Dosen Pengampu :
Oleh:
Golongan / Kelompok : D / 1
1. Umi Zakiya (G42171721)
2. Nastasya Kamila (G42171732)
3. Fatimah Az-Zahra (G42171734)
4. Yumna Wansa (G42171735)
5. Najma Zahara Putri Hilda (G42171737)
6. Safitri Rizki Prastiwi (G42171744)
7. Apriliana Fajariyanti (G42171755)
8. Qorina Alif Firdausy Subekti (G42171766)
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Metabolisme Zat Gizi Mikro
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Laporan ini ditulis berdasarkan
hasil percobaan selama praktikum serta menurut literatur-literatur yang ada.
Praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing
Metabolisme Zat Gizi Mikro dr. Arisanty Nur Setia R., M.Gizi dan juga semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Namun ada kelemahan dalam dalam tata penulisan laporan maupun teknik
pelaksanaan. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan referensi
untuk peningkatan mutu dari laporan di masa mendatang.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memahami metabolisme kalium dalam tubuh sampai dikeluarkannya
lewat urin.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kalium (K) adalah ion bermuatan positif dengan rumus atom K+. Kalium
berwarna putih perak, merupakan logam lunak dan bersifat sangat reaktif. Nomor
atom untuk kalium adalah 19, dengan massa jenis 0,86 gram/cm3, titik didih
sebesar 774oC serta titik leleh sebesar 63,5oC (Cotton, 1989). Kalium tidak dapat
berubah dalam udara yang kering, namun dapat teroksidasi dengan cepat dalam
udara yang lembab. Kalium yang teroksidasi di udara akan menghasilkan kalium
hidroksida dan apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan gas hydrogen.
Kalium reaktif dengan air sehingga reaksinya dapat menimbulkan nyala api
bahkan ledakan (Sunardi,2006).
Kalium didalam tubuh akan diabsorpsi dalam usus halus. Absorpsi kalium
dari makanan yang masuk kedalam tubuh dilakukan secara pasif sehingga tidak
memerlukan mekanisme spesifik. Sepertizat gizi mikro lainnya, 80-90% kalium
yang dikonsumsi juga akan dieksresi melalui urine. Selain itu juga dapat
dikeluarkan melalui feses, cairan lambung serta melalui keringat. Tubuh
memerlukan asupan kalium kurang lebih sebanyak 2000 mg dalam sehari. Selama
5
seseorang cukup mengonsumsi sayuran dan buah-buahan defisiensi kalium jarang
terjadi. Defisiensi kalium dapat terjadi saat mengalami diare kronis, muntah-
muntah atau kelebihan menggunakan atau mengonsumsi obat pencuci perut
(laksan). Kebanyakan kehilangan kalium dalam tubuh melalui ginjal diakibatkan
karena penggunaan obat-obat diuretik terutama untuk pengobatan penyakit
hipertensi. Apabila tubuh banyak kehilangan kalium dapat menyebabkan
kehilangan nafsu makan, lemah, lesu, mengigau, konstipasi bahkan hingga
kelumpuhan. Sedangkan kelebihan kalium terjadi apabila konsumsi melebihi 12,0
g/m2 baik secara enteral maupun parenteral yang tidak diimbangi dengan
peningkatan ekskresi. Apabila tubuh mengalami gangguan fungsi ginjal maka
dapat menyebabkan kelebihan kalium. Hiperkalemia akut bisa menyebabkan
gagal jantung bahkan dapat berakibat kematian (Almatsier, 2009).
Kalium adalah salah satu mineral yang esensial dari semua sel hidup.
Kalium banyak ditemukan di dalam makanan yang bersumber dari tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Sumber utama zat gizi kalium yaitu terdapat pada bahan
makanan segar atau makanan yang masih mentah, seperti pada sayuran, buah-
buahan serta kacang-kacangan (Almatsier, 2009). Tidak hanya bersumber dari
makanan, kalium juga dapat diperoleh melalui zat aditif makanan seperti KCl
yang digunakan sebagai pengganti garam dapur, K- nitrat yang digunakan sebagai
pengawet daging, serta K- alginat yang digunakan sebagai pengemulsi dan
pengental (Muchtadi, 2009).
6
Kacang tanah 421 Anggur 111
7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Penampungan urine
dalam cup urine
3 mL HCl
pekat
Pemasukan 25 mL urine
ke dalam erlenmeyer
8
10 mL
NaB(C6H5)4 1%
dingin
Penambahan
NaB(C6H5)4 1% dingin
sebelum waktu habis
Penimbangan kertas
saring yang masih baru
Penyaringan sampel
Pencucian
menggunakan air
dingin
Pengovenan kertas
saring dengan suhu
105˚C ±24 jam
Penimbangan kertas
saring + endapan yang
sudah di oven
Penghitungan kadar
kalium
Hasil
9
BAB IV
4.1 Hasil
Berat Endapan = B-A
= 1,14-1,05
= 0,09 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑥 0,1091 𝑥 100%
Kadar Kalium % = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
= 0,03%
4.2 Pembahasan
Kalium merupakan cairan dalam tubuh dengan jumlah 98% di instrasel
dan 2% di ekstrasel (Yaswir & Ferawati, 2012). Perbedaan kadar kalium di
dalam plasma dan cairan interstisial merupalan pengaruh dari keseimbangan
Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan
interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam
sel bertukar dengan natrium). Kalium merupakan elektrolit yang sangat
penting untuk fungsi otot dan saraf.
10
kalium dalam urine tinggi, maka pembuangan kalium melalui urine berjumlah
besar.
11
Kadar kalium dalam darah dikendalikan oleh ginjal, jika kadar kalium
berlebih maka ginjal akan membuang kalium melalui urine dan keringat.
Kadar kalium dipengaruhi oleh natrium dan magnesium. Jika natrium
berlebih maka tubuh akan meningkatkan kebutuhan kalium, sedangkan jika
kekurangan magnesium seringkali disertai dengan hipokalemia. Dalam
kondisi normal, kadar kalium dalam darah berkisar antara 3,6-5,2 mmol/L
atau 3,6-5,2 mg. Apabila kadar kalium sangat rendah yaitu berkisar kurang
dari 2,5 mmol/L atau 2,5 mg, maka akan berbahaya atau bahkan
menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Menurut Syamsul (2016),
kebutuhan kalium pada bayi dan anak-anak dapat dihitung yaitu sebesar 2,5
mEq/kg BB/hari dan kebutuhan kalium pada orang dewasa sebesar 1-2
mEq/kg BB/hari. Kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan ekskresi
natrium sehingga dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah
(Anonim, 2004). Kekurangan kalium dapat meningkatkan resiko komplikasi,
seperti aritmia, kelemahan pada otot, dan gangguna jantung lainnya.
Gangguan kalium lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
12
Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat dua gangguan dari tidak
seimbangnya kadar kalium dalam darah. Hipokalemia yaitu kondisi ketika
kalium dalam darah berada dibawah batas normal. Sedangkan Hiperkalemia
yaitu kondisi ketika kalium dalam darah berada diatas batas normal. Penyebab
dari hipokalemia dan hiperkalemia tentu berbeda. Hipokalemia disebabkan
oleh beberapa keadaan yaitu : masalah saluran pencernaan, asidosis tubular
ginjal, penggunaan diuretik, penyakit hormon endokrin, penyakit genetik
ginjal, dan asupan kalium rendah. Sedangkan faktor penyebab hiperkalemia
antara lain :
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kalium merupakan cairan dalam tubuh dengan jumlah 98% di instrasel
dan 2% di ekstrasel. Hasil pemeriksaan kadar kalium dalam urine subjek,
didapatkan hasil 0,03%. Berdasarkan konsentrasi kalium dalam urin, jika lebih
dari 40 mmol/L, artinya terjadi pembuangan kalium melalui urin dalam jumlah
yang besar. , kadar kalium dalam kondisi normal dalam darah berkisar antara 3,6-
5,2 mmol/L atau 3,6-5,2 mg. Dan kadar kalium yang sangat rendah yaitu berkisar
kurang dari 2,5 mmol/L atau 2,5 mg, maka akan berbahaya atau bahkan
menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Kekurangan kalium dapat
meningkatkan resiko komplikasi, seperti aritmia, kelemahan pada otot, dan
gangguna jantung lainnya.
Terdapat beberapa penyakit akibat dari kadar kalium yang tinggi dan
terlalu rendah dalam darah dapat menyebabkan hipokalemia dan hiperkalemia.
Hipokalemia yaitu kondisi ketika kalium dalam darah berada dibawah batas
normal. Sedangkan Hiperkalemia yaitu kondisi ketika kalium dalam darah berada
diatas batas normal. Hipokalemia disebabkan oleh masalah saluran pencernaan,
asidosis tubular ginjal, penggunaan diuretik, penyakit hormon endokrin, penyakit
genetik ginjal, dan asupan kalium yang rendah. Sedangkan faktor penyebab
hiperkalemia yaitu penggunaan obat-obatan, penyakit Addison, penyakit gagal
ginjal, pelepasan kalium yang tiba-tiba.
5.2 Saran
Gunakan jas laboraturium, sarung tangan, masker serta alat-alat pelindung
lainnya. Taati peraturan laboratorium, kerjakan sesuai prosedur kerja yang ada.
Lebih teliti saat praktikum, lebih berhati-hati dan lebih fokus. Cuci bersih alat
yang akan dan setelah digunakan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
15
Sacher R.A. dan Mcpherson R.A, ‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada:
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi kedua, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002, hh.320-340.
16
LAMPIRAN
Prosedur Kerja
17
18