Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MANAJEMEN USAHA PERTANIAN

“Usaha Pertanian dengan Konsep Agribisnis Berdasarkan Fungsi


Manajemen (Studi Kasus di UD. Terus Lancar Desa Karangbong
Kecamatan Pajarakan)”

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Titik Musriati, MM


NIDN. 0718056202

Nama Anggota :

Safitri Qory Oktaviana NIM 16.141.0005


Agusti Wijayanto NIM 16.141.0026

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alakum Wr. Wb.

Puj syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Manajemen Usaha
Pertanian dengan judul “Usaha Pertanian dengan Konsep Agribisnis
Berdasarkan Fungsi Manajemen (Studi Kasus di UD. Terus Lancar Desa
Karangbong Kecamatan Pajarakan)”

Laporan ini akan memaparkan tentang bagaimana kegiatan usaha yang ada
di UD. Terus Lancar dan menganalisa kegiatan usaha yang dilakukan berdasarkan
kategori subsistem dan fungsi – fungsi manajemen melalui studi kasus.

Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dapat bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas dari laporan ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Probolinggo, 1 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL MAKALAH.............................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
STUDI KASUS ....................................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 5
A. Konsep Agribisnis .................................................................................... 5
B. Fungsi Manajemen ................................................................................... 8
BAB IV ................................................................................................................. 14
PEMBAHASAN ................................................................................................... 14
A. Konsep Agribisnis di UD. Terus Lancar ................................................ 14

B. Penerapan Fungsi – Fungsi Manajemen di UD. Terus Lancar ............... 14

BAB V................................................................................................................... 22
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 22
A. Kesimpulan ............................................................................................. 22
B. Saran ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen agribisnis adalah ilmu yang digunakan untuk
mengembangkan, memelihara, meneliti, mengatur, dan menetapkan suatu
aktifitas atau kegiatan usaha maupun organisasi yang dikelola untuk dapat
mencapai tujuan, baik individu mauapun kelompok. Manajemen agribisnis
memiliki karakteristik agribisnis yang berbeda dengan bisnis atau sektor
ekonomi yang lain, tidak hanya dari teori ekonomi dan teori pengambilan
keputusan saja yang digunakan tetapi lebih tepat jika disebut sebagai
manejerial ekonomi. Manajemen dalam agribisnis mempunyai sifat produk
pertanian yang sangat bergantung pada musim, mudah rusak, dan produksinya
melibatkan banyak petani yang berlahan sempit dan bermodal sangat terbatas.
Sebagian besar waktu yang dimiliki seorang manajer digunakan untuk
mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang tepat merupakan inti
keberhasilan agribisnis.

Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan oleh
masyarakat sebagai bumbu dapur atau penyedap rasa. Terutama masyarakat
Indonesia yang menambahkankannya ke dalam setiap menu makanan untuk
memberi aroma dan dapat membangkitkan selera makan. Bawang merah
memiliki banyak manfaat untuk kebutuhan manusia. Banyaknya manfaat yang
bisa dirasakan oleh masyarakat membuat tanaman ini termasuk tanaman
unggulan di Indonesia. Djali (2009) menyatakan bahwa bawang merah
mempunyai kedudukan penting karena menjadi salah satu jenis komoditi
sayuran unggulan Indonesia.

1
2

Bawang merah merupakan salah satu tanaman sayuran yang tidak bisa
disimpan lama karena mudah rusak dan sulit dipertahankan dalam bentuk
segar. Jika disimpan dalam gudang tidak akan bertahan lebih dari 3 bulan,
apalagi ketika sedang musim hujan yang tingkat kelembaban tinggi
menyebabkan bawang mudah membusuk, maka diperlukan upaya penanganan
setelah panen yang baik untuk memperpanjang masa simpan dan
meningkatkan nilai ekonomis bawang merah. Salah satu penanganan pasca
panen bawang merah adalah mengolahnya menjadi bawang goreng. Bawang
Bawang goreng memiliki daya simpan yang cukup lama yaitu 7-12 bulan.

UD. Terus Lancar merupakan salah satu industri rumahan yang ada di
Kabupaten Probolinggo yang fokus mengusahakan bawang goreng. Tujuan
keseluruhan aktivitas dari suatu usaha adalah untuk memperoleh pendapatan
yang tinggi. Namun, pemilik usaha terkadang tidak memperhatikan apakah
kegiatan usaha sudah sesuai dengan fungsi manajemen yang dapat
mempertahankan kualitas produk dan pelayanan di pasaran. Oleh karena itu,
sangatlah penting untuk mengetahui keterkaitan antara usaha dengan fungsi-
fungsi manajemen sehingga hal inilah yang menjadi latar belakang
penyusunan laporan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem agribisnis yang diterapkan pada UD. Terus Lancar?
2. Bagaimana keterkaitan antara kegiatan usaha yang dilakukan dengan
fungsi – fungsi manajemen di UD. Terus Lancar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem agribisnis yang diterapkan pada UD. Terus
Lancar.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara kegiatan usaha yang dilakukan
dengan fungsi – fungsi manajemen di UD. Terus Lancar.
BAB II

STUDI KASUS

UD. Terus Lancar merupakan salah satu unit usaha yang berlokasi di
Dusun Triwung, RT 10/RW 04 Desa Karangbong Kecamatan Pajarakan. Penulis
melakukan wawancara bersama narasumber bernama bapak Achmad Marzuki
yang merupakan pemilik dari UD. Terus Lancar. UD. Terus Lancar sendiri
merupakan usaha pengolahan makanan skala home industry yang fokus dalam
pengolahan bawang goreng.

Narasumber mendirikan usaha pada tahun 2014, dimana latar belakang


berdirinya usaha dimulai pada kegagalan narasumber dalam berusaha dibidang
pertanian dan perdagangan. Narasumber pernah mendapatkan hasil panen bawang
merah yang gagal total akibat banjir. Kemudian, narasumber beralih profesi
menjadi pedagang bawang merah dan kentang yang juga tertipu oleh mitranya
sendiri. Berbagai rangkaian peristiwa yang terjadi mendorong narasumber untuk
memulai usaha bawang goreng yang memiliki kualitas dan tampilan yang
menarik.

Produk olahan yang diproduksi adalah bawang goreng. Produk yang dijual
di UD. Terus Lancar memiliki nama merk sesuai nama pemilik usaha, yaitu
“Marzuki”. Produk bawang goreng dijual seharga Rp 80.000/kg. Dikarenakan
bahan baku yang digunakan memiliki harga fluktuatif, sehingga narasumber
mematok harga eceran tertiggi sebanyak Rp 90.000,-/kg dan harga eceran
terendah Rp 70.000,-/kg dan hal ini selalu disampaikan narasumber kepada
pembeli. Beberapa kemasan yang disajikan adalah kemasan berisi 500 gram, 200
gram, 250 gram, 150 gram, dan 100 gram. Bahan baku yang digunakan adalah

3
4

bawang merah yang umumnya ditanam di Probolinggo, terutama bawang merah


varietas “Biru Lancor”.

Hal tersebut didasari bahwa bawang merah varietas biru lancor memiliki
warna kuning keemasan ketika digoreng serta memiliki rasa dan aroma yang lebih
baik daripada jenis bawang dari daerah lain. Dalam menentukan kualitas bahan
baku, narasumber melakukan uji coba kualitas bawang goreng dengan melakukan
proses penggorengan berbagai jenis bawang merah dari beberapa wilayah yang
menjadi sentral bawang merah.

UD. Terus Lancar memiliki pegawai kerja sebanyak 27 orang yang terbagi
dalam: 22 orang bertugas untuk proses pengupasan, 1 orang untuk proses
perajangan, 1 orang untuk proses penggorengan, dan 3 orang untuk proses
pengemasan. Para pegawai kerja berasal dari kalangan ibu-ibu di sekitar rumah
narasumber. Khusus untuk pegawai yang bertugas di penggorengan bawang,
narasumber melakukan proses seleksi terlebih dahulu karena menurut narasumber,
setiap orang memiliki cara menggoreng yang berbeda dan akan mempengaruhi
terhadap kualitas warna, rasa dan aroma. Setiap tugas memiliki pendapatan yang
berbeda, untuk pegawai kerja pengupasan bawang merah dibayar Rp 2.000,/kg;
sementara pegawai kerja perajangan, penggorengan, dan pengemasan dibayar
sebesar Rp 50.000,/hari.

Sistem penjualan yang dilakukan oleh UD. Terus Lancar menggunakan


sistem pre-order, dimana 3 hari sebelum order pihak pembeli harus melakukan
pemberitahuan agar pihak penjual melakukan pengemasan terhadap produk.
Produk bawang goreng “Marzuki” telah tersebar di beberapa wilayah seperti
Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, Merauke, Manokwari, Sorong, Biak, Jakarta.
Produk bawang goreng “Marzuki” telah diekspor ke Korea Selatan bekerja sama
dengan PT. Bromo Tirta Lestari.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Agribisnis
Agribisnis berasal dari kata Agribusiness. Agri diambil dari istilah Agriculture
artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi
profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha
atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit.

Pengertian agribisnis menurut Soekartawi (2000): Agribisnis berasal dari kata


agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis
berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan. Pengertian agribisnis menurut
Semaoen (1996) yang dikutip Siagian (1997), agribisnis adalah suatu kegiatan
usaha yang berkaitan dengan sektor agribisnis, mencakup perusahaan-perusahaan
pemasok input produksi (up stream side industries), penghasil (agricultural
producing industries), pengolahan produk agribisnis (downstream side
industries), dan jasa pengangkutan dan jasa keuangan (agri-supporting
industries).

Agribisnis sebagai suatu konsep pembangunan di Indonesia mulai populer


pada saat Indonesia memasuki tahap Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP
II) dalam rencana pembangunan di masa orde baru. Konsep tersebut dimunculkan
sebagai suatu kristalisasi dari pengalaman menarik dalam upaya mengembangkan
komoditi beras yang menjadi fokus utama pembangunan pertanian di masa itu,
yang dianggap berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984.
Pengalaman penting yang perlu dicatat pada pengembangan komoditi beras
tersebut adalah bahwa komoditi pertanian akan berkembang dengan baik jika
dilakukan pengembangan secara komprehensif, mulai dari pengadaan dan
distribusi input, teknologi budidaya (on-farm), pengolahan hasil, distribusi hasil

5
6

(marketing), dan pengembangan lembaga-lembaga yang mendukung (supporting


system). Pendekatan tersebut secara akademik disebut pengembangan agribisnis.

Menyimak bukti empiris di atas, agribisnis perlu dilihat sebagai suatu sistem
yang terintegrasi, yang terdiri atas beberapa subsistem. Antara satu subsistem
dengan subsistem yang lainnya saling terkait. Dengan demikian, jika ada salah
satu subsistem tidak bekerja dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan
sistem.

1. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu

Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari


benih, bibit, makanan ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit,
lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi
pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi
adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa
pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur
itu guna mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang meyediakan sarana
produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu (upstream).

2. Subsistem Budidaya / Usahatani

Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil


perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan
ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari
petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain.

3. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hilir Meliputi Pengolahan dan


Pemasaran (Tata niaga) Produk Pertanian dan Olahannya

Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan


produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari
produk yang dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen
didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan
lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam
7

subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke


konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk
usahatani disebut agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting
bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi motor penggerak roda
perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan lapangan kerja
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
pedesaan.

4. Subsistem Jasa Layanan Pendukung Agribisnis (Kelembagaan)

Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau


supporting institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk
mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu,
sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait
dalam kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian.
Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi yang
dibutuhkan oleh petani dan pembinaan teknik produksi, budidaya pertanian,
dan manajemen pertanian. Untuk lembaga keuangan seperti perbankan, model
ventura, dan asuransi yang memberikan layanan keuangan berupa pinjaman
dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Sedangkan lembaga
penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan
tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau
teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.

Gambar 1. Alur Subsistem Agribisnis


8

B. Fungsi Manajemen
Di dalam berbagai sistem kegiatan, fungsi-fungsi manajemen atau unsur-unsur
manajemen dapat digunakan berdasarkan kondisi obyek yang akan diterapkan.
Pada hakikatnya, fungsi-fungsi manajemen yang dapat diterapkan pada
perusahaan agribisnis adalah planning, organizing, actuating, controlling dan
evaluation atau bisa disingkat dengan POACE.

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan (planning function) yang baik dapat memuat enam unsur
yaitu the way, the why, the where, the when, the who, dan the how (Manullang,
1996:39). Jadi suatu perencanaan yang baik harus memberikan jawaban enam
pertanyaan berikut: Tindakan apa yang harus dikerjakan ? Apakah sebabnya
tindakan itu harus dikerjakan ? Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
Kapankah tindakan itu dilaksanakan ? Siapakah yang akan mengerjakan
tindakan itu, dan bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?

Jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas, suatu rencana sistem agribisnis,


harus memuat hal-hal sebagai berikut :

a. Penjelasan dari rincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkannya seperti


dalam penciptaan suatu produk agribisnis melalui faktor-faktor produksi
dan proses produksi/operasi serta pendistribusian produk melalui proses
pemasaran agribisnis agar apa yang menjadi tujuan dapat dicapai.
b. Penjelasan mengapa kegiatan-kegiatan agribisnis harus dikerjakan dan
mengapa tujuan yang ditentukan itu harus dicapai, seperti penjualan untuk
pencapaian profit serta pemasaran untuk pencapaian customer
satisfaction.
c. Penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan agribisnis yang harus
dikerjakan, sehingga tersedia segala fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan
untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, seperti lokasi kegiatan agribisnis
letaknya strategi misalnya dekat dengan raw material dan konsumen.
9

d. Penjelasan mengenai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya


pekerjaan, baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan maupun untuk seluruh
pekerjaan. Di sini harus ditetapkan standar waktu untuk mengerjakan,
baik bagian-bagian pekerjaan maupun untuk seluruh pekerjaan yang
dilakukan dalam agribisnis, seperti kapan order mulai dikerjakan ? Dan
kapan selesainya ?
e. Penjelasan tentang para sumberdaya manusia (petugas) dalam agribisnis
atau yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut, baik mengenai kuantitas
dan kualitas maupun kontinuitas, yaitu kualifikasi-kualifikasi pegawai,
seperti keahlian, pengalaman, dan sebagainya. Di sini harus pula
dijelaskan tentang authority, responsibility dari masing-masing pegawai.
Seperti apakah yang mengerjakan/melaksanakan tugas itu karyawan atau
manajer.
f. Penjelasan tentang teknik mengerjakan pekerjaan dalam agribisnis dapat
dilakukan dengan penerapan kerja secara manual atau teknologi.
Penanganan pada sistem teknologi agribisnis bertujuan menghasilkan
produk berdasarkan kualitas, kuantititas, kecepatan menghasilkan suatu
produk, dan sebagainya.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi pengorganisasian (organizing function) adalah mengelompokkan dan


menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan (Terry dan Rue, 1993:9). Sedangkan menurut
Hasibuan (2000:20), pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi
semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization
chart)

