Makalah Etika Kel.3
Makalah Etika Kel.3
Tingkat 1 (B)
Oleh:
Kelompok 3
Anggota :
Dosen Pembimbing :
2019
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………….........………………………..................ii
BAB I : PENDAHULUAN
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………..……….12
3.2. Saran………………………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada
pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran
perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk
memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada
jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu
yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral
sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu
bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan
konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam
praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial
dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart
perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu
menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan
keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat
memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001).
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan
didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan
semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam
dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilemma etik
4
sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik
serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh
karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya bisa
dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik
atau institusi yang lain.
Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit dipecahkan
bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis.
Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang yang lain menjadi
sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika tak
satupun keputusan memenuhi semua kriteria. Berhadapan dengan dilema etis
bertambah pelik dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan
takut saat proses pengambilan keputusan rasional. Pada pasien dengan kasus-kasus
terminal sering ditemui dilema etik, misalnya kematian batang otak, penyakit terminal
misalnya gagal ginjal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu dilema etik?
2. Bagaimana prinsip moral dalam menyelesaikan masalah dilema etik?
3. Bagaimankah langkah-langkah penyelesaian dilema etik?
4. Bagaimana cara pemecahan masalah etik menurut para ahli?
5. Apa saja enam pendekatan dalam mengahadapi dilema etik?
6. Apa saja hal yang berikaitan dengan masalah dilema etik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu dilema etik
2. Untuk menegetahui prinsip moral menyelesaikan masalah dilema etik
3. Untuk menegetahui bagaimana cara pemecahan masalah etik
4. Untuk mengetahui langkah penyekesaian dilema etik
5. Untuk mengetahui cara pendekatan menghadapi dilema etik
6. Untuk mengetahui hal apa saja yang berkaitan dg dilema etik
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah
menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu
adalah kepentingannya. (Curtin, 2002).
Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan
otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat
kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah Sakit, ekonomi, tersedianya
informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995).
Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang
berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan.
2. Benefisiensi.
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi
konflik dengan otonomi.
3. Keadilan (justice).
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang
relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka
menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula,
sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat
baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK.
4. Non malefisien.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik dan
psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien.
7
5. Veracity (kejujuran).
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
dan mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya salama menjalani perawatan.
Kebenaran adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
6. Fidelity.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasiaan (confidentiality).
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien
harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak
ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin
kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien
dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
8. Akuntabilitas (accountability).
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung
jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang
lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
8
C. Langkah-langkah Penyelesaian Dilema Etik
Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :
a) Pengkajian.
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat
langsung dalam dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan
menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data
dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu:
1. Apa yang menjadi fakta medik?
2. Apa yang menjadi fakta psikososial?
3. Apa yang menjadi keinginan klien?
4. Apa nilai yang menjadi konflik?
b) Perencanaan.
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and
Thomson (1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun
terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :
1. Tentukan tujuan dari treatment.
2. Identifikasi pembuat keputusan.
3. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi atau pilihan.
c) Implementasi.
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil
keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan
yang dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi
terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama
implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena dilema
etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih atau
berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat
menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil keputusan. Perawat
harus ingat “Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien”.
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua)
alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan
tak mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus
menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak tercapai karena semua pihak tak
dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak
9
dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien atau keluarga
mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam situasi lain
permintaan klien dapat dihormati.
d) Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang
ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan
treatment medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang
situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara.
10
i) Mengidentifikasi kewajiban perawat.
j) Membuat keputusan.
III. Model Murphy dan Murphy.
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan.
b. Mengidentifikasi masalah etik.
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
d. Mengidentifikasi peran perawat.
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan.
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap
alternatif keputusan.
g. Memberi keputusan.
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien.
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat
keputusan berikutnya.
IV. Langkah-Langkah Menurut Purtilo Dan Cassel (1981).
a) Mengumpulkan data yang relevan.
b) Mengidentifikasi dilema.
c) Memutuskan apa yang harus dilakukan.
d) Melengkapi tindakan.
V. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981).
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan
yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi.
c. Mengidentifikasi Issue etik.
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional.
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.
11
E. Enam Pendekatan Dalam Mengahadapi Dilema Etik
tersebut, yaitu:
dilema.
atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang
melakukannya, (2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan
perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk
dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah
yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan
keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga
12
nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan
pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat,
keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan
keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien
berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai
dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali
peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai
perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang
melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada
masyarakat.
peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan
13
saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara
lain.
keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai
bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak
jelas penyelesaiannya.
merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat
ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak
apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”. Dengan
bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena
kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi
didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat
berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila
14
Contoh Kasus
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber
umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir
angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai
hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan dokter merencanakan
klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada
tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan
operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak cemas dan binggung dengan rencana
operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu
perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan
jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.
Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya, yaitu:
“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya
anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya bisa
diundur dulu suster”
Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,
“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”
“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”
“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.”
Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi
dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi.
Penyelesaian Kasus
Kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini didefinisikan
sebagai suatu masalah yang melibatkn dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi
tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif
tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada kasus dilema etik ini sukar untuk
menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang
15
dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. D, dapat diambil
salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang dikemukan oleh
Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi
sebanyaknya, berkaitan dengan:
i. Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah/kandungan,
Rohaniawan dan perawat.
ii. Tindakan yang diusulkan yaitu:
Akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.D. tetapi pasien
mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggorogoti tubuhnya,
walaupun sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena pasien masih meginginkan
keturunan.
iii. Maksud dari tindakan yaitu: dengan memberikan pendidikan, konselor, advocasi
diharapkan pasien mau menjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat
terhadap masalah yang saat ini dihadapi. Dengan tujuan agar Agar kanker rahim yang
dialami Ny.D dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.
iv. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:
-Bila operasi dilaksanakan:
a. Biaya: biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya.
b. Psikologis: pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi berjalan
baik dan lancar, namun klien juga dihadapkan pada kondisi stress akan kelanjutan
hidupnya bila ternyata operasi itu gagal. Selain itu konsekuensi yang harus
dituanggung oleh klien dan suaminya bahwa ia tidak mungkin lagi bisa memiliki
keturunan.
16
Psikologis: klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian, terjadi kecemasan dan
rasa sedih dalam hatinya dan hidup dalam masa masa sulit dingan penyakitnya.
Fisik: timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan sesudah senggama,
keluar keputihan atau cairan encer dari vagina.
a) Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut, perawat dihadapkan
pada konflik tidak menghormati otonomi klien.
b) Apabila tindakan operasi dilaukan perawat dihadapkan pada konflik tidak melaksanakan
kode etik profesi dan prinsip moral.
c) Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat kawatir akan kondisi Ny.D
akan semakin parah dan stress, putus asa akan keinginannya untuk mempunyai anak
d) Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan prinsip-prinsip
professional perawat
a. Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah dioperasi.
b. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila tidak
dilakukan tindakan operasi
c. Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai
anak lagi, kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainnya.
17
e. Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan mendapat
penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan kelurga untuk
dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan operasi dan
dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan.
f. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan
yang tepat.
g. Kasus pasien tersebut merupakan masalah yang kompleks dan rumit, membuat
keputusan dilkukan operasi atau tida, tidak dapat diputuskan pihak tertentu saja, tetapi
harus diputuskan bersama-sama yang meliputi:
h. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk.
j. Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi, fisiologi,
psikologi dan peraturan/hukum).
l. Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang diusulkan.
Dalam kasus Ny.D. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau tidaknya untuk
dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktor-faktor dari pasien, dokter
akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang rinci dan memberikan alternatif
pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan oleh Ny.D dan keluarga. Sedangkan perawat
primer seharusnya bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat
membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat
memutuskan hal terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang
dilakukan.
Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan rencana operasi
dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah mendiskusikan dan memberikan
informasi yang lengkap dan valid tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak
dilakukan operasi yang jelas pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap
sehingga hak autonomi pasien dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik
18
pasien, keluarga, perawat primer, kepala ruangan dan dokter bedahnya.
Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu membuat daftar
kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
3. membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan tanggung jawab
keluarga tentang kesehatan dirinya.
Membuat keputusan.
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi dilema
etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau
paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan
tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan
etik dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum
membuat keputusan dilema etik, perlu mengali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya
siapa semua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau
kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang
dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga
tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara lengkap dan
rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan
operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam
pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.D. Tetapi harus juga diingat dengan
19
memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung
jawabkan sesuai kondisi Ny.D sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas
dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus
disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi
pasien dan keluarga.
7. Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan keluarganya serta
pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang perawat, keputusan yang terbaik adalah
dilakukan operasi berhasil atau tidaknya adalah kehendak yang maha kuasa sebagai
manusia hanya bisa berdoa dan berusaha.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak
bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat
diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu
B. Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
21
DAFTAR PUSTAKA
Andrew C. Varga, The Main Issues in Bioethics, New York 1984, hal. 268.
Bertens, K, Eutanasia: Perdebatan Yang Berkepanjangan, Kompas, 28 September 2000.
Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas ; teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hegner, barbara. 2003. Nursing assistant : A Nursing Process Approach, 6/e. Jakarta: EGC
Priharjo, Robert. 2008. Pengantar Etika Keperawatan.
Rismalinda. 2011. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan.Jakarta : Trans Info Media
Sudarma, momon. 2008. sosiologi untuk kesehatan. Jakarta : salemba medika
22