Anda di halaman 1dari 56

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326546459

PROSEDUR PENGELOLAAN PERSEDIAAN BARANG JADI PADA PT.DIAN INDO


MEGAH PERKASA

Thesis · March 2014


DOI: 10.13140/RG.2.2.14053.29921

CITATIONS READS

0 7,293

2 authors, including:

Yoyon Supriadi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, Bogor, Indonesia
45 PUBLICATIONS   44 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

HRM Research View project

Financial Research View project

All content following this page was uploaded by Yoyon Supriadi on 22 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROSEDUR PENGELOAAN PERSEDIAAN BARANG JADI

PADA PT.DIAN INDO MEGAH PERKASA

Mizwar Fakhrizal dan Yoyon Supriadi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan

Abstrak

Salah satu sumber daya yang dimiliki perusahaan adalah persediaan.


Persediaan yang digunakan oleh perusahaan ini adalah persediaan barang
jadi yang siap untuk dijual. Apabila PT Dian Indo Megah Perkasa tidak
memiliki banyak persediaan maka kemungkinan yang terjadi adalah tidak
dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Dengan kata lain
pelayanannya kurang baik dan berakibat pula berkurangnya laba
perusahaan. Tetapi apabila persediaan kelebihan mengakibatkan barang
menumpuk di gudang maka perusahaan akan mengalami kerugian karena
persediaan tidak terjual.

Oleh karena itu. Agar tidak terjadi hal yang demikian maka dibutuhkan
prosedur pengelolaan persediaan yang baik. Dengan adanya alasan
tersebut penulis mengangkat permasalahan menjadi suatu judul, yaitu
“Prosedur Pengeloaan Persediaan Barang Jadi pada PT.DIAN INDO
MEGAH PERKASA”

Dari judul yang penulis sampaikan, penulis mencoba mengidentifikasi


masalah sebagai berikut : Bagaimana persediaan yang dikelola PT. Dian
Indo Megah Perkasa ?, Bagaimana prosedur pengelolaan persediaan PT.
Dian Indo Megah Perkasa ?, Bagaimana kendala-kendala dihadapi dan cara
mengatasinya ?

0
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pengambilan Judul

Pada era globalisasi ini perkembangan dunia semakin meningkat disertai

dengan kemajuan teknologi yang telah membawa pengaruh besar pada

keadaan ekonomi di Indonesia. Hal ini sangat terlihat sekali dengan adanya

persaingan yang ketat dalam dunia usaha saat ini, dan adanya tuntutan

konsumen akan barang atau produk yang akan di konsumsinya.

Persaingan yang semakin ketat ini mengharuskan perusahaan untuk

semaksimal mungkin mengelola sumber daya yang dimilikinya, supaya

perusahaan dapat menghasilkan produk yang dibutuhkan dan diinginkan

oleh konsumen dengan kualitas yang tinggi namun dengan harga yang

memadai, sehingga perusahaan bisa tetap berlangsung dan berkembang.

Salah satu sumber daya yang dimiliki perusahaan adalah persediaan.

Persediaan yang digunakan oleh perusahaan ini adalah persediaan barang

jadi yang siap untuk dijual. Apabila PT Dian Indo Megah Perkasa tidak

memiliki banyak persediaan maka kemungkinan yang terjadi adalah tidak

dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Dengan kata lain

pelayanannya kurang baik dan berakibat pula berkurangnya laba

perusahaan. Tetapi apabila persediaan kelebihan mengakibatkan barang

menumpuk di gudang maka perusahaan akan mengalami kerugian karena

persediaan tidak terjual.

2
Oleh karena itu. Agar tidak terjadi hal yang demikian maka dibutuhkan

prosedur pengelolaan persediaan yang baik. Dengan adanya alasan

tersebut penulis mengangkat permasalahan menjadi suatu judul, yaitu

“Prosedur Pengeloaan Persediaan Barang Jadi pada PT.DIAN INDO

MEGAH PERKASA”

1.2 Identifikasi Masalah

Dari judul yang penulis sampaikan, penulis mencoba mengidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persediaan yang dikelola PT. Dian Indo Megah Perkasa ?

2. Bagaimana prosedur pengelolaan persediaan PT. Dian Indo Megah

Perkasa ?

3. Bagaimana kendala-kendala dihadapi dan cara mengatasinya ?

1.3 Maksud dan Tujuan Pembahasan

Maksud dan tujuan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui secara jelas mengenai persediaan barang jadi dalam

suatu perusahaan dagang

2. Untuk mengetahui prosedur pengelolaan persediaan mulai dari

pemesanan barang ke supplier sampai barang tersebut terjual.

3. Untuk mengetahui kendala dan mengatasi kendala-kendala pada saat

proses pengelolaan persediaan.

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja

Tempat : PT. Dian Indo Megah Perkasa

Waktu :

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Prosedur

Menurut Chairul Marom dalam bukunya Sistem Akuntansi Perusahaan

Dagang, menjelaskan bahwa :

Prosedur adalah urutan-urutan pekerjaan yang biasanya


melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih
yang disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang
seragam terhadap peristiwa atau kejadian yang berulang-
ulang.

Menurut Ida Nuraida, SE :

Prosedur merupakan metode-metode yang dibutuhkan untuk


menangani aktivitas-aktivitas yang akan datang, urutan
aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu dan pedoman untuk
bertindak.

Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi,

prosedur adalah :

Suatu urutan kegiatan klerikal, yang biasanya melibatkan


beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,yang
dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Sedangkan pengertian prosedur menurut Narko dalam bukunya Sistem

Akuntansi, menjelaskan bahwa :

Sebagai urutan-urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan


beberapa orang, yang disusun untuk menjamin adanya
perlakuan yang sama terhadap penanganan transaksi
perusahaan yang berulang-ulang.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosedur adalah suatu tata

cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan

waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan.

4
2.2 Pengertian Pengelolaan

Salah satu bagian dalam perusahaan yang perlu dilakukan

adalah mengaudit operasional, audit operasional adalah masalah

pengelolaan persediaan barang dagangan, karena persediaan barang

dagangan merupakan bagian utama dalam neraca dan seringkali

merupakan bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan

perkiraan yang nilainya cukup besar serta membutuhkan modal kerja

yang besar pula. Dengan besarnya jumlah uang yang ditanamkan pada

persediaan barang dagangan suatu perusahaan, jelaslah bahwa

persediaan barang dagangan merupakan aktiva yang sangat penting

untuk dilindungi.

Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran

tidak terlepas akan kebutuhan atas barang-barang dagangan yang

menjadi faktor utama dalam menunjang jalannya aktivitas pemasaran

perusahaan. Dengan terpenuhinya barang dengan lancar sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai. Tanpa adanya persediaan barang dagangan,

perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak

dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja

kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara

tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk

memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan.

Pengertian pengelolaan yang dikutip dari http://www.sekolah-

dasar.blogspot.com/2009/01/pengertian-pengelolaan.html adalah :

Pengeloaan adalah proses yang memberikan pengawasan


pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan
dan pencapaian tujuan.

5
2.3 Pengertian Persediaan

Yang dimaksud dengan persediaan adalah barang-barang yang

dibeli perusahaan dengan maksud untuk dijual lagi (barang dagangan).

Persediaan barang dagangan terdapat pada jenis perusahaan

perdagangan yang kegiatannya membeli dan menjual barang dagangan.

Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan perdagangan

ataupun perusahaan pabrik selalu mengadakan persediaan. Tanpa

adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko

bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi

keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang.

Persediaan diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari

persediaan tersebut hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang

ditimbulkan.

Pengertian umum persediaan (inventory), merupakan aktiva

perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu

perusahaan.

Pengertian persediaan pada perusahaan dagang yang dikutip

dari http://pojokinfo.wordpress.com/2009/03/03/inventorypersediaan

adalah :

Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh


perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa
mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan
tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual
kembali oleh perusahaan.

Sedangkan pengertian persediaan yang dikutip dari

http://dansite.wordpress.com/2009/03/31/pengertian-persediaan-inventory

adalah :

Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang


milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha yang normal.

6
Jadi, berdasarkan kutipan-kutipan diatas persediaan merupakan

sejumlah barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari

pelanggan. Dalam perusahaan perdagangan pada dasarnya hanya ada

satu golongan inventory (persediaan) yaitu yang disebut dengan

“Merchandise Inventory” (persediaan barang dagangan). Persediaan ini

merupakan persediaan barang yang selalu dalam perputaran, yang selalu

dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut didalam

perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang

yang bersangkutan.

2.3.1 Prinsip Manajemen Persediaan

Menurut Richardus Eko Indrajit (2003,11) dikutip dalam buku

Manajemen Persediaan, mengenai persediaan barang ada sejenis prinsip

pengelolaan yang harus dianut, yakni :

Penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan dalam


persediaan haruslah sedemikian rupa sehingga produksi dan
operasi perusahaan tidak terganggu, tetapi dilain pihak
sekaligus harus dijaga agar biaya investasi yang timbul dari
penyediaan barang tersebut seminimal mungkin.

Prinsip tersebut memang selaras dengan prinsip ekonomi, yaitu :

Menghasilkan keluaran tertentu dengan biaya seminimal mungkin, atau

dengan biaya tertentu menghasilkan keluaran semaksimal mungkin.

Kalau melihat prinsip pengelolaan persediaan tadi, maka jelas

bahwa diperlukan perpaduan antara dua hal yang sangat bertolak

belakang. Cara yang paling mudah untuk menjaga agar operasi terjamin

adalah dengan mengisi persediaan barang sebanyak-banyaknya

(biasanya ini kemauan pemakai barang). Sedangkan yang paling mudah

menjaga agar biaya investasi seminimal mungkin adalah dengan

mengusahakan persediaan mencapai nol (biasanya ini dikehendaki oleh

7
fungsi keuangan). Di sinilah letak fungsi manajemen persediaan, yaitu

menjembatani dua kepentingan yang bertolak belakang tersebut.

Prinsip diatas menandakan pula bahwa pengelolaan persediaan

haruslah berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

2.3.2 Tipe Persediaan

Menurut Zulian Yamit (2005,3) dikutip dalam buku Manajemen

Persediaan.

Persediaan terdiri dari :

1. Persediaan alat-alat kantor (supplies)

Persediaan yang diperlukan dalam menjalankan fungsi organisasi

dan tidak menjadi bagian dari produk akhir. Tipe persediaan alat-

alat kantor diantaranya : pensil, kertas, tinta, compact disc, alat-

alat pemotong, dan semua item fasilitas peralatan kantor.

2. Persediaan bahan baku (raw material)

Adalah item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan

sebagai input dalam proses produksi. Bahan baku ini akan

ditransformasi menjadi barang akhir. Tipe dari bahan baku

diantaranya : kayu, papan, cat, pernis dalam industri mebel.

3. Persediaan barang dalam proses (in-process goods)

Bagian dari produk akhir tetapi masih dalam proses pengerjaan,

karena masih menunggu item yang lain untuk diproses.

4. Persediaan barang jadi (finished goods)

Persediaan produk akhir yang siap untuk dijual, didistribusikan

atau disimpan.

8
2.3.3 Jenis Persediaan Menurut Fungsi

Menurut Freddy Rangkuti (2002,14) dikutip dalam buku

Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis.

1. Bath Stock / Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat

bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar

dari jumlah yang dibutuhkan saat itu.

Keuntungannya :

a. Potongan harga pada harga pembelian

b. Efisiensi produksi

c. Penghematan biaya angkutan

2. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman

yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi

penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.

2.3.4 Fungsi Persediaan

Persediaan timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan

dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan

baku. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan

bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan. Oleh karena itu,

terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan,

yaitu faktor waktu, faktor ketidakpastian waktu datang, faktor

ketidakpastian penggunaan dalam pabrik, dan faktor ekonomis.

Faktor waktu menyangkut lamanya proses produksi dan

distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu

9
diperlukan untuk membuat skedul produksi, memotong bahan baku,

pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi, dan

pengiriman barang jadi ke pedagang besar atau konsumen. Persediaan

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).

Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier menyebabkan

perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses

produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen.

Persediaan bahan baku terikat pada supplier, persediaan barang dalam

proses terikat pada departemen produksi, dan persediaan barang jadi

terikat kepada konsumen. Ketidakpastian waktu datang mengharuskan

perusahaan membuat skedul operasi lebih teliti pada setiap level.

Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan

disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan

mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya.

Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidaktepatan peramalan

maupun akibat lainnya tersebut.

Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk

mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli

item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam

jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan harga

yang dapat menurunkan biaya. Selain itu pemesanan dalam jumlah besar

dapat pula menurunkan biaya transportasi per unit menjadi jauh lebih

rendah. Persediaan diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi dan

fluktuasi bisnis.

Menurut Freddy Rangkuti (2002,14) dikutip dalam buku

Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Fungsi-fungsi

persediaan ada 3, yaitu :

10
1. Fungsi Decoupling

Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat

memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.

Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan

sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan

waktu pengiriman. Persediaan barang dalam hal proses diadakan

agar departemen-departemen dan proses-proses individual

perusahaan tetap terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi

diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari

para langganan.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-

penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit

menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena

perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,

dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya

persediaan (biaya sewa gudang,investasi,resiko dan sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data

masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan

dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).

Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian

jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang

selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan

persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (Safety stock /

inventories).

11
2.3.5 Biaya Persediaan

Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah

persediaan, biaya-biaya, variabel berikut ini harus dipertimbangkan,

diantaranya :

1. Biaya penyimpanan (holding cost / carrying costs) yaitu terdiri atas

biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas

persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar

apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata

persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya

penyimpanan adalah :

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

pendingin ruangan, dan sebagainya).

b. Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu alternatif

pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.

c. Biaya keusangan

d. Biaya pengitungan fisik

e. Biaya asuransi persediaan

f. Biaya pajak persediaan

g. Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan

h. Biaya penganan persediaan dan sebagainya.

Biaya-biaya tersebut di atas adalah variabel apabila bervariasi

dengan tingkat persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang)

tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukan dalam biaya

penyimpanan per unit.

12
Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12%

sampai 40% dari biaya atau harga barang. Untik perusahaan-perusahaan

manufacturing biasanya, biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten

sekitar 25%.

2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs / procurement

costs). Biaya-biaya ini meliputi :

a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi

b. Upah

c. Biaya telepon

d. Pengeluaran surat menyurat

e. Biaya pengepakan dan penimbangan

f. Biaya pemerkasaan (inspeksi) penerimaan

g. Biaya pengiriman ke gudang

h. Biaya utang lancar dan sebagainya

Pada umumnya, biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan

potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar.

Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali

pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total

akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan per periode (tahunan) adalah

sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan

biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost. Hal ini terjadi

apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam

pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi baiay penyiapan untuk

komponen tertentu. Biaya ini terdiri dari :

a. Biaya mesin-mesin menganggur

b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung

13
c. Biaya penjadwalan

d. Biaya ekspedisi dan sebagainya

Seperti halnya biaya pemesanan, biaya penyiapan total per

periode adalah sama dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan

per periode.

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs), adalah

biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya

permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan

bahan adalah sebagai berikut :

a. Kehilangan penjualan

b. Kehilangan langganan

c. Biaya pemesanan khusus

d. Biaya ekspedisi

e. Selisih harga

f. Terganggunya operasi

g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama

karena kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs, yang

sulit diperkirakan secara obyektif.

2.4. Mengestimasi Biaya Persediaan

Perusahaan mungkin perlu mengetahui jumlah persediaan apabila

pencatatan persediaan perpetual tidak dilakukan dan tidak praktis untuk

melakukan perhitungan fisik. Sebagai contoh, perusahaan yang

menggunakan sistem persediaan periodik mungkin perlu membuat

laporan laba rugi bulanan, tetapi melakukan perhitungan fisik persediaan,

14
fisik setiap bulan mungkin tidak ekonomis atau terlalu mahal. Selain itu

jika terjadi bencana alam seperti kebakaran yang menghacurkan

persediaan, maka jumlah kerugian harus ditentukan. Dalam kasus ini,

perhitungan fisik tidak mungkin dilakukan dan bahkan jika catatan

persediaan perpetual ada, catatan akuntansi itu mungkin telah hancur.

Jika ini terjadi, biaya persediaan dapat diestimasikan dengan

menggunakan metode ritel atau metode laba kotor.

2.4.1. Metode Ritel untuk Perhitungan Biaya Persediaan

Metode persediaan ritel (retail inventory method) yaitu

mengestimasikan biaya persediaan berdasakan hubungan antara harga

pokok barang dagang yang tersedia untuk dijual dengan harga ritel dari

barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini, harga ritel

dari semua barang dagang harus ditetapkan dan ditotalkan. Berikutnya,

persediaan ritel ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode

berjalan dari harga ritel barang yang tersedia untuk dijual selama periode

bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan

mengalikan persediaan ritel dengan rasio biaya terhadap harga jual (ritel)

barang dagang yang tersedia untuk dijual.

Salah satu keunggulan utama dari metode ritel adalah bahwa

metode tersebut dapat digunakan untuk menentukan nilai persediaan

yang digunakan intuk menentukan nilai persediaan yang digunakan dalam

menyusun laporan bulanan. Metode ritel juga dapat digunakan sebagai

alat bantu untuk melakukan perhitungan fisik persediaan. Dalam hal ini,

jenis-jenis persediaan yang dihitung dicatata pada lembar persediaan

menurut harga jualnya, bukan harga pokok. Persediaan fisik pada harga

15
jual ini kemudian dikonversi ke harga pokok dengan menerapkan rasio

harga pokok terhadap harga jual dari barang yang tersedia untuk dijual.

2.4.2 Metode Laba Kotor untuk Mengestimasi persediaan

Metode laba kotor (gross profit method) menggunakan estimasi

laba kotor yang direalisasikan selama periode dimaksud untuk

mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya

diestimasikan dari tingkat aktual dari tahun sebelumnya, disesuaikan

dengan setiap perubahan yang terjadi dalam harga pokok dan harga jual

selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor, jumlah

hasil penjualan dalama suatu laba kotor dapat dibagi menjadi dua

komponen yaitu laba kotor dan harga pokok penjualan. Harga pokok

penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia

untuk dijual guna mendapatkan estimasi harga pokok persediaan.

Metode laba kotor sangat berguna dalam mengestimasi

persediaan untuk laporan keuangan bulanan dalam sistem persediaan

periodik. Metode ini juga berguna dalam mengestimasi harga pokok

barang dagang yang rusak akibat kebakaran atau bencana lainnya.

2.5. Sistem Pengisian Kembali Persediaan Barang Umum

Untuk membicarakan tentang pengisian kembali persediaan, perlu

dipertajam dan dibedakan antara pengisian kembali persediaan barang

umum dan pengisian kembali persediaan suku cadang. Hal-hal berbeda

mengenai kedua jenis material itu adalah :

1. Barang umum ;

a. Penggunaan tidak tergantung dari peralatan tertentu

b. Biasanya banyak pabrik yang membuatnya

16
c. Biasanya banyak tersedia secara siap-ada (ready-stock) di pasaran

d. Frekuensi dari jumlah penggunaanya relatif tetap

e. Relatif mudah untuk memprediksi keperluan yang akan datang

f. Macamnya cukup banyak

g. Cukup mudah untuk melaksanakan standarisasi

h. Tingkat saling-dapat-dipertukarkan (interchangeability) sangat tinggi

2. Suku Cadang :

a. Penggunaannya tergantung dari peralatan tertentu

b. Yang membuat biasanya hanya satu pabrik, atau setidaknya jumlah

pabriknya sangat terbatas

c. Biasanya tidak tersedia secara siap-ada di pasaran, kecuali jenis

suku cadang umum

d. Frekuensi dan jumlah penggunaanya sangat bervariasi

e. Relatif sulit untuk memprediksi keperluan yang akan datang

f. Jenis dan macamnya sangat banyak

g. Lebih sulit untuk melaksanakan standarisasi

h. Tingkat saling-dapat-dipertukarkan sangat rendah

Dalam manajemen persediaan tersedia sejumlah sistem yang

mengatur dan menghitung bagaimana mengisi kembali persediaan

barang. Persediaan barang yang ada di gudang akan berkurang karena

diambil dan dipakai oleh pihak atau bagian perusahaan. Jumlah,

frekuensi, keteraturan, dan turun-naiknya pengambilan atau pemakaian

tergantung dari kebutuhan. Kebutuhan ini kadang teratur, kadang-kadang

tidak teratur, bahkan kadang tidak teratur sama sekali. Oleh karena itu,

sistem yang dikembangkan untuk pengisian kembali persediaan juga

didasarkan atas berbagai kondisi kebutuhan atau permintaan barang.

17
Atas dasar ini, secara garis besar, sistem yang dikembangkan

tersebut dibedakan menjadi sistem permintaan independen, sistem

permintaan dependen, dan sistem permintaan dengan ciri tersendiri.

1. Sistem Permintaan Independen

Permintaan independen ialah jenis permintaan suatu barang yang

bebas, artinya tidak tergantung pada waktu atau jumlah permintaan

barang lain. Permintaan seperti ini biasanya seragam dan relatif lebih

teratur. Dalam sistem permintaan independen seperti ini, model-model

perhitungan jumlah pemesanan kembali antara lain adalah sistem

pemesanan tetap, sistem produksi tumpukan (batch), sistem periodeik

tetap, dan sistem minimum-maksimum.

a. Sistem pemesanan tetap

Dalam sistem ini, untuk setiap kali pemesanan, jumlah yang

dipesan selalu bersifat tetap. Model yang paling populer ialah

model EOQ (eqonomic order quantity).

b. Sistem produksi tumpukan

Sistem ini berorientasi pada produksi barang dalam tumpukan

tertentu. Model yang cukup populer adalah formula economic

production quantity (EPQ), runout time method (ROT), dan

aggregate runout time method (AROT).

c. Sistem periodik tetap

Sistem ini digunakan untuk perhitungan atau tinjauan pemesanan

kembali persediaan barang berdasarkan jadwal waktu yang tetap.

Ada beberapa model yang dikembangakan dalam sistem ini,

diantaranya adalah Economic Order interval (EQI).

d. Sistem minimum-maksimum

18
Sistem ini menganut paham bahwa sebaiknya diusahakan suatu

jumlah persediaan minimum untuk menjamin kelangsungan

operasi perusahaan, namun juga perlu ditetapkan jumlah

maksimal untuk menjamin tidak tertumpuknya barang secara tidak

terkendali. Ini sesuai dengan prinsip manajemen persediaan.

2. Sistem permintaan dependen

Jenis permintaan barang dependen adalah jenis permintaan barang

yang waktu dan atau jumlahnya tidak bebas berdiri sendiri, tetapi

tergantung pada waktu dan atau jumlah permintaan barang lain.

Permintaan jenis ini biasanya berlaku untuk produksi rakitan, di mana

suatu produk rakitan atau hasil suatu rakitan komponen atau barang

yang lebih kecil. Model pemesanan kembali yang paling terkenal

dalam sistem ini adalah Material Requirement Planning (MRP).

3. Sistem permintaan dengan ciri tersendiri

Dalam sistem ini, permintaan barang walaupun ada sifat

kepastiannya, namun jumlah, waktu, dan frekuensi pemakaiannya

mempunyai pola tersendiri, yang berubah-ubah dalam suatu kurun

waktu tertentu pula, walaupun teratur dan kadang-kadang tidak teratur.

Ada ciri atau pola pemakaian yang berulang-ulang setiap tahunnya

(musiman) atau setiap beberapa tahun (siklikal), dan ada pola

pemakaian yang sama sekali tidak teratur.

2.6 Teknik Pengendalian Persediaan

Teknik pengendalian merupakan tindakan yang sangat penting

dalam menghitung beberapa jumlah optimal tingkat persediaan yang

diharuskan, serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali.

19
2.6.1 Metode Analisis ABC

Analisis ABC merupakan teknik klasisfikasi persediaan. Analisis ini

sangat berguna didalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap

penentuan jenis barang yang paling penting dalam sistem inventory yang

sifatnya multi sistem.

Pada umumnya persediaan terdiri dari berbagai jenis barang yang

sangat banyak jumlahnya. Masing-masing jenis barang membutuhkan

analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point.

Namun demikian harus kita sadari bahwa berbagai jenis barang yang ada

dalam persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang

sama. Sehingga untuk mengetahui jenis-jenis barang mana saja yang

perlu mendapat prioritas kita dapat menggunakan analisis ABC. Analisis

ABC ini dapat mengklasifikasi seluruh jenis barang berdasarkan tingkat

kepentingannya. Analisis ABC biasanya menggunakan diagram bentuk

kurva ABC dengan cara menghitung rangking masing-masing kelompok

jenis barang berdasarkan hasil penjualan dengan jumlah sisa persediaan

yang masih ada dalam stock.

Berikut ini merupakan tiga bagian yang dikelompokkan dari metode

analisis ABC :

 Kelompok A yaitu kelompok 50% terbanyak nilai penjualannya

 Kelompok C yaitu kelompok 50% terendah nilai penjualannya

 Kelompok B yaitu merupakan kelompok yang berada di tengahnya

Pembagian pengelompokkan tersebut di atas, tidak selamanya

kaku berdasarkan tiga bagian. Kadang-kadang ada perusahaan yang

membaginya menjadi empat kelompok (ABCD) atau bahkan lebih.

Ada 2 hal yang harus di perhatikan di dalam analisis ABC:

20
1. Berkaitan dengan kinerja ukuran. Meskipun nilai penjualan sering

digunakan sebagai ukuran kinerja, untuk memperoleh keputusan

yang berbeda ukuran yang dipakai harus sesuai dengan tujuan

pengambilan keputusan. Dengan demikian kriteria ukuran yang

dipakai harus menunjukkan skala yang terbaik dari keputusan yang

akan di ambil. Misalnya, apabila perusahaan ingin mengambil

keputusan mengenai investasi di bidang persediaan, maka total nilai

penjualan merupakan data yang paling tepat. Tetapi apabila tujuan

perusahaan ingin mengetahui kemampuan perusahaan untuk

melayani pelanggan tanpa mengakibatkan keterlambatan, maka lebih

tepat digunakan profitability dibandingkan dengan nilai penjualan.

2. Masalah yang kedua, adalah seringkali perusahaan memiliki jenis

barang yang masuk kategori kelompok C berdasarkan kriteria nilai

penjualan, tetapi sangat penting untuk pelanggan. Contohnya adalah

apabila penjualan salah satu komponen dari mesin yang sangat

kompleks. Nilai penjualan per unit dari komponen tersebut sangat

rendah dibandingkan dengan nilai penjualan dari mesin tersebut

secara utuh, tetapi komponen merupakan jenis barang yang sangat

penting dari mesin yang telah dibeli konsumen. Apabila penjualan

komponen yang penting ini tidak dipenuhi dapat mempengaruhi total

penjualan mesin dimasa yang akan datang. Dengan demikian sangat

perlu diperhatikan bahwa meskipun komponen tersebut terdapat

dalam kategori C, jenis barang tersebut perlu mendapatkan perhatian

khusus dari pihak manajemen, sama sepsrti jenis barang yang

terdapat dalam kelompok A dan B.

21
2.6.2 Metode Pengawasan Persediaan

Menurut Freddy Rangkuti (2002,24) dikutip dalam buku

Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Dalam menghitung

jumlah pembeliaan yang optimal terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. EOQ model dengan adanya kebutuhan tetap

Pengawasan persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen

yang dapat dipecahkan dengan menerapkan metode kuantitatif.

Konsep ini dapat diterapkan baik untuk industri skala kecil maupun

industri skala besar. Dengan demikian dengan menganalisis secara

kuantitatif, proses pengambilan keputusan dapat dipilih secara tepat,

sekalipun di dalam perusahaan yang telah dikelola dengan baik.

Model pengawasan persediaan dengan adanya kebutuhan tetao

dapat dilaksanakan apabila kebutuhan-kebutuhan permintaan di

masa yang akan datang memiliki jumlah yang konstan dan relatif

memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil. Apabila jumlah

permintaan telah diketahui maka kita dapat mengasumsikan bahwa

jumlah permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang

konstan dan diketahui.

2. EOQ model dengan adanya Stock Out

Apabila jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar dari tingkat

persediaan yang ada, maka akan terjadi kekurangan persediaan atau

biasa disebut dengan Stock Out. Pada situasi terjadinya kekurangan

persediaan, seorang pengusaha akan mengalami dua kemungkinan

yaitu :

a. Permintaan akan dibatalkan

b. Barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian

22
Kemungkinan pertama jelas tidak akan dilakukan oleh seorang

pengusaha jika ingin maju, sebab apabila hal ini dilakukan maka citra

perusahaan tersebut akan hancur, dan akan kehilangan pelanggan

untuk selama-lamanya. Satu-satunya jalan adalah dengan cara

mengadakan perjanjian bahwa barang yang tidak dapat dipenuhi saat

ini akan dipenuhi kemudian. Dengan demikian, barang yang masih

kurang akan dipenuhi pada putaran produksi berikutnya.

3. EOQ model dengan adanya kapasitas lebih

Kapasitas lebih dalam persediaan merupakan stok atau

persediaan yang disimpan akibat tidak seluruhnya dapat terserap

oleh pasar. Misalnya dalam suatu perusahaan, produksi berjalan

terus secara kontinyu dengan laju P satuan setiap hari. Sedangkan

jumlah permintaan adalah sebesar D satuan setiap hari, maka stok

dalam gudang akan sama dengan (P-D) satuan setiap hari.

Selanjutnya jika tiba-tiba produksi berhenti pada suatu saat, maka

persediaan akan berkurang dengan kecepatan sebesar D setiap hari.

Seandainya tidak terjadi kekurangan dalam stol atau tidak terjadi

Sock Out, seperti biasanya waktu antara dua putaran produksi adalah

sama dengan t. Karena Q adalah jumlah barang yang di produksi

dalam satu putaran produksi dan D adalah jumlah yang di perlukan

setiap hari, maka

T=Q/P

4. EOQ model dengan masa tenggang

Masa tenggang diartikan sebagai waktu penundaan antara saat

pemesanan dengan saat penerimaan. Yang perlu diingat adalah

bahwa jumlah pesanan optimal (Qo) tidak berpengaruh dengan

adanya masa tenggang. Yang menjadi persoalan adalah menentukan

23
jumlah persediaan minimum pada saat persediaan sudah harus

diajukan kembali, untuk menghindari terjadinya kekosongan dalam

stok dan sedemikian rupa sehingga barang pengganti sudah tiba

tepat pada awal putaran berikutnya. Kita tidak mungkin mengajukan

pemesanan pada suatu tingkat persediaan di mana proses masih

dalam keadaan menghabiskan stock dari masa tenggang

sebelumnya. Masalahnya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan

selama masa tenggang. Ini dapat dipenuhi dari persediaan

sebelumnya dalam stok pada saat permintaan baru diajukan dan

penggantian dari pesanan sebelumnya yang diperkirakan tiba selama

masa tenggang.

5. EOQ model dengan adanya kebutuhan tidak tetap.

Masalah persediaan ini akan dijelaskan dengan kondisi kebutuhan

yang sifatnya tidak tetap (probabilitas). Model ini dapat dikategorikan

single atau multi-period model. Pada multi-period model, distribusi

dari permintaan dapat berbentuk stationary atau nonstationary. Pada

multi-period model dengan permintaan berbentuk stationary dapat

dengan mudah dikembangakan menjadi model berbentuk

nonstationary. Kriteria dasar pengambilan keputusannya adalah

dengan meminimalkan biaya yang diharapkan (memaksimalkan

laba). Untuk itu model pengawasan persediaannya dilakukan secara

terus-menerus (continous review model). Model ini memperkenalkan

model probabilistik di mana persediaan dipantau secara terus-

menerus dan jumlah pemesanan dilaksanakan pada saat tingkat

persediaan mencapai titik tertentu (reorder point). Tujuannya adalah

untuk mengetahui nilai optimum dari jumlah pemesanan dan dapat

menimalkan biaya persediaan per unit pada suatu periode (dalam

24
model ini biasanya dipakai periode satu tahun, sebagai ukuran satu

periode waktu). Beberapa asumsi yang dipakai dalam model ini,

diantaranya :

a. Masa tenggang antara waktu pemesanan adalah bersifat

Stochastic

b. Permintaan yang tidak dapat dipenuhi selama masa tenggang

dilakukan pengiriman kemudian (backlog)

c. Pola distribusi permintaan selama masa tenggang adalah

independen waktunya

d. Pada saat yang bersamaan tidak ada pemesanan lagi. Total

biaya tahunan untuk model ini adalah rata-rata biaya set up,

biaya penyimpanan, dan biaya kehilangan penjualan /

persediaan. Biaya penyimpanan dihitung berdasarkan tingkat

persediaan pada awal persediaan dan akhir persediaan.

6. EOQ model dengan adanya potongan harga

Potongan haarga merupakan suatu kebijakan di mana harga beli

per unitnya akan lebih murah dibandingkan dengan harga beli per

unit rata-rata. Hal ini sangat dimungkinkan karena jumlah produk

yang telah dibeli telah mencapai batasan pembelian minimum

tertentu.

Pada umumnya harga beli per unit menurun sebesar kenaikan

jumlah pembelian, disebabkan karena adanya prinsip skala ekonomis

dalam bidang produksi maupun distribusi. Apabila permintaan telah

diketahui jumlahnya, maka dengan sendirinya dalam tidak terjadi

kehabisan stok (pengiriman dilaksanakan secara teratur). Sehingga

harga beli per unitnya menadi bervariasi tergantung pada jumlah

25
barang yang dibeli. Kondisi sperti ini disebut dengan EOQ model

dengan potongan harga.

Mengenai konsep potongan harga, prinsipnya adalah menghitung

batas harga yang memungkinkan, apabila jumlah pembelian

meningkat. Untuk merangsang meningkatnya jumlah pembelian, para

supplier membagi jumlah keuntungan dengan konsumen.

7. EOQ model dengan asumsi aliran produk kontinu

Selain menerima order pada saat yang bersamaan, perusahaan

juga dapat menghasilkan produk secara kontinu. Dengan demikian

produk yang dihasilkan dapat dikirim ke persediaan dalam kelompok

sebesar Q. Asumsinya jumlah unit yang digunakan sebesar D, yang

dihasilkan dengan tingkat produksi sebesar p. Lebih jauh lagi, model

ini mengasumsikan bahwa apabila biaya bahan pokok dari produk

yang dihasilkan sebesar 99% dari total biaya produk, maka bahan

pokok tidak dapat dibeli pada saat yang bersamaan pada satu waktu.

2.6.3 Sistem persediaan Just-In-time

Pada saat ini, banyak perhatiaan telah diberikan kepada

Manajemen Jepang dengan sistem Just-In-time atau Sistem Kanban.

Kanban mengacu pada kartu yang menginginkan satu departemen dari

satu organisasi untuk menghasilkan jumlah minimum dari suatu jenis

barang, dalam menjawab reaksi dari persyaratan departemen lain. Idenya

adalah dengan menggunakan relatif sangat kecil order atau produksi,

dengan relatif Low Order Points, sehingga pemenuhan persediaan yang

mengakibatkan meminimalkan biaya penyimpanan. Dengan demikian

apabila tingkat persediaan lebih rendah dari tingkat EOQ, maka ordering

cost akan meningkat dan total biaya akan lebih tinggi daripada optimal.

26
Dengan demikian, untuk mengimplementasikan konsep Just-In-time,

sangat penting untuk biaya pemesanan atau set-up lebih rendah daripada

nilai sebelumnya. Tujuannya adalah menghilangkan pemborosan dan

konsisten dalam meningkatkan produktivitas.

27
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Dian Indo Megah Perkasa cabang bogor yang bernama Twin

Tullipeware untuk pertama kali beralamat di Jl. Raya no. Bogor. Ditahun

ke , Twin Tullipeware kemudian berpindah lokasi ke Jl. Baladewa Raya no

8 Bogor. Twin Tullipeware bergerak dalam bidang penjualan berbagai

jenis barang peralatan rumah tangga buatan Bandung.

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Menyuguhkan hidangan dalam peralatan plastik merupakan

pemandangan yang kian akrab pada masa kini dengan keunggulan

praktis, anti pecah, desain yang menawan dan nuansa warna yang kaya.

Tidak sulit dipahami mengapa terpikat oleh produk berbahan baku plastik.

Dilandasi dengan doa dan tekad untuk menjadikan produk plastik

berkualitas menjadi tuan rumah di negeri sendiri, maka pada tahun 2000

lahirlah produk plastik yang bernama : TWIN TULIPWARE. Produk ini

lahir untuk menjawab kebutuhan masyarakat untuk dapat memiliki produk

plastik yang berkualitas setara buatan luar negeri dengan harga

terjangkau.

Nama Twin Tulipware dipilih karena memiliki 2 makna, yaitu:

TWIN, karena dua orang pendirinya, TULIP, merupakan nama bunga

yang cantik dan memiliki konsep universal. Dimanapun dan dalam bahasa

apapun bunga ini disebut dengan nama TULIP.

28
Kota Bandung yang mendapat julukan Kota kembang, di kota

inilah berawal produksi dan pemasaran produk Twin Tulipware. Pada

mulanya Twin Tulipware dipasarkan secara ekslusif melalui para

Distributor. Dalam perkembangannya sistem Distributorship ini berubah

menjadi Stockist dan Cabang.

Pada tanggal 06 November 2002 lahirlah PT Dian Megah Indo

Perkasa menindaklanjuti perkembangan Twin Tulipware yang progresif.

Sepanjang tahun 2002-2003, Twin Tulipware mengalami restrukturisasi

besar-besaran dalam bidang manajemen dan pemasaran. Pada tanggal

06 November 2002 lahirlah PT Dian Megah Indo Perkasa menindaklanjuti

perkembangan Twin Tulipware yang progresif.

Dalam bidang produksi, era ini ditandai dengan investasi berupa

pendirian pabrik dengan kelengkapan yang mampu melahirkan produk-

produk berkualitas tinggi. Inovasi dalam desain produk dan warna

dirancang secara profesional oleh Rumah Produksi Twin Tulipware.

Pengadaan mesin pembuat “mould” (cetakan) semakin mempermudah

dan memperkaya produksi Twin Tulipware sehingga rancangan-

rancangan produk yang baru dalam hal fungsional dan ergonomis

berhasil diciptakan oleh Rumah Produksi Twin Tulipware.

Dalam satu dasawarsa berbasis filosofi Care and Grow dengan

semangat tumbuh kembang bersama, Twin Tulipware kini telah memiliki

pabrik dan lebih dari 50 cabang serta stockist yang tersebar di pulau

Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Keberhasilan yang dicapai ini

tidak lepas dari kerjasama tim, tim produsi dan pemasaran. Twin

Tulipware kini sungguh telah menjelma menjadi kebanggan bersama

anak bangsa. Kepercayaan masyarakat pada produk dan bisnis Twin

29
Tulipware dibangun berlandaskan doa, kerjasama, dan rasa bangga

memiliki produk buatan Indonesia.

Setiap perusahaan tentunya memiliki Visi dan Misi dalam

menjalankan usahanya. Berikut merupakan Visi dan Misi dari PT. Dian

Indo Megah Perkasa :

Visi

Tujuan utama PT. Dian Indo Megah Perkasa adalah memperoleh laba

semaksimal mungkin dari produk-produk yang dipasarkan, dengan

memperkerjakan karyawan yang berdedikasi tinggi dan profesional.

Setiap rumah di Indonesia memiliki dan menggunakan produk Twin

Tulipware Indonesia. Menjadikan Twin Tulipware tuan rumah di negeri

sendiri. Menjadikan pria dan wanita Indonesia cinta dan bangga terhadap

produk dalam negeri. Menjadikan Twin Tulipware sebagai peluang bisnis

yang menjanjikan.

Misi

 Memberikan pelayanan semaksimal mungkin terhadap costumer

 Mengutamakan kualitas daripada kuantitas

 Mengedepankan inovasi terhadap produk yang dibutuhkan costumer

 Menciptakan kenyamanan bagi costumer

 Menjadikan Twin Tulipware produk yang berkualitas tinggi dengan

warna yang khas dan menarik.

 Melatih pria dan wanita Indonesia untuk menjadi mandiri dan mampu

mengembangkan diri secara profesional.

 Menyediakan lapangan pekerjaan dan kesempatan kepada seluruh

sumber daya manusia (SDM) yang ada untuk berkreasi dan berinovasi

di Twin Tulipware.

30
 Terus mengembangkan marketing plan yang menguntungkan semua

pihak.

Target Pasar :

Semua kalangan ibu rumah tangga

3.1.2 Lokasi Perusahaan

1. Twin tulipware bogor

Perum. Indraprasta Jl. Baladewa Raya no. 8 Bogor

2.

3.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Kegiatan atau aktivitas dalam suatu perusahaan dapat diatur

dengan baik dengan dibentuknya organisasi. Organisasi adalah

sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan

dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Guna mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan tahapan waktu dan

pembagian tugas, sebab dalam organisasi terdapat batasan-batasan

tanggung jawab dari masing-masing petugas yang sesuai dengan

perannya sendiri.

Struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja dan

menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang

berbeda-beda diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu, struktur

organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran

perintah dan penyampaian laporan.

Kegiatan-kegiatan dalam struktur organisasi dapat berjalan

dengan adanya pembagian tugas yang merupakan salah satu hal penting

dalam sebuah organisasi untuk menjaga kelancaran dan kesinambungan

31
dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Dengan adanya

pembagian tugas dalam sebuah organisasi, diharapkan kegiatan kerja

staf menjadi lebih terarah sehingga dalam melaksanakan tugas masing-

masing akan lebih memahami arti dari tugas dan wewenang itu sendiri

serta dapat bertanggung jawab sesuai kapasitasnya.

Struktur organisasi Twin Tulipware dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1

Struktur Organisasi PT. Dian Indo Megah Perkasa (Twin Tulipware Bogor)

32
33
Uraian tugas yang telah diatur oleh Twin Tulipware adalah sebagai

berikut :

1. Kepala cabang / SC

Tugas dari kepala cabang adalah :

a. Memberikan perintah kepada bawahan

b. Menjalankan fungsi kepala cabang dalam mencapai tujuan

perusahaan

c. Membuat program-program pemasaran sebagai alat untuk

mencapai target perusahaan

d. Mengevaluasi program-program yang telah diterapkan

sebelumnya untuk kemudian dinilai sejauh mana realisasi

tingkat keberhasilannya dalam mencapai target.

e. Bertanggung jawab penuh terhadap kondisi perusahaan.

2. ADM

Tugas dari ADM adalah :

a. Menginput data

b. Mengecek penjualan

c. Laporan keuangan harian

d. Menyetorkan uang ke rekening pusat dengan tepat waktu

e. Mengecek penjualan mingguan

f. Menginformasikan setiap promo dan info kepada setiap

dealer/manager

g. Mendata dan menyerahkan daftar setiap dealer, manager,

tamu yang datang saat gathering

h. Mendata, melaporkan, dan menyerahkan data dealer yang

mau mengikuti Pra-CM, CM.

i. Membuat laporan spell up

34
j. Mempersiapkan gathering (hadiah spell up, lucky draw,

jalannya gathering)

k. Mempersiapkan perlengkapan training (product, fotocopy

materi,dll)

l. Mengirimkan absensi setiap bulannya dengan tepat waktu

3. Gudang

a. Membuat barang PO ke pusat

b. Memeriksa barang yang datang sesuai dengan surat jalan

atau packing list

c. Menyusun barang dengan rapi di gudang

d. Membuat kartu stock setiap hari

e. Mengeluarkan barang sesuai nota penjualan

f. Mengelola barang (FIFO)

g. Stock Opname barang setiap minggu

h. Membersihkan display barang-barang yang terpajang di

display kantor

i. Memperbaharui display barang sesuai dengan promo atau

barang baru

j. Parcel barang (spell up, games, hadiah gathering, dll)

k. Menerima barang service dan membuat nota/surat

penerimaan barang service

4. Driver

Tugas dari driver adalah :

a. Bertanggung jawab penuh terhadap kendaraan operasional

perusahaan

b. Mengantarkan barang pesanan kepada konsumen

35
5. Job desc bersama

a. Menjaga kebersihan kantor

b. Membersihkan ruangan kerja dan seluruh ruangan kantor

3.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia memiliki peranan aktif dan dominan dalam

setiap kegiatan organisasi maupun usaha. Karena manusia menjadi

perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya organisasi dan usaha.

Tujuan tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa peran aktif karyawan.

Suatu keberhasilan dan kemajuan suatu perusahaan ditentukan oleh

kualitas sumber daya manusia yang baik diantara faktor-faktor lain yang

menentukan.

Pengelolaan sumber daya manusia didalam perusahaan

selayaknya menjamin kenyamanan dan kelancaran bagi karyawannya,

dimana karyawan merupakan aset terpenting dalam suatu perusahaan.

Namun, penggunaan sumber daya manusia yang baik sangat diperlukan

bagi perusahaan karena mutu yang baik berasal dari sumber daya

manusia yang baik.

PT. Dian Indo Megah Perkasa berkomitmen untuk

mengembangkan sumber daya manusia terbaik dalam kinerja

perusahaannya. Dimana hanya karyawan-karyawan yang memiliki

standar dan keahlian dibidangnya yang dapat bergabung untuk

mengembangkan potensinya pada perusahaan ini. Oleh karena itu

standar pendidikan sangat diutamakan dalam perekrutan pekerjanya.

Terdapat jenjang pendidikan yang berbeda didalam sumber daya

manusia yang ada. Jenjang pendidikan yang ada pada Twin Tullipeware

cabang bogor diantaranya :

36
1. Kepala cabang di Twin Tullipeware cabang Bogor memiliki jenjang

pendidikan S1

2. Admin di Twin Tullipeware cabang Bogor memiliki jenjang pendidikan

D3

3. Bagian Gudang di Twin Tullipeware cabang Bogor memiliki jenjang

pendidikan SMA

4. Driver di Twin Tulipware cabang bogor memiliki jenjang pendidikan

SMA

3.4 Sarana dan Prasarana

Faktor yang tak kalah pentingnya sebagai pendukung sebuah

organisasi perusahaan adalah adanya sarana dan prasarana yang

memadai. Sehingga kegiatan organisasi perusahaan dapat berjalan

lancar dan optimal. Sarana dan prasarana yang memadai dapat

mewujudkan kenyamanan dalam menjalankan kegiatan organisasi

perusahaan sehingga diharapkan dapat memacu kinerja untuk

mengembangkan semua potensi yang dimiliki.

Sarana yang ada di Twin Tullipeware cabang Bogor adalah

sebuah rumah di komplek

Prasarana yang dapat mendukung kegiatan penjualan di Twin

Tullipware adalah :

 Mobil

 Komputer sebanyak 2 buah

 Mesin EDC sebanyak 3 buah dari bank

 Kipas angin sebanyak 2 buah

 Rak display sebanyak 2 buah

 Pengeras suara

37
 Mesin printer

 Telepon, handphone

 Mesin Fax

 Peralatan kantor lainnya seperti pulpen, buku, pensil, dan alat

alat ATK lainnya.

Dengan adanya sarana dan prasarana yang cukup menunjang

diharapkan dapat memacu kinerja sumber daya manusia pada PT. Dian

Indo Megah Perkasa agar dapat mewujudkan perkembangan perusahaan

dan menghasilkan produk yang bermutu.

3.5 Uraian Singkat Kegiatan Pekerjaan

Dalam tahap observasi dan praktek kerja, penulis melakukannya

secara langsung pada PT. Dian Indo Megah Perkasa / Twin Tulipware

Bogor

Masa magang penulis di Twin Tullipeware terhitung sejak 3

Februari 2014 sampai 30 April 2014. Selama magang di Twin Tullipeware,

penulis ditempatkan sebagai staff gudang dan admin, di cabang bogor

dan bertugas menangani hal pembukuan dan bertanggung jawab secara

langsung terhadap keluar masuknya barang.

Berikut merupakan beberapa uraian tugas penulis selama magang

di Twin Tullipeware cabang Bogor dan di tempatkan sebagai bagian

gudang :

1. Melakukan pengecekan terhadap kondisi fisik persedian barang jadi

(stock opname) yang terdapat di gudang dan membuat form

purchase order dan mengirimkannya ke pusat yang dilakukan setiap

38
minggu dan diserahkan ke ADM. Form P.O harus di tandatangani

oleh kepala cabang dan ADM.

2. Membuat kartu stock setiap hari yang berisikan jumlah barang

masuk, jumlah barang dan saldo.

3. Melakukan pengecekan barang masuk (import). Barang yang berasal

dari luar atau import harus dicek terlebih dahulu sebelum disimpan

digudang sebagai persediaan. Barang tersebut harus sesuai dengan

Packing List atau daftar barang yang diberikan oleh supplier yang

sesuai dengan P.O yang diminta.

4. Melakukan pengecekan Surat Jalan, apakah nama Costumer, jenis

barang, ukuran, warna dan jumlahnya telah sesuai dengan nota

penjualan yang telah diberikan oleh bagian ADM.

5. Melakukan pengecekan barang dari costumer sebagai layanan purna

jual yang dilakukan oleh perusahaan. Pengecekan barang tersebut

harus dicek kerusakannya. Setelah itu di buat nota/surat penerimaan

barang service. Nota tersebut berisi nama costumer, jenis barang,

ukuran dan warna.

Selain itu juga penulis selama magang di PT. Dian Indo Megah

Perkasa / Twin Tulipware Bogor ditempatkan menjadi ADM, dimana tugas

tugas yang dilakukan adalah :

1. Melayani konsumen yang ingin melakukan pembelian barang yang

terdapat di Twin Tulipware cabang Bogor

2. Mengisi nota pembelian, nota pembelian di isi oleh penulis sesuai

dengan harga barang tersebut. Nota ini terbagi menjadi dua lembar,

lembar pertama diberikan kepada costumer dan lembar kedua di

simpan sebagai arsip

39
3. Barang yang telah terjual tiap harinya di input untuk menyamakan

stock barang dengan barang keluar. Input data dilakukan langsung

setelah nota pembelian di isi. Berbeda dengan sistem penjualan di

tempat lain yang menginput data penjualan pada akhir setelah jam

kerja selesai. Di Twin Tulipware penginputan data penjualan

dilakukan setelah nota pembelian, hal ini menghindari selisih data

penjualan dengan data stock barang yang terdapat di gudang.

4. Membuat laporan mingguan. Kegiatan ini dilakukan setiap akhir

minggu. Laporan mingguan di buat berdasarkan pengumpulan data

laporan harian. Laporan di serahkan ke pusat untuk di ketahui

penjualan selama satu minggu juga stock yang masih tersedia.

3.6 Perbandingan Teori dan Praktek

Setelah melihat dan mempelajari semua sistem maupun prosedur


dan magang pada PT. Dian Indo Megah Perkasa / Twin Tulipware Bogor,
maka dapat terlihat perbedaannya antara praktek kerja dan pada saat
mempelajari teori-teori yang dapat dibandingkan. Pada saat mempelajari
teori-teori hanya dapat melihat kemungkinan yang terjadi atau
gambarannya saja dari suatu perusahaan dengan perkiraan-perkiraan
yang belum dapat secara langsung dimengerti.

Sedangkan pada saat mempelajari langsung selama proses


magang pada PT. Dian Indo Megah Perkasa / Twin Tulipware cabang
Bogor, maka dapat diketahui sejauh mana prosedur pengelolaan
persediaan ataupun sistem pencatatannya.

3.6.1 Persediaan yang Dikelola Oleh Perusahaan

PT. Dian Indo Megah Perkasa / Twin Tulipware cabang Bogor


menjual barang berupa finished goods, yaitu merupakan barang jadi,
produk akhir yang siap untuk di jual, didistribusikan atau disimpan. Barang
jadi tersebut dikirim dari pusat dengan tujuan untuk dijual dan
mendapatkan keuntungan atau laba.

40
Berikut barang dagang yang tersedia di Twin Tulipware cabang
Bogor :

1. Tempat minum (gelas)


2. Tempat makan (piring,mangkok)
3. Toples
4. Sendok
5. Garpu
6. Sodet
7. Panci
8. Blender
9. Tempat nasi
10. Teko
11. Steamer
12. Termos
13. Rantang

3.6.2 Proses Pembelian Barang sampai Barang Terjual

Adapun proses pengelolaan barang dagang di PT. Dian Indo


Megah Perkasa dimulai dari pemesanan barang sampai dengan barang
tersebut terjual yaitu :

1. Pembelian
Setiap akhir pekan pada hari sabtu staff gudang membuat P.O
setelah terlebih dahulu melakukan stock opname mingguan. Form
P.O kemudian diserahkan kepada bagian ADM untuk kemudian di
tanda tangani oleh kepala cabang dan ADM. Jika telah di setujui dan
di tanda tangani oleh ADM dan Kepala Cabang maka P.O di kirim ke
pusat untuk di proses.
2. Barang datang
Setelah barang dipesan, barang akan di kirim ke alamat kantor
Twin Tulipware cabang Bogor beserta dengan faktur dan surat jalan.
Barang yang sudah datang terlebih dahulu di periksa oleh bagian
gudang berdasarkan faktur, sebelum barang barang tersebut di
simpan.

41
3. Menginput barang datang
Setelah barang datang dan diperiksa, bagian gudang
melakukan pencatatan secara manual barang yang akan di display di
rak display, pencatatan barang yang baru datang biasa di sebut
dengan surat jalan. Surat jalan dilakukan sebagai arsip. Kemudian
dilakukan penginputan pada persediaan barang.
4. Penjualan
Penjualan dilakukan setiap hari secara cash dan credit dengan
harga yang telah tertera tanpa pengurangan ataupun penambahan
biaya lainnya walaupun itu penjualan credit. Setiap terjadinya satu
kali penjualan selalu dibuat nota penjualan yang terdiri dari dua
rangkap. Lembar pertama (berwarna putih) untuk konsumen, lembar
kedua (berwarna merah muda) untuk arsip perusahaan. Jika
pembelian credit maka lembar pertama untuk arsip perusahaan dan
lembar kedua untuk konsumen, setelah konsumen melunasi maka
lembar pertama untuk konsumen dan lembar kedua untuk arsip
perusahaan.
5. Menginput penjualan
Penginputan penjualan dilakukan oleh bagian ADM setiap kali
setelah pencatatan pada nota, dilakukan dengan menginput nama
barang, jenis barang, dan harga barang yang terjual. Tidak lupa untuk
menginput pengurangan stock pada data stock persediaan barang
dagang.

3.6.3 Prosedur Pengelolaan Persediaan pada PT. Dian Indo Megah


Perkasa
Persediaan barang jadi pada Twin Tulipware cabang Bogor
diperoleh dari pemesanan barang ke pusat yang berada di Bandung.
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan tinjauan manajemen yang
dilakukan oleh bagian gudang yang kemudian dilakukan perencanaan
permintaan barang.
Berdasarkan tinjauan manajemen yang dilakukan maka
selanjutnya diterbitkan penerbitan purchase order atau permintaan
pembeliaan oleh bagian gudang yang didasarkan atas faktor-faktor
berikut:

42
1. Faktor permintaan, yaitu pengadaan barang jadi yang dilakukan
berdasarkan atas adanya faktor permintaan akan barang oleh
costumer. Permintaan dari costumer di bagi menjadi 2, yaitu:
a. Permintaan khusus, yaitu permintaan barang dimana barang
yang diinginkan merupakan barang jenis baru yang baru
dibuat dan di pasarkan hanya di pusat.
b. Permintaan lokal, yaitu permintaan barang dimana barang
yang diinginkan adalah barang yang sedang atau pernah di
buat. Namun karena adanya permintaan yang sangat tinggi
dilakukan pengadaan barang tersebut secara produksi.
2. Faktor penjualan, yaitu pengadaan barang jadi yang dilakukan
berdasarkan tingkat penjualan barang di pasaran. Dimana
barang yang akan dipesan memiliki tingkat penjualan yang
tinggi dibandingkan dengan barang yang lain.
3. Faktor waktu, yaitu pengadaan barang jadi yang dilakukan
waktu penjualan yang tepat. Dimana barang yang akan
diproduksi atau dipesan adalah barang musiman yang pada
waktu tertentu mengalami penjualan yang tinggi.

Untuk memenuhi permintaan konsumen akan barang jadi


berdasarkan faktor-faktor tersebut, Twin Tulipware cabang Bogor
menggunakan beberapa metode pengawasan persediaan dalam
pengelolaan persediaan barang jadi yaitu, Metode Analisis ABC dan
Metode Just In Time (JIT)

3.6.3.1 Prosedur Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Dengan Metode


Analisis ABC

Tingkat kebutuhan dan penjualan peralatan dapur pada Twin


Tulipware cabang Bogor tidak dapat diprediksi dan relatif tidak konstan.
Oleh karena itu, penggunaan Metode Analisis ABC dapat menjadi
alternatif dalam pengelolaan persediaan barang jadi. Metode Analisis
ABC digunakan untuk menganalisis barang-barang yang akan dipesan
atau diproduksi sesuai dengan tingkat penjualannya. Gambaran dari
prosedur pengelolaan persediaan pada Twin tulipware cabang Bogor
dengan menggunakan Metode Analisis ABC dapat dilihat pada gambar
3.2 dan prosedur-prosedur yang dijelaskannya adalah:

43
44
1. Prosedur pengelolaan persediaan dimulai pada saat adanya
pemesanan atau order dari costumer yang berisi jenis, ukuran,
warna dan jumlah barang yang diminta serta waktu pengiriman
yang diminta oleh Costumer.
2. Setelah order atau permintaan yang dilakukan oleh costumer
maka tahap selanjutnya adalah penanganan order Costumer
yang dilakukan oleh bagian ADM. Dalam tahap ini bagian ADM
membuat Costumer order List yang kemudian didistribusikan ke
bagian gudang.
3. Setelah Costumer Order List diterima oleh bagian gudang maka
petugas gudang akan melakukan pengecekan barang ada atau
tidak. Bila barang yang diminta oleh Costumer ada, maka akan
diinformasikan kepada bagian ADM yang diteruskan ke bagian
pengiriman barang untuk dilakukan pengiriman barang sesuai
dengan waktu yang diminta oleh Costumer yang disertai surat
jalan.
4. Bila barang yang diminta tidak ada maka akan diinformasikan
lagi ke bagian ADM untuk dilakukan analisis. Sebelumnya
barang telah dikelompokkan berdasarkan jenis, ukuran, dan
warna dari barang, sehingga dapat diketahui barang-barang
yang perlu diadakan persediaan ulang untuk memenuhi
permintaan Costumer dan untuk mengantisipasi adanya
permintaan dari Costumer. Hasil pengelompokkan tersebut
kemudian diinformasikan ke bagian ADM untuk diadakan
pengadaan persediaan barang-barang tersebut. Sebelum
dilakukan pengadaan persediaan dilakukan pendataan untuk
mengetahui proses pengadaan barang tersebut.
5. Setelah diketahui barang-barang apa saja yang akan dilakukan
pengadaan persediaan. Selanjutnya di buat Purchasing Order
yang kemudian di ajukan ke Kepala Cabang untuk di setujui. Bila
telah disetujui maka bagian ADM akan mengirimkan Purchasing
Order tersebut ke Pusat yang berada di Bandung. Yang
kemudian akan dilakukan penanganan order oleh pusat serta
kemudian dibuat Surat Jalan untuk melakukan pengiriman
barang ke cabang di Bogor, untuk selanjutnya dibuat Laporan

45
Barang Masuk oleh bagian Gudang sesuai dengan jenis, ukuran,
warna, dan jumlah barang yang dikirim oleh Pusat. Setelah
barang diterima maka barang tersebut dapat disimpan lalu
dikirimkan kepada Costumer sesuai Surat Jalan.

Dengan menggunakan Metode Analisis ABC Twin Tulipware


cabang Bogor dapat mengelola persediaan barang jadinya dimana
barang dengan tingkat penjualan dan permintaan tinggi dipenuhi terlebih
dahulu agar pada saat Costumer melakukan permintaan dan pembelian
dapat terpenuhi dan untuk melakukan antisipasi persediaan dimasa yang
akan datang.
Tingkat penjualan yang berubah-ubah kadang memberikan
kendala tersendiri dalam penggunaan analisis ini, karena bisa saja
barang yang disediakan tidak sesuai dengan permintaan dari Costumer
dan berakibat barang yang telah disediakan sebagai persediaan menjadi
tidak terjual dan menumpuk digudang.

3.6.3.2 Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Dengan Metode Just In Time


Twin Tulipware cabang Bogor merupakan perusahaan produsen
alat-alat rumah tangga khususnya alat-alat perlengkapan dapur.
Walaupun Twin Tulipware cabang Bogor ini berada di Bogor, tidak
menutup kemungkinan untuk memasarkan produknya ke daerah luar
Bogor. Dengan berkembangnya online shop hal itu tidak menjadi suatu
hal yang tidak mungkin. Selain itu juga biasanya pesanan dari luar daerah
merupakan pemesanan barang-barang yang relatif mempunyai nilai jual
yang tinggi sehingga biaya yang diperlukan pada saat produksi maupun
penyimpanan relatif tinggi. Metode Just In Time dapat digunakan dalam
menangani biaya-biaya yang cukup tinggi tersebut. Selain digunakan
pada saat pemenuhan permintaan luar daerah, metode Just In Time
dapat juga digunakan untuk pemenuhan permintaan khusus. Gambaran
prosedur barang jadi pada Twin Tulipware cabang Bogor dengan Metode
Just In Time dijelaskan dengan gambar 3.3

46
47
Prosedur-prosedur dari gambar 3.3 dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1. Prosedur pengiriman persediaan dimulai pada saat adanya


permintaan atau order dari Costumer yang berisi jenis, ukuran,
warna, dan jumlah barang yang diminta serta waktu pengiriman
yang diminta oleh Costumer.
2. Setelah order atau pemesanan yang dilakukan oleh costumer
maka tahap selanjutnya adalah penanganan order yang dilakukan
oleh bagian ADM. Dalam tahap ini ADM membuat Costumer Order
Lists yang kemudian didistribusikan ke bagian gudang.
3. Setelah dibuat Costumer Order Lists maka bagian gudang akan
menganalisa dan mendata Costumer Order List tersebut, sebagai
dasar pembuatan Permintaan Pembeliaan Barang yang kemudian
diserahkan ke bagian ADM.
4. Bagian ADM akan membuat Purchasing Order sesuai dengan data
yang telah diberikan oleh bagian gudang yang kemudian diberikan
kepada kepala cabang untuk disetujui. Dan bila telah disetujui
maka Purchasing Order tersebut akan dikirimkan ke bagian
gudang di kantor pusat.
5. Bagian gudang di kantor pusat akan mengirimkan barang yang
diminta ke bagian gudang di kantor cabang Bogor sesuai dengan
Purchasing Order yang telah diberikan oleh bagian ADM.
6. Bagian gudang akan membuat Laporan Barang Masuk sesuai
dengan Surat Jalan Barang yang diberikan oleh bagian
pengiriman dari kantor pusat serta akan menyimpan dan
menahannya sampai batas pengiriman.
7. Bila batas waktu pengiriman barang telah cukup maka barang
akan dikirim oleh bagian Gudang kepada Costumer dengan
menggunakan Surat Jalan.

Dalam prakteknya Metode Just In Time juga masih


menggunakan proses penyimpanan dan pengumpulan persediaan
awal sampai akhirnya pengiriman dilakukan. Proses pengumpulan
persediaan yang akan dilakukan kurang lebih satu minggu dari
proses penyediaan awal sampai akhirnya pengiriman dilakukan.

48
Hal itu dikarenakan kedatangan barang yang dipesan tidak tepat
waktu. Oleh karena itu, walaupun menggunakan Metode Analisis
Just In Time, tetap saja persediaan harus disimpan sampai pada
waktu pengiriman.

Dengan menggunakan metode-metode tersebut maka perusahaan


dapat mengetahui barang apa saja yang harus disediakan, dipesan atau
diproduksi sesuai dengan jumlah, jenis, dan waktunya. Pengelolaan
persediaan barang jadi digunakan oleh Twin Tulipware cabang Bogor
agar perusahaan memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi
permintaan dari Costumer. Namun persediaan tersebut harus dikelola
dengan baik agar tidak terjadi kelebihan persediaan sehingga akan
memakan biaya penyimpanan dan penumpukan pada gudang.
Pemesanan barang yang tiba-tiba bahkan tidak dapat diprediksi
mengharuskan perusahaan memiliki pengelolaan persediaan barang jadi
yang baik. Sehingga perusahaan harus dapat menyediakan persediaan
yang harus dimiliki untuk memenuhi permintaan dan menentukan berapa
jumlah persediaan yang harus dimiliki untuk mengantisipasi adanya
permintaan secara tiba-tiba. Tingginya persaingan antara perusahaan
penyedia alat-alat rumah tangga mengharuskan Twin Tulipware cabang
Bogor memiliki pengelolaan yang baik karena bila hal tersebut tidak dapat
dilakukan maka Costumer akan beralih ke perusahaan kompetitor lain
yang bergerak di bidang yang sama dengan Twin Tulipware.
Setelah penerimaan barang, persediaan tersebut disimpan di
gudang pada tempatnya sesuai dengan jenis, ukuran dan warnanya
masing-masing. Untuk menghindari adanya kekeliruan tempat-tempat
penyimpanan persediaan tersebut diberi Kartu Identitas yang berisi nama,
ukuran dan warna barangnya serta di cantumkan juga tanggal dan jumlah
penyimpanan dan pengambilan barang tersebut.
Dan kemudian persediaan barang tersebut dicatat pada Kartu
Stock persediaan oleh petugas di bagian gudang. Pencatatan dilakukan
secara perpetual dimana setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran
barang dicatat secara terus menerus sesuai tanggalnya. Pada awal dan
akhir periode dilakukan perhitungan dan pengecekan fisik persediaan
barang jadi tersebut yang kemudian dicocokkan dengan data yang ada

49
pada Kartu Stock yang dipegang oleh petugas bagian Gudang. Sehingga
dapat diketahui jumlah akurat dan yang sebenar-benarnya dari
persediaan yang berada di gudang sehingga dapat dilakukan persediaan
barang kembali agar tidak terjadi kekurangan persediaan.

3.6.4 Hambatan-Hambatan Dalam Pengelolaan Persediaan Barang Jadi


Pada Twin Tulipware cabang Bogor

Pengelolaan persediaan pada Twin Tulipware cabang Bogor


memiliki hambatan-hambatan sebagai berikut:

1. Tempat
Untuk melakukan pengelolaan persediaan barang jadi
diperlukan tempat yang memadai untuk menyimpan persediaan
tersebut. Karena masih banyaknya persediaan untuk barang
dengan tingkat permintaan rendah dan diperlukan tempat untuk
persediaan barang yang disediakan kembali untuk mengantisipasi
permintaan. Oleh karena itu diperlukan tempat yang luas agar
persediaan tersebut tidak terlihat menumpuk dan tercampur.
Namun tempat yang tidak memadai menjadi hambatan bagi
pengelolaan persediaan barang jadi.
2. Keterlambatan Pengiriman Persediaan Barang Jadi dari Kantor
Pusat
Pengelolaan persediaan harus dilakukan tepat waktu
sehingga bila terjadi permintaan, perusahaan dapat memenuhinya.
Namun, pengelolaan persedian terkadang mengalami
ketidakpastian waktu dari estimasi waktu yang telah ditentukan.
Hal tersebut terjadi karena adanya keterlambatan pengiriman dari
proses pemesanan persediaan barang dari bagian gudang di
Kantor Pusat yang mempengaruhi pengiriman barang ke
konsumen.
3. Adanya Costumer yang meminta barang yang sudah lama tidak
diproduksi
Pengelolaan persediaan barang jadi dilakukan untuk
memenuhi permintaan dari Costumer. Namun bila barang yang
diminta tidak ada dalam persediaan gudang maka harus

50
melakukan penyediaan, dan penyediaan itu memerlukan proses
yang lama. Oleh karena itu, kejadian ini menjadi hambatan dalam
pengelolaan persediaan barang jadi karena Costumer dapat
memilih perusahaan lain untuk memenuhi permintaannya.

51
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Prosedur pengelolaan persediaan barang jadi yang digunakan pada


Twin Tulipware cabang Bogor dilakukan dengan beberapa metode
sesuai dengan tingkat penjualan, permintaan dan waktu yang
dibutuhkan. Pengelolaan berdasarkan tingkat permintaan dapat
digunakan Metode Analisis ABC dimana penyediaan barang jadi
dilihat dari tingkat permintaan dan penjualannya masing-masing
barang persediaan tersebut. Dan pengelolaan berdasarkan waktu
digunakan pada saat-saat penjualan tertentu, misalnya permintaan
khusus sehingga dalam pengelolaannya menggunakan metode Just
In Time.
2. Hambatan-hambatan yang dialami dalam pengelolaan persediaan
barang jadi pada Twin Tulipware cabang Bogor adalah:

 Tempat untuk menyimpan persediaan barang jadi kurang


memadai sehingga menghambat pengelolaan persediaan
barang jadi.

 Waktu untuk pengelolaan barang jadi kembali memerlukan


waktu dari proses pengiriman dari supplier atau kantor pusat

 Adanya costumer yang meminta barang yang sudah lama tidak


disediakan di Twin Tulipware cabang Bogor

52
4.2 Saran

Dari pembahasan diatas dapat diliihat bahwa pengelolaan


persediaan barang jadi pada Twin Tulipware cabang Bogor dilakukan
dengan baik dan tepat. Namun lebih baik lagi bila Twin Tulipware cabang
Bogor lebih memperhatikan hal-hal berikut:

1. Memperluas tempat penyimpanan barang jadi agar tidak terjadi


penumpukan dan bercampurnya jenis-jenis barang yang berbeda-
beda.
2. Melakukan koordinasi yang lebih baik dengan supplier dalam hal
ini adalah kantor pusat agar barang dapat dikirim ke gudang tepat
waktu. Selain itu juga memberi waktu tunggu pada Costumer lebih
dari estimasi waktu pengiriman barang dari supplier untuk
mengantisipasi adanya keterlambatan dari supplier.
3. Melakukan penawaran pengalihan permintaan ke barang yang lain
yang lebih menarik, agar Costumer tidak beralih ke perusahaan
lain bila barang yang diinginkan tidak ada
4. Disarankan untuk perusahaan menggunakan metode analisis
Economic Order Quantity (EOQ) dalam pengelolaan
persediaannya agar dapat menentukan persediaan dalam tingkat
paling ekonomis.
5. Diperlukannya petugas atau karyawan dalam mengelola
persediaan agar pengelolaan bisa berjalan lebih maksimal.

53
DAFTAR PUSTAKA

Marom, Chairul. 2000. Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang. Salemba Empat.

Jakarta

Mubarak, M.M. and Syarif, R., 2006. Dampak Pelatihan Kerja Terhadap Kualitas

Kerja Karyawan. Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor, 8(20), p.2.

Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta

Narko. 2002. Sistem Akuntansi. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta

Nuraida, Ida. 2008. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta

Rangkuti, Freddy. 2002. Manajemen Persediaan. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta

Richardus. Eko. Indrajit. 2003. Manajemen Persediaan. PT Grasindo. Jakarta

Zulian. Yamit. 2005. Manajemen Persediaan. Ekonisia. Jakarta

http://pojokinfo.wordpress.com/2009/03/03/inventory-persediaan

http://dansite.wordpress.com/2009/03/31/pengertian-persediaan-inventory

54

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai