Anda di halaman 1dari 59

CRITICAL BOOK REPORT

Disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah etika bisnis dan
tanggung jawab sosial korporasi

Dosen Pengampu :
Sulaiman Lubis,SE,MM

Disusun Oleh :

BINTANG SAMOSIR (7163210015)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIMED
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas critical book report
tentang “ pengantar etika bisnis”.
Makalah ini berusaha saya susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi,
saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari segala
pihak untuk meningkatkan mutu penulisan di makalah selanjutnya.
Semoga isi didalam makalah “pengantar etika bisnis“ dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan pembaca pada umumya. Amin.

Medan, maret 2017

Penyusun
i
Kata pengantar......................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang...............................................................................1
1.2 tujuan makalah.............................................................................1
1.3 manfaat makalah..........................................................................1
BAB II IDENTITAS BUKU
a.buku pertama......................................................................................2
b.buku kedua.........................................................................................3
c.buku ketiga.........................................................................................4
BAB III RINGKASAN BUKU
a.buku pertama......................................................................................5
1. Bisnis & Etika dalam Dunia Modern................................................5
2. Sekilas teori etika..............................................................................7
3. Ekonomi & Keadilan .......................................................................8
4. Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral.....................9
5.keuntungan sebagai Tujuan Perusahaan..........................................10
6. kewajiban karyawan dan persahaan................................................11
7. Masalah etis seputar konsumen......................................................12
8. Periklanan dan etika........................................................................14
9. Tanggung jawab sosial perusahaan................................................16
10. Bisnis, lingkungan hidup, dan etika.............................................17
11. etika dalam bisnis internasional...................................................18
12. peranan etika dalam bisnis...........................................................20
b.buku kedua.......................................................................................20
1. Etika dan bisnis...............................................................................20
2. Prinsip – prinsip etis dalam bisnis..................................................21
3. Sistem Bisnis..................................................................................22
4. Etika Dipasar..................................................................................23
5. Etika dan lingkungan......................................................................24
6. Etika produksi dan pemaaran konsumen........................................25
7. Etika diskriminasi pekerjaan...........................................................26
c.buku ketiga.......................................................................................27
1.etika dan bisnis...............................................................................................27
2.prinsip etis dalam berbisnis............................................................................30
3.etika perusahan sebagai pelaku bisnis terhadap stakeholder..........................32
4.etiak dan lingkungan......................................................................................35
5.etika produksi dan pemasaran.........................................................................38
6.etika dan pekerja..............................................................................................40
7.etiak bisnis berbagai perspektif.......................................................................41
8.budaya dan etika..............................................................................................44
9.tanggung jawab sosial perusahan....................................................................46
10.penerapan etika bisnis pada perusahan.........................................................48
11.problema etika di sindonesia ...............................................................50
BAB IV PEMBANDING
a.buku pertama....................................................................................53
b.buku kedua.......................................................................................53
c.buku ketiga.......................................................................................53
BAB V PENUTUP
a.kesimpulan.......................................................................................54
b.saran.................................................................................................54
c.daftar pustaka...................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah

Etika bisnis adalah kode etik yang diterapkan dalam perusahaan untuk
melakukan kegiatan bisnisnya. Etika bisnis ini sangat penting diterapkan dalam
perusahaan agar perusahaan memiliki pondasi yang kuat dan menciptakan value
yang tinggi.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis
itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik,
juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
moral.

B. Tujuan Makalah
Critical Book Report ini bertujuan :
1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang
diberikan oleh setiap bab dari sebuah buku.
4. Membandingkan isi buku

C. Manfaat Makalah
1. Dapat mengetahui informasi yang ada dalam buku
2. Dapat berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari sebuah buku.
3. Dapat mengulas isi sebuah buku
BAB II
IDENTITAS BUKU

A. identitas buku pertama

Judul Buku : Pengantar Etika Bisnis


No. ISBN : 978-979-672-700-1
Pengarang : Prof. Dr. Kees Bertens
Penerbit : Kanisius
Tahun Terbit : 2000
Cetakan Ke : 12
Tebal Buku : 432 halaman
Bahasa Teks : Bahasa Indonesia
Isi Buku:
1. Bisnis & Etika dalam Dunia Modern
2. Sekilas teori etika: Utilitarisme, deontology, teori keutamaan dan teori hak.
3. Ekonomi & Keadilan
4. Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral.
5. Keuntungan Sebagai Tujuan Perusahaan
6. kewajiban karyawan dan persahaan
7. Masalah etis seputar konsumen
8. Periklanan dan etika
9. Tanggung jawab sosial perusahaan
10. Bisnis, lingkungan hidup, dan etika
11. etika dalam bisnis internasional
12. peranan etika dalam bisnis
B. identitas buku kedua

Judul Buku : Etika Bisnis ( Konsep dan Kasus )


No. ISBN : 978-979-731-83
Pengarang : Manuel G. Velasquez
Penerbit : Andi Publisher
Tahun Terbit : 2005
Edisi Ke :5
Tebal Buku : 502 halaman
Bahasa Teks : Bahasa Indonesia
Isi Buku :
1. Etika dan bisnis
2. Prinsip – prinsip etis dalam bisnis
3. Sistem Bisnis
4. Etika Dipasar
5. Etika dan lingkungan
6. Etika produksi dan pemaaran konsumen
7. Etika diskriminasi pekerjaan
8. Individu dalam organisasi
C. identitas buku ketiga

Judul Buku : Business Ethics


No. ISBN : 978-979-8433-19-1
Pengarang : Dr. Erni R. Ernawan, SE.MM
Penerbit : ALPABETHA
Tahun Terbit : 2011
Edisi Ke : revisi
Tebal Buku :236 halaman
Bahasa Teks : Bahasa Indonesia
Harga buku :Rp 35000
Isi buku:
1.etika dan bisnis
2.prinsip etis dalam berbisnis
3.etika perusahan sebagai pelaku bisnis terhadap stakeholder
4.etiak dan lingkungan
5.etika produksi dan pemasaran
6.etika dan pekerja
7.etiak bisnis berbagai perspektif
8.budaya dan etika
9.tanggung jawab sosial perusahan
10.penerapan etika bisnis pada perusahan
11.problema etika di sindonesia
BAB III
RINGKASAN ISI BUKU

A.BUKU PERTAMA

BAB 1
Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern

1. Bisnis modern merupakan realistas yang yang amat kompleks.


Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis. Guna
menjelaskan kekhususan aspek etis ini, dalam suatu pendekatan pertama kita
membandingkan dulu dengan aspek-aspek lain, terutama aspek ekonomi dan hukum. Sebab,
bisnis sebagai kegiatan social dapat disoroti sekurang kurangnya dari tiga sudut pandang
yang berbeda tetapi tidak selalu mungkin dipisahkan ini : sudut pandang ekonomi, hokum,
dan etika.
1.1. Sudut pandang ekonomis
Bisnis adalah kegiatan ekonomis Yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-
menukar, jual-beli, memproduksimemasarkan, bekerja-memperkerjakan, dan bertinteraksi
dengan orang lain lainnya, dengan maksud memperoleh untung. Dipandang dari sudut
ekonomis, good bussines atau bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak untung.
Orang bisnis selalu akan berusaha membuat bisnis yang baik (dalam arti itu).
1.2. Sudut pandang moral
Disamping aspek ekonomi dari bisnis, di sini tampak aspek lain : aspek moral. Selalu
ada kendala etis bagi perilaku kita, termasuk juga perilaku ekonomis. Tidak semuanya bisa
kita lakukan untuk mengejar tujuan kita (di bidang bisnis : mencari keuntungan) boleh kita
lakukan juga.Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain.
1.3. Sudut pandang hukum
Tidak diragukan, bisnis terikat juga oleh hukum. “Hukum dagang” atau “Hukum
bisnis” merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dari segi norma, hukum lebih
jelas dan pasti dibandingkan etika. Karena hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi
tertentu, bila terjadi pelanggaran. Hukum dan etika kerap kali tidak bisa dilepaskan satu sama
lain. Memang benar, ada hal-hal yang diatur oleh hukum tidak mempunyai hubungan
langsung dengan etika.
1.4. Tolak ukur untuk tiga sudut pandang.
Dapat disimpulkan, supaya patut disebut good bussines, tingkah laku bisnis harus
memenuhi syarat-syarat dari semua sudut pandang tadi. Memang benar bisnis yang ekonomis
tidak baik (jadi, tidak membawa untung) tidak pantas disebut bisnis yang baik. Bisnis tidak
pantas disebut good bussines kalau tidak baik dari sudut pandang etika dan hukum juga.
Dalam hal ini penting aspek hukum lebih mudah diterima, sekurang-kurang pada taraf
teoritis.
2. Apa itu Etika Bisnis
- Etika sebagai praksis berarti : apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan
nilai dan norma moral.
- Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berpikir
tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
- Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya manusia. Karena itu etika
dalam arti ini disebut juga “filsafat parktis”.
Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnis pun dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf
makro, meso dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda
untuk menjalankan kegitan ekonomi dan bisnis.
- Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi
sebagai keseluruhan.
- Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah etis di bidang
organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh,
lembaga konsumen,perhimpunan profesi dan lain-lain.
- Pada taraf mikro, yang difokuskan adalah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau
bisnis. Di sini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan
manajer,produsen dan konsumen,pemasok dan investor.

3. Perkembangan etika bisnis


Sepanjang sejarah, kegiatan perdaganga atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan
etika. Namun demikian, jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana dipahami dan
dipraktekkan sekarang, tidak bisa disangkal juga, di sini kita menghadapi suatu fenomena
baru. Belum pernah dalam sejarah, etika bisnis mendapat perhatian besar intensif seperti
sekarang ini.

4. Profil etika bisnis dewasa ini


Kini etika bisnis sudah mempunyai status ilmiah yang serius. Ia semakin diterima di
antara ilmu-ilmu yang sudah mapan dan memiliki ciri-ciri yang biasanya menandai sebuah
ilmu.

5. Faktor sejarah dan budaya dalam etika bisnis


Jika mempelajari sejarah, dan khusunya dunia barat, sikap positif ini tidak selamanya
menandai pandangan terhadap bisnis. Sebaliknya, berabad-abad lamanya terdapat tedensi
yang cukup kuat memandang bisnis atau perdagangan sebagai kegiatan yang tidak pantas
dilakukan bagi manusia beradab. Orang seperti pedagang jelas-jelas dicurigakan kualitas
etisnya. Sikap negative ini berlangsung terus sampai zaman modern dan baru menghilang
seluruhnya sekitar waktu industrial.
6. Kritik atas etika bisnis
6.1. Etika bisnis mendiskriminasi
Kritik pertama kali ini lebih menarik karena sumbernya daripada isinya. Sumbernya
adalah Peter Drucker, ahli ternama dalam bidang teori manajemen. Tuduhan Drucker tidak
beralasan. Sekali-kali tidak benar bahwa etika bisnis memperlakukan bisnis dengan cara lain
ordinary folk (orang biasa). Kritiknya berasal dari salah paham besar terhadap maksud etika
bisnis. Justru karena orang bisnis merupakan ordinary folk (orang biasa).
6.2. Etika bisnis itu kontra diktif
Kritik lain tidak berasal dari satu orang, tetapi ditemukan dalam kalangan popular
yang cukup luas. Sebenarnya bukan kritik, melainkan skepsis. Orang-orang ini menilai etika
bisnis sebagai suatu usaha yang naïf.
6.3. Etika bisnis tidak praktis
Tidak ada kritik atas etika bisnis yang menimbulkan begitu banyak rekasi seperti
artikel yang dimuat dalam Harvard Business Review pada tahun 1993 dengan judul “What’s
the matter with business ethics?”. Pengarangnya adalah Adrew Stark, seorang dosen
manajemen di Universitas Toronto, Kanada. Ia menilai, kesenjangan besar menganga antara
etika bisnis akademis dan para professional di bidang manajemen.
6.4. Etikawan tidak bisa mengambil alih tanggungjawab
Kritikan lain lagi dilontarkan kepada etika terapan pada umumnya, termasuk juga
etika bisnis, di samping etika biomedis, etika jurnalistik, etika profesi hukum dan lain-lain.
Kritisi meragukan entah etika bisnis memiliki keahlian etis khusus, yang tidak dimiliki oleh
para pebisnis dan manajer itu sendiri.

BAB II
Sekilas Teori Etika
Etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada wilayah pelaku
manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. Secara konkret etika sering
terfokuskan pada perbuatan. Bisa dikatakan juga bahwa teori etika membantu kita untuk
menilai keputusan etis.
Akan tetapi, setiap penguraian macam ini terbentur pada kesulitan bahwa kenyataanya
pada teori etika. Di sini akan dibahas secara singkat beberapa teori yang dewasa ini paling
penting dalam pemikiran moral,khususnya dalam etika bisnis.

1. Utilitarisme
“Utilitarisme” berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori
ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dapat dipahami pula
utilarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam menilai baik
buruknya suatu perbuatan. Kita dapat menyimpulkan bahwa utilitarisme aturan membatasi
diri dari pada justifikasi aturan-aturan moral. Dengan demikian mereka memang dapat
menghindari kesulitan dari utilitarisme perbuatan.
2. Deontologi
Istilah Deontologi (deontology) ini berasal dari kata Yunani deon yang berarti
kewajiban. Maka deontology melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan.
Utilitarisme mementingkan konsekuensi perbuatan, sedangkan deontology konsekuensi
perbuatan tidak berperan sama sekali.
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori dentiologi, karena berkaitan dengan
kewajiban.

4. Teori keutumaan
Apa yang dimaksud dengan keutamaan?keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut:
diposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku
baik secara moral. Ada banyak keutamaan dan semua keutamaan dan semua keutamaan untuk
setiap orang dan untuk setiap kegiatan. Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut: kejujuran, fairness, kepercayaan, dan keuletan.
Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus
dimiliki oleh pelaku bisnis. Orang yang mempunyai keutamaan kejujuran tidak akan
berbohong atau menipu dalam transaksi bisnis, bahkan kalau penipuan sebenarnya gampang.
Perlu diakui, tentang keutamaan kejujuran kadang-kadang ada kesulitan juga.

BAB III
EKONOMI DAN KEADILAN
1. Hakikat keadilan
Keadilan dapat diartikan sebagai to give everybody his own (memberikan kepada
setiap orang apa yang menjadi haknya).
Ciri khas keadilan:
a. Keadilan tertuju pada orang lain
b. Keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan
c. Keadilan menuntut persamaan(equality)
2. Pembagian keadilan
Pembagian keadilan menurut Thomas Aquinas (1225-1274) yang mendasarkan
pandangan filosofisnya atas pemikiran Aristoteles (384-322 SM) disebut juga pembagian
klasik,membedakan keadilan menjadi:
a. Keadilan Umum (general justice) : berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat
diwajibkan untuk memberi kepada masyarakat (negara) apa yang menjadi haknya.
b. Keadilan Distributif (distributive justice): berdasarkan keadilan ini negara (pemerintah)
harus membahi segalanya ddengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat.
c. Keadilan Komutatif (commutative justice) : berdasarkan keadilan ini setiap orang harus
memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya.
Pembagian keadilan yang dikemukakan oleh pengarang modern tentang etika bisnis,
khususnya John Boatright dan Manuel Velasquez dapat dibedakan menjadi:
a. Keadilan Distributif(distributive Justice)
b. Keadilan Retributif (retributive justice):berkaitan dengan terjadinya kesalahan
c. Keadilan Kompensatoris (compensatory justice) : berdasarkan keadilan ini orang
mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang
atau instansi yang dirugikan.Disamping pembagian tersebut, keadilan juga dapat
dibedakan menjadi keadilan sosial dan keadilan individu.
3. Keadilan distributif pada khususnya
Dalam teori etika modern, ada dua macam prinsip untuk keadilan distributif, yaitu :
prinsip formal dan prinsip material. Prinnsip formal yang dirumuskan dalam bahasa Inggris
berbunyi “equals ought to be treated equally and unequals may be treated unequals”. Yang
dapat diartikan bahwa kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama,
sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan dengan cara yg tidak sama.
Sedangkan prinsip material menunjukkan kepada salah satu aspek relevan yang bisa menjadi
dasar untuk membagi dengan adil hal-hal yang dicari oleh berbagai orang. Beauchamp dan
Bowie menyebut enam prinsip keadilan distributif terwujud apabila diberikan kepada setiap
oraang dengan syara:
a. Bagian yang sama
b. Sesuai dengan kebutuhan individualnya
c. Sesuai dengan haknya.

BAB IV
Liberalisme dan Sosialisme sebagai Perjuangan Moral
1. Tinjuan historis
1.1. John Locke dan milik pribadi
John Locke (1623-1704), seorang filsuf inggris yang banyak mendalami masalah-
masalah social politik, secara umum diakui sebagai orang yang pertama kali mendasarkan
teori liberalisme tentang milik. Menurut Locke, manusia mempunyai tiga “hak kodrat:
(natural right): “life, freedom, and property”. Yang penting adalaha hak atas milik karena
keidupan dan kebebasan kita miliki juga. Jadi, hak atas milik menyedia pola untuk
memahami kedua hak lain juga. Argumentasinya mempengaruhi secara mendalam pemikiran
tentang milik di kemudian hari.
1.2. Adam Smith dan pasar bebas
Tokoh lain yang pantas dibahas dalam rangka liberalism adalah orang Skotlandia,
Adam Smith (1723-1790). Adam Smith menjadi terkenal karena dengan gigih membela pasar
brbas di bidang ekonomi. Adam Smith tentu bukan filsuf pertama yang membedakan antara
kepentingan-diri dan egoisme, tapi ia melihat pentingnya khusus untuk relasi-relasi
ekonomis. Kepentingan diri merupakan motIvasi utama yang mendorong kita untuk
mengadakan kegiatan ekonomis.
1.3. Marxisme dan kritiknya atas milik pribadi
Yang dimaksud dengan marxisme adalah pemikiran Karl Marx (1818-1882) bersama
dengan teman seperjuangannya, Friedrich Engels (1820-1895). Marxisme adalah ajaran
social-ekonomis-politik yang sangat kompleks dan tidak mudah untuk disingkatkan tanpa
mengorbankan cukup banyak unsure yang sebenarnya hakiki juga. Bisa dikatakan juga
marxisme menolak pemilikan pribadi atas capital atau modal, sebab yang memiliki capital
dengan sendirinya memilki juga sarana-sarana produksi. Ciri kapitalisme yang jelek adalah
bahwa mereka memperkerjakan orang lain untuk memperkaya diri sendiri. Menurut
Marxisme, lembaga pribadi pada dasarnya merupakan penindasan atau eksploitasi kaum
pekerja.

2. Pertentangan dan perdamaian antara liberalism dan sosialisme


2.1.Liberalisme
Inti pemikiran liberalism adalah tekanannya pada pada kebebasan individual (liber
Lat.=bebas). Tugas pokok Negara menurut pandangan liberalism secara klasik dilukiskan
sebagai nighwatch state, “Negara jaga malam”, karena Negara hanya membatasi diri pada
perlindungan dan pengamanan para warga Negara.
2.2. Sosialisme
“Sosialisme” berasal dari kata Latin socius yang berarti “teman” atau “kawan”.
Sosialisme memandang manusia sebagai makhluk social sebagai sesame yang hidup bersama
orang lain. Liberalisme lebih cenderung melihat manusia sebagai individu yang mempunyai
kebebasan masing-masing. Masyarakat yang diatur secara liberalism ditandai egoism,
sedangkan masyarakat yang diatur secara sosialistis atau kesetiakawanan.
2.3.Kekuatan dan kelemahan
Kekuatan lliberalisme adalah bahwa milik pribadi diakui sebagai cara penting untuk
mewujudkan kebebasan pribadi. Tetapi liberalisme juga mempunyai kelemahan.
Kelemahannya yang utama adalah bahwa mereka kurang memperhatikan nasib kaum miskin
dan orang kurang beruntung dalam perjuangan hidup, seperti kaum buruh dalam masyarakat
berindustri.
Kekuatan Sosialisme adalah mereka menemukan dimensi transindividual dari milik.
Milik selalu mempunyai suatu fungsi social dan tidak boleh dibatasi pada kepentingan pribadi
saja.Tetapi, sosialisme mempunyai juga kelemahan dan kelemahan itu terasa cukup besar,
bahkan menjadi fatal untuk sistem pemerintahan sosialistis. Ekonomi yang direncakan
dengan ketat dari atas ternyata tidak bisa berhasil.

3. Kapitalisme dan demokratisasi


Demokratisasi dalam ekonomi dijalankan secara kapitalistis di Negara-negara
industry Barat merupakan fenomena yang sangat menarik. Pertama, sistem pemerintahan
demokratis berhasil mengoreksi beberapa ekses kapitalisme. Kedua, antagonism antara kelas-
kelas seperti dimengerti marxisme, dalam sistem pemerintahan demokratis cukup teratasi.
Kaum pekerja tidak lagi berpolarisasi dengan kau majikan karena mereka menyadari
mempunyai banyak kepentingan bersama. Ketiga, fenomena yang barangkali menarik adalah
pemilikan sarana produksi yang semakin merata.

4.Etika pasar bebas


Pandangan Gauthier yang pernah mengemukakan pendapat bahwa pasar tidak
membutuhkan moralitas. Pasar sempurna dimaksudkan pasar di mana kompetisi berjalan
dengan sempurna. Pada kenyataanya, proses-proses di pasaran selalu disertai macam-macam
kegagalan dan kekurangan. Namun demikian, sistem pasar bebas yang bisa dijalankan
sekarang tetap merupakan sistem ekonomi yang paling unggul.
BAB V
Keuntungan Sebagai Tujuan Perusahaan

Kuntungan termasuk definisi bisnis. Sebab, apa itu bisnis? Frngan cara sederhana
atapi cuup jelas, bisnis sering dilakukan sebagai “to provide product or sevices for profit”.
Tidak bisa dikatakan juga bahwa setiap kegiatan ekonomis menghasilkan keuntungan.
Keuntungan atau profit baru muncul dengan kegiatan ekonomi yang memakai sistem
keuntungan. Profit selalu berkaitan dengan kegiatan ekonomi, dimana kedua belah pihak
menggunakan uang.
Karena hubungan dengan uang itu, perolehan profit secara khusus berlangsung dalam
konteks kapitalisme. Keterkeikatan dengan keuntungan itu merupakan suatu alas an khusus
mengapa bisnis selalu ekstra rawan dari sudut pandang etika. Tentu saja, organisasi yang non
for profit pun pasti sewaktu-waktu berurusan dengan etika.
1. Maksimalisasi keuntungan sebagai cita-cita kapitalisme liberal
Profit maximimization atau maksimalisasi keuntungan merupakan tema penting
dalam ilmu manajemen ekonomi. Kalau memaksimalkan keuntungan menjadi satu-satunya
tujuan perusahaan, dengan sendirinya akan timbul keadaan yang tidak etis. Jika keuntungan
menjadi satu-satunya tujuan itu, semua karyawan dikerahkan dan dimanfatkan demi
tercapainya tujuan itu, termasuk juga karyawan yang bekerja dalam perusahaan. Akan tetapi
memperalat karyawan karena alasan apa saja berarti tidak menghormati mereka sebagai
manusia. Studi sejarah menunjukan bahwa maksimalisasi keuntungan sebagai tujuan usaha
ekonomi memang bisa membawa akibat kurang etis.
2. Masalah pekerja anak
Tidak perlu diragukan, pekerja yang dilakukan oleh anak (child labor) merupakan
topic dengan banyak implikasi etis, tetai masalah ini sekaligus juga sangat kompleks, karena
faktor-faktor ekonomis di sini dengan dengan aneka macam cara bercampur baur dengan
faktor-faktor budaya dan social.
3. Relativasi keuntungan
Tidak bisa disangkal, pertimbangan etis mau tidak mau membatasi peranan
keuntungan dalam bisnis. Seandainya keuntungan merupakan faktor satu-satunya yang
menentukan sukses dalam bisnis, perdagangan heroin, kokain, atau obat terlarang lainnya
harus dianggap sebagai good business, karena sempat membawa untung yang sangat banyak.
Bisnis menjadi tidak etis, kalau perolehan untung dimutlakkan dan segi moral
dikesampingkan. Di satu pihak perlu diakui, bisnis tanpa tujuan profit bukan bisnis lagi.
Dengan demikian dan banyak cara lain lagi dapat dijelaskan relativitas keuntungan dalam
usaha bisnis. Tetapi, bagaimanapun juga, keuntungan dalam bisnis tetap perlu. Hanya tidak
bisa dikatakan lagi bahwa maksimalisasi keuntungan merupakan tujuan bisnis atau profit
merupakan satu-satunya tujuan bagi bisnis.
4. Manfaat bagi stakeholder
Yang dimaksud stakeholders adalah orang atau instansi yang berkepentingan dengan
suatu bisnis atau perusahaan. Dalam bahasa Indonesia kini sering dipakai terjemahan “pihak
yang berkepentingan” Stakeholder adalah semua pihak yang berkepntingan yang
berkepentingan dengan kegiatan suatu perusahaan.
BAB VI
KEWAJIBAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan
kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan. Seorang filosof berpendapat
bahwa selalu ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Pandangan yang disebut
“teori korelasi” itu mengatakan bahwa setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak
orang lain dan sebaliknya setiap hak seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk
memenuhi hak tersebut.

1. kewajiban karyawan erhadap perusahaan


Ada 3 kewajiban karyawan :
1. Kewajiban ketaatan
Bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu implikasi dari
statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus mematuhi perintah dan petunjuk dari
atasannya. Tetapi, karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang
menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak bermoral.

2. Kewajiban konfidensialitas
Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat
konfidensial dan kareana itu rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi.
Konfidensialitas berasal dari kata Latin confidere yang berarti mempercayai. Dalam konteks
perusahaan konfidensialitas memegang peranan penting. Karena seseorang bekerja pada
suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses kepada informasi rahasia. Sehingga tidak
perlu dipertanyakan lagi mengapa karyawan harus menyimpan rahasia perusahaan karena
alasan etika mendasari kewajiban ini yaitu bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi
rahasia itu. Membuka rahasia itu berarti sama saja dengan mencuri.
2. Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan
Berturut-turut akan dibicarakan tentang kewajiban perusahaan untuk tidak diskriminasi,
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, untuk memberi imbalan kerja yang pantas
dan untuk tidak memberhentikan karyawan dengan semena-mena. Kewajiban perusahaan
biasanya sepadan dengan hak karyawan.
1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi
Diskriminasi adalah masalah etis yang baru nampak dengan jelas dalam paro kedua dari
abad ke 20. Biasanya mengenai warna kulit dan gender (jenis kelamin). Di Indonesia
diskriminasi timbul berhubungan dengan status asli / tidak asli, pribumi / non-pribumi, dari
para warga negara dan agama.
2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
a. Beberapa aspek keselamatan kerja
Keselamatan kerja dapat terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat kerja itu
aman kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera
atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi
sehat. Tempat kerja bisa dianggap sehat kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan
kesehatan / penyakit.
3. Kewajiban memberi gaji yang adil
Motivasi seseorang untuk bekerja tidak lepas dari untuk mengembangkan diri, memberi
sumbangsih yang berguna bagi pembangunan masyarakat namun yang sangat penting adalah
untuk memperoleh upah atau gaji. Namun dalam gerakan sosial zaman industri upah yang
adil sering menjadi pokok perjuangan yang utama.
BAB VII
MASALAH ETIS SEPUTAR KONSUMEN
Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern, karena
bisnis tidak mungkin berjalan, kalau tidak ada konsumen yang menggunakan produk/jasa
yang dibuat dan ditawarkan oleh pebisnis. Pelanggan adalah raja dalam arti bahwa dialah
yang harus dilayani dan dijadikan tujuan utama kegiatan produsen. Konsumen harus
diperlakukan dengan baik secara moral, tidak saja merupakan tuntutan etis, melainkan juga
syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis.
1. Perhatian untuk konsumen
Secara spontan bisnis mulai dengan mencurahkan segala perhatiannya kepada produknya,
bukan kepada konsumen. Hak yang dimiliki oleh konsumen :
a. Hak atas keamanan
Banyak produk mengandung resiko tertentu untuk konsumen, khususnya resiko untuk
kesehatan dan keselamatan. Konsumen berhak atas produk yang aman, artinya produk yang
tidak mempunyai kesalahan teknis atau kesalahan lainnya yang bisa merugikan kesehatan
atau bahkan membahayakan kehidupan konsumen. Bila sebuah produk karena hakikatnya
selalu mengandung resiko, contohnya gergaji listrik : resiko itu harus dibatasi sampai tingkat
seminimal mungkin.
b. Hak atas informasi
Konsumen berhak memperoleh informasi yang relevan mengenai produk yang
dibelinya, baik apa sesungguhnya produk itu ( bahan bakunya , umpamanya ), maupun
bagaimana cara memakainya, maupun juga resiko dari pemakaiannya. Hak ini meliputi
segala aspek pemasaran dan periklanan. Semua informasi yang disebut pada label produk
tersebut haruslah benar : isinya, beratnya, tanggal kadarluarsanya, ciri–ciri khusus dan
sebagainya.
c. Hak untuk memilih
Dalam sistem ekonomi pasar bebas, di mana kompetisi merupakan unsur hakiki,
konsumen berhak untuk memilih antara berbagai produk/jasa yang ditawarkan.
d. Hak untuk didengarkan
Karena konsumen adalah orang menggunakan produk/jasa, ia berhak bahwa
keinginannya tentang produk /jasa itu didengarkan dan dipertimbangkan, terutama
keluhannya.
e. Hak lingkungan hidup
Melalui produk yang digunakannya, konsumen memanfaatkan sumber daya alam. Ia
berhak bahwa produk dibikin sedemikian rupa, sehingga tidak mengakibatkan pencemaran
lingkungan atau merugikan keberlanjutan proses–proses alam.
f. Hak konsumen atas pendidikan
Melalui sekolah dan meddia massa, masyarakat juga hrus dipersiapkan menjadi
konsumen yang kritis dan sadar akan haknya. Dengan itu ia sanggup memberikan sumbangan
yang berarti kepada mutu kehidupan ekonomi dan mutu bisnis pada umumnya.
2. Tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman
Disini produsen harus menjamin bahwa produknya pada saat pembelian dalam
keadaan prima sehingga bisa dipakai dengan aman. Terhadap suatu produk yang baru dibeli
dan dipakai, produsen maupun konsumen masing–masing mempunyai tanggung jawab.Untuk
mendasarkan tanggung jawab produsen, telah dikemukakan 3 teori yang mendukung nuansa
yang berbeda :
a. Teori kontrak
Pandangan kontrak ini sejalan dengan pepatah romawi kuno yang berbunyi caveat
emptor yang berarti “hendaknya si pembeli behati–hati”. Tetapi tudak bisa dikatakan juga
bahwa hubungan produsen dengan konsumen selalu dan seluruhnya berlangsung dalam
kerangka kontrak. Beberapa hal yang menentang teori ini :
· Teori kontrak mengandalkan bahwa produsen dan konsumen berada pada taraf yang
sama. Tetapi pada kenyataannya tidak terdapat persamaan antara produsen–konsumen,
khususnya dalam konteks bisnis modern.
· Kritik kedua menegaskan bahwa teori kontrak mengandalkan hubungan langsung
antara produsen dan konsumen. Padahal konsumen pada kenyataannya jarang sekali
berhubungan langsung dengan produsen.
· Konsepsi kontrak tidak cukup untuk melindungi konsumen dengan baik. Kalau
perlindungan terhadap konsumen hanya tergantung pada ketentuan dalam kontrak maka bisa
terjadi juga bahwa konsumen terlkanjur menyetujui kontrak jual beli. Padahal disitu tidak
terjamin bahwa produk bisa diandalkan, akan berumur lama, akan bersifat aman dan
sebagainya.
b. Teori perhatian semetinya
Pandangan “perhatian semestinya” ini tidak memfokuskan kontrak atau persetujuan
antara konsumen dan produsen , melainkan terutama kualitas produk serta tanggung jawab
produsen. Karena itu tekanannya bukan dari segi hukum saja, melainkan dalam etika dalam
arti luas. Norma dasar yang melandasi pandangan ini adalah bahwa seseorang tidak boleh
merugikan orang lain dengan kegiatannya.
c. Teori biaya social
Teori biaya sosial merupakan versi yang paling ekstrim dari semboyan caveat
venditor . Walaupun teori ini paling menguntungkan bagi konsumen, rupanya sulit juga
mempertahankan. kritik yang dikemukakan dalam teori ini adalah sebagai berikut : teori
biaya sosial tampaknya kurang adil, karena menganggap orang bertanggung jawab atas hal–
hal yang tidak diketahui atau tidak dihindarkan. Menurut keadaan kompensatoris orang yang
bertanggung jawab atas akibat perbuatan yang diketahui dapat terjadi dan bisa dicegah
olehnya.Tanggung jawab bisnis lainnya terhadap konsumen.
Selain harus menjamin keamanan produk , bisnis juga mempunyai kewajiban lain terhadap
consumen, diantaranya :
· Kualitas produk
Dengan kualitas produk, disini dimaksudkan bahwa produk sesuai dengan apa yang
dijanjikan produsen dan apa yang secara wajar boleh diharapkan konsumen.
· Harga
Harga merupakan buah hasil perhitungan faktor–faktor seperti biaya produksi, biaya
investasi, promosi, pajak, ditambah tentu laba yang wajar. Dalam sistem ekonomi pasar
bebas, sepintas lalu rupanya harga yang adil adalah hasil akhir dari perkembangan daya pasar.
· Pengemasan dan pemberiaan label
Pengemasan dan label dapat menimbulkan masalah etis. Tuntutan etis yang pertama ialah
bahwa informasi yang disebut pada kemasan itu benar.
BAB VIII
PERIKLANAN DAN ETIKA

1. Fungsi Periklanan
Dalam buku-buku tentang manajemen periklanan, iklan dipandang sebagai upaya
komunikasi. Iklan dilukiskan sebagai komunikasi antara produsen dan pasaran, antara penjual
dan calon pembeli. Periklanan dibedakan dalam dua fungsi : fungsi informatif dan fungsi
persuasif. Tetapi pada kenyataannya tidak ada iklan yang semata-mata informatif dan tidak
ada iklan yang semata-mata persuasif.
2. Periklanan dan kebenaran
Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reputasi baik sebagai pelindung atau
pejuang kebenaran. Sebaliknya, kerap kali iklan terkesan suka membohongi, menyesatkan,
dan bahkan menipu publik. Iklan bukan saja menyesatkan dengan berbohong, tapi juga
dengan tidak mengatakan seluruh kebenaran, misalnya karena mendiamkan sesuatu yang
sebenarnya penting untuk diketahui.
3. Manipulasi dengan periklanan
Masalah manipulasi terutama berkaitan dengan segi persuasive dari iklan (tapi tidak
terlepas juga dari seg informatifnya). Karena dimanipulasi, seseorang mengikuti motivasi
yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam dirinya dari luar.
Ada 2 cara untuk memanipulasi orang dengan periklanan :
a. Subliminal advertising
Maksudnya adalah teknik periklanan yang sekilas menyampaikan suatu pesan dengan
begitu cepat, sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi tinggal di bawah ambang
kesadaran. Teknik ini bisa dipakai di bidang visual maupun audio.
Teknik subliminal bisa sangat efektif, contohnya, dalam sebuah bioskop di New Jersey yang
menyisipkan sebuah pesan subliminal dalam film yang isinya “Lapar. Makan popcorn”. Dan
konon waktu istirahat popcorn jauh lebih laris dari biasa.
b. Iklan yang ditujukan kepada anak
Iklan seperti ini pun harus dianggap kurang etis, Karena anak mudah dimanipulasi
dan dipermainkan. Iklan yang ditujukan langsung kepada anak tidak bisa dinilai lain daripada
manipulasi saja dan karena itu harus ditolak sebagai tidak etis.
4. Pengontrolan terhadap iklan
Dalam bisnis periklanan, perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi
kerawanan tersebut. Pengontrolan ini terutama harus dijalankan dengan tiga cara berikut ini :
a. Kontrol oleh pemerinah
Tugas penting bagi pemerintah, harus melindungi masyarakat konsumen terhadap
keganasan periklanan.
b. Kontrol oleh para pengiklan
Cara paling ampuh untuk menanggulangi masalah etis tentang periklanan adalah
pengaturan diri (self regulation) oleh dunia periklanan. Biasanya dilakukan dengan menyusun
sebuah kode etik, sejumlah norma dan pedoman yang disetujui oleh para periklan, khususnya
oleh asosiasi biro-biro periklanan.
c. Kontrol oleh masyarakat
Masyarakat luas tentu harus diikutsertakan dalam mengawasi mutu etis periklanan. Dengan
mendukung dan menggalakkan lembaga-lembaga konsumen, kita bisa menetralisasi efek-
efek negatif dari periklanan.
5. Penilaian etis terhadap iklan
Ada empat faktor yang selalu harus dipertimbangkan dalam menerapkan prinsip-
prinsip etis jika kita ingin membentuk penilaian etis yang seimbang tentang iklan.
a. Maksud si pengiklan
Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan itu menjadi
tidak baik juga. Jika maksud si pengiklan adalah membuat iklan yang menyesatkan, tentu
iklannya menjadi tidak etis.
b. Isi iklan
Menurut isinya, iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang
menyesatkan. Iklan menjadi tidak etis pula, bila mendiamkan sesuatu yang sebenarnya
penting. Namun demikian, kita tidak boleh melupakan bahwa iklan diadakan dalam rangka
promosi. Karena itu informasinya tidak perlu selengkap dan seobyektif seperti seperti laporan
dari instansi netral.
c. Keadaan publik yang tertuju
Yang dimengerti disini dengan publik adalah orang dewasa yang normal dan
mempunyai informasi cukup tentang produk atau jasa yang diiklankan.
6. Kebiasaan di bidang periklanan
Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi itu orang
sudah biasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Dimana ada tradisi periklanan yang
sudah lama dan terbentuk kuat, tentu masuk akal saja bila beberapa iklan lebih mudah di
terima daripada dimana praktek periklanan baru mulai dijalankan pada skala besar.

BAB IX
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

1. Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral Perusahaan


Perusahaan mempunyai tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia
memilki status legal. Karena merupakan badan hukum, perusahaan mempunyai banyak hak
dan kewajiban legal yang dimiliki juga oleh manusia perorangan , seperti menuntut di
pengadilan, dituntut di pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak, dll. Seperti
subyek hukum biasa (manusia perorangan), perusahaan pun harus mentaati perturan hukum
dan memenuhi hukumannya, bila terjadi pelanggaran. “Suatu korporasi adalah suatu makhluk
buatan, tidak terlihat, tidak terwujud, dan hanya berada di mata hukum. Karena semata –
mata ciptaan hukum, ia hanya memilki ciri-ciri yang oleh akta pendiriannya diberikan
kepada…” (Hakim Agung, Marshal,1819).
2. Pandangan Milton Friedman Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Friedman maksud dari perusahaan adalah perusahaan publik dimana
kepemilkan terpisah dari manajemen. Para manajer hanya menjalakan tugas yang
dipercayakan kepada mereka oleh para pemegang saham. Sehingga tanggung jawab social
boleh dijalankan oleh para manajer secara pribadi, seperti juga oleh orang lain, akan tetapi
sebagai manajer mereka mereka mewakili pemegang saham dan tanggung jwab mereka adlah
mengutamakan kepentingan mereka, yakni memperoleh keuntungan sebanyak mungkin.
Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab social dari bisnis merusak system
ekomoni pasar bebas.
3. Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial
Masalah tanggung jawab social perusahaan dapat menjadi lebih jelas, jika kita
membedakan dari tanggung jawab lain. Bisnis selalu mempunya dua tanggung jawab :
tanggung jawab ekonimis dan tanggung jawab social. Jika Milton Friedman menyebutkan
peningkatan keuntungan perusahaan sebagai tanggung jawab sosialnya, sebenarnya hal ini
justru membicarakan tanggung jawab ekonomi saja, bukan tanggng jawab social. Kinerja
setiap perusahaan menyubangkan kepada kinereja ekonomi nasioal sebuah Negara.
Tanggung jawab social perusahaan adalah tanggung jawab terhadap masyarakat di
luar tanggung jawab ekonomis. Secara positif perusahaan bisa melakukan kegiatan yang tidak
membawa keuntungan ekonomis dan semata-mata dilangsungkan demi kesejahteraan
masyarakat atau salah satu kelompok di dalamnya.
4. Kinerja Sosial Perusahaan
Upaya kinerja sosial perusahaan sebaiknya tidak dikategorikan sebagai pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan. Walaupun secara langsung tidak dikejar keuntungan,
namun usaha-usaha kinerja social perusahaan ini tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab
ekonomis perusahaan. Konsepsi kinerja sosial perusahaan ini memang tidak asing terhadap
tanggung jawab ekonomis perusahaan, tetapi konsepsi ini sangat cocok juga dengan paham
stakeholders management.
5. Beberapa Kasus
1. Susu formula Nestle
Hanya sebagian kecil ibu-ibu muda tidak dapat menyusui anaknya sendiri.
Untuk membantu mereka pada abad ke-19 dikembangkan susu formula sebagai
pengganti Air Susu Ibu (ASI). Nestle mengkampanyekan mengkampanyekan promosi
besar-besaran, yang akhirnya menurut banyak pengamat melanggar etika. Beberapa
LSM mengadakan aksi melawan Nestle, hingga jutaan orang dari puluhan negara
memboikot semua produk Nestle dan berlangsung selama enam setengah tahun.
Pada Mei 1981,WHO dan UNICEF menyelenggarakan World Health
Assembly, sehingga diterimanya kode etik pemasaran susu formula. Kode etik yang
melarang pemasaran setiap kegiatan pemasran yan tidak mengakui degan jelas
keunggulan ASI diatas susu formula. Lama kelamaan Nestle menerima semua
ketentuan hingga boikot di hentikan. Nestle malah menjadi produsen susu formula
pertama yang menghilangkan gambar bayi montok dari kaleng produknya.
2. Musibah pabrik Union Carbide di Bhopal
Pada 3 desember 1984 terjadi kecelakaan besar dalam pabrik pestisida milk
Union Carbide di kota Bhopal , India. Tombul pertanyaan siapa yang bertanggung
jawab atsa kejadian tragis ini. Kecelakaan yang disebabkan oleh beberapa factor
berbeda yang memainkan peran skaligus. Sebagai pemilik mayoritas asaham, Union
Carbide Amerika mempunyai tanggung jawab khusus. Pada saat itu ditemukannya
kekurangan pada tangki-tangki MIC, sehingga hal ini diperbaiki saat kecelakaan.
Terdapat lima system pengaman tangki yang bisa mencegah kecelakaan.
BAB X
BISNIS, LINGKUNGAN, HIDUP, DAN ETIKA

1. Krisis Lingkungan Hidup


Dalam situasi kita saat ini masih tetap berlaku bahwa kerusakan lingkungan paling terasa
alam daerah-daerah industry. Pada era ini, masalah lingkungan hidup sudah mencapai suatu taraf
global. Terutama ada 6 problem yang dengan jelas menunjukan dimensi global. Antara lain :
1. akumulasi bahan beracun
2. efek rumah kaca
3. perusakan lapisan ozon
4. hujan asam
5. deforstasi dan penggurunan
6. keanekaan hayati
2. Lingkungan Hidup dan Ekonomi
1. Lingkungan hidup sebagai “the commons”
Bisnis modern yang mengandaikan lingkungan hidup sebagai ranah umum. Dianggapnya
tidak ada pemilik dan tidak ada kepentingan pribadi. The commons adalah ladang umum yang dulu
dapat ditemukan dalam banyak daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama-sama
oleh semua penduduknya.
2. Lingkungan Hidup tidak lagi eksternalis
Lingkungan hidup dan komponen-komponen didalamnya terbatas walaupun barangkali
tersedia dalam kuantitas besar. Sumber daya alam pun ditandai dengan kelangkaan. Jika peminat
berjumlah besar, maka air, udara, dan komponen-komponen hidup lingkungan lain menjadi barang
langka dan itu tidak bisa lagi dipakai dengan gratis.
3. Pembangunan berkelanjutan
Ekonomi selalu menekankan perlunya pertumbuhan. Ekonomi yang sehat merupakan
ekonomi yang tumbuh. Makin besar pertumbuhan, semakin sehat pula pertumbuhan makin sehat pula
kondisi ekonomi tersebut. Kapasitas alam untuk menampung tekanan dari polusi udara, air, degradasi
tanah dsb, tidak dapat diimbangi dengan teknologi baru. Ekonomi harus memikirkan kemungkinan
“zero growth” atau bukan pertumbuhan sama sekali.
3. Hubungan Manusia dengan Alam
Manusia tidak terpisah dengan alam, manusia termasuk alam itu sendiri seperti setiap
makhluk hidup lain. Pandangan baru dibutuhkan bila ingin mengatasi krisis lingkungan, harus bersifat
ekosentris karena menepmpatkan alam dalam pusatnya.
4. Mencari Dasar Etika untuk Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup
Dasar etika untuk tanggung jawab manusia itu sendiri disajikan oleh beberapa pendekatan
berbeda, anatara lain :
1. Hak dan deontology
2. Utilitarisme
3. Keadilan
5. Implementasi Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup
Jika polusi memang merugikan lingkungan, salah satu tindakan logis dengan melarang semua
kegiatan yang mengakibatkan polusi.
Contoh : Pemakaian kendaraan bermotor pribadi (sepeda motor atau mobil) , kegiatan tersebut
mencemari lingkungan tetapi jika kita dilarang, kita akan merasa hak kita dilanggar.Tanggung jawab
moral untuk melindungi lingkungan harus dipertimbangkan terhadap faktor-faktor lain, khususnya
kegiatan-kegiatan ekonomi kita.
6. Beberapa Kasus Lingkungan Hidup
Musibah reaktor nuklir di Chernobyl Pada 26 april 1986 dini hari terjadi kecelakaan dahsyat
dengan reaktor no. 4 di kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl, Ukraina, suatu
republik dari Uni Soviet. Kecelakaan terjadi dalam rangka menguji run down system-nya, yang
dikombinasikan dengan pemeliharaan dan pengisian beberapa elemen.
PT. Inti Indorayon Utama dan Danau Toba Pada 19 Maret 1999 Presiden B.J. Habibie
memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan operasional industri bubur kertas (pupl) yang
berlokasi di Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir. Penutupan pabrik PT. IIU
diperintahkan sebagai percobaan meredakan keresahan masyarakat, karena menjadi penyebab utama
kerusakan lingkungan sekitar Danau Toba, yang permukaan airnya menurun drastis.
Kecelakaan kapal tangki Exxon Valders Kecelakaan paling besar dalam sejarah Amerika
Serikat terjadi pada malam 23-24 Maret 1989, ketika kapal tangki raksasa Exxon Valders, milik
perusahaan minyak Oxxon, kandas pada Bligh Reef dalam selat Prince William Sound, Alaska. Kira-
kira 41 juta liter minyak bumi, hanya 27 persen muatan mengalir kelaut dan mencemari kawasan
ekologis yang sangat berharga itu.

BAB XI
ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIOAL

1. Norma-norma Moral yang umum pada taraf Internasional


Salah satu masalah besar yang sudah lama disoroti serta didiskusikan dalam etika
filosofis adalah relatif tidaknya norma-norma moral. Kami berpendapat bahwa pandangan
yang menganggap norma-norma moral relatif saja tidak bisa dipertahankan. Namun
demikian, itu tidak berarti bahwa norma-norma moral bersifat absolut atau tidak mutlak
begitu saja. Jadi, pertanyaan yang tidak mudah itu harus bernuansa. Masalah teoritis yang
serba kompleks ini kembali lagi pada taraf praktis dalam etika bisnis internaasional.
2. Masalah “Dumping” dalam Bisnis Internasional
Salah satu topik yang jelas termasuk etika bisnis internasional adalah dumpin produk,
karena praktek kurang etis ini secara khusus berlangsung dalam hubungan dengan negara
lain. Yang dimaksudkan dengan dumpingadalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar
di suatu negara lain dengan harga di bawah harga pasar dan kadang-kadang malah di bawah
biaya produksi. Dapat dimengerti bahwa yang merasa keberatan terhadap
praktek dumping ini bukannya para konsumen, melainkan para produsen dari produk yang
sama di negara di mana dumping dilakukan. Para konsumen justru merasa beruntung –
sekurang-kurangnya dalam jangka pendek – karena dapat membeli produk dengan harga
murah, sedangkan para produsen menderita kerugian, karena tidak sanggup menawarkan
produk dengan harga semurah itu.
3. Aspek etis dari Korporasi Multinasional
Fenomena yang agak baru di atas panggung bisnis dunia adalah korporasi
multinasional, yang juga disebut korporasi transnasional. Yang dimaksudkan dengannya
adalah perusahaan yang mempunyai investasi langsung dalam dua negara atau lebih. Jadi,
perusahaan yang mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri, dengan demikian belum
mencapai status korporasi multi nasional (KMN), tetapi perusahaan yang memilki pabrik di
beberapa negara termasuk di dalamnya.
4. Masalah Korupsi dalam taraf Internasional
Korupsi dalam bisnis tentu tidak hanya terjadi pada taraf internasional, namun
perhatian yang diberikan kepada masalah korupsi dalam literatur etika bisnis terutama
diarahkan kepada konteks internasional.
Skandal Suap Leockheed
Lockheed adalah produsen pesawat terbang Amerika Serikat yang melakukan suap ke
berbagai Negara dengan tujuan agar produknya dapat di pasarkan, lalu terbulaka kasus ini
dan dimuat diberbagai media massa yang menimbulkan reaksi cukub hebat.
Lockheed merasa keberatan dengan Undang-undang anti suap di Amerika. Terdapat dua
keberatan yang sering ditemukan yaitu :
1. Undang-undang ini mempraktekkan semacam imprealisme etis.
2. Undang-undang ini merugikan bisnis Amerika, karena melemahkan daya saingnya.

BAB XII
PERANAN ETIKA DALAM BISNIS
1.Bisnis berlangsung dalam konteks moral
1. Mitos mengenai bisnis amoral
Dalam bisnis, orang menyibukkan diri dengan jual beli, dengan membikin produk
atau menawarkan jasa, dengan merebut pasar, tetapi orang tidak berurusan dengan etika dan
moralitas.Maka hal yang perlu diyakini bahwa bisnis tidak terlepas dari segi-segi moral.
Bisnis tidak saja berurusan dengan angka penjualan saja atau adnaya profit. Good
business memiliki juga suatu makna moral.
2. Bisnis harus berlaku etis
Dalam dunia bisnis harus menerapkan beberapa aspek, yaitu :
a. Tuhan adalah hakim kita
b. Kontrak social
c. Keutamaan.

2.Kode etik perusahaan


1.Manfaaat dari kesulitan aneka macam kode etik perusahaan
Dapat dilukiskan sebagai berikut:
a)Kode etik dapt meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan karena etika telah dijadika
sebagian corporate cultur
b)Kode etik dapat mebantu menghilangkan grey area di bidang etika
c)Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
d)Kode etik menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya kemungkinan
untuk mengatur dirinya sendiri.
2.Ethical auditing
Jika perusahaan memilki sebuah kode etik, ethical auditing itu secara langsung
terfokuskan pada kode etik tersebut. Sebagaiman langsung dimengerti, dengan demikian
tersedia method yang baik untuk menegakkan kode etik perusahaan dengan iklas dan
konsekuen.
3.The body shop sebagai contoh
The body shop adalah sebuah perusahaan internasional yang berasal dari Inggris dan
bergerak di bidang kosmetik serta toiletries.
Setiap dua tahun The body shop membiarkan dirinya diaudit dari segi social dan etis.

3. Good ethics, good business


Pada umumnyan perusahaan yang etis adalah perusahaan yang ingin mecapai sukses
juga. Good ethics, good business. Keyakinan ini sekarang terbentuk cukup umum. Namun
demikian, hal itu tidak berarti bahwa harapan akan sukses boleh jadi satu-satunya motivasi
atau amalah motivasi utama untuk berperilaku etis.
RINGKASAN BUKU KEDUA

BAB 1
ETIKA DAN BISNIS
1.1 Hakikat Etika Bisnis
Apakah etika itu? Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan
dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan
dalam kehidupan kita dan apakah standar ini masuk akal atau tidak masuk akal-standar yaitu,
apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau yang jelek.
Etika bukan hanya cara untuk memelajari moralitas. Ilmu-ilmu sosial semacam
antropologi, sosiologi dan psikologi juga memelajari moralitas, namun melakukannya dengan
cara yang sangat berbeda dari pendekatan moralitas yang merupakan ciri etika. Meskipun
etika merupakan studi normatief mengenai etika, ilmu-ilmu social terlibat dalam
studi deskriptif etika. Sebuah studi normatif merupakan penelusuran yang mencoba mencapai
kesimpulan-kesimpulan normatif yaitu, kesimpulan tentang hal-hal yang baik dan buruk atau
tentang tindakan apa yang benar atau salah. Ringkasnya, studi normatif bertujuan
menemukan apa yang seharusnya.
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis.
Institusi yang paling berpengaruh di dalam masyarakat sekarang ini adalah institusi
ekonomi. Institusi ini didesain untuk mencapai dua tujuan:
(a) produksi barang dan jasa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat,
(b) distribusi barang dan jasa ke beragam anggota masyarakat.

1.2 Argumen yang Mendukung dan yang Menentang Etika Bisnis


Tiga Keberatan atas Penerapan Etika ke dalam Bisnis:
Pertama, beberapa berpendapat bahwa di pasar bebas kompetitif yang sempurna,
pencarian keuntungan dengan sendirinya menekan bahwa anggota masyarakat berfungsi
dengan cara-cara yang paling menguntungkan secara social.
Kedua, kadang argumen diajukan untuk menunjukkan bahwa manajer bisnis hendaknya
berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan pertimbangan yang etis.
Ketiga, argumen ditegakkan untuk menentang penerapan etika kedalam bisnis. Ada
keberatan bahwa untuk menjadi etis cukuplah bagi orang – orang bisnis sekedar mentaati
hokum: Etika bisnis pada dasarnya adalah mentaati hokum.

1.3 Tanggung Jawab dan Kesalahan Moral


Tanggung Jawab Korporasi
Di dalam korporasi modern, tanggung jawab atas tindakan korporasi sering
didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Misalnya, sebuah tim manajer
mendesain sebuah mobil, tim lain mengujinya, dan tim ketiga membuatnya, satu orang
member perintah, member saranatau memastikan sesuatu, yang lainnya melaksanakan
perintah, saran dan kepastian tersebut satu kelompok membohongi pembeli dan kelompok
lainnya tahu namun diam-diam menikmati keuntungannya, satu orang menunjukkan caranya
dan orang yang lain melaksanakannya, satu kelompok melakukan kesalahan dan kelompok
lainnya menyembunyikan kesalahan itu. Variasi kerja sama itu tanpa ujung.
Tanggung Jawab Bawahan
Dalam sebuah korporasi, karyawan sering bertindak berdasarkan perintah atasan
mereka. Korporasi biasanya memiliki struktur otoritas hierarkis di mana perintah dan arahan
berlangsung dari struktur yang lebih tinggi ke beragam agen pada level yang lebih rendah.
Seorang wakil direktur mengatakan kepada beberapa manajer madya bahwa mereka harus
mencapai tujuan produksi tertentu dan para manajer menengah berusaha untuk mencapainya.
Siapakah yang secara moral bertanggung jawab ketika seorang atasan memerintahkan
bawahannya untuk melaksanakan tindakan yang mereka ketahui salah?

BAB 2
PRINSIP – PRINSIP ETIS DALAM BISNIS

2.1 Utilitarianisme: Menimbang Biaya dan Keuntungan Sosial


Pendekatan ini kadang disebut pendekatan konsekuensialis dan kadang disebut juga
pendekatan utilitarian. Untuk melihat lebih dekat pada pendekatan ini, mari kita memelajari
sebuah situasi dimana pendekatan ini menjadi pertimbangan dasar dalam membuat sebuah
keputusan bisnis yang memiliki pengaruh dramastis pada kehidupan banyak orang.

2.2 Hak dan Kewajiban


Pada bulan April 2000, para eksekutif Microsoft, perusahaan perangkat lunak terbesar
di dunia, dihadapkan pada sekelompok pemegang saham yang merasa prihatin dengan
operasi perusahaan di Cina dan meminta para pemegang saham lainnya untuk mendesak
Microsoft agar lebih menghormati hak-hak asasi manusia. Pada tahun 1999, U.S. State
Departement melaporkan bahwa catatan HAM Cina semakin memburuk pada tahun 1988 dan
bahwa pemerintah terus menekan hak pekerja dan tenaga kerja paksa tetap menjadi masalah.
Sebelumnya, pada tahun 1994, Kementerian Tenaga Kerja Cina mengeluarkan Peraturan
Penanganan Tenaga Kerja di Perusahaan Asing yang mencakup sejumlah hak.
Peraturan-peraturan ini mengakui hak pekerja untuk melakukan tawar menawar secara
kolektif, tapi hanya melalui serikat pekerja yang pembentukannya disetujui oleh pemerintah
Cina. Jika lebih dari separuh pemegang saham yang mendukungnya.

2.3 Etika Memberi Perhatian


Pendekatan-pendekatan etika yang telah kita lihat semuanya mengasumsikan bahwa
etika haruslah imparsial dan dengan demikian semua hubungan khusus antara seseorang
dengan individu tertentu, misalnya anggota keluarga, teman, atau pegawai, harus
dikesampingkan saat menentukan apa yang harus dia lakukan.

2.4 Memadukan Utilitas, Hak, Keadilan, dan Perhatian


Dalam tiga bagian terakhir kita telah membahas empat jenis standar moral yang saat ini
menjadi dasar dari sebagian besar penilaian moral kita serta yang mendorong kita untuk
memasukkan sejumlah pertimbangan yang berbeda dalam penalaran moral kita. Standar
utilitarian wajib digunakan saat kita tidak memiliki sumber daya yang mampu memenuhi
tujjuan atau kebutuhan semua orang, dimana kita didorong untuk mempertimbangkan
keuntungan dan biaya social dari suatu tindakan (atau kebijakan atau institusi) dalam mncapai
tujuan-tujuan tertentu.
2.5 Prinsip Moral Alternatif : Etika Kebaikan
Kebaikan moral merupakan sebuah kecenderungan yang dinilai sebagai bagian dari karakter
manusia yang secara moral baik dan ditunjukkan dalam kebiasaan dan perilakunya, seseorang
dikatakan memiliki kebaikan moral bila dia berperilaku dengan penalaran, perasaan, dan
keinginan-keinginan yang menjadi karakteristik dari seseorang yang secara moral baik.
2.6 Moralitas dalam Konteks Internasional
Sebagai contoh, hokum dan peraturan pemerintah yang berlaku di Amerika, menurut
para manajer di Dow Chemical Company, sangat berbeda dengan yang ada ada di Meksiko
dan Negara-negara lain. Masalah standar keselamatan kerja dan pengamanan dalam
menangani bahan-bahan beracun dan bahaya lain sangat eksplisit dan ketat di Amerika,
sementara di Meksiko masih samar, longgar atau bahkan tidak ada sama sekali.

BAB 3
ETIKA DI PASAR

Pasar adalah Sebuah forum dimana orang-orang berkumpul dengan tujuan untuk
mempertukaran kepemilikan barang atau uang. Pasar bisa berukuran kecil dan sangat
sementara (dua orang sahabat yang saling mempertukaran baju bisa dilihat sebagai tindakan
yang menciptakan pasar sementara) atau sangat besar dan relatife permanen (pasar minyak
mencakup sejumlah benua dan telah beroperasi selama beberapa dekade).
Pasar bebas persaingan sempurna adalah Pasar dimana tidak ada pembeli atau penjual
yang memiliki kekuatan cukup signifikan untuk mampu mempengaruhi harga barang-barang
yang dipertukarkan. Pasar bebas dengan persaingan sempurna memiliki tujuh karakteristik
berikut ini :
1.Jumlah pembeli dan penjual relative banyak, dan tidak ada seorang pun yang memiliki
pangsa yang relatife substansial.
2.Semua pembeli dan penjual bebas masuk atau meninggalkan pasar.
3.Setiap pembeli dan penjual mengetahui sepenuhnya apa yang dilakukan oleh pembeli dan
penjual lainnya, termasuk informasi tentang harga, jumlah, dan kualitas semua barang yang
diperjualbelikan.
4.Barang-barang yang dijual dipasar sangat mirip satu sama lain sehingga tidak ada seorang
pun yang peduli darimana mereka atau menjualnya.
5.Biaya dan keuntungan memproduksi atau menggunakan barang-barang yang dipertukarkan
sepenuhnya ditanggung pihak-pihak yang membeli dan menjual barng-barang tersebut, bukan
oleh pihak lain.
6.Semua pembeli dan penjual adalah “pemaksimal” utilitas : semuanya berusaha untuk
memperoleh sebanyak-banyaknya dengan membayar sesedikit mungkin.
7. Tidak ada pihak luar (misal pemerintah) yang mengatur harga, kuantitas, atau kualitas dari
barang-barang yang diperjual belikan.
Etika dan Pasar Kompetitif Sempurna
Pasar bebas kompetitif sempurna mencakup kekuatan-kekuatan yang mendorong
pembeli dan penjual menuju apa yang disebut titik keseimbangan.
Dalam hal ini pasar dikatakan mampu mencapai tiga moral utama:
a.Mendorong pembeli dan penjual mempertukarkan barang dalam cara yang adil.
b.Memaksimalkan utilitas pembeli dan penjual dengan mendorong mereka mengalokasikan,
menggunakan, dan mendistribusikan barang-barang dengan efisiensi sempurna.
c.Mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan suatu cara yang menghargai hak pembeli dan
penjual untuk melakukan pertukaran secara bebas.
Sistem pasar kompetitif sempurna mencapai efisiensi tersebut dalam 3 cara :
(1) Pasar kompetitif sempurna memotivasi perusahaan untuk menginvestasikan sumber daya
mereka dalam industri-industri yang tingkat permintaannya tinggi dan mengalihkan sumber
daya dari industri-industri yang permintaannya rendah.
(2) Pasar kompetitif sempurna mendorong perusahaan untuk meminimalkan sumber daya
dikonsumsikan untuk memproduksi suatu komoditas dan menggunakan teknologi paling
efisien yang tersedia.
(3) Pasar kompetitif sempurna mendistribusikan komoditas diantara para pembeli dalam
suatu cara dimana semua pembeli menerima komoditas yang paling memuaskan yang dapat
mereka peroleh, dalam kaitannya dengan komoditas yang tersedia bagi mereka serta uang
yang mereka miliki untuk membelinya.

A. Persaingan Monopoli
Dalam monopoli ,dua diantaranya tidak ada yakni : Pertama, karakteristik jumlah
pembeli dan penjual relative banyak dan tidak ada seorangpun yang memiliki pangsa pasar
yang relative substansial dan pasar monopoli hanya memiliki satu penjual dan satu penjual ini
memiliki pasar substansial yang signifikan (100%).
B. Persaingan Oligopoli
Dalam suatu oligopoly, dua dari tujuh karakteristik pasar kompetitif sempurna tidak
terpenuhi. Pertama, tidak banyak penjual yang hanya ada beberapa penjual besar. Dengan
kata lain, sebagian besar pasar dimiliki oleh beberapa perusahaan besar yang secara dimiliki
oleh beberapa perusahaan besar yang secara bersama-sama memiliki kemungkinan untuk
menerapkan harga. Pangsa pasar yang dimiliki masing-masing perusahaan berkisar antara 25
sampai 90 persen dan perusahaan-perusahaan yang menguasai pangsa pasar ini bisa
berjumlah 2 sampai 50 tergantung industrinya.

BAB 4
Etika dan Lingkungan

Etika dan Lingkungan merupakan forum interdisipliner untuk artikel teoretis dan
praktis, diskusi, ulasan, komentar, dan ulasan buku di bidang yang luas diliputi oleh etika
lingkungan. Jurnal ini berfokus pada pendekatan konseptual dalam teori etika dan filsafat
ekologi, termasuk ekologi dalam dan feminisme ekologis, karena mereka berkaitan dengan
isu-isu lingkungan seperti pendidikan lingkungan dan manajemen, ekonomi ekologi, dan
kesehatan ekosistem.
Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan bahwa teori Blackstone hak lingkungan
daun terjawab adalah untuk melihat masalah lingkungan sebagai cacat pasar. Jika suatu
industri mencemari lingkungan, harga pasar dari komoditas tidak akan lagi mencerminkan
biaya sebenarnya memproduksi komoditi dan hasilnya adalah misalokasi sumber daya.
Akibatnya, masyarakat secara keseluruhan dirugikan karena penurunan secara keseluruhan
kesejahteraan ekonomi. Individu, maka harus menghindari pencemaran karena mereka harus
menghindari merugikan masyarakat; kesejahteraan Swasta Biaya dan Biaya Sosial.
Namun, banyak pengamat, langkah-langkah konservasi jatuh jauh dari apa yang
dibutuhkan. Beberapa penulis berpendapat bahwa jika kita untuk melestarikan sumber daya
yang cukup langka sehingga generasi mendatang dapat mempertahankan kualitas hidup
mereka pada tingkat yang memuaskan, kita harus mengubah ekonomi kita secara substansial,
terutama dengan skala bawah kami mengejar pertumbuhan ekonomi. Argumen untuk klaim
ini adalah sederhana, mencolok, dan sangat kontroversial. Jika ekonomi dunia terus mengejar
tujuan pertumbuhan ekonomi, permintaan untuk sumber daya depletable akan terus
meningkat. Karena sumber daya dunia adalah terbatas, di beberapa titik persediaan hanya
akan habis. Pada titik ini, jika bangsa dunia masih didasarkan pada ekonomi pertumbuhan,
kita dapat mengharapkan runtuhnya instutions politik dan sosial.

BAB 5
ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN KONSUMEN

5.1 Pasar dan Perlindungan Konsumen


Banyak orang yang percaya bahwa konsumen secara otomatis terlindungi dari
kerugian adanya pasar bebas dan kompetitif tetapi pemerintah ataupun pelaku bisnis tidak
mengambil langkah – langkah yang diperlukan untuk menghadapi masalah tersebut. Apabila
penjual tidak menyediakan apa yang diinginkan konsumen berarti mereka “RUGI” tetapi
apabila mereka menyediakan apa yang diinginkan konsumen berarti mereka “UNTUNG”.
Jika konsumen menginginkan produk yang lebih aman maka mereka akan
menunjukkan preferesensi dengan bersedia membayar lebih untuk membeli produk yang
lebih aman. Pihak produsen harus menanggapi permintaan itu dengan meningkatkan
keamanan produk mereka. Jika tidak mereka akan kehilangan konsumen karena diambil oleh
pesaing yang memenuhi keinginan konsumen. Akan tetapi, jika konsumen tidak
memperdulikan masalah keamanan maka produsen tidak perlu meningkatkan keamanan
produk mereka.
Tujuh karakteristik untuk memperoleh keuntungan di pasar bebas:
1. Banyak pembeli dan penjual
2. Semua orang bebas masuk pasar
3. Semua orang memiliki informasi lengkap
4. Semua barang dipasar sama
5. Tidak ada biaya eksternal
6. Semua pembeli dan penjual merupakan pemaksimal utilitas yang rasional
7. Pasar tidak diatur
Pada karakteristik “Semua pembeli dan penjual merupakan pemaksimal utilitas yang
rasional” maka pasar bebas mampu menangani semua masalah konsumen.Pemaksimal
kegunanaan rasional adalah seseorang yang memiliki rangkaian preferensi yang didefinisikan
dengan baik dan konsisten. Dan yang selalu merasa pasti bahwa pilihan – pilihannya akan
berpengaruh pada preferensi tersebut.

5.2 Pandangan Kontrak Kewajiban Produsen Konsumen


Menurut pandangan kontrak tentang tugas usaha bisnis terhadap konsumen,
hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan
kontraktual. Pandangan ini menyebutkan bahwa saat konsumen membeli sebuah produk
maka konsumen secara sukarela menyetujui ”Kontrak Penjualan” dengan perusahaan.
Teori kontrak tentang tugas perusahaan terhadap konsumen didasarkan pada pandangan
bahwa kontrak adalah sebuah perjanjian bebas yang mewajibkan pihak – pihak terkait untuk
melaksanakan isi persetujuan.
Dalam Bab 2 kita juga melihat kaum Moralis tradisional menegaskan bahwa tindakan
menyetujui kontrak atau perjanjian tunduk pada beberapa batasan moral sekunder:
1. Kedua belah pihak harus mengetahui sepenuhnya sifat perjanjian yang mereka buat.
2. Kedua belah pihak tidak boleh dengan sengaja menyalah artikan fakta – fakta
perjanjian pada pihak lain.
3. Kedua belah pihak tidak boleh menyetujui perjanjian karena keterpaksaan atau
pengaruh lain.
Teori Kontraktual kewajiban perusahaan terhadap konsumen mengklaim bahwa
perusahaan memiliki empat kewajiban moral utama kewajiban dasar untuk: (a) mematuhi isi
perjanjian penjualan dan kewajiban sekunder untuk (b) memahami sifat produk, (c)
menghindari misrepresentasi, dan (d) menghindari penggunaan paksaan atau pengaruh.
Kewajiban Untuk Mematuhi
Kewajiban moral paling dasar perusahaan terhadap konsumen adalah kewajiban untuk
memberikan suatu produk dengan karakteristik persis seperti yang dinyatakan perusahaan,
yang mendorong konsumen untuk membuat kontrak dengan sukarela dan yang membentuk
pemahaman konsumen tentang apa yang disetujui akan dibelinya.
Kewajiban Untuk Mengungkapkan
Sebuah perjanjian tidak dapat mengikat kecuali bila pihak – pihak yang terlibat
mengetahui apa yang mereka lakukan dan melakukannya dengan sukarela. Hal ini
mengimplikasikan bahwa penjual yang akan membuat perjanjian dengan konsumen
berkewajiban untuk mengungkapkan dengan tepat apa yang akan dibeli konsumen dan apa
saja syarat penjualannya.

BAB 6
ETIKA DISKRIMINASI PEKERJAAN

6.1 Sifat Diskriminasi Pekerjaan


Arti dasar dari diskriminasi adalah “membedakan satu obyek dari obyek lainnya”,
suatu tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Akan tetapi,
dalam pengertian modern, istilah ini secara moral tidak netral : karena biasanya mengacu
pada tindakan membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang
dimiliki, namun berdasarkan prasangka atau berdasarkan sikap-sikap yang secara moral
tercela.
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan 3 elemen dasar, yaitu:
1. Keputusan yang merugikan seorang pegawai atau lebih (atau calon pegawai) karena bukan
didasarkan pada kemampuan yang dimiliki, misalnya dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu, senioritas, atau kualifikasi-kualifikasi yang secara moral dianggap sah.
2.Keputusan yang sepenuhnya (atau sebagian) diambil berdasarkan prasangka rasial atau
seksual, stereotype yang salah, atau sikap lain yang secara moral tidak benar terhadap
anggota kelompok tertentu dimana pegawai tersebut berasal.
3.Keputusan (atau serangkaian keputusan) yang memiliki pengaruh negatif atau merugikan
pada kepentingan-kepentingan pegawai, mungkin mengakibatkan mereka kehilangan
pekerjaan, kesempatan memperoleh kenaikan pangkat, atau gaji yang lebih baik.

6.2 Tingkat Diskriminasi


Indikator pertama diskriminasi muncul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang
atas anggota kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu
institusi tanpa mempertimbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka.
6.3 Diskriminasi: Utilitas, Hak, dan Keadilan
Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu:
1. Argumen utilitarian
Adalah argumen yang menyatakan bahwa diskriminasi mengarahkan pada
penggunaan SDM secara tidak efisien.
2.Argumen hak
Adalah argumen yang menyatakan bahwa diskriminasi melanggar HAM.
3.Argumen keadilan
Adalah argumen yang menyatakan bahwa diskriminasi mengakibatkan munculnya
perbedaan distribusi keuntungan dan beban dalam masyarakat.

BAB 7
INDIVIDU DALAM ORGANISASI

7.1 Organisasi Rasional


Definisi Ringkas tentang Organisasi dari perspektif Sbb:
Organisasi adalah koordinasi rasional atas aktivitas-aktivitas sejumlah individu untuk
Mencapai tujuan atau sasaran eksplisit bersama,melalui pembagian tenaga kerja dan
fungsi dan melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.Jika suatu organisasi dilihat dengan
cara seperti itu, maka sebagian besar realita dasar organisasi merupakan hierarki otoritas
formal yang diidentifikasikan dalam bagan organisasional yang mewakili berbagai jabatan
resmi dan garis kewenangan dalam organisasi.
Tanggung jawab etis dasar yang muncul dari aspek-aspek “rasional”organisasi
difokuskan pada dua kewajiban moral: (a) kewajiban pegawai untuk mematuhi atasan dalam
organisasi,mencapai tujuan-tujuan organisasi,dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang
mengancam tujuan tersebut; dan (b) kewajiban atasan untuk memeberikan gaji yang adil dan
kondisi kerja yang baik.kewajiban-kewajiban ini selanjutnya ditetapkan melalui garis otoritas
formal organisasi dan melalui perjanjian-perjanjian yang menetapkan scara khusus kewajiban
pegawai serta kondisi kerja mereka.

7.2 Kewajiban Pegawai Terhadap Perusahaan


Secara rasional tentang perusahaan,kewajiban moral utama pegawai adalah untuk
bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang mungkin
mengancam tujuan tersebut.Jadi,bersikap tidak etis berarti menyimpang dari tujuan-tujuan
tersebut dan berusaha meraih kepentingan sendiri dalam cara-cara yang melanggar hukum.
Ada beberapa konflik yang terjadi dalam perusahaan,diantaranya :
*Konflik Kepentingan,konflik kepentingan dalam bisnis muncul saat seorang pegawai atau
pejabat suatu perusahaan melaksanakan tugasnya,namun dia memiliki kepentingan-
kepentingan pribadi terhadap hasil dari pelaksanaan tugas tersebut yang bertentangan dengan
kepentigan perusahaan dan cukup substansial kemungkinan mempengaruhi
penilaiannya,sehingga tidak seperti yang diharapkan perusahaan.
*Pencurian Pegawai dan Komputer,baik pencurian kecil sampai pencurian tingkat tinggi
yang dilakukan oleh pegawai didalam perusahaan tersebut
*Insider Trading,dimana dia melakukan membeli dan menjual saham perusahaan berdasarkan
informasi “orang dalam” perusahaan,Imformasi “dari dalam” atau “dari orang dalam”tentang
suatu perusahaan merupakan informasi rahasia yang tidak dimiliki publik diluar perusahaan.
7.3 Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai
Kewajiban moral dasar perusahaan terhadap pegawai, menurut pandangan rasional
adalah memberikan kompensasi yang secara sukarela dan sadar telah mereka setujui dengan
imbalan atas jasa mereka. Ada dua masalah yang berkaitan dengan kewajiban ini yaitu:
kelayakan gaji dan kondisi kerja pegawai.

RINGKASAN BUKU KETIGA

BAB I
ETIKA DAN BISNIS

1.1 Pengertian Etika


Etika bisnis merupakan pola bisnis yang tidak hanya peduli pada profitabilitasnya
saja, tapi juga memerhatikan kepentingan stakeholder-nya. Etika bisnis tidak bisa terlepas
dari etika personal, keberadaan mereka merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan
keberadaannya saling melengkapi. Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika
yang diterapkan dalam dunia bisnis. Istilah etika bisnis mengandung pengertian bahwa etika
bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari tindakan yang
diambil oleh bisnis dan pelaku bisnis (Erni Rusyani Ernawan, 2003).
(1) Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata yunani deon yang berarti kewajiban atau sesuai
dengan prosedur dan logos yang berarti ilmu atau teori.Menurut teori ini,beberapa
prinsip moral itu bersifat mengikat betapapun akibatnya.Teori ini menekankan
kewajiban sebagai tolak ukur bagi penilaian baik ataupun buruknya perbuatan
manusia,dengan mengabaikan dorongan lain seperti rasa cinta atau belas kasihan.
(2) Etika Teleologi
Istilah teologi berasal dari kata yunani telos yang berarti tujuan,sasaran atau hasil
dan logos artinya ilmu atau teori.Etika ini mengukur baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
(3) Etika Hak
Hak manusia adalah hak yang dianggap melekat pada setiap manusia,sebab
berkaitan denagn realitas hidup manusia sendiri.
(4) Etika keutamaan
Indikator etika merupakan kemampuan individu untuk memutuskan hal-hal yang
berhubungan dengan issue etika dan moral,baik dan buruk,salah dan benar :
1.karena untuk menghindari hukuman
2.melakukan hal yang baik jika mendapat imbalan \
3.sesuai dengan pendapat teman
4.mentaati hukum dan peraturan
5.memenuhi kontrak sosial
1.2 Etika,Etiket,Moral,Hukum,dan Agama
1.2.1 persamaan dan perbedaan etika dan etiket
1.2.1.1 persamaan etika dan etiket
(1) keduanya menyangkut objek yang sama yaitu perilaku manusia
(2) etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif,artinya memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan.
1.2.1.2 perbedaan etika dan etiket
(1) etiket menyangkut cara suatu melakukan perbuatan yang harus dilakukan manusia.
(2) etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan
(3) etiket hanya berlaku dalan pergaulan pada suatu kelompok tertentu
(4) etika selalu berlaku dimana saja dan kapan saja,meskipun tidak ada saksi mata,maka
etiket tidak berlaku.
(5) etiket bersifat relatif artinya yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan,bisa saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
(6) etika bersifat absolut
(7) etika hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja
(8) etika menyangkut manusia dari segi rohaniahnya

1,2.2 Etika dan Hukum


1.2.2.1 Hubungan Etika Dengan Hukum
Hukum adalah refleksi minimum norma sosial dan standar dari sifat bisnis.Secara
umum,kebanyakan orang percaya bahwa sifat mematuhi hukum adalah juga sifat
beretika.Tapi banyak standar sifat didalam sosial yang tidak bertuliskan dalam hukum.
1.2.2.2 perbedaan etika dan hukum
(1) hukum pada dasarnya tidak hanya mencakup ketentuan yang dirumuskan secara
tertulis,tapi juga nilai-nilai konvensi yang telah menjadi norma di masyarakat
(2) etika mencakup lebih banyak ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis.
(3) pada umumnya kebanyakan orang percaya bhwa dengan perilaku yang patuh terhadap
hukum adalah juga merupakan perilaku yang etis
(4) banyak sekali standar perilaku yang sudah disepakati oleh masyarakaat yang tidak
tercakup dalam hukum,sehingga bagian etika yang tercakup dalam hukum,namun sebagian
juga belum tercakup didalam hukum.
1.2.3 Perbedaan moral dan hukum
(1) hukum bersifat objektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab UU
(2) moral bresifat subjektif dana akibatnya seringkali diganggu oleh pertanyaan atau diskusi
yang menginginkan kejelasan tentang etis dan tidaknya
(3) hukum hanya membataasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah faktual
(4) moralitas menyangkut perilaku batin seseorang
(5) pelanggaran terhadap hukum mengakibatkan si pelaku dikenakan sanksi yang jelas dan
tegas.
1.2.4 Etika dan Agama
Etika mendukung keberadaan agama,dimana etika sanggup membantu manusia dalam
menggunkan akal pikiran untuk memecahkan masalah.Pada dasarnya agama memberikan
ajaran moral untuk menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya.
1.2.5 Etika dan Moral
Velasques menyebutkan lima ciri yang berguna untuk menentuka hakikat standar
moral yaitu:
(1) Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara
serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia.
(2) Standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu,standar
moral tidak dibuat oleh kekuasaan,validitas standar moral terletak pada kecukupan
nalar yang digunakan untuk mendukung,jadi sejauh nalarnya mencukupi maka
standarnya tetap sah.
(3) Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai yang lain,khususnya kepentingan
pribadi.
(4) Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.
(5) Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu
1.2 Pengertian bisnis
Bisnis adalah kegiatan manusia dalam mengorganisasikan sumberdaya untuk
menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan
keinginan masyarakat.
1.3 Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam
dunia nbisnis(lozano,1996).Etika bisnis merupakan produk pendidikan etika masa
kecil,namun tetap dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.Etika bisnis merupakan tuntutan
harkat etik manusia dan tidak bisa ditunda sementara untuk membenarkan tindakan dan sikap
tidak adil,tidak jujur,dan tidak bermoral.
1.4 Indikator Etika Bisnis
(1) Indikator etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahana atau pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alami secara
efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
(2) Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku.
(3) Indikator etika bisnis menurut hukum.
(4) Indikator etika bisnis menurut ajaran agama
(5) Indikator etika bisnis berdasarkan nilai budaya
(6) Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-
masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas
pribadinya.

BAB II
PRINSIP ETIS DALAM BERBISNIS
2.1 Prinsip Dalam Berbisnis
2.1.1 Prinsip Otonomi
Ø Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan
mereka;
Ø Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasukpelayanan yang
tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
Ø Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatanpelanggan,
demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijagakelangsungannyadan ditingkatkan
terhadap produk dan jasa perusahaan;
Ø Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,memasarkan dan
mengiklankan produk.
2.1.2 Prinsip Kejujuran
Ø Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis
disini secara prioritas saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur
melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi
pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan
tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
Ø Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang baik.
Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen
yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen
tersebut beralih ke produk lain.
Ø Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan
akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.
2.1.3 Prinsip Keadilan
Ø Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok
masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yang sama
sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal
menuntut agar Negara bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara
menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis
yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Ø Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu
dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara,
dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai
kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
Ø Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang
merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan
ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
2.1.4 Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku
moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan kepentingan publik yang
terkait dengan sumber daya alam.

2.2 Menjalankan Bisnis Secara Etis dan Bertanggungjawab


2.2.1 Peranan nilai dalam etika bisnis
Dalam teori etika,kedudukan nilai sangat krusial dan strategis.Karena dengan
nilailah orang-orang dapat dipersatukan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan
dan dengan nilai pula konflik dapat terjadi dan diselesaikan.
Sebagai makhluk yang berbudaya manusia senantiasa melakukan penilaian
terhadap situasi dan kondisi yang dihadapinya.Menilai berarti memberikan
pertimbangan untuk menentukan sesuatu itu benar atau salah,baik atau buruk,indah
atau jelek,berguna atau tidak berguna.

2.3 Sumber-sumber Nilai Etika Dalam Berbisnis


1.Sumber nilai etika
Agama, Filosofi, Budaya dan Hukum
Agama, sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya
yang absolut. Tiada keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai etika yang
bersumber dari agama. Agama berkorelasi kuat dengan moral. Setiap agama
mengandung ajaran moral atau etika yang di jadikan pegangan bagi para penganutnya.
Filosofi, ialah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam
pengambilan keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran filosofi. Ajaran filosofi
tersebut bersumber dari ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah
diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek
yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf
saat ini.
Budaya, referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan
etika bisnis adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu
bangsa maupun budaya yang bersumber dari berbagai Negara
Hukum, dalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam
rangka untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum
menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan
mencoba mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang
dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas.

BAB III
ETIKA PERUSAHAN SEBAGAI PELAKU BISNIS TERHADAP
STAKEHOLDER

3.1Perusahan sebagai Pelaku Bisnis


Manusia adalah khalifah dimuka bumi ini,halnya dengan pelaku bisnis adalah
pimpinan dibidang bisnis tertentu yang harus bertanggungjawab terhadap
pelanggan,karyawan,pemegang saham atau pemilik,mitra kerja dan masyarakat pada
umumnya.Sebagai pemimpin menurut bidang dan unit kerja semua orang yang ada dalam
perusahan harus menyelenggarakan prinsip-prinsip etika bisnis.Manajer atau pimpinan
perusahan untuk dan atas nama perusahan harus bertanggungjawab secara etika kepada
segenap pemangku kepentingan perusahan dan masyarakat.
3.1.1Memenuhi Legalitas
Perilaku pebisnis beretika adalah bersedia memenuhi dan mematuhi segala sesuatu
yang merupakan aturan-aturan yang berlaku dimana operasi bisnisnya dijalankan.Selain
legalitas formal dari negara dan bangsa mereka juga dapat memenuhi ketentuan Tuhan yang
diatur dalam kitab sucinya.Dengan demikian mereka adalah orang yang taat dan bisnis yang
dijalankan tidak merugikan orang dan perusahan lain,demikian juga manusia secara
keseluruhan.
3.1.2 Mendengarkan Suara Hati
Penyelenggaraan bisnis yang beretika selalu bersandar pada suara hati yang suci dan
murni.Hati yang suci tidak pernah menyuruh orangnya membuat sesuatu yang melanggar
etika.Dalam hati nurani manusia dijumpai sifat-sifat mulia yang merupakan cahaya
ilahiah,sehingga membisikkan kepada manusia nilai-nilai mulia dan mengingatkan kepada
bisnis yang penuh dengan kebenaran.
3.1.3 Perlakuan Orang Sebagaimana Kita Ingin Diperlakukan
Secara manusiawi,setiap orang membutuhkan untuk diperlakukan yang terbaik oleh
seseorang yang lain terhadap dirinya.Demikian juga orang lain itu membutuhkan dan sangat
mengharapkan kita memperlakukannya dengan terbaik juga.Dengan pemikiran seperti itu
pebisnis akan membangun hubungan dengan mitra kerjanya,karyawan,pemasok,pemilik
sumber daya dan juga pesaing dengan perlakuan dan pelayanan yang terbaik dan prima.
3.1.4 Memikirkan Kepentingan Masa Depan
Penyandang profesi pebisnis harus merumuskan dan menetapkan visi bisnis dan
pribadinya dengan berpandangan jauh kedepan atau berwawasan jangka panjang.Visi yang
jauh kedepan adalah sebuah visi yang bukann hanya memikirkan kepentingan saat
ini,melainkan mempertimbangkan kepentingan masa depan,dengan mengedepankan etika dan
moralitas berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya yang bersumber dari filsafat,pengalaman
budaya,hukum dan ajaran agama serta hati sanubarinya.
3.1.5 Memberikan yang Terbaik bagi Orang Lain
Secara moral setiap pelaku bisnis pantas berorientasi untuk menghasilkan barang dan
jasa yang dapat memberikan manfaat dan kegunaan serta pelayanan yang terbaik bagi orang
lain terutama pelanggannya.
3.1.6 Kembalikan Keimanan Kepada Allah
Pebisnis yang mengakui adanya Allah dan menempatkan diri sebagai khalifatullah
bidang bisnis tidak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam aplikasi usaha
bisnisnhya,melakukan kejahatan bisnis dan hal-hal yang dapat membawa mudharat kepada
manusia sebagai makhluk Tuhan dibumi.
3.2 Etika Perusahan terhadap Konsumen(Pelanggan)
(1) memberikan suatu produk atau jasa dengan kualitas terbaik sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya.
(2) memberikan perlakuan yang adil dalam setiap transaksi,termasuk ganti rugi bilamana
pelanggan dirugikan oleh perusahan.
(3) memelihara dan memajukan kepedulian akan kesehatan dan lingkungan konsumen secara
sehat dengan menawarkan produk yang sehat dan bermanfaat.
(4) dalam hal melakukan promosi produk perusahan harus mencerminkan sikap tanggap dan
hormat pada martabat konsumen sebagai manusia.
(5) menghormati integritas kultur yang berlaku pada diri konsumen yang menjadi pelanggan
perusahan.
3.2.1 Keamanan Produk
Persaingan dipasar pada umunya membantu menjamin bahwa barang-barang dan jasa
akan mempunyai mutu yang dapat diterima para konsumen.Contoh etika bisnis dalam hal
keamanan produk adalah kasus salah satu produk obat nyamuk yang mengandung zat
berbahaya.

3.3 Etika Perusahan terhadap Pegawai(Karyawan)


(1)lapangan kerja dan kompensasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup para karyawan
(2)kondisi dan tempat kerja
(3)kelancaran komunikasi
(4)transparansi terhadap prestasi yang dihasilkan
(5)merespon secara aktif setiap saran dan kritik
(6)memberikan perlindungan yang baik terhadap kesehatan,keselamatan,dan kecelakaan kerja
karyawan.
(7)memberikan dorongan yang konstruktif bagi pengembangan dan kemampuan keahlian
(8)tanggap terhadap peningkatan pengangguran pada setiap keputusan yang dilakukan
perusahan.
3.3.1 Keamanan Pegawai
Hak pegawai yang paling mendasar adalah bekerja tanpa mengalami kecelakaan.Pada
tahun 1970-an occupational safety and health administration dibentuk dalam usaha untuk
melindungi para pekerja terhadap kerugian yang mungkin terjadi,dan menjamin bahwa para
pegawai mendapat informasi tentang bahaya industri pekerjaan mereka.
3.3.2 Pengurangan Pegawai
Pengurangan pegawai atau pemberhentian sementara dapat disebabkan karena banyak
kondisi bisnis termasuk depresi ekonomi,keinginan untuk mengkonsolidasi operasi dan
mengurangi biaya tenaga kerja,persaingan yang meningkat dan jumlah tujuan perusahan yang
tidak terpenuhi.

3.4 Etika Perusahan terhadap Masyarakat Umum


(1)mealukakn tanggungjawab sosial perusahan
(2)sebagai partner kerja dalam hubungannya dengan pemasok dan permintaan yang saling
dibutuhkan
(3)mengakomodasi kepentingan masyarakat dalam jangka panjang
3.5 Etika Perusahan terhadap Lingkungan
Tujuan etika lingkungan adalah untuk melindungi lingkungan,udara,air,bumi dari
kegiatan bisnis dan individu.Etika lingkungan dapat diartikan sebagi dasar moralitas yang
memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih
tindakan yang baik dalam menyikapi segala sesuatu berkaitan dengan lingkungan sebagai
kesatuan pendukung kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta makhluk
hidup lainnya.

3.6 Kode Etik Bisnis


Kode etik yang ditujukan untuk stakeholder terdapat pasal 3,sbb:
Pasal 3.Prisnsip-prinsip Stakeholder
1) Pelanggan
2) Menjaga kualitas produk dan menjamin bahwa produk yang dijual tidak memberikan
dampak negatif terhadap pelanggan.
3) Harga produk sesuai dengan kualitasnya (tidak melakukan penipuan)
4) Perusahaan dapat meminta pelanggan untuk memberikan umpan balik atas barang
atau jasa yang mereka beli akhir-akhir ini, walaupun pelanggan tidak menghubungi
untuk memberikan keluhan. Apabila ada keluhan dari pelanggan terhadap produk
bermasalah , harus segera diproses dan dapat menyakinkan pelanggan bahwa problem
tersebut tidak timbul lagi.

2) Pekerja

1)Mensejahterakan karyawan dengan cara memberikan gaji sesuai waktu kerja,


kinerjanya dan laju inflasi di negara tersebut.

2)Memastikan bahwa tempat kerja aman bagi karyawan dengan memantau secara ketat
proses produksi. Pengecekan dan perawatan berkala terhadap mesin dan peralatan agar
tetap berfungsi baik, serta menjalankan prosedur keselamatan dalam proses produksi.

3)Menjaga kesehatan karyawan dengan memberikan fasilitas kesehatan yang memadai

4)Memberikan reward atau hadiah berupa bonus/tunjangan/bahkan promosi jabatan untuk


karyawan dengan kinerja terbaik.

3) Pemegang Saham
1. Memberikan laporan keuangan yang transparan
2. Tidak menggelapkan hasil keuntungan perusahaan dan tidak mengurangi keuntungan
para pemegang saham.
3. Bekerja keras supaya perusahaan dapat berkembang untuk membayar kepercayaan
yang telah diberikan oleh perusahaan.
BAB IV

ETIKA DAN LINGKUNGAN

4.1 Teori Etika Lingkungan


Terdapat 3 (tiga) pandangan teori mengenai etika lingkungan, sebagaimana diuraikan
sebagai berikut:
4.1.1 Teori Antroposentrisme
Teori ini memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan
kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam
kebijakan yang diambil dalam kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
4.1.2 Teori Biosentrisme
Teori ini menganggap alam mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari
kepentingan manusia. Ciri etika ini adalah biocentric, karena menganggap setiap kehidupan
dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Alam perlu
diperlakukan secara moral terlepas dari apakah ia berguna atau tidak bagi manusia. Sehingga
etika tidak lagi dipahami secara terbatas pada komunitas manusia, namun berlaku juga
bagi seluruh komunitas biotis, termasuk komunitas makhluk hidup lain.
4.1.3 Teori Ekosentrisme
Teori ini memusatkan perhatian pada kepada semua spesies, termasuk spesies bukan
manusia, dan menekankan perhatiannya pada jangka panjang, dan tak kalah pentingnya
merupakan gerakan diantara orang-orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama,
mendukung suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu
lingkungan dan politik.

4.2 Prinsip Etika Lingkungan Hidup


(1) Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)
Pada dasarnya semua teori etika lingkungan mengakui bahwa alam semesta perlu
untuk dihormati. Secara khusus sebagai pelaku moral, manusia mem-punyai kewajiban moral
untuk menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun makhluk lain dalam komunitas
ekologis seluruhnya. Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia
sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya.
(2) Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)
Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individual tetapi juga kolektif. Kelestarian dan
kerusakan alam merupakan tanggungjawab bersama seluruh umat manusia. Semua orang
harus bisa bekerjasama bahu membahu untuk menjaga dan meles- tarikan alam dan
mencegah serta memulihkan kerusakan alam, serta saling mengingatkan, melarang dan
menghukum siapa saja yang merusak alam.
(3) Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)
Dalam diri manusia timbul perasaan solider, senasib sepenanggungan dengan alam
dan sesama makhluk hidup lain. Prinsip ini bisa mendorong manusia untuk menyelamatkan
lingkungan dan semua kehidupan di alam ini. Prinsip ini berfungsi sebagai pengendali moral
untuk mengharmonisasikan manusia dengan ekosistemnya dan untuk mengontrol perilaku
manusia dalam batas-bats keseimbangan kosmis. Solidaritas ini juga mendorong manusia
untuk mengutuk dan menentang setiap tindakan yang menyakitkan binatang tertentu atau
bahakn memusnakan spesies tertentu.
(4) Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian (Caring for Nature)
Prinsip ini tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-mata
demi kepentingan alam. Dengan semakin peduli terhadap alam, maka manusia menjadi
semakin matang dengan identitas yang kuat.
(5) Prinsip ”No Harm”
Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan tidak
melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam
semesta ini (no harm). Jadi kewajiban dan tanggung jawab moral dapat dinyatakan dengan
merawat, melindungi, menjaga dan melestarikan alam, dan tidak melakukan tindakan seperti
membakar hutan dan membuang limbah sembarangan.
(6) Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam
Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup yang baik, bukan menekankan
pada sikap rakus dan tamak. Ada batas untuk hidup secara layak sebagai manusia, yang
selaras dengan alam.
(7) Prinsip Keadilan
Prinsip ini menekankan bahwa terdapat akses yang sama bagi semua kelompok
dan anggota masyarakat untuk ikut dalam menentukan kebijakan pengelplaan dan pelestarian
serta pemanfaatan sumber daya alam.
(8) Prinsip Demokrasi
Dalam prinsip ini tercakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu,
a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas yang memungkinkan nilai
lingkungan hidup mendapat tempat untuk diperjuangkan sebagai agenda politik dan ekonomi
yang sama pentingnya dengan agenda lain.
b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan
memperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan kelompok masyarakat dalam
bingkai kepentingan bersama.
c. Demokrasi menjamin setiap orang dan kelompok masyarakat ikut berpartisipasi
dalam menentukan kebijakan publik dan memperoleh manfaatnya.
d. Demokrasi menjamin sifat transparansi.
e. Adanya akuntabilitas publik.
(9) Prinsip Integritas Moral
(1) Kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi ataupun bukan di bumi
mempunyai nilai intrinsik.
(2) Kekayaan dan keanekaragaman bentuk-bentuk hidup menyumbangkan kepada
terwujudnya nilai-nilai ini dan merupakan nilai-nilai sendiri.
(3) Manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaragaman ini, kecuali untuk
memenuhi kebutuhan vitalnya.
(4) Keadaan baik dari kehidupan dan kebudayaan manusia dapat dicocok- kan dengan
dikuranginya secara substansial jumlah penduduk.
(5) Campur tangan manusia dengan dunia bukan manusia kini terlalu besar
(6) Kebijakan umum harus dirubah, yang menyangkut struktur-struktur dasar di bidang
ekonomis, teknologis, dan ideologis.
(7) Perubahan ideologis terutama menghargai kualitas kehidupan dan bukan
berpegang pada standar hidup yang semakin tinggi.
(8) Mereka yang ifltjiyetujui buur-butir sebelumnya berkewajiban secara langsung dan
tidak iangsung untuk berusaha mengadakan perubahan-perubahan yang perlu.
BAB V
ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN
5.1 Etika Produksi
Produksi berarti diciptakannya manfaat, produksi tidak diartikan sebagai menciptakan
secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang pun dapat menciptakan benda.
Kegiatan produksi mempunyai fungsi menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada waktu, harga dan jumlah yang tepat.
Dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar produk yang
dihasilkannya mengeluarkan biaya yang termurah, melalui peng-kombinasian penggunaan
sumber-sumber daya yang dibutuhkan, tentu saja tanpa mengabaikan proses inovasi serta
kreasi. Secara praktis, ini memerlukan perubahan dalam cara membangun. Yakni dari cara
produksi konvensional menjaai cara produksi dengan menggunakan sumber daya alam
semakin sedikit, membakar energi semakin rendah, menggunakan ruang-tempat lebih kecil,
membuang limbah dan sampah lebih sedikit dengan hasil produk yang setelah dikonsumsi
masih bisa didaur ulang.

5.2 Etika Pemasaran


Pemasaran adalah kegiatan menciptakan, mempromosikan dan menyampai-kan barang
atau jasa ke para konsumennya (Philip Kotler, 2003). Pemasaran berupaya untuk menciotakan
nilai yano lebih dari pandangan konsumen atau pelanggan terhadap suatuproduk perusahaan
dibandingkan dengan harganya serta menampilkan nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan produk pesaingnya.
Pemasaran merupakan salah satu fungsi utama dalam menentukan bisnis perusahaan.
Tenaga pemasar merupakan sarana penghubung utama perusahaan dengan konsumen, atau
dengan kata lain tenaga pemasar adalah ujung tombak bisnis perusahaan, karena merekalah
yang memotivasi parakonsumen untuk mernbeli produk perusahaan atau bertransaksi dengan
perusahaan.

5.3 Multimedia Business Ethics


Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan:
(1) Akuntabilitas perusahaan, di dalamnya termasuk corporate governance, kebijakan
keputusan, manajemen keuangan, produk dan pemasaran serta kode etik.
(2) Tanggung jawab sosial, yangmerujuk pada peranan bisnis dalam lingkungannya,
pemerintah lokal dan nasional, dan kondisi bagipekerja.
(3) Hak dan kepentingan stakeholder, yang ditujukan pada mereka yangmemiliki andil
dalam perusahaan, termasuk pemegang saham, owners,para eksekutif, pelanggan, supplier
dan pesaing.

5.4 Pencegahan Perilaku Tidak Etis Melalui Multimedia


Dalam kasus "Smack Down" ini, membuat kita sadar bahwa etika dalam berbisnis
tidak dapat diabaikan, sehingga pelaku bisnis khususnya multimedia, dalam hal ini perlu
merumuskan kode etik yang harus disepakati oleh stakeholder, termasuk di dalamnya
production house, stasiun TV, radio, penerbit buku, media masa, internet provider, event
organizer, advertising agency, dll.
Hal lain yang bisa dilakukan oleh pemerintah pusat dengan mencoba untuk memandu
pembentukan kultur melalui kurikulum pendidikan, perayaan liburannasional, dan
mengendalikan dengan seksama media masa, organisasi sosial dan tata ruang kota.
Media masapun sangat berperan penting dalam hal ini, karena merekalah yang
menginformasikan kepada masyarakat, merekalah yang bisa membentuk opini baik ataupun
buruk dari masyarakat, hendaknya media menjadi sarana untuk menghibur, sumber
informasi dan edukasi bagi masyarakat.
Wartawan telah mempunyai kode etik jurnalistik yang dapat membantu para
wartawan menentukan apa yang benar, dan apa yang salah, baik atau buruk, dan
bertanggungjawab atau tidak dalam proses kerja kewartawanan.
Kita berharap banyak kepada media masa ini karena apabila seseorang terjun ke dunia
kewartawanan, maka paling tidak ada tiga pilar utama yang menjadi pegangan dalam
menjalankan tugasnya, yaitu kode etik jumalistik, norma hukum dan profesionalisme.
Namun harus diingat bahwa semua pelaku bisnis ini akan menjalankan bisnisnya
secara lebih etis apabila ditunjang oleh peraturan pemerintah yang tegas.

BAB VI
ETIKA DAN PEKERJA
6.1 Hak-Hak Kerja

Salah satu elemen dunia usaha adalah masalah ketenagakerjaan, karena tenaga kerja
adalah penggerak sektor usaha yang memerlukan perhatian khusus dalam penangananya dan
pekerja adalah salah satu sumber daya terpenting bagi perusahaan.Perusahaan harus mampu
menyadari bahwa penghargaan dan jaminan atas hak karyawan merupakan faktor yang
menentukan kelangsungan dan keberhasialan bisnis suatu perusahaan.

hak pekerja dapat berupa:


a.hak atas upah yang adil dan layak
b.hak atas kesejahteraan
c.hak untuk berserikat dan berkumpul
d.hak untuk mendapat perlindungan dan jaminan kesehatan
e.hak untuk diproses hukum secara sah dan phk tanpa sebab
f. hak atas rahasia informasi

sebaliknya karyawan mempunyai kewajiban terhadap perusahaan, berupa:


1. kewajiba ketaatan
2. kewajiban konfidensialitas
3. kewajiban loyalitas

6.2 Etika Kerja

Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku


dilingkunganya, dengan tujuan untuk mengatur tata krama aktivitas para karyawannya, agar
mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang maksimal.Dengan terciptanya kondisi iklim
etika perusahaan dengan secara baik, saling percaya, dan manajemen hubungan baik antar
pegawai dapat mendorong pekerja berperilaku etis dalam pekerjaanya. Dengan menggunakan
etika bisnis sebagai dasar berperilaku dalam bekerja, maka perusahaan akan mempunyai sdm
yang berkualitas yang memiliki kesehatan moral dan mental, punya semangat dalam
peningkatan, kreatif, pantang menyerah serta berorientasi pada produktivitas kerja.

6.3 Prinsip Etis dalam Bekerja

Prinsip etis dalam bekerja:


1. Bekerja dengan ikhlas.
2. Bekerja dengan tekun dan bertanggungjawab
3. Bekerja dengab semangat dan disiplin
4. Bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya
5. Berkemampuan dan bijaksana
6. Bekerja dengan berpasangan
7. Bejerja dengan memperhatikan kepentingan umum

6.4 Whistle Blowing


Adapun masalah yang dapat timbul yang berhubungan dengan etika dalam bekerja
berupa diakrininasi, konflik kepentingan, dan penggunaan sumber-sumber perusahaan yang
biasanya timbul erat kaitanya dengan ketidakadilan.Salah satu tindakan yang dapat
mendukung perilaku etis yaitu Whistle Blowing atau tindakan tang dilakukan oleh seseorang
atau beberapa orang pekerja untuk memberitahukan kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan ataupun atasan secara pribadi kepada pihak lain, baik itu khayalak umum ataupun
instansi atau atasan yang berkaitan langsung dengan yang melakukan kecurangan tersebut
dengan tujuan untuk memperbaiki atau mencegah suatu tindakan yang merugikan.

Ada 2 macam whistle blowing, yaitu :

*) whistle blowing internal ( terjadi dalam lingkup internal perusahaan)

*) whistle blowing eksternal (kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan yang berdampak
negatif pada masyarakat)

BAB VII

ETIKA BISNIS DARI BERBAGAI PERSPEKTIF

7.1 Persepektif dari Ajaran Islam

 Dasar Falsafah Etika dalam Islam


Etika bersama dengan agama berkaitan eret dengan manusia tentang upaya
pengaturan kehidupan dan perilakunya. Islam meletakan “ teks suci” sebagai dasar
kebenaran, sedangkan fisafat barat meletakan “akal” sebagai dasar.Substansi engan kemaha
kuasaan tuhan tanggung jawab manusia. Dan (3) keadilan tuhan dan realitas kadilannya di
hari kemudian.
Berbagai teori etika barat dapat dilihat dari susut pandang islam sebagai berikut:
1. Teologi utilitarian dalm islam :”hak individu dan kelompok penting” dan “ tanggungjawab
adalh perseorangan.
2. Distributive justice dalam islam:” hak orang miskin berada pada harta orang kaya.
3. Deontology dalam isslam :” niat baik tidak dapat mengubah yang “haram” jadi “halal”.
4. Enternal law dalam islam :” allah mewajibkan manusia untuk mempelajari wahyu dan
ciptannya.
 Etika Skriptual
Etika skriptual dapat diartika sebagai sebuah etika yang berangkat dari interprestasi
yang melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan sungguh-sungguh terhadap nash ai
quran dan sunnah nabi sabagai etika utama.
Al quran dipandang mencakup tiga hal utama, yaitu hakikat benar dan salah, keadilan
dan kekuasaan dan kekuasaan tuhan dan kebebasan dan tanggungjawab. Sumber :
- Al quran dan topic analisis. Teks dan interpretasinya, kebaikan dan kebenaran, keadilan
tuhan dan tanggung jawab.
- Bukti-bukti dan tradisi hadis nabi : kekuasaan tuhan, kemampuan manusia, kebaikan ada
di dalam hati, rukun iman, inti keadilan dan tanggung jawab moral.
Teori etika teologis
Rasionalisasi etika , dasar-dasar deontology dari benar dan salah : (a)kapasitas
manusia dan tanggungjawabnya,(b) kebijaksaan tuhan dan kedilan.
Etika kebebasan , ketentuan tuhan sebagai dasar benar dan salah :(a) capacity dan
acquisition,(b) keadilan dan ketidakadilan yang diterapkan tuhan.
Persoalan teologi, memunculkan berbagai aliran pemikiran dalam islam, antara lain :
1) Mu’tazilah berhadapan asy ariah , meliputi sumber pengetahuan =akal pikiran
2) Sumb hokum = akal, wahyu dan agama, syariat baik/buruk= akal dan syariat.
3) Jabariah terhadap qadariah.
 Rasionalisme (mu’tazilah)
Benar / salah terbatas a hokum etika berkaitan dengan : pujian/ cercaan, pahala/siksa.
Manusia diberi akal jadi harus berfikir untuk menentukan perbuatan. Perbuatan dan tanggung
jawab bergantung pada pengetahuan . akal menopang kehidupan etika secara keseluruhan .
benar/.salah diketahui lewat pengetahuan atau akal.
 Semi rasionalis-asyriah
(1) dasar pnentuan benar/salah :a. benar =apa yang dikehendaki dan di perintah Allah, salah =
apa yang dilarang allah,b. perbuatan itu di ciptakan tuhan dan manusia, c. wahyu yang
menentukan segala hal yang menjadi kewajibansecara moral dan agama, d.peran wahyu adlah
mengonfirmasikan apa yang telah di temukan oleh akal.
(2) Tanggungjawab manusia a. sebatas/sesuai dengan perbuatan yang berasal dari kekuasaan
yang diciptakan saja.
(3) Keadilan tuhan : apapun yang dilakukan / dikehendaki tuhan itu adil.
 Etika filsafat
Latar belakang pendapat mayoritas ahli-ahli islam: tidak ada mazhab etika dalam
pemikiran islam karena dalam pemikiran islam karena sudah ada Al quran dan Hadist.
Prinsip utama :
1) Berpihak pada teori etika yang bersifat universal dan fitri.
2) Moralitas dalam islam didasarkan pada keadilan menempatkan segala sesuatu pda
tempatnya.
3) Tidak etis akan menghasilkan kebahagiaan termai dunia dan fisik.
4) Tindakann etis bersifat rasional.
 Etika keagamaan
Cirri-cirinya adalah :
1) Berakar pada Al quran dan Hadist
2) Cenderung melepas kepelikan metodolodi langsung mengungkapkan moralitas islam
secara langsung.
3) Kebaikan/perilaku yang baik menurut : Al Dunya, miskawaih, hasan al basin, mawardi.
Kabaikan / perilaku yang baik, Ai Dunya : Ucapan yang benar, setia dan taat kepada Allah,
dermawan, membalas perbuatan baik, menegakkan kebenaran , solider terhadap teman.

 Teori keadilann distribusi islam


Para pengamat mengatakan bahwa, tujuan distribusin dalam islam adalah persamaan
dalam distribusi.Dalam pandangan munawar iqbal, bahwa yang di maksud dengan distribusi
justice dalam islam adlah distribusi yang menjamin 3 hal berikut:
1) Jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua.
2) Objektivitas atau kedilan tetapi bukan persamaan dalam pendapatan individu
3) Pembatasan ketidak merataan ekstrem dalam pendapatan dan kekayaan individu.
6.2 Persepektif dari Ajaran Barat(Non Islam)
 Teori Keadilan Distribusi
Inti dari teori inibahwa “perbuatan disebut etis apabila menjunjung keadilan distribusi
barang dan jasa” yang berdasarkan pada konsep “fairness”. Konsep yang dikemukakan oleh
john rawls, filsuf kontemporer dari harfard, memiliki nilai dasar keadilan.Suatu perbuatan
dikatakan etis bila berakibat pemerataan / kesamaan kesejahteraan dan beban.
 Teori utilitarianisme
Teori ini mengarahkan kita dalam pengambilan keputusan etika dengan pertimbangan
manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya.semakin bermanfaat pada semakin
banyak orang, perbuatan itu semakin etis.Benthan menciptakan prosedur mekanis untuk
memperkirakan status moral dari suatu perbuatan, metodenya disebut felific calculus. Dan
kemudian S.Mill melakukan Revisi dan mengembangkan lebih lanjut konsep ini sehingga
menjadi bagian penting dari konsep liberal dalam tujuan kebijakan Negara.
 Konsep Deontologi
Deontologi berasal dari kata deon yang berarti tugas atau kewwajiban. Apabila
sesuatu dilakukan berdasarkan kewajiban, maka ia melepaskan sama sekali moralitas dari
konsekuensi perbuatannya.tokoh pengembang konsep ini adalah imanuel kant.
 Teori keutamaan (virtue ethics)
Dasar teori ini adalah tidak menyoroti perbuatan manusia semata, namun seluruh
manusia sebagai pelaku moral.pendekatan ini menggunakan dasar pemikiran aristoteles
tentang kebijakan/kesalehan, dimana manusia sebagai makhluk politik tak dapat lepas dari
polis/komunitasnnya.
 Teori hokum abadi(Eternal Law)
Dasar dari teori ini adalah bahwa perbuatan etis harus didasarkan ajaran kitab suci dan
alam, nammun permasalahan timbul karena kemudian agama menganjurkan meninggalkan
keduniawian dengan meditasi untuk menjadi orang yang sempurna.
 Teori personal libertarianisme
Teori ini bersifat deontology karena melindungi hak kebebasan individu, namun
bersifat teleology pula, karena juga melihat hasil, yaitu apakah kebebasan telah dibatasi atau
tidak.Teori ini dikembangkn oleh Robert Nozick, dimana perbuatan etika diukur bukan
dengan keadilan distribusi kekayaan namun dengan kedilan/kesamaan kesempatan bagi
semua terhadap pilihan-pilihan yang ada untuk kemakmuran mereka. Teori ini percaya bahwa
moralitas akabn tumbuh subur dari maksimalisasi kebebasan individu.
 Teori Ethical Egoisme
Dalam teori ini maksimalisasi kepentingan individu dilakukan sesuai keinginan
individu yang bersangkutan. Kepentingan bukan harus barang/kekayaan, bisa pula ketenaran,
keluarga bahagia, pekerjaan yang baik atau apapun yang dianggap penting oleh pengambil
keputusan.

 Teori Existentialisme
Tokoh yang mengembangkan pahan ini adlah jean-paul Sartre. Menurutnya standar
perilaku tidak dapat dirasionalisasikan . menurut interpretasinya eksistensi mendahului
esensi.Awainya manusia dahulu yang ada kemudian baru ia menentukan siapa ia atau esensi
dirinya. Setiap orang adalah makhluk bebas. Pertanggungjawaban moral berada pada setiap
individu dengan caranya sendiri-sendiri.
 Teori Relativisme
Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relative. Jawaban etika tergantung dari
situasinya. Dasar pemikiran ini adalah bahwa tidak ada criteria universal untuk menentukan
perbuatan etis.setiap individu menggunakan kriterianya masing-masingdan berbeda setiasp
budaya atu Negara.
 Teori hak (right)
Teori ini cenderung paling banyak digunakan dan popular untukmmasa modern. Nilai
dasar yang dianut adalah liberty (kebebasan). Perbuatan etis harus berdasarkan hakindividu
terhadap memilih. Setiap individu memliki hak moral yang tidak dapat ditawar.

BAB VIII
BUDAYA DAN ETIKA

8.1 Konsep Budaya


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya
yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan
yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya
mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan
keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti
terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi
bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.

8.2 Pengaruh budaya terhadap perilaku dan sistem nilai


Robin (2001) berpendapat bahwa budaya organisasi terbentuk melalui 3 tahapan yaitu:
(1)bermula dari filosofi yang ditetapkan oleh pendiri organsasi seperti tradisi,kepercayaan
dan ideologi
(2)proses seleksi anggota organisasi untuk mencari kesesuaian antara nilai individu dengan
filosofi organisasi
(3)proses sosialisasi sistem nilai perusahan berjalan baik,maka akan terbentuk budaya
organisasi.

8.3 Pentingnya Budaya Organisasi


Karena:
(1)budaya menentukan suatu kepribadian organisasi secara keseluruhan dan memiliki
pengaruh yang kuat terhadap perilaku para anggotanya
(2)budaya yang dapat diamati ditemukan dalam upacara,ritual,cerita,pahlawan,dan simbol-
simbol organisasi
(3)budaya ini berisikan penyebaran nilai yang mendasari organisasi

8.4 Fungsi Budaya Organisasi


 Budaya memberikan nuansa identitas bagi karyawan
 Budaya membantu menimbulkan komitmen karyawan terhadap sesuatu yang lebih
besar daripada diri mereka sendiri
 Budaya menambah stabilitas perusahan sebagai suatu sistem nilai
 Budaya adalah kerangka referensi bagi karyawan agar digunakan untuk menerima
berbagai kegiatan organisasional dan juga sebagai pedoman bagi perilaku yang tepat.
8.5 Faktor yang mempengaruhi pembentukan budaya organisasi
8.5.1 karakteristik sosial masyarakat
Karakteristik sosial masyarakat dimana perusahan beroperasi merupakan faktor
mendasar yang mempengaruhi pembentukan budaya organisasi.
8.5.2 tipe masyarakat bisnis
Perilaku masyarakat yang hidup ditengah masyarakat bisnisnya sedikt banyak
dipengaruhi karakteristik industri dan semakin homogen suatu masyarakat
bisnisnya,memiliki ciri yang baku dan terdapat kode etik para profesional yang menjadi
pedoman umum bagi profesional yang bekerja pada perusahan terkait dalam menjalankan
usahanya.
8.5.2 kapabilitas dan kemampuan kendali perusahan
Para eksekutif seenior turur berperan dalam pembentukan budaya perusahan melalui
pemilihan dan penyusunan sistem dan struktur administrasi perusahan baku dan
diimplementasikan didalam mengarahkan dan mengendalikan jalannya perusahan.Selain itu
juga sistem reward dan punishment,yang turut memberikan kontribusi dalam pembentukan
budaya perusahan.Semua sistem dan struktur ini pada akhirnya mempengaruhi pembentukan
kapabilitas dabn daya kendali perusahan,

8.6 Hubungan Etika dan Budaya


Jika dalam budaya perusahan sudah tetanam nilai-nilai yang tidak memungkinkan
terjadinya tindakan yang tidak beretika,tentunya perusahan tidak akan melakukan
penyimpangan,karena budaya adalah nilai-nilai yang sudah tertanam sejak perusahan itu
sendiri,walaupun nantinya akan berkembang mengikuti arah perkembangan perusahan,karena
budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu
yang bekerja dalam suatu organisasi,dan diterima sebagai nilai yang harus dipertahankan dan
diturunkan kepada setiap anggota baru.

8.7 Kendala dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis yang Etis


Mentalitas para pelaku bisnis yang secara moral rendah terutama top management
Faktor budaya masyarakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai
profesi yang penuh dengan tipu muslihat dan keserakahan serta bekerja mencari
untung.
Faktor sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh penguasa sehingga
menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai moral.
8.8 Pengaruh Etika terhadap Budaya
Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya perusahan
maka hal tersebut berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahan yang pada gilirannya
berpotensi menajdi sasaran peningkatan kinerja.

BAB IX
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAN
A. Pengertian Corporate Responsibility
Dilihat dari asal katanya, Corporate Social Responsibility berasal dari literatur etika
bisnis di Amerika Serikat dikenal sebagai Corporate Social Responsibility atau Social
Responsibility Of Corporation. Secara umum istilah CSR diterjemahkan menjadi tanggung
jawab sosial perusahaan. Kata Corporate dipahami sebagai perusahaan besar. Sedangkan
perusahaan merupakan badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum
disamping keuntungan. (Achmad Daniri dalam jurnal Nancy S. Haliwela)
Menurut Darwin (2004) Corporate Responsibility adalah mekanisme bagi suatu
organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial
ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeolders, yang melebihi tanggung jawab
organisasi dibidang hukum. (Rachmawati, 2012 : )
The World Business Council for Sustainable Devolopment (WBCSD) mendefinisikan
corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai
komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan,
melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,
komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan
dengan cara yang bermanfaat, baik dari segi bisnis maupun untuk pembangunan. (Nancy S.
Haliwela, 2011)
Jadi, dari beberapa definisi yang diungkapkan diatas, penulis menyimpulkan bahwa
Corporate Responsibility atau tanggung jawab perusahaan yaitu mekanisme sebuah
perusahaan berbentuk komitmen bisnis yang diintegrasikan melalui perhatian dan pemberian
kontribusi perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sebagai bentuk partisipasi
perusahaan (dunia bisnis) untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

B. Lingkup Tanggungjawab Sosial Perusahan


Keterlibatan perusahan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan
masyarakat luas.
Keuntungan ekonomis
Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat
Hormat pada hak dan kepentingan skateholder atau pihak-pihak tertentu yang terkait
dengan kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnsi suatu
perusahan.

C.Perkembangan Konsep CSR


Wacana CSR mulai berkembang dalam dekade 1980-1990. Konsep Social
Responsibility lahir di Brazilia tahun 2002 ketika adanya pertemuan Johannesburg yang
dihadiri pemimpin dunia.
Konsep Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Resposibility) telah disahkan oleh
DPR RI tanggal 20 juli 2007 yang terbukti dengan ditetapkannya Undang-Undang No 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).
Rahmawati (tahun : 179) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility atau
tanggung jawab sosial perusahaan yang sebelumnya merupakan suatu hal yang bersifat
sukarela berubah menjadi suatu hal yang wajib dilaksanakan. Hal ini dapat kita ketahui dari
pasal 66 angka 2 C UUPT berbunyi :
“ Tanggung jawab dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Dalam buku yang sama dinyatakan oleh Hackston dan Milne (1996) menyatakan
bahwa tanggung jawab sosial merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan
lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus ang berkepentingan
dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. (Rachmawati, Tahun, 181).

D.Bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility


Konsumen,
Karyawan
Komunitas dan lingkungan
Kesehatan dan keamanan

BAB X
PENERAPAN ETIKA BISNIS PADA PERUSAHAN
10.1 Prinsip-prinsip Bisnis
1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya
dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai
moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik,
karena semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini
salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya
adalah:
(1) Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan
tuntutan mereka;
(2) Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk pelayanan yang
tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
(3) Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan pelanggan,
demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannyadan ditingkatkan
terhadap produk dan jasa perusahaan;
(4) Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan, memasarkan
dan mengiklankan produk.
.
2. Prinsip Kejujuran
1. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku
bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak
jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin
lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan
tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.

2. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang
baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada
konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan
konsumen tersebut beralih ke produk lain.
3. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan
akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.

3. Prinsip Keadilan
1. Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok
masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai
dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal
menuntut agar Negara bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara
menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum
bisnis yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
2. Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang
satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga
negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku
sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang
terlibat.
3. Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi
yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan
ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.

4. Prinsip Saling Menguntungkan


Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling mengun tungkan satu
sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa
melahirkan suatu win-win situation.

5. Prinsip Integritas Moral


Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap menjaga
nama baiknya dan nama baik perusahaan.Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di
atas, menurut Adam Smith, prinsip keadilanlah yang merupakan prinsip yang paling
penting dalam berbisnis. Prinsip ini menjadi dasardan jiwa dari semua aturan bisnis, walaupun
prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan. Karena menurut Adam Smith, dalam prinsip
keadilan khususnya keadilan komutatif berupa no harm, bahwa sampai tingkat tertentu,
prinsip ini telah mengandung semua prinsip etika bisnis lainnya. Karena orang yang jujur
tidak akan merugikan orang lain, orang yang mau saling menguntungkan dengan pibak Iain,
danbertanggungjawab untuk tidak merugikan orang lain tanpa alasan yang diterima dan
masuk akal.

10.2 Secara Umum PT “XYZ”:


10.2.1 Para Pemegang Saham
PT “XYZ” berusaha keras untuk mendapatkan kepercayaan diri para pemegang
sahamnya,dengan tujuan untuk memberikan mereka investasi yang menguntungkan.
10.2.2 Para Pelanggan
PT “XYZ” menyediakan jasa serta produk-produk yang bermutu bagi para pelanggan
dan senantiasa berusaha keras untuk menawarkan kinerja terbaik dengan harga yang bersaing
bagi keperluan mereka yang khusus.
10.2.3 Para Karyawan
PT “XYZ” sangat memperhatikan kondisi kerja para kryawan,menghormati setiap
individu,menghindari deskriminasi serta melindungi kesehatan dan keselamtan mereka.
10.2.4 Para Pemasok dan Penyedia Jasa
Kebijakan PT”XYZ” tentang para pemasok dan penyedia jasa:
Saling menghormati kepentingan masing-masing pihak melalui prasyaratan kontrak
yang jelas dan tidak berat sebelah.
Total mengharapkan agar para pemasok dan penyedia jasa untuk mentaati asas-asas
yang serupa dengan pedoman perilaku PT”XYZ”.

10.3 Aturan-aturan Perilaku Perorangan


Untuk menciptakan dan memelihara rasa percaya tersebut dieprlukan
ketaatan,disemua tingkatan,atas aturan perilaku tertentu dalam situasi yang kadang kala
kompleks serta berada dalam konteks operasi yang mungkin berbahaya.

BAB XI
PROBLEMA ETIKA DI INDONESIA
11.1 Organisasi dan Visi Bisnis
Visi bisnis yang baik secara moral adalah visi bisnis yang mengacu pada sebuah
panggilan jiwa atau sebuah kerinduan yang mendalam atau sebuah impian yang agung dan
lahir dari dalam hati.Visi yang berasal dari hati sanubari mampu melahirkan optimisme yang
tinggi,dapat meningkatkan ketahanan dan mendorong kreatifitas tinggi serta dapat melakukan
sesautu yang jauh lebih baik dibandingkan orang lain.

11.2 Lingkungan dan Reformasi


Eksitensi dan pertumbuhan perusahan,selain dipengaruhi oleh berbagai faktor
internal juga dipengaruhi faktor eksternal,Termasuk dalam lingkungan internal antara lain
supplier,pelanggan,pesaing,stakeholder,dan masyarakat.Selain faktor eksternal tersebut gerak
dan perkembangan sebuah perusahan juga diwarnai berbagai dan perubahan lingkungan yang
lebih besar.Sejak era reformasi bergulir telah banyak perubahan dalam iklim bisnis dan
ekonomi di indonesia.Peluang bisnis terbuka dan ekonomi nasional bertumbuh
menggembirakan.
11.3 Persaingan Bisnis
Seperti halnya di negara lain,persaingan usaha dalam tataran bisnis di indonesia tidak
dapat dihindari.Persaingan adalah sesuatu yang sangat wajar dalam dunia bisnis.Namun
persaingan yang tidak sehat dan tidak beraturan,selain dapat merugikan pelaku bisnis itu
sendiri ,juga dapat berdampak negatif bagi kemajuan perekonomian bangsa dan negara.

11.4 Keuangan Perusahan


Kinerja keuangan bagi sebagaian besar perusahan adalah segala-galanya.Keberhasilan
operasional dan pemasaran belum bermakna tanpa keberhasilan keuangan.Indikator
keberhasilan bisnis yang pertama dan mudah digunakan adalah kinerja keuangan tanpa
berkemampuan dalam keuangan,manajemen bisnis dianggap gagal dan donatur akan sangat
cepat meresponnya.Keuangan internal adalah masalah yang paling sensitif bagi perusahan.

11.5 Operasional Perusahan


Kedudukan operasional sangat strategis bagi suatu usaha bisnis,karena bidang fungsi
bisnis inilah yang mampu menghasilkan dan menyajikan apa yang dibutuhkan
konsumen.Untuk mengikuti keinginan dan kebutuhan pelanggan yang setiap saat bisa
berubah,perusahan dituntut untuk memilih dan penggunaan teknologi yang tepat,efisien dan
didukung oleh ilmu pengetahuan yang memadai.

11.6 SDM Perusahan


Bagi perusahan besar,kurang produktifnya karyawan mungkin tidak terlalu
bermasalah,karena mereka berkemampuan untuk meningkatkan produktifitas SDM
perusahan.Mendapatkan SDM yang bermoral dan beretika adalah suatu kesulitan yang cukup
berarti bagi kebanyakan perusahan.

11.7 Perusahan dalam Konteks Pemasaran


Untuk menyampaikan barang dan manfaatnya kepada pelanggan dan masyarakat pada
umumnya,perusahan sering menggunakan jasa perantara pemsaran.Perusahan atau agennya
dengan sengaja menciptakan kelangkaan dengan mengurangi persediaan pasarnya.

11.8 Budaya Perusahan


Budaya salah hanya bagi bawahan atau karyawan dan atasan tidak pernah salah sudah
mewabah dalam kehidupan dunia bisnis kita.Dalam organisasi pemerintahan lebih parah
lagi.Budaya minta dilayani lebih menonjol dari budaya melayani.Pelanggan adalah raja masih
sebatas retorika dan moto.Demikian juga rakyat adalah segala-galanya adalah
semboyan.Budaya mumpung telah begitu memasyarakat dan sulit untuk diberantas.
11.9 Dampak Bisnis Tanpa Nilai Etika
Menghalalkan segala cara untuk kepentingan bisnisnya
Berkembangnya kekerasan
Korupsi,kolusi,dan nepotisme semakin meluas
Penipuan semakin merajalela
Meningkatnya pelaku bisnis yang betopeng etika
Tidak terjaganya kerahasiaan dan privasi
Tidak mengakui/menghormati haki dan karya cipta orang lain

11.10 Peranan Pemerintah


Usaha pemerintah untuk mengembangkan dan mendorong pemerataan kesempatan
yang seluas-luasnya abagi masyarakat pengusaha untuk ikut dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi telah lama didengungkan.Secara bertahap pemerintah membenahi
birokrasi dan mengupayakan agar dunia usaha lebih leluasa bergerak dalam bingkai
moralitas.

BAB IV
PEMBANDING
A. Buku pertama
Dalam buku ini Dr. Kees Bertens mangajak kita untuk menelusuri seluruh wilayah etika.
Pertama dibahas tema-tema klasik seperti hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, nilai,
norma, hak, kewajiban, dan keutamaan. Lalu, dibicarakan beberapa teori besar dari sejarah
filsafat moral: hedonisme, eudemonisme utilitarisme, dan, deontologiDi buku ini banyak
penjelasan mengenai etika bisnis yang kini menjadi garapan intelektual dan akademisi seperti
halnya bidang-bidang lainnya.
Dalam buku ini dijelaskan bagaimana etika bisnis kini menjadi suatu bidang garapan
intelektual dan akademis yang tidak kalah dengan bidang-bidang lain. Banyak orang
berkeyakinan bahwa peranan etika bisnis tidak boleh bersifat sementara saja karena
menyangkut suatu aspek hakiki dari bisnis. Bisnis sendiri dan semua pihak yang terlibat
didalamnyaakan dirugikan bila segi etika ini diabaikan. Karena itu, etika sepatutnya diberi
tempat juga bila kita mendidik dan melatih orang muda yang ingin memilih bisnis sebagai
profesinya.

B. Buku kedua
Buku ini cocok untuk mendalami lebih lanjut apa itu etika bisnis bagi karena buku ini
mencoba membahas secara general mulai dari pengertian etika bisnis hingga contoh kasusnya
di perusahaan. Apabila kita tertarik untuk membaca lebih lanjut tentang topik-topik tertentu
dalam etika bisnis maka buku ini sangat cocok untuk dibaca.Di dalam buku ini juga
membahas bagaimana Menilai dan menangani tenaga kerja yang beragam adalah tindakan
yang benar secara etis dan moral. Demografi tenaga kerja untuk menunjukkan dengan jelas
bahwa perusahaan-perusahaan yang gagal melaksanakan tugas merekrut, melatih, dan
mempromosikan kaum perempuan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan akan tenaga
kerja.Buku ini cukup tebal karna terdiri dari 502 halaman sehingga buku ini sedikit agak
membosankan ketika dibaca dan pembaca akan merasah jenuh. Tapi secara keseluruhan buku
ini cukup bagus karna banyak memuat kasus kasus dalam etika bisnis.

C. Buku ketiga
Saya tidak mengerti mengapa buku ini diberi judul dalam bahasa Inggris, padahal isinya
jelas-jelas dalam bahasa Indonesia.Terus terang buku ini agak membosankan, terlalu banyak
yang ingin dibahas dan kurang persuasif dalam presentasinya. Buku ini mirip ringkasan untuk
mahasiswa yang ingin mengikuti ujian daripada membahas secara menarik dan berwacana
secara mendalam tentang etika bisnis. Jadi buku ini bukan textbook untuk mahasiswa atau
bacaan populer untuk orang awam, tapi juga bukan karangan ilmiah untuk para akademisi.
Apalagi buku-buku kelas pengantar. Kalau buku yang diperuntukkan untuk umum biasanya
bahasanya lebih populer lagi dan enak dibaca.
Buku ini cocok untuk pengantar awal tentang etika bisnis bagi yang membacanya karena
buku ini mencoba membahas secara general mulai dari pengertian etika bisnis hingga contoh
penerapannya di perusahaan. Apabila kita tertarik untuk membaca lebih lanjut tentang topik-
topik tertentu dalam etika bisnis di belakang ini ada daftar pustaka yang berisi buku-buku
yang dapat kita baca lebih lanjut. Buku ini juga membahas etika bisnis dari perspektif Islam
walaupun sangat teoritis. Buat saya yang paling relevan sebagai pengusaha lemah tapi bervisi
besar adalah bab terakhir dari buku ini. Bab terakhir membahas contoh kasus penerapan etika
bisnis di perusahaan.

BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan

Etika bisnis adalah perilaku individu atau organisasi perusahan dalam melaksanakan
aktivitasnya,mencerminkan apresiasi positif atau negatif atas norma,peraturan,dan budaya
yang berlaku dimasyarakat.Ketika perilaku itu menggambarkan hal-hal positif maka disebut
beretika dan sebaliknya,ketika yang tampak aadalah hal-hal negatif,disebut tidak beretika.
Tanggungjawab mutlak diperlukan dalam berbagai tindakan,termasuk dalam
menjalankan aktifitas bisnis.Secara umum,tanggungjawab sosial adalah dukungan
manajemen terhadap kewajiban mempertimbangkan dan mengalokasikan sebahagian dari
laba untuk kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat.Hal ini juga sebagai pengakuan
bahwa dunia bisnis harus memikirkan dimensi-dimensi kualitatif dari pelanggan,karyawan.
Suatu masyarakat juga dapat dinilai melalui interaksinya dengan masyarakat.Untuk
tanggungjawab sosial,banyak perusahan mengalokasikan dana-dana sumbangan dan untuk
pelayanan masyarakat.Ketika perusahan tidak mengalokasikan dana untuk itu berarti
perusahan tidak berkontribusi pada pembangunan masyarakat umum.

B.Saran

Dengan ini penulis meminta kritik dan sarannya yang bisa membangun buat penulis
sehingga penulis bisa membuat tulisan yang lebih baik dimakalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat membentu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis
yang sesuai dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Penulis juga minta maaf apabila ada penulisan yang salah dan tidak dimengerti,
karena penulis masih dalam tahap pembelajaran.

C.Daftar pustaka

Prof. Dr. Kees Bertens,2000.Pengantar Etika Bisnis.


Manuel G. Velasquez ,2005.Etika Bisnis(Konsep dan Kasus)
Dr. Erni R. Ernawan, SE.MM,2011.Business Ethics

Anda mungkin juga menyukai