Dokumen - Tips - Laporan Kasus Silvia Fam
Dokumen - Tips - Laporan Kasus Silvia Fam
Fibroadenoma Mammae
Oleh :
Silvia Aslami
2010730100
Pembimbing:
dr. Usman Wahid, Sp. B.
KATA PENGANTAR
1
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang
Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga
banyak menemui berbagai macam hambatan dan kesulitan karena masih terbatasnya ilmu
pengetahuan yang saya miliki, namun berkat adanya bimbingan, bantuan serta pengarahan dari
berbagai pihak maka, saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu
dengan terselesaikannya penyusunan laporan kasus ini saya mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan kasus ini kepada yang terhormat, Dokter Usman Wahid, Sp.B selaku
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna menyempurnakan laporan dan semoga
laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.
Wassalamu’alakum Wr Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL............................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I LAPORAN KASUS .................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................28
BAB I
3
LAPORAN KASUS
.1 Identifikasi
Nama : Ny.RW
Umur : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Ciaul, RT 5/RW 1, Mekarjaya, kabandungan, sukabumi
MRS : 27 April 2015
Pekerjaan : Karyawan Swasta
No. Reg/MR : 3998xx
.2 Autoanamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan di payudara sebelah kanan
4
Pernafasan : 22 x/menit
Nadi : 82 x/menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,4 ºC
Status Lokalis
5
Regio Mamma Sinistra
Inspeksi : tidak tampak benjolan, tidak tampak ulkus, tidak ada retraksi
puting, tidak ada gambaran Peau d’orange, tidak ada skin dimpling.
Palpasi : tidak teraba massa.
6
Palpasi : tidak teraba massa
Regio Abdomen
Inspeksi : datar, lemas
Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar, nyeri tekan (-).
1.5 Diagnosis
Fibroadenoma Mammae Dekstra
7
I.6 Penatalaksanaan
Pro Excisi FAM Dekstra
I.7 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Bab II
FIBROADENOMA MAMAE
8
I. PENDAHULUAN
Gambar 1. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak tiga bulan yang lalu.
Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama. Pembesaran yang cepat pada payudara
kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan tumor dengan
curved incision.(3)
9
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui
karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat
kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat
jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas.
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar
remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5%
terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma
terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam
(15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma
dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause,
tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda. (7,8,9)
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap
tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
10
lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta
wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum
ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit
menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya
pada wanita. (7)
II. EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap
tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta
wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum
ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit
menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya
pada wanita. (7)
11
III. ANATOMI
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat
memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior.
Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang
berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan
beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel – tuberkel Montgomery
adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.(8)
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas beberapa
lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus, stroma (jaringan
fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m.
pektoralis dan tulang iga.(9)
12
Gambar 2. Anatomi Payudara. Potongan Sagital. (9)
Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus
perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna dan ramus perforata arteri
intercostalis 3 – 7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri torakalis
lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena
dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial
terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena
13
superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang senama, dan secara
terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena
hemiazigos.(10)
2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak
melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m.
pektoralis mayor.
3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding toraks
berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh darah
subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.
IV. FISIOLOGI
14
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. (5)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke – 8
haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,
pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
haid mulai, semuanya berkurang. (5)
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru. (5)
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus
ke puting susu.(5)
V. ETIOLOGI
VI. PATOFISIOLOGI.
15
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia
dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu
proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui,
diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi
sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap
tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai
diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4)
VII. DIAGNOSIS
16
berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya
fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(3,5)
18
potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur
ireguler mirip – bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).(2, 11)
VII.2.a. MAMMOGRAFI
19
yang sama dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada
fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi.
Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang
diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada
fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau
berlobus – lobus. Pada wanita postmenopause, komponen fibroglandular
dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran
kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)
Gambar 6. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk bulat dan berbatas tegas. (13)
Gambar 7. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang yang kasar dan
membentuk gambaran Pop-corn Appearence (dikutip dari kepustakaan 14)
20
Gambaran 8. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi Pop Corn Appearence (11)
21
Gambar 9. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada sebagian
lobus merupakan khas dari fibroadenoma (4)
22
Gambar 10. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari pemeriksaan
USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-contras,
memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma.
(15)
1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan
berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3 – 4 cm,
tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan
payudara membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia, namun kebanyakan
ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis (mammografi) dari tumor ini
berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas.(2,5,13)
23
Gambar 11. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas tanpa kalsifikasi
(14)
Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang
masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya
penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik
pada tumor tersebut.(16)
24
Gambar 12. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar , berlobulasi
dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang menandakan adanya proses
degeneresi kistik. (16)
2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus
dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran
mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini
dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun
seluruhnya.(11)
Gambar 13. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan
densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara. (13)
Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval,
mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik
posterior.(16)
25
Gambar 14. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi an-echoic
dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior. (16)
3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%
tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi
cairan serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter
beberapa milimeter atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya,
ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter, sehingga pada
mamografi, terlihat gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus
retro-areolar. .(2,5,11)
26
Gambar 15. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan kalsifikasi
yang menyebar tanpa gambaran massa (14)
Gambar 16. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus laktiferus.
(14)
27
IX. PENATALAKSANAAN.
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya
memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk
fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas
areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang
besar dan berada di daerah lateral payudara.
28
Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis
subkutan. Flap kulit diangkat ke atas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting
dilakukan undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor. Rawat
perdarahan lalu identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengan
kocher, lalu dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawat perdarahan lagi,
orientasi seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan lubang di kuadran
lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin dikeluarkan di garis insisi).
Jahit subkutan fat dengan plain cat gut 3.0. Jahit kulit dengan prolene 4.0. Luka
operasi ditutup dengan kasa betadine. Dilakukan dressing luka operasi dengan teknik
suspensi payudara (BH buatan) tanpa mengganggu gerakan sendi bahu. (3)
X. PROGNOSIS.
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang
tinggi untuk menderita kanker payudara. Bagian yang tidak diangkat harus diperiksa
secara teratur.(6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J.
Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://ajcp.ascpjournals.org/.
2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar
Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal. 793 – 794.
3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://caonline.amcancersoc.org/.
4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :
http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.
29
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 – 393.
6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.
7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M., Wolff C.,
Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in Jamaica : Findings of
the Jamaican Breast Disease Study. 2000 – 2002. Available from : http://lib.bioinfo.pl/ .
8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam : Anderson,
Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal. 1301 –
1302.
9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for Diagnostic
Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308 – 310.
10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2008. Hal. 366 – 369.
11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and Gynaecology;
Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David. Grainger & Allison’s
Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical Imaging. Third Edition. Churchill
Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003 – 2011.
12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging.
Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993, Hal. 1364 – 1366.
13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis. Fifth Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392 – 1395.
14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet Company. Thailand.
2002. Hal. 33 – 177.
15. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from : http://www.gehealthcare.com/.
16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
1992. Hal 16 – 19.
30