Disusun oleh:
Nama : 1. Tifany Shalia (2017210216)
2. Tarra Syabriena (2017210212)
3. Anggia Rossa Novita (2017210263)
4. Juwita Lestari Putri (2017210267)
5. Qiyar Larasyati (2017210271)
6. Nadia Putri Rachmawati (2017210269)
7. Siti Rubiyanti (2017210274)
8. Muhammad Wildan Habibie (2017210268)
Kelas : A2
Kelompok :2
Tanggal Praktikum : 30 Maret 2020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2020
I. PENDAHULUAN
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan
sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam
volume relatif banyak. Pemberian obat secara intravena menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan dengan cara-cara pemberian lain. Jumlah optimum obat di dalam darah dapat
dicapai dengan kesegeraan yang tidak mungkin didapat dengan cara-cara lain. Pada keadaan
darurat, pemberian obat melalui intravena menjadi cara yang mampu menyelamatkan hidup
karena penempatan obat langsung ke sirkulasi darah sehingga efek obat dapat cepat terjadi.
Sebaliknya, sekali obat diberikan secara intravena, maka obat tersebut tidak dapat ditarik
lagi, ini merupakan kelemahan pemberian obat melalui intravena (Ansel, 2008).
Infus Locke Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, Kalsium
klorida, dekstrosa dan natrium bikarbonat. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-
zat dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang
diperlukan tubuh dan menambah kalori dalam tubuh. (Ansel hal 408). Berbeda dengan infus
ringer yang berfungsi untuk menambah cairan elektrolit saja dan didalamnya tidak
mengandung nutrisi seperti dekstrosa. Juga tidak mengandung natrium bikarbonat dan
MgCl2. Infus Locke Ringer digunakan untuk diare akut.
Infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan
sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah. Disuntikkan langsung kedalam vena dengan
volume yang relatif banyak. (FI IV hal. 12)
Secara umum, keadaan–keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah
adanya pendarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah),
trauma abdomen berat, patah tulang khususnya di bagian panggul dan paha, serangan panas
(kehilangan cairan tubuh dan dehidrasi), diare dan demam, luka bakar luas, semua trauma
kepala, dada dan tulang punggung .
Infus Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-
elektrolit dan karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat. Digunakan norit, yaitu untuk
menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara sterilisasi yang digunakan adalah
dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas.
Sediaan Infus harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu:
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam
sediaan; terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara
kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril
tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. Untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak
menentukan adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) bebas bahan melayang
4. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.
5. Jernih, berarti tidak ada partikel padat.
6. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna.
7. Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh lain yakni
pH = 7,4.
8. Sedapat mungkin isotonis artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan
darah atau cairan tubuh yang lain. Tekanan osmosis cairan tubuh seperti darah, air
mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9 %.
9. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun nonpatogen, baik dalam bentuk
vegetativ maupun dalam bentuk tidak vegetativ (spora).
10. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.
Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida dimana mengandung
radikal yang ada unsur N, P. Selama radikal masih terikat, selama itu masih dapat
menimbulkan demam dan pirogen bersifat termostabil. (Anief. 1997).
Larutan obat dalam volume besar atau kecil dapat diberikan lewat intravena. Penggunaan
sebanyak 500 mL yang diberikan sebagai infus intravena biasa dilakukan di rumah sakit.
Larutan-larutan ini mengandung zat-zat sebagai nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam
amino, antibiotik dan obat yang umumnya diberikan lewat jarum yang dibiarkan divena atau
kateter dengan diteteskan terus-menurus. Tetesan atau kecepatan mengalir dapat diatur sesuai
kebuituhan pasien. Umumnya 2-3mL per menit.
Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan terbentuknya trombus akibat rangsang
tusukan jarum pada dinding vena. Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam
pembuluh darah bila gumpalan darah itu beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus.
Larutan LVP (sediaan parenteral volume besar) dikemas dalam dosis tunggal dalam
kemasan gelas atau plastik dengan ketentuan harus steril, non-pirogen, dan bebas dari
pertikel partikulat. Karena volume pemberian besar, tidak boleh ditambahkan zat
bakteriostatik (pengawet) karena dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian
zat/larutan bakteriostatik dalah jumlah besar. Larutan yang diberikan secara intravena harus
jernih dan mengandung zat yang dapat diasimilasi dan digunakan oleh sistem sirkulasi seperti
natrium klorida, asam amino, dextrose, elektrolit dan vitamin. (Agoes,2008).
Selain itu, wadah untuk infus termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai
cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu
atau kemurnian diluar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan,
pengangkatan, penyimpanan, penjualan dan penggunaan. Wadah yang terbuat dari bahan
yang dapat mempermudah pengamatan terhadap isi (Depkes RI, 1995).
Infus dextrose merupakan infus yang digunakan sebagai sumber kalori dan air, yang
diberikan kepada pasien pada keadaan dehidrasi. Konsentrasi dextrose 2,5%-11,5% diberikan
secara infus intravena untuk memenuhi kebutuhan kalori dan air pada saat dehidrasi. Infus ini
dapat dicampurkan dengan sediaan yang mengandung asam amino ataupun sedian lain yang
sesuai atau compatible, yang mana sediaan yang dicampur ini biasanya digunakan sebagai
nutrisi parenteral. Konsentrasi dextrose yang hipertonik atau yang kadarnya lebih dari 5%
digunakan dalam pemberian nutrisi atau kalori yang kuat. Sedangkan untuk dextrose dengan
konsentrasi 50% biasanya digunakan dalam terapi hipoglikemi pada pasien dewasa ataupun
anak yang tidak sadar, adapun mekanisme kompensasinya yaitu dengan cara penyimpanan
glukosa sebagai cadangan dalam darah.
II. PREFORMULASI
1. Zat aktif dan bahan pembantu
Farmakokinetik :
a. Garam kalsium
1. Absorbsi
Kalsium aktif diabsorbsi di dalam duodenum dan jejunum proksimal dan sampai
pada bagian distal dan usus halus.Derajat absorbsi tergantung pada beberapa
faktor:Kalsium tidak pernah terserap sempurna dalam usus.Absorbsi terjadi bila
kalsium dalam bentuk terionisasi.(Drug Information edisi 2010 hal. 2719)
2. Distribusi
Setelah absorbsi,pertama kali kalsium masuk ke dalam cairan ekstraseluler
memasuki jaringan rangka (Drug Information edisi 2010 hal. 2719)
3. Eliminasi
Kalsium diekskresikan di dalam feses dan kalsium yang tidak terabsorbsi
disekresi melalui empedu dan cairan pankreas ke dalam lumen dari saluran
gastrointestinal.Kebanyakan kalsium terfiltrasi oleh glomerulus ginjal dan
direabsorbsi di lengkung henle dan tubulus proksimal dan distal. (Drug
Information edisi 2010 hal. 2719)
b. Garam Kalium
1. Absorbsi
Diabsorbsi baik dari saluran gastrointestinal. Potassium dalam sediaan cair
absorbsinya agak terlambat mungkin karena waktu yang dibutuhkan untuk
disolusi obatnya. .(Drug Information edisi 2010 hal. 2727)
2. Distribusi
Potassium memasuki cairan ekstraselular dan kemudian menuju ke sel-sel dengan
cara transport aktif dimana konsentrasi potassium didalam sel 40x lebih besar
dibandingkan di luar sel. (Drug Information edisi 2010 hal. 2727).
3. Eliminasi
Dieliminasi oleh ginjal melalui proses filtrasi, reabsorbi dan ekskresi oleh tubuli
distal. Ekresi dipengaruhi oleh konsentrasi ion klorida, hidrogen, keseimbangan
asam-basa, dan hormone adrenal. Sebagian kecil dapat dieliminasi melalui kulit
dan saluran intestine. (Drug Information edisi 2010 hal. 2727)
c. Garam Natrium
Natrium Klorida diabsorbsi baik dari saluran cerna. Kelebihannya diekskresikan
melalui ginjal dan sebagian kecil dikeluarkan lewat feses dan keringat.
(Martindale edisi 36 hal 1686)
d. Magnesium
Magnesium diekskresi terutama melalui ginjal dan mengalami hambatan bila ada
gagal ginjal, tetapi hipermagnesemia (menyebabkan kelemahan otot dan aritmia)
jarang terjadi. (Farmakologi Terapi ed V hal 523)
e. Natrium Bikarbonat
Bikarbonat merupakan penetral asam lambung dengan memproduksi CO2.
Bikarbonat tidak terlibat dalam reaksi absorpsi dan dengan tidak adanya
kekurangan bikarbonat dalam plasma. Ion bikarbonat terekskresi oleh urin, yang
memberikan ph basa. (Martindale edisi 36 hal 1674)
Farmakodinamik
a. Garam Kalsium
Menimbulkan gejala-gejala tetan, dan jika berat, dapat mengancam nyawa. Pemberian
yang cepat dari kalium intravena dapat menimbulkan rasa kesemutan dan hangat, dan
pengecapan seperti rasa logam. Kalsium perlu diberikan dengan kecepatan yang
sedang, dan harus dihindari terjadinya infiltrasi. Kalsium dapat diberikan IV tanpa
diencerkan dalam keadaan darurat. (Farmakologi dan Terapi Edisi 5: 185)
b. Garam Natrium
Mengatur sirkulasi sistemik dengan infus intravena. Penyerapan komponen aktif ialah
sempurna (100 %). (Martindale edisi 36 hal 1686)
c. Garam Kalium
Menjaga Aktivitas neuromuskular: oleh karena itu, kadar kalium serum harus
dipantau ketat. Awal kalium oral adalah dalam 30 menit, dan untuk kalium intravena
segera. Lama kerja kalium tidak diketahui, tetapi bervariasi tergantung daripada dosis
yang dipakai. EKG juga perlu dipantau ketat jika diberikan dalam dosis yang besar.
(Farmakologi dan terapi: 181)
d. Natrium Bikarbobat
Bikarbonat digunakan dalam pencegahan dan pengobatan ringan sampai sedang
metabolit acidosis pada pasien yang mengalami keterbatasan dalam penggunaan oral
dan yang mengalami proses oksidatif. ( Drug Information 2010 hal 2707)
Indikasi :
Secara keseluruhan Infus Locke Ringer digunakan untuk mengembalikan keseimbangan
elektrolit pada dehidrasi, Mengganti cairan plasma isotonik yang hilang, Mengganti
cairan pada kondisi alkalosis hipokloremia, Mengganti cairan tubuh pada diabetes
ketoasidosis, Menjaga konsentrasi Na di plasma pada hipernatremia dengan deplesi
volume.
a. Garam Kalium
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam
cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta
isotonis sel. (Farmakologi dan Terapi edisi V hal. 181)
b. Garam Natrium
Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk
mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air
sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. (Drug Information 2010 hal 1686)
c. Garam Kalsium
Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses
penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah
konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. (Farmakologi dan
Terapi edisi V hal. 185)
d. Magnesium
Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai
koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein. (Farmakologi Terapi ed V hal
523)
e. Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion
bikarbonat. Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler
utama yang ada di tubuh, yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal
buffer ini menjaga ph plasma yaitu 7,37-7,42. (Drug Information 2010 hal. 2472-
2473).
Kontraindikasi :
Secara keseluruhan dapat menyebabkan inflamasi (bengkak , nyeri, demam ) dan infeksi
di lokasi pemasangan infus, daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal,karena lokasi
ini akan digunakan untuk pemasangan fistula, Arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemdialisis (cuci darah), Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena
kecil yang aliran darahnya lambat, (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
a. Garam Kalium
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar kalium darah seperti ACE inhibitor,
siklosporin, kerusakan ginjal yang berat, kadar plasma kalium diatas 5 mmol/L, alergi
terhadap obat, dehidrasi akut, kadar serum kalium dalam darah tinggi dan obat yang
mengandung kalium (garam kalium dari penisilin). (Farmakologi dan Terapi edisi
V hal. 181)
b. Garam Natrium
Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
(Medsafe, 2014)
c. Garam Kalsium
Perhatian serius pada ketidakseimbangan fungsi renal (Martindale 28 hal.620)
d. Magnesium
Blokade jantung, kerusakan ginjal yang serius, kerusakan miokardial, hepatic adisons
disease. (Farmakologi Terapi edisi V hal 523)
e. Natrium Bikarbonat
hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat. (Remington
Essentials of Pharmaceutics hal. 1341)
Efek Samping
Panas, iritasi, dan infeksi pada tempat penyuntikan trombosit atau flebitis vena yang
meluasdari tempat penyuntikan dan ekstravasasi (PIONAS)
Interaksi Obat
Larutan yang mengandung fosfat (Drug Information 2010 hal. 2472-2473).
4. Penyimpanan
Penyimpanan pada suhu 20 -25o C, terlindung dari sinar matahari (McEvoy, 2002).
Ion natrium (Na+) dalam infus berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati
hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi. Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang
terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan
asam-basa serta isotonis sel. Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi,
berperan dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion
kalsium di bawah konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Ion
Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai
koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein.
III.FORMULA
I. Rancangan Formulasi
1. Latar Belakang Penetapan Formula
a) Natrium merupakan kation mayor dalam cairan ekstraseluler. Fungsinya adalah
pengontrol distribusi air, cairan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik dari
cairan tubuh. NaCl digunakan karena larut dalam air dan digunakan sebagai natrium
yang hilang.NaCl dipilih untuk larutan fisiologis dengan dosis 0,9% karena memiliki
sifat yang sama dengan cairan tubuh atau darah.
b) Kalium merupakan kation utama dalam cairan intraseluler dan lebih penting dalam
mengatur keseimbangan asam basa, tonisitas dan elektrodinersitas. Untuk
menggantikan kalium yang hilang digunakan KCl yang lebih mudah larut dalam air.
c) Kalsium merupakan kation yang penting sebagai aktivator dan berbagai macam
reaksi enzimatis, dipakai dalam bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air.
d) Magnesium merupakan kation utama intraseluler, ia memainkan peranan vital pada
fungsi selular normal dan digunakan MgClyang mudah larut.
II. Formula
Formula rujukan
a. Locke Ringer LP Larutan Locke ringer (Farmakope Indonesia edisi V halaman
1722)
Natrium klorida P 9,0 gram
Kalium klorida P 0,42 gram
Kalsium klorida P 0,24 gram
Magnesium klorida P 0,2 gram
Natrium bikarbonat P 0,5 gram
Dekstrosa P 0,5 gram
Air yang baru di destilasi dari labu kaca keras hingga 1000 ml
b. Formula Infus Locke Ringer (Martindale 28 hal. 638)
Sodium chloride 900 mg
Pottasium chloride 42 mg
Anhydrous calcium chloride 24 mg
Anhydroys dextrose 100 mg
Sodium bikarbonate 50 mg
Water to 100
Formula Jadi (Farmakope Indonesia edisi V halaman 1722)
Natrium klorida 9,0 gram
Kalium klorida 0,42 gram
Kalsium klorida 0,24 gram
Magnesium klorida 0,20 gram
Natrium bikarbonat 0,50 gram
Dekstrosa 0,50 gram
Aqua p.i ad 1000 ml
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Otoklaf
2. Oven
3. Timbangan
4. Kompor
5. Beaker glass
6. Erlenmeyer
7. Gelas ukur
8. Corong
9. Spatula
10. Pinset
11. Kaca arloji
12. Penjepit besi
13. Batang pengaduk
14. Kertas saring
15. Botol infus
16. Pipet tetes
Bahan:
1. NaCl
2. KCL
3. CaCl2
4. MgCl2
5. NaHCO3
6. Dekstrosa
7. Carbo adsorben
8. H2O2
9. Aqua p.i
V. PEMBUATAN
1. Perhitungan Isotonis
Kesetaraan equivalen elektrolit (Martindale 28 hal. 640, Sprowls)
1 g NaCl ~ 17,1 mEq Na+ E1 = 1
1 g KCl ~ 13,4 mEq K+ E2 = 0,76
1 g CaCl2 ~ 13,6 mEq Ca2+ E3 = 0,51
1 g MgCl2 ~ 9.8 mEq Mg2+ E4 = 0,48
1 g NaHCO3 ~ 11.9 mEq Na2+ E5 = 0,65
Dexstrosa E6 = 0,16
Perhitungan mEq adalah sebagai berikut:
NaCL = 17,1 mEq/1 g x 9,0 g = 153,9 mEq/L
KCL = 13,4 mEq/1 g x 0,42 g = 5,628 mEq/L
CaCl2 = 13,6 mEq/ 1 g x 0,24 g = 3,264 mEq/L
MgCl2 = 9,8 mEq/ 1 g x 0,20 g = 1,96 mEq/L
NaHCO3 = 11,9 mEq/ 1 g x 0,50 g = 5,95 mEq/L
Na+ K+ Ca2+ Mg2+ ∑
-
Cl 153,9 mEq 5,628 mEq 3,264 mEq 1,96 mEq 164,752 mEq
HCO3- 5,95 mEq 5,95 mEq
∑ 159,85 mEq 5,628 mEq 3,264 mEq 1,96 mEq 170,702 mEq
V = {(W1 x E1) + (W2 x E2) + (W3 x E3) + (W4 x E4) + (W5 X E5) + (W6 X E6)} x
111,11 mL
= {(4.5 x 1) + (0.21 x 0,76) + (0,12 x 0.51)+ (0.1 x 0.48) + (0,25 x 0,65) +(0,25 x
0,16)} x 111,11 mL
= {4.5 + 0.1596 + 0.0612 + 0.048 + 0,1625 + 0,04)} x 111,11
= 4,9713 x 111,11 mL
V = 552,37mL
552,37 ml
% Tonisitas = × 0,9 %=0,9943 % (Hipertonis)
500 ml
0,9 %
Laju Tetes permenit = × 40 tetes=36,2064 tetes 36 tetes /menit
0,9943 %
Isotonis = Penimbangan untuk 2 botol infus @500mL
V = {(2 x 500mL) + 10% (2 x 500mL)}
= 1100 mL
2. Penimbangan Bahan
Penimbangan untuk 2 botol infus masing-masing 500 ml
V = {(2 x 500 ml) + (10%(2 x 500 ml)} = 1100 ml
NaCl = (9,0 g x 1100 ml / 1000 ml) = 9,9 g + (5% x 9,9 gram) = 10,395 gram
KCl = (0,42 g x 1100 ml / 1000ml) = 0,462 g + (5% x 0,462 gram)= 0,4851
gram
CaCl2 = (0,24 g x 1100 ml / 1000ml) = 0,264 g + (5% x 0,264 gram)= 0,2772
gram
MgCl2 = (0,20 g x 1100 ml / 1000ml)= 0,22 g + (5% x 0,22 gram) = 0,231 gram
NaHCO3 = (0,50 g x 1100 ml / 1000ml)= 0,55 g + (5% x 0,55 gram) = 0,5775 gram
Dekstrose = (0,50 g x 1100 ml / 1000ml)= 0,55 g + (5% x 0,55 gram) = 0,5775 gram
Carbo adsorben = 0,1% x 1100 ml = 1,1 gram
H2O2 = 0,1% x 1100 ml = 1,1 gram
Air pi ad 1100 ml
(Konsentrasi H2O2 ) 0,1%, Martindale edisi 28 halaman: 1232)
3. Penimbangan
Bahan Teoritis (g) Praktek (g)
NaCl 10,395
KCl 0,4851
CaCl2 0,2772
MgCl2 0,2310
NaHCO3 0,5775
Dekstrosa 0,5775
Carboadsorben 1,100
H202 1,100
Aqua p.i ad 1100 ml
4. Cara kerja
Prinsip: Sterilisasi akhir.
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b. Dibuat aqua proinjeksi. Air suling dipanaskan sampai mendidih, dibiarkan mendidih
sampai 30 menit ditambahkan H2O2, dipanaskan selama 15 menit, kemudian
dinginkan. (Farmakope Indonesia Edisi III hal 14)
c. Dikalibrasi botol infus sampai 500 ml
d. Dikalibrasi Erlenmeyer sampai 1100 ml
e. Disterilkan alat-alat yang akan digunakan
f. Ditimbang masing-masing bahan dan dilarutkan dengan aqua proinjeksi
g. Ditimbang NaCl dan dilarutkan dengan aqua proinjeksi q.s
h. Ditimbang KCL dan dilarutkan dengan aqua proinjeksi q.s
i. Ditimbang CaCl2 dilarutkan dengan aqua proinjeksi q.s
j. Ditimbang MgCl2 dan dilarutkan dengan aqua proinjeksi q.s
k. Ditimbang NaHCO3 dan dilarutkan dengan aqua proinjeksi q.s
l. Ditimbang dextrose dan dilarutkan dengan aqua proinjeksi q.s
m. Dicampur masing-masing bahan dan dihomogenkan
n. Dicek pH (7,35-7,45) sebelum di add kan kemudian ditambahkan aqua proinjeksi ad
1100 ml (Farmakope Indonesia edusi IV hal 1039 – 1040)
o. Ditambahkan carbo adsorben kemudian dipanaskan pada suhu 50 – 60° C selama 15
menit sambil diaduk.
p. Disaring dengan kertas saring steril 2 lapis sampai jernih (penyaring dilakukan 3x)
q. Dimasukkan ke botol infus sampai tanda, lalu ditutup rapat.
r. Disterilkan dalam otoklaf suhu 121˚C selama 15 menit.
s. Diberi etiket dan dikemas
t. Dilakukan uji evaluasi “in process control” uji kejernihan, uji pH, uji keseragaman
volume) dan Quality control (uji kejernihan, uji sterilitas, uji keseragaman volume, uji
ketetapan kadar, uji pirogenitas.
No
Alat dan Bahan yang digunakan Cara Sterilisasi
.
Dalam oven suhu 150°C, 1 jam
Beaker glass, Erlenmeyer, botol
VI. 1. (Farmakope Indonesia Edisi V th. 2014
infus, corong glass dan pipet tetes
E Hal 1620-1621)
Autoklaf 121ºC, 15 menit (Farmakope
2. Kertas saring, gelas ukur
Indonesia edisi III hal 18)
Direndam dalam etanol selama 30 menit
Batang pengaduk, spatula, pinset,
3. (Desinfection, Sterilization and
kaca arloji, penjepit besi,
Preservation halaman 233)
Pemanasan, radiasi dan sterilisasi gas,
4. Karet pipet tetes, karet tutup
(Sediaan Farmasi Steril (SFI-4) hal 144)
Dengan Autoklaf atau filtrasi (Martindale
5. Aqua Pro Injeksi
edisi 28 hal. 621 )
Dengan autoklaf 121oc 15 menit
6. Sediaan Infus Locke Ringer
(Martindale ed.28 th 1986, hal 301)
VALUASI
A. In Process Control
1. Uji kejernihan (Farmakope Indonesia Edisi V Hal 1521)
Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter dalam
15 – 25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral. Bandingkan
larutan uji dengan larutan suspensi padanan yang dibuat segar, setinggi 40 mm.
Bandingkan kedua larutan di bawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah pembuatan
suspensi padanan dengan tegak lurus ke arah bawah tabung menggunakan latar
belakang hitam. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan I
dapat dibedakan dari air dan suspensi padanan II dapat dibedakan dari suspensi
padanan I.
Syarat: Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang
digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan, atau jika opalesan
tidak lebih dari suspensi padanan.
2. Uji pH (Farmakope Indonesia Edisi V Hal 1563)
Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang
sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga
pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka, elektroda kaca,
dan elektroda pembanding yang sesuai. Skala pH ditetapkan dengan persamaan
sebagai berikut:
(E−Es)
pH = pHs +
k
Syarat: Dapat dikatakan memenuhi syarat apabila uji pH sediaan infus masuk
pada rentang pH yakni 7,35 – 7,45. Jika pH sediaan infus diatas 7 maka dapat
menimbulkan terjadinya nekrosis dan hemolisa. Bila pH dibawah 3, jaringan akan
mengalami iritasi.
3. Uji keseragaman volume (Farmakope Indonesia edisi V hal 1570)
Pilih salah satu wadah atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah
atau lebih bila volume 3 ml atau kurang. Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat
ditentukan dengan membuka wadah, memindahkan isi secara langsung ke dalam
gelas ukur atau gelas piala yang telah ditara.
Syarat: Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bil diuji satu
per satu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume
wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.
B. Quality Control
1. Uji Kejernihan (Farmakope Indonesia Edisi V Hal 1521)
Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter dalam
15 – 25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral. Bandingkan
larutan uji dengan larutan suspensi padanan yang dibuat segar, setinggi 40 mm.
Bandingkan kedua larutan di bawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah pembuatan
suspensi padanan dengan tegak lurus ke arah bawah tabung menggunakan latar
belakang hitam. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan I
dapat dibedakan dari air dan suspensi padanan II dapat dibedakan dari suspensi
padanan I.
Syarat: Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang
digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan, atau jika opalesan
tidak lebih dari suspensi padanan.
2. Uji Sterilitas (Farmakope Indonesia Edisi V Hal 1359)
Menggunakan teknik penyaringan membran:
a. Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi yang
sesuai, ambil isi secara aseptik.
b. Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap
penyaring dari 2 rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui
penyaring dengan bantuan pompa vakum/tekanan.
c. Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong menjadi setengah
bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan membran atausetengah bagian
membran ke dalam 100 ml media inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari.
d. Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.
Syarat: Tidak terjadi pertumbuhan mikroba selama 14 hari. Jika dapat
dipertimbangkan tidak absah maka dapat dilakukan uji ulang dengan jumlah bahan
yang sama dengan uji aslinya.
VII. PENGEMASAN
Terlampir