Disusun oleh:
Kelompok A1-1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
I. JUDUL
Injeksi Na 134 mEq, Ca 4 mEq, K 2 mEq, Mg 5 mEq, Laktat 11 mEq
II. PENDAHULUAN
Infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan
sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena
dalam volume relatif banyak. Pemberian obat secara intravena menghasilkan kerja obat
yang cepat dibandingkan dengan cara-cara pemberian lain. Jumlah optimum obat di dalam
darah dapat dicapai dengan kesegeraan yang tidak mungkin didapat dengan cara-cara lain.
Pada keadaan darurat, pemberian obat melalui intravena menjadi cara yang mampu
menyelamatkan hidup karena penempatan obat langsung ke sirkulasi darah sehingga efek
obat dapat cepat terjadi. Sebaliknya, sekali obat diberikan secara intravena, maka obat
tersebut tidak dapat ditarik lagi, ini merupakan kelemahan pemberian obat melalui
intravena (Ansel, 2008).
Infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen
dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah. Disuntikkan langsung kedalam vena
dengan volume yang relative banyak. (Farmakope Indonesia edisi IV hal. 12)
Ringer Injection, USP, adalah larutan steril natrium klorida, kalium, klorida dan
kalsium klorida dalam air untuk obat suntik. Ketiga zat tersebut kadarnya sama dengan
kadar zat-zat tersebut dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai pembawa
untuk obat lain atau digunakan secara tunggal sebagai penambah elektrolit dan penambah
cairan. Lactated Ringer’s Injection, USP, mengandung zat-zat yang sama dengan larutan
Ringer tetapi dengan konsentrasi berbeda dan mengandung natrium laktat. Obat suntik ini
adalah penambah cairan dan elekrolit serta pengalkalis sistemik. ( Ansel. 2005. 408 )
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang
peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus dengan
elektrolit lain. Kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler
dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel. Kalsium
berperan penting dalam regulator pada penyimpanan dan pelepasan hormon dan
neurotransmiter. Magnesium juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai
koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein. Laktat berfungsi untuk terapi asidosis
yaitu kelebihan asam dalam darah di mana akan mengakibatkan nekrosis jaringan.
(Farmakologi dan Terapi edisi V Hal. 789)
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Elektrolit yang
penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. (Farmakologi dan
Terapi edisi V Hal 789)
Sediaan infus dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti
pada keadaan gawat; dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama
dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral;
penyerapan dan absorpsi dapat diatur. Sedangkan kerugian dari sediaan infus antara lain:
dapat menyebabkan terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan jarum pada dinding
vena; pemakaian sediaan lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien; obat yang telah
diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi; lebih mahal daripada bentuk sediaan
non sterilnya karena lebih ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen,
jernih, praktis bebas partikel). (Ansel 2005 hal. 401)
Cara sterilisasi yang digunakan pada sediaan injeksi Ringer Laktat adalah sterilisasi
akhir (autoklaf/sterlilasi uap-lembab panas) (Martindale 28 hal. 641).
Autoklaf adalah suatu bejana yang dapat ditutup, yang diisi dengan uap panas dengan
tekanan tinggi. Suhu didalamnya dapat mencapai 1150C hingga 1250C dan tekanan uapnya
mencapai 2 - 4 atm. Alat tersebut merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi
dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta tekanan yang ditentukan
selama periode waktu yang dikehendaki. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi
tergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Kondisi yang
baik digunakan untuk sterilisasi adalah pada 15 Psi dan temperatur 1210C selama 15 menit.
Agar penggunaan autoklaf efektif, uap air harus dapat menembus setiap alat yang
disterilkan. oleh karena itu, autoklaf tidak boleh terlalu penuh, agar uap air benar-benar
menembus semua area. Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf menggunakan panas dan
tekanan dari uap air. Biasanya untuk mensterilkan media menggunakan temperatur 1210C
dengan tekanan 2 bar selama 15 menit. Alasan mengapa digunakan temperatur 1210C
karena pada saat itu menunjukkan tekanan 2 bar yang akan membantu membunuh
mikroorganisme dalam suatu benda (Ansel 2005 hal. 411-412)
III. DATA PREFORMULASI
A. Zat Aktif
Cara Cara
Nama Zat Sifat Fisiko-Kimia Dosis/Khasiat
sterilisasi penggunaan
Natrium Pemerian : Hablur Autoklaf atau Dosis : Injeksi intravena
Klorida bentuk kubus, tidak filtrasi 135-145 mEq/L
(NaCl) berwarna atau (Martindale 28 (Steril Dosage
serbuk hablur 635) Form halaman
putih; rasa asin. 251)
(Farmakope Ekuivalensi :
Indonesia V. 917 ) 1 g NaCl~17,1 mEq
Kelarutan : Na+ (Martindale 36
Mudah larut dalam hal. 1686)
air (Farmakope E=1(Sprowls hal
Indonesia V. 917) 189)
pH :4.5 – 7 dalam Khasiat:
injeksi (Drug Bahan pengisotonis
Information 2003 dan asupan ion
hal 2499 ) natrium (Drug
OTT : larutan Information 2003
natrium klorida hal 2498)
korosif terhadap
besi dan bereaksi
membentuk
pengendapan
dengan perak,
timbal, dan garam
merkuri. Pengawet
metil paraben
menurunkan
kelarutan sodium
klorida.
( Handbook of
Pharmaceutical
Excipient 6. 639 )
Stabilitas : larutan
natrium klorida
stabil namun dapat
menimbulkan
pemisahan pada
partikel kaca dari
jenis wadah kaca
tertentu.
( Handbook of
Pharmaceutical
Excipient 6. 639 )
Natrium Pemerian : massa Autoklaf atau Dosis : Injeksi intravena
Laktat kristal lembab tidak penyaringan(M 8,9 mEq Na+
(C3H5NaO3 berwarna atau artindale 28. (Martindale 28
) sedikit kuning atau 641 ) halaman 640-
cairan higroskopis; 641)
tidak berbau, atau 26-29 mEq/L
dengan sedikit bau, (Drug
sedikit Information 88
mengandung halaman 1406)
garam, rasa hangat. Ekuivalensi :
(Martindale 28. 1 g Na Laktat ~ 8,9
640 ) mEq Laktat-
Kelarutan: larut (Martindale 36 hal.
dalam air 1673)
(Martindale 28. E = 0,55
640 ) (Sprowlshal 189)
pH:7(Handbook of Khasiat :
Pharmaceutical Mencegah dan
Ecipient 6. 650 ) mengobati pasien
6-7.3 dalam injeksi yang mengalami
(Drug Information metabolic asidosis
88 hal 1390 ) ringan hingga
sedang. (Drug
OTT: dengan Information 2003
novobiocin sodium, hal 2474)
oksitetrasiklin
hidroklorida,
sodium bikarbonat,
sodium
kalsiumedetat, dan
sulfadiazin sodium.
(Martindale 28.
640 )
Stabilitas: natrium
laktat harus
disimpan dalam
wadah tertutup
rapat di tempat
sejuk dan kering.
Natrium laktat
terdekomposisi
dalam pemanasan.
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipient 6. 640 )
Kalium Pemerian : Hablur Autoklaf atau Dosis : Injeksi intravena
Klorida bentuk memanjang filtrasi 3,5 - 5,0 mEq/L
(KCl) prisma atau kubus, (Martindale 28 (Steril Dosage
atau serbuk granul halaman 629) Form halaman
putih; tidak berbau; 252)
tidak berwarna; Ekuivalensi :
rasa asin; stabil 1 g KCl~13,4 mEq
diudara; larutan K+ (Martindale 36
bereaksi netral hal. 1684)
terhadap lakmus.
E =0,76 (Sprowls
(Farmakope
hal 189)
Indonesia V. 594)
Khasiat:
Kelarutan :Mudah Mencegah dan
larut dalam air mengobati
(Farmakope defisiensi kalium
Indonesia V. 594) (Drug Information
pH: 4 – 8 dalam 88 hal 630)
injeksi (Martindale
28 hal 630)
OTT :
inkompatibel
dengan timbal,dan
garam merkuri.
(Martindale 28
halaman 629.
Stabilitas : Kalium
klorida stabil dan
harus disimpan
pada wadah
tertutup rapat,
ditempat sejuk dan
kering.
( Handbook of
Pharmaceutical
Excipient 6. 572 )
pH: Dosis:
4,5-7 25 mmol dalam 500
(Martindale 28 mL
hal. 625) (Martindale28 hal
626)
Stabilitas:
Stabil
(Martindale 36
hal 1679)
OTT:
Ketika dipanaskan
suhu 100 º akan
kehilangan 2
molekul air melalui
kristalisasi dan
suhu 110º
kehilangan
hydrogen klorida
sehingga kembali
menjadi garam
dasar
(Martindale 28
hal 626)
Wadah dan
penyimpanan :
Dalam wadah
tertutup rapat
(Martindale 36 hal
1679)
B. Zat Tambahan
Cara Konsentrasi Cara
Nama Zat Sifat Fisiko-Kimia
sterilisasi berkhasiat Penggunaan
Aqua pro Pemerian : Cairan Autoklaf Sampai 100% Injeksi
injeksi jernih tidak (Farmakope
berwarna; tidak Indonesia
berbau. ed V hal 64)
(Farmakope
Indonesia V. 64 )
Kelarutan:
Dapat bercampur
dengan semua
pelarut polar
pH : 5.0 – 7.0
(Farmakope
Indonesia V hal 64)
OTT :dengan zat
yang dapat
terhidrolisi
Stabilitas :stabil
secara kimia pada
semua bentuk fisik
(padat cair dan gas)
C. TEKNOLOGI FARMASI
Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) ke dalam tubuh untuk tujuan
terapetik atau diagnostik. Injeksi dapat dilakukan langsung ke dalam aliran darah, ke dalam
jaringan dan organ. Infus termasuk injeksi yang digunakan sejumlah besar misalnya 1 atau
beberapa liter. (Voight hal 461)
Keuntungan sediaan parenteral antara lain memberikan kerja obat yang cepat oleh
karena bahan obat disampaikan langsung ke dalam aliran darah, menghindari inaktivasi
atau reabsorpsi di dalam lambung, cocok untuk zat aktif yang dapat mengiritasi lambung
serta dapat diberikan pada pasien yang tidak sadarkan diri. Adapun kerugian sediaan
parenteral meliputi pada pemakaiannya hanya boleh dilakukan oleh dokter atau suster
rumah sakit dan dari segi ekonomis bentuk sediaan ini jauh lebih mahal dibanding bentuk
sediaan lainnya. (Voight hal 461)
Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara parenteral
hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi :
1. Sesuai kandungan bahan yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan,
tidak terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia
dan sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril
tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antara bahan obat dan material dengan
dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. Untuk itu beberapa faktor yang paling menentukan
adalah: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis, tidak
netral,isotonis,isohidri,bebas bahan melayang. (Voight 459-463)
Untuk mewadahi larutan infus disarankan penggunaan botol penyimpanan darah
(botol-Bluko), yang dilengkapi dengan sebuah pipa kecil ventilasi sehingga
memungkinkan cairan mengalir keluar. Diperdagangan botol tersebut tersedia dalam
berbagai ukuran: 120 ml, 300 ml, dan 500 ml dan merupakan botol yang dapat ditusuk.
Pada pengisian dengan cairan, volume yang ditempati cairan di dalam botol kira-kira 80 %
dari kandungan ruangannya agar peristiwa letusan wadah pada saat sterilisasi akibat
munculnya tekanan di bagian dalam tidak perlu dikhawatirkan. (Voight hal 466)
Tutup karet atau tutup lempeng kecil bahan sintetis yang digunakan untuk menutupi
botol infus tidak boleh melepaskan bahan padat, pewarna serta komponen toksis atau
pirogen kedalam larutan.Penggunaan tutup yang berulangkali tidak diijinkan. (Voight hal
466)
Metode sterilisasi akhir yangdigunakan metode sterilisasi uap dengan mengunakan
alat yaitu autoklaf (121oC, 15menit). Mekanisme membunuh mikrobanya adalah dengan
mendenaturasi protein penting untuk pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme juga
pelelehan membrane bakteri. Spora dalam bentuk vegetative bakteri dapat dimusnahkan
secara efektif dalam autoklaf yang menggunakan uap dibawah tekanan selama waktu
pemaparan 20 menit dengan tekanan sebesar 15 pon (121oC) atau selama 3 menit dengan
tekanan 27 pon (132oC). (Lachman, Leon III. 1268)
3. Farmakodinamik
a. Garam Kalsium
Menimbulkan gejala-gejala tetan, dan jika berat, dapat mengancam nyawa.
Pemberian yang cepat dari kalium intravena dapat menimbulkan rasa kesemutan
dan hangat, dan pengecapan seperti rasa logam. Kalsium perlu diberikan dengan
kecepatan yang sedang, dan harus dihindari terjadinya infiltrasi. Kalsium dapat
diberikan IV tanpa diencerkan dalam keadaan darurat. (Farmakologi dan
Terapi: 790)
b. Garam Natrium
Mengatur sirkulasi sistemik dengan infus intravena. Penyerapan komponen aktif
ialah sempurna (100 %) (Medsafe, 2014)
c. Garam Kalium
Menjaga Aktivitas neuromuskular: oleh karena itu, kadar kalium serum harus
dipantau ketat. Awal kalium oral adalah dalam 30 menit, dan untuk kalium
intravena segera. Lama kerja kalium tidak diketahui, tetapi bervariasi tergantung
daripada dosis yang dipakai. EKG juga perlu dipantau ketat jika diberikan dalam
dosis yang besar.(Farmakologi dan terapi: 790)
d. Natrium Laktat
Injeksi natrium laktat digunakan sebagai sumber bikarbonat dalam pencegahan
dan pengobatan ringan sampai sedang metabolit acidosis pada pasien yang
mengalami keterbatasan dalam penggunaan oral dan yang mengalami proses
oksidatif. Aktivitasnya tergantung pada konversi menjadi bikarbonat. Natrium
laktat akan teroksidasi dalam hati menjadi bikarbonat dan glikogen. Laktat secara
perlahan dimetabolisme menjadi CO2 dan air, menerima satu ion hidrogen dan
menghasilkan pembentukan bikarbonat membutuhkan waktu sekitar 1 – 2 jam.
(DrugInformation 2010 hal 2707)
4. Indikasi
a. Garam Kalium
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam
cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa
serta isotonis sel. (Drug Information 2010 hal.2724)
b. Garam Natrium
Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk
mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi
air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi (Drug Information 2010 hal.2729)
c. Garam Kalsium
Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses
penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah
konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. (Drug
Information 2010 Hal.2714)
d. Magnesium
Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler
sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein (Martindale 28 hal.
626)
e. Natrium Laktat
Natrium Laktat penyumbang ion natrium, untuk terapi asidosis yaitu kelebihan
asam dalam darah dimana akan mengakibatkan nekrosis jaringan (Drug
Information 2010 hal.2707)
5. Kontraindikasi
a. Garam Kalium
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar kalium darah seperti ACE inhibitor,
siklosporin, kerusakan ginjal yang berat, kadar plasma kalium diatas 5 mmol/L,
alergi terhadap obat, dehidrasi akut, kadar serum kalium dalam darah tinggi dan
obat yang mengandung kalium (garam kalium dari penisilin). (Drug Information
2010 hal.2726)
b. Garam Natrium
Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi
ginjal. (Drug Information 2010 hal.2730)
c. Garam Kalsium
Perhatian serius pada ketidakseimbangan fungsi renal (Martindale 28 hal.620)
d. Magnesium
Blokade jantung, kerusakan ginjal yang serius, kerusakan miokardial, hepatic
adisons disease. (Farmakologi dan terapi: 790)
e. Natrium laktat
hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat. (Drug
Information 2010 hal.2707)
6. Efek samping
a. Garam Kalium
Infus yang cepat toksik untuk jantung (Martindale 28 Hal. 629)
b. Garam Natrium
Efek samping yang sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus,
menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam, hipertensi, takikardi,
gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan kematian (Martindale 28 hal.
640)
c. Garam Kalsium
Mual, muntah, vasodilatasi perifer, berkeringat, hipotensi, hiperkalsemia,
konstipasi
(Martindale 28 hal.62)
d. Magnesium
Depresi, merasa lelah atau mudah marah, kram otot, diare parah atau berkelanjutan
e. Natrium laktat(Martindale 28 Hal.626)
Asidosis laktat, khususnya pada pasien yang sakit berat dengan perfusi jaringan
yang kurang baik atau gangguan fungsi hati (IONI 2008 hal 663)
7. Interaksi Obat
a. Garam Kalium
Meningkatkan resiko hiperkalsemia dengan obat-obatan penghambat ACE,
siklosporin, diuretika hemat kalium (DOI 11 hal 900)
b. Garam Natrium
Interaksi dengan makanan dan alkohol dapat meningkatkan resiko efek
samping serius (Drug Informatin 2010 hal. 2730)
c. Garam kalsium
Pemberian intravena garam kalsium dosis besar dapat menimbulkan aritmia
jika diberi bersamaan dengan glikosida jantung (Drug Information 2010 Hal.
2718)
IV. FORMULASI
A. FORMULA RUJUKAN
1. Farmakope Indonesia Edisi V hal 1105
Tiap 100 ml mengandung
NaCl 285-315 mg
KCl 27-33 mg
CaCl2. 2H2O 18 – 22mg
Na Laktat 290-330 mg
Aqua PI ad 100 mL
V. FORMULA JADI
Na+ 134 mEq/L
K+ 2 mEq/L
Ca2+ 4 mEq/L
Mg2+ 5mEq/L
Laktat 11mEq/L
Aqua PI ad 500 mL
Bahan
1. NaCl 5. H2O2
2. CaCl2 6. Karbo Adsorben
3. KCl 7. Aqua Pro Injeksi
4. MgCl
B. Cara Sterilisasi
No Alat Cara Sterilisasi Literatur
1. Beaker glass, Oven suhu 150oC, 1 jam Farmakope
corong glass, botol Indonesia V hal
infus, Erlenmeyer, 1663
pipet tetes
2. Gelas ukur, kertas Autoklaf suhu 121oC, 15 Farmakope
saring menit Indonesia V hal
1662
3. Batang pengaduk, Direndam alkohol selama 30 Farmakope
spatula, pinset, kaca menit Indonesia III hal
arloji, penjepit besi 18
4. Karet pipet, karet Rebus dalam air mendidih Farmakope
tutup botol selama 30 menit Indonesia III hal
18
5 Aqua pro injeksi Dididihkan selama 30 menit Farmakope
lalu di otoklaf selama 15 Indonesia V hal
menit 1359
Perhitugan Isotonis
V = ∑ (W x E) x 111,1
Keterangan:
∑ = jumlah
W = berat (gram)
E = ekivalen NaCl
111,1 =volume yang diperlukan untuk melarutkan 1 NaCl sehingga diperoleh
larutan isotonis 0,9%
1001,4833 mL
% isotonisitas = 𝑋 0,9 % = 0,9013% (Isotonis)
1000 𝑚𝐿
Infus isotonis (0,9%) memiliki flow rate 2 mL/ menit (sterile Dosage forms
halaman 204) 40 tetes/ menit
0,9 %
Laju penetesan = 0,9013 % x 40 tetes = 39,94 tetes / menit = 40 tetes/menit
Penimbangan
Dibuat sediaan infus sebanyak 2 botol @ 500 mL
Volume total = (v x n) + (10% (v x n))
= (500 x 2) + (10% (500 x 2))
= (1000) + (100) = 1100 mL
Penimbangan bahan; ditambah 5% untuk diserap karbon adsorben
1100 1100
1. NaCl = (1000 x 7,8363) + 5 % (1000 x 7,8363) = 9,0509 gram
1100 1100
2. KCl = ( 1000 x 0,1492) + 5 % ( 1000 x 0,1492) = 0,1723 gram
1100 1100
3. CaCl2 = ( 1000 x 0,2941) + 5 % ( 1000 x 0,2941) = 0,3397 gram
1100 1100
4. MgCl = ( 1000 x 0,5102) + 5 % ( 1000 x 0,5102) = 0,5893 gram
1100 1100
4. Na Laktat = (1000 x 1,2360) + 5 % ( 1000 x 1,2360) = 1,4276 gram
X. EVALUASI
A. Uji evaluasi In Process Control (IPC)
1. Uji Kejernihan ( Lachman hal 1355 )
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap reflex dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih dengan
rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat:semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5
partikel ≥25 ųm/ml
2. Uji pH (Farmakope Indonesia V hal 1563 )
Cek pH larutan menggunakan pH meter atau pH indikator universal
Syarat : pH sediaan Ringer Laktat 6,0 - 7,5 (Martindale 28 hal.641)
3. Uji Keseragaman Volume (Farmakope Indonesia V hal 1570 )
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman
volume secara visual.
Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah
B. Uji evaluasi Quality Control (QC)
1. Uji Sterilitas ( Farmakope IndonesiaV hal 1359 )
Menggunakan teknik penyaringan membran :
Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi
yang sesuai, ambil isi secara aseptik.Pindahkan secara aseptik seluruh isi
tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring.
Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa
vakum/tekanan.Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang,
potong menjadi setengah bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan
membran atau setengah bagian membran ke dalam 100 ml media inkubasi
selama tidak kurang dari 7 hari.Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.
Syarat : steril dengan batas mikroba yang boleh ada pada sediaan kurang dari
10-6
2. Uji Kejernihan ( Lachman hal 1355 )
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap reflex dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih dengan
rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5
partikel ≥25 ųm/ml
3. Uji Keseragaman Volume ( Farmakope Indonesia edisi V hal 1570 )
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman
volume secara visual.
Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah
4. Uji Pirogenitas ( Farmakope Indonesia IV hal 908 )
Uji Biologik
Lakukan Pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan
dengan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari
keriutan yang menyebabkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama
waktu pengujian. Minum dibolehkan pada setiap saat, tetapi dibatasi pada saat
pengujian. Apabila pengujian menggunakan termistor, masukkan kelinci ke
dalam kotak penyekap sedemikian rupa hingga kelinci tertahan dengan letak
leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan bebas.Tidak leih dari 30
menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan "suhu awal" masing-masing
kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda suhu
tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh lebih dari 1° dan suhu awal
setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8°. Kecuali dinyatakan lain pada
masing-masing monografi, suntikkan 10 ml per kg bobot badan, melalui vena
tepi telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikkan dilakukan dalam waktu 10 menit.
Larutan uji merupakansediaan yang bila perlu dikonstitusi seperti yang tertera
pada etiket maupun bahan uji yang diperlakukan seperti yang tertera pada
masing-masing monografi dan disuntikkan dengan dosis seperti yang tertera.
Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji
hasil cucian atau bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung
dengan sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau tubuh pasien.Semua
larutan bebas dari kontaminasi.Hangatkan larutan pada suhu 37° ± 2° sebelum
penyuntikan. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke-1 dan jam k-3 setelah
penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
Syarat : bebas pirogen
5. Penetapan Kadar
Natrium Klorida (Farmakope Indonesia V hal 904)
Timbang seksama lebih kurang 250 mg, masukkan ke dalam wadah porselen,
tambahkan 140 ml air dan 1 ml diklofluoresin LP, campur.Titrasi dengan
perak nitrat 0,1N LV sampai perak klorida menggumpal dan campuran
berwarna merah muda lemah.
1 ml perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl
Kalium Klorida (Farmakope Indonesia V hal 584)
Timbang seksama lebih kurang 200 mg, larutkan dalam 10 ml air.Tambahkan
10 ml air. Tambahkan 10 ml asam asetat glasial P, 75 ml metanol P dan 3
tetes eosin Y LP. Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga terjadi warna
merah muda.
1 ml perak nitrat 0,1 N setara dengan 7,455 mg KCl
Kalsium klorida (Farmakope Indonesia V hal 593)
Timbang seksama lebih kurang 1 g, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml,
larutkan dalam campuran 100 ml air dan 5 ml asam klorida 3 N. Pindahkan
larutan ke dalam labu tentukur 250 ml, encerkan dengan air sampai
tanda.Pipet 50 ml larutan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan 100 ml air,
15 ml natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru hidroksi naftol LP.
Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV sampai titik akhir berwarna biru
tua.
1 ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 7,351 mg CaCl2.2H2O
Syarat : Tiap 100 mL mengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan tidak lebih
dari 315,0 mg natrium (sebagai NaCl dan C3H5NaO3), tidak kurang dari 14,1
mg dan tidak lebih dari 17,3 mg Kalium (K, setara dengan tidak kurang 27,0
mg dan tidak lebih dari 33,0 mg KCl), tidak kurang dari 4,90 mg dan tidak
lebih dari 6,00 mg kalsium (Ca, setara dengan tidak kurang dari 18,0 mg dari
368,0 mg dan tidak lebih dari 22,0 mg CaCl2.2H2O), tidak kurang dari 231,0
mg dan tidak lebih dari 261,0 mg laktat (C3H5O3, setara dengan tidak kurang
dari 290,0 mg dan tidak lebih dari 330,0 mg C3H5NaO3).