Anda di halaman 1dari 25

EMAS

1. Sejarah Emas
Emas ( Sanskrit jval, Yunani χρυσος = chrysos, Latin aurum, berarti fajar
yang cerah, Anglo-Saxon gold, China 金 [jīn], Jepang 金 [kin] ) telah diketahui
sebagai sangat berharga sejak zaman prasejarah. Zaman purba kala unsur ini
ditemukan di alam sebagai logam tersendiri dan dalam tellurides. Emas tersebar
sangat luas dan selalu diasosiasikan dengan quartz atau pyrite.
Emas, merupakan salah satu logam tertua yang digunakan oleh manusia.
Emas dikenal antara lain di Mesopotamia dan Mesir. Referensi ke awal mula
penemuan emas didasari legendaris atau mitos. Oleh karena itu, beberapa penulis
menyebutkan bahwa penemu emas pertama kali adalah Cadmus, bangsa Phoenicia.
Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa Thoas, raja Taurian, yang pertama kali
menemukan logam berharga dalam legenda Pangaeus Mountains di Thrace.
Legenda dan mitos serupa tentang awal penemuan emas juga terdapat dalam sastra
kuno dari Hindu ( the Vedas ) serta Cina dan bangsa lainnya.
Emas dari estetika properti fisik dikombinasikan dengan properti sudah lama
menjadi logam yang berharga. Sepanjang sejarah, emas telah sering menjadi
penyebab konflik : misalnya ada awal tahun 1500-an Raja Ferdinand dari Spanyol
menetapkan prioritas kepada para conquistador – penakluk - hambanya yang akan
berangkat mencari Dunia Baru, "Bawa pulanglah emas," perintahnya kepada
mereka, "kalau bisa, dapatkan semanusiawi mungkin, tapi apapun risikonya,
bawalah emas." Titah sang raja tersebut menjadi awal pemusnahan peradaban Aztec
dan Inca. Konflik karena perebutan emas juga terjadi pada awal ketika Amerika
berburu emas ke Georgia, California, dan Alaska.
Pada abad pertengahan, begitu kuat orang mendambakan emas, sehingga lahir
ilmu alkimia, dengan tujuan membuat emas. Manusia modern berhasil mencapai
cita-cita itu dengan mengekstrak emas dari air laut dan mengubah timbel atau
merkurium menjadi emas dalam mempercepat partikel. Namun emas yang murah
tetaplah emas alamiah yang harus ditambang.
Emas di dunia mulai ditambang sejak tahun 2.000 sebelum masehi oleh
bangsa-bangsa di dataran Mesir ( bangsa Mesir, Sudan dan Arab Saudi ). Pada
sekitar abad ke-19, pencarian emas muncul kapanpun ketika ditemukan adanya
deposit emas, termasuk di California, Colorado, Otago, Australia, Black Hills, dan
Klondike.
Sedangkan deposit emas terbesar ditemukan di Precambrian Witwatersrand,
Afrika Selatan, dengan luasan ratusan mil dan dengan kedalaman di lebih dari dua
mil. Sejak tahun 1880-an, Afrika Selatan telah menjadi sumber untuk sebagian
besar sediaan emas dunia. Pada tahun 1970, produksinya mencapai hingga 70 %
dari persediaan dunia, yaitu memproduksi sekitar 1000 ton, namun produksi di
tahun 2004 hanya 342 ton. Penurunan ini berhubungan dengan bertambahnya
kesulitan dalam ektraksi dan faktor ekonomi yang memperngaruhi industri Afrika
Selatan. Produsen utama lainnya adalah Kanada, Australia, bekas Uni Soviet, dan
Amerika Serikat ( Arizona, Colorado, California, Montana, Nevada, South Dakota,
dan Washington ).
Sebelum Perang Dunia II, Indonesia adalah penghasil emas terbesar di Asia
Tenggara. Satu-satunya pengelola tambang emas di Indonesia pada awal tahun
1980-an adalah PT Aneka Tambang, sebuah BUMN di bawah Departemen
Pertambangan dan Energi. Tiga penambang emas besar di Indonesia menurut data
tahun 1987 adalah PT Freeport Indonesia Inc. yang berlokasi di Tembagapura,
Papua dengan jumlah produksi 2,2 ton/tahun ( 1986 ). PT Lusang Mining yang
berlokasi di Bengkulu dengan jumlah produksi 300 kg/tahun ( 1986 ). PT Aneka
Tambang ( Persero ) berlokasi di Cikotok, Jawa Barat dengan jumlah produksi 240
kg/tahun ( 1986 ).
Tambang emas pertama Indonesia ditemukan berawal dari seorang ahli
geologis asal Belanda yang bernama Jean-Jacquez Dozy yang mengunjungi
Indonesia pada tahun 1936 untuk menskala glasier Pegunungan Jayawijaya di
provinsi Irian Jaya, Papua Barat. Dia membuat catatan di atas batu hitam yang aneh
dengan warna kehijauan. Pada tahun 1939, dia mengisi catatan tentang Ersberg
(bahasa Belanda untuk “gunung ore’). Akan tetapi peritiwa perang dunia
menyebabkan laporan tersebut tidak diperhatikan. Sekitar dua puluh tahun
kemudian, seorang geologis Forbes Wilson, bekerja untuk perusahaan
pertambangan Freeport, membaca laporan tersebut. Dia dalam tugas mencari
cadangan nikel, tetapi kemudian melupakan hal tersebut setelah dia membaca
laporan tersebut. Dia memutuskan untuk menyiapkan perjalanan untuk memeriksa
Ertsberg. Ekspedisi yang dipimpin oleh Forbes Wilson dan Del Flint, menemukan
deposit tembaga yang besar di Ertsberg pada 1960.
2. Emas
Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai logam mulia dan komoditas
yang sangat berharga sepanjang sejarah manusia. Emas termasuk golongan native
element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga, atau besi. Emas murni
mengandung antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya kandungan tersebut lebih
tinggi. Semakin besar kandungan perak, warna emas akan menjadi makin keputih-
putihan.
Emas (Au) memiliki 18 isotop; 198Au dengan paruh waktu selama 2.7 hari .
Emas bernomor atom 79. Artinya, emas mempunyai 79 proton pada intinya. Massa
atom emas adalah 196,967 dan jari-jari atomnya 0,1442 nm. Perhitungan itu
menarik karena lebih kecil dari perkiraan secara teori. Warna logam terbentuk
berdasarkan transisi elektron di antara ikatan-ikatan energinya. Kemampuan
menyerap cahaya pada panjang gelombang untuk menghasilkan warna emas yang
khas terjadi karena transisi ikatan d yang melepaskan posisi di ikatan konduksi.
Penambahan unsur-unsur campuran berdampak pada warna emas. Misalnya,
penambahan unsur nikel atau paladium akan memutihkan emas. Akan tetapi dalam
bentuk bubuk,emas berwarna coklat kemerahan. Jumlah proton pada inti emas tetap
79, tetapi jumlah netron beragam dari satu atom ke atom lainnya sesuai dengan
jumlah isotopnya. Meskipun begitu, hanya ada satu isotop nonradioaktif yang stabil
yang terdapat pada semua emas alam yang ditemukan.
Titik leleh emas murni adalah 1064,18 oC, akan tetapi ketika dicampur
dengan unsur logam lainnya, seperti perak atau tembaga, logam campuran itu akan
meleleh melebihi temperatur yang terukur. Sedangkan titik didih emas ketika emas
diubah dari cairan menjadi gas, adalah 2860 oC.
Emas merupakan logam transisi ( trivalen dan univalen ) yang bersifat lunak
dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 ( skala Mohs ). Emas
dapat dibentuk jadi lembaran sedemikian tipis hingga tembus pandang. Sebanyak
120.000 lembar emas dapat ditempa menjadi satu lapisan yang sedemikian tipisnya
sehingga tebalnya tidak lebih dari 1 cm. Dari 1 gram emas dapat diulur menjadi
kawat sepanjang 2,5 km.
Emas mempunyai karakteristik sectile ( lunak, elastis, mudah dibentuk ),
memiliki warna yang menarik ( kuning, mengkilap, tidak mudah memudar ), berat,
tahan lama, tahan pada panas tinggi dan daya konduksi listrik juga sebagai
perlawanan terhadap oksidasi ( tahan korosi ) sehingga emas memiliki banyak
kegunaan. Namun karena emas sebagai salah satu logam coinage yang
keberadaannya di alam sangat langka, menjadikannya sebagai logam yang sangat
berharga.
Emas memberikan sumbangan yang amat besar bagi kehidupan manusia
seperti, untuk perhiasan, peralatan elektronik, kedokteran gigi, uang, medali, dll.
Sekitar 65 persen dari emas diolah digunakan dalam industri seni, terutama untuk
membuat perhiasan. Selain perhiasan, emas juga digunakan di peralatan listrik,
elektronik, dan industri keramik. Industri aplikasi ini telah berkembang dalam
beberapa tahun dan kini menempati sekitar 25 persen dari pasar emas.
Emas adalah jenis logam yang mempunyai banyak nilai tambah daripada
logam-logam lain. Apalagi jika dilihat dari segi ekonomi, emas mempunyai nilai
ekonomi yang sangat tinggi dan berkualitas.Emas adalah unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79.
Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning,
berat, "malleable", dan "ductile".
Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau
elektrum) berkisar dari butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm)
sampai partikel-partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron=
0,001 mm= 0,0000001 cm). ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih,
kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan butran yang halus.
3. Sumber Emas
Emas, merupakan salah satu logam tertua yang digunakan oleh manusia.
Emas dikenal antara lain di Mesopotamia dan Mesir. Sulit untuk mengetahui
tanggal pasti mengenai kapan pertama kali manusia mulai menambang emas.
Referensi ke awal mula penemuan emas didasari legendaris atau mitos. Beberapa
artefak tertua, emas ditemukan di Varna Necropolis di Bulgaria. Makam pekuburan
yang dibangun antara 4700 dan 4200 SM, menunjukkan bahwa penambangan emas
bisa setidaknya 7000 tahun. Oleh karena itu, beberapa penulis menyebutkan bahwa
penemu emas pertama kali adalah Cadmus, bangsa Phoenicia. Sedangkan yang
lainnya mengatakan bahwa Thoas, raja Taurian, yang pertama kali menemukan
logam berharga dalam legenda Pangaeus Mountains di Thrace.
Legenda dan mitos serupa tentang awal penemuan emas juga terdapat dalam
sastra kuno dari Hindu (the Vedas) serta Cina dan bangsa lainnya. Tradisi
pertambangan emas dimulai setidaknya pada awal milenium pertama SM Karang
Juara di ladang emas Kolar ditambang hingga kedalaman 50 meter (160 kaki)
selama periode Gupta pada abad kelima logam terus ditambang oleh raja abad
kesebelas dari India Selatan, Kekaisaran Wijayanagara 1336-1560, dan kemudian
oleh Tipu Sultan, raja Mysore negara dan Inggris.
Tambang emas pertama Indonesia ditemukan berawal dari seorang ahli
geologis asal Belanda yang bernama Jean-Jacquez Dozy yang mengunjungi
Indonesia pada tahun 1936 untuk menskala glasier Pegunungan Jayawijaya di
provinsi Irian Jaya, Papua Barat. Dia membuat catatan di atas batu hitam yang aneh
dengan warna kehijauan. Pada tahun 1939, dia mengisi catatan tentang Ersberg
(bahasa Belanda untuk “gunung ore”).
Akan tetapi peristