Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah tentang
“Bullying” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini penulis
buat untuk melengkapi tugas individu mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan penulis juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Pancasila, yang telah
memberikan arahan serta bimbingan-nya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik yang
maha kuasa yaitu Allah swt, dan kekurangan pasti milik kita sebagai
manusia. Semoga makalah ini dapat bemanfaat bagi kita semuanya.

Surabaya, 08 Oktober 2017

Penulis

[1]
Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………….. 1

Dafta Isi………………………………………………………… 2

Bab Pendahuluan………………………………………………...3

A. Latar Belakang……………………………………………3
B. Rumusan Masalah………………………………………...4
C. Tujuan…………………………………………………… 4

Bab II Pembahasan………………………………………………5

Bab III Penutup………………………………………………….8

A. Kesimpulan……………………………………………… 8
B. Saran……………………………………………………...8

Daftar Pustaka…………………………………………………...9

[2]
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di


kalangan remaja. Kasus bullying biasanya menimpa anak
sekolah. Pelaku bullying akan mengintimidasi/mengejek
kawannya sehingga kawannya tersebut jengkel. Atau lebih parah
lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga timbul
rasa untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying
mengakibatkan korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke
sekolah karena di sekolahnya ia akan di bully oleh si pelaku.
Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun
prestasinya karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku.
Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama
berabad-abad, bullying tidak menerima perhatian penelitian
signifikan sampai tahun 1970-an (Olweus, 1978). Profesor Dan
Olweus adalah ilmuwan pertama yang memfokuskan diri pada
topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya pada
literatur bullying. Banyak penelitian Olweus menjelaskan
mengapa beberapa anak melakukan bullying dan mengapa
beberapa lainnya menjadi korban bullying. Bukan itu saja,
Olweus juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat
direduksi secara signifikan. Hal ini merupakan pencapaian yang
sangat penting.
Hasil studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti
sosial di dunia. Sebelum abad ke -20 berakhir, ratusan studi
serupa telah dilakukan di banyak negara. Buku, artikel, website,
video dan CD mulai bermunculan dengan maksud untuk
menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk mereduksi
bahkan menghentikan bullying di sekolah.

[3]
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bullyng
2. Apa faktor – faktor prnyebab bullying
3. Bagaimana mengatasi bullying di kalangan mahasiswa

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi alternatif tindakan yang bisa dilakukan
untuk permasalahn tersebut.
2. Untuk mengetahui bentuk perilaku bullying
3. Untuk mengetahui analisis kasus perilaku bullying ditinjau
dari pemahaman moral remaja

[4]
BAB II PEMBAHASAN

Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku


seseorang atau sekelompok orang secara berulang yang
memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan
menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara
fisik. Menurut Merriam-Webster Online Dictionary, bullying
adalah “a blustering rowbeating person; especially one who is
habitually cruel to others who are weaker.”
Melakukan bullying berarti to “treat someone abusively or to
affect them by means of force or coercion.”. Center for Children
and Families in the Justice
System mendefinisikan bullying sebagai , “repeated and
systematic harassment and attacks on others.” Bullying bisa
terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang
berbeda-beda. Di antara format dan bentuk tersebut adalah;
nama panggilan yang tidak disukai, terasing, penyebaran isu
yang tidak benar, pengucilan, kekerasan fisik, dan penyerangan
(mendorong, memukul, dan menendang), intimidasi, pencurian
uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama, gender, dan
lain-lain.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan
perilaku kekerasan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) memberi pengertian bullying sebagai “kekerasan fisik
dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau
kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu
mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk
melukai atau menakuti orang atau membuat orang
tertekan, trauma atau depresi dan tidak
berdaya.”Bullying biasanya dilakukan berulang sebagai suatu
ancaman, atau paksaan dari seseorang atau kelompok terhadap
seseorang atau kelompok lain. Bila dilakukan terus menerus akan
menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, dan depresi.
Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada pihak yang
setara, namun, sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang
secara kekuatan maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam
situasi tidak mampu mempertahankan diri atau tidak berdaya.
Korban bullyingbiasanya memang telah diposisikan sebagai
target. Bullying sering kita temui pada hubungan sosial yang
bersifat subordinat antara senior dan junior.

[5]
Seperti kasus bullying yang terjadi pada salah satu
mahasiswa Gunadarma. Mahasiswa berkebutuhan khusus yang
di-bully oleh sekelompok mahasiswa lain cukup dikenal di
kalangan teman sejurusannya di kampus Fakultas Ilmu
Komputer dan Teknologi Informasi (FIKTI) Gunadarma, Depok.
Mahasiswa berkebutuhan khusus ini juga kerap di-bully oleh
teman kampusnya.

"Memang kejadian mem-bully bukan kali ini aja, udah


sering sama temannya," kata seorang mahasiswa yang satu
jurusan dengan mahasiswa berkebutuhan khusus itu, P (19), saat
berbincang dengan detikcom di kampus Gunadarma, Depok,
Senin (17/7/2017). P meminta namanya diinisialkan.

P menuturkan mahasiswa berkebutuhan khusus tersebut


kerap di-bully, baik secara verbal maupun nonverbal, di
kelasnya. Hampir setiap hari mahasiswa berkebutuhan khusus ini
menjadi bahan olokan teman sekelas.

"Kalau di-bully dia udah sering, di-bully sama temannya


sendiri di kelas," ucap P. "Dia udah sering di-bully sama
temannya, cuma karena ini yang terekspos ya makanya viral,"
lanjutnya.Meski dikenal sering di-bully di kelas, mahasiswa
berkebutuhan khusus ini tak lantas urung beraktivitas. Ia justru
tetap berkuliah setiap hari dan belajar seperti biasa di kampus.

Mahasiswa berkebutuhan khusus ini juga dikenal baik oleh


teman satu jurusannya. Ia sangat rajin meski kerap diolok-olok
teman satu kelas."Aktivitasnya bagus, baik, anaknya rajin kuliah.
Dia anaknya rajin, cukup dikenal dan masih tetap kuliah (meski
di-bully)," tambah P.

[6]
Jika kita lihat kasus ini menurut sudut pandang Pancasila,
perilaku bullying bertentangan dengan sila Pancasila ke-2 yang
berbunyi “ Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Perilaku ini
pastilah tidak manusiawi dan tidak beradab karena pelaku telah
merendahkan dan melakukan kekerasan terhadap korban.
Menghargai dan menghormati merupakan salah satu kunci
penting dalam menyelesaikan masalah ini. Jika setiap orang
bisa menghargai hak orang lain dan menghormatinya, mungkin
tindakan bullying tidak akan pernah terjadi di manapun.

Selain itu, perlu adanya pengawasan dan perhatian dari


pemerintah, lembaga pendidikan masyarakat dan khususnya
dari orang tua dan keluarga dekat. Jadi jika ada anak yang
menjadi korban bullying, pihak sekolah, teman-teman dan
orang tua dapat memberikan dukungan dan perhatian kepada
sang anak untuk tetap bersabar dan percaya diri. Dalam kasus
bullying yang menciptaka depresi dan trauma berkepanjangan,
orang tua sebaiknya membawa anak ke psikolog.

[7]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan


secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut sengaja
dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat seseorang
merasa tidak nyaman. Diperlukan pemahaman moral individu,
yang menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan
dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir sampai pada
keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Dengan adanya pemahaman moral yang tinggi, siswa akan
memikirkan dahulu perbuatan yang akan dilakukan sehingga
tidak akan melakukan menyakiti atau melakukan bullying
kepada temannya.

B. Saran

Memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa


dampak bullying sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan
mental anak, seperti anak menjadi penakut, hilang rasa percaya
diri, menjadi tertekan, malas pergi ke sekolah, hilang
konsentrasi sehingga prestasi menurun. Apabila melihat kondisi
siswa seperti itu, fungsi dari pendidikan untuk menyiapkan
generasi muda bertanggungjawab terhadap tugasnya di masa
mendatang, seolah sulit diwujudkan.

Oleh karena itu, untuk membangkitkan semangat siswa


dari perasaan yang menakutkan dan tampil percaya diri, perlu
direvitalisasi fungsi dan peran bimbingan dan konseling beserta
guru. Guru hendaknya dapat menainkan peran dan fungsinya
dalam bimbingan dan penyuluhan.
Pada prinsipnya, tujuan layanan bimbingan di sekolah dasar
adalah untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas–
tugas perkembangan yang meliputi aspek-aspek pribadi,
pendidikan dan karir sesuai tuntutan lingkungan.

[8]
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.uad.ac.id/ega1300001313/2015/01/12/makalah-
bullying/

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/07/18/ini-
solusi-agar-perilaku-bullying-tidak-kembali-terulang

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/07/20/14362441/apa-
saja-bullying-yang-dialami-farhan-selama-di-kampus-

[9]

Anda mungkin juga menyukai