Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENGARUH DENATURASI DAN INHIBITOR


TERHADAP KINERJA ENZIM UREASE

KELOMPOK 9
FARMASI C
1. RIFQI SANDI NUGROHO (201710410311024)
2. NAHDHIYYATUT DHIYA (201710410311047)
3. ZHARIFAH HUSNASHIRAH (201710410311078)
4. SALSABILA OKTAVIA ISTANTO (201710410311104)
5. ARRIZKY NADYA MEIGAWATI (201710410311217)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
2019
I. TUJUAN
Memahami pengaruh denaturasi dan keberadaan inhibitor terhadap kinerja enzim urease.

II. DASAR TEORI


Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal
yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk.
Jenis produk yang akan dihasilkan tergantung pada suatu kondisi atau zat yang disebut promoter.
Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam
suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Enzim berperan dalam mengubah laju reaksi, sehingga kecepatan reaksi yang dihasilkan
dapat dijadikan keukuran keaktifan enzim. Enzim hanya dapat bereaksi pada pH dan temperature
tertentu. Karena enzim adalah protein, maka enzim dalam pakan rentan terdenaturasi atau rusak
oleh enzim pencernaan atau sesuatu yang dapat mengubah struktur enzim. Enzim adalah
katalisator organik yang dihasilkan oleh sel hidup. Katalisator adalah substansi yang dapat
merubah kecepatan reaksi kimiawi tetapi tidak merubah hasil reaksi. Ciri yang khas dari enzim
ditandai oleh adanya spesifikasi untuk substrat yang mirip secara biologis. Cara kerja dari enzim
ini sendiri sangat tergantung dari suhu serta lamanya waktu reaksi yang diberikan.
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup. Sekarang,
kira-kira lebih dari 2000 enzim telah teridentifikasi, yang masing-masing berfungsi sebagai
katalisator reaksi kimia dalam sistem hidup. Enzim Amilase adalah suatu komponen yang sangat
penting saat proses pencernaan makanan. Tanpa adanya enzim ini karbohidrat yang kita konsumsi
tidak akan bisa merubah menjadi gula yang nanti pada akhirnya diubah menjadi ATP yang sangat
penting dalam metabolisme makhluk hidup.
Cara kerja enzim dipengaruhi oleh seberapa factor, terutama adalah substrat, suhu, pH,
kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang
berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu
atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami
kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga
dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim,
sedangkan activator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim.
Enzim urease disebut juga urea amidohidrolases. Enzim urease merupakan enzim yang
mengkatalis hidrolisis dari urea menjadi karbon dioksida dan ammonia. Enzim urease juga terdapat
pada beberapa jaringan binatang dan pencernaan mikroorganisme. Urea merupakan salah satu
sumber nitrogen non- protein (NPN) yang umum digunakan adalah urea. Urea dibuat dengan jalan
mereaksikan ammonia dan karbondioksida (Fardiaz, 1992). Urea merupakan sumber amoniak dari
senyawa spesifik, kandungan urea yang tinggi akan dirombak menjadi basa menguap oleh aktivitas
bakteri. Tingginya kandungan urea akan membentuk sejumlah besar amoniak yang mempengaruhi
kenormalan kandungan total volatile basa. Selama penyimpanan, jumlah amoniak yang terbentuk
relatif tidak dipengaruhi oleh suhu
III. PRINSIP REAKSI BIOKIMIA
Enzim ini menguraikan ureum menjadi ammonium karbonat. Ammonium karbonat, karena
sifatnya yang alkalis, dapat dideteksi dengan menggunakan indikator phenolphtalein, yang
memiliki rentang pH sebagai berikut :
8,3 10

Tak berwarna Merah


Urease
(NH2)CO + 2 H2O ------------- (NH4)2 CO3
Ureum
Kerja enzim urease akan ,mengakibatkan perubahan pH larutan yang dapat dideteksi dengan
timbulnya warna tertentu di dalam larutan.
IV. ALAT DAN REAGENSIA
Alat
- Hot plate
- Pipet
- Beaker Glass
- Tabung reaksi
- Stopwatch
Reagensia
- Larutan ureum
- Indikator phenolphtalein
- Larutan urease (Susu kedelai segar dan lama)
- Larutan Sublimat
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Disiapkan 6 tabung reaksi, diberi tanda A, B, C, A1, B1 dan C1 pada setiap tabungnya.
2. Diisi masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan ureum
3. Di tambahkan ke dalam tabung A dan A1 1 tetes indikator phenolphtalein 2% dan kemudian 1
ml larutan urease segar ke tabung A dan larutan urease lama ke tabung A1. Perhatikan warna
larutan yang timbul dan jelaskan mengapa demikian.
4. Ditambahkan ke dalam tabung B dan B1 1 tetes indikator phenolphtalein 2% dan kemudian 1
ml larutan urease tetapi dengan lebih dulu memanaskan 1 ml larutan urease segar dan lama sampai
mendidih di atas hotplate kemudian didinginkan. Perhatikan apa yang akan terjadi dan jelaskan
mengapa demikian.
5. Ditambahkan ke dalam tabung C dan C1 1 tetes indikator phenolphtalein 2% dan kemudian 1
ml larutan urease segar dan lama tetapi dengan lebih dulu menambahkan 1 tetes larutan sublimat
ke dalam 1 ml larutan urease yang akan dipakai. Perhatikan apa yang akan terjadi dan jelaskan
mengapa demikian.
VI. BAGAN ALIR PROSEDUR PERCOBAAN

Disiapkan 6 tabung reaksi, diberi tanda A, B, C, A1, B1 dan C1 pada setiap


tabungnya

Diisi masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan ureum

Di tambahkan ke dalam tabung A dan A1 1 tetes indikator phenolphtalein 2% dan


kemudian 1 ml larutan urease segar ke dalam tabung A dan larutan urease lama ke
tabung A1. Perhatikan warna larutan yang timbul dan jelaskan mengapa demikian.

Ditambahkan ke dalam tabung B dan B1 1 tetes indikator phenolphtalein 2% dan


kemudian 1 ml larutan urease tetapi dengan lebih dulu memanaskan 1 ml larutan
urease segar dan lama sampai mendidih di atas hotplate kemudian didinginkan.
Perhatikan apa yang akan terjadi dan jelaskan mengapa demikian.

Ditambahkan ke dalam tabung C dan C1 1 tetes indikator phenolphtalein 2% dan


kemudian 1 ml larutan urease segar dan lama tetapi dengan lebih dulu
menambahkan 1 tetes larutan sublimat ke dalam 1 ml larutan urease yang akan
dipakai. Perhatikan apa yang akan terjadi dan jelaskan mengapa demikian.
VII. HASIL PENGAMATAN
VIII. PEMBAHASAN
Pada Praktikum kali ini digunakan enzim urease. Enzim urease itu sendiri merupakan enzim
yang mengkatalis hidrolisis dari urea menjadi karbon dioksida dan ammonia. Ureases adalah
sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat tinggi.
Karakteristiknya yaitu pH optimum 7,4 suhu optimum 64 celcius dengan spesifikasi enzimatis :
urea dan hidroksi urea.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah phenolphthalein sebagai indicator.
Indicator ini bekerja pada suasana basa sehingga dapat memberikan suatu perubahan warna yaitu
merah dan juga untuk mengetahui seberpa banyak produk yang dihasilkan oleh enzim urease yang
berikatan dengan substratnya (ureum) sehingga menghasilkan produk ammonium karbonat. Pada
praktikum ini juga digunakan inhibitor HgCl2, inhibitor ini merupakan inhibitor non-kompetitif
yang memiliki sifat irreversible.
Pada percobaan ini, digunakan 6 tabung. Dimana tabung yang bertanda A berisi 5 ml larutan
ureum 1 %, 3 tetes indicator phenolphthalein 2 % dan 1 ml larutan urease segar sedangkan tabung
A1 dengan larutan urease lama. Pada tabung A dan A1, warna larutan yang awalnya putih menjadi
merah muda. Hal ini dikarenakan enzim urease dan substratnya yaitu ureum telah bereaksi dan
menghasilkan produk yaitu ammonium karbonat yang memberikan suasana basa sehingga
indicator phenolphthalein dapat bekerja atau bereaksi dan memberikan warna merah muda.
Pada Tabung B berisi 5 ml larutan ureum 1 %, 3 tetes indicator phenolphthalein 2 % dan 1 ml
larutan urease segar serta B1 dengan larutan urease lama yang sudah dipanaskan sampai mendidih.
Pada tabung B dan B1, warna larutan yang awalnya putih tetap menjadi putih. Hal ini dikarenakan
adanya perlakuan pada substrat yang dipanaskan sampai mendidih. Pemanasan substrat ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada substrat sehingga apabila substrat rusak maka tidak akan bias
berikatan dengan enzim yang kemudian tidak akan terbentuk suatu produk. Sehingga pada tabung
ini indicator phenolphthalein tidak dapat bekerja dan tidak menimbulkan warna merah muda.
Pada Tabung C berisi 5 ml larutan ureum 1 %, 3 tetes indicator phenolphthalein 2 %, 1 ml
larutan urease segar , dan 1 tetes inhibitor yaitu HgCl2 sedangkan pada tabung C1 dengan larutan
urase lama jumlah yang sama. Pada tabung C dan C1, warna larutan yang awalnya putih tetap
menjadi putih. Hal ini dikarenakan adanya inhibitor yang ditambahankan, inhibitor ini merupakan
inhibitor non-kompetitif yang bersifat irreversible. Enzim menjadi tidak aktif ketika inhibitor
terikat walau enzim mengikat substrat, sehingga inhibitor ini mengurangi konsentrasi enzim yang
aktif dengan demikian maka reaksi kimia anatara enzim dengan substrat akan sulit terjadi dan juga
akan mengakibatkan tidak adanya suatu produk yang terbentuk. Jika suatu produk tidak terbentuk
maka tidak ada suasana basa juga, sehingga pada tabung ini indicator phenolphthalein tidak dapat
bekerja dan tidak menimbulkan warna merah muda.

VII. KESIMPULAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh denaturasi dan keberadaan inhibitor
terhadap kinerja enzim urase. Pada praktikum kali ini, larutan ureum ditambahkan dengan
indicator PP. Penambahan indikator PP berfungsi sebagai indikasi adanya enzim urase dan zat
yang dikatalis karena enzim urase bersifat basa (alkali) sehingga warna dapat berubah menjadi
merah muda. Pada praktikum ini enzim diberlakukan dengan tiga perlakuan, yatu pada suhu
normal, dengan pemanasan, serta dengan penambahan inhibitor. Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa pada tabung A dan A1 mengalami reaksi enzimatik yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah muda karena indicator phenolphthalein yang dapat bereaksi pada
suasana basa, sedangkan pada tabung B,B1, C dan C1 tidak mengalami reaksi enzimatik karena
pada tabung B dan B1 mengalami kerusakan substrat karena pemanasan pada suhu tinggi hingga
mendidih. Pada tabung C dan C1 tidak mengalami reaksi enzimatik karena penambahan inhibitor
yang menghambat enzim dan substrat membentuk suatu produk. Enzim dapat bekerja dengan baik
pada suhu dan pH optimalnya tanpa adanya inhibitor.
IX. PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi hidrolisis ureum menjadi ammonium karbonat yang dikatalisis enzim urease!
2. Apa yang dimaksud dengan denaturasi enzim? Sebutkan factor-factor yang menyebabkan
denaturasi enzim!
3. Termasuk ke dalam kelompok inhibitor apakah larutan sublimat? Jelaskan mekanismenya dalam
menghambat kinerja enzim!

JAWABAN
1. Urease
(NH2)CO + 2 H2O ------------- (NH4)2 CO3
Ureum
2. Denaturasi adalah suatu perubahan atau modiikasi terhadap struktur sekunder, tersier,dan
kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan peptida. Denaturasi protein
dapat juga diartikan sebagai kerusakan struktur sekunder dan tersier protein akibatterpecahnya
ikatan hidrogen , interaksi hidrofobik atau ikatan disulfida. Reaksi denaturasitidak mampu
memutuskan ikatan peptida sehingga struktur primer molekul protein tidakmengalami kerusakan
(Winarno,2006).
Bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah, maka dikatakan protein
ini terdenaturasi. Ada dua macam denaturasi, pengembangan rantai peptida dan pemecahan
protein menjadi unit lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul. Yang pertama kali terjadi
pada pengembangan polipeptida, sedangkan yang kedua terjadi pada bagian molekul yang
bergabung dalam ikatan sekunder (Winarno,2006).
Faktor – faktor Penyebab :
Denaturasi protein dapat terjadi dengan berbagai macam perlakuan, antara lain
dengan perlakuan panas, pH, garam,dan tegangan permukaan. Denaturasi protein merupakan suatu
keadaan dimana protein mengalami perubahan atau perusakan struktur sekunder, tersier dan
kuartenernya. Denaturasi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
pemanasan,suasana asam atau basa yang ekstrim, kation logam berat dan penambahan garam
jenuh (Purnomo,2007 ).

3.
X. DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan Lanjut. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor : Institut Pertanian
Bogor
Purnomo, H. 2007. Studi tentang Stabilitas Protein dan Dendeng Selama Penyimpanan.
Winarno, F. G. 2006. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai