Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME ZAT GIZI MIKRO

“PENENTUAN KALIUM URINE”

Dosen Pengampu :

dr. Arisanty Nur Setia R., M.Gizi

Oleh:
Golongan / Kelompok : D / 1
1. Umi Zakiya (G42171721)
2. Nastasya Kamila (G42171732)
3. Fatimah Az-Zahra (G42171734)
4. Yumna Wansa (G42171735)
5. Najma Zahara Putri Hilda (G42171737)
6. Safitri Rizki Prastiwi (G42171744)
7. Apriliana Fajariyanti (G42171755)
8. Qorina Alif Firdausy Subekti (G42171766)

PROGRAM STUDI D-IV GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Metabolisme Zat Gizi Mikro
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Laporan ini ditulis berdasarkan
hasil percobaan selama praktikum serta menurut literatur-literatur yang ada.
Praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing
Metabolisme Zat Gizi Mikro dr. Arisanty Nur Setia R., M.Gizi dan juga semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Namun ada kelemahan dalam dalam tata penulisan laporan maupun teknik
pelaksanaan. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan referensi
untuk peningkatan mutu dari laporan di masa mendatang.

Jember, 03 April 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................... 8

3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................................... 8

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................... 8

3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................... 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 10

4.1 Hasil ............................................................................................................. 10

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 10

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 14

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14

5.2 Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

LAMPIRAN .......................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalium adalah elektrolit yang terdapat banyak di dalam tubuh manusia.
Kalium dijumpai pada cairan ekstra seluler. Untuk memenuhi asupan kalium
dapat diperoleh dari makanan, obat-obatan dan bahan alami lainnya. Sumber
makanan yang mengandung kalium yaitu daging, sayuran, kacang-kacangan
serta buah-buahan.

Untuk mengukur adanya kalium di dalam tubuh, kami melakukan


praktikum analisis kuantitatif yaitu metode gravimetri. Metode ini dilakukan
dengan cara pengendapan, dengan prinsipnya yaitu mengubah komponen-
komponen yang diinginkan menjadi sukar larut sehingga dapat kita timbang.
Dengan adanya praktikum ini, kami mengetahui berapa kandungan kalium
pada urin responden.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metabolisme kalium dalam tubuh sampai dikeluarkannya lewat
urin?

2. Bagaimana cara menguji/mengidentifikasi kalium dalam urin?

1.3 Tujuan
1. Memahami metabolisme kalium dalam tubuh sampai dikeluarkannya
lewat urin.

2. Memahami cara menguji/mengidentifikasi kalium dalam urin.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kalium (K) adalah ion bermuatan positif dengan rumus atom K+. Kalium
berwarna putih perak, merupakan logam lunak dan bersifat sangat reaktif. Nomor
atom untuk kalium adalah 19, dengan massa jenis 0,86 gram/cm3, titik didih
sebesar 774oC serta titik leleh sebesar 63,5oC (Cotton, 1989). Kalium tidak dapat
berubah dalam udara yang kering, namun dapat teroksidasi dengan cepat dalam
udara yang lembab. Kalium yang teroksidasi di udara akan menghasilkan kalium
hidroksida dan apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan gas hydrogen.
Kalium reaktif dengan air sehingga reaksinya dapat menimbulkan nyala api
bahkan ledakan (Sunardi,2006).

Kalium dalam tubuh memiliki peranan penting dalam menjaga


keseimbangan cairan dan elektrolit bersama dengan natrium. Selain itu kalium
dan natrium juga berperan dalam keseimbangan asam basa dalam darah manusia.
Kalium juga mempunyai fungsi penting dalam proses konduksi impuls syaraf.
Kalium berfungsi menjaga keseimbangan fungsi jaringan otot, yang dalam hal ini
kalium menjalankan perannya bersama kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Selain
itu, kalium memiliki peran penting dalam proses pembentukan energi didalam
jaringan sel otot, termasuk dalam proses pembentukan formasi otot glikogen serta
produksi energi yang tinggi (Williams, 1983). Di dalam sel kalium dapat
berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biologik, seperti dalam metabolisme
energi, protein serta sintesis glikogen.

Kalium didalam tubuh akan diabsorpsi dalam usus halus. Absorpsi kalium
dari makanan yang masuk kedalam tubuh dilakukan secara pasif sehingga tidak
memerlukan mekanisme spesifik. Sepertizat gizi mikro lainnya, 80-90% kalium
yang dikonsumsi juga akan dieksresi melalui urine. Selain itu juga dapat
dikeluarkan melalui feses, cairan lambung serta melalui keringat. Tubuh
memerlukan asupan kalium kurang lebih sebanyak 2000 mg dalam sehari. Selama

5
seseorang cukup mengonsumsi sayuran dan buah-buahan defisiensi kalium jarang
terjadi. Defisiensi kalium dapat terjadi saat mengalami diare kronis, muntah-
muntah atau kelebihan menggunakan atau mengonsumsi obat pencuci perut
(laksan). Kebanyakan kehilangan kalium dalam tubuh melalui ginjal diakibatkan
karena penggunaan obat-obat diuretik terutama untuk pengobatan penyakit
hipertensi. Apabila tubuh banyak kehilangan kalium dapat menyebabkan
kehilangan nafsu makan, lemah, lesu, mengigau, konstipasi bahkan hingga
kelumpuhan. Sedangkan kelebihan kalium terjadi apabila konsumsi melebihi 12,0
g/m2 baik secara enteral maupun parenteral yang tidak diimbangi dengan
peningkatan ekskresi. Apabila tubuh mengalami gangguan fungsi ginjal maka
dapat menyebabkan kelebihan kalium. Hiperkalemia akut bisa menyebabkan
gagal jantung bahkan dapat berakibat kematian (Almatsier, 2009).

Kalium adalah salah satu mineral yang esensial dari semua sel hidup.
Kalium banyak ditemukan di dalam makanan yang bersumber dari tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Sumber utama zat gizi kalium yaitu terdapat pada bahan
makanan segar atau makanan yang masih mentah, seperti pada sayuran, buah-
buahan serta kacang-kacangan (Almatsier, 2009). Tidak hanya bersumber dari
makanan, kalium juga dapat diperoleh melalui zat aditif makanan seperti KCl
yang digunakan sebagai pengganti garam dapur, K- nitrat yang digunakan sebagai
pengawet daging, serta K- alginat yang digunakan sebagai pengemulsi dan
pengental (Muchtadi, 2009).

Berikut tabel kandungan kalium beberapa bahan makanan (mg/100 gram)


menurut Almatsier (2009).

Bahan makanan mg Bahan makanan mg

Beras giling 241 Papaya 221

Singkong 394 Mangga 214

Kentang 369 Durian 601

6
Kacang tanah 421 Anggur 111

Kacang merah 1151 Jeruk manis 162

Kacang hijau 1132 Nanas 125

Kacang kedelai 1504 Semangka 102

Jambu biji 420 Selada 254

Kelapa 555 Bayam 461

Apukat 278 Tomat 235

Pisang 435 Wortel 245

7
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada tanggal 27 Maret 2019 di Laboratorium
Analisis Gizi, Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini. Alat yang
digunakan yaitu : cup penampung urin, masker, tisu gulung, serbet,
aluminium foil, corong, erlenmeyer 100 ml, ice water bath, pipet volum 10
ml, alat tulis dan kertas. Bahan yang digunakan yaitu : urine, HCl pekat, dan
NaB(C6H5)4 1% dingin.

3.3 Prosedur Kerja


Urine

Penampungan urine
dalam cup urine
3 mL HCl
pekat

Pemasukan 25 mL urine
ke dalam erlenmeyer

Pengocokan dalam ice


water bath selama 10
menit dengan
penutup aluminium
foil

8
10 mL
NaB(C6H5)4 1%
dingin
Penambahan
NaB(C6H5)4 1% dingin
sebelum waktu habis

Penimbangan kertas
saring yang masih baru

Penyaringan sampel

Pencucian
menggunakan air
dingin

Pengovenan kertas
saring dengan suhu
105˚C ±24 jam

Penimbangan kertas
saring + endapan yang
sudah di oven

Penghitungan kadar
kalium

Hasil

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berat Endapan = B-A

= 1,14-1,05

= 0,09 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑥 0,1091 𝑥 100%
Kadar Kalium % = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

0,09 𝑥 0,1091 𝑥 100%


= 25

= 0,03%

4.2 Pembahasan
Kalium merupakan cairan dalam tubuh dengan jumlah 98% di instrasel
dan 2% di ekstrasel (Yaswir & Ferawati, 2012). Perbedaan kadar kalium di
dalam plasma dan cairan interstisial merupalan pengaruh dari keseimbangan
Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan
interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam
sel bertukar dengan natrium). Kalium merupakan elektrolit yang sangat
penting untuk fungsi otot dan saraf.

Hasil pemeriksaan kadar kalium dalam urine subjek, didapatkan hasil


0,03%. Berdasarkan konsentrasi kalium dalam urin, jika lebih dari 40
mmol/L, berarti terjadi pembuangan kalium melalui urin dalam jumlah besar.
Jika kadar kalium dalam urin kurang dari 20 mmol/L, kalium dari subjek
kemungkinan dibuang melalui saluran pencernaan dalam jumlah besar. Bukan
hanya itu, jika kadar kalium urine kurang dari 20 mmol/L, berarti asupan
kalium subjek kurang dari cukup atau terjadi penyerapan kalium intraseluler
yang tinggi. Jumlah kalium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan
kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna
tergantung dari jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Jika kadar

10
kalium dalam urine tinggi, maka pembuangan kalium melalui urine berjumlah
besar.

Pada praktikum pemeriksaan kadar kalium dalam urine ini dilakukan


dengan menggunakan metode pengendapan. Tahap pertama dalam
pemeriksaan ini adalah pelarutan sampel menggunakan HCL. HCL
digunakan karena memiliki sifat yang sesuai untuk melarutkan kalium yang
bertindak sebagai sampel dari unsur logam. Setelah itu sampel yang telah
dilarutkan tersebut di letakkan didalam air es selama 10 menit yang bertujuan
untuk menurunkan proses kelarutan dari sampel. Apabila suhu yang
digunakan semakin rendah maka hal tersebut akan meningkatkan proses
pembentukan endapan dikarenakan hanya ada sedikit endapan yang masih
berada didalam larutannya. Kemudian dilakukan penambahan NaB(C6H5)4.
Larutan NaB(C6H5)4 berfungsi sebagai larutan pengendap dalam reaksi ini.
Larutan sampel yang berada dalam Erlenmeyer ditutup menggunakan
alumunium foil. Hal tersebut bertujuan agar larutan yang telah bercampur
dengan HCL dan NaB(C6H5)4 tidak menguap. Setelah itu dilakukan
pengocokan larutan sampel secara perlahan dan tetap berada didalam air es
untuk menjaga suhunya agar tetap dingin. Tahap selanjutnya yaitu proses
penyaringan. Dalam proses ini digunakan kertas saring whatman 42, kertas
saring ini biasanya digunakan untuk menyaring endapan dalam bentuk kristal
kecil dengan kecepatan penyaringan yang lambat. Setelah larutan dituang
kedalam kertas saring, sisa endapan yang masih berada dalam erlenmeyer
dicuci kembali menggunakan menggunakan aquades. Hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi resiko tertinggalnya beberapa endapan yang dapat
mengakibatkan ketidakakuratan hasil yang didapatkan. Setelah proses
penyaringan selesai, kertas saring dikeringkan di dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 105ºC. Tujuan dari proses pengeringan ini untuk menghilangkan
kadar air dalam endapan dan untuk mengubah endapan menjadi suatu
senyawa yang tetap untuk selanjutnya dilakukan penimbangan.

11
Kadar kalium dalam darah dikendalikan oleh ginjal, jika kadar kalium
berlebih maka ginjal akan membuang kalium melalui urine dan keringat.
Kadar kalium dipengaruhi oleh natrium dan magnesium. Jika natrium
berlebih maka tubuh akan meningkatkan kebutuhan kalium, sedangkan jika
kekurangan magnesium seringkali disertai dengan hipokalemia. Dalam
kondisi normal, kadar kalium dalam darah berkisar antara 3,6-5,2 mmol/L
atau 3,6-5,2 mg. Apabila kadar kalium sangat rendah yaitu berkisar kurang
dari 2,5 mmol/L atau 2,5 mg, maka akan berbahaya atau bahkan
menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Menurut Syamsul (2016),
kebutuhan kalium pada bayi dan anak-anak dapat dihitung yaitu sebesar 2,5
mEq/kg BB/hari dan kebutuhan kalium pada orang dewasa sebesar 1-2
mEq/kg BB/hari. Kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan ekskresi
natrium sehingga dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah
(Anonim, 2004). Kekurangan kalium dapat meningkatkan resiko komplikasi,
seperti aritmia, kelemahan pada otot, dan gangguna jantung lainnya.
Gangguan kalium lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

12
Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat dua gangguan dari tidak
seimbangnya kadar kalium dalam darah. Hipokalemia yaitu kondisi ketika
kalium dalam darah berada dibawah batas normal. Sedangkan Hiperkalemia
yaitu kondisi ketika kalium dalam darah berada diatas batas normal. Penyebab
dari hipokalemia dan hiperkalemia tentu berbeda. Hipokalemia disebabkan
oleh beberapa keadaan yaitu : masalah saluran pencernaan, asidosis tubular
ginjal, penggunaan diuretik, penyakit hormon endokrin, penyakit genetik
ginjal, dan asupan kalium rendah. Sedangkan faktor penyebab hiperkalemia
antara lain :

1. Penggunaan obat-obatan yang menghalangi proses pembuangan


kalium oleh ginjal, seperti obat spironolakton, ACE inhibitor, dan
triamterene.
2. Penyakit Addison yang akan menyebabkan kelenjar adrenal tidak
dapat memproduksi hormon yang dibutuhkan untuk merangsang
pembuangan kalium melalui ginjal dalam jumah cukup.
3. Penyakit gagal ginjal, menyebabkan ginjal tidak berfungsi secara
normal untuk membuang kalium sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya hiperkalemia berat. Oleh karena itu, pasien gagal ginjal
harus menghindari makanan dengan kadar kalium tinggi seperti
pisang, alpukat, kentang, dan kacang-kacangan.
4. Cedera yang banyak membuat jaringan otot hancur, mengalami luka
bakar yang hebat, atau over dosis kokain yang dapat menyebabkan
kalium mengalami pelepasan secara tiba-tiba dari dalam sel.

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kalium merupakan cairan dalam tubuh dengan jumlah 98% di instrasel
dan 2% di ekstrasel. Hasil pemeriksaan kadar kalium dalam urine subjek,
didapatkan hasil 0,03%. Berdasarkan konsentrasi kalium dalam urin, jika lebih
dari 40 mmol/L, artinya terjadi pembuangan kalium melalui urin dalam jumlah
yang besar. , kadar kalium dalam kondisi normal dalam darah berkisar antara 3,6-
5,2 mmol/L atau 3,6-5,2 mg. Dan kadar kalium yang sangat rendah yaitu berkisar
kurang dari 2,5 mmol/L atau 2,5 mg, maka akan berbahaya atau bahkan
menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Kekurangan kalium dapat
meningkatkan resiko komplikasi, seperti aritmia, kelemahan pada otot, dan
gangguna jantung lainnya.

Terdapat beberapa penyakit akibat dari kadar kalium yang tinggi dan
terlalu rendah dalam darah dapat menyebabkan hipokalemia dan hiperkalemia.
Hipokalemia yaitu kondisi ketika kalium dalam darah berada dibawah batas
normal. Sedangkan Hiperkalemia yaitu kondisi ketika kalium dalam darah berada
diatas batas normal. Hipokalemia disebabkan oleh masalah saluran pencernaan,
asidosis tubular ginjal, penggunaan diuretik, penyakit hormon endokrin, penyakit
genetik ginjal, dan asupan kalium yang rendah. Sedangkan faktor penyebab
hiperkalemia yaitu penggunaan obat-obatan, penyakit Addison, penyakit gagal
ginjal, pelepasan kalium yang tiba-tiba.

5.2 Saran
Gunakan jas laboraturium, sarung tangan, masker serta alat-alat pelindung
lainnya. Taati peraturan laboratorium, kerjakan sesuai prosedur kerja yang ada.
Lebih teliti saat praktikum, lebih berhati-hati dan lebih fokus. Cuci bersih alat
yang akan dan setelah digunakan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama.

Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Cotton A., Wilkinson G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Penerjemah: Suhati


Suharto. Pedamping: Yanti R. A. Koestoer. Cetakan Pertama. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Day, R. A. Dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.


Jakarta.

Emmett M. and Mederkehr M.K, ‘Disorders of Potassium Balance: Hipokalemia


and Hyperkalemia’ In: Lange Current Diagnosis and Treatment
Nephrology and Hypertension, McGraw Hill Companies Inc, 2009, pp.
32-41.Sherwood L, ’The Urinary System’ In: Human Physiology from
cells to systems, 7th Ed. Brooks/Cole, USA, 2010, pp. 510-557.

Imammudin, W. P. 2016. Hubungan Antara Asupan Kalium Dengan Tekanan


Darah Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Ngudi Waras Di Desa
Blulukan, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Publikasi
Ilmiah. Surakarta. Ilmu Gizi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Marianti. 2017. Hipokalemia. [serial online].


https://www.alodokter.com/kekurangan-kalium [diakses 3 April 2019]

Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : Alfabeta.

15
Sacher R.A. dan Mcpherson R.A, ‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada:
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi kedua, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002, hh.320-340.

Salam, S. H. 2016. Dasar-Dasar Terapi Cairan dan Elektrolit. [serial online].


https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-
content/uploads/2016/10/DASAR-DASAR-TERAPI-CAIRAN-DAN-
ELEKTROLIT.pdf [diakses 3 April 2019].

Sunardi. 2006. Unsur Kimia. Jakarta : Yrama Widya.

William M. 1983. Microbial Enzyme and Biotechnology. New York : Applied


Science Publisher

Yaswir, R., Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium,


Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol 1, No. (2)

16
LAMPIRAN

Alat dan bahan

Prosedur Kerja

17
18

Anda mungkin juga menyukai