase di dalam sel dari ruang fase berubah,
jumlah 𝑁𝑖 akan berubah. Jika sistem dalam keadaan peluang termodinamika maksimum (𝑊𝑜 )
variasi pertama 𝑊𝑜 muncul dari variasi 𝑁𝑖 . Dalam hal variasi 𝑁𝑖 adalah nol. Selanjutnya akan
menggunakan simbul 𝛿 untuk menyatakan perubahan kecil yang muncul dari gerak kontinu
titik fase di dalam ruang fase. Jika peluang termodinamika 𝑊𝑜 adalah maksimum, maka
logaritmenya juga maksimum, dengan demikian untuk peluang maksimum adalah:
𝛿 ln(𝑊𝑜 ) = 0

ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − ∑(𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 )

𝜕 ln 𝑊 = 𝜕 (𝑁 ln 𝑁 − ∑(𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 ))

∂ln 𝑊 = 𝜕𝑁 ln 𝑁 − 𝜕 ∑(𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 )

∂ln 𝑊 = 𝜕𝑁 ln 𝑁 − ∑(𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 + 𝑁𝑖 𝜕ln 𝑁𝑖 )

Jika diketahui 𝑁 merupakan konstanta, maka diperoleh:

∂ln 𝑊 = − ∑(𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 + 𝑁𝑖 𝜕ln 𝑁𝑖 )

𝜕 1
∂ln 𝑊 = − ∑ [𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 + 𝑁𝑖 𝜕𝑁𝑖 ( ∫ 𝑑𝑁𝑖 )]
𝜕𝑁𝑖 𝑁𝑖

10
1
∂ln 𝑊 = − ∑ [𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 + 𝑁𝑖 𝜕𝑁𝑖 ( )]
𝑁𝑖

∂ln 𝑊 = − [∑(𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 ) + 𝜕Σ𝑁𝑖 ]

∂ln 𝑊 = − ∑(𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 ) (2.7)

Persamaan (2.7) merupakan peluang termodinamika maksimum dengan menggunakan


pendekatan Stirling.

2.5 Fungsi Distribusi Statistik Maxwell-Boltzmann

Penentuan fungsi distribusi statistik Maxwell-Bolzman


• Peluang termodinamika
Persamaannya:

∑ ln 𝑁𝑖 𝜕𝑁𝑖 = 0

(2.8)
∑ 𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 = 0

• Jumlah partikel total

∑ 𝑁𝑖 = 𝑁

𝜕 ∑ 𝑁𝑖 = 𝜕𝑁 = 0
(2.9)
• Energi internal total

𝑈 = ∑ 𝑊𝑖 𝑁𝑖

𝜕𝑈 = 𝜕 ∑ 𝑊𝑖 𝑁𝑖

𝜕𝑈 = ∑ 𝑊𝑖 𝜕𝑁𝑖 = 0 (2.10)
(9)
Dikombinasikan pengali Lagrange tak tentu.
Jika persamaan (2.9) dikalikan (− ln 𝛼), persamaan (2.10) dikalikan dengan 𝛽, dan
dijumlahkan dengan persamaan (2.8), maka diperoleh:

∑(− ln 𝛼 𝜕𝑁𝑖 ) = 0

∑ 𝛽 𝑊𝑖 𝜕𝑁𝑖 = 0

∑ 𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 = 0

11
+
(9)
∑(𝜕𝑁𝑖 )(− ln 𝛼 + 𝛽𝑊𝑖 + ln 𝑁𝑖 ) = 0

(ln 𝑁𝑖 − ln 𝛼 + 𝛽𝑊𝑖 ) = 0
𝑁𝑖
ln + 𝛽𝑊𝑖 = 0
𝛼
𝑁𝑖
ln = −𝛽𝑊𝑖
𝛼
𝑁𝑖
= 𝑒 −𝛽𝑊𝑖
𝛼
𝑁𝑖 = 𝛼𝑒 −𝛽𝑊𝑖 (2.11)
(9)

2.6 Fungsi Partisi

Sesuai dengan persamaan (2.11) yaitu persamaan Maxwell-Boltzmann, sebagai


perbandingan dengan hasil teori statistik yang akan dikembangkan selanjutnya, didefinisikan
kuantitas 𝐴 sebagai 𝐴 ≡ 1/𝛼, sehingga dapat dituliskan:
1
𝑁𝑖 = (2.12)
𝐴𝑒 𝛽𝑊𝑖
Nilai konstanta 𝛼 diperoleh dari hubungan:

𝑁 = ∑ 𝑁𝑖 = 𝛼 ∑ 𝑒 −𝛽𝑊𝑖 (2.13)
(9)
Kuantitas ∑ 𝑒 −𝛽𝑊𝑖 memegang peranan penting di dalam teori statistik. Kuantitas itu disebut
fungsi partisi atau jumlah keadaan dan dinyatakan dengan 𝑍 (bahasa Jerman, Zustandssumme).

𝑍 = ∑ 𝑒 −𝛽𝑊𝑖 (2.14)
(9)

Berdasarkan persamaan (2.14), persamaan (2.13) dapat ditulis menjadi:


𝑁 = 𝛼𝑍
atau
𝑁
𝛼=
𝑍
Jumlah partikel di dalam sel ke-𝑖, di dalam keadaan peluang termodinamika maksimum
dinyatakan dengan:
𝑁 −𝛽𝑊
𝑁𝑖 = 𝑒 𝑖 (2.15)
𝑍 (9)
Persamaan (2.14) menyatakan jumlah titik fase 𝑁𝑖 di dalam sel ke-𝑖 di dalam ruang fase untuk
makrostate dengan peluang maksimum. Dari sudut pandang termodinamika, keadaan seimbang
untuk sistem tertutup memiliki entropi maksimum. Jika sistem tidak seimbang maka akan

12
terjadi perubahan dalam sistem sampai entropi maksimum tercapai. Jadi, di dalam keadaan
seimbang baik entropi dan peluang termodinamika mempunyai harga maksimum, yang mana
akan dapat digunakan sebagai dasar memprediksi korelasinya. Diasumsikan bahwa entropi
sebanding dengan logaritma probabilitas termodinamika. Dengan demikian dapat dituliskan
𝑆 = 𝑘 ln 𝑊 (2.16)
(9)
dengan 𝑘 adalah konstanta Boltzmann.
Dari sudut pandang Mekanika Statistik dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan entropi
di dalam sistem tertutup adalah sebagai konsekuensi kecenderungan alamiah sebuah sistem
dari keadaan kurang mungkin menjadi lebih mungkin.
Konsep peluang lebih sering digunakan di dalam istilah lain seperti ketidakteraturan
sistem. Semakin besar ketidakteraturan, maka semakin besar peluang termodinamika dan
semakin besar entropinya. Derajat keteraturan terbesar dari titik fase gas di dalam ruang fase
tercapai jika semua berada di dalam sebuah sel, yakni jika semuanya di dalam volume yang
sangat kecil di dalam ruang biasa dan semua bergerak dengan kecepatan sama. Peluang
termodinamika 𝑊 mempunyai nilai minimum satu dan entropi 𝑘 ln 𝑊 adalah nol. Lebih
banyak partikel yang terpancar keluar di dalam ruang biasa, dan lebih besar kecepatan yang
terpancar dalam ruang kecepatan, maka lebih besar ketidakteraturan dan lebih besar entropinya.
Dengan meninjau sebuah contoh, misalkan sebuah bejana dibagi menjadi dua bagian
sama yang dipisahkan dengan sebuah partisi. Kedua bagian bejana tadi diisi dengan jumlah
molekul yang sama dari gas yang berbeda. Sistem mempunyai derajat keteraturan tertentu
untuk semua molekul pada masing-masing sisi dari partisi. Jika partisi sekarang dihilangkan,
gas menyebar secara difusi ke sisi yang lain, dan akhirnya ke dua molekul-molekul terdistribusi
secara uniform ke seluruh ruang volume. Dari awal, keteraturan tak muncul dan sistem tidak
teratur, atau ketidakteraturan telah meningkat. Demikian pula entropinya bertambah, karena
volume ditempati oleh masing-masing gas yang telah rangkap (pada temperatur konstan, jika
gas adalah ideal).
Dalam ekspansi adiabatik reversibel dari gas, volume bertambah tetapi temperatur
berkurang. Entropi yang tersisa adalah konstan, dengan demikian ketidakteraturan juga tetap.
Peningkatan ketidakteraturan sebagai akibat penambahan volume dikonpensasi dengan
penurunan ketidakteraturan akibat dari pemancaran kecepatan yang lebih kecil pada suhu yang
lebih rendah.
Menurut hukum termodinamika, proses ini hanya dapat terjadi di dalam sistem tertutup
untuk entropi yang membesar atau di dalam limit yang tersisa konstan. Setiap proses dalam

13
mana entropi akan berkurang merupakan sesuatu yang dilarang. Terlihat bahwa penjelasan
statistik menginterpretasikan entropi merupakan pernyataan dogmatis yang harus dimodifikasi.
Misalkan sebuah sistem dalam keadaan peluang termodinamika maksimum atau entropi
maksimum. Keadaan ini bukanlah statis karena perubahan kontinu titik fase di dalam ruang
fase. Kadang-kadang sebuah keadaan akan menghasilkan peluang dan juga entropi kurang dari
harga maksimum. Perubahan kecil lebih mungkin daripada perubahan besar, namun perubahan
besar tersebut tidak mungkin. Selanjutnya akan dibahas permasalahan lebih detail di dalam
topik fluktuasi.
Berdasarkan persamaan (2.6) dan persamaan (2.15), persamaan (2.16) dapat diubah
menjadi

ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − ∑ 𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖

𝑁
ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − ∑ 𝑁𝑖 ln ( 𝑒 −𝛽𝑊𝑖 )
𝑍

𝑁
ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − ∑ 𝑁𝑖 ln ( )
𝑍𝑒 𝛽𝑊𝑖

ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − ∑ 𝑁𝑖 (ln 𝑁 − ln 𝑍 − ln 𝑒 𝛽𝑊𝑖 )

ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − ∑ 𝑁𝑖 (ln 𝑁 − ln 𝑍 − 𝛽𝑊𝑖 )

ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 + ∑ 𝑁𝑖 (− ln 𝑁 + ln 𝑍 + 𝛽𝑊𝑖 )

ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − ln 𝑁 ∑ 𝑁𝑖 + ln 𝑍 ∑ 𝑁𝑖 + 𝛽 ∑ 𝑁𝑖 𝑊𝑖

Jika diketahui bahwa ∑ 𝑁𝑖 = 𝑁 dan ∑ 𝑁𝑖 𝑊𝑖 = 𝑈 yaitu energi internal, maka:

ln 𝑊 = 𝑁 ln 𝑁 − 𝑁 ln 𝑁 + 𝑁 ln 𝑍 + 𝛽𝑈

Dengan demikian persamaan (2.16) dapat ditulis menjadi:

𝑆 = 𝑘 ln 𝑊
𝑆 = 𝑁𝑘 ln 𝑍 + 𝑘𝛽𝑈 (2.17)
Berdasarkan uraian di atas, konsep temperatur tidak muncul di dalam pengembangan teori
statistik. Hal itu sekarang dapat dikemukakan sebagai berikut.
Berdasarkan prinsip termodinamika dari hubungan

atau
14
𝜕𝑈 𝜕𝑆 1
( ) =𝑇 ( ) = (2.18)
𝜕𝑆 𝑉 𝜕𝑈 𝑉 𝑇
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.17) ke persamaan (2.18) diperoleh hasil
𝜕𝑆 𝜕
( ) = ( (𝑁𝑘 ln 𝑍 + 𝑘𝛽𝑈))
𝜕𝑈 𝑉 𝜕𝑈
𝑉

𝜕𝑆 𝜕 𝜕
( ) = ( 𝑁𝑘 ln 𝑍 + 𝑘𝛽𝑈)
𝜕𝑈 𝑉 𝜕𝑈 𝜕𝑈 𝑉

𝜕𝑆 𝜕 𝑁𝑘𝑍 𝜕 𝑁𝑘𝑍
( ) =( ln 𝑍 + 𝛽𝑈)
𝜕𝑈 𝑉 𝜕𝑈 𝑍 𝜕𝑈 𝑁𝑍 𝑉

𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝜕 𝜕 𝑍
( ) = ( 𝑍 ln 𝑍 + 𝛽𝑈)
𝜕𝑈 𝑉 𝑍 𝜕𝑈 𝜕𝑈 𝑁 𝑉

𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝜕𝑍 𝜕 ln 𝑍 1 𝜕
( ) = ( ln 𝑍 + 𝑍 + ( 𝑍𝛽𝑈))
𝜕𝑈 𝑉 𝑍 𝜕𝑈 𝜕𝑈 𝑁 𝜕𝑈
𝑉

𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝜕𝑍 𝜕 ln 𝑍 1 𝜕𝑍 𝜕𝛽 𝜕𝑈
( ) = ( ln 𝑍 + 𝑍 + ( 𝛽𝑈 + 𝑍 𝑈 + 𝑍𝛽 ))
𝜕𝑈 𝑉 𝑍 𝜕𝑈 𝜕𝑈 𝑁 𝜕𝑈 𝜕𝑈 𝜕𝑈
𝑉

𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝜕𝑍 𝜕 ln 𝑍 𝑘 𝜕𝑍 𝜕𝛽
( ) = ( ln 𝑍 + 𝑍 ) + ( 𝛽𝑈 + 𝑍 𝑈 + 𝑍𝛽)
𝜕𝑈 𝑉 𝑍 𝜕𝑈 𝜕𝑈 𝑍 𝜕𝑈 𝜕𝑈
𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝜕𝑍 𝜕 ln 𝑍 𝑘𝛽𝑈 𝜕𝑍 𝜕𝛽
( ) = ( ln 𝑍 + 𝑍 ) + + 𝑘𝑈 + 𝑘𝛽
𝜕𝑈 𝑉 𝑍 𝜕𝑈 𝜕𝑈 𝑍 𝜕𝑈 𝜕𝑈
𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝜕𝑍 𝜕𝛽 𝜕𝛽
( ) = ( ) ( ) + 𝑘𝛽 + 𝑘𝑈 (2.19)
𝜕𝑈 𝑉 𝑍 𝜕𝛽 𝑉 𝜕𝑈 𝜕𝑈
Jika mengingat kembali persamaan (2.14), yaitu

𝑍 = ∑ 𝑒 −𝛽𝑊𝑖

maka dapat dihitung


𝜕𝑍 𝜕
( ) = ∑ 𝑒 −𝛽𝑊𝑖
𝜕𝛽 𝑉 𝜕𝛽
𝜕𝑍
( ) = (−𝑊𝑖 ) ∑ 𝑒 −𝛽𝑊𝑖
𝜕𝛽 𝑉
𝜕𝑍
( ) = 𝑍(−𝑊𝑖 ) (2.20)
𝜕𝛽 𝑉
Sedangkan apabila mengingat persamaan (2.10), yaitu

𝑈 = ∑ 𝑊𝑖 𝑁𝑖

Maka dapat diperoleh persamaan

15
𝑈 = ∑ 𝑁𝑖 𝑊𝑖

𝑈 = 𝑁𝑊𝑖
𝑈
𝑊𝑖 = (2.21)
𝑁
Dengan demikian persamaan (2.20) menjadi:
𝜕𝑍 𝑈 𝑍𝑈
( ) = 𝑍 (− ) = − (2.22)
𝜕𝛽 𝑉 𝑁 𝑁
Berdasarkan persamaan (2.22), persamaan (2.19) dapat ditulis menjadi:
𝜕𝑆 𝑁𝑘 𝑍𝑈 𝜕𝛽 𝜕𝛽
( ) = (− ) ( ) + 𝑘𝛽 + 𝑘𝑈
𝜕𝑈 𝑉 𝑍 𝑁 𝜕𝑈 𝜕𝑈
𝜕𝑆 𝜕𝛽 𝜕𝛽
( ) = −𝑘𝑈 + 𝑘𝛽 + 𝑘𝑈
𝜕𝑈 𝑉 𝜕𝑈 𝜕𝑈
𝜕𝑆 𝜕𝛽 𝜕𝛽
( ) = −𝑘𝑈 + 𝑘𝛽 + 𝑘𝑈
𝜕𝑈 𝑉 𝜕𝑈 𝜕𝑈
𝜕𝑆
( ) = 𝑘𝛽 (2.23)
𝜕𝑈 𝑉
Jika persamaan (2.23) dibandingkan dengan persamaan (2.18), maka diperoleh:
1
= 𝑘𝛽
𝑇
1
𝛽= (2.24)
𝑘𝑇
Melalui kuantitas 𝛽 dalam bentuk 𝑇, persamaan (2.15) yang menyatakan jumlah titik-titik di
dalam sel ke-𝑖 dalam bentuk 𝛽 otomatis juga dapat dinyatakan sebagai fungsi 𝑇, yaitu:
𝑁 −𝑊𝑖
𝑁𝑖 = 𝑒 𝑘𝑇
𝑍 (2.25)
Variabel 𝑍 menyatakan fungsi partisi yang dirumuskan dengan persamaan:
𝑊𝑖
𝑍 = ∑ 𝑒 − 𝑘𝑇

Dengan demikian energi internal 𝑈 dapat dirumuskan


𝑁 𝑊𝑖
𝑈 = ∑ 𝑊𝑖 ( 𝑒 −𝑘𝑇 )
𝑍
𝑁 𝑊𝑖
𝑈= ∑ 𝑊𝑖 𝑒 − 𝑘𝑇 (2.26)
𝑍
Persamaan (2.26) dapat diselesaikan dengan cara berikut
Turunan 𝑍 terhadap 𝑇 adalah

16
𝑑𝑍 𝑑 𝑊𝑖
= ∑ 𝑒 −𝑘𝑇
𝑑𝑇 𝑑𝑇
𝑑𝑍 1 𝑊
− 𝑖
= ∑ 𝑊𝑖 𝑒 𝑘𝑇
𝑑𝑇 𝑘𝑇 2
Dengan demikian

𝑁 𝑊 𝑑𝑍⁄
𝑈 = ∑ 𝑊𝑖 𝑒 − 𝑖
𝑘𝑇 ×( 𝑑𝑇)
𝑍 𝑑𝑍⁄𝑑𝑇

𝑁 𝑊𝑖
∑ 𝑊𝑖 𝑒 −𝑘𝑇 𝑑𝑍
𝑈= 𝑍 ×
𝑑𝑍 𝑑𝑇
𝑑𝑇
𝑁 𝑊𝑖
∑ 𝑊𝑖 𝑒 −𝑘𝑇 𝑑𝑍
𝑈= 𝑍 𝑊 ×
1
∑ 𝑊𝑖 𝑒 −𝑘𝑇 𝑑𝑇
𝑖

𝑘𝑇 2
𝑁𝑘𝑇 2 𝑑𝑍
𝑈=
𝑍 𝑑𝑇
𝑑𝑍 1
𝑈 = 𝑁𝑘𝑇 2 ( )
𝑍 𝑑𝑇
1 1 𝑑
Jika ∫ 𝑍 𝑑𝑍 = ln 𝑍, maka 𝑍 = 𝑑𝑍 ln 𝑍

𝑑 ln 𝑍
𝑈 = 𝑁𝑘𝑇 2 (2.27)
𝑑𝑇
Melalui menyubstitusikan persamaan (2.27) dan (2.24) ke persamaan (2.17), diperoleh
persamaan
1
𝑆 = 𝑁𝑘 ln 𝑍 + 𝑘 ( )𝑈
𝑘𝑇
𝑈
𝑆 = 𝑁𝑘 ln 𝑍 +
𝑇

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan, yaitu:
3.1.1 Ruang fase menyatakan tentang titik-titik representatif dalam tiga koordinat posisi
dan tiga koordinat kecepatan dari molekul, seperti posisi molekul yang
berlangsung dengan laju yang berhingga di dalam enam dimensi. Tiap-tiap
molekul gas mempunyai titik representatif dalam ruang fase yang disebut titik
fase. Jumlah titik fase per satuan volume atau kerapatan di dalam ruang fase
dinyatakan dengan 𝜌, dengan hubungan:
𝑁𝑖
𝜌= 𝑁𝑖 = 𝜌𝐻
𝐻
3.1.2 Perbedaan antara keadaan mikro dan keadaan makro dapat diilustrasikan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Perbedaan keadaan makro dan keadaan mikro

Yang dimaksud dengan keadaan makro adalah jumlah molekul yang terdapat
dalam satu sel. Pada Gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut.

• Jumlah 3 adalah keadaan makro sel 1.


• Jumlah 2 adalah keadaan makro sel 2.
• Jumlah 1 adalah keadaan makro sel 3.
• Jumlah 2 adalah keadaan makro sel i.
Molekul 𝑎, 𝑒, 𝑝, 𝑏, 𝑐, 𝑓, ℎ, dan 𝑘 yang terdapat dalam sel disebut sebagai
keadaan mikro.
3.1.3 Peluang termodinamika adalah jumlah keadaan mikro yang berkaitan dengan
keadaan makro tertentu, dan keadaan makro dinyatakan dengan 𝑊. Secara umum
𝑊 adalah bilangan yang sangat besar.

18
3.1.4 Jumlah keadaan mikro yang berkaitan dengan keadaan makro tertentu, atau
peluang termodinamika dari keadaan makro (𝑊), untuk kasus gas dimana jumlah
𝑁 dan semua 𝑁𝑖 adalah sangat besar. Faktorial untuk jumlah bilangan yang besar
dapat dilakukan dengan pendekatan Stirling. Secara pendekatan untuk 𝑥 yang
besar, diperoleh :
𝑥

ln(𝑥!) = ∫ ln(𝑥 ) 𝑑𝑥 = 𝑥 ln 𝑥 − 𝑥 + 1
0

Persamaan ini dikenal dengan Pendekatan Stirling.


3.1.5 Penentuan fungsi distribusi statistik Maxwell-Bolzman
• Peluang termodinamika

∑ 𝜕𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖 = 0

• Jumlah partikel total

𝜕 ∑ 𝑁𝑖 = 𝜕𝑁 = 0

• Energi internal total

𝜕𝑈 = ∑ 𝑊𝑖 𝜕𝑁𝑖 = 0

Dikombinasikan pengali Lagrange tak tentu.


𝑁𝑖 = 𝛼𝑒 −𝛽𝑊𝑖
3.1.6 Kuantitas ∑ 𝑒 −𝛽𝑊𝑖 memegang peranan penting di dalam teori statistik. Kuantitas
itu disebut fungsi partisi atau jumlah keadaan dan dinyatakan dengan 𝑍.

𝑍 = ∑ 𝑒 −𝛽𝑊𝑖

Variabel 𝑍 menyatakan fungsi partisi yang dirumuskan dengan persamaan


𝑊𝑖
𝑍 = ∑ 𝑒 − 𝑘𝑇

3.2 Saran
Untuk lebih memahami materi mekanika statistik, khususnya pada ruang fase, keadaan
mikro, keadaan makro, peluang termodinamika, fungsi distribusi statistik Maxwell-
Boltzmann, fungsi partisi disarankan lebih banyak membaca buku mengenai materi
mekanika statistik. Hal ini berguna untuk menguatkan konsep dasar mengenai Fisika
Statistik. Selain itu juga diperlukan kemampuan lebih di dalam perhitungan matematika,
sehingga disarankan kembali untuk mengingat kembali materi-materi yang didapatkan

19
di matakuliah Kalkulus dan Fisika Matematika. Dengan demikian diharapkan
pemahaman mengenai mekanika statistik, khususnya pada ruang fase, keadaan mikro,
keadaan makro, peluang termodinamika, fungsi distribusi statistik Maxwell-Boltzmann,
fungsi partisi lebih kuat lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ngurah, A. A. G. 2005. Fisika Statistik II. Bahan Perkuliahan. IKIP N Singaraja. Tidak
diterbitkan.

Sujanem, R. 2004. Fisika Statistik Bagian 2. Buku Ajar. IKIP N Singaraja. Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai