2009 - Teknik Pondasi Pada Lapisan Batuan PDF
2009 - Teknik Pondasi Pada Lapisan Batuan PDF
IPAN
irn rnrftrn
TTI(TIil POIIDI$I
m[[
tM]SAil BATUI]I
Mo:snnmoilo $orroro
O press
illsl Ktz
TEKNIK PONDASI PADA LAPISAN BATUAN
Moesdarjono Soetojo
O 2009, ITS Press, Surabaya
Hak cipta dilindungi undang-undang
Prakata
Layout dan Desain: Putri Dwitasari, ST. , Nila Permatasari, ST
Diterbitkan pertama kali oleh
Pondasi batuan atau dapat disebut pula sebagai Pondasi
Penerbit ITS Press, Surabaya 2009
diatas Lapisan Batuan adalah salah satu System Pondasi dimana
bagian telapak bawah dari pondasi, baik untuk Pondasi Dangkal
rsBN 978-979 -8897 -32-0 maupun Pondasi Dalam terletak diatas suatu Lapisan Batuan.
System Pondasi ini secara garis besar tidak banyak berbeda jauh
dengan pondasi pada tanah biasa, namun dalam realitasnya cara
Aq .lTtJN'k t? fiaYe'' untuk melakukan perhitungan daya dukungnya memiliki banyak
lSBN i?5-1?9-S81?-3i-0
llll ll llllllllllli lil I I lllllil
perbedaan perbedaan khususnya terletak pada kondisi
911789 798r897120r,
diskontinuitasnya atau kekar kekarnya. Perbedaan ini yang
kemudian menyebabkan harga daya dukung dalam keadaan
tertentu menjadi sangat berbeda pada tanah biasa.
Sanksi Pelan ggar an al 22
P as
Dari hasil perencanaan pondasi bangunanyang diletakkan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta: diatas Lapisan Batuan, beberapa telah mengalami keruntuhan.
Keruntuhan tersebut sebagian besar disebabkan oleh anggapan
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan bahwa Lapisan Batuan adalah suatu lapisan yang cukup keras dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal49 ayat (1) dan mampu mendukung beban konstruksi. Namun perencana sering
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta
kali telah lupa untuk memperhitungkan orientasi kekar dari lapisan
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau batuannya yang memiliki dipping yang cukup besar misalnya.
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) ' Kemudian dapat terjadi keruntuhan karena kekuatan geser pada
bidang diskontinuitasnya (bedding plane) sebagai bidang
2. Barangsiapa dengan sengaia menyiarkan, memamerkan, mengedarkan
pcrlemahan terlampaui atau dikatakan tidak mampu menahan
atau menlual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaiman dimaksud pada pondasi.
bebar-r
iyat (1) dipidana dengan peniara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau Buku ini direncanakan untuk kuliah mahasiswa 51 pada mata kuliah
denda palingbanyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)' pilihan yaitu "Pondasi Batuan" dan dapat dipakai pula untuk
referensi tambahan bagi mahasiswa 52 Geoteknik dalam mata
kuliah "Mekanika Batnart" di ITS. Disamping itu dapat dipakai pula
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian sebagai bekal bagi mahasiswa agar tidak menganggap bahwa
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
lapisan batuan selalu merupakan lapisan yang lebih kuat dalam
rnenclukung beban pondasi dibancling dengan lapisan tanahbiasa.
DAFTARISI iii
BABI PENDAHULUAN J
1.1. PengertianBatuan J
1.2. KomposisiKimiaBatuan 6
1.3. Kondisi Batuan di Permukaan Bumi 7
1.4. Ilmu Teknik Batuan pada Konstruksi Teknik Sipil . . . . . . . 9
1.5. Aplikasi Teknik Batuan pada Konstruksi Teknik Sipil 1L
47
AKIBATBEBAN PONDASI
3.3.7 Hummertest ..... 49
SOALSOAL 52
BAB6 MASSABATUANSEBAGAIPENDUKUNGPONDASI
BANCUNAN ... 111
BAGIAN II: SIFATTEKNIS &KLASIFIKASI 6.1 Pendahuluan ..... 111
MASSA-BATUAN 6.2 Interaksi pondasi dengan lapisan batuan. . 113
6.2.1 Lapisantanahdanbatuan .... 113
6.2.2 Pondasi untuk mentranfer beban ke lapisan
BAB4 TEGANGANDANREGANGANPADA BATUANDAN batuan 776
KRITERIA KERUNTUHANNYA 55 6.3 Perkiraandayadukungbatuan . 120
4.1 Pendahuluan ..... 55 SOAL-SOAL 123
4.2 Tegangan regangan pada batuan ketika menerima
58
4.2.1. Tegangan&Regangan 58 I\AB7 KERUNTUHAN & DEFORMASI MASSA-BATUAN
4.2.2 Efek pemberian tegangan samping pada batuan 65 AKIBATBEBANPONDASI ...725
4.3 Kriteria keruntuhan dengan Mohr-Coulomb sebagai 7.1 Pendahuluan .... .. 125
KekuatanGeser Batuan 69 7.2 Keruntuhan Massa Batuan akibat Beban pondasi . . 127
SOAL-SOAL /5 7.2.1 Umum .....'127
7.2.2 Percobaan Pembebanan dengan "plate Loading
Test".. 729
BAB5 KLASIFIKASI &KEKUATANGESERMASSABATUAN 75 7.2.3 Progres Keruntuhan pada Batuan .. . 130
5.1 Pendahuluan.. .. . .
75 7.3 DeformasiMassaBatuandenganKekar-Kekar 133
5.2 AwaldariSistemKlasifikasi MassaBatuan 76 7.3.1 PengertianDeformasipadaBatuan ........ 133
5.2.L Klasifikasi massa batuan dari Terzaghi. . . . . . . . . . . . . 76 7.3.2 PercobaanSchnaider(1967)padabatuankekar 134
5.2.2 Rockqualitydesignationindex(RQD) .. . 78 7.3.3 AnalisaElastisitasBatuanKekar 136
5.2.3 Klasifikasi Massa Batuan dengan Rock Mass - . . . . - . 7.3.4 ModulusDeformasi 141
Rating(RMR) 7.3.5 ModulusRatio ... 149
5.3 PengembanganSistem Klasifikasi Massa Batuan dan 7.3.7 ModulusDeformasiPermanen 'L44
Brown 95
SIPIL
5.3.3 Estimasi konstante dari Hoek-Brown 97
5.3.4 Kekuatan Geser Massa Batuan pada
.
li\trli l\)Nl)nsl ln N(;sUN(;l,nl)n Inl,lsn NRA.l,UnN ......... 149
SI l'r'tttl,rlttrlrr,ll .. .... I:tg
penggunaannya diGSI
s .) I ),rt,r I )rrkllrl', l\1,r,,,.,r ll,rlrr,rrr I
rr()
8.3.1 ModelKeruntuhanDayaDukurrg []atuarr untuk BABlO PONDASITIANGPADALAPISANBATUAN .,... 219
berbagai macam Kondisi Massir Batuan 150 10.1 Pendahuluan .... 219
8.3.2 PerumusanDaYaDukung.. . .. . 155 10.2 PenggunaanPondasiTiangpadaLapisanBatuan . 221
8.3.3 Daya Dukung Massa Batuan patlil I't:rr.tlu kaan 10.2.1 BentukPondasiTiangpadalapisanBatuan . ... . 221.
Tebing 761 10.2.2 Keuntungan & Kerugian dari Pondasi Tiang pada
8.3.4 Perkiraan empiris Daya Dukung Masstr Btrtuan 165 Batuan. 223
8.3 Deformasi & Beberapa catatan untuk 1,0.2.3 PenggunaanbeberapamacamtipePondasiTiang .. . . . 225
Penurunan / .
PondasilangsungpadaMassaBatuan . . .. . 167 10.3 Daya Dukung Lapisan Batuan untuk Pondasi Tiang 228
8.3.1 Perhitungan I'enurunan / Deformalsi 1.67 10.3.1 IJmum 228
8.3.2 Beberapa catatanuntuk Pondasi Langsung pada 10.3.2 Daya Dukung Pondasi Tiang yang ujungnya
Massa Batuan 174 diletakkanpada LapisanBatuan 229
CONTOHPerhitungan 177 10.3.3 Penurunan (settlement) Pondasi Tiang pada
SOAL-SOAL ..... 185 Batuan 232
SOAL-SOAL 237
g&,',&.&,&ru X
BAB.I: PENDAHULUAN
..r:ll&!!i&. :
"I'{)t:rl or
l'artirl l{t- .&*e
rlrrltin{ *R
Gambar. 1.
Gambar. 1.1. : Slkllk batuan
Kulit bumi yang sebagiirn bcsar berupa
br"uni atau kerak Tiga macam golongan utama batuan yang telah
batuan dan hampir 90% adalah batuan scdimcn rnerniliki disebutkan diatas yaitu Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan
kornposisi kimia yang 99o/o dari beratnya terdiri dari 8 (delapan) Metamorf yang terdapat dilapangan khususnya diatas permukaan
unsur kimia yang utama yaitu : O, Si, Al, Fc. Ca. Na. Mg, dan H. bumi, hampir selalu dalam keadaan yang terlapuk. Pelapukan
didaerah Tropis seperti di Indonesia terjadi sangat intens, sehingga
Komposisi dominan dari kulit bumi tcrscbut seperti ketebalan dari batuan yang terlapuk menjadi tanah adalah sangat
tampak pada tabell.l dibawah ini. tebal dibandingkan dengan didaerah daerah lain diluar daerah
Tropis.
Total dari seluruh unsur kandllngan batuan ini adalah
9l.63 '%, sedang sisanya yaitt 2.3'/o adalah unsLrr-unsur material
Kondisi lapisan batuan yang telah mengalami perubahan
batuan lain yang termasuk jarang scpcrti crnas, pcrak, platina dll.
bentuk menjadi tanah dimulai dari permukaan tanah yang betul
yang terkandung dalam batuan.
betul merupakan tanah tanpa ada batuannya. Semakin dalam
Tabel 1.1. Komposisi kimia batuan vang dominan dihitung dari permukaan tanah, maka tanah tersebut akan
tercampur dengan batuan batuan yang masih belum terlapuk. Dan
TOTAI, TOTAL semakin dalam lagi , maka akan didapatkan batuan aslinya (Fresh
KOMPOSISI KOMPOSISI Rock). Perkiraan dari lapisan tanah yang telah nrengalami
KANDUNGAN KANDUNGAN
KIMIA (o/u'l
KIMIA (oh\ pelapukan dari batuannya dapat digambarkan seperti pada Gambar
1.3 dibawah.
sio, 59.89{, FeO 3.39"
i r l'1i ll.r ''.: l. ] ., . fr,f l, l;'l ,i .lt ,'tl [[mu Mekanika Batuan adalah salah satu cabang dari
ilmu Teknik Bqtuan & Ilmu Mekanika dalam Teknik Sipil yang
;;r1 i:: illr| f,.ril.i biLr, cuk-up penting. Cabang ilmu ini dimulai sejak th. 1960, sehingga
.,tti;. ir.lf;l,:.i rclative masih merupakan ilmu yang baru. Seperti halnya pida
Mekanika Tanah, Mekanika Batuan ini menyangkut masalah yang
berkaitan dengan lapisan batuan yang menerima beban konstruksi
teknik sipil, seperti pada galian dibawah muka tanah, potongan
galian yang rnembentuk slope, penggalian untuk penarnbangan,
Garnbar 1.3. Profil pelapukan batuan menjadi tanah pondasi diatas batuan dan lain-lain.
llllstGr,
Disamping timbulnya tegangan pondasi pada suatu Dam
yang berada diatas permukaan batuan, perlu pula diperhatikan
mengenai daerah dilokasi tampungan air (reservoir) Dam dimana
masih bisa pula timbul bahaya longsor dari batLrannya ketika ada
penggenangan air pada reservoir. Hal ini seperti terjadi pada
"Vojant arch dam" (ltaly 1963) dimana terjadi kelongsoran batu BAB 2 :KLASIFIKASI GEOLOGIS
dengan volume yang sangat besar di reservoir dam sehingga muka
air-dam melimpah melalui Dam dan akhirnya meruntuhkan & SIFAT.SIFAT INDEX BATUAN
damnya sendiri dan mengakibatkan terjadinya banjir yang
menewaskan 2000 penduduk yang berada didaerah hilir sungai.
Dengan demikian, maka dalam merencanakan suatu
konstruksi sipil diatas batuan, seperti dalam pembuatan potongan
talud pada suatu tebing untuk jalan raya, rel kereta api, kanal air,
pemassangan jalur pipa dan lain sebagainya, diperlukan adanya
test maupun analisa dari batuan yang melandasinya khususnya
mengenai sistem diskontinuitas maupun retakan-retakan pada
lapisan batuannya.
Ilmu T.Sipil
i!.,*:,i
Sifat sifat batuan pada dasarnya adalah sangat luas
sekali karena menyangkut berbagai macam variasi dari struktur
batuannya, bentuk susunan butirannya (fabrics), serta komponen-
komponennya yang mengikuti, sehingga dalam menentukan sifat-
sifat dari batuannya secara kuantitative hanya diberikan melalui
beberapa index yang utama sebagai index properties.
nretocp&sr3lT,
hasil test terhadap sifat-sifat index batuan dilaboratorium masih Roclr) rnemiliki porisitas pada umumnya kurang dart l-2o/o, kecuali
belum merupakan suatu hasil yang detil dan akurat untuk pada kondisi mengalami proses pelapukan, maka porisitasnya
perencanaan karena rnasih rnerupakan contoh batuan yang kecil dapat mencapai 20 % atau lebih.
clan utuh (itrtut't rot'k).
Penentuan harga porisitas dapat dilakukan rnelalui
Untuk mcncapai hasil yang diharapkan untuk beberapa cara antara lain :
pcrencanaan, maka perlu ditentukan KlusiJikusi Batuan secara
Massa yaitu rnenyangkut masalah evaluasi dari batuan dilapangan o Mengukur harga densitasnya
seperti retakan-retakan, rcmbesan air, adanya patal'nn dan lain o Mengukur kadar air setelah dijenuhkan dalam air
lain. Klasifikasi Batuan secara Massa ini akan diuraikan dalam bab o Dengan mengukur kandungan mcrkuri setelah
selanjutnya. direndam dalam merkuri dengan tekanan
o Mengukur volume butir (solid) dan volume rongga
pori dengan menggunakan hukum Boyle's.
Din'nna V volume pori sedang V , atau 26 kN/rnr, karena 1,, memiliki harga lg-gaya/crn] atau
adalah
,,adalah
volume total dari batuan yang ditest. Untuk batuan sedimen yang lgr/cc atau 1 t/rnr. (y ,, air suling patla 4" C - I t/m3 )
terbentuk dari banyak fragmcn batuan atau cangkang, harga dari
porisitasnya dapat mulai dari mendekati harga \oh sanpai 90oh Harga specific gravity (G) butiran dari batuan dapat
(atau n: 0.90); sedang untuk sandstone rata-rata memiliki tlicari dengan cara mengambil butirannya dengan di grinding dan
porisitas n- 15oh (n: 0.1 5).
l<crnLrclian dicari seperti pada tanah atau pasir. Apabila prosentasi
Pada batuan, harga porisitas ini sangat terkait dengan rrrincral pacla batuan dapat ditentukan, maka harga specific gravity
umur dan letak kcclalaman dari lapisan batuan, dimana makin tlirri balrrarr tcrscbut dapat dihitung dengan rumusan :
dalam letak dari lapisan batuan dan semakin tua urnur batuannya,
maka harga porisitas ini akan scmakin menurun (semakin kecil)
atau dapat dikatakan batuan itu semakin padat.
c:iG,r, (2.2)
tl
Bcttu Kuptu' (Chalk) adalah batuan yang paling p()r'()u\
dengan harga porisitasnya lebih clari 5001,. Rtt/rttrrt lJtkrr (lytt,,,rr
dimana adalah specific gravity dari komponen i Hubungan antara dcnsitas kering dengan densitas basah
Q ,
dapat dituliskan sbb.:
sedang [/ adalah volume dari komponen i dari batuan secara
prosentasi. I *cl
v
tv dry--
^, -
l+W
(2.4)
Harga
Specific-Gravity untuk beberapa mineral
pembentuk batuan dapat dilihat pada tabel2.1 dibawah ini.
Dimana w adalah kadar air dari batuan dalam keadaan
Tabel2.l. Specivic gravity dari beberapa mineral kering permukaan. Hubungan antara kadar air dengan porisitas
dapat dituliskan sbb.:
W,G
Halite 2.t -2.6 ,r= (2.s)
Glpsum 2.3 -2.4 l+w.G
Serpentine 2.3 -2.6
Orthoclase 2.5 -2.6
-
2.65
Harga densitas dari batuan itu memiliki rentang yang
Quarlz cukup lebar jika dibandingkan dengan densitas tanah. Beberapa
Plagioclase 2.6 * 2.8
harga densitas kering dapat dilihat pada Tabel2.2 dibawah ini:
Chlorite and Illite 2.6 - 3.0
Calcite 2.7 'Iabel 2.2 : beberapa harga densitas kering batuan
Muscovite 2.7 -3.0
Dolomite 2.8 - 3.1
Pyroxene 3.2 -3.6
Olivine - 3.6
3.2 BATUAN (ROCK)
Barite 4.3
- 4.6
Magnetite - 5.2
4.4
Granite 2.65
Py.rite - 5.2
4.9
Diorite 2.Bs
Galena 7.4 7.6 Gabro 3.0
Sumbcr : Richard E Goodrnan "lntroduction to Rock Mechanics" 1989 hal 3l
Gypsum 2.3
Sedang hubungan antara densitas kering ( dry density, Rock salt 2.1
permiabilitas dilapangan.
(Konduktivitas - daya air untuk mengalir / Konduksi pada batuan)
Test Permiabilitas di Lapangan merupakan test langsung
dan dapat dilak-ukan dengan memolnpa air atau oli pada formasi Tabel2.3. Konduktivitas Hydrolis pada beberapa batuan
batuan lubang bor atau lubang galian. Harga permiabilitas
dilapangan akan terpengamh pula oleh adanya perubahan terhadap k ( cm/det) untuk batuan dengan
besarnya tegangan normal pada retakan baik berupa tegangan BATUAN (ROCK) suhu air 20oc
tekan (stress) maupun tegangan tarik (tension). Hal ini akan laboratorium lapansan
berbeda pula apabila bentuk dari retakan adalah rata flat atau Sandstone 3x10 3 -- 8xl0
:1--
bentuk pori yang berongga. Navayo Sandstone tt lxlo 3xlo 8
8
3.2x10
4;';$ffe (2.6)
Shale e
lo -- 5xlo 1l lo 8
-- lo Il
Limestone, dolomite lot--lo'3 lo I -- lo 7
dimensi L3T-t ) , sedangp adalah tekanan air yang sama dengan (iranit lo -7 --
lo -rr lo 4 -- lo e
dan € ini menunjukkan pula qualitas dari massa-batuan. Dimana 1. adalah harga Point Load Strength Indexnya,
sedang P adalah beban setelah mencapai keruntuhan dan D
adalahjarakantara dua titik baja konusnya.
r/'
yc, : .. ..: --,...,..'-.- (z'Ll) Gabbro 7000
llt 4v,., ' tt' ...,. ,'.. : , 1,
Basalt
Limestone
6s00 - 7000
,,,,,,1,
',,,,,,,, 6000 - 6500
Dolornitc 6s00 - 7000
Dimana V,., adalah kecepatan rambat gelombang Sandstone & Quartzite 6000
(iranitic rocks
longitudinal pada rnineral "i" yang memiliki volume ( aari s500 -
6000
I)irri lirLrrrnaintraux (1976) Sumber : Richard E Goodmin
mineral "i" yang proporsional pada batuan tersebut. Tabel 2.6' 'ltttrotluction to Rock Mechanics" 1989 hal 40
dan 2.7 menunjukkan harga kecepatan gelombang longitudinal
pada mineral dan pada beberapa macam batuan.
(2.12)
(2.13)
ada retakan dan dinyatakan dalam persen yang dapat diukur di tto/o
laboratorium dengan contoh batu yang kecil tanpa retak. Namun Gmb. 2.4. : Klasifikasi retakan-retakan (fissured) pada batuan
demikian, apabila ada sedikit saja retakan, maka harga di rumus (menurut: Fourmaintraux 197G)
2.13 akan mengalami penurunan yang besar. Sebagai contoh pada
suatu hasil test dilaboratorium terhadap batuan sandstone
mendapatkan harga n r:l|oh dan harga lQ:\4oh. Setelah
dilakukan pemanasan sampai mencapai temperatur yang tinggi,
terjadi peningkatan terhadap retakan-retakannya sebesar 2o% ,
sehingga harga n ,:l}oh menjadi n:l2oh, sehingga harga index
Sifat fisik yang lain dari Batuan di Lapangan selain
qualitas menurun menjadi lQ:szo/o.
Intlcx Properties yang telah disebutkan pada Bab terdahulu masih
Karena harga index qualitas yang sangat sensitif ini lcltlapat Sifat Fisik lain lagi terutama yang digunakan untuk
terhadap rengatan-rengatan pada batuan, maka Fourmaintraux l.cpcntingan teknik dalam perencanaan maupun dalam
pclll<sunluur. Scpcrti rnisalnya kekerasan pada massa batuan yang
mengusulkan suatu klasifikasi dari rengatan dengan menggunakan
grafis hubunganantara harga "IQ dengan n" seperti pada gambar rrrcrrr;.lcntirnrlri sislcm pengeboran maupun peledakan pada
pellr lisrr rlur rr pcrrgua I ian Lrntrrk batuan.
2.4. dibawah ini.
I)isrrrrrping ilrr, rlalanr pcrcncanaan pcrlu diketahui pula
llntiult lrrin nrcrrtcnlri llrrglr-llrrgl cllstisilas dan strcss_-strain
lrrlrlrn tlr llrprrrrrl;rrr rrrislrln\,:r plttllr pcrcrtclrttrurrt rrtttttk ltcrnbrtatat-t
dam atau terowongan, sehingga sifat-sifat fisik batuan secara
massa perlu untuk diketahui melalui test di laboratorium maupun
.t )'"t":a'-t6$lfrl
di lapangan.
':[---
[;i,:'11
.
rJ:
l'1
i-f:-;'t 6 Tarikun Langsurtg (Direct Tension),adalah tarikan yang
,,/
M
tcrjacli langsung pada lapisan batuan yang berbentuk lcngkung
ccrnbung (convcx) yang rnerniliki talud. 'Iarikan akan terjadi pada
lrcrrrrukaan talud seperti tarnpak pada gambar 3.1. d & e.
L:::::f:::'-:: :..::::::::::::::::l
\ijjji!:l::r:r+i-iiii-:rl C Iluluan yanu pecah akibat dari tegangan tarik (tension),
Pcrrrrtrliiriln kcnrrrtrrhannya akan tarnpak kasar dan tidak terdapat
pet'rrlrlrr ;.rccrrharr rlari partikcl batuan; scdang apabila batu yang
Gambar 3.1. : Contoh keruntuhan yang disebabkan teriadinya keretakan dari pt't rrlr rlirrl'ilxrtlitrn olch tcgungan gcser, maka permukaan
batugn untuk :(a)Lentur(flexure) (b)Geser(shearl (c)Meremukkan dan l\('r lrrlulriur lklrr lrrrrrPlrli lcbilr llrlrrs tlun rrrcnriliki hanyak pccahan
menghancurkan dengan tekanan yang mengakibatkan retakan yang diikuti
grrrt I tl't'l lr:rlrurrr.
dengan geser (d & elTarikan langsung (direct tension)
Bentuk keruntuhan yang lain dari batuan dapat pula teriadi
pada lapisan batuan yang menerima beban pondasi atau tekanan
dari dasar pondasi pada batuan. Keruntuhan dari lapisan batuan
disini dapat bervariatif tergantung dari lapisan batuanuya maLlpun
cara pembebanannya. Gambar 3.3 seperti dibawah ini Test terhadap Kekuatan llatuan di laboratoriunt yang
menunjukkan berbagai macalrt Kelongsoran dan Keruntuhan umum dilakukan adalah Test Tekan tanpa Tekanan Sanrping
akibat dari Beban Pondasi menurut Sower (1916). (Unconfined Compression Test) dan Test Tekan dcngan tTkanan
Samping pada Triaxial Test (Confined Compression Test), Test
Geser (Shear Test), Test Tarik langsung dan tidak langsung
(Direct dan lndirect Tension Test). Disarnping test-test diatas,
terdapat pula test lain yang telah dijclaskan pada Bab 2 yang
sifatnya variasi dari test tersebut sepcrti Point [.oad Test, Sonic
Tcst,dan lain lain. Cambar 3.4.A rnenunjukkan berbagai macalx
test tcrsebut.
r-=N-n
tr(
\.*-------------J \-/
e7itffib
Gambar 3.3. : Mekanisme Keruntuhan Pondasi Batuan (dari Sowers 1976).
(a)Keruntuhan geser Type Prandtl pada Batuan Lunak.(b)Keruntuhan Geser pada Batuan diatas Tanah
Lunak. (c)Tekanan Pondasi pada Batuan yang mengalami Pelapukan. (d)Tekanan dan Ponsen dari
Gambar 3.4. A : Test Batuan yang umum digunakan di
Pondasi pada Batuan yang Porous. (e)Tekanan dari Pondasi pada Batuan yang berongga dan berujung-
laboratorium untuk menentuka criteria Kekuatan Batuan
ujung seperti duri. (f)Tekanan Pondasi pada Batuan di Tebing/Talud. (g)Keruntuhan dari Pondasi pada
(a)Unconfined Compression Test (b)Triaxial Compression
suatu Rongga frng Oangkal pada Batuan (h)Keruntuhan dari Pondasi akibat adanya Ronli1i,r P,rd.r
Test (c)SplittinS Tension (Brazilian) Test (d)Four Point
Batuan (Sink-Hole) karen,r crosi. tl(.xur{, tott (e)Ring Shear Test
Harga q1,_ Lrntuk bcrbagai macam batuan dapat dilihat pada table
3.1 dbawah ini.
Point Load Brazilian Ring Shear Tabel 3.1. : Harga UCS (q/. ) & rationya dengan tegangan tarik
7.,
Q, {t,
DISKRIPSI
KglcmZ psr To
>d< L = Length
Gambar 3. 4. B. : Test Batuan secara skematis dan rumusan perhitungannya Bedfbrd limestone 510 7.400 32,3
Qr, .Hurgu
testnya sering ditulis dengan ini merupakan ratio
Q, ltttttltS1_: Luh \lclilun & llatuan
I'I'S
antara beban puncak P dengan luas penampang A
ll.l,.( ioorlrnalr "lllrr)(lltclit)n
:L
to
l,locl. \lrclt:uticr" l()ll() h:rl (rl
q, A
(-1. | )
hydrolis sedang karet yang membungkus contoh
karet yang tahan terhadao oli seperti polyurethane.
I F.-_
l-^t I diberi tekanan axial sebesar o,- p (yang disebut sebagai
Dial gauge untuk
pengukuran r:
I "' I
tekanan Deviatoric), seda,g tekanan lateral atau tckanan
axial sampingnya dibuat konstan. Hal ini hanpir sama clengan
3. Poisson s r-alio pelaksanaan Test Triaxial untuk tanah.
fitl
tl
F
dimana P adalah bcban terbesar tnetxintttnr yang dapat didukung tlrrrrrr. /' utlalulr bcsar.ya bcban tekan yang terjadi, d adalah
oleh contoh batuan bcntuk silinder yang ditekan pada sumbu tegak tlirrrrrctcr tLrri silirrtlo'eorrroh batrran, seclang I adalah panjang atau
dan I adalah luas penampang Sedang harga 2 adalah tckanan l.r'l irrrrrrrrrr tLr.r silinrlcr.[rrlturn. 6, ,, aclalah harga dari rcgangan
pada cel triaxial yang mcrLrpakan tckanan sanrping (cortlining
prcssurc). LJntuk ntctrtlapltl<an tcl<unlrn yultg bcslrr'1'xttllr lrrtltrttr. Irrrik ll:rtrurrr tlt'nrlrrr r'lrrrr llr.lrzili;rn (lcnsiorr llr-irziliurr tcst) (lih1r
rtlltlilt citi;atl Vllll!l (li.gtllllll\lltl tttllrtl' lcl'ltrtlttt slttttl'rittt';rrl;rl.rlr,'lt lul'ir nlnu\itrr tli r,:rrrrllu l..l I|)
Harga Kekuatan Geser atau Shear Stress nya (
T ,) atau
disebut sebagai "Shear Strength" clapat ditulis sebagai bcrikut :
aft
t6p
I Intx
L
(3 3) Test ini tcrmasuk test untuk menentukan harga point
1 vn-
1;i- Index nya Batuan yang dapat dikorerasikan keclalarn harga UCs,
tcst ini (telah clijelaskan sedikit pacla bab 2, na.nun paaa Rab ini
diulang lagi untuk mernper.jelas penggunur,nryo khususnya
dirnana P,,,,,* odrl"h bcban maximum. I adalah panJang antara dilapanga,) rnudah dilakukan dan dapat clikerjakan dirapangan
beban reaksi dibagian bawah contoh batuan dan r/ adalah diameter dcngan alat yang sederhana dan ringan seperti terlihai pida
dari contoh batllan. gambar 3.5. dibawah ini. Tcst ini tlaput tlilakukan dilapangan
.\e(aro lctngsung dengan rnengarnbil contoh batuon tlari hi'il
p:ngeborctn dilapangan. Maka harga kekuatan batuan dapat segera
diketahLri sebelum dilakukan tcst di Laboratorium.
Dimana 1", adalah harga Point Load Strength Index Pcrcontohan dari batu untuk test point-load ini disarankan
dari Franklin. adalah yang bcrbentuk silinder clengan diar-neter : 50 mm (NX :
54 rnrn) dan ukuran dari bentuk contoh batuannya scperti terlihat
P : Beban maximum sampai contoh batuan mengalami ptrda gambar 3.7. dibawah ini dengan persyaratan antara D dng L
keruntuhau.
Iffi[
D : Jarak antara dtta conus penekan.
l-.-1,---*rl
,t
l- /-\
l{ubungan antara Indcx Franklin ( 1.' ) ini dengan harga
ol t/ t )
I(
I
"ocKS
pada garnbar 3.8 dan cara pembacaan nya dengan grafis seperti
,
j
ri:i ''ffiffi'((i
Gambar 3.8. : Model alat hummer
test dan bagian bagiannYa
ri,:i:
ii,**'ll
50
ft?-jTffi r, * ffi:tr
,,,,,
I
.:
, I
{0
i il t ;., I
liliI
II
J(]
20
15
l5
,, 'Loru.o'ir0r,,,,,.o,
;;
*,.{,i !:,{jjl}&:1. * __!! i
il
*il
I ll
0 0 0
*$&{i};&&l &$
0.47 0.17 250
-T-
LI
(a) (b)
AV : * 2V)
Dimana harga "v" adalah harga Rri.s.son's rttlirt.
batuan yang clastis liniail tlan isotropic. itkatt ttlctttilili,i lrrrryrr
tttttttli
7 €,,r';rr1(l (4.2)
ocui
I F
c
E Elasric compression (Tekanan elastis)
6ccl io?:of,
4.5. Regangan Latcrai (tlatcral) mulai nuik reluti/ -r*- Retakan retakan makro
,-* mengalami kelongsoran
terhudap Regangcrn A'riul nltu (taxial)' disini harga lSeating Regangan normal
Poissort's Ratio muloi naik, dan retuktn retakan baru Ekstensi Kontraksi
ftot /
mulai terltentuk pada bagian tegangan yang paling kritis llY
di contoh batuan (khLrsusnya pada bagian tengah sample i/
batuan-nya). Pada saat ini, retokan yang lama akan T;c""c;,k;."il
I,_l______r
dari cel triaxial ]t
retakan retakan mulai berlaniut kembali sampai pada Gambar 4. 5. :Kurva Deformasi batuan ketika diberikan tegangan deviatorik
u.iung ujtutg tepi contoh batuan. Disini retakan retakan yang meningkat dan dengan tegangan cel triaksial yang konstan pada
akan mulai menyatu tncnlbcntttk retakan yang lcbih pengujian dengan triaxial (alRegangan normal untuk aksial dan lateral
bcsar clan mcniudi ,rtrttltr bL,ttltrk ltoluhtttr. llie ttillrvski dengan meningkatkan tegangan deviatorik aksialnya. (b)Regangan
( I9(r7) ntcrrgrrsrrlliull lltltrllt titili (' ini tliplrl.lrr 'rr'lr:tt':ti volumetrik dengan meningkatkan regangan normal aksial (delatansi)
litil, Ilrrl,i.:rltt kt,Lurrlrut rltrti lltrltrrttt ltttltl l,t,tttl) Irlrl'
I)engan <lemikian, maka Dilatarzsl ini dapat disebut sebagai
peningkatan volume batuan berkaitan dengan terjadinya
retakan-relakan.
ailai
: Iair:a
Strain Lateral nya (rumus 4.2.) dan digambarkan hubungannya 2 1,31 3202,20 612,24 1977.71
4 aa1 5032,02 1292,52 2446,99
dengan Tcgangan(O). Pada Triaxial, harga AV/V dapat dihitung 6 3,93 6861.85 1519,27 3823.30
langsung clari pengarnatan AV (pcrubahan volume) yang ada pada I 5,24 7776.76 2267,57 3241.61
10 6,55 9149,1 3 3:97,9E
pcralatan Triaxial nya. 2573,17
12 7,86 1 Cs21,50 3968,25 2584,99
oa7 12168,34 5895,69 376,96
t6 9.82 14181,15 12131.52 -10081.89
Gambar 4.7.: Contoh hasil test pada batuan dengan alat UCS di
[aboratorium
u= S, + o'txttP
T
(4.3.)
r,,
adalah Kekuatan Geser (Shear Strength) atau
Tegangan Gcser pada puncak (Peak Shear Stress), sedang A
adalah Sudut Gcser Dulam.
"Brazilian Test" diambil harga sekitar Y,a dari hasil test adalah
d,)
harga T,,-nya. Hasil Kckuatan Gcscr (S,) disini akan didupat qr:25, tan (45' + (4.s)
2
lebih be,yar dari husil yang sebanornv-o \anS rncrupakan garis
singgung lengkung yang menghubungkan antara hasil tcst dengan
"Brazilian-Test" clan hasil test dengan "Unconfined-Test" seperti
tampak pada Carnbar 4.10. (Kelebihan tcrscbut ditunjukkan dalanr
bidang yang diarsir). Scdang penggarnbaran tcrhadap berbagli
macam tcst termasuk garis singgLrng lengkLrrrgnya sccill'll t,ntl)r r\
tcrscbut dapat dilihat pacla ganrbur,l.l l.
i.
l. Seperti pada soal di BAB 3. no.2 diatas, maka gambarlah
grafik hubungan arfiara tegangan dan regangan (termasuk
regangan axial maupun regangan lateral-nya)
) Berapakah perkiraan harga "Brittle to Ductile"-nya pada
soalno 2 diatas ? Beri komentar anda dari hasil tersebut.
3. Suatu test dengan alat Triaxial terhadap Sandstone
memberikan hasil sbb.:
Test
o3 (MPa) oI (MPa)
I 1.0 9.2
2 s.0 28.0
-) 9.5 48.7
Gambar 4.11. : Hubungan beberapa ma€am test dengan criteria
1 15.0 74.0
keruntuhan secara empiris dengan lingkaran Mohr terhadap :
(A).Direct Tension Test (dapat diambil %Bl, lBl.Brazilian Test,
(C). Unconfined Compression Test, (D).Traxial Compression Test. Tentnkan harga Si & Q dari data tersebut
4. Suatu hasil test dengan triaxial pada batuan mendapatkan
harga Si : 1.0 Mpa dan harga (p : 35" , Hitung harga
Unconfined Compresive Strength-nya dan estimasi harga
kekuatan tarik nya (Tensile Strength).
i * at&gn lHffi-
perlemahan akibat adanya "transverse joint". Batuan
menlaelnbangkan kritcria l<eruntuhar.! secara empiris pada massa
semacam ini sering mengalami keadaan terlepas dan
batuan yanu mcntiliki retakarr-r'etakan.
kcmudian jatuh dari langit-langit tunel (discb ut Spalling)
Aplikasi plaktis clari penggunaan kriteria keruntuhan Moderatly Jointecl Roc:k : batuan ini memiliki joint dan
sccara ernpiris lcrhirdap l-nassil batr.ran telah dicobakan pada retak retak halus, akan tetapi blok-blok antar jointnya
bebcrapa proyek dan mcnunjukkan adanya kondisi yang dapat adalah menyatu secara lokal dan mengunci satu sama lain
diterima dengan baik. Nanlun pada treberapa pcrcobaan pada tunel sehingga pada dinding tunel tidak dibutuhkan penahan
rnenunjukkan bahwa harga estimasi kcruntuhannya ternyata masih diarah latcral. Batuan sistem ini dapat tcrjadi Spalting
sangat rendah atau dapat clikatakan rnasih tcrlalu aman. Sehingga maupun Popping (pclepasan batuan secara tiba tiba dan
pada beberapa pekerjaan atau proyek , kriteria keruntuhan ini membahayakan dari atap maupun dinding tuncl).
kemudian dilakukan perbaikan-pcrbaikan oleh Hock-Brown. Blocky und Seamy Rock : batuan semacaill ini memiliki
kondisi utuh (intact) secara kirniawi atau memiliki
kondisi utuh yang terdiri dari frakmcn frakmen yang
terpisahkan satu sama lain namun saling mengunci dan
mcnyatu. Pada batuan semacam ini dibutuhkan penahan
pcnahan diarah lateral pada dinding tuncl.
Crushecl hut Chemiculllt Intoct Roc:k : batuan semacam
ini terdiri atas frakmen yang halus sepcrti pasir halus dan
tidak mengalan-ri proses cerncntasi ulang, dan tcrletak
dibawah muka air akan rnenunjr-rkkan perilakLr pasir
dcngan korrdisi rncncair.
Ret-erensi yang paling awal untuk menentukan Squeezing Roc'k : yaitu tcrjadinya batuan yang tckanan
Klasil'ikasi pada Massa Batuan adalah dari 'ferzaghi (1946) yang secara perlahan lahan sepcrti pada saat pembuatan lubang
digunakan pada suatu perencanaan penyangga tunel. Tidak secara tunel tanpa menunjukkan adanya peningkatan pada
jelas didiskusikan dalam perencanaan tersebut mengenai volumenya. Syarat utama terjadinya tekanan peras
klasifikasi yang digunakan. Terzaghi rnenggarnbarkan perlunya sehingga air keluar (squeezing) adalah tingginya
perhatian pada silht-silat ktrrakteristik yang tnendominasi massa persentase partikel mikroskopis dari mineral mica
batuan khususnya pada titik-titik yang menerima gaya dorong (micaceous) pada mineral lempung (clay) dengan
akibat gravit.isi. Pcrijclasati i.ieiijelarsan dan definisi scrta kapasitas mengembang (swelling) yang rcndah.
kornentar praktis mengcttai infbrmasi geology massa batuan Sv,elling Roc:k : yaitu terjadinya suatu ekspansi atau
adalah suatu contoh yang baik cian sangat bermanfaat untuk tnengcmbangnya batuan pada saat penggalian dalam
digunakan dalam perencanaan. pernbuatan tr"urel misalnya. Kemampuan mengembang
clari batuan yang mengandung mineral clay
Diskripsi'l'erzaghi nrcngenai massa batuan yang diambil (rrur-rtmorillonitc) semacam ini pada umumnya terbatas.
langsung dari tulisannya acltrlah scbagai berikr-rt :
50<75 ['air
rlaslflt{,As&
Klasifikasi ini tclah tnengalami boberapa kali pertrbahan CONTOH PENGGUNAAN TABEL 5.2
pacla harga derajatnya (ratingnya) sc.iak ditcrbitkan pada th 1976
Penggunaan Tabel 5.2 dapat diberikan contoh sebagai berikut.:
olch tlicniarvsl<i dan yang tcrakhir tncngalatrli pcrtrhahan adalah
i,crsi th.l9t{9 clan clisini akan dibau,akatr versi I}icniawski yang Suatu tunel yang akan digali menembus lapisan batuan
terakhrr. granit yang terlapuk dan memiliki'Joint set,, (seperangkat
lapisan-lapisan) yang dominan dan dengan kemiringan
System I{MR clalant tttclaktrkan klasitlkasi tcrhaclap (dipping) 60o berlawanan terhadap arah galian. Harga
rnassl batrlitn dikcr.iahan clcngltlt tnetrggttnakilll cllillll ((r) t'nacltl.t "point Load Strength" index adalah 8 Mpa dan rata rata
paranretcr yaittr :
harga RQD nya 70o/o. Keadaan Joint- (hubungan antara
l. Uniaxial CotnprcssiVc Strettgth (Lr('S) (Kcl<untan J'ckan lapisan) nya adalah sedikit kasar (slightly-rough) dan
Axial dari material batuan r"rttrh) sedikit terlapuk (slightly-weathered) serta jarak
Rock Quality Dcsignitiorr (RQD) (Pcttcntr-tan Kwalitas terpisahnyajoint < I mm sedangjarak antarjoint (spaced)
2.
Batuan)
300 mm. Kondisi tunelnya diantisipasi dalam keadaan
basah.
3. Spacing finrak antara dLra diskontinuitzts)
1. Discontinuity C'onclition (kolrdisi clari diskontinr'ritas)
Harga RMR nya dapat ditentukan pada Tabel
5. Konclisi dari (irouuclwater (kondisi air tanah pada batuan)
bcrikut :
6. Orii:ntation (oriclrtasi.) dari tliskotttinuiiirs
[)ul1rn grcuggllkap sistcln klasifikasi itli. nlassa batuatl Hasil Perhitungan terhadap total rating
clilaparrgun clihagi rlalirlrr tltret'rrh tluct'th slrulttrrtul (structttral
rcgions) ditttattlt llrcllt sclilp rlrtcrlth strr,ttrrral irri diklasillkasikan Tabel ltem Nilai/ kondisi Rating
..-i,,r. sen<liri scnrlir i. []atas tlilr'i sctiirp ilacrith strttktttral pada
rult.lllllltvll cligrrrlrkarr farrdlt litntla strttktttral gcologis yang 5.2. : A.l. Point Load Index 8 MPa t2
ltcgyulok sepcrti aclauya ltataltan pataltan tltall pcrttbahan
lapisan/tipe btrtrran dan lail'l lain. I)alam hal tertcntu dan dianggap 5.2.: A.2. RQD 70% l3
perltt, sepcrli aclanya perubahan yang spcsilik pada
iliskontinrritasnya. clapal digunakan pcnrbagiarr clacrah struktural 5.2. :A.3. Jarak antara dua 300mm l0
yang lchih kecil schagai suhhagian dari tlaerah struktural yang diskontinuitas
5.2. : E.4. Catatan 1 22
lcbih hcsar.
Kondisi dari
5.2. : A.5. Basah (wet)
Sislcrn I{MI{ irri secrira sketnatis dapat dilihat sepcrti diskontinuitas 7
pacla Tabel 5.2 yang mcnunjukkun nilai dari rllasing masing rating
-5.2. : B Air tanah pada batuan Catatan2 -5
icrhadap keenanr paratneter diatas. Pacla parameter ke enam yaitu
mcngcnai orientasi pada diskontinuitas dijelaskan pada tabel 5.2
Orientasi dari
bagian B & F schagai efck dari adanya diskonlinr-ritas.
clikontinuitas
Total 59
"Iabel 5.2. :Nilai rating pada systenr RMR (dari Bicniawski 1989) Tabel 5.2. (Lanjutan)
Aliran air yg
(A) KLASIF KASI, ARAMETER & NILAI RATING BATUAN masuk per l0
None <10 l0 - 25 ,< _ 125 >l 25
m panjang
tunel (l/mnt)
PARAMETER RENTANG HARGA DARI PARAMETER-NYA
I Air (Tek. Air pd
_t
Pd harga ini 5l ta-
Point
load tr# -,{ Ml'a
t-2 digunakan I nah ioint) /(o
Kekuatan
strength
> lo MPa
I 2
MPa
hasil UCS Major Princp 0 <0.1 0.1 - 0.2 0.2 - 0.s >0.5
i ntlc x
material )
batuan
I uttrh [Jniaxial Kondisi Sangat Air
c()mp.str I 00- 50- 100 25*50 lcmbah basah Air mcngalir
(intact) >250MPa MPa a umum kering mcnetcs
cngth 250MPa MPa rn
d
(UCS)
RATING l5 l0 7 4 0
RATING l5 t2 7 4 2 I 0
25. - <25"/"
15"1' - 90nh 50"1' - 75"h
RQD (dari hor inti) 90ul'-l 00Yn Sllo
( B) PENYESUAIAN NILAT RATING UNTUK SISTEM
2
I ORIENTASI DARI DISKONTINUITAS (rihat juga butir F)
t7 l3 3
RATINC 20
) lihat juga gmb 5.2
60-200
Jarak antar >2 N{ 0.6-2N,l
200-600 <600 mm
diskontinuitas
mnl mm Sangat Tidak I Sangar
3 meng- Meng- meng- I tidak
20 l5 l0 8 5 untung untung untung | .*rgun-
RA'IING Orientasi thd Sedang
Strike & Dip
kan kan kan tunSkan
#Permuk
(Fair) I
#Pcrmukaa
n sangat
#Permuka #Permuka
aan rata
& licin
(Very
Favour
(Favou
rable)
(Un- I
favour I Unlavou
tv..v
kasar. #Luhang yg
an scdikit an sedikit
#Atau lunak > Smnt
able) able) | rabte)
kasar kasar
#'I'idak ber-
Kondisi dari menerus lubang < Tunel &
#Belahan #Atau 0 -2
diskontinuitas #Belahan 5mm tambang -5 -10 t2
<lmm <lmm terbelah > 5
#Tidak mm ITAT
(lihat juga butir E) terbelah #Atau
ING Pondasi
4 #Dinding #Dinding terbelah
#Mcnerus
0 -2 -7 -15 _r(
sedikit sangat l-5mm
#Diding lapuk lapuk
hatu tidak Talud 0 -5 -25 -25
terlapu k #Meneru
s
30 25 2ll 0 0
RATINC
Tabel 5.2. (Laniutan)
Tabel 5.2. (Lanjutan)
(C) KELAS MASSA BATUAN DITENTUKAN DARI (E) POTUNJUK UNTUK KLASIFTKASI DARI KONDISI
TOTAL RATING
Rating
100 € 80€61
60€ 40€ <21 <lm l-3m
8l 4l 2t Panjang 3-10m 10 - 20m > 20m
Diskonti-
Nn. Kelas I II TII TV v nuitas'
0
No. Kelas I II III TV v
Kekasa- Sangat Kasar Sedikit Halus Licin
Rata-rata ran kasar kasar
lama I 30
waktu
20 th Ith minggu
10jam
menit
untuk untuk untuk 5 I 0
untuk untuk untuk
bentang bentang bentang Rating 6 3
tetap bentang bentang
l5m 10m
5m
2.5m
1m
berdiri Isian Isian
None Isian Isian Isian
tgak (rongga) keras keas lunak lunak
<5mm >5mm <5mm >5mm
Cohesi Rating
dari massa 300 - 200 - 100 -
>400 < 100 6 4 2 2 0
ba- tuan 400 300 200
(kPa) Pelapu- Tidak Sedikit Setengah Sangat Terurai
kan lapuk lapuk lapuk lapuk
Sudut
geser dari 3
massa >45 35-4s 25-35 15-25 <15 0
batuan llating 6 5 I
(")
Tabel5.2. (Lanjutan)) Lihat juga gmb.5.2.
O) EFE'K ORIENTASI DISKONTINUITAS UNTUK Arah galian searah Dip (Drive with Dip)
STRIKE & DIP PADA TUNEL
Arah galian
Arah galian
searah dengan Dip 20" -
searah dengan dip Dip 45o - 90o Arah galian melawan Dip (Drive agains Dip)
dip 45"
Dip 45o - 90o
Dip 20o - 45o
Sangat
Sangat Menguntung-
menguntung- Sedang
menguntungkan kan
kan Arah Dippine
Tidak
Sedang menguntung- Sedang
kan Gambar 5.2. Penjelasan dengan gambar untuk Tabel 5.2.
PEMASANG.,AN
KLA9IFl
Bieniawski ( I 989), mencrbitkan pula petunjuk untuk . KASI
PEN6GAUAN
BAUT PADA
SltoT
EATUAN
pelaksanaan pada tunel batuan apabila telah diketahui harga dari MASSA
l62omm,
CRETE
BATUAN
RMR-nya. Petunjuk pelaksanaan tersebut seperti tampak pada digrouting penuh )
Tabel 5.3. dibawah ini. Petunjuk pada Tabel 5'3. ini hanya untuk l. Very # Seluruh bidang digali Secara umum tidak dibutuhkan system penyangga
good penuh sampai
penggunaan jarak bcntang tLrnel 10 mcter dcngan bentuk tunel nya kecuali pada titik titik pembautan.
rock permukaan lantai
adalah tapal kuda, dan dilaksanakan dengan menggunakan RMR 81 - # Digali maju setiap
pengeboran serta pcledakan, pada suatu Massa Batuan yang 100 3m
merniliki tegangan vcrtikal < 25 Mpa (tegangan ini kira-kira
ll. Good # Seluruh bidang digali
equivalen dengan kedalaman dengan pcrmukaan tanah < 900 m).
# Secara local, Tebal 50mm Tidak
rock penuh sampai dipasang baut pada la ngit dibutuhkan
RMR 51 . permukaan lantai panjang 3.m pada langit leng -
80 galian langit langit kung apabila
# Digali maju setiap 1 lengkung (crown) dibutuh ka n
CONTOH PENGGUNAAN TABEL 5.3 -1.5m pd setiap jarak
# penyangga penuh 2.5m
setelah mencapai
Dengan menggunakan contoh penggunaan Tabel 5.2 ketinggian 20 m dari Dapat pula
diatas dimana harga RMR nya 59, maka pada muka galian dipasang jaring
penggunan Tabel 5.3. untuk tunnel dianjurkan agar kawat (wiremesh)
lll. Fair #Penggalian pd
digunakan sistem penggalian dengan dimulai dari puncak rock puncak tunnel dan
#Pemassangan baut Tebal 50 - 100 Tidak
secara sistematis mm di langit- dibutuhkan
dan setahap demi setahap ('lop heading & bench") dan RMR 41 - setahap demi setahap dengan panl'ang 4
penggalian dilakukan pada setiap jarak 1.5 * 3 m juga
angit dan
50 #digali maju setiap 1.5 m dan jarak 1.5 - 2 untuk
dimulai dari puncak tunel. Penyangga harus tetap dipasang -3mdimulai dari m.didaerah langit dindingnya 30
pu nca k langit lengkung dan mm
pada setiap selesai peledakan sedang penyangga utama # Diberi penyangga pd dinding serta jaring
harus dipasang pada setiap mencapai kedalaman setiap selesai ledakan kawat pada langit
rnaximum 10 m dari dasar galian. Sistem pemassangan #Penyangga sudah la ngit.
harus komplit setelah
baut pada dinding batuan (rock-bolting) direkomendasikan mencapai tinggi galian
untuk digunakan panjang 4 m dengan diameter 20 mm dan 10 m.
digrouting sedangjarak antara baut untuk langit langit dan lV. Poor #Penggalian pd #Pemassangan baut Tebal 1-00 - Apabila
dinding 1.5 - 2.0 m. Untuk pemassangan shotcrete (beton rock puncak tunnel dan secara sistematis 150 mm di dibutuhkan
RMR 21- setahap demi setahap dengan panjang 4 - langit langit
semprot) dengan wire-mesh (aringan kawat) pada langit 40 fdigali maju setiap 1.0 5 m dan jarak 1.0
dapat dipasang
- dan untuk tulangan rib
langit digunakan' ketebalan 50-100 mm sedang untuk - 1.5 m dimulai dari 1".5m.didaerah dindingnya ringan sampai
dindingnya digunakan ketebalan 30 mm. pu nca k langit langit 100 mm medium
fl Diberi penyangga lengkung dan dengan jarak
bersarnaan pd setiap dinding serta 1.5 m
:t'lcs,ri galian dipasang jaring
llt)r'ny.rrr1i11a sudah kawat
It,rt rt,, pcnrrlt p,rri,r
',r,lr.rl) l[)[llt I0 tll.
Membuat alur alur #Pemassa ngan baut Tebal 150 - Apabila kernudian disebLrt dengan Geological Strength Index (disingkat
galian yang saling secara sistematis 200 mm di dlbutuhkan
menyambung dengan dengan panjang 5 langit langit dapat dipasang
GSI) (Hoek, Kaiser and Bavvden 1995, Hoek 1995, Hoek and
jarak 0.5 - 1".5 m 6 m dan jarak 1.0 - dan untuk tulangan rib Brown 1997).
dimulai dari puncak. 1.5 m.didaerah di ndi ng nya medium sampai
# Diberi penyangga langit langit 150 mm. Dan berat dengan Pada bab ini ditunjukkankan mengenai kriteria yang
bersamaan pd setiap lengkung dan 50mm untuk jarak 0.75 m
paling akhir dari Hoek- Brown yang telah dihasilkan dari keadaan
selesai galian di ndi ng serta permu kaan
# Shotcrete langsung dipasang jaring la ntai praktis dilapangan dan kriteria ini merupakan hasil yang paling
dipasang segera kawat. sesuai apabila akan digunakan sebagai input untuk melakukan
setelah selesainya analisa terhadap bcrbagai macam teknik mekanika batuan pada
pel edaka n.
saat ini.
Gypstone Anhydri-
Chemi- re
cal 16
a:0.5 (ss) 13
o Hornfelds
>U
<I Marbel Quartzit
Fo-
UE Non Fr riiated (le) e
E 9
24
Migma- Mylonite
Amphibolite
Slightly Foliated tite 5
31 (61
(30)
Kondisi dari suatu massa batuan yang dapat diaplikasin
Gneiss Schists Phyllites Slate dengan kriteria keruntuhan Hoek-Brown secara garis besar telah
Foliated*) digambarkan oleh Hoek,Kaiser dan Bawden (1995) sepertitampak
33 (10) (10) 9
Granite Ryolite Obsidian pada Gambar 5.3 dibawah ini. Dengan catatan bahwa kriteria
33 (16) (1s) tersebut hanya khusus digunakan pada batuan utuh (intact rock)
atau pada massa batuan yang memiliki sangat banyak retakan
Granod Dacite (heavily jointed rock) dan dapat dikatakan masih homogen dan
(17)
Light iorite isotropik. Apabila dalam hal massa batuan memiliki satu
(30)
diskontinuitas atau memiliki satu joint set, maka kriteria dari
Andesite kekuatan geser darijoint-nya yang digunakan sebagai pengganti.
Diorite
vl (28) 19
l Dengan demikian, maka tidak ada suatu petunjuk yang
o
r
z Gabbro Dolerite Basalt pasti apabila akan menggunakan kriteria keruntuhan dari Hoek-
I Dark
27 (1e) (17) Brown ini. Harus digunakan pula dasar pcrtimbangan mengenai
antara lain : potensial anisotropi dari massa batuan, ukuran dari
Norite blok batuan yang dikaitkan dengan ukuran dari rencana galian, dan
22
model kerr.mtuhan dari batuannya sendiri.
Agglom
Breccia Tuff
Extrusive erate
pyroclastic type (18) ( 1s)
(20)
*;- BL@KY/SEAMY-foldodand m,/m, o.21 o.17 o.12 0.0E 0.06 Disini perlu dijelaskan dahulu bahwa rumusan (5.8.)
laulted with many inbrsectng s 0.012 o.o(r o.ml 0 0
o,_/,,'j. dismr6linuitiG lonning angular
a 0.5 0.5 0.5 0.5
3,000
o-55 cliatas tidak ada hubungannya dengan rufilusan dari kriteria Hoek-
E- 18,000 10,0@ 6,000 2,OO0
-.ti|. bbcks 0.?5 0.25 o.25 0.3 o.3 Brown pada (-5.1.). Hal ini yang menyebabkan bahwa penentuan
GS' 60 50 40 30 20
harga dari massa batuan yang telah dievaluasi menjadi lebih rumit.
ty m|/m o.17 0.12 0.08 0.06 0.04 Bcbcrapa peneliti mempercayai bahwa pendekatan yang
i^, I CBUSHEtlpoody htortoc*ed, s 0.00t 0.m1 o 0 0
,l
1.,,,;:f lnryrybrotren roclma6swith a a 0.5 0,5 0.s 0.55 0.60 pirlinr scsuai untuk kriteria dari Hoek-Brown ini adalah yang
i ,-, mixlur€ o, angubr and rounH E. 10,0fi) 6,mo 3,mo 2,000 1,000
.:'',i
Uocks
0.25 0.25 0.3 0.3 0.3 tlil<crrrhlrrrukun olch Dr.l.W. Bray dan dilaporkan oleh Hoek
t*. -_.. 50 N g) 20 ,0
( I ()3.1 ). [ ]nluk nrcnganalisa suatu titik yang yang ingin
GS'
Dari hasil analisa diatas dan dcngan menggunakan Grafi untuk mendapatkan harga ratio c'l 6,,
pendckatan sccara coba-coba (trial & crror) serta dengan
menggambarkan hasil antara tcst triarial dengan perhitungan pada
massa batuan , maka didapatkan hubungan antara ratio c'I O,i
dan sedut geser dalamnya A' , untuk berbagai kombinasi harga GSI
seperti tcrlihat pada gambar 5.4 diatas. (harga adalah .i
clan ry1 6,
harga Unconfined Con,pressive Strcngth untuk batuan utulVintact) ;:
.11
Gambar 5.4. : Grafik untuk mendapatkan harga cohesi dan sudut Geser Dalam
l/
100
selanjLrtnya serclah iiu, merupakan daerah plastis yaitu pada saat
mer-,,i"kaii titik keruntuhannya. Harga Modulus E dari batuan
rz. Semi-
seringkali digunakan harga dari garis lurus elastis ini dan sering elostic
pula digunakan sebagai hasil test Modulus dilapangan dan 50
disebut f,ula dengan Motlultrs Delbrmasi. Pada Gambar 5.5 dapat
dilihat grafik ti,ikal tegangan axial dan regangan axial untuk Non-
berbagairnaca'n kelourpok Grafis Elastis Dcfbrmasi batuan sesuai -elosEic
denga"n kekuatan batuannya serta Tabel 5.6 mengenai Klasiflkasi
daribatuan atas dasar Modulus & kelompok Defbrmasi Elastis- . oo5 . 01 ,O15 .
02
nya. Gambar 5.5 dan Tabel 5.6 ini dikeluarkan olch Attewell P.B. Axiol stroin €
&Farmerl.w.dalambuktrrrya..PrinciplesofE,ngineering Gambar 5.5. : Grafis Elastis Tegangan & Regangan untuk berbagai
Geology", l9tt2 hal., 196.
kelompok deformasi batuan
Seratin dan Pereira (1983) mengusulkan suatu hubungan untuk harga RMR > 55 , dan dapat diberikan hubungan sebagai
antara Modulus Deformasi dengan Klasifikasi Massa Batuan dari berikut :
Bieniawski. Hubungan ini didasarkan atas analisa kembali dari
suatu pondasi dam dan ini memberikan hasil yang sesuai terutama
untuk kwalitas batuan yang cukup baik. Akan tetapi, untuk batuan E=2(RMR)-100 (s.12)
yang memiliki kelas kwalitas yang jelek(poor quality), memiliki
harga Modulus Deformasi yang terlalu tinggi' Berdasarkan hasil
Dimana E adalah harga Modulus Deformasi yang
observasi secara praktis dilapangan dan dengan menggunakan
dihitung dari hasil data dilapangan yang berupa kurva antara
analisa kembali pada massa batuan yang jelek, maka diusulkan
Beban dan Deformasi dalam kondisi pembebanan elastis dan
suatu rumusan oleh Seratin & Pereira untuk 6,,-< 100 Mpa deformasi permanen-nya. Harga E diatas dihitung dalam satuan
sebagai berikut : GPa (:103 MPa ). Disamping itu perlu pula diingatkan bahwa
hubungan Rumus (5.12) diatas tidak dapat digunakan untuk
batuan dengan harga RMR < 55. Yang termasuk dengan harga
En,:tmlot=#l (5. 1 r.) tcrsebut dipcrkirakan sepcrti "mudstone", "sandstone", "slatc,,,
"phyl Iite", "quartzite".
:- .t i
).i rfr t-
UCS-intact
Gambar 5.5. :Hubungan antara RMR dengan Modulus deformasi (Mpa)
25 30 35 40 50 55 60 65 70 75
(Dari Bieniawskil9TS)
Mean
fractu re 10 15 25 30 45 50 55 55 55 60
'i spacing
Fracture
Gouge < smm Weathered open < I mm
kondition
Grou n d
Dry Wet
water
Fracture
Favourable Unfavourable
orientation
la Fracture
o,/ surface tentukan sendiri sesuai dengan kondisi diatas
to - q uality
.o
lst triaxial :
diberikan
5 Mpa 10 Mpa L5 Mpa
harga 03
sbb-
rlt
'l'cntukan :
jlll:,;,:'j'Ll,l"{ L Ilarga RMR & GSI (tcrmasuk harga mi, mb, s, & a.)
i: rJ ;l;
2. Klas tlari rlassa batuan tcrscbut.
Gambar 5.7. : Hubungan antara Frekwensi Gelombang Geser dengan .1. Illrgir ('(('ohcsi) & () (Sdt (icscr Dalam) dari
Modulus Deformasi massa batuan
t;. (dariBieniawski 1978)
., 1:,. 1; ,,...,, r macsa,t ba"tuan @ensaCI,,{4a:, pembandi&g, RMR &, GSI
.'.''4.',HargaMqdulusDefonnasimassabaluan ::
".'.
RQD (%) 30 40 55 70
UCS-intact (Mpa) 30 40 55 70
Mean fracture 30 50 55
15
spacing
Fracture Unfavourable
Favourable
orientation
Fracture surface
tentukan sendiri sesuai dengan kondisi diatas
quality
Test triaxial :
diberikan harga 5 MPa 10 Mpa 15 Mpa
o3 sbb.
:'....'
:.:TgBttrka :i,:t,.t.,.:.,:,:,,..,,,
''::TG,ry;nn1Ra csl (termasuk harga mi, mb, s, & a.)
:.,:. : :,,Z:.Kldd
::
:::f dafi,inaSsa batuan tersebut.
:
:
I
BAB6:MASSABATUAN
SEBAGAI PENDUKUNG PONDASI
BANGUI{AN
Bangunan Tower atau bangunan bangunan tinggi Disamping terbentuknya Lapisan Batu Kapur didaerah
lainnya, memiliki beban arah vertical maupun horizontal untuk endapan, dapat pula terbentuk batuan endapan seperti Sandstone,
menahan tekanan angin rnaupun beban gempa. Dalam hal ini, akan Siltstone, Claystone dan lain-lain. Karena proses Tekanan
ada beban tekan pada batuan dan beban tarik serta momen pada Tektonik, maka lapisan lapisan ini dapat membentuk Sinklin atau
pondasi batuan, schingga perlu untuk di unali,su kekuatan duri Antiklin atau bahkan terbenam jauh kedalam tanah. Lapisan
batwan dalam mendukung beban beban tersebut khususnya pada Batuan yang terbentuk dibawah muka tanah tidak selalu datam
beban tarik. kondisi yang datar, disamping itu Lapisan Batuan dapat pula
membentuk strata yang tidak teratur akibat dari adanya pituprt u,
atau aliran air tanah. Hal
ini akan sering terjadi khusuinya pada
lapisan Lapisan Batu Kapur (Limestone) yang kemudian dapat
mcmbentuk aliran sungai dalam tanah yang terkenal dengan istilah
"Karst".
(cl
Oleh karena itu suatu perkiraan kadang kadang sangat Clay, hard
bermanfaat untuk dipakai sebagai ancer ancer pendahuluan dalam
menentukan tipe pondasi yang akan digunakan. Perkiraan daya Sand, loose
dukung ini dapat digambarkan seperti Tabel 6.1. dibawah. Harga
perkiraan ini hanya digunakan untuk batuan yang sifatnya utuh Sand, fine
atcrw hanya memiliki satu set kekar saia.
Sand, course, dense
Untuk batuan dengan kekar kekar atau berperilaku
Gravel, dense
sebagai Massa Batuan, perkiraan harga daya dukungnya
digunakan hubungan tlengan RQD-nya batuen , untuk itu akan Rock, soft
dijelaskan lagi pada Bab 8.2.4 mengcnai perkiraan Daya Dukung
dari Massa Batuan. Pada Tabel 6.1 dan Tabel 6.2 ditunjukkan Rock, medium hard
beberapa harga Perkiraan Daya Dukung dari Batuan secara garis
besar. Rock, sound
Limestone
Marble
Sandstone
Shale
code, :year
:;. -. r:,:
1. Lapisan batuan yang akan digunakan sebagai lapisan
pendukung untuk pondasi bangunan harus dilakukan test
di laboratoeium, jelaskan alasan-alasannya serta test test
*)
Baltimore 7962 100 35 10
apa saja yang perlu dilakukan?.
NewYorkCy L970 60 60 60 8
L970 40 10 4
Ohio 100 15 Jelaskan keuntungan dan kerugian penggunaan
10- 15 8
sistem sumuran pada lapisan batuan limestone.
Philadelphia 1969 50 20 15
.
:
Bukaan moderat(Moderately
210
open)
>10
Sangat terbuka (Very open)
Area = ,{
"-T Joint penjumlahan dari displismen diatas dan dapat ditulis sebagai
berikut :
(al
ml/ dimana harga 11,, ini adalah kekakuan dari joint atau kekarnya
karena menerima beban normal. Oleh karena itu, maka harga
fg,,
Ldr
tergantung pada tegangan normalnya. Maka dapat pula ditentukan
l0
harga dari Modulus Elastisitas ( 8,, ) dari massa batuan yang
memiliki joint dan menerima beban nonnal. Sehingga dengan
penjumlahan antara dcformasi batuan dan deformasi jointnya,
maka didapatkan harga displismen yang dapat ditulis sebagai
ir.i b)
berikut.:
.8;"' t*,
(1.6)
U,r,=
E:U
Rumusan dari (7.2) sampai dengan (7.6) ini, dapat
digunakan untuk menghitung massa batuan yang memiliki kekar
kekar. Apabila suatu batuan memiliki banyak kekar kekar dalam
segala arah, maka pada persamaan (7.3) dapat digunakan untuk
mendapatkan harga Modulus dari massa batuan yang telah
tereduksi. Caranya dapat dilakukan sebagai berikut : untuk setiap
contoh batuan atau setiap test dilapangan, ditentukan dahulu
karakteristik dari rata rata jarak antar joint untuk setiap set joint..
Dari hasil pengukuran terhadap harga Modulus Elastisitas di
lapangan untuk harga [,, dan hasil pengukuran dilaboratorium
pada batuan utuh (in1ct rock) untuk harga f, -nya,maka akan
tr
Gambar 7. 6. : Perbandingan Modulus Deformasi dengan Modulus Elastisitas
(E) & harga Poisson's Ratio ( t,l ) dengan Regangan Axial pada test tekan
r
Pada Gambar 7.6.b. tampak bahwa sangat sukar untuk
menentukan secara tepat harga dari Modulus Elastisitas (E) seperti
tampak pada Kurva Asli-nya. Pada umumnya digunakan harga "E"
f;
5
Istilah Modulus Ratio ini dikeluarkan oleh Deere
sebesar 50o/o dari harga Tegangan Maximun-nya dan pada kurva
diatas ini diperkirakan telah berada di keadaan optimalnya nya. (1968), yang artinya adalah perbandingan antara Modulus
Oleh karena itu, dalam penggunaan Kurva Asli ini, sebenarnya Deformasi dengan harga Kuat Tekan Unconfined
sudah tercakup didalamnya mengenai kondisi material yang (Unconfined Compressive Strength -- UCS) atau ditulis
mengalami keadaan elastis dan yang non elastis atau plastis
E I q,,
,iu
(deformasi yang tidak kembali pada posisi semula). Sehingga, t, Harga fl disini disebut pula oleh Deere sebagai Modulus
penggunaan Kurva Pembebanan Ulang untuk batuan sudah v
fi Elastisitas yang kernudian dapat dikoreksi sebagai harga Modulus
mencakup didalamnya harga untuk Modulus-nya. ** yang dapat digunakan untuk kondisi batuan yang mengalami
pembebanan berulang dimana deformasinya adalah deformasi
Demikian pula pada harga slope dori Modulus #
yang dapat kembali dan yang tidak dapat kembali setelah
DeJbrmasi, yang dalam hal ini merupakan garis penghubung ',
pemberian beban dan pelepasan beban. Sehingga dapat dikatakan
antara permulaan pembebanan dengan akhir dari tegangan runtuh
bahwa harga E tersebut adalah sama dengan harga untuk
nya, yang bila dibandingkan dengan slope dari modulus Elqstisitas
nya tidak terlalu banyak berbeda. "Modulus Deformasi". Beberapa contoh hubungan antara harga
Modulus-Ratio dengan beberapa macam klasifikasi batuan
Penggantian nama dari Modulus Elastisitas menjadi ditinjaun dari harga UCS dan Modulus Elastisitas (yang dalam hal
Modulus Deformasi diartikan disini bahwa Modulus itu sudah ini dapat disebut sebagai Modulus Deformasi ) dapat dilihat pada
meliputi hasil elastis maupun plastisnya. Sehingga untuk Gambar 7.1. dan Gambar 7.8 dibawah ini.
selanjutnya dalam menentukan harga Modulus dengan
menggunakan kurva asli untuk mendapatkan Modulus
Elastisitasnya dapat dilaporkan sebagai harga untuk Modulus N
I
b
beban puncaknya. Secara teoritis, nilai maximum untuk Poisson's
Ratio (u) ini pada material yang isotropic adalah 0.5. Dengan :o) 5
D
demikian dapat dikatakan bahwa Poisson's Ratio (u) dari batuan 0
2.5
berada disekitar harga tersebut dan terjadi dari kondisi utuh sampai l0 20 40 80 160 320 .2 10 20 40 80 100 320
Unioxiol compressive strength S. N mm'2
mengalami keretakan. Dengan pemberian beban berulang, akan Sa N mm
terjadi regangan lateral yang membesar karena sudah mengalami Gambar 7.7. : Hubuntan antara Modulus Ratio dengan Klasifikasi
keretakankeretakandanhargadari,'u,'adalahtctilp< Batuan ditinjau dari harga UCS (Sc) dan E untuk batuan Beku dan
Sehingga dapat dinyatakan bahwa konslarrtc Irlilsl is ltrtrtts
Batuan Sedimen
didasarkan pula atas bchan hcrtrlallg. (Dari : Deere & Miller, 1955)
menerima beban berulang. Sehingga harga Modulus ini relevan
-E
-:a =ol dengan besarnya Deformasi yang terjadi akibat beban berulang.
>io a;'i
(r)f
!e 2q
160
N
E
E
Very z.
sti tf o
ff
BO tJ 'i6
o
stif f .=
.!l
40ii.O o
bo
Medium Modulus i
c)
c
@
sLiff ness rotio 5OO:'l U
oo
o
F
20--
f
rcl
t\J >o
10 20 40 80
Unioxiol cornpressive strength + Nmm-'
Gambar 7.8. : Hubungan antara Modulus Ratio dengan Klasifikasi Batuan
ditinjau terhadap kekuatan batuan dan kekakuannya
(Dari Deere & Miller, 1956)
JOiNf
..rrDltrr:. ,ryylrl4!!: MqDE.
'::. .. aaa,
Batuan Rapuh
, (a) (Brittle -
* Rock)
Y
,4 "Local Shear
(-) Failure " (8.4)
o
d disebabkan
F
Model Keruntuhan Daya Dukung untuk Pondast- (J oleh
F keruntuhan
Langsung pada bangunan diatas suatu Massa Batuan adalah sangat
dari rapuhnya
tergantung padajarak kekar dengan lebar pondasi, orientasi dari
kekarrya, kondisi dari kekarnya (terbuka atau tertutup) dan.juga
-f
= N/A S>>B
batuan.
F
l Batuan Liat/
tipe dari batuannya sendiri. z (b) Lentu r
f
Sowers (1979), Kulhawy dan Goodman (1980) F (Ductile -
00 Rock)
mengusulkan keruntuhan yang tipikal untuk suatu kondisi massa
batuan ketika menerima beban pondasi seperti tampak pada "General (8.1)
Gambar S.l.dibawah. Prototype model keruntuhan dapat terdiri Shear Failure"
d isepan-jang
atas kombinasi dari model tersebut.
permu kaa n
bidang
longsor.
Kekar Terbuka
(Open Jolnt)
F
z
Keru ntuhan
(9 o Tekan dari
z Kolom Batuan
L S<B (8.s)
d .J yg berdiri
o
J o
|.\
sendi ri
L
U (Seperti Joint
U
F
-Set yg
vertikal)
"General "General
S<B atau Shear Failure" Shear Failure"
S>B dengan dengan
potensial keru ntu ha n
o Bidang keru ntuha n
6 F= U pd
U longsor sepanjang d
F (8.3) f permukaan yg
z dpt F S<<B (8.3.)
joint -nya. (J
z tidak teratur
terjadi
o
N
t
I melalui massa
dlsepan-
batuan.
jang
joi nt-nya
dari Daya Dukung yang besarnya tergantung pada Sudut Geser Q o',,*
0',',5
Yrtl, 8,,,N', *,,T D,l{ n
(8.3)
N,= N) (8.2.c)
Q;,,:'C ]1[o*o'51r B N, (8.4)
C,*l/.) 'C''*Itr;)
Untuk pondasi bentuk Bujur Sangkar:
Bulat (circular) t.2 0.70
I :t":,:,r :.:::'l:i:::::ittt:,:'1.
Segi Empat
(Rectangular): Untuk Pondasi bentuk Segi Empat menerus (LlB < 32)
e) Keruntuhan karena Telranan. Keruntuhan karena tekanan Dimana J adalah faktor koreksi yang tergantung pada
ini terjadi seperti pada Gambar 8.l.c.dimana suatu batuan
utuh yang berbentuk kolom menerima tekanan pondasi.
ketebalan dari lapisan batuannya dan lebar dari
pondasinya. Sedang L adalah panjang dari pondasinya.
Keruntuhan model ini sama dengan keruntuhan yang
terladi pada test batuan sistem unconfined (UCS-Test) Untuk Faktor Daya Dukung l/,, dapat dituliskan sbb.:
dilaboratorium. Estimate Daya Dukung nya dapat
dituliskan sebagai berikut :
l/;, oF,rM,l
tan4|e+%\ (B.s)
fl
grafis yang diberikan oleh Bishnoi (1968) seperti tampak
pada Gambar B.2 & 8.3 dibawah ini.
1.0
o.2
0
o246810
Perbandingan jarak diskontinuitas dengan lebar
pondasi, H/B
Gambar 8.2. : Faktor Koreksi Diskotinuitas dengan
kedalaman (Dari : Bishnoi 1968)
,__._)i
oo
c
f
f
o
ob
iz
6
o
-v
(!
L
Gambar 8.3. : Faktor Daya Dukung untuk berbagal larak Gambar 8.4. : Dua macam Posisi Pondasi pada Tebing
diskontinuitas (Dari : Bishnol 1968)
I
t
Untuk kondisi dimana diskontinuitas cukup dominan 3
&
j
9Oo.,
(l]Al)
o7 3
tera[$
nAl )o n/8 FOr? (l o
Fin o
i
L
!: ,1t-ERtcE foR RlclD t.o,tD
do : Moximu-
a,' " d:formotion x7s
-l E fLtxlBLf LO,tD f otNl: (i
Eio ----t r-J_JJ-__jJ
Tampak Potongan Rtcto clRcuuR Lbto toH a=t.=t, I
I
(o
r! 55
i
-rl
-J $
:
? 2 3 { 5 6 78
Ratio antara Panjang dengan Lebar L/ B
Gambar 8.8. : Bentuk Penurunan / Deformasi untuk Pondasl Fleksibel
Gambar 8.9. : Faktor Reduksi dalam % terhadap harga
bentuk Segi Empat yang menerima beban merata
Penurunan dari Pusat Beban untuk Pondasi Fleksibel
bentuk Segi Empat (dari : NAVDOCKS DM-7)
U
I
Contoh Batuan di Test di Laboratorium Diketahui : Suatu pondasi langsung yang terletak pada tebing kali
seperti pada gambar
.ffi
Menentukan :
i,
* Harga C (Kohesi) & 0 (Sdt Geser Dalam) dari $
t
.i.
Massa batuan
Perkiraan Daya Dukung Massa Batuan
Perkirakan Deformasi Massa Batuan
ll
,rl 9=2kglcmz
Data tebing kali :
C= lkg/cm2=1.Otlm2
(D= 0"
Menentukan Kondisi Kekar-Kekar dari 1",
Massa Batuan
Gambar 8.10. : Skema alur menentukan Daya I lrrlrrli I),ll 0 Nccl 4"3
Dukung Pondasi Langsung pada Massa Batuan
V
Harga Qult diinterpolasikan antara harga D/B : 1 dengan D/B - 0
sbb. :
ri;
5
Untuk D/B :1, Qule CNcq + YD : l0 (6.75) + 2.08 ( 1 .0) : ;r'
69.58 tln2 ii
1;
I
Untuk D/B :0, Qult- CNcq + YD - l0 (4.3) + 2.08 (1.0):4s.08 n
s::i
tln2
k
s
Untuk D/B : l/6, Qult :2.51 + 1/6 (69.58-45.08) - 2.51+ 4.08 : #
s
6.59 tlm2 4
H.
,l-s
b).Angka Keamanan adalah : SF : Qult /q
: 6.591 2.0:3.3
t:;
l,il-':
f,L
I
$.
O= 35"
*i 'l'entukan : u) harua Qrrll- ny,l
:
lanjutan - Gambar 8.5. : Grafik Daya Dukung untuk Pondasi 4',
Qult
: C Ncq +y Bl2 Nyq: 0 + (2.08 x2l2x26):54.08t1nt2
a*
ApabilaB<H:
Tentukan Ncq dari diagram pd "Case 1" dgn No = 0, lut "(41 "f,! *yq,O
interpoiasi untuk harga 0< D/B <1
lnterpolasi qult antara perumusan (1)& (2) unt.
M.a.t. od.
M.a.t. berada daantara elevasi permukaan dgn do --l-;-.. -::
B ,-. - : n. r. \"rl a:g &
ApabilaB>H:
Tentukan Ncq dari diagram pd "Case 1" dgn
"Stability Number " 56 = yH/c. lnterpolasi untuk
harga 0< D/B <1.
lnterpolasi qult antara perumusan (1) & {2) unt.
M.a.t. br.rrda dirntara elevasi permukaan dgn do =
1V = 1/. (
N; r)-
3 .69)/. e .692 - r) : r .gz(r3 .62 - r) : 24.23
Dt +LL
ly', = l{)*:13'62
s)
C = 1.10 k1lcm2
b) angka keamanan
Pondasi
\*
A
HI
B=2.0ML
D = 0.5 Mt. Pondasi diatasTebing/slope (Foundation along a slope)
$ = {,0 Mt.
a * 60 derajatr
RI,IR ..:
B = 3.0 Mt.
r:E
D = 0.0 Mt.
f,lftrE
lrfiT sFAart,tG S = 1.0 Mt.
Flaatr. h4A:5 coNDl
B e a = 45 derajat
BiL ::5 mi i l.t !.i ix 2 l0 ril/ / [t rt
# Sedang harga c (massa batuan) : 5.50 kg/cm2
Tentukan : I lft!k Ferl ft!itii lvbdu u:: FElilrri:r d !rrrl;n r!ri!:ar dar f,i! 0 (massa batuan): 25"
: Tpnl!fiaf harqE ' a a" t dEri maia hatuin I'ang ikir d !!nailrn dalarr petl iturgan dEr!ai h4ifr []!liumb di;!lri[]
,l Tenlu!ran be::rr :,a f erk rian dEttrmai dar L :1uan il.Llril [rehan p0id]!r
4 Trnl!fian day; d!l !f! dar bil!ir tEr:pi11 drr 5r!lem FErdai drali! !LFpe !epeI p:di gahbar drbrwrh Jelaskan pendapat anda dari hasil diatas.
Daya
Dukung
Tanah
{1",)
li.:'',..']':]-':....:-::-',:'-:]..::':]:'']...:.],li::':.::::::::':]];.:..''::],:'.;.:'.;''..'''''..
in
I
I
Se-perti dikctahu i bahwa sistem Pondasi-Sunruran
digunakan apabila lapisan keras (yang dalam hal ini adalah
Lapisan Btrtt.ran) tcrlctak tidak terlalu tlalam dan tidak pr-rla terletak
dangkal sedang lapisan atas pada Lnnulnnya adalah lapisan tanah
lr-rnak. Apabila dihctahui bahwa lapisan kertrs terletak lebih dalam
dari rencana pcnggunaan pondasi langsung (ataLr kesulitan dalarn
mcnggunakart pon<lasi langsung) karcna kedalaman galian yang
akan dibuat untuk ponclasi langsnng, maka dapat dianjurkan
penggpnaan Pondasi-Sumuran ini.
.,
,,0 4.:,' .6.,.
' 't.
Tanah
n: 11,:0
1.4 2.1 2.2 2.3 2.4
Batuan
11,clan fl, 11,clan f,,
N: U,:
1.6 1.8 1.8 1.9 2.0 2o
0.3
(a) (b)
*
fi Tanah
23
lta
{'l
Gambar 9. 4 : Transfer beban dari Pondasi-Sumuran yang masuk
kedalam Lapisan Batuan (Socketed) (a) Terminologi dari Pondasi-
Sumuran (b) Data hasil perhitungan transfer beban oleh Osterberg & 2o
Gill (1973),sedang Curva Grafik dari Ladanyi ltg77l. <--------+
2u,p
f, ={Ptotal I 0.25 nDz\ exp xz 0, dapat diambil harga antara 0.3 0.9 dan dapat lebih
a
l*U.,* 0. U,)ff besar lagi apabila permukaannya dibuat lebih kasar (Kcnncy
1971)"
T bond : 0, Su ( e..1)
.: ...:t:t::::iaa,
q!, MPe
20
d) Langkah langkah (prosedur) untuk menentukan
Kedalaman Pondasi-Sumuran pada Lapisan Batuan
r6dd = qul?o
:
2 2) Diasr"rnrsikan b:rhwa bcban yang ditlukung oleh
llonclasi santpai cli trjurrg hawah ltondasi adalah nt.rl
(I)end .= 0 I. Kcrnuclian tcntukan panjlrng marir.ttrrrn
dari tiang srunuran yang lnasuk kedalam lapisan
a
hatrratr ( / max) clcrtgan rulnusan:
.a a
Q,, :2.257
D,= (e. t0)
,; l[,,,aa:l0,,];* (e8,
Dinranu halua harga diatas adalah scbagai berikut:
6) Bandingkan harga dari T ini dengan harga Tall Diatrclcr tlari l,r.lttdasi-suttluran atau'- 2a
D,=
dari rumus (9.6)
7) Ulangi langkah dari no 3 s/d 6 diatas untuk f ':
I
Kuat l-e'kau Flelorr rata rata untul< 2li hari
mendapatkan harga panjang I yang memenuhin
Q,,: Bcban Kerja dari Potldasi-SrrtllLlran atau - Ptotal
syarat dengan Ov:/z < Qp(att) & T <Tall
Bebcrapa catatun rlrclrgcnai campllrau beton pada
Pondasi-Surnurernini sccara Lllllurr dapat cliberikan ancer
ancer yaitu Slump .r,turg ditrtukui sekitur I 50 mm. scdang
e) Menentukan Ukuran Penampang Pondasi-Sumuran
Pondasi-Sumuran pada umumnya dibuat dari beton
,il ukurun maximunt ugrcgule duput lipukui .yekitar 20 mm.
,j
Lllung Ponclasi-Sunturan yaug tcrletak pada pcnnukaan
Pada Pondasi-Sumuran, dengan penulangan yang praktis L,apisan Batuan (sepcrti pada (.ianrbar 9.7 clibawah) pada
s
(nominal), harga Kuat Tekan Beton Rencana dapat diarnbil # prinsipnya atltilalt,\Luuu (lL'ngurt ltotitlusi .\:dn! ntenLtrtrtrtrt ptttlu
sebesar 0.25 dari Kuat Tekan Beton Rata rata (untuk 28 hari). lapi,sun /rcra,r. Scdang untuk rnencntukan harga claya dukungnya
Jadi Diameter Minimurn dari Pondasi-Sumuran dapat ditulis dapat digunakan cara seperti ptrcla curu uttluk ntcnentukun tlovu
sebagai berikut : dttkurtg duri lupi.;crtt buturtrt ttyrhilu ntatrerimct lteban tlot'i
[]al ini dischabkan karcna luasan dari Pondasi-
portda.si-lung^!l/r/g.
o Sumuran yang rclativ cukup besar terhaclap kekar kekar dali
f ;1,a.2s f ;, (e.e) batuan nya. sehingga berbecla dengan tiarrg pancang yang nTcrniliki
kccil dari patla diarrieter untuk Pondasi-
cliarnctcr relativ lelrilr
i'pi Sttmtrrarr.
poncang. Perhitr.rngan daya dukung untuk tiang pancang yang
ujung nya terletak pada lapisan batuan dapat dilihat pada Bab
10.3.2. perihul Ponelu,yi Tiong yang Ujungnya diletalckan pada
Lapisan Batuan.
Tanah Ptotal
Lunak
6<50cm Tanah
Batuan
11,dan [, Lunak
I Ilrrrrr' ilrrrq
'l
Perhitungan untuk Daya Drrkrrng
Pondasi yarrg tcrlctitk putlu Lapisltt ll;rlrr :tn (l'ortl ll('ltin1,)
dultul ii,gttrttrktttt 1tt't'ltilun,g(ut unlttl tlt't tt ' I ttl, tt t rt' f 't tt lt t I t t t tt.1,
I; Ptotal l. Lapisan Batuan harus benar benar diketahui
kondisinya dari hasil penyelidikan lapangan tcrutama
mengenai type batuannya dan rongga rongganya.
2. Pada Lapisan Batuan Limestone, yang memiliki
banyak rongga rongga perlu ditctapkan elevasi dari
6>50cm Tanah setiap titik Ujung Pondasi yang dianggap cukup
Lunak mampu untuk mendukung beban pondasi.
J. Elevasi dari satu pondasi dengan pondasi yang lain
belurn tcntu sarra karena dirnungkinkan adanya
1-11-1t-.-t-.-a-+.-t
rongga rongga atau adanya dipping atau patahan pada
Perhitungan Daya Dukungnya
-- - lapisan batuan.
didasarkan atas kondisi dari kekar
U,']U'E, 4. Flarus dilakukan pula cck terhadap besarnya
kekar nya seperti pada BabS Gambar pcnurunan baik dengan perhitungan analitis maupun
8.1
dengan percobaan pembebanan terhadap lapisan
batuannya (namun perlu diingat bahwa percobaan
Gambar 9.9. : Pondasi-Sumuran Yang ujungnya pcmbebanan pada batuan sukar untuk sampai
terletak pada lapisan Batuan dengan 0 > 60 cm mencapai kcruntuhan).
5. ['larus mcmperhatikan pula kemungkinan adanya
patahan patahan dari lapisan pondasi batuan yang
dapat mengakibatkan timbulnya def-erential
Perhitungan daya dukung batuan pada Pondasi-Sumuran settlement diantara pondasi satu dcngan lainnya.
yang mernillki diameter besar (> 60 cm) seperti ini harus 6. Hal yang tidak kalah pentingnya pada permulaan
didasarkan atas kondisi dari Lapisan Batuan nya seperti halnya perencanaan penggunaan Pondasi-Sun-ruran adalah
pada pondasi langsung. Oleh karena itu perumusan pada Bab 8 Geology dari kondisi setcrnpat khususnya mengenai
dan Gambar 8.1 dapat digunakan sebagai acuan dalam intcnsitas genlpa.
menentukan daya dukung nya. g Dalam rnenentukan penggunaan Pondasi-Sumuran dan
xr
#. tnetrcntukan daya dLrkung nya, perlu diikuti alur atau langkah
Dengan dernikian, pada Pondasi-Sumuran dengan
Diameter Besar perlu dilakukan pengambilan contoh dari batuan
(core drilling) dengan melakukan penyelidikan tanah di lapangan
t langkah nya scperti terlihat pada skema Ciarnbar 9.l0 dibawah ini.
Cek terhadap :
1. Faktor Penurunan
2. Factor geologis
3. Faktor lingkungan (spt erosi, longsor dll
Gambar 9.A. Pondasi-Sumuran masuk
kedalam lapisan batuan
:itx,s{&&:
"
1. Menentukan pcrkiraan diametcr Pondasi-Sumuran (gunakan 6, : 509.55 tlm2 x 0.48
rurnusan 9.10)
rr
*) P.l;i,
Diambil harga diamctcr Pondasi (D) - 2.5 mt
7: Il 1-
2. Mcnghitung panjang l,l dengan mcnggunakan perumusan (9.7) Lt,
dimana tegangan diujung tiang pondasi : 0
O ! "*P 1
I
I
l*0.3+(l+0.3X07)
l.
3. Tentukan pula pada soal no2 diatas perkiraan harga kekuatan
lengket gesernya dan tentukan pula gaya tarik yang mampu
ditahan oleh pondasi tersebut apabila panjang "L" yang masuk
pada lapisan batuan 1.5 mt.
Apabila diketahui :
0.3, q all batuan : 20 kglcm2, sedang Tall nya: I k{cm2.
ErlEc = 0.5 Pondasi-Sumuran ini menerima beban vertikal sebesar 200 t
Poisson ratio rock = soil = 0.25
Diskusikan Pondasi-Sumuran pada batuan tersebut apabila
Qal lowable(rock)= 200 kgl cm2 diketahui sudut geser antara beton dan batuan dari test di
laboratorium - 40o. Uraikan pula diskusi anda apabila Pondasi-
6 allowable=4 kglcm? Sumuran tersebut tcrletak pada lapisan batuan.
&
2. Suatu batuan Sandstone yang tersementasi, dilakukan test
dengan Unconfined Compression Test memberikan hasil Qu: 180
kglct"n2.
daya dukung akibat ujung pondasi (Point Bearing) yang berada yang Masuk Kedalam Lapisan Batuan harus dilaksanakan dengan
dilapisan Batuan tersebut yang akan mendukung secara sistem Bor-Pile karena harus menembus Lapisan Batuan.
keseluruhan beban pondasi bangunan.
Besarnya Daya Dukung Ujung Tiang dari Lapisan
Bentuk dari Pondasi-Tiang pada Lapisan Batuan dapat Batuan untuk kedua sistcrn diatas adalah sama besarnya demikian
digarnbarkan scperti pada Gambar 10.1 dibawah ini. juga sistem perhitungannya. Namun dalarn sistem yang kedua
yaitu yang masuk kedalarn Lapisan Batuan akan ada penambahan
daya dukung dari gesekan antara Tiang dengan Batuannya. Cara
perhitungan Daya Dukung Cesekan ini telah dijelaskan pada Bab 9
diatas yaitu pada sistem Pondasi Sumuran (khususnya pada tsab
9.3.3).
el
Seperti dikctahui penggunaan Pondasi-Tianc dipilih
sebagai suatu konstruksi pondasi pada daerah yang memiliki
lapisan tanah keras / batuan yang cukup dalarn dari permukaan
tanah sedang beban bangunan tidak cukup mampu untuk didukung
oleh lapisan tanah diatasnya.
Panjang
Maxlmum 9eban Perkiraan
a. Flarus ada peyelidikan tanah yang intensif Tipe
Tiang
ilang
Umum-
Panjang pada beban Komentar
terhadap Lapisan Batuan yang akan dijadikan nve
Tiang Umumnya Maximum
lapisan pendukung pondasi. Baja 15-60 Secara 30-120t Disesua i ka n Keuntunqon :
b. Apabila Lapisan Batuan tersebut adalah lapisan mt Pra ktis dengan hasil a)Mudah diker:jakan
batu kapur (limestone) maka perlu Tidak
terbatas
perh itunga n b)Mampu menahan
tegangan tinggi
mernperhatikan .adanya rongga rongga sehingga c)Dapat menembus
penggunaan sistem pancang perlu dihindari Lapisan keras seperti
karena elevasi dari ujung tiang sangat tidak .': dense gravel , soft rock
4 d)Dapat mendukung
definitif dan satu sama lain tidak sama. t"
q beban berat
C. Sambungan tiang pada lapisan tanah lr-rnak Keruqion :
diatas Lapisan Batuan harus benar benar maurpu # a)Relatif Mahal
s b)Suara bising
mendukung gaya gaya horisontal tiang
c)Korosi
d. Stabilitas Lapisan Batuan harus benar bcrrar '{ d)Tiang H dpt rusak krn
dievaluasi khususnya pada daerah daerah yarrg lapisan keras.
memiliki banyak patahan patahan atarr lipirtrrrr
lipatan.
c. Pcrlr"r analisa ( icolotis klttrsrrsnvlr
sislcrrr lillrlrrsi tLrli I rrpis;rrr llrrlrnrrr rrr';r
r
Beton Precast : 30-3001 Keuntunaon : Kayu 10-15 30 mt 10 t 27r Keuntunqon :
-20
Pre-cast 10-15 30 mt 80-90t a)Dapat digunakan mt a)Ekonomis
mt pada pemancangan
b)Mudah dilaksanakan
Prestres 60 mt 750 - 850 t lapisan keras c)Dibawah muka air
s: b) Tahan thd Korosi
dapat tahan thd lapuk
10-35 c) Mudah dlkombinasi Keruaion :
mt dgn Bangunan Beton a)Mudah lapuk diatas
Keruaion : muka air
a)Kesulitan unt b)Dapat rusak krn
dipotong pemancangan pd
b)Sulit tanah keras
tra nsportasi nya. c)Daya dukung rendah
Dng 15 -40 mt 20-501 80t Keuntunqon : d)Tahanan thd beban
Casing mt a)Relatif murah tarik rendah apabila
(Beton b)Dpt dilakukan ada sambunsan.
dicor inspeksi sebelum
setem- pengecora n
pat I c)Mudah untuk
Untuk Pondasi-Tiang diatas Lapisan Batuan, .iarang
Cast in disa mbung
pl a ce) Keruqion : digunakan sistem pondosi dengan Kayu karena kekuatan dari
a)Sulit untuk kayunya yang relatif kecil dibandingkan dengan batuannya.
menyambung setelah
Penggunaan Beton Prec:asr (beton dengan di cor di pabrik) adalah
pe mbetona n.
b)Casing yg tipis dapat
ycmg paling sering digunakan karena unsur kepraktisan dan
rusak sewaktu pemass- mcmiliki daya dukung yang besar serta sesuai dengan kekuatan
nga n dari Lapisan Batuannya sendiri. Untuk penggunaau tiung baju,
Tnp 5-15 30-40 mt 30-50t 70r Keuntunqon :
sering dilakukan sebagai pilihan yang paling sesuai untuk daerah
Casing mt a)Ekonomis
(Beton b)Dpt diselesaika n pd daerah yang memiliki lapisan batu yang relatif dapat ditembus
d icor elevasi berapa -pun oleh pipa baja tersebut melalui pemancangan seperti pada batuan
setempa Keruqion :
lunak,limestone, batu karang dsb. Sebagai contoh didaerah pantai
t / Cast a)Dpt timbul ronga
in place) rongga apabila di cor yang berbatu karang, maka Pondasi-Tiang dengan pipa baja yang
secara tergesa -gesa. terbuka ujungnya (Opcn Pipe Piles) adalah pilihan yang paling
b)Sulit u/ sering untuk digunakan.
menyambung setelah
pembetona n.
c)Pd tanah lunak dpt
ter-jadi rongga pd
dinding lubang dan
terjadi rongga pd
beton.
r
Pondasi-Tiang, haruslah diketahui dahulu kondisi dari Lapisan Strcngth dari batuan
Batuan tcrscbut rr,clalui test di lapangan lnaupun di laboratorium.
:!.vv ( 10.2)
5
r
Untuk menghitung Daya Dukung Ujurng Tiang yang d. Tekanan Samping (Confining Pressure) yang terjadi
diijinkan pada Pondasi-Tiang, dapat digunakan angka keamanan disekitar Daerah-A yaitu di Daerah-B sebesar p,
sebesar 3.
dapat ditentukan dari hasil test Unconfined pada
Perumusan (10.1) diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: batuan di laboratorium yang digambarkan dalam
lingkaran Mohr nya.
a. Terjadinya keruntuhan dan keretakan batuan di Dasar Dari tekanan P o tersebut yang merupakan harga
Ujung Pondasi terjadi lebih dahulu sebelum rnenjalar
kcarah horisontal scperti tampak pada gambar 10.2. terendah untuk Daerah-A scbagai 03 dan harga Ol
dibawah. nya merupakan Harga Kemntuhan dari batuan pada
b. Kekuatan dari batuan yang mengalami keretakan di test Triaxial, schingga dapat digarnbarkan lingkaran
Dasar Ujung Pondasi ini dapat digambarkan dalam Mohr kedua untuk Daerah-A ini.
bentuk Lingkaran Mohr dan Bidang Singgung Runtuh f. Dari hasil test Triaxial diatas , maka harga Daya
(envclope) seperti Daerah-A Gambar 10 2. Dukung dari batuan dapat ditentukan. Atau digunakan
c. Sementara itu, batuan disekitar Daerah-A hanya perumusan seperti diatas dengan sedikit catatan
mengalami sedikit keretakan atau dapat disebut di bahwa Massa Batuan memiliki harga Sudut Geser
Daerah-B memiliki bentuk Bidang Singgung Runtuh Dalam du, (Unconfined Compressive Strength)
(cnvelope) seperti pada Cambar 10.2. sehingga dapat Q,,
dibcdakan antara kcdua Bidang Singgung Runtuh yang Konstan.
tersebut. , o
b' Sebagai tambahan dari penjelasan diatas yaitu bahwa
pada Pondasi-Tiang yang merupakan Pondasi-Dalam,
Bd Singgung Runtuh untuk Keruntuhan Tanah di Ujung Tiang pada umumnya
Kekuatan massa batuan
adalah keruntuhan Ponsen (Punching Mode) (Braja
(daerah B)
M.Das hal 444) dengan model keruntuhan dapat
..:
-c1:
digambarkan seperti pada Gambar 10.3.
..:
I
I
I
Gambar ,0. ,. On"f,r,s Daya Dukung ,'l
Gambar 10.3. : Keruntuhan tanah di ujung tiang (Pile
'
Ujung Tiang pada Marsa Batuan Tip) dengan tipe Ponsen (dari Braia M Das,1980)
Pada kondisi ini, tanah diujung tiang yaitu di Zone I
di Ujung Tiang terdorong
(Zone segi tiga) terbentuk
kebawah dan tidak terbentuk bidang longsornya.
Pada Sandstone atau pada Batuan Lunak terdapat
daerah geser radial atau Zone ll yang merupakan
Keruntuhan Bidang Geser Longsor yang membentuk
retakan retakan yang mengarah kebawah seperti pada
Garnbar 10.2.
^l-Sr -S:-S:
( 10.3)
Penjelasan untuk menentukan besaran dari masing masing
penurunan diatas dapat disarnpaikan sebagai berikut :
Menentukan harga 5, :
g, adalah penurunan dari Material Tiang Pondasi.
Apabila diasumsikan bahwa material dari tiang adalah
5, adalah penurunan dari Lapisan Batuan diUjung Tiang clastis, maka Deformasi dari Tiang Pondasi dapat dievaluasi
akibat beban dengan menggunakan persamaan dari mekanika bahan sebagai
berikut :
8,, : Young's Modulus dari Material Tiang Dimana f) adalah diameter Tiang Pondasi
Ie I
fl,adalah Young's Modulus dari Batuan diUjung Tiang
I ,,,,adalah
"influence factor" untuk Tiang Bulat dan
Namun demikian tetap perlu untuk diketahui karena 1. Apabila diketahui suatu tiang precast yang dipancang dengan
apabila penuntnan patla Lapi,san Batuan cukup besar, makrt Panjang 12 mt mencapai Lapisan Batuan (Sandstone) dengan
Tegangan Geser qntara Tiang dan Tanah akan hekerja penuh. diameter tiang 40 cm. Diketahui bahwa y dry batuan: 1.68 Vm3
dan sudut geser dalamnya : 35o. Beban yang didukung: 33.8 t
Perumusan untuk 53 ini dapat dituliskan sebagai berikut :
dengan pembagian 70% didukung oleh geseran (friction) dan30%
didukung oleh ujung tiang. Modulus Elastisitas beton tiang : 9.2
* 10^6 KglcffA sedang Modulus Elastisitas Batuan : 300 kglcm2
dan Poisson's Ratio : 0.3. Tentukan Besarnya penurunan elastis
dari tiang pancang tersebut.
t,=l#l*r' -F',)r., ( 10.6)
} Seperti pada soal no:l diatas, namun gesekan antaru tiang
dengan tanah tidak diperhitungkan dianggap bahwa tanah tersebut
sangat lunak. Uraikan pendapat saudara, dan perhitungkan daya
dukung batuannya.
3. Seperti pada soal no 2 diatas , apabila Lapisan Batuan
sandstone tersebut tidak mampu mendukung, maka tiang
Dimana p adalah Keliling Lingkaran dari penampang tiang
dimasukkan kedalam Lapisan Batuan dengan menggunakan sistem
Bor pile (sumuran) tentukan demensi demensinya.
L adalah Panjang Tiang Pondasi 4. Suatu tiang pangcang beton sepefti
pada gambar , qiung tiang nya
terletak pada lapisan tanah keras
_/,,, adalah "lnfluence Factor" dapat dihitung dari (sand stone) sedang lapisan soft
persamaan sbb :
claynya dianggap tidak menerima
beban tiang pancang.
Apabila diketahui data tiang &
L sand stone sbb.:
f *,= 2+0.35 (r0.7)
b
D tiangfi} cm
Obeton :400kglcm2
i
q Qu sand stone: 250kglcm2
(p sand stone:35'
Er: 300.000 kN/m2
Poisson ratio rock = 0.20
rock (sand stone)
Tcntr.rkan : 1. Daya dukung tiang ijin apabila friction dari soft clay
diabaikan
l. 'l.cntukan settlement akibat dari ujung tiang pada sand
sl(nlcnyil sa.ja (clastis scttlcrncnt)
BAB 11 : STABILITAS.TALUD-
GALIAN PADA BATUAN
ff
keruntuhan pada Talud-Batuan dapat dibagi menjadi 3(tiga) tipe
keruntuhan yaitu :
Untuk keruntuhan seperti pada tipe no 2 yoily Toppling Gambar 11.1.b. : Beberapa contoh r
adalah rnodel keruntuhan yang pernah dijelaskan pada bab keruntuhan tebing karena "Pelapukan Lokal"
terdahulu (Garnbar 3.2.) & Garnbar I l.l.a.
Sedang untuk keruntuhan seperti pada tipe no 3 .y,uitu Dalam membicarakan Mekanisme Keruntuhan dari Tipe
Localized Sloughing merupakan keruntuhan yang tcrjacli pacla Keruntuhan Geser dengan Gambar 11.2 dibawah, maka Model
Batu yang Runtuh dari Atas atau yang disebut "Batu Jatr.rh' yang keruntuhan dengan Blok Tunggal Batuan pada suatu bidang
sebagian besar disebabkan oleh adanya Pelapukan padir butuarr. miring yang akan diuraikan lebih lanjut disini khususnya untuk
Adanya Pcmbasahan (Wetting) dan Pcngcringarr (Dryins) ylrrs Keruntuhan Bidang Tunggal (Plane Failure) ( Gambar ll.2.a.)
terjadi secara berulang ulturg, nraka akurr tcr iltli l'cllptrlilrr rLrrr
E,rosi. dan akhiruya tcrjadi dcgnttlltsi. I)lt'i kerlrrrr kt'r'tutlrrlrrrr irri
clapat cliilustrasil<ittt scpclti plrtLt ( irrrrtlrrrr I I I lr
Keruntuhan Bidang Tunggal ini dapat dikatakan sebagai
dasar dari perhitungan kelongsoran pada talud. Disamping itu,
mekanisme keruntuhan dari suatu talud dapat dikatakan sebagai
suatt keruntuhan yang sangat kompleks sehingga perlu diuraikan
tersendiri. Untuk itu maka keruntuhan yang lainnya akan
dijelaskan pada buku lain.yang khusus mengenai kelongsoran
(a (b) Talud-Batuan.
--t-'
f>:.:47
/.f2-J,-,--'--'-
- -=\ /
' --/- ./ -/--
(c (d)
il
y Keruntuhan Bidang Tunggal (Plane Failure) seperti
tampak pada seketsa Gambar 11.3 dibawah ini. Keruntuhan
Bidang Tunggal terjadi apabila secara geologis ada Diskontinuitas
berbentuk bidang yang merupakan "Bedding Plane" dengan arah
Strike nya sejajar dengan permukaan Bidang Talud-Galian
(f)
(e) (Dipping) nya. Sudut dari Dipping nya lebih besar dari Sudut
Geser Diskontinuitas nya.
Bidane Talud
i
:
a) Talud yang memiliki Retakan Tarik (Tension a) Potongan Bidang Longsor dan Retakan Tarik sejajar
Crack) di Permukaan Atas Talud-nya dan dengan Permukaan Talud
b) Talud yang memiliki Retakan Tarik (Tension b) Retakan Tarik adalah vertikal dan terisi oleh air
Crack) di Permukaan Talud-nya sampai kedalaman Zw
Kedua kondisi diatas dapat dilihat pada Gambar 1 1.5 dibawah. c) Air masuk dipermukaan Bidang Longsor melalui
Retakan Tarik dengan tekanan atmosfir seperti
tampak pada Gambar I1.5.
d) Gaya W (berat dari blok batuan yang longsor),
gaya U (gaya angkat akibat tekanan air dari
Retakan Tarik) dan gaya V (gaya dari tekanan air
di Retakan Tarik) bekerja melalui titik berat dari
Massa Batuan yang longsor. Diarlikan disini bahwa
tidak ada momen yang bekerja akibat dari gaya gaya
tersebut yang dapat mengakibatkan terjadinya rotasi.
Terjadinya momen disini dapat dianggap kecil
s eh ingga dapat dihilangkan
SF=
CA+(W cosw -U -V snytp)t*q
W snyry +V cosytp
A:(H*Z)cosecpp (1 1.3)
b
0.6
.9
a
L
U:%\w Zw(H-Z)cosecpp (1 1.4)
0.5
ll
L
; 0.q v:%\w Zw2 (11.s)
;
E
I o.l Untuk Retak - Tarik pada Permukaan Atas Talud :
6 o.r
Untuk Retak - Tarik pada Permukaan Talud n),a :
E
; W = %y H' {(I * (Z IH) \[p (cot tflp tan t{f *
'z) cot 1}
0
30 lo 50 50 70 80
( I 1.7)
5lope face ang le rf t - degrees
Apabila dimensi dari penampang batuan dapat
ditentukan, dan ketinggian air di Retak-Tarikan diketahui pula,
o ((t - Q/H)2)cotgp - cot,11)sin9, maka harga Angka-Keamanan (SF) dapat dengan mudah dihitung.
-
,, ,(l - ,/l{) Namun pada realitas dilapangan, harga harga tersebut sering
qhere z/11 - | /6t0f , Ta",l,p (see page merupakan harga yang memiliki rentang termasuk juga adanya
pengaruh perbedaan harga kekuatan gesernya. Untuk itu, Hoek &
Bray memberikan solusi dengan membuat rumusan di (11.2)
menjadi lebih sederhana dan tanpa dimensi, sebagai berikut :
Gambar 11.8.b. : Tegangan Normal yang bekerja pada Bidang Longsor w - R(P+ s)}tanp
di Talud-Batuan (Hoek&Bray, 1981) SF=
?% ,1r+ {Qcot
(r
Q + R.S cotw
Dimana , p:(-%)*secw (11.e)
Z
s=k
Z H
.stnw (l l.l3)
Jawab:
Garis putus putus disunakan untuk
l.) HargaZlH:17 134=0.5
2.) Menentukan harga
!'P"
& "Q" dengan
menggunakan grafik pada Gambar 11.9.a & c.
0.5 Didapat harga P: 1.0 & Q:0.36
0.4 0.Ii 3.) Harga "R" dihitung dari persamaan (11.12) &
harga "S" dari Grafik pada Gambar ll.9.b.
0.3 0.3 Kedua duanya ditentukan harganya untuk
0.2 ZwlZdengan rentang harga antar 0 s/d 1.0 dan
ditabelkan sbb. :
1.0 0.5 0
r0 20 30
i
Tentukan tinggi air (Zw) pada saat akan terjadi kelongsoran (SF=1.0)
1.0
!\ rof :75" drock : 2.0 grlcc
l\ i.
0.9
i
,* op:40" Crock : 6kglcm2
0.8
i\
!
ilt
#
d
H - 8.0 mt <prock :35'
I
* Z :3.00 mt (pd. Beding plane)
v
0.7
o'5
I
:i:
o.ss
Tentukan tinggi air (Zw) pada saat akan terjadi kelongsoran (SF:l.0)
Zw lZ
8.) Ketinggian air pada batas sebelurn
kelongsoran adalah;
Zw I Z- 0.65 atau dibawah harga
akan terjadi kelongsoran.
r
3. Dari pqtafiyaanpada soal no I diatas , uraikan gaya gaya yang
bekerja pada blok batuan dan berapa pula harga gaya geser
antara batuan pada bidang longsornya ?
D
Daya dukung G
Perkiraan tanah & batuan 121, Ceneral Shear (lihat "Failure")
Perkiraan dengan RQD 1.66 Geser (Shear) 130
Perumusan Pondasi Langsung 151 - 160 Geser Test 46
Pondasi Bor-Pile 229
Pondasi langsung L49
Pondasi langsung pada Tebing 1.61. - 1.64 H
Pondasi Sumuran 196 Hummer test 49, 50
Pondasi Tiang 229
PondasiTiangPancang 220
Deformasi 129, 133, 134, 1.67 I
Igneous Rock 3
Delatansi 64
Index Qualitas Keretakan (Derajat retakan) 32
Densitas 21,, 23, 29
lntack Rock 77
Deviatoric Stress 58
Inti Batuan (Rock core) 19-1,
Dial Gauge 56
Dipping 126
Diskontinuitas 34, 126,'1,60
Bedding 34
I
Fault 34
Joint 34
Fissured 34
Foliation 34
K
Fracture 34
Karst 1,1,4
Joint 34
Kekakuan Geser (Shear Stiffness) 136
Kekar 34
Kekakuan Normal 139
DisplismenTangensial 137 Kekar 34,136
Drilling mud 195 Kekar Terbuka -t51
Durabilitas 28,29 Kekar Tertutup 151
Kekuatan Geser (Shear Strength) 47
Kekuatan Lengket (Bond strength) 202,203
E Kt:longsoran (lihat juga Keruntuhan)
Elastisitas 136
Ilt'r'st'tnrt'n 242
l'otttl,tri lrtl li,rttr.tp 40
l'rrn1',1i,rl .'.1.'
Kerak Bumi (Crust) 5 N
Keruntuhan Bidang Tunggal (Plane-Failure) 242, 243 Normal Stiffness (Kt'k,rkrr,rrr Norrnal) 139
Keruntuhan Geser (Sliding) 240 Non-Deviatoric Strt'ss 5l'i
Keuntungan & Kekurangan
Beberapa Tipe Pondasi Tiang 225
Pondasi Sumuran 193,194 o
Pondasi Tiang 223 Organis 1,6,17
Kimia batuan 6
Klasifikasi batuan 14
Klasifikasi retakan 33 E
Klastik 15-18 Patahan 115
Koefisien Gesek 234 Pecahnyabatu 39
Konduktivitas 25 Pelapukan Profil [J
Konsolidasi 133 Penurunan (Settlerncn t)
-197
Kristalin 15 - 18 Pondasi Sunrurirn
Pondasi Tiar.rg 232
Permiabilitas 19, 21
L Perumusan Poncla-rsi langsung 151, -1,60
Lapisan bumi 5 Pier Socketed on rock 118,119
Lateral strain 64, 56 Plate Loading Test 128
Lengket (Bond) 202 Point load Test 26, 4L, 47, 48
Lentur test (Flexure Test) 46 Poisson's Ratio 44, 56, 113,128,138,139
Local Shear (lihat : "Fa7lure") Pondasi
Bor-Pile 221
Fleksibel 170
M Kaku 173
Massa Batuan Kedalaman Pondasi Batuan 174
Berkekar (Jointed Rock Mass) 34,1.51. - 152 Langsung / Langsung / Shallow 116,150
Berlapis (Layered Rock Mass) 34,1.53 Strauss 190
Dengan Retak Retak (Fractured Rock Mass) 34,154 Sumuran (Pier, Caisson) 119,190
Utuh (Intact Rock Mass) 34, 77, 1.51. Tiang 117,220,221
Model Keruntuhan 150 Tiang Pancang 21,9, 220
Moderatly Jointed Rock 77 Pons (Punching) 131
Modulus Deformasi 141, 142 Porositas 20
Modulus Deformasi Permanen 144 Prandtl 40
Modulus Elastisitas 128, 138, 141, 142
Modulus Geser 139
Modulus Ratio 143 a
Mohr-Coulomb. 70 -72 (Jrr.rlit,rs li.rtrran (RQD) 78
{
B Topplrx,9 39,247
Rapuh menjadi lentur (Bdttle to Ductile) 68 Triaxial Compression tcst 41, 44
Reganganaxial 55-57
Regangan Isi (shain Volume) 5Z 64
Reganganlateral 55-57 U
Regangan Normal 55 Unconfined Compression StrengthTest ( UCS) 41, - 44, 50,57,77,
RetalanTarik 246 72,143,204
Ringshear Test 41, 42, 46
RQD 78
v
Volurnetdc shain (llegangan Isi) 57, 64
I
Sedimentary Rock 1
Seamy Rock 77 W
Sesar 115 Wave Velocity (Kecepatan Gelombang) 31
Sheai 130 Weathering @elapukan) 1,8
Siklis Batuan 2 Wedge Slide (Kelongsoran Bersegmen) 242
Sinlline 8
Sltdi^g 244
Socketed 118,119,191,199 X
Sonicvelocity 30-33
Sower's 40
Spicific Gravity 22 Y
Spiltting tension (Brazillian) Test 41, 42, 45 Young's Modulus 65
Squeezing Rock 77
Stabilitas Talud 239
Strain gauge 56 z
Stratified Rock 77
Swelling 133
Swelling Rock 77
T
Talud 239
Tarikan langsung (direct tension) 38 ,i
Tebing 1,61, i.
Ic-
Tegangan Deviatoric 59 *
v
Tegangan Ceser (shear) 39, 47
Tegangan Lentttr (flextrrrt') 3li, .lr,
'li'gang,rrr Notttlt'vi,rlorit 5t) s
n
Dr.7o^/; P*,*Ai*
Pcnulis tt'lirlr purntr Tugas dari Dosen ITS Jurusan
Tckrrik Sipil st.jak 2010 dan saat ini masih sebagai
Doscr-r luar biirsa untuk mata kuliah Mekanika
Batuan tlarr irgu sebagai staf Laboratorium
Mckanika'l'.rnah & Batuan ITS. Sebelum di ITS
Pcnu l is arlalah staf teknik di-Laboratorium Tanah
& Jalan l'U Bina Marga Prop Jatim (1969 - 1974).
Merryt'lcsaikan studi 52 di University of
Wist'onsir-r Madison USA, 1984, di bidang
Geoteknik. Pernal-r nrt'ni.rbat sebagai Ketua Jurusan T.Sipil ITS,
kemudian sebagai Dt'kan IrTSP-ITS dan terakhir menjabat sebagai
Pembantu Rektor I I - l'l'S.