Anda di halaman 1dari 11

“PPNS” DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN MODERN

DEMI INDONESIA MANDIRI PRODUKSI PANGAN DI KAWASAN


RING OF FIRE PADA ERA REVOLUSI 4.0

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Engineering Scientific Competition Musamus

Kategori bidang : Gagasan Tertulis

Disusun Oleh :

(M. Ridho Solikin, 201661201089, Manajemen)

UNIVERSITAS MUSAMUS

MERAUKE

2019
PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : “PPNS” DAN PENERAPAN


TEKNOLOGI PERTANIAN
MODERN DEMI INDONESIA
MANDIRI PRODUKSI PANGAN
DI KAWASAN RING OF FIRE
PADA ERA REVOLUSI 4.0

2. Bidang Kegiatan : GAGASAN TERTULIS


3. Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : M. Ridho Solikin
b. NIM : 201661201089
c. Jurusann : Manajemen
d. Universitas : Universitas Musamus Merauke
e. Alamat Rumah dan No HP : Noari / 082238182606
f. Email : Solihin.ridho@gmail.com

Merauke,10 Maret 2019

M. Ridho Solikin
( NPM. 201661201089)
DAFTAR ISI

PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS ......................................................


DAFTAR ISI .............................................................................................................i
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
GAGASAN ............................................................................................................. 2
A. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ........................................................ 2
B. Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya ................ 5
C. Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki
Melalui Gagasan Yang Diajukan ........................................................................ 5
D. Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu
Mengimplementasikan Gagasan dan Uraian atau Kontribusi Masing- masing ... 5
1. Pemerintah ............................................................................................ 5
2. Mahasiswa............................................................................................. 6
3. Koperasi ................................................................................................ 6
E. Langkah-langkah Strategis yang Harus Dilakukan untuk
Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan atau Perbaikan yang
Diharapkan dapat Tercapai.................................................................................. 6
KESIMPULAN ....................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

i
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah
seperti dalam bidang tambang, perikanan, dan pertanian. Sumber daya alam yang
Indonesia miliki tidak terlepas dari pengaruh letak Indonesia secara astronomis
maupun geografis. Dalam ilmu geografi, letak astronomis Indonesia membentang
dari 60 LU sampai 110 LS dan 920 sampai 1420 BT, terdiri dari pulau-pulau besar
dan kecil yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau (Lasabuda, 2013). Sementara
itu menurut badan informasi geospasial (BIG) bahwa Indonesia memiliki daratan
seluas 1.922.570 km2 dan perairan seluas 3.257.483 km2 yang terletak diantara
dua benua dan dua samudera. Berdasarkan letak astronomis, geografis, jumlah
pulau, dan luas wilayah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara terluas
beriklim tropis di kawasan Asia Tenggara (www.big.go.id).
Sebagai negara yang terletak di Asia Tenggara, bersama negara lain seperti
Filipina dan Papua Nugini, Indonesia merupakan negara yang terletak pada
“Cincin Api Pasifik” atau Ring of Fire on Pasific Rims (Nurmawati, 2013).
Dengan demikian sebagai negara yang terletak pada jalur cincin api dunia,
Indonesia memiliki banyak gunungapi, baik yang masih aktif maupun gunungapi
yang telah lama tidak menunjukkan aktivitas vulkanik. Indonesia memiliki sekitar
129 gunung api aktif, yaitu sekitar 17% dari seluruh dunia (Kusumadinata, 1979).
Indonesia sebagai negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia
menjadikan tanah di Indonesia sangat subur. Hal tersebut dikarenakan tanah yang
ada disekitar gunungapi adalah jenis tanah vulkanik. Tanah vulkanik merupakan
tanah yang berasal dari hasil letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus
mengeluarkan tiga jenis bahan yang siap untuk dimuntahkannya yaitu berupa
bahan padatan, cair dan gas. Bahan padatan dapat berupa pasir dan debu vulkan,
sedangkan bahan cair dapat berupa lava. Bahan-bahan vulkanis tersebut nantinya
akan menjadi bahan induk penyusun tanah (Hardjowigeno, 1993). Menurut Anda
(2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman dengan komposisi total unsur hara tertinggi yaitu Ca, Na, K, dan Mg,
unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn,
Cu. Berdasarkan kandungan abu vulkanik tersebut, tanah yang berkembang dari
debu vulkan tergolong subur dan cocok dijadikan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan.
Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris dengan memiliki banyak
kelebihan sumber daya alam seperti luas wilayah, tanah yang subur, dan iklim
tropis, seharusnya Indonesia mampu menjadi negara yang mandiri dalam hal
pangan. Namun pada saat ini, untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat akan
beras, Indonesia masih mengimpor dari negara Thailand, Vietnam, dan beberapa
negara lainnya.

1
GAGASAN

A. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Perekonomian Indonesia selalu menjadi persoalan penting yang menarik untuk
dikaji, persoalan ini didasari atas data-data ekonomi makro yang menggambarkan
keadaan persaingan global Indonesia dalam ekonomi internasional. Sebagai
contohnya adalah nilai kurs nilai mata uang rupiah terhadap dollar yang semakin
mengalami penurunan, utang semakin bertambah, dan kebijakan terhadap
pemberhentian impor akan komoditas-komoditas yang selama ini sebenarnya
Indonesia mampu memproduksinya sendiri.
Kondisi-kondisi tersebut dirasa akan semakin bertambah parah apabila tidak
segera cepat diselesaikan melalui langkah-langkah konkrit oleh pemerintah. Hal
tersebut didasari oleh jumlah penduduk Indonesia yang akan semakin bertambah
mengingat persentase pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% atau
menyentuh angka 4 juta pertahunnya padahal seharusnya Indonesia harus
menyentuh angka ideal yakni 2 juta pertahunnya. Sementara menurut kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya
Chandra Surapaty, banyak dampak yang akan timbul jika laju pertumbuhan
penduduk berada diatas angka ideal. Salah satunya adalah terjadinya krisi pangan
dan energi (ww.bkkbn.go.id).
Padahal apabila ditinjau dari sumber daya alam yang dianugerahkan Tuhan
kepada Indonesia seperti yang dipaparkan dalam bagian pendahuluan maka
Indonesia mampu menjadi negara yang berdikari dalam hal pengentasan masalah
ekonomi internasional dan menghilangkan resiko pertumbuhan penduduk dengan
jumlah yang besar melalui sosialisasi masyarakat dalam mendukung pemerintah
menjaga kestabilan pertumbuhan Indonesia dengan segala aspek pertimbangan
resiko yang akan dihadapi di masa depan.
Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor beras
mulai dari tahun 2000 hingga 2015 atau selama 15 tahun. Pada tahun 2016 sampai
2017 pemerintah berhenti sementara untuk mengimpor beras dan pada 2018
Indonesia kembali mengimpor beras. Selama 15 tahun tersebut, Indonesia telah
mengimpor beras sebanyak 15,39 juta ton beras dengan volume impor beras
terbanyak pada tahun 2011 dengan volume sebesar 2,75 ton, sedangkan volume
terkecil terjadi pada tahun 2005 sebesar 189.616 ton. Dengan jumlah total impor
beras tersebut ditambah 500.000 ton pada tahun ini, maka hingga saat ini
Indonesia telah mengimpor beras sebesar 15,39 juta ton. Dana yang dikeluarkan
pada impor beras sebesar 15,39 juta ton mencapai 5,83 milliar dollar AS atau Rp
78,70 triliun (kurs Rp 13.500) (kompas.com).
Indonesia yang dijuluki sebagai negara agraris, namun nyatanya masih
mengeluarkan dana yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Jika dibandingkan dengan Thailand yang hanya memiliki luas sekitar 513.120
km2 dan jumlah penduduk sebanyak 68,86 juta (www.dosenpendidikan.com),

2
maka kita memiliki 3,7 kali lipat luas wilayah daratan dan 3,8 kali lipat jumlah
penduduk. Hal tersebut menunjukkan bahwa seharusnya Indonesia juga bisa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri bahkan untuk melakukan ekspor
beras ke luar negeri seperti yang dilakukan negara Thailand.
Beberapa hal lain yang mendasari mengapa Indonesia belum dapat mencukupi
kebutuhan pangan penduduknya adalah banyaknya lahan tidur yang belum
dimanfaatkan, dan semakin berkurangnya penduduk yang berprofesi sebagai
petani.
“Lahan tidur nasional mencapai 14 juta hektar, potensi ini harus dimanfaatkan
sehingga dapat mengekspor pangan,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman
(m.republika.co.id, 2016). Apabila 14 juta hektare dimanfaatkan untuk keperluan
peningkatan pangan, maka lebih dari cukup bagi Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan pangan penduduknya atau bahkan bisa mengekspor bahan pangan
terutama beras. Menurut Amran Sulaiman di tahun 2016 yang akan membuka 4
juta hektare lahan diperkirakan akan menuaikan hasil sekitar Rp 100 trilliun
hingga Rp 300 trilliun (m.metronews.com, 2016). Jumlah pendapatan tersebut
apabila sesuai dengan perkiraan Menteri pertanian, maka ketika seluruh 14 juta
hektare lahan tidur dimaksimalkan, pendapatan yang akan didapat bisa mencapai
sekitar Rp 350 trilliun hingga Rp 1.050 trilliun, angka yang sangat berbeda jauh
dengan data BPS mengenai total pengeluaran negara untuk mengimpor beras
selama 15 tahun.
Dilansir dari situs resmi CNN Indonesia, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia Faisal Basri mengungkapkan data dari BPS yang menyebutkan jumlah
penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus menurun dari 39,22 juta pada
2013 menjadi 38,97 juta pada 2014. Jumlahnya turun lagi menjadi 37,75 juta pada
2015. “Usia rerata petani semakin tua, sedangkan minat generasi muda untuk
menjadi petani semakin rendah, lembaga pendidikan tinggi pertanian memperluas
bidang studi ke nonpertanian, dan sarjana sekolah pertanian semakin banyak yang
bekerja di sektor nonpertanian”, kata Faisal. Masih berdasarkan data BPS
mengenai status pekerjaan utama, Faisal menemukan bahwa pekerja formal
mengalami peningkatan cukup tajam. “Hampir bisa dipastikan kebanyakan
mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi di bidang pertanian
cenderung bekerja di sektor jasa modern seperti keuangan, perdagangan, business
service, komunikasi, dan sebagainya,” jelasnya (m.cnnindonesia.com)
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berkurangnya jumlah petani di
Indonesia seiring berjalannya waktu, salah satunya adalah tingginya
pembangunan untuk kepentingan komersial atau industri di suatu daerah yang
terpaksa menggunakan lahan pertanian. Tingginya harga yang ditawarkan para
investor menjadikan petani tergiur dan akhirnya menjual lahannya. Hal tersebut
merupakan awal dari terjadinya alih fungsi lahan dan menyebabkan lahan
pertanian berkurang secara terus menerus (Dwi, 2017).

3
Lahan pertanian yang berkurang dapat dilihat pada data BPS tentang Jumlah
Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Golongan Luas Lahan yang dikuasai
Tahun 2003 dan 2013. Rumah tangga usaha pertanian dapat menjadi indikasi
jumlah lahan pertanian yang digarap oleh petani. Pada tahun 2003, terdapat 31,2
juta rumah tangga petani yang menggarap lahan untuk pertanian, sedangkan pada
tahun 2013 hanya terdapat 26,1 juta rumah tangga saja. Artinya jumlah rumah
tangga petani mengalami penurunan sebanyak 5,1 juta atau sebesar 16,3 persen.
Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut sudah terjadi penurunan yang sangat besar.
Maka dapat diprediksikan hingga saat ini sudah terjadi penurunan jumlah petani
yang cukup besar pula.
Kurangnya pengetahuan dan motivasi untuk meningkatkan produktivitas lahan
pertaniannya menjadi salah satu penyebab petani tidak mau meneruskan untuk
menggarap lahannya. Petani banyak memilih lahan tersebut dijual untuk
pembangunan perumahan, hotel, dan kepentingan komersial lainnya. Sehingga
petani yang sudah menjual lahannya terpaksa beralih profesi. Para petani biasanya
beralih profesi menjadi buruh bengunan, tukang ojek, tukang becak, dan lain
sebagainya. Selain itu kurangnya minat anak muda untuk menjadi petani juga
menjadi penyebab tidak adanya regenerasi petani. Hal tersebut jelas menyebabkan
semakin berkurangnya jumlah petani di Indonesia.
Berdasarkan data BPS, tenaga kerja di bidang Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan mengalami penurunaan yang sangat terlihat
jelas 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 – 2016. Pada tahun 2006 terdapat
sebanyak 40,1 juta tenaga kerja di bidang tersebut, sedangkan di tahun 2016
hanya terdapat sebanyak 37,8 juta tenaga kerja. Artinya, Indonesia mengalami
penurunan jumlah tenaga kerja di bidang pertanian sebesar 2,3 juta tenaga kerja
atau sekitar 5,89 persen.
Pada kasus seperti ini, dukungan dari pemerintah jelas sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kembali pertanian Indonesia. Dukungan pemerintah dapat
berwujud seperti sarana dan prasarana, bantuan subsidi input usaha tani, maupun
penyaluran tenaga penyuluh untuk memberikan penyuluhan dan informasi dalam
hal pertanian sehingga para petani mampu mengelola lahan pertaniannya dengan
baik dan mendapat keuntungan yang tinggi. Namun, peran pemerintah sampai saat
ini dirasa masih sangat kecil. Apabila produksi pangan di Indonesia tidak
mencukupi kebutuhan masyarakat, maka pemerintah cenderung melakukan impor
karna dirasa lebih mudah daripada harus memperbaiki sektor pertanian di negara
ini. Jika hal tersebut dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa
Indonesia akan semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Untuk itu program Petani Pegawai Negeri Sipil (PPNS) diharapkan mampu
menjadi sebuah solusi dalam meningkatkan motivasi dan keinginan di masyarakat
desa untuk menjadi petani.

4
B. Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya
Sebenarnya banyak program yang canangkan oleh pemerintah dalam hal
membangun pertanian dan menjaga kestabilan peningkatan jumlah penduduk.
Salah satunya yakni program menjadikan Merauke sebagai lumbung pangan
nasional yang diwacanakan oleh presiden Jokowi pada tahun 2015 dan program
keluarga berencana (KB) dengan slogan dua anak lebih baik.
Namun realitanya program lumbung pangan nasional tinggal menjadi sejarah
tanpa akutalisasi dikarenakan terkendala dalam hal kepengurusan hak milik, dan
program KB yang berjalan tanpa regulasi kuat dan hanya berupa himbauan. KB
juga hanya terdengar beberapa bulan setelah di perkenalkan oleh masyarakat,
namum dalam beberapa tahun ini seakan KB tidak lagi muncul sebagai himbauan
terus-menerus yang dianggap penting dalam mendidik masyarakat perihal
penjagaan pertumbuhan penduduk Indonesia.

C. Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki


Melalui Gagasan Yang Diajukan
Dengan adanya masalah-masalah ekonomi yang ada pada Indonesia, maka
penulis ingin mencoba melakukan suatu gagasan yang dapat bermanfaat bagi
perbaikan kondisi pertanian berupa program PPNS (Petani Pegawai Negeri Sipil).
Hal tersebut diharapkan mampu menjadi sebuah solusi untuk membangkitkan
motivasi masyarakat terutama pemuda desa untuk bekerja sebagai petani.
Mereka yang sekarang didesa, lebih memilih mengadu nasib diperantauan
untuk dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih baik dan juga pendapatan
yang lebih baik, namun ketatnya persaingan tidak menjamin hal tersebut dengan
mudah didapat. Bukan hanya menambah kepadatan penduduk di sebuah tempat,
perpindahan tersebut juga mendukung terjadinya kejahatan yang lebih marak.
Oleh karena itu melalui program PPNS ini, penulis mencoba menciptakan
motivasi penduduk desa dalam hal mengurus pertanian dan menjadikan pemuda
lulusan sarjana pertanian melirik untuk turun ke sawah sebagai petani.

D. Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu


Mengimplementasikan Gagasan dan Uraian atau Kontribusi Masing-
masing

1. Pemerintah
Pemerintah sebagai satu-satunya pengambil kebijakan melalui
regulasi pengangkatan petani sebagai pegawai negeri sipil agar dapat
dilakukan. Hal lain yang mampu pemerintah lakukan adalah mencoba
impor teknologi pertanian modern yang telah diterapkan oleh negara-
negara lain, yang demikian itu untuk mendukung efisiensi dari proses
bertani itu sendiri. Setelah mengimpor beberapa teknologi pertanian
modern pemerintah melalui pemanfaatan mahasiswa mesin maupun yang
bergerak didalam bidang inovasi teknologi untuk memproduksi mesin

5
buatan dalam negeri. Adanya teknologi pertanian tersebut akan lebih
membantu petani dalam mengelola sawah agar lebih efektif dan efisien
berkenaan dengan penanaman, irigasi, bahkan sampai kepada proses panen
dan pengambilan bulir padi dari pohonnya. Pemuda juga dirasa tidak akan
risih lagi dengan profesi tani apabila teknologi dapat diterapkan karena
akan kelihatan keren. Dengan adanya pengadaan teknologi perlahan
pemerintah mendukung pertanian agar lebih berkembang dan menuju
kemandirian dalam hal memproduksi pangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia sembari menyejahterakan kehidupan petani.

2. Mahasiswa
Tidak bisa dipungkiri bahwa peran mahasiswa sebagai kaum
akademis terutama yang berhubungan langsung dengan dunia pertanian
dan teknologi bisa mendukung tercapainya kemajuan dalam bidang
pertanian melalui inovasi teknologi dan penerapan pengetahuan ilmu
pengetahuan terhadap bidang pertanian yang didapat selama kuliah.
Dengan peran mahasiswa diharapkan mampu membantu pemerintah
dalam hal pengembangan pertanian di Indonesia.

3. Koperasi
Koperasi disini sebagai pendukung terhadap pertambahan
pendapatan dari petani dan juga masyarakat desai secara umum. Melalui
asas kerjasama dan sukarela maka dengan begitu masyarakat yang tidak
bekerja sebagai petani di desa mampu memiliki pendapatan.

E. Langkah-langkah Strategis yang Harus Dilakukan untuk


Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan atau Perbaikan yang
Diharapkan dapat Tercapai
Langkah-langkah :
 Pemerintah menjadikan petani sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
 Pemerintah membuka lahan pertanian seluas-luasnya.
 Pemerintah mengimpor teknologi pertanian dari negara maju dan
diterapkan di Indonesia.
 Tiru dan ciptakan sendiri teknologi yang serupa (perbanyak).
 Beri pelatihan dan keahlian untuk petani menggunakan teknologi
tersebut
 Manfaatkan bonus demografi sebagai peluang sumber daya manusia
yang mampu mengelola 14 juta hektar lahan tidur.
 Petani dan masyarkat desa bergabung dalam koperasi untuk membuka
peluang pekerjaan masyarakat desa yang tidak menjadi petani karena
tidak memiliki lahan.
 Penguatan regulasi undang-undang keluarga berencana (UUKB) untuk
mengantisipasi pertumbuhan penduduk yang tinggi dari tahun-ketahun.

6
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat penulis berikan didalam gagasan tertulis ini antara
lain :

1. Indonesia sebagai negara luas dengan sumber daya alam yang luar biasa
namun masih belum bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan pangan
untuk masyarakatnya.
2. Sebenarnya Indonesia mampu menjadi negara yang dapat memproduksi
pangan bahkan sampai kepada tahap ekspor bila dibandingkan dengan
negara Thailand yang saat ini menjadi lumbung padi internasional meski
luasnya hanya 3,7 kali lebih kecil dibanding Indonesia.
3. Wacana yang digagas seperti lumbung padi nasional dan KB belum
berjalan dengan baik atau bahkan sekarang sudah tidak berjalan sama
sekali.
4. PPNS menjadi program yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah
dalam menjamin kehidupan petani serta membangkitkan semangat serta
motivasi pemuda untuk terjun di dalam dunia pertanian terutama di dalam
menghadapi bonus demografi.
5. Pemerintah menambah fasilitas berupa teknologi terkini agar proses
bertani lebih efektif dan efisien serta mempermudah petani dalam
mengolah sawah.
6. Memanfaatkan kreatifitas anak bangsa khususnya mahasiswa dalam hal
meniru teknologi yang didatangkan untuk diproduksi sendiri untuk
memperbanyak jumlah.
7. Petani dan masyarakat desa lainnya bisa menjadikan koperasi sebagai
salah satu usaha untuk meningkatkan ekoni masyarakat desa.
8. Aktualisasi poin nomor 2 dalam kesimpulan dapat dicapai.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal dan Buku

Anda, M, dan W. Wahdini. (2010). Sifat, Komposisi Mineral, dan Kandungan


Berbagai Unsur pada Abu Erupsi Merapi. Bogor. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdata Lahan Pertanian.

Dwi Arinda, (2017). Petani Indonesia Terus Berkurang, Perkembangan Sektor


Pertanian Terhambat. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hardjowigeno, (1993). Klasifikasi tanah dan pedogenesis. Jakarta.

Kusumadinata, K. (1979). Data Dasar Gunung Api Indonesia, Dit. Vulk.


Bandung.

Lasabuda, Ridwan. (2013). Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam


Prespektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Universitas Sam
Ratulangi. Manado.

Nurmawati, Aprillia. (2013). Analisis Pergerakan Magma Gunung Merapi dengan


Menggunakan Diagram Serta Estimasi Potensi Volume Magma dengan
Menggunakan Data Gravitasi, Program Studi Geofisika, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Internet

Kompas.com. Begini Perjalanan Impor Beras Indonesia sejak Tahun 2000 hingga
2018. Diakses pada Selasa 16 Januari 2018.

m.metronews.com. Bangun 4 juta ha lahan tidur, Indonesia untung Rp 300 triliun.


Diakses pada 31 mei 2016.

m.republika.co.id. Indonesia Miliki 14 Juta Hektare Lahan Tidur. Daiakses pada


14 Desember 2016.

m.cnnindonesia.com. CNN Indonesia, Gentur Putro Jati . Jumlah Petani


Menyusut, Data Produksi Pertanian Dipertanyakan. Diakses pada 9
Februari 2016.

www.big.co.id. BIG Serahkan Peta NKRI Kepada Kemenkokesra. Luas Wilayah


Indonesia.

ww.bkkbn.go.id.

Anda mungkin juga menyukai