Fix PDF
Fix PDF
SKRIPSI
Oleh :
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
ABSTRACT
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ................................................................................. i
Abstrak ...................................................................................................... ii
Abstract ..................................................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ iv
Kata Pengantar........................................................................................... v
Daftar Isi.................................................................................................... vii
Daftar Tabel............................................................................................... ix
Lampiran - Lampiran ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum..................................................................... 5
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7
2.1. Metampiron ............................................................................. 7
2.1.1. Efek Farmakodinamik dan Efek Farmakokinetik
Metampiron ........................................................................ 8
2.1.2. Kegunaan Metampiron........................................................ 9
2.1.3. Efek Samping Metampiron Terhadap Kesehatan ................. 9
2.1.4. Penyalahgunaan Metampiron pada Campuran
Jamu Tradisional................................................................. 10
2.2. Jamu ................................................................................ 10
2.2.1. Defenisi Jamu ..................................................................... 10
2.2.2. Jamu dan Kesehatan............................................................ 11
2.2.3. Jenis Jamu atau Obat Tradisional ........................................ 12
2.2.4. Pembuktian Ilmiah dari Jamu dan Herbal ............................ 15
2.2.5. Legislasi Jamu atau Obat Tradisional .................................. 15
2.2.6. Syarat Pembuatan Jamu/Obat Tradisional ........................... 17
2.2.7. Manfaat dan Bahaya Jamu .................................................. 18
2.3. Pedoman Untuk Mengkonsumsi Jamu Tradisional ................... 21
2.4. Kerangka Konsep .................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 24
3.1. Jenis Penelitian ........................................................................ 24
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 24
3.2.1. Lokasi Penelitian .................................................................. 24
3.2.2. Waktu Penelitian .................................................................. 24
3.3. Objek Penelitian ...................................................................... 24
3.4. Teknik Pengambilan Sampel.................................................... 25
3.4.1. Data Primer ........................................................................ 25
3.4.2. Data Sekunder .................................................................... 25
3.5. Penetapan Metampiron ............................................................ 25
3.5.1. Uji Kualitatif....................................................................... 25
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
3.5.2 Uji Kuantitatif..................................................................... 26
3.6. Defenisi Operasional ............................................................... 27
3.7. Pengolahan dan Analisa Data................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 29
4.1. Deskripsi Produk ..................................................................... 29
4.2. Hasil Analisis Kualitatif Metampiron Pada Jamu Tradisional... 31
4.3. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Metampiron Pada Jamu
Tradisional .............................................................................. 31
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 33
5.1. Pemeriksaan Kualitatif Metampiron Pada Jamu Tradisional ..... 33
5.2. Pemeriksaan Kuantitatif Metampiron Pada Jamu Tradisional ... 34
5.3. Efek Samping mengkonsumsi Jamu Tradisional yang
Mengandung Metampiron ........................................................ 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 38
6.1. Kesimpulan ............................................................................. 38
6.2. Saran ....................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Surat Permohonan izin Peninjauan/Riset/Wawancara/On the
Job/Training di Propinsi Sumatera Utara
2. Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian di Balai Kesehatan
Medan Sumatera Utara
3. Hasil Analisis Kualitatif Metampiron pada Jamu Tradisional yang
beredar di Kota Medan tahun 2009, yang dikeluarkan oleh Balai
Kesehatan Medan Sumatera Utara
4. Hasil Anaisis Kadar Metampiron pada Jamu Tradisional yang Beredar
di Kota Medan tahun 2009, yang dikeluarkan oleh Balai Kesehatan
Medan Sumatera Utara
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
TABEL
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
semakin meningkatnya penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan
lain. Obat tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah ke
bawah. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat
atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis (Oktora, 2006).
Medicine in Health System: Strategy for the African Region, sekitar 80% masyarakat
tradisional di negara maju menurut Oktora (2006), yaitu usia harapan hidup yang
lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan
penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu diantaranya kanker, serta semakin
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Di Indonesia sendiri, obat tradisional pada awalnya dibuat oleh pengobat
diproduksi secara massal baik oleh industri kecil obat tradisional (IKOT) maupun
Menurut data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM), sampai tahun
2007 terdapat 1.012 industri obat tradisional yang memiliki izin usaha industri yang
terdiri dari 105 industri berskala besar dan 907 industri berskala kecil (Onti, 2008).
pengawasan dan perizinan, badan POM (2004) mengelompokan dalam sediaan jamu,
sediaan herbal terstandar bahan bakunya harus distandarisasi dan sudah diuji
modern bahan bakunya harus distandarisasi dan harus melalui uji klinik.
juga dipicu persaingan yang semakin ketat cenderung membuat industri jamu
menghalalkan segala cara untuk dapat bertahan hidup. Pencampuran jamu dengan
obat sangat berbahaya apalagi kebanyakan bahan kimia obat yang ditambahkan
tergolong obat keras yang dalam pemakaian harus dengan resep dokter, karena di
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
samping mempunyai efek terapi juga mempunyai efek samping dan kontra indikasi.
Lebih bahaya lagi bahan kimia obat yang ditambahkan biasanya tanpa takaran yang
jelas, dan biasanya obat tradisional dikonsumsi secara rutin yang menjadi adat
kebiasaan dan dalam jangka panjang. Konsumen yang biasa mengkonsumsi jamu
nafsu makan akan terlihat gemuk pada bagian tertentu, terutama pada bagian muka
terlihat gemuk, bundar seperti bulan atau moon face. Tapi pemilik wajah moon face
tidak memancarkan wajah yang sehat. Hal ini disebabkan adanya kandungan steroid
dalam jamu.
Selama tahun 2001 sampai tahun 2003, berdasarkan hasil operasi pengawasan
bahan kimia obat itu diproduksi di Cilacap dan Banyumas dalam skala yang cukup
besar dan peredaran yang luas yakni lebih dari 20 propinsi (Hukes, 2008).
yang dicemari bahan kimia obat tersebut, Badan POM (2003) telah memberikan
obat tradisional dan pendaftaran obat tradisional, di mana pada pasal 33 menjelaskan
atau brosur jamu tradisional yang harus dipatuhi oleh industri jamu tradisional.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Namun, Berdasarkan hasil pengawasan obat tradisional melalui sampling dan
pengujian laboratorium tahun 2007, Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan)
kembali memerintahkan untuk menarik dari peredaran pada tahun 2007 sebanyak 54
macam produk obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat keras yaitu
yang sama, Badan POM Medan juga berhasil menemukan 42 sampling jamu
Metampiron merupakan salah satu bahan kimia obat yang sering digunakan
oleh dokter sebagai obat analgetik-antipiretik. Namun, oleh produsen jamu yang
nakal dicampurkan dalam jamu pegal linu dan asam urat. Penggunaan Metampiron
secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan efek
samping berupa gangguan saluran cerna seperti mual, pendarahan lambung, rasa
terbakar serta gangguan sistem saraf seperti tinitus (telinga berdenging) dan
masih juga digunakan sebagai bahan tambahan pada jamu tradisional yang beredar di
Medan. Maka dengan penelitian tersebut diharapkan penelitian ini dapat bermafaat
memuaskan.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
1.2. Perumusan Masalah
macam obat tradisional yang dicampur/dicemari bahan kimia obat, kemudian tahun
dicampuri/dicemari bahan kimia obat. Di tahun yang sama, Badan POM Medan juga
menemukan 42 sampling jamu tradisional yang mengandung bahan kimia obat. Salah
satu bahan kimia yang dicampurkan adalah metampiron yang penggunaannya tanpa
resep dokter dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan apakah masih ada
jamu tradisional yang mengandung metampiron dan berapa besar kadar metampiron
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
3. Sebagai masukan bagi dinas kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Medan.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metampiron
NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs yang merupakan suatu derivat
Pirazolon yang larut dalam air (Hoan Tjay, 2002). Metampiron memiliki rumus
kimia C13H16N3NaO4S.H2O dan mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih
Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan
nilai ambang nyeri di system saraf pusat tanpa menekan kesadaran, sedangkan
antipiretik merupakan obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi,
nyeri & demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak
menghilang.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
2.1.1. Efek Farmakodinamik dan Efek Farmakokinetik Metampiron
Efek Farmakodinamik :
b. Efek Antipiretik, menurunkan suhu tubuh yang sukar diatasi oleh obat
Efek Farmakokinetik :
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 30-45 menit dan masa paruh plasma
dicapai dalam waktu 1-4 jam. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan
diekskresi melalui ginjal. Dosis untuk metampiron ialah tiga kali 0,3-1 gram sehari.
Metampiron tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan larutan obat suntik yang
- Dosis oral
- Dosis parental 500 - 1000 mg sekali suntik. Jangan lebih dari 1 gram karena
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
2.1.2. Kegunaan Metampiron
2008) :
- Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.
Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama, penggunaan
peradangan di daerah mulut, hidung dan tenggorokan, tremor, shok, dan urine
Serikat, efek samping ini banyak terjadi dan bersifat fatal., sehingga pemakaiannya
metampiron cukup tinggi dan agranulositosis telah dilaporkan pada pemakaian obat
ini, tetapi belum ada data tentang angka kejadiaannya. Kesan bahwa orang Indonesia
tahan terhadap metampiron tidak dapat diterima begitu saja mengingat system
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
pelaporan data efek samping belum memadai sehingga mungkin kematian oleh
dimanfaatkan oleh produsen jamu yang nakal untuk meningkatkan penjualan, karena
konsumen menyukai produk jamu tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh.
mengobati pegal linu dan asam urat (Yuliarti, 2008). Secara detail akan dijelaskan
sebagai berikut
2.2. Jamu
RI no 23 tahun 1992 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galerik) atau campuran dari bahan
pengalaman.
Jamu dikenal sudah berabad-abad di Indonesia yang mana pertama kali jamu
dikenal dalam lingkungan Istana atau keraton yaitu Kesultanan di Jogjakarta dan
Kasunanan di Surakarta. Jaman dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan keraton
dan tidak diperbolehkan keluar dari keraton. Tetapi seiring dengan perkembangan
jaman, orang-orang lingkungan keraton sendiri yang sudah modern, mereka mulai
berkembang sampai saat ini tidak saja hanya di Indonesia tetapi sampai ke luar
Menurut Hermanto (2007), jamu bisa dimanfaatkan untuk obat luar dan obat
dalam yang harus diminum. Obat luar bisa dioles, digosok, direndam, atau ditempel.
Image jamu biasanya bau yang tidak enak dan rasanya pahit. Khasiat jamu dipercaya
sejak jaman dahulu. Selanjutnya, seiring dengan berjalannya waktu, negara Indonesia
dijajah Belanda. Sehingga masuklah budaya barat yang memperkenalkan obat medis
diambil langsung dari alam berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-
akaran), daun-daunan, kulit batang dan buah. Selain itu ada juga yang menggunakan
bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Efek samping
jamu relatif lebih kecil dibanding obat medis. Namun tidak mudah menyakinkan
kalangan medis untuk meresepkan jamu yang belum dilakukan penelitian ilmiah atau
uji klinis. Meski pada kenyataannya jamu sudah digunakan puluhan bahkan ratusan
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
tahun yang lalu secara turun temurun sebelum farmakologi modern masuk Indonesia
(Hermanto, 2007).
2004, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis,
1. Jamu
dalam bentuk herbal kering siap seduh atau siap rebus, juga dalam bentuk segar
Selain itu, jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan
meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat. Bahan yang digunakan yaitu beras dan
kencur.
Jamu kunir asam digunakan untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat
tubuh menjadi dingin. Manfaat lain untuk menghindarkan dari panas dalam atau
sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Bahan yang digunakan yaitu kunyit ,
gula.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
c. Jamu Pahitan
kembung/sebah, jerawat, pegal, dan pusing. Bahan yang digunakan yaitu sambiloto.
Khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurunkan tekanan darah. Selain itu,
nyaman, menambah nafsu makan, melancarkan haid, dan menyegarkan badan. Bahan
yang digunakan yaitu buah mengkudu masak ditambah rimpang laos dan biasanya
Menurut Yuliarti (2008), demi alasan kepraktisan, kini jamu juga diproduksi
dalam bentuk kapsul dan dalam bentuk pil siap minum. Pada umumnya jamu dalam
kelompok ini diracik berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang belum diteliti
secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya dikenal secara empiris atau berdasarkan
alam dan efek sampingnya relatif lebih kecil dibanding obat medis (Hermanto, 2007) .
pemprosesan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah diekstrak
tersebut sudah diteliti khasiat dan keamananya melalui uji pra klinis (terhadap
uji toksisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan racun dalam herbal
(yuliarti, 2008).
3. Fitofarmaka
standar proses pembuatan dan bahannya telah diuji secara klinis, jamu berstatus
sebagai fitofarmaka juga dijual di apotek dan sering diresepkan oleh dokter (yuliarti,
2008).
Menurut Hermanto (2007), di Indonesia hingga saat ini baru ada 5 produk
fitofarmaka, yaitu:
a. Nodiar
b. Rheumaneer
xanthorrhiza.
c. Stimuno
d. Tensigard
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
e. X-gra
Menurut Hermanto (2007), kandungan ilmiah dari suatu herbal dan jamu
akan menentukan kelas dari herbal dan jamu tersebut, apakah tergolong jamu, herbal
tersatndar, atau fitofarmaka. Hirarki pembuktian ilmiah dari jamu dan herbal dapat
Studi kasus
tradisional telah menjadi komponen dari kebijakan obat nasional, ada sistem
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
registrasi produk dan regulasi; obat tradisional digunakan di rumah sakit dan
tentang obat tradisional. Negara yang menganut sistem integratif ini antara
pada sistem pelayanan kesehatan. Sistem inclusive ini dianut oleh negara
sedang berkembang seperti Nigeria dan Mali maupun negara maju seperti
undang.
diakui berkhasiat obat secara turun temurun. Sertifikat TR ini hanya boleh
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
2.2.6. Syarat Pembuatan Jamu/Obat Tradisional
1. Kadar air tidak lebih dari 10%. Ini untuk mencegah berkembang biaknya
2. Jumlah kapang dan khamir tidak lebih dari 10.000 (sepuluh ribu).
5. Jamu yang berbentuk pil atau tablet, daya hancur tidak lebih dari 15 menit
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
2.2.7. Manfaat Dan Bahaya Jamu
1. Manfaat Jamu
b. Menjaga kecantikan
Selain menjaga kebugaran, beberapa jenis jamu juga berfungsi menjaga dan
c. Mencegah penyakit
d. Mengobati penyakit
penyakit. Berbagai jenis jamu mulai dipercaya untuk mengobat berbagai jenis
penyakit misalnya asam urat, asma, batu ginjal, bronkitis, demam berdarah,
kolesterol, lepra, lever, luka, malaria, peradangan, rematik, TBC, tifus, tumor
a. Herbal Berbahaya
Sebagian besar orang berpendapat bahwa yang alami lebih aman dan kecil
sekali efek sampingnya karena sifat herbal yang kontruksif terhadap tubuh. Namun,
harus tetap dipahami bahwa yang alami bisa saja tidak aman bila cara
pemanfaatannya salah. Selain itu ada beberapa bahan alam yang menyebabkan efek
menenangkan diri.
bahan kimia obat (BKO). Menurut temuan Badan POM, obat tradisional yang
sering dicemari BKO umumnya adalah obat tardisional yang digunakan pada
deksametason
bahan obat sintetis dalam sediaan obat tradisional (jamu) di daerah Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan terhadap beberapa contoh sediaan jamu yang umum
dikonsumsi oleh masyarakat dengan tiga kategori pabrik jamu, yaitu pabrik besar,
menengah dan kecil dengan jamu yang berlabel SP (Surat Penyuluhan), Terdaftar
dan Tidak Terdaftar. Adapun jamu yang dipakai dalam penelitian ini adalah jamu
yang memiliki khasiat untuk penyakit tulang, asam urat, anti kolesterol dan pegal
menunjukkan hasil bahwa dari 83 merek jamu yang distribusi ternyata hanya 32 yang
2004).
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Sementara itu, tahun 2007, Sumantri melalui skripsinya melakukan penelitian
tentang identifikasi dan penetapan kadar bahan obat dalam jamu sesak napas yang
beredar di Kotamadya Medan. Hasil penelitian menunjukkan dari 5 jamu sesak napas
senyawa teofilin adalah jamu produksi Leo. Hasil penetapan kadar teofilin diperoleh
Pada pembungkus, wadah atau etiket dan brosur Obat Tradisional Indonesia
harus dicantumkan kata “JAMU” yang terletak dalam lingkaran dan ditempatkan
Kata "JAMU" harus jelas dan mudah dibaca, dan ukuran huruf sekurang-
kurangaya tinggi 5 (lima) milimeter dan tebal 1/2 (setengah) millimeter dicetak
dengan warna hitam di atas warna putih atau warna lain yang menyolok.
Pada pembungkus, wadah atau etiket dan brosur Obat Tradisional Lisensi
harus dicantumkan lambang daun yang terletak dalam lingkaran dan ditempatkan
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Lambang daun harus jelas dengan ukuran sekurang-kurangnya lebar 10
(sepuluh) milimeter dan tinggi 10 (sepuluh) milimeter, warna hitam di atas dasar
putih atau warna lain yang menyolok dengan bentuk dan rupa.
Penandaan yang tercantum pada pembungkus, wadah, atiket dan atau brosur harus
b. Komposisi;
d. Dosis pemakaian;
h. Kedaluwarsa;
i. Nomor pendaftaran;
“INDONESIA";
l. Untuk Obat Tradisional Lisensi harus dicantumkan juga nama dan alamat industri
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
2.4. Kerangka Konsep
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif yaitu untuk melihat
Pengambilan sampel dilakukan pada beberapa toko obat yang menjual jamu
pegal linu dan asam urat dalam bentuk serbuk dan berjualan di dekat pasar Petisah.
Pengambilan sampel dilakukan di lokasi ini karena lokasinya dekat dengan pusat
Objek penelitian ini adalah 10 merek jamu tradisional yang beredar di kota
Medan. Setiap sampel akan diidentifikasi untuk melihat ada atau tidak ditemukan
metampiron pada jamu tradisional tersebut dan kemudian akan ditentukan kadarnya.
Medan.
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, Badan POM, dan literatur-
1. Alat-alat
a. Flat tetes
2. Bahan-bahan kimia
a. FeCl3
b. AgNO3
c. Larutan Erlich
d. HCl
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
e. NaNO2
f. Beta Napthol
g. NH4OH
3. Cara Kerja
1. Alat-Alat
a. Erlenmeyer
b. Buret
c. Timbangan
d. Pipet
2. Bahan-bahan kimia
a. HCl 0,2 N
b. Larutan Amilum 1 %
c. Larutan Iodium
Cara Kerja
indikator
e. Titrasi melalui buret dengan larutan Iodium sampai terbentuk warna biru
metampiron.
c. ∞ = 1,767 mg
(Depkes, 1995).
1. Jamu tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sari (galenik) atau campuran
satu bahan kimia obat yang dilarang dicampurkan di dalam jamu tradisional.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
3. Uji Secara kualitatif yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui ada
besar kadar metampiron yang terkandung pada jamu tradisional atau sampel.
obat.
6. Tidak ada adalah kondisi di mana tidak terdapatnya metampiron pada sampel
obat.
Sesuai dengan jenis penelitian, maka analisa terhadap data yang terkumpul
dilakukan secara deskriptif yang disertai tabel, narasi dan pembahasan serta diambil
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
E Jamu Donrat - Curcumae rhizoma (15%) Mengobati rasa nyeri, -2x1 7 gram /
(Produksi PJ. - Zingiberis rhizoma (25%) bengkak merah, dan rasa sehari bungkus
Cipta Rasa) - Carryophylli flos (15%) panas karena kelebihan asam untuk
- Gendarusae folium (25%) urat yang terutama pengobat
-Andrographidia folium(20%) menyerang sendi-sendi kaki. an
F Jamu Asam - Tinosporae krispa (20%) - Menyembuhkan asam urat, - 1 bungkus 7 gram /
Urat dan Flu - Zingiberis rhizoma (30%) flu tulang, encok, rheumatik, sehari. bungkus
Tulang - Piper nigrum (15%) darah tinggi, masuk angin,
(Produksi PJ. - Panax Ginsen (10%) kesemutan, baan meriang,
Kasturi - Royal jelly (5%) sakit gigi, nyeri otot dan
Dewi) - Bahan-bahan lain (20%) pegal linu.
- Menambah ketahanan tubuh.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
G Jamu Prourat - Curcumae domesticae Membantu meredakan pegal - 2 x 1 7 gram /
( Produksi rhizome (1500 mg) dan linu pada persendian sehari bungkus
Air Mancur) - Cyperi rhizome (1500 mg) serta encok akibat kelebihan untuk
- Zingiberis rhizom (1500 mg) asam urat dalam darah. pengobat
- Polyanthi folium (1000 mg) an
- Plantaginis folium(1000 mg)
- Bupleurum falcatum
radix (300 mg)
- Parkiae semen (100 mg)
- Piperis nigri fructus
(100 mg)
H Jamu Sendi - Zingiberis rhizome - Membantu meredakan 1-2 7 gram /
(Produksi extract (1,75 gr) encok, nyeri sendi, pegal bungkus bungkus
Borobudur) - Myristicae semen (0,70 gr) dan linu-linu. sehari.
- Languatis rhizoma - Menyegarkan dan
extract (0,91 gr) menghangatkan badan.
- Saussureae lappae
radix (0,70 gr)
- Zingiberis rhizome (0,35 gr)
- Curcumae domesticae
rhizoma extract (1,40 gr)
- Curcumae aeruginosae
rhizome (1,05 gr)
- Retrofracti fructus (0,14 gr)
I Jamu Prolinu - Coriandri fructus (10%) - Menambah semangat dan 2 bungkus 7 gram /
(Produksi Air - Retrofracti fructus (10%) tenaga baru bagi pria dan sehari. bungkus
Mancur) - Languatis rhizoma (25%) wanita, baik tua maupun
- Zingiberis rhizome (30%) muda.
- Zingiberis aromaticae - Membantu menghilangkan
rhizoma (19%) pegal linu, letih, lesu.
- Ginseng (5%) - Mengobati sakit pinggang
- Royal jelly (1%) dan encok.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
4.2 Hasil Analisis Kualitatif Metampiron Pada Jamu Tradisional
dilakukan pada 10 jenis jamu tradisional yaitu jamu pegal linu dan jamu asam urat.
mengidentifikasi metampiron pada jamu pegal linu dan asam urat. Hasil analisis
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jamu tradisional yang dianalisis
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Tabel 4.3 Kadar Metampiron Pada Jamu Tradisional
No Jamu Tradisional Kadar Metampiron Kadar Metampiron
dalam 100 gr jamu dalam 7 gr jamu
1. JA 0,0068 gr 0,476 mg
2. JB 0,0075 gr 0,523 mg
3. JC 0,0066 gr 0,460 mg
4. JD 0,0066 gr 0,460 mg
5. JE 0,0055 gr 0,384 mg
6. JF 0,0263 gr 1,840 mg
7. JG 0,0071 gr 0,495 mg
8. JH 0,0079 gr 0,554 mg
9. JI 0,0057 gr 0,402 mg
10. JJ 0,0053 gr 0,369 mg
Dari tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa kadar metampiron tertinggi
terdapat pada jamu dengan kode JF dengan kandungan metampiron sebesar 1,840
gr jamu).
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
BAB V
PEMBAHASAN
tradisional yang beredar di kota Medan, ternyata seluruh jamu tradisional tersebut
tradisional yang ditarik dari paredaran karena mengandung bahan kimia obat, di
mana salah satunya adalah metampiron. Menurut Peringatan Badan POM RI No.
merupakan obat generik yang memiliki harga murah, namun tidak menghiraukan
efek samping yang ditimbulkan apabila dikonsumsi dalam dosis yang berlebihan dan
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
5.2. Pemeriksaan Kuantitatif Metampiron Pada Jamu Tradisional
kuantitatif, dapat diurutkan dari jamu tradisional yang memiliki kadar metampiron
terendah sampai tertinggi yaitu jamu dengan nomor kode JJ (0,369 mg / 7 gr), JE
(1,840 mg / 7 gr).
jamu tradisional. Kadar metampiron terendah terdapat pada jamu kode JJ dengan
dalam jamu tradisional yang beredar di kota Medan tidak terlalu tinggi jika
Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa ada tanaman obat yang memiliki
efek analgesik, antipiretik dan anti inflamasi, seperti : Cyperi rhizoma (akar teki)
memiliki efek analgesik, Zingiberis rhizoma (rimpang jahe) memiliki efek anti-
metampiron yang didapat dari hasil analisis berasal dari tanaman obat. Namun
dalam tanaman obat tradisional. Sehingga, masalah efek samping akibat jamu harus
Metampiron
makanan, yang dibuat dari bahan-bahan alami berupa bagian dari tumbuhan, seperti
akar-akaran, daun-daunan, dan kulit batang. Ada juga yang menggunakan bahan dari
tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Efeknya juga tidak akan
dicurigai apabila jamu yang dikonsumsi berkhasiat secara instan (Liza, 2007).
pada tahun 2005 sejumlah 26 orang, tahun 2006 sejumlah 38 orang, dan 2007 dari
Januari hingga Juli (6 bulan) saja terdapat peningkatan menjadi 53 pasien. Hal ini
2006 tidak lebih dari 10 orang, tetapi dalam enam bulan terakhir (Januari-Juli 2007)
pria (77 %), yang sesuai dengan insidensi populasi di seluruh dunia. Usia terbanyak
berada di kisaran 50-70 tahun, dengan usia penderita termuda 22 tahun, dan tertua 80
jamuan kronis (menahun) akibat penyakit rematik, nyeri kepala, flu, dan sebagainya.
bukan dari produsen yang terpercaya. Hal ini diperoleh dari hasil penelitian patologi
tidak adanya kuman H.pylori yang merupakan penyebab paling banyak borok
Metampiron merupakan salah satu bahan kimia obat yang sering digunakan
dicampurkan dalam jamu karena kemungkinan besar jamu akan dikonsumsi dalam
dosis yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang panjang. Penggunaan
metampiron dalam dosis yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang panjang
dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan saluran cerna seperti mual,
perdarahan lambung, rasa terbakar, gangguan sistem saraf seperti tinitus (telinga
berdenging) dan neuropati, gangguan darah berupa pembentukan sel darah dihambat
2008).
Serikat, efek samping ini banyak terjadi dan bersifat fatal, sehingga pemakaiannya
ini, tetapi belum ada data tentang angka kejadiannya. Kesan bahwa orang Indonesia
tahan terhadap metampiron tidak dapat diterima begitu saja mengingat sistem
pelaporan data efek samping belum memedai sehingga kemungkinan kematian oleh
masyarakat harus segera diambil. Tindakan tegas harus diambil bagi industri yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk
tetap secara konsisten mencari dan menemukan produk jamu yang mengandung
metampiron.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
BAB VI
6.1. Kesimpulan
metampiron.
2. Kadar metampiron yang diperiksa bervariasi yaitu jamu dengan kode JA (0,476
gr).
4. Kadar metampiron terendah terdapat pada jamu dengan kode JJ (0,369 mg / 7 gr).
5. Seluruh jamu yang dianalisa tidak layak dikonsumsi sesuai dengan Badan POM
RI No. KH.00.01.43.2773/2008.
6.2. Saran
1. Agar Dinas Kesehatan dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan tetap
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
2. Bagi masyarakat yang ingin mengkonsumsi jamu tradisional harus selektif dalam
berlebihan.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1995. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Penerbit UGM Press,
Yogyakarta.
Departemen Kesehatan R.I., 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV, Depkes R.I.
Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I., 2002. Undang-Undang Kesehatan No. 23, Depkes R.I.
Jakarta.
Hermanto dan Subroto, 2007. Pilih Jamu dan Herbal tanpa Efek Samping,
Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Monica, dkk, 2004. Penelitian tentang Studi Penggunaan Bahan Obat Sintesis
dalam Sediaan Obat Tradisional (Jamu) di Daerah Jawa Timur Tahun
2004, http://www.lppm.wima.ac.id/. Diakses 18 Maret 2009.
Pengawasan Obat dan Makanan (POM), 2005. Kriteria Dan Tata Laksana
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan
Fitofarmaka. Depkes, Jakarta.
Sampurno, H, 2007. Jamu dan Obat Tradisional Cina dalam Perspektif Medis
dan Bisnis, http:// Strategic Management.htm/. Diakses 10 Februari 2009
Sartono, 1996. Apa yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat-Obat Bebas
dan Bebas terbatas. Edisi kedua, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Sumantri, 2007. Identifikasi dan Penetapan Kadar Bahan Obat dalam Jamu
Sesak Napas yang Beredar di Kotamadya Medan tahun 2007, Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2002, Obat Obat Penting Khasiat,
Pengggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, PT Elex Media komputindo,
Jakarta.
Vepriati, Neti, 2008. Awas, Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat.
http://dinkeskabkulonprogo.org/. Diakses tanggal 10 Februari 2009
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Wilmana, Freddy P., 1995, Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi
Nonsteroid dan Obat Pirai dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 4,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Yuliarti, Nurheti, 2008. Tips Cerdas Mengkonsumsi Jamu, Penerbit Banyu Media,
Yogyakarta.
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Angka yang tertera pada hasil penelitian, dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
f. ∞ = 1,767 mg
a. Jamu. Amurat
403mg
= 0,0067 %
metampiron.
= 0,476 mg
402mg
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
= 0,0075 %
metampiron.
= 0,523 mg
403mg
= 0,0066 %
metampiron.
= 0,460 mg
403mg
= 0,0066 %
metampiron.
= 0,460 mg
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
e. Jamu. Donrat
401mg
= 0,0055 %
metampiron.
= 0,384 mg
403mg
= 0,0263 %
metampiron.
= 1,840 mg
g. Jamu. Prourat
400mg
= 0,0071 %
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
0,0071 % artinya dalam 100 gr jamu terdapat 0,0071 gr atau 7,1 mg
metampiron.
= 0,495 mg
h. Jamu. Sendi
402mg
= 0,0079 %
metampiron.
= 0,554 mg
i. Jamu. Prolinu
400mg
= 0,0057 %
metampiron.
= 0,402 mg
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
j. Jamu. WanTong
402mg
= 0,0053 %
metampiron.
= 0,369 mg
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Lampiran Gambar
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Gambar lampiran 3. Jamu Ngeres Linu
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Gambar lampiran 5. Jamu Donrat
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Gambar lampiran 7. Jamu Prourat
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Gambar lampiran 9. Jamu Prolinu
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.
Gambar lampiran 11. Sampel ditambahkan FeCl3 dan AgNo3
Eka Mayasari Banureah : Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang Beredar Di Kota Medan
Tahun 2009, 2009.