Di dalam fungsi tersebut merupakan tugas utama dari seorang manajer


agribisnis. Manajer agribisnis harus dapat melakukan keputusan (decision
maker) yang tepat dalam menetapkan tugas kerja para karyawan/pekerja agar
semua karyawan mempunyai peranan yang ditentukan secara jelas berdasarkan
10

bidang atau keahliannya masing-masing. Penempatan karyawan tersebut


berdasarkan posisi yang tepat atau lebih dikenal dengan semboyan “the right
man on the right place and the right man on right job”.

Menurut Downey dan Erickson (1992:34) fungsi pengorganisasian, meliputi


usaha-usaha untuk menetapkan struktur, menentukan pekerjaan yang harus
dilaksanakan, memilih, menempatkan, dan melatih karyawan, merumuskan garis
kegiatan; dan, membentuk sejumlah hubungan di dalam organisasi dan
kemudian menunjuk stafnya. Sedangkan menurut Terry dan Rue (1993:11)
fungsi pengorganisasian, meliputi:

a) Identity, menetapkan dengan teliti dan menentukan pekerjaan yang akan


dilaksanakan.
b) Break work down, bagi-bagi pekerjaan menjadi tugas-tugas setiap orang.
c) Tugas-tugas kelompok menjadi posisi-posisi.
d) Menentukan persyaratan-persyaratan setiap posisi.
e) Kelompok-kelompok posisi menjadi satuan-satuan yang dapat dipimpin
dan saling berhubungan dengan baik.
f) Bagi-bagikan pekerjaan, pertanggungjawaban dan luas kekuasaan yang
akan dilaksanakan.
g) Mengubah dan menyesuaikan organisasi sehubungan dengan hasil-hasil
pengawasan yang akan dilaksanakan.
h) Berhubungan selalu selama proses pengorganisasian.

Jadi, sebagai bagian dari fungsi pengorganisasian, manajer agribisnis harus


dapat memilih, menentukan, dan menempatkan pembagian kerja, bahkan
melatihnya serta memberikan wewenang dan delegasi wewenang berdasarkan
seluruh tujuan organisasi. Menurut Hasibuan (2000:4), wewenang merupakan
alat atau dasar hukum untuk bertindak, sedangkan delegasi wewenang
merupakan kunci dinamika organisasi.
11

3. Fungsi Pelaksanaan (Actuating)

Menurut George R. Terry dalam Tanti Prastuti (2014) yang dimaksud


dengan pelaksanaan adalah : “Tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota suka berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan
perencanaan dan usaha – usaha organisasi.”

Pelaksanaan dilakukan setelah fungsi perencanaan. Agar pelaksanaan


berjalan sesuai dengan perencanaan maka sangat ditekankan pada bagaimana
cara/strategi seorang pemimpin dalam menggerakkan pegawainya. Hal ini
sangat penting untuk menghindari agar bawahan tidak melaksanakan tugasnya
di bawah tekanan atau paksaan tetapi atas dasar pilihan sadar dengan penuh
tanggung jawab.

Tugas utama membuat organisasi atau perusahaan menjadi tetap eksis adalah
pimpinan atau manajer agribisnis karena pimpinan atau manajer merupakan
orang yang mempunyai wewenang lini ataupun staf. Menurut Hasibuan
(2000:13), manajer lini adalah seorang pemimpin yang mempunyai wewenang
lini (line authority), berhak dan bertanggungjawab langsung merealisasikan
tujuan perusahaan, sedangkan manajer staf adalah pemimpin yang mempunyai
wewenang staf (staff authority) yang hanya berhak memberikan saran dan
pelayanan untuk memperlancar penyelesaian tugas-tugas manajer lini.

Dalam usaha agribisnis baik usahatani (on farm/ up-stream agribusiness)


maupun proses pabrikasi atau agroindustri (of farm/ down-stream
agribusiness) masing-masing terdapat pimpinan atau manajer yang
memberikan arahan terhadap karyawan atau pekerja terhadap pekerjaannya
demi kelancaran penyelesaian tugas-tugasnya. Selanjutnya, menurut Downey
dan Erickson (1992:35), pengarahan dapat ditujukan untuk menentukan
kewajiban dan tanggung jawab, menetapkan hasil yang harus dicapai,
mendelegasikan wewenang yang diperlukan, dan menciptakan keinginan
untuk berhasil.
12

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Fungsi pengawasan (controlling function) merupakan pengukuran


pelaksanaan tujuan-tujuan perusahaan dan penentuan sebab-sebab terjadinya
penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif bila tidak sesuai
dengan tujuan di mana tujuannya untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh karyawan atau pekerja berdasarkan
penemuan-penemuan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan untuk
memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun pada waktu yang akan datang.

Suatu sistem pengawasan dalam perusahaan agribisnis dapat dikatakan


efektif dan efisien jika saat terjadi kesalahan segera dilaporkan kegiatan
tersebut di mana kesalahan itu terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas
terjadinya kesalahan itu. Ini sesuai dengan tujuan pengawasan, yakni untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan dan kesulitan yang dihadapi. Menurut
Manullang (1996:130), ada empat macam dasar penggolongan jenis
pengawasan, yakni waktu pengawasan, objek pengawasan, subjek pengawasan,
dan mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan.

a. Waktu pengawasan
1) Pengawasan preventif
Pengawasan preventif yaitu pengawasan dilakukan sebelum
terjadinya penyelewengan, kesalahan atau deviation. Jadi, diadakan
tindakan pencegahan agar jangan terjadi kesalahan di kemudian
hari.
2) Pengawasan repressif.
Pengawasan repressif yaitu pengawasan setelah rencana
sudah dijalankan, dengan kata lain diukur hasil-hasil yang dicapai
dengan alat pengukur standar yang telah ditentukan terlebih
dahulu.
13

b. Objek pengawasan
Objek pengawasan agribisnis dapat dilakukan mulai dari hulu/input
sampai ke hilir/output seperti pengadaan/ distribusi bahan baku, proses
produksi (usahatani), proses pengolahan hasil pertanian, pemasaran
/distribusi, dan keuangan atau budgeting;
c. Subjek pengawasan, berkaitan dengan siapa yang mengadakan
pengawasan, baik di dalam (intern) perusahaan, seperti proses produksi
dan keuangan, maupun di luar (ekstern) perusahaan seperti distribusi
pemasaran; dan Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan dapat
dilakukan dengan personal observation, laporan lisan (oral report),
laporan tertulis (written report), dan control by exception.
5. Fungsi Evaluasi (Evaluation)

Fungsi Evaluasi (evaluation) merupakan upaya untuk menilai pelaksanaan


rencana (baik rencana yang sedang dilaksanakan maupun yang sudah
terlaksana) mengenai ada atau tidaknya penyimpangan dan tercapai tidaknya
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan berdasarkan rencana yang telah
dibuat.

Evaluasi dilakukan di seluruh subsistem agribisnis, misalnya pengadaan


bahan baku dapat dinilai persediaannya, baik dari jumlah, kualitas, maupun
kontinuitasnya. Hasil proses produksi (usahatani) maupun hasil agroindustri
berdasarkan kuantitas atau volume produksi dan kualitas serta tepat waktu.
Hasil pemasaran berdasarkan nilai penjualan produk, bentuk atau karakteristik
produk, penempatan atau distribusi yang tepat, dan promosi. Jika ditinjau
kembali fungsi-fungsi manajemen agribisnis di atas, maka penerapannya
tergantung dari subsistem apa yang cocok dan dibutuhkan oleh setiap
subsistem agribisnis tersebut.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Konsep Agribisnis di UD. Terus Lancar


Perbedaan antara pertanian dan agribisnis paling tidak ada dua hal yaitu
pertanian bersifat mulai dari usaha yang subsisten, hobi sampai yang
komersial, sedangkan agribisnis bersifat komersial. Kegiatan pertanian hanya
pada on-farm, sedangkan agribisnis di samping kegiatan on-farm juga
merupakan kegiatan dalam off-farm (agroindustri hulu dan hilir serta jasa
penunjang). Semua kegiatan on-farm dan off- farm saling berkaitan dan tidak
akan berjalan lancar manakala terdapat satu kegiatan dihilangkan.

Berdasarkan pengamatan penulis, UD. Terus Lancar merupakan kegiatan


agribisnis yang bersifat off-farm, dimana subsitem yang dilaksanakan adalah
subsistem hilir dengan mengolah hasil budidaya pertanian (on-farm) berupa
bawang merah menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual yang lebih
tinggi, yaitu bawang goreng dengan nama merk ”Marzuki”.

Salah satu keberhasilan dalam subsistem hilir adalah kualitas hasil


budidaya pertanian. Apabila kualitas hasil pertanian baik, maka produk yang
dihasilkan juga akan baik, walaupun masih terdapat faktor-faktor lain yang
berpengaruh seperti cara pengolahan, cara pengemasan, dan cara pamasaran
yang dilakukan.

B. Penerapan Fungsi – Fungsi Manajemen di UD. Terus Lancar


Kegiatan usaha yang baik adalah kegiatan yang menerapkan sistem
manajemen yang baik untuk hasil produk mampu bersaing di bidang mutu
(quality), jumlah (quantity), kontinuitas (continuity), ketepatan waktu

14
15

(delivery on time), tempat (place), harga (price) di pasar dalam negeri


(domestic) maupun di pasar internasional (export).

Dibawah ini merupakan analisa fungsi manajemen berdasarkan studi kasus


dengan teori yang ada untuk mengetahui apakah kegiatan usaha di UD.Terus
Lancar sudah menerapkan sistem manajemen yang baik atau tidak.

1. Fungsi Perencanaan

Perencanaan adalah fungsi yang sangat vital yang bukan hanya tugas
seorang pemimpin tetapi juga harus melibatkan setiap orang dalam sebuah
organisasi guna menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara
mencapainya.

Perencanaan awal berdirinya UD. Terus Lancar yang didirikan oleh


Achmad Marzuki bermula ketika pemilik usaha mengalami krisis ekonomi
yang berusaha untuk memutar otak bagaimana si pemilik memperoleh
pendapatan untuk menutupi hutang – hutang yang dimiliki.

a. Proses Pengolahan

Pada saat awal merintis usaha, si pemilik ingin produk yang


dimilikinya memiliki kualitas yang bagus, baik kualitas bawang goreng
maupun segi pengemasan agar memiliki nilai jual yang tinggi. Menurut
narasumber, kualitas bawang goreng yang baik adalah memiliki warna
kuning- keemasan, tidak terlalu menyerap minyak, aroma yang harum,
dan ketahanan yang baik. Demi terwujudnya kualitas bawang goreng
yang baik, narasumber sekaligus si pemilik usaha melakukan uji coba
penggorengan bawang dari beberapa jenis bawang yang ada di beberapa
wilayah seperti Brebes, Nganjuk, Bima, Probolinggo dll. Hasil uji coba
tersebut, menurut narasumber yang terbaik adalah bawang merah yang
berasal dari Probolinggo varietas ”Biru Lancor” karena dapat memenuhi
kriteria kualitas bawang goreng.
16

Selanjutnya, bawang merah dikupas untuk membersihkan umbi dari


kulit terluar, dilanjutkan dengan perajangan yang bertujuan untuk
memperkecil ukuran umbi menjadi irisan bawang merah dan direndam
dalam air. Irisan bawang merah direndam dalam air dan harus digoreng
pada hari itu juga karena apabila diinapkan, warna bawang goreng
berubah menjadi merah. Dilanjutkan dengan penggorengan yang hanya
bisa dilakukan oleh 1 orang. Agar produk bawang goreng lebih awet
maka setelah digoreng harus ditiriskan menggunakan alat blower untuk
memisahkan minyak dari bawang goreng agar bawang goreng lebih
ringan dan awet.

Selain itu, untuk antisipasi lebih lanjut bawang goreng yang sudah
diolah dimasukkan dalam penampungan sementara berupa tong kedap
udara bertujuan untuk menampung persediaan bawang goreng dan jika
terdapat pemesanan langsung bisa dikemas. Produk bawang goreng
dikemas dalam plastik propilen yang dipress dan berlabel agar terlihat
menarik. Beberapa kemasan yang disajikan adalah kemasan berisi 500
gram, 200 gram, 250 gram, 150 gram, dan 100 gram. Sehingga, awal
usaha si pemilik mencari sendiri bahan baku dan alat pendukung.
Dibawah ini merupakan proses pengolahan bawang goreng di UD. Terus
Lancar.

Gambar 4.1 Proses Pengolahan Bawang Goreng


17

b. Lokasi Terjadinya Usaha


Berdirinya usaha terjadi di daerah Probolinggo karena daerah
Probolinggo merupakan salah satu sentral budidaya bawang merah,
sehingga bahan baku terus tersedia sepanjang tahun. Namun,untuk
memenuhi bahan produksi lainnya bisa didapatkan di daerah
Probolinggo mapun diluar wilayah Probolinggo dengan sistem
pemesanan secara online.
c. Pemasaran Produk
Pemasaran produk bawang goreng dilakukan diluar wilayah
Probolinggo karena produk dianggap kurang laku apabila dijual didalam
wilayah Probolinggo. Sehingga, pemilik usaha mencari pangsa pasar
yang minim dalam persaingan usaha bawang goreng.
Produk bawang goreng “Marzuki” telah tersebar di beberapa
wilayah seperti Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, Merauke, Manokwari,
Sorong, Biak, Jakarta. Produk bawang goreng dan abon bawang goreng
“Marzuki” telah diekspor ke Korea Selatan melalui proses kerja sama
dengan PT. Bromo Tirta Lestari. Pemilik usaha hanya menghendaki satu
wilayah terdapat 1 distributor agar tidak saling tumpang tindih.
Penjualan dilakukan dengan sistem pre-order dimana pembeli
memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak UD. Terus Lancar 3 hari
sebelum pemesanan. Pada hari pemesanan, pihak pembeli telah
membayar produk bawang goreng yang dipesan. Pemesanan dilakukan
dengan via daring (online). Produk bawang goreng dijual seharga Rp
80.000/kg. Dikarenakan bahan baku yang digunakan memiliki harga
fluktuatif, sehingga narasumber mematok harga eceran tertinggi
sebanyak Rp 90.000,-/kg dan harga eceran terendah Rp 70.000,-/kg dan
hal ini selalu disampaikan narasumber kepada pembeli.
d. Kualifikasi Pegawai
Proses awal pembuatan bawang goreng dilakukan oleh pemilik
usaha bersama sang istri sehingga jumlah bawang goreng yang
diproduksi ± 15 kg. Seiring bertambahnya jumlah pemesanan, pemilik
18

usaha mulai merekrut pegawai yang berasal dari kalangan ibu-ibu di


sekitar rumah pemilik. UD. Terus Lancar tidak menggunakan
kualifikasi-kualifikasi dengan kriteria tertentu dalam merekrut pegawai.
Namun, ada pengecualian dalam tugas penggorengan dimana terdapat
proses seleksi terlebih dahulu. Hal ini didasari bahwa setiap orang
memiliki teknik penggorengan yang berbeda dan berpengaruh terhadap
kualitas bawang goreng.
e. Teknik Produksi

Teknologi yang digunakan di UD. Terus Lancar masih tergolong semi


modern. Proses pengupasan dilakukan menggunakan pisau, perajangan
dan penggorengan masih tergolong manual. Pada saat proses penirisan
minyak dan pengemasan baru menggunakan alat modern seperti blower
dan sealer. Kombinasi teknologi semi modern dan keberadaan pegawai
yang berjumlah 27 orang, menjadikan kemampuan produksi bawang
goreng per bulan sebanyak 2 ton.

Keberadaan teknologi semi modern berpengaruh terhadap


kemampuan produksi yang dicapai. Oleh sebab itu, pemilik usaha
membatasi pemesanan pada setiap wilayah maksimal 3 kuintal dalam
satu kali pemesanan. Terkadang untuk memenuhi permintaan pasar,
pemilik usaha menjual produk bawang goreng milik salah satu temannya
tetapi dengan kualitas yang sama.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan tindakan lanjut dalam merencanakan
rencana yang dibuat. UD. Terus Lancar tidak memiliki organisasi yang
terstruktur karena beberapa tugas pemasaran, pengadaan sarana produksi,
keuangan, personalia (sumberdaya manusia), yang harusnya masing –
masing dipegang satu orang dikerjakan sendiri oleh pemilik usaha.
Pemilik usaha merangkap menjadi manajer yang mendukung dan
mengatur jalannya kegiatan usaha. Dengan demikian, pemilik usaha
merupakan orang yang berwenang dalam pengambilan keputusan, baik
19

cara mengatur strategi pemasaran (promosi produk, mencari pelanggan,


menentukan harga), melakukan pengadaan sarana produksi (pembelian
alat dan bahan produksi), mengatur keuangan (biaya pengeluaran dan
pemasukan, analisa pendapatan), serta menentukan tugas bagi tiap – tiap
pekerja.
Pembagian tugas pekerja disesuaikan dengan proses pekerjaan
yang dilakukan, dimana dalam 27 orang pekerja terbagi dalam: 22 orang
bertugas untuk proses pengupasan, 1 orang untuk proses perajangan, 1
orang untuk proses penggorengan, dan 3 orang untuk proses pengemasan.
Para pekerja yang bertugas dalam pengupasan tidak boleh melakukan
tugas yang lain, begitu pun dengan para pekerja yang lain.
3. Fungsi Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan setelah fungsi perencanaan. Agar
pelaksanaan berjalan sesuai dengan perencanaan maka sangat ditekankan
bagaimana cara/strategi seorang pemimpin dalam menggerakkan
pegawainya. Hal ini sangat penting untuk menghindari agar bawahan tidak
melaksanakan tugasnya di bawah tekanan atau paksaan tetapi atas dasar
pilihan sadar dengan penuh tanggung jawab.
Pemilik usaha adalah penyemangat bagi para pegawai. Hubungan
antara pegawai dengan pemilik usaha yang bertetangga mendorong adanya
hubungan keakraban diantara kedua pihak. Pemilik usaha memberdayakan
para ibu disekitar rumahnya agar memiliki kegiatan yang menghasilkan,
selain itu para ibu juga dengan senang hati bekerja untuk menolong
pemilik usaha. Supaya pegawai selalu semangat dalam bekerja, pemilik
usaha selalu memberikan bonus kepada para pegawai setiap tahunnya pada
saat hari raya.
Namun, terjadi kesenjangan dalam penerimaan pendapatan. Dapat
dilihat bahwa menurut narasumber, pegawai pengupasan bawang merah
dibayar Rp 2.000,/kg; sementara pegawai perajangan, penggorengan, dan
pengemasan dibayar sebesar Rp 50.000,/hari.
20

4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan sangat penting tanpa adanya pengawasan maka
fungsi-fungsi yang lain tidak akan berjalan efektif dan efisien. Pengawasan
tidak hanya berlangsung pada saat pelaksanaan, tetapi juga pada saat
perencanaan dan pengorganisasian.
Fungsi pengawasan dilakukan diperlukan agar pelaksanaan dan
pengorganisasian sesuai dengan rencana awal dan dapat mengawasi
apabila terjadi penyimpangan – penyimpangan yang tidak sesuai. Salah
satu pengawasan yang dilakukan oleh UD. Terus Lancar adalah memantau
harga bawang merah yang dilakukan oleh pemilik usaha.
Sama seperti hasil budidaya pertanian, harga bawang merah
cenderung mengalami fluktuasi setiap tahun karena mengikuti volume
hasil pertanian di pasar, ketika musim panen raya harga bawang merah
cenderung turun diluar musim panen raya harga bawang cenderung stabil
bahkan bisa melonjak sewaktu-waktu. Kecendrungan fluktuasi harga
mempengaruhi harga bahan baku yang berdampak pada meningkatnya
harga produksi. Untuk menyiasati fluktuasi harga, pemilik usaha selalu
memantau harga bawang merah di Pasar Bawang Dringu melalui
temannya yang menjadi pedagang disana. Selain itu, pemilik usaha sudah
memberitahukan kepada para pembeli bahwa UD. Terus Lancar
menentukan harga eceran tertinggi = Rp 90.000,- dan harga eceran
terendah = Rp 70.000,-. Jika harga mengalami kenaikan, pihak UD. Terus
Lancar melakukan pemberitahuan kepada pihak pembeli berapa lama
bawang merah mengalami kenaikan harga. Sehingga, pihak distributor
dapat mengantisipasi harga yang akan dijual di tempat masing – masing.
Pemilik usaha juga memantau harga barang produksi pada setiap
toko dan membandingkan toko mana yang memiliki harga yang lebih
murah dengan kualitas barang produksi yang sesuai. Dengan demikian,
modal produksi menjadi lebih minim dan keuntungan lebih besar. Pemilik
usaha selalu mengawasi mutu produk dengan rutin melakukan pengecekan
21

di laboratorium untuk mengetahui ada atau tidaknya zat kimia dan


penentuan kadaluarsa produk.
Pemilihan bahan baku untuk kegiatan ekspor juga perlu
diperhatikan. Bawang merah yang digunakan adalah bawang yang
berukuran besar. Sehingga, sebelum diproses bawang merah disortir
terlebih dahulu agar menyeragamkan ukuran daripada umbi.
5. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana rencana yang
dibuat berhasil untuk dilakukan. Fungsi evaluasi penting keberadaannya
sebagai acuan dalam mengembangkan bisnis yang dijalankan.Biasanya,
Evaluasi dapat dilakukan dengan mengadakan rapat rutinan dan
memaparkan permasalahan setiap manajer dan dicari solusinya.
UD. Terus Lancar masih belum melaksanakan fungsi evaluasi
dengan mengadakan rapat rutinan karena peran manajer sepenuhnya
dipertanggung jawabkan oleh pemilik. Tugas yang dibebankan oleh satu
orang terkadang terdapat beberapa hal yang meleset untuk dievaluasi,
seperti narasumber pernah tidak mencatat pemesanan yang sudah dibayar,
pemesanan yang tidak terjadwal, dll. Permasalahan tersebut patut menjadi
perhatian bagi narasumber untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan
produksi.
Hal yang perlu di evaluasi berdasarkan pengamatan penulis adalah
kuantitas produk yang perlu ditambah untuk mengatasi pemesanan yang
bersamaan. Kuantitas produk harus ditingkatkan dengan peningkatan
teknologi dan penambahan tenaga kerja.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, dapat diketahui bahwa UD. Terus
Lancar tergolong dalam subsistem pengolahan hasil pertanian karena terjadi
proses pengolahan bawang merah sebagai bahan baku menjadi bawang
goreng. Penerapan fungsi – fungsi manajemen yang dilakukan oleh UD. Terus
Lancar tergolong belum maksimal, terutama pada fungsi pengorganisasian dan
evaluasi. Hal tersebut disebabkan narasumber belum sepenuhnya percaya
terhadap orang lain dalam mengendalikan bidang pemasaran, pengadaan
sarana produksi, keuangan, personalia (penyediaan sumberdaya manusia), dll.

B. Saran
1. Pemilik usaha diharapkan melakukan perekrutan manajer dalam mengatur
jalannya produksi agar lebih terorganisir.
2. Penggunaan teknologi yang lebih modern agar kuantitas produk lebih
banyak, sehingga dapat memenuhi jumlah permintaan di beberapa
wilayah.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Rifki dan Sulaksana, Jaka. 2016. Pengaruh Fungsi Manajemen Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan (Suatu Kasus di Home Industri Asri Rahayu di
Wilayah Majalengka). Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan 4( 2):157-166

Kusnadi. 2015. Modul Agribisnis. Diunduh pada


[http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/LUHT4217-
M1.pdf] tanggal 1 April 2019

Rahim, Abd dan Hastuti, Diah Retno Dwi. 2005. Sistem Manajemen Agribisnis.
Makassar. State University of Makassar Press

Trismawati, Basit, Abdul, Nuriyanti, Rofika. 2018. Camilan Bawang Khas


Probolinggo Dalam Menghadapi Persaingan Pasar Nasional. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat 1(2): 96-106
24

LAMPIRAN
Kondisi Tempat Pengolahan Bawang Goreng

Beberapa Produk yang Dipasarkan

Alat untuk Melakukan Proses Pengemasan dan Pengeakan

Anda mungkin juga menyukai