Cbr-Etika-Bisnis - ITR
Cbr-Etika-Bisnis - ITR
Disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah etika bisnis dan
tanggung jawab sosial korporasi
Dosen Pengampu :
Sulaiman Lubis,SE,MM
Disusun Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIMED
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas critical book report
tentang “ pengantar etika bisnis”.
Makalah ini berusaha saya susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi,
saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari segala
pihak untuk meningkatkan mutu penulisan di makalah selanjutnya.
Semoga isi didalam makalah “pengantar etika bisnis“ dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan pembaca pada umumya. Amin.
Penyusun
i
Kata pengantar......................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang...............................................................................1
1.2 tujuan makalah.............................................................................1
1.3 manfaat makalah..........................................................................1
BAB II IDENTITAS BUKU
a.buku pertama......................................................................................2
b.buku kedua.........................................................................................3
c.buku ketiga.........................................................................................4
BAB III RINGKASAN BUKU
a.buku pertama......................................................................................5
1. Bisnis & Etika dalam Dunia Modern................................................5
2. Sekilas teori etika..............................................................................7
3. Ekonomi & Keadilan .......................................................................8
4. Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral.....................9
5.keuntungan sebagai Tujuan Perusahaan..........................................10
6. kewajiban karyawan dan persahaan................................................11
7. Masalah etis seputar konsumen......................................................12
8. Periklanan dan etika........................................................................14
9. Tanggung jawab sosial perusahaan................................................16
10. Bisnis, lingkungan hidup, dan etika.............................................17
11. etika dalam bisnis internasional...................................................18
12. peranan etika dalam bisnis...........................................................20
b.buku kedua.......................................................................................20
1. Etika dan bisnis...............................................................................20
2. Prinsip – prinsip etis dalam bisnis..................................................21
3. Sistem Bisnis..................................................................................22
4. Etika Dipasar..................................................................................23
5. Etika dan lingkungan......................................................................24
6. Etika produksi dan pemaaran konsumen........................................25
7. Etika diskriminasi pekerjaan...........................................................26
c.buku ketiga.......................................................................................27
1.etika dan bisnis...............................................................................................27
2.prinsip etis dalam berbisnis............................................................................30
3.etika perusahan sebagai pelaku bisnis terhadap stakeholder..........................32
4.etiak dan lingkungan......................................................................................35
5.etika produksi dan pemasaran.........................................................................38
6.etika dan pekerja..............................................................................................40
7.etiak bisnis berbagai perspektif.......................................................................41
8.budaya dan etika..............................................................................................44
9.tanggung jawab sosial perusahan....................................................................46
10.penerapan etika bisnis pada perusahan.........................................................48
11.problema etika di sindonesia ...............................................................50
BAB IV PEMBANDING
a.buku pertama....................................................................................53
b.buku kedua.......................................................................................53
c.buku ketiga.......................................................................................53
BAB V PENUTUP
a.kesimpulan.......................................................................................54
b.saran.................................................................................................54
c.daftar pustaka...................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN
Etika bisnis adalah kode etik yang diterapkan dalam perusahaan untuk
melakukan kegiatan bisnisnya. Etika bisnis ini sangat penting diterapkan dalam
perusahaan agar perusahaan memiliki pondasi yang kuat dan menciptakan value
yang tinggi.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis
itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik,
juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
moral.
B. Tujuan Makalah
Critical Book Report ini bertujuan :
1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang
diberikan oleh setiap bab dari sebuah buku.
4. Membandingkan isi buku
C. Manfaat Makalah
1. Dapat mengetahui informasi yang ada dalam buku
2. Dapat berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari sebuah buku.
3. Dapat mengulas isi sebuah buku
BAB II
IDENTITAS BUKU
A.BUKU PERTAMA
BAB 1
Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern
BAB II
Sekilas Teori Etika
Etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada wilayah pelaku
manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. Secara konkret etika sering
terfokuskan pada perbuatan. Bisa dikatakan juga bahwa teori etika membantu kita untuk
menilai keputusan etis.
Akan tetapi, setiap penguraian macam ini terbentur pada kesulitan bahwa kenyataanya
pada teori etika. Di sini akan dibahas secara singkat beberapa teori yang dewasa ini paling
penting dalam pemikiran moral,khususnya dalam etika bisnis.
1. Utilitarisme
“Utilitarisme” berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori
ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dapat dipahami pula
utilarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam menilai baik
buruknya suatu perbuatan. Kita dapat menyimpulkan bahwa utilitarisme aturan membatasi
diri dari pada justifikasi aturan-aturan moral. Dengan demikian mereka memang dapat
menghindari kesulitan dari utilitarisme perbuatan.
2. Deontologi
Istilah Deontologi (deontology) ini berasal dari kata Yunani deon yang berarti
kewajiban. Maka deontology melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan.
Utilitarisme mementingkan konsekuensi perbuatan, sedangkan deontology konsekuensi
perbuatan tidak berperan sama sekali.
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori dentiologi, karena berkaitan dengan
kewajiban.
4. Teori keutumaan
Apa yang dimaksud dengan keutamaan?keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut:
diposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku
baik secara moral. Ada banyak keutamaan dan semua keutamaan dan semua keutamaan untuk
setiap orang dan untuk setiap kegiatan. Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut: kejujuran, fairness, kepercayaan, dan keuletan.
Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus
dimiliki oleh pelaku bisnis. Orang yang mempunyai keutamaan kejujuran tidak akan
berbohong atau menipu dalam transaksi bisnis, bahkan kalau penipuan sebenarnya gampang.
Perlu diakui, tentang keutamaan kejujuran kadang-kadang ada kesulitan juga.
BAB III
EKONOMI DAN KEADILAN
1. Hakikat keadilan
Keadilan dapat diartikan sebagai to give everybody his own (memberikan kepada
setiap orang apa yang menjadi haknya).
Ciri khas keadilan:
a. Keadilan tertuju pada orang lain
b. Keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan
c. Keadilan menuntut persamaan(equality)
2. Pembagian keadilan
Pembagian keadilan menurut Thomas Aquinas (1225-1274) yang mendasarkan
pandangan filosofisnya atas pemikiran Aristoteles (384-322 SM) disebut juga pembagian
klasik,membedakan keadilan menjadi:
a. Keadilan Umum (general justice) : berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat
diwajibkan untuk memberi kepada masyarakat (negara) apa yang menjadi haknya.
b. Keadilan Distributif (distributive justice): berdasarkan keadilan ini negara (pemerintah)
harus membahi segalanya ddengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat.
c. Keadilan Komutatif (commutative justice) : berdasarkan keadilan ini setiap orang harus
memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya.
Pembagian keadilan yang dikemukakan oleh pengarang modern tentang etika bisnis,
khususnya John Boatright dan Manuel Velasquez dapat dibedakan menjadi:
a. Keadilan Distributif(distributive Justice)
b. Keadilan Retributif (retributive justice):berkaitan dengan terjadinya kesalahan
c. Keadilan Kompensatoris (compensatory justice) : berdasarkan keadilan ini orang
mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang
atau instansi yang dirugikan.Disamping pembagian tersebut, keadilan juga dapat
dibedakan menjadi keadilan sosial dan keadilan individu.
3. Keadilan distributif pada khususnya
Dalam teori etika modern, ada dua macam prinsip untuk keadilan distributif, yaitu :
prinsip formal dan prinsip material. Prinnsip formal yang dirumuskan dalam bahasa Inggris
berbunyi “equals ought to be treated equally and unequals may be treated unequals”. Yang
dapat diartikan bahwa kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama,
sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan dengan cara yg tidak sama.
Sedangkan prinsip material menunjukkan kepada salah satu aspek relevan yang bisa menjadi
dasar untuk membagi dengan adil hal-hal yang dicari oleh berbagai orang. Beauchamp dan
Bowie menyebut enam prinsip keadilan distributif terwujud apabila diberikan kepada setiap
oraang dengan syara:
a. Bagian yang sama
b. Sesuai dengan kebutuhan individualnya
c. Sesuai dengan haknya.
BAB IV
Liberalisme dan Sosialisme sebagai Perjuangan Moral
1. Tinjuan historis
1.1. John Locke dan milik pribadi
John Locke (1623-1704), seorang filsuf inggris yang banyak mendalami masalah-
masalah social politik, secara umum diakui sebagai orang yang pertama kali mendasarkan
teori liberalisme tentang milik. Menurut Locke, manusia mempunyai tiga “hak kodrat:
(natural right): “life, freedom, and property”. Yang penting adalaha hak atas milik karena
keidupan dan kebebasan kita miliki juga. Jadi, hak atas milik menyedia pola untuk
memahami kedua hak lain juga. Argumentasinya mempengaruhi secara mendalam pemikiran
tentang milik di kemudian hari.
1.2. Adam Smith dan pasar bebas
Tokoh lain yang pantas dibahas dalam rangka liberalism adalah orang Skotlandia,
Adam Smith (1723-1790). Adam Smith menjadi terkenal karena dengan gigih membela pasar
brbas di bidang ekonomi. Adam Smith tentu bukan filsuf pertama yang membedakan antara
kepentingan-diri dan egoisme, tapi ia melihat pentingnya khusus untuk relasi-relasi
ekonomis. Kepentingan diri merupakan motIvasi utama yang mendorong kita untuk
mengadakan kegiatan ekonomis.
1.3. Marxisme dan kritiknya atas milik pribadi
Yang dimaksud dengan marxisme adalah pemikiran Karl Marx (1818-1882) bersama
dengan teman seperjuangannya, Friedrich Engels (1820-1895). Marxisme adalah ajaran
social-ekonomis-politik yang sangat kompleks dan tidak mudah untuk disingkatkan tanpa
mengorbankan cukup banyak unsure yang sebenarnya hakiki juga. Bisa dikatakan juga
marxisme menolak pemilikan pribadi atas capital atau modal, sebab yang memiliki capital
dengan sendirinya memilki juga sarana-sarana produksi. Ciri kapitalisme yang jelek adalah
bahwa mereka memperkerjakan orang lain untuk memperkaya diri sendiri. Menurut
Marxisme, lembaga pribadi pada dasarnya merupakan penindasan atau eksploitasi kaum
pekerja.
Kuntungan termasuk definisi bisnis. Sebab, apa itu bisnis? Frngan cara sederhana
atapi cuup jelas, bisnis sering dilakukan sebagai “to provide product or sevices for profit”.
Tidak bisa dikatakan juga bahwa setiap kegiatan ekonomis menghasilkan keuntungan.
Keuntungan atau profit baru muncul dengan kegiatan ekonomi yang memakai sistem
keuntungan. Profit selalu berkaitan dengan kegiatan ekonomi, dimana kedua belah pihak
menggunakan uang.
Karena hubungan dengan uang itu, perolehan profit secara khusus berlangsung dalam
konteks kapitalisme. Keterkeikatan dengan keuntungan itu merupakan suatu alas an khusus
mengapa bisnis selalu ekstra rawan dari sudut pandang etika. Tentu saja, organisasi yang non
for profit pun pasti sewaktu-waktu berurusan dengan etika.
1. Maksimalisasi keuntungan sebagai cita-cita kapitalisme liberal
Profit maximimization atau maksimalisasi keuntungan merupakan tema penting
dalam ilmu manajemen ekonomi. Kalau memaksimalkan keuntungan menjadi satu-satunya
tujuan perusahaan, dengan sendirinya akan timbul keadaan yang tidak etis. Jika keuntungan
menjadi satu-satunya tujuan itu, semua karyawan dikerahkan dan dimanfatkan demi
tercapainya tujuan itu, termasuk juga karyawan yang bekerja dalam perusahaan. Akan tetapi
memperalat karyawan karena alasan apa saja berarti tidak menghormati mereka sebagai
manusia. Studi sejarah menunjukan bahwa maksimalisasi keuntungan sebagai tujuan usaha
ekonomi memang bisa membawa akibat kurang etis.
2. Masalah pekerja anak
Tidak perlu diragukan, pekerja yang dilakukan oleh anak (child labor) merupakan
topic dengan banyak implikasi etis, tetai masalah ini sekaligus juga sangat kompleks, karena
faktor-faktor ekonomis di sini dengan dengan aneka macam cara bercampur baur dengan
faktor-faktor budaya dan social.
3. Relativasi keuntungan
Tidak bisa disangkal, pertimbangan etis mau tidak mau membatasi peranan
keuntungan dalam bisnis. Seandainya keuntungan merupakan faktor satu-satunya yang
menentukan sukses dalam bisnis, perdagangan heroin, kokain, atau obat terlarang lainnya
harus dianggap sebagai good business, karena sempat membawa untung yang sangat banyak.
Bisnis menjadi tidak etis, kalau perolehan untung dimutlakkan dan segi moral
dikesampingkan. Di satu pihak perlu diakui, bisnis tanpa tujuan profit bukan bisnis lagi.
Dengan demikian dan banyak cara lain lagi dapat dijelaskan relativitas keuntungan dalam
usaha bisnis. Tetapi, bagaimanapun juga, keuntungan dalam bisnis tetap perlu. Hanya tidak
bisa dikatakan lagi bahwa maksimalisasi keuntungan merupakan tujuan bisnis atau profit
merupakan satu-satunya tujuan bagi bisnis.
4. Manfaat bagi stakeholder
Yang dimaksud stakeholders adalah orang atau instansi yang berkepentingan dengan
suatu bisnis atau perusahaan. Dalam bahasa Indonesia kini sering dipakai terjemahan “pihak
yang berkepentingan” Stakeholder adalah semua pihak yang berkepntingan yang
berkepentingan dengan kegiatan suatu perusahaan.
BAB VI
KEWAJIBAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN
Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan
kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan. Seorang filosof berpendapat
bahwa selalu ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Pandangan yang disebut
“teori korelasi” itu mengatakan bahwa setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak
orang lain dan sebaliknya setiap hak seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk
memenuhi hak tersebut.
2. Kewajiban konfidensialitas
Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat
konfidensial dan kareana itu rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi.
Konfidensialitas berasal dari kata Latin confidere yang berarti mempercayai. Dalam konteks
perusahaan konfidensialitas memegang peranan penting. Karena seseorang bekerja pada
suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses kepada informasi rahasia. Sehingga tidak
perlu dipertanyakan lagi mengapa karyawan harus menyimpan rahasia perusahaan karena
alasan etika mendasari kewajiban ini yaitu bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi
rahasia itu. Membuka rahasia itu berarti sama saja dengan mencuri.
2. Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan
Berturut-turut akan dibicarakan tentang kewajiban perusahaan untuk tidak diskriminasi,
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, untuk memberi imbalan kerja yang pantas
dan untuk tidak memberhentikan karyawan dengan semena-mena. Kewajiban perusahaan
biasanya sepadan dengan hak karyawan.
1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi
Diskriminasi adalah masalah etis yang baru nampak dengan jelas dalam paro kedua dari
abad ke 20. Biasanya mengenai warna kulit dan gender (jenis kelamin). Di Indonesia
diskriminasi timbul berhubungan dengan status asli / tidak asli, pribumi / non-pribumi, dari
para warga negara dan agama.
2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
a. Beberapa aspek keselamatan kerja
Keselamatan kerja dapat terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat kerja itu
aman kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera
atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi
sehat. Tempat kerja bisa dianggap sehat kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan
kesehatan / penyakit.
3. Kewajiban memberi gaji yang adil
Motivasi seseorang untuk bekerja tidak lepas dari untuk mengembangkan diri, memberi
sumbangsih yang berguna bagi pembangunan masyarakat namun yang sangat penting adalah
untuk memperoleh upah atau gaji. Namun dalam gerakan sosial zaman industri upah yang
adil sering menjadi pokok perjuangan yang utama.
BAB VII
MASALAH ETIS SEPUTAR KONSUMEN
Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern, karena
bisnis tidak mungkin berjalan, kalau tidak ada konsumen yang menggunakan produk/jasa
yang dibuat dan ditawarkan oleh pebisnis. Pelanggan adalah raja dalam arti bahwa dialah
yang harus dilayani dan dijadikan tujuan utama kegiatan produsen. Konsumen harus
diperlakukan dengan baik secara moral, tidak saja merupakan tuntutan etis, melainkan juga
syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis.
1. Perhatian untuk konsumen
Secara spontan bisnis mulai dengan mencurahkan segala perhatiannya kepada produknya,
bukan kepada konsumen. Hak yang dimiliki oleh konsumen :
a. Hak atas keamanan
Banyak produk mengandung resiko tertentu untuk konsumen, khususnya resiko untuk
kesehatan dan keselamatan. Konsumen berhak atas produk yang aman, artinya produk yang
tidak mempunyai kesalahan teknis atau kesalahan lainnya yang bisa merugikan kesehatan
atau bahkan membahayakan kehidupan konsumen. Bila sebuah produk karena hakikatnya
selalu mengandung resiko, contohnya gergaji listrik : resiko itu harus dibatasi sampai tingkat
seminimal mungkin.
b. Hak atas informasi
Konsumen berhak memperoleh informasi yang relevan mengenai produk yang
dibelinya, baik apa sesungguhnya produk itu ( bahan bakunya , umpamanya ), maupun
bagaimana cara memakainya, maupun juga resiko dari pemakaiannya. Hak ini meliputi
segala aspek pemasaran dan periklanan. Semua informasi yang disebut pada label produk
tersebut haruslah benar : isinya, beratnya, tanggal kadarluarsanya, ciri–ciri khusus dan
sebagainya.
c. Hak untuk memilih
Dalam sistem ekonomi pasar bebas, di mana kompetisi merupakan unsur hakiki,
konsumen berhak untuk memilih antara berbagai produk/jasa yang ditawarkan.
d. Hak untuk didengarkan
Karena konsumen adalah orang menggunakan produk/jasa, ia berhak bahwa
keinginannya tentang produk /jasa itu didengarkan dan dipertimbangkan, terutama
keluhannya.
e. Hak lingkungan hidup
Melalui produk yang digunakannya, konsumen memanfaatkan sumber daya alam. Ia
berhak bahwa produk dibikin sedemikian rupa, sehingga tidak mengakibatkan pencemaran
lingkungan atau merugikan keberlanjutan proses–proses alam.
f. Hak konsumen atas pendidikan
Melalui sekolah dan meddia massa, masyarakat juga hrus dipersiapkan menjadi
konsumen yang kritis dan sadar akan haknya. Dengan itu ia sanggup memberikan sumbangan
yang berarti kepada mutu kehidupan ekonomi dan mutu bisnis pada umumnya.
2. Tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman
Disini produsen harus menjamin bahwa produknya pada saat pembelian dalam
keadaan prima sehingga bisa dipakai dengan aman. Terhadap suatu produk yang baru dibeli
dan dipakai, produsen maupun konsumen masing–masing mempunyai tanggung jawab.Untuk
mendasarkan tanggung jawab produsen, telah dikemukakan 3 teori yang mendukung nuansa
yang berbeda :
a. Teori kontrak
Pandangan kontrak ini sejalan dengan pepatah romawi kuno yang berbunyi caveat
emptor yang berarti “hendaknya si pembeli behati–hati”. Tetapi tudak bisa dikatakan juga
bahwa hubungan produsen dengan konsumen selalu dan seluruhnya berlangsung dalam
kerangka kontrak. Beberapa hal yang menentang teori ini :
· Teori kontrak mengandalkan bahwa produsen dan konsumen berada pada taraf yang
sama. Tetapi pada kenyataannya tidak terdapat persamaan antara produsen–konsumen,
khususnya dalam konteks bisnis modern.
· Kritik kedua menegaskan bahwa teori kontrak mengandalkan hubungan langsung
antara produsen dan konsumen. Padahal konsumen pada kenyataannya jarang sekali
berhubungan langsung dengan produsen.
· Konsepsi kontrak tidak cukup untuk melindungi konsumen dengan baik. Kalau
perlindungan terhadap konsumen hanya tergantung pada ketentuan dalam kontrak maka bisa
terjadi juga bahwa konsumen terlkanjur menyetujui kontrak jual beli. Padahal disitu tidak
terjamin bahwa produk bisa diandalkan, akan berumur lama, akan bersifat aman dan
sebagainya.
b. Teori perhatian semetinya
Pandangan “perhatian semestinya” ini tidak memfokuskan kontrak atau persetujuan
antara konsumen dan produsen , melainkan terutama kualitas produk serta tanggung jawab
produsen. Karena itu tekanannya bukan dari segi hukum saja, melainkan dalam etika dalam
arti luas. Norma dasar yang melandasi pandangan ini adalah bahwa seseorang tidak boleh
merugikan orang lain dengan kegiatannya.
c. Teori biaya social
Teori biaya sosial merupakan versi yang paling ekstrim dari semboyan caveat
venditor . Walaupun teori ini paling menguntungkan bagi konsumen, rupanya sulit juga
mempertahankan. kritik yang dikemukakan dalam teori ini adalah sebagai berikut : teori
biaya sosial tampaknya kurang adil, karena menganggap orang bertanggung jawab atas hal–
hal yang tidak diketahui atau tidak dihindarkan. Menurut keadaan kompensatoris orang yang
bertanggung jawab atas akibat perbuatan yang diketahui dapat terjadi dan bisa dicegah
olehnya.Tanggung jawab bisnis lainnya terhadap konsumen.
Selain harus menjamin keamanan produk , bisnis juga mempunyai kewajiban lain terhadap
consumen, diantaranya :
· Kualitas produk
Dengan kualitas produk, disini dimaksudkan bahwa produk sesuai dengan apa yang
dijanjikan produsen dan apa yang secara wajar boleh diharapkan konsumen.
· Harga
Harga merupakan buah hasil perhitungan faktor–faktor seperti biaya produksi, biaya
investasi, promosi, pajak, ditambah tentu laba yang wajar. Dalam sistem ekonomi pasar
bebas, sepintas lalu rupanya harga yang adil adalah hasil akhir dari perkembangan daya pasar.
· Pengemasan dan pemberiaan label
Pengemasan dan label dapat menimbulkan masalah etis. Tuntutan etis yang pertama ialah
bahwa informasi yang disebut pada kemasan itu benar.
BAB VIII
PERIKLANAN DAN ETIKA
1. Fungsi Periklanan
Dalam buku-buku tentang manajemen periklanan, iklan dipandang sebagai upaya
komunikasi. Iklan dilukiskan sebagai komunikasi antara produsen dan pasaran, antara penjual
dan calon pembeli. Periklanan dibedakan dalam dua fungsi : fungsi informatif dan fungsi
persuasif. Tetapi pada kenyataannya tidak ada iklan yang semata-mata informatif dan tidak
ada iklan yang semata-mata persuasif.
2. Periklanan dan kebenaran
Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reputasi baik sebagai pelindung atau
pejuang kebenaran. Sebaliknya, kerap kali iklan terkesan suka membohongi, menyesatkan,
dan bahkan menipu publik. Iklan bukan saja menyesatkan dengan berbohong, tapi juga
dengan tidak mengatakan seluruh kebenaran, misalnya karena mendiamkan sesuatu yang
sebenarnya penting untuk diketahui.
3. Manipulasi dengan periklanan
Masalah manipulasi terutama berkaitan dengan segi persuasive dari iklan (tapi tidak
terlepas juga dari seg informatifnya). Karena dimanipulasi, seseorang mengikuti motivasi
yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam dirinya dari luar.
Ada 2 cara untuk memanipulasi orang dengan periklanan :
a. Subliminal advertising
Maksudnya adalah teknik periklanan yang sekilas menyampaikan suatu pesan dengan
begitu cepat, sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi tinggal di bawah ambang
kesadaran. Teknik ini bisa dipakai di bidang visual maupun audio.
Teknik subliminal bisa sangat efektif, contohnya, dalam sebuah bioskop di New Jersey yang
menyisipkan sebuah pesan subliminal dalam film yang isinya “Lapar. Makan popcorn”. Dan
konon waktu istirahat popcorn jauh lebih laris dari biasa.
b. Iklan yang ditujukan kepada anak
Iklan seperti ini pun harus dianggap kurang etis, Karena anak mudah dimanipulasi
dan dipermainkan. Iklan yang ditujukan langsung kepada anak tidak bisa dinilai lain daripada
manipulasi saja dan karena itu harus ditolak sebagai tidak etis.
4. Pengontrolan terhadap iklan
Dalam bisnis periklanan, perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi
kerawanan tersebut. Pengontrolan ini terutama harus dijalankan dengan tiga cara berikut ini :
a. Kontrol oleh pemerinah
Tugas penting bagi pemerintah, harus melindungi masyarakat konsumen terhadap
keganasan periklanan.
b. Kontrol oleh para pengiklan
Cara paling ampuh untuk menanggulangi masalah etis tentang periklanan adalah
pengaturan diri (self regulation) oleh dunia periklanan. Biasanya dilakukan dengan menyusun
sebuah kode etik, sejumlah norma dan pedoman yang disetujui oleh para periklan, khususnya
oleh asosiasi biro-biro periklanan.
c. Kontrol oleh masyarakat
Masyarakat luas tentu harus diikutsertakan dalam mengawasi mutu etis periklanan. Dengan
mendukung dan menggalakkan lembaga-lembaga konsumen, kita bisa menetralisasi efek-
efek negatif dari periklanan.
5. Penilaian etis terhadap iklan
Ada empat faktor yang selalu harus dipertimbangkan dalam menerapkan prinsip-
prinsip etis jika kita ingin membentuk penilaian etis yang seimbang tentang iklan.
a. Maksud si pengiklan
Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan itu menjadi
tidak baik juga. Jika maksud si pengiklan adalah membuat iklan yang menyesatkan, tentu
iklannya menjadi tidak etis.
b. Isi iklan
Menurut isinya, iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang
menyesatkan. Iklan menjadi tidak etis pula, bila mendiamkan sesuatu yang sebenarnya
penting. Namun demikian, kita tidak boleh melupakan bahwa iklan diadakan dalam rangka
promosi. Karena itu informasinya tidak perlu selengkap dan seobyektif seperti seperti laporan
dari instansi netral.
c. Keadaan publik yang tertuju
Yang dimengerti disini dengan publik adalah orang dewasa yang normal dan
mempunyai informasi cukup tentang produk atau jasa yang diiklankan.
6. Kebiasaan di bidang periklanan
Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi itu orang
sudah biasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Dimana ada tradisi periklanan yang
sudah lama dan terbentuk kuat, tentu masuk akal saja bila beberapa iklan lebih mudah di
terima daripada dimana praktek periklanan baru mulai dijalankan pada skala besar.
BAB IX
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
BAB XI
ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIOAL
BAB XII
PERANAN ETIKA DALAM BISNIS
1.Bisnis berlangsung dalam konteks moral
1. Mitos mengenai bisnis amoral
Dalam bisnis, orang menyibukkan diri dengan jual beli, dengan membikin produk
atau menawarkan jasa, dengan merebut pasar, tetapi orang tidak berurusan dengan etika dan
moralitas.Maka hal yang perlu diyakini bahwa bisnis tidak terlepas dari segi-segi moral.
Bisnis tidak saja berurusan dengan angka penjualan saja atau adnaya profit. Good
business memiliki juga suatu makna moral.
2. Bisnis harus berlaku etis
Dalam dunia bisnis harus menerapkan beberapa aspek, yaitu :
a. Tuhan adalah hakim kita
b. Kontrak social
c. Keutamaan.
BAB 1
ETIKA DAN BISNIS
1.1 Hakikat Etika Bisnis
Apakah etika itu? Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan
dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan
dalam kehidupan kita dan apakah standar ini masuk akal atau tidak masuk akal-standar yaitu,
apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau yang jelek.
Etika bukan hanya cara untuk memelajari moralitas. Ilmu-ilmu sosial semacam
antropologi, sosiologi dan psikologi juga memelajari moralitas, namun melakukannya dengan
cara yang sangat berbeda dari pendekatan moralitas yang merupakan ciri etika. Meskipun
etika merupakan studi normatief mengenai etika, ilmu-ilmu social terlibat dalam
studi deskriptif etika. Sebuah studi normatif merupakan penelusuran yang mencoba mencapai
kesimpulan-kesimpulan normatif yaitu, kesimpulan tentang hal-hal yang baik dan buruk atau
tentang tindakan apa yang benar atau salah. Ringkasnya, studi normatif bertujuan
menemukan apa yang seharusnya.
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis.
Institusi yang paling berpengaruh di dalam masyarakat sekarang ini adalah institusi
ekonomi. Institusi ini didesain untuk mencapai dua tujuan:
(a) produksi barang dan jasa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat,
(b) distribusi barang dan jasa ke beragam anggota masyarakat.
BAB 2
PRINSIP – PRINSIP ETIS DALAM BISNIS
BAB 3
ETIKA DI PASAR
Pasar adalah Sebuah forum dimana orang-orang berkumpul dengan tujuan untuk
mempertukaran kepemilikan barang atau uang. Pasar bisa berukuran kecil dan sangat
sementara (dua orang sahabat yang saling mempertukaran baju bisa dilihat sebagai tindakan
yang menciptakan pasar sementara) atau sangat besar dan relatife permanen (pasar minyak
mencakup sejumlah benua dan telah beroperasi selama beberapa dekade).
Pasar bebas persaingan sempurna adalah Pasar dimana tidak ada pembeli atau penjual
yang memiliki kekuatan cukup signifikan untuk mampu mempengaruhi harga barang-barang
yang dipertukarkan. Pasar bebas dengan persaingan sempurna memiliki tujuh karakteristik
berikut ini :
1.Jumlah pembeli dan penjual relative banyak, dan tidak ada seorang pun yang memiliki
pangsa yang relatife substansial.
2.Semua pembeli dan penjual bebas masuk atau meninggalkan pasar.
3.Setiap pembeli dan penjual mengetahui sepenuhnya apa yang dilakukan oleh pembeli dan
penjual lainnya, termasuk informasi tentang harga, jumlah, dan kualitas semua barang yang
diperjualbelikan.
4.Barang-barang yang dijual dipasar sangat mirip satu sama lain sehingga tidak ada seorang
pun yang peduli darimana mereka atau menjualnya.
5.Biaya dan keuntungan memproduksi atau menggunakan barang-barang yang dipertukarkan
sepenuhnya ditanggung pihak-pihak yang membeli dan menjual barng-barang tersebut, bukan
oleh pihak lain.
6.Semua pembeli dan penjual adalah “pemaksimal” utilitas : semuanya berusaha untuk
memperoleh sebanyak-banyaknya dengan membayar sesedikit mungkin.
7. Tidak ada pihak luar (misal pemerintah) yang mengatur harga, kuantitas, atau kualitas dari
barang-barang yang diperjual belikan.
Etika dan Pasar Kompetitif Sempurna
Pasar bebas kompetitif sempurna mencakup kekuatan-kekuatan yang mendorong
pembeli dan penjual menuju apa yang disebut titik keseimbangan.
Dalam hal ini pasar dikatakan mampu mencapai tiga moral utama:
a.Mendorong pembeli dan penjual mempertukarkan barang dalam cara yang adil.
b.Memaksimalkan utilitas pembeli dan penjual dengan mendorong mereka mengalokasikan,
menggunakan, dan mendistribusikan barang-barang dengan efisiensi sempurna.
c.Mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan suatu cara yang menghargai hak pembeli dan
penjual untuk melakukan pertukaran secara bebas.
Sistem pasar kompetitif sempurna mencapai efisiensi tersebut dalam 3 cara :
(1) Pasar kompetitif sempurna memotivasi perusahaan untuk menginvestasikan sumber daya
mereka dalam industri-industri yang tingkat permintaannya tinggi dan mengalihkan sumber
daya dari industri-industri yang permintaannya rendah.
(2) Pasar kompetitif sempurna mendorong perusahaan untuk meminimalkan sumber daya
dikonsumsikan untuk memproduksi suatu komoditas dan menggunakan teknologi paling
efisien yang tersedia.
(3) Pasar kompetitif sempurna mendistribusikan komoditas diantara para pembeli dalam
suatu cara dimana semua pembeli menerima komoditas yang paling memuaskan yang dapat
mereka peroleh, dalam kaitannya dengan komoditas yang tersedia bagi mereka serta uang
yang mereka miliki untuk membelinya.
A. Persaingan Monopoli
Dalam monopoli ,dua diantaranya tidak ada yakni : Pertama, karakteristik jumlah
pembeli dan penjual relative banyak dan tidak ada seorangpun yang memiliki pangsa pasar
yang relative substansial dan pasar monopoli hanya memiliki satu penjual dan satu penjual ini
memiliki pasar substansial yang signifikan (100%).
B. Persaingan Oligopoli
Dalam suatu oligopoly, dua dari tujuh karakteristik pasar kompetitif sempurna tidak
terpenuhi. Pertama, tidak banyak penjual yang hanya ada beberapa penjual besar. Dengan
kata lain, sebagian besar pasar dimiliki oleh beberapa perusahaan besar yang secara dimiliki
oleh beberapa perusahaan besar yang secara bersama-sama memiliki kemungkinan untuk
menerapkan harga. Pangsa pasar yang dimiliki masing-masing perusahaan berkisar antara 25
sampai 90 persen dan perusahaan-perusahaan yang menguasai pangsa pasar ini bisa
berjumlah 2 sampai 50 tergantung industrinya.
BAB 4
Etika dan Lingkungan
Etika dan Lingkungan merupakan forum interdisipliner untuk artikel teoretis dan
praktis, diskusi, ulasan, komentar, dan ulasan buku di bidang yang luas diliputi oleh etika
lingkungan. Jurnal ini berfokus pada pendekatan konseptual dalam teori etika dan filsafat
ekologi, termasuk ekologi dalam dan feminisme ekologis, karena mereka berkaitan dengan
isu-isu lingkungan seperti pendidikan lingkungan dan manajemen, ekonomi ekologi, dan
kesehatan ekosistem.
Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan bahwa teori Blackstone hak lingkungan
daun terjawab adalah untuk melihat masalah lingkungan sebagai cacat pasar. Jika suatu
industri mencemari lingkungan, harga pasar dari komoditas tidak akan lagi mencerminkan
biaya sebenarnya memproduksi komoditi dan hasilnya adalah misalokasi sumber daya.
Akibatnya, masyarakat secara keseluruhan dirugikan karena penurunan secara keseluruhan
kesejahteraan ekonomi. Individu, maka harus menghindari pencemaran karena mereka harus
menghindari merugikan masyarakat; kesejahteraan Swasta Biaya dan Biaya Sosial.
Namun, banyak pengamat, langkah-langkah konservasi jatuh jauh dari apa yang
dibutuhkan. Beberapa penulis berpendapat bahwa jika kita untuk melestarikan sumber daya
yang cukup langka sehingga generasi mendatang dapat mempertahankan kualitas hidup
mereka pada tingkat yang memuaskan, kita harus mengubah ekonomi kita secara substansial,
terutama dengan skala bawah kami mengejar pertumbuhan ekonomi. Argumen untuk klaim
ini adalah sederhana, mencolok, dan sangat kontroversial. Jika ekonomi dunia terus mengejar
tujuan pertumbuhan ekonomi, permintaan untuk sumber daya depletable akan terus
meningkat. Karena sumber daya dunia adalah terbatas, di beberapa titik persediaan hanya
akan habis. Pada titik ini, jika bangsa dunia masih didasarkan pada ekonomi pertumbuhan,
kita dapat mengharapkan runtuhnya instutions politik dan sosial.
BAB 5
ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN KONSUMEN
BAB 6
ETIKA DISKRIMINASI PEKERJAAN
BAB 7
INDIVIDU DALAM ORGANISASI
BAB I
ETIKA DAN BISNIS
BAB II
PRINSIP ETIS DALAM BERBISNIS
2.1 Prinsip Dalam Berbisnis
2.1.1 Prinsip Otonomi
Ø Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan
mereka;
Ø Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasukpelayanan yang
tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
Ø Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatanpelanggan,
demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijagakelangsungannyadan ditingkatkan
terhadap produk dan jasa perusahaan;
Ø Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,memasarkan dan
mengiklankan produk.
2.1.2 Prinsip Kejujuran
Ø Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis
disini secara prioritas saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur
melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi
pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan
tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
Ø Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang baik.
Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen
yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen
tersebut beralih ke produk lain.
Ø Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan
akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.
2.1.3 Prinsip Keadilan
Ø Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok
masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yang sama
sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal
menuntut agar Negara bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara
menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis
yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Ø Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu
dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara,
dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai
kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
Ø Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang
merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan
ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
2.1.4 Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku
moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan kepentingan publik yang
terkait dengan sumber daya alam.
BAB III
ETIKA PERUSAHAN SEBAGAI PELAKU BISNIS TERHADAP
STAKEHOLDER
2) Pekerja
2)Memastikan bahwa tempat kerja aman bagi karyawan dengan memantau secara ketat
proses produksi. Pengecekan dan perawatan berkala terhadap mesin dan peralatan agar
tetap berfungsi baik, serta menjalankan prosedur keselamatan dalam proses produksi.
3) Pemegang Saham
1. Memberikan laporan keuangan yang transparan
2. Tidak menggelapkan hasil keuntungan perusahaan dan tidak mengurangi keuntungan
para pemegang saham.
3. Bekerja keras supaya perusahaan dapat berkembang untuk membayar kepercayaan
yang telah diberikan oleh perusahaan.
BAB IV
BAB VI
ETIKA DAN PEKERJA
6.1 Hak-Hak Kerja
Salah satu elemen dunia usaha adalah masalah ketenagakerjaan, karena tenaga kerja
adalah penggerak sektor usaha yang memerlukan perhatian khusus dalam penangananya dan
pekerja adalah salah satu sumber daya terpenting bagi perusahaan.Perusahaan harus mampu
menyadari bahwa penghargaan dan jaminan atas hak karyawan merupakan faktor yang
menentukan kelangsungan dan keberhasialan bisnis suatu perusahaan.
*) whistle blowing eksternal (kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan yang berdampak
negatif pada masyarakat)
BAB VII
Teori Existentialisme
Tokoh yang mengembangkan pahan ini adlah jean-paul Sartre. Menurutnya standar
perilaku tidak dapat dirasionalisasikan . menurut interpretasinya eksistensi mendahului
esensi.Awainya manusia dahulu yang ada kemudian baru ia menentukan siapa ia atau esensi
dirinya. Setiap orang adalah makhluk bebas. Pertanggungjawaban moral berada pada setiap
individu dengan caranya sendiri-sendiri.
Teori Relativisme
Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relative. Jawaban etika tergantung dari
situasinya. Dasar pemikiran ini adalah bahwa tidak ada criteria universal untuk menentukan
perbuatan etis.setiap individu menggunakan kriterianya masing-masingdan berbeda setiasp
budaya atu Negara.
Teori hak (right)
Teori ini cenderung paling banyak digunakan dan popular untukmmasa modern. Nilai
dasar yang dianut adalah liberty (kebebasan). Perbuatan etis harus berdasarkan hakindividu
terhadap memilih. Setiap individu memliki hak moral yang tidak dapat ditawar.
BAB VIII
BUDAYA DAN ETIKA
BAB IX
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAN
A. Pengertian Corporate Responsibility
Dilihat dari asal katanya, Corporate Social Responsibility berasal dari literatur etika
bisnis di Amerika Serikat dikenal sebagai Corporate Social Responsibility atau Social
Responsibility Of Corporation. Secara umum istilah CSR diterjemahkan menjadi tanggung
jawab sosial perusahaan. Kata Corporate dipahami sebagai perusahaan besar. Sedangkan
perusahaan merupakan badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum
disamping keuntungan. (Achmad Daniri dalam jurnal Nancy S. Haliwela)
Menurut Darwin (2004) Corporate Responsibility adalah mekanisme bagi suatu
organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial
ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeolders, yang melebihi tanggung jawab
organisasi dibidang hukum. (Rachmawati, 2012 : )
The World Business Council for Sustainable Devolopment (WBCSD) mendefinisikan
corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai
komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan,
melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,
komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan
dengan cara yang bermanfaat, baik dari segi bisnis maupun untuk pembangunan. (Nancy S.
Haliwela, 2011)
Jadi, dari beberapa definisi yang diungkapkan diatas, penulis menyimpulkan bahwa
Corporate Responsibility atau tanggung jawab perusahaan yaitu mekanisme sebuah
perusahaan berbentuk komitmen bisnis yang diintegrasikan melalui perhatian dan pemberian
kontribusi perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sebagai bentuk partisipasi
perusahaan (dunia bisnis) untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
BAB X
PENERAPAN ETIKA BISNIS PADA PERUSAHAN
10.1 Prinsip-prinsip Bisnis
1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya
dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai
moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik,
karena semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini
salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya
adalah:
(1) Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan
tuntutan mereka;
(2) Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk pelayanan yang
tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
(3) Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan pelanggan,
demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannyadan ditingkatkan
terhadap produk dan jasa perusahaan;
(4) Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan, memasarkan
dan mengiklankan produk.
.
2. Prinsip Kejujuran
1. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku
bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak
jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin
lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan
tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
2. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang
baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada
konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan
konsumen tersebut beralih ke produk lain.
3. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan
akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.
3. Prinsip Keadilan
1. Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok
masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai
dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal
menuntut agar Negara bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara
menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum
bisnis yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
2. Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang
satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga
negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku
sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang
terlibat.
3. Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi
yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan
ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
BAB XI
PROBLEMA ETIKA DI INDONESIA
11.1 Organisasi dan Visi Bisnis
Visi bisnis yang baik secara moral adalah visi bisnis yang mengacu pada sebuah
panggilan jiwa atau sebuah kerinduan yang mendalam atau sebuah impian yang agung dan
lahir dari dalam hati.Visi yang berasal dari hati sanubari mampu melahirkan optimisme yang
tinggi,dapat meningkatkan ketahanan dan mendorong kreatifitas tinggi serta dapat melakukan
sesautu yang jauh lebih baik dibandingkan orang lain.
BAB IV
PEMBANDING
A. Buku pertama
Dalam buku ini Dr. Kees Bertens mangajak kita untuk menelusuri seluruh wilayah etika.
Pertama dibahas tema-tema klasik seperti hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, nilai,
norma, hak, kewajiban, dan keutamaan. Lalu, dibicarakan beberapa teori besar dari sejarah
filsafat moral: hedonisme, eudemonisme utilitarisme, dan, deontologiDi buku ini banyak
penjelasan mengenai etika bisnis yang kini menjadi garapan intelektual dan akademisi seperti
halnya bidang-bidang lainnya.
Dalam buku ini dijelaskan bagaimana etika bisnis kini menjadi suatu bidang garapan
intelektual dan akademis yang tidak kalah dengan bidang-bidang lain. Banyak orang
berkeyakinan bahwa peranan etika bisnis tidak boleh bersifat sementara saja karena
menyangkut suatu aspek hakiki dari bisnis. Bisnis sendiri dan semua pihak yang terlibat
didalamnyaakan dirugikan bila segi etika ini diabaikan. Karena itu, etika sepatutnya diberi
tempat juga bila kita mendidik dan melatih orang muda yang ingin memilih bisnis sebagai
profesinya.
B. Buku kedua
Buku ini cocok untuk mendalami lebih lanjut apa itu etika bisnis bagi karena buku ini
mencoba membahas secara general mulai dari pengertian etika bisnis hingga contoh kasusnya
di perusahaan. Apabila kita tertarik untuk membaca lebih lanjut tentang topik-topik tertentu
dalam etika bisnis maka buku ini sangat cocok untuk dibaca.Di dalam buku ini juga
membahas bagaimana Menilai dan menangani tenaga kerja yang beragam adalah tindakan
yang benar secara etis dan moral. Demografi tenaga kerja untuk menunjukkan dengan jelas
bahwa perusahaan-perusahaan yang gagal melaksanakan tugas merekrut, melatih, dan
mempromosikan kaum perempuan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan akan tenaga
kerja.Buku ini cukup tebal karna terdiri dari 502 halaman sehingga buku ini sedikit agak
membosankan ketika dibaca dan pembaca akan merasah jenuh. Tapi secara keseluruhan buku
ini cukup bagus karna banyak memuat kasus kasus dalam etika bisnis.
C. Buku ketiga
Saya tidak mengerti mengapa buku ini diberi judul dalam bahasa Inggris, padahal isinya
jelas-jelas dalam bahasa Indonesia.Terus terang buku ini agak membosankan, terlalu banyak
yang ingin dibahas dan kurang persuasif dalam presentasinya. Buku ini mirip ringkasan untuk
mahasiswa yang ingin mengikuti ujian daripada membahas secara menarik dan berwacana
secara mendalam tentang etika bisnis. Jadi buku ini bukan textbook untuk mahasiswa atau
bacaan populer untuk orang awam, tapi juga bukan karangan ilmiah untuk para akademisi.
Apalagi buku-buku kelas pengantar. Kalau buku yang diperuntukkan untuk umum biasanya
bahasanya lebih populer lagi dan enak dibaca.
Buku ini cocok untuk pengantar awal tentang etika bisnis bagi yang membacanya karena
buku ini mencoba membahas secara general mulai dari pengertian etika bisnis hingga contoh
penerapannya di perusahaan. Apabila kita tertarik untuk membaca lebih lanjut tentang topik-
topik tertentu dalam etika bisnis di belakang ini ada daftar pustaka yang berisi buku-buku
yang dapat kita baca lebih lanjut. Buku ini juga membahas etika bisnis dari perspektif Islam
walaupun sangat teoritis. Buat saya yang paling relevan sebagai pengusaha lemah tapi bervisi
besar adalah bab terakhir dari buku ini. Bab terakhir membahas contoh kasus penerapan etika
bisnis di perusahaan.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Etika bisnis adalah perilaku individu atau organisasi perusahan dalam melaksanakan
aktivitasnya,mencerminkan apresiasi positif atau negatif atas norma,peraturan,dan budaya
yang berlaku dimasyarakat.Ketika perilaku itu menggambarkan hal-hal positif maka disebut
beretika dan sebaliknya,ketika yang tampak aadalah hal-hal negatif,disebut tidak beretika.
Tanggungjawab mutlak diperlukan dalam berbagai tindakan,termasuk dalam
menjalankan aktifitas bisnis.Secara umum,tanggungjawab sosial adalah dukungan
manajemen terhadap kewajiban mempertimbangkan dan mengalokasikan sebahagian dari
laba untuk kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat.Hal ini juga sebagai pengakuan
bahwa dunia bisnis harus memikirkan dimensi-dimensi kualitatif dari pelanggan,karyawan.
Suatu masyarakat juga dapat dinilai melalui interaksinya dengan masyarakat.Untuk
tanggungjawab sosial,banyak perusahan mengalokasikan dana-dana sumbangan dan untuk
pelayanan masyarakat.Ketika perusahan tidak mengalokasikan dana untuk itu berarti
perusahan tidak berkontribusi pada pembangunan masyarakat umum.
B.Saran
Dengan ini penulis meminta kritik dan sarannya yang bisa membangun buat penulis
sehingga penulis bisa membuat tulisan yang lebih baik dimakalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat membentu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis
yang sesuai dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Penulis juga minta maaf apabila ada penulisan yang salah dan tidak dimengerti,
karena penulis masih dalam tahap pembelajaran.
C.Daftar pustaka