Anda di halaman 1dari 15

Kimia Analisis Lingkungan Laut

LOGAM BERAT DALAM CONTOH SESTON

KELOMPOK

SEPTIAN PRATAMA P H311 16

HENDRIK SERANG H311 16

MUH. SYAHRIL YUSUF H311 16

AMALIAH TASRIF H311 16 501

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala

berkat, rahmat, karunia, kemudahan dan kelancaran-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Seston”. Makalah ini telah dibuat dengan

beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan

hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang bisa menunjang

untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca dan juga penulis khususnya.

Makassar, 05 November 2018

Kelompok VI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padatan Terlarut dan Padatan Tersuspensi

Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir,

lumpur dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat

berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi,

ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat

padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang

heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat

menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi cahaya

matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat

terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna.

Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi oleh masukan yang berasal

dari darat melalui aliran sungai ataupun dari udara dan perpindahan karena resuspensi

endapan akibat pengikisan.

Total padatan terlarut (TDS) adalah jumlah total ion bermuatan mobile,

termasuk mineral, garam atau logam dilarutkan dalam volume air tertentu, dinyatakan

dalam satuan mg per satuan volume air (mg / L) atau juga disebut sebagai bagian per

juta (ppm). TDS secara langsung berkaitan dengan kemurnian air dan kualitas sistem

pemurnian air. Sebagian besar senyawa anorganik berada dalam bentuk padatan dan

padatan dapat diklasifikasikan kembali menjadi padatan kristalin dan padatan amorf.

Padatan tersuspensi adalah padatan yang berada dalam kolom air dan memiliki

ukuran partikel £ 0.45 – 2.0 mm, dikenal pula dengan sebutan seston. Padatan

tersuspensi diperairan laut berasal dari daratan (allocthonous) yang di transpor melalui
sungai dan udara dan yang berasal dari dalam laut (autothonous) itu sendiri. Komposisi

padatan tersuspensi terdiri dari material anorganik (Partikel Inorganic Matter – PIN)

dan organik (Partikel Organic Matter – POM) termasuk organisme mikro flora dan

fauna yang hidup dan mati atau detritus.

Dalam kolom air, padatan tersuspensi memiliki kemampuan mengadsorpsi

elemen atau senyawa kimia anorganik maupun organik terlarut, kemudian mengendap

dalam sedimen, yang kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel dan

dinamika arus setempat. Proses adsorpsi tersebut bersifat fisika-kimia dan berperan

dalam mereduksi konsentrasi senyawa kimia terlarut (seperti logam berat) dalam kolom

air dan meningkatkan konsentrasinya dalam sedimen. Makin halus ukuran partikel

padatan tersuspensi, makin luas permukaannya dan makin besar kapasitas adsorpsinya

terhadap senyawa kimia terlarut. Dengan kata lain, padatan tersuspensi memiliki

kapasitas adsorpsi yang besar terhadap logam berat terlarut dan potensial

mengakumulasikan logam berat tersebut dalam sedimen.

Sungai memiliki kualitas air yang selalu berubah dari waktu kewaktu (dinamis).

Perubahan ini dapat disebabkan oleh musim, jenis dan jumlah limbah yang masuk serta

debit air. Terdapat sumber pencemar yang diakibatkan oleh perubahan sesuatu faktor

dalam sungai, misalnya pada musim hujan, dimana air hujan mengadakan pengotoran

dan akan terjadi pengenceran (konsentrasi pencemar yang mungkin ada dapat

berkurang) tetapi ada faktor lain yang berubah yaitu akibat kecepatan aliran dalam

sungai atau saluran bertambah. Masuknya limbah ke dalam badan air seperti sungai,

danau ataupun laut akan menurunkan kualitas air serta mengubah kondisi kualitas air.

Pengaruh pencenaran air limbah dapat dilihat dari sifat fisik, kimia dan biologi

perairan. Sifat fisik antara lain adalah peningkatan kekeruhan, padatan tersuspensi, air

menjadi berbau dan berwarna. Sedangkan sifat kimia dan biologi adalah meningkatnya
kandungan nutrient, logam-logam dan bakteri. Beberapa akibat pencemaran sungai,

terutama oleh industri dan pemukiman.

2.2 Peranan Zat Padat Tersuspensi

Peranan zat padat tersuspensi ialah:


 Untuk memperoleh perkiraan total suspensi solid, menghitung selisih antara total
padatan terlarut dan padatan total
 Untuk mengadsorpsi logam berat yang terlarut dalam air
 Mempengaruhi salinitas dalam perairan
 Mempengaruhi kelarutan Hg, Pb dan Cd
 Mempengaruhi perairan estuari terhadap kapasitas absorpsi

2.3 Penelitian Mengenai Penentuan Logam Berat dalam Contoh Seston

2.3.1 Pola Distribusi Klorofil-A Dan Total Suspended Solid (Tss) Di Teluk Toli
Toli, Sulawesi

1. Pendahuluan

Teluk Tolitoli yang berada pada daerah pertemuan laut Sulawesi dan Selat

Makassar memiliki karakterisasi perairan oseanik yang diduga mendapat pengaruh

besar dari fenomena Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Pengaruh Arlindo

diperkirakan turut membantu dalam distribusi biota laut di kawasan Indo-Pasifik dan

sekaligus memicu keanekaragaman biota yang tinggi akibat peningkatan kesuburan dan

kualitas perairan yang berkesinambungan. TSS (Total Suspended Solid) atau seston

merupakan material yang halus di dalam air yang mengandung lanau, bahan organik,

mikroorganisme, limbah industri dan limbah rumah tangga yang dapat diketahui

beratnya setelah disaring dengan kertas filter ukuran 0.042 mm. Nilai konsentrasi TSS

yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesa dan penambahan panas di

permukaan air sehingga oksigen yang dilepaskan tumbuhan air menjadi berkurang dan
mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati. TSS juga berpengaruh dalam kesuburan

perairan di Indonesia sehingga perlu diketahui kadar TSS dari perairan.

2. Metode

Metode analisa TSS adalah sebagai berikut :

 Penentuan titik pengambilan sampel :

 Kertas saring whatman ukuran 0,043 mikron dikeringkan dalam oven pada suhu

80 0C selama 24 jam kemudian ditimbang untuk mengetahui berat awal (Maw)

kertas saring tersebut.

 Sampel sebanyak 1 atau 2 liter disaring menggunakan kertas saring yang telah

diketahui berat awalnya

 Kertas saring yang telah berisi sampel, dikeringkan dalam oven pada suhu 80

0C selama 24 jam. Kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat akhir

(Mak).

 Total suspended solid dihitung dengan rumus :

𝑀𝑎𝑘 − 𝑀𝑎𝑤
𝑇𝑆𝑆 =
𝑉
Dimana:

TSS = Total Suspended Solid (mg/l)

Mak = Berat Akhir (mg)

Maw = Berat awal (mg)

V = Volume sampel (l)

3. Hasil dan Pembahasan

Secara umum distribusi horizontal TSS di Teluk Toli toli tidak terlalu
bervariasi, hanya berkisar antara 5.8 – 10.4 mg/L dengan nilai rata-rata 7.65 mg/L
sehingga tidak menghalangi penetrasi sinar matahari yang masuk ke perairan Teluk
Toli toli. Nilai kandungan TSS ini masih dibawah nilai Baku mutu Kementrian
Lingkungan hidup untuk total suspended solid perairan koral yaitu 20 mg/l dan juga
jauh di bawah nilai yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu
400 mg/L.

4. Kesimpulan

1. Kandungan TSS rata-rata di Teluk Toli toli adalah sebesar 7.65 mg/L dengan

kisaran 5.8-10.4 mg/L.


2.3.2 Pola Sebaran Total Suspended Solid (Tss) Di Teluk Jakarta Sebelum Dan
Sesudah Reklamasi

1. Pendahuluan

Kualitas perairan Teluk Jakarta terus mengalami degradasi dari tahun ke tahun.

Berdasarkan hasil pemantauan dan laporan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Daerah DKI Jakarta (2004), kualitas perairan Teluk Jakarta telah tercemar cukup parah

dari tahun ke tahun. Debit sungai berperan dalam perubahan kondisi kualitas perairan

karena aliran sungai membawa partikel-partikel dari hulu menuju kehilir, salah satu

partikel tersebut adalah Total Suspended Solid (TSS). Sebaran TSS di perairan

dipengaruhi oleh pasang surut, angin, arus laut, aktivitas manusia dan sebagainya.

Kadar TSS dan kekeruhan memiliki korelasi positif, yaitu semakin tinggi nilai TSS

maka semakin tinggi pula nilai kekeruhan. Akibat dari kekeruhan perairan

menyebabkan menurunnya produktivitas biota air dan mengganggu ekosistem perairan.

Salah satu solusi yang dipilih oleh Pemerintah DKI Jakarta ialah membuat kebijakan

untuk mengembangkan wilayah utara Jakarta. Kebijakan ini ditandai dengan

terbentuknya program pemerintah dengan mereklamasi Teluk Jakarta.

Dampak dari reklamasi memengaruhi morfologi pantai mengakibatkan perubahan

bentuk pesisir yang berpengaruh terhadap perubahan hidrodinamik pantai. Hal ini

terjadi karena mempengaruhi proses pasang-surut dan berubahnya bentuk pesisir. Hasil

dari perubahan hidrodinamik perairan memengaruhi konsentrasi TSS di wilayah tepi

laut. Kini dengan adanya teknologi penginderaan jauh dapat mempermudah

pemantauan kualitas perairan. Teknologi penginderaan jauh dapat membantu

pemantauan karena membutuhkan waktu yang relatif singkat dan biaya yang relatif

murah dan jangkauan wilayah yang luas. Salah satu data yang dapat digunakan dari

teknologi penginderaan jauh ialah citra Landsat 5 dan Landsat 8 OLI/TRS.


2. Metode
- Pengumpulan Data

Data TSS didapatkan dari pengolahan citra satelit Landsat 5 dan Landsat

8 OLI/TRS, berikut langkah-langkah untuk mendapatkan pola sebaran TSS:

 Memilih citra landsat 5 dan landsat 8 OLI/TRS pada path 122 row 64 dengan

cloud cover kurang dari 10%

 Melakukan koreksi geometrik kepada citra landsat 5

 Melakukan koreksi radiometrik kepada kedua jenis citra

 Memotong citra sesuai dengan daerah penelitian

 Mengaplikasikan algoritma kepada kedua jenis citra

 Melakukan klasifikasi berdasarkan pembagian kelas dari Kementerian

Lingkungan Hidup

 Melakukan interpolasi trend surface analysis kepada kedua jenis citra

- Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis temporal, analisis komparatif spasial,

analisis kuantitatif, dan analisis deskriptif statistik dengan cara:

 Memaparkan dan membandingkan pola spasial TSS sebelum dan sesudah

reklamasi dengan perbandingan tahun 2009 dan tahun 2015-2016,

 Memaparkan dan membandingkan kecenderungan pola spasial TSS sebelum

dan sesudah reklamasi


 Memaparkan hasil uji akurasi antara nilai konsentrasi hasil algoritma dengan

nilai konsentrasi titik sampel dari Kementerian Lingkungan Hidup DKI Jakarta

menggunakan Root Mean Square Error (RMSE) dan Normalize Objection

 Memaparkan hasil uji regresi antara debit dengan sebaran TSS

 Memaparkan dan dan membandingkan pola spasial TSS dengan arah arus laut

 Memaparkan dan dan membandingkan pola spasial TSS dengan pasang-surut

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian ini kelas yang digunakan sebagai pembagian sebaran TSS

(Kementrian Lingkungan Hidup, 2010), yaitu:

a. Wilayah konsentrasi TSS 0-20 mg/l

b. Wilayah konsentrasi TSS 20-40 mg/l

c. Wilayah konsentrasi TSS 40-60 mg/l

d. Wilayah konsentrasi TSS 60-80 mg/l

e. Wilayah konsentrasi TSS >80 mg/l

Hasil peta sebaran TSS menunjukkan bahwa pada periode sebelum program

reklamasi wilayah perairan konsentrasi TSS >80 mg/l (melebihi batas baku mutu)

cenderung berada dibeberapa titik dekat muara sungai dan dekat dengan daratan.

Kemudian, pada periode sesudah adanya program reklamasi wilayah perairan yang

melebihi batas baku cenderung tersebar dibeberapa titik dekat muara sungai, dekat

dengan daratan dan dekat pulau reklamasi. Hal ini mengindikasikan wilayah tersebut

telah melampaui ambang baku perairan atau keruh.


Lalu, hasil berdasarkan metode trend surface analysis dengan menggunakan

titik-titik yang memiliki nilai spektral dengan jarak 30 m x 30 m sesuai dengan resolusi

spasial citra. Kemudian, titik-titik tersebut diolah menggunakan interpolasi trend

surface analysis dengan besaran polynomial 2 atau secara matematik f(x) = a1 + a2x +

a3x2. Pemilihan polynomial 2 sebab grafik yang terbentuk berupa parabola, serta

persamaan ini cukup sederhana dan sesuai untuk melihat pola sebaran. Hasil metode ini

menunjukkan kecenderungan tertentu pada periode sebelum dan sesudah reklamasi

yaitu:

a) Sebelum reklamasi

 26 Mei 2009: Pola sebaran cenderung ke arah barat

 29 Juli 2009: Pola sebaran tersebar merata

 20 Agustus 2009: Pola sebaran tersebar merata

 17 Oktober 2009: Pola sebaran begeser karah barat

 2 November 2009: Pola sebaran tersebar merata dan condong ke timur

 4 Desember 2009: Pola sebaran cenderung ke arah selatan

b) Sesudah reklamasi

 3 November 2015: pola sebaran cenderung merata dan condong kearah barat

 5 Desember 2015: pola sebaran cenderung merata dan condong kearah barat
 10 Maret 2015: pola sebaran cenderung merata dan condong kearah barat

 13 Mei 2016: pola sebaran cenderung ke arah barat

 17 Agustus 2016: pola sebaran cenderung tersebar memusat di pesisir

 4 Oktober 2016: pola sebaran cenderung ke arah barat

Perbedaan sebaran konsentrasi TSS pada periode sebelum dan sesudah reklamasi

jika dibandingkan antara tanggal 30 Agustus 2009 dengan 10 Maret 2016, terlihat

bahwa kedua hasil pengolahan citra memiliki kecenderungan yang relatif sama tetapi

jika diperhatikan terdapat perbedaan pada jangkauan wilayah perairan keruh. Pada

tanggal 30 Agustus 2009 hanya memiliki jangkauan wilayah antara <20 mg/l sampai

60-80 mg/l, sedangkan pada tanggal 10 Maret 2016 memiliki jangkauan wilayah antara

<20 mg/l sampai >80 mg/l. Perbandingan tersebut menunjukkan terjadi perbedaan

kecenderungan sebelum dan sesudah reklamasi dalam jangkauan wilayah kekeruhan.

4. Kesimpulan

Reklamasi menyebabkan perubahan pola sebaran total suspended solid (TSS) di

Teluk Jakarta. Sebelum reklamasi pola sebaran konsentrasi TSS beragam tetapi sesudah

reklamasi pola sebaran cenderung ke arah barat dan merata. Perairan dekat garis pantai

(zona 1) mengalami kenaikan rata-rata sebaran perairan keruh (TSS >80 mg/l). Debit

pada zona 2 dan arus laut berpengaruh besar terhadap sebaran perairan keruh pada

periode sebelum reklamasi. Namun, tidak lagi sesudah adanya reklamasi akibat sebaran

material dari daratan tidak tersebar bebas serta terpengaruh oleh pola arus yang

kompleks. Variasi spasial dari perairan keruh juga tidak terlepas oleh pengaruh

pasang-surut perairan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padatan adalah keadaan benda, diciri-cirikan dengan volume dan bentuk yang

tetap. Limbah padat meliputi lanau, sedimen, materi tanaman yang membusuk atau

kotoran hasil pengolahan limbah cair. Total padatan terlarut (TDS) adalah jumlah total

ion bermuatan mobile, termasuk mineral, garam atau logam dilarutkan dalam volume

air tertentu, dinyatakan dalam satuan mg per satuan volume air (mg / L) juga disebut

sebagai bagian per juta (ppm). Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah

semua zat padat (pasir, lumpur dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi

dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton,

bakteri, fungi ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel

anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia

yang heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan

dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.

Padatan tersuspensi organik dan anorganik juga memiliki peran yang dapat

digunakan untuk mengetahui padatan yang terlarut maupun padatan tersuspensi yang

berasal dari bahan organik maupun bahan anorganik. Sungai umumnya memiliki

tingkat kekeruhan rendah (misalnya, sering di bawah 5 NTUs) sepanjang tahun. Sungai

besar biasanya memiliki kekeruhan tinggi (Misalnya <10 sampai lebih dari 100 NTUs).

Beberapa uraia di atas mengenai peranan padatan dalam perairan memiliki pengaruh

dan peranan yang besar. Untuk itu kita perlu mempelajari hal tersebut agar kita dapat

mengetahui kondisi suatu perairan yang sudah tersuspensi atau terlarut.


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan zat padatan dan zat tersuspensi ?

2. Bagaimana peranan dari padatan tersuspensi ?

3. Bagaimanakah contoh penentuan kadar logam berat pada contoh seston ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan mempelajari apa yang dimaksud dengan zat padat
tersuspensi

2. Untuk mengetahui bagaimana peranan dari zat padat tersuspensi

3. Untuk mengetahu bagaimana contoh penentuan kadar logam berat dalam contoh
seston
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini yaitu:

1. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang

heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan

dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.

2. Peranan zat padat tersuspensi yaitu untuk memperoleh perkiraan total suspensi solid,
menghitung selisih antara total padatan terlarut dan padatan total, mengadsorpsi
logam berat yang terlarut dalam air, mempengaruhi salinitas dalam perairan,
mempengaruhi kelarutan Hg, Pb dan Cd serta mempengaruhi perairan estuari
terhadap kapasitas absorpsi.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai