Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan 

      

Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah ciri
suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja
terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai
substratnya. Tetapi, ada juga enzim yang bekerja terhadap lebih dari satu substrat, namun
enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu. Fungsi suatu enzim adalah sebagai
katalis untuk proses biokimia yang terjadi di dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim
dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut
dilakukan tanpa katalis. Jadi, enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien,
disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu suhu; pH dan keasaman; konsentrasi substrat, enzim, dan kofaktor;
inhibitor enzim; serta toksik enzim. Karena enzim adalah protein, maka enzim dalam pakan
yang rentan terdenaturasi atau rusak oleh enzim pencernaan atau sesuatu yang dapat
mengubah struktur enzim terutama suhu panas.
Umumnya enzim mengalami denaturasi pada suhu diatas 50oC. Enzim urease merupakan
enzim yang menguraikan urea menjadi ammonia dan karbondioksida. Ureum adalah produk
limbah dari pemecahan protein dalam tubuh. Siklus urea (disebut juga siklus ornithine)
adalah reaksi pengubahan ammonia (NH3) menjadi urea (CO(NH2)2) (Weiner D, et. al.
2015 dalam Loho, dkk., 2016). Sehingga ureum pada praktikum ini digunakan sebagai
substrat.
Phenolphtalein merupakan pewarna yang berperan sebagai indikator asam – basa
sintetik yang memiliki rentang pH antara 8,3 – 10,00. Phenolphtalein termasuk jenis
indikator tunggal asam – basa. Pada larutan asam dan netral, Phenolphtalein tidak
berwarna. Sedangkan bila dicampurkan dengan larutan basa, warna nya akan berubah
menjadi merah. Phenolpthtalein sering digunakan untuk indikator dalam titrasi asam-basa.
Pada percobaan ini digunakan 3 tabung reaksi yang masing-masing diberi label A, B, dan C
serta diberi perlakuan yang berbeda-beda pada masing-masing tabung.
Pada tabung A, dimasukkan dengan 5 ml ureum 1% yang telah diencerkan ditambah 1
tetes indikator phenolphtalein 2 % dan 1 ml susu kedelai mentah. Hasil larutan dapat
menunjukkan warna merah  muda karena enzim menunjukkan reaksi positif yaitu bekerja
menguraikan ureum menjadi amonium karbonat yang bersifat basa/alkalis, sehingga apabila
diuji dengan indikator phenolphtalein akan menunjukkan warna merah muda yang artinya pH
berkisar antara 8,3-10,0 (basa/alkalis)
Pada tabung B, dimasukkan dengan 5 ml ureum 1% yang telah diencerkan ditambah
1 tetes indikator 2 % phenolphtalein dan 1 ml susu kedelai yang telah dipanaskan. Hasil
larutan setelah didiamkan selama 10 menit berwarna merah muda pudar, karena enzim yang
menguraikan ureum menjadi amonium karbonat tidak berfungsi dengan baik, hal ini
dikarenakan enzim yang bertindak sebagai mediator telah rusak/denaturasi pada suhu tinggi.
Selain itu, terjadinya sedikit perubahan warna menjadi merah muda pudar juga diduga karena
pada saat pemanasan enzim tidak dilakukan pengadukan dengan baik sehingga masih
terdapat enzim yang belum mengalami kerusakan/denaturasi yang menyebabkan timbulnya
reaksi positif walaupun hanya sedikit dan perubahan warnanya tidak sampai seperti pada
tabung A

Pada tabung C, dimasukkan dengan 5 ml ureum 1% yang telah diencerkan ditambah 1


tetes indikator phenolphtalein 2 % dan 1 ml susu kedelai kemudian ditambahkan 1 tetes
larutan sublimat(Hgcl). Hasil larutan setelah didiamkan 10 menit menunjukkan warna putih
karena enzim tidak bekerja disebabkan penambahan inhibitor sublimat. Hal ini dikarenakan
amonia tidak dapat terbentuk sehingga tidak memberikan perubahan warna ketika diteteskan
indikator phenolptalein dan diduga pH tidak berubah secara signifikan pula. Sublimat
merupakan logam berat yang dapat menghambat kerja enzim secara irreversibel non-
kompetitif. Sublimat tersebut bekerja dengan menggangu sisi kofaktor enzim sehingga enzim
tidak teraktivasi dan reaksi gagal berlangsung.  

 Prinsip reaksi yang terjadi pada praktikum ini. Enzim urease yang mengurai ureum
menjadi ammonium karbonat, bersifat alkalis atau basa. Enzim ini dapat dideteksi dengan
menggunakan indikator Phenolphtalein. Sehingga kerja enzim urease akan mengakibatkan
perubahan pH larutan yang dapat dideteksi dengan perubahan warna dari tidak berwarna
(putih atau bening) menjadi merah pada larutan tersebut.

VIII.  Kesimpulan

Pada tabung 1 positif (+) mengandung urease yang ditunjukkan dengan perubahan warna
menjadi merah muda. Walaupun warna merah mudahnya tidak terlalu terang karena disebabkan
oleh perubahan konsentrasi substrat, akibat penambahan larutan urea dan larutan PP, namun itu
telah menunjukkan adanya unsur amonia yang terbentuk akibat dari aktivitas enzim urease,
kemudian pada tabung 2 tidak mengandung enzim urease karena larutan kedelai yang digunakan
merupakan larutan yang sudah dipanaskan atau terkena panas yang berlebih, dan pada tabung 3
tidak mengandung enzim urease juga karena adanya pemanasan yang berlebih dan penambahan
larutan inhibitor atau penghambat yaitu larutan HgCl2 ke dalam uji tersebut.

Daftar Pustaka

Anna Poedjiadi, (1994), Dasar-dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.

Cartono, M.Pd. 2004. Biologi Umum. Bandung: PRISMA PRESS


Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan Lanjut. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor

Fauziyah, Begum. 2012. “Optimasi parameter analitik biosensor urea berbasis immobilisasi
urease dalam membran polianlin” Jurnal Kimia Volume 1 (1) Hal.66, September
2012

Girindra, Aisjah. 1986. Biokimia 1. Jakarta: Erlangga

Kartasapoetra,a.g, 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Rineka Cipta

Lakitan, B. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Murray, R. K., 2001, Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran  EGC, Jakarta.

Murray, R.K., Granner, D.K. dan Rodwell, V.W., 2009, Biokimia Harper, Edisi 27, Ahli
Bahasa Braham U. Pendit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.


Bandung: Institut Teknologi Bandung Press

Shahib, M.N. 1992. Pemahaman Seluk Beluk Biokimia dan Penerapan Enzim. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti

Soewoto, Hafiz, dkk.2000.Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika.

Stoker, H.S., 2007, General, Organic, and Biological Chemistry, Fourth Edition, Houghton
Mifflin Company, Boston.

Wirahadikusumah, m. 1989. Biokimia   Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. Bandung: Institut


Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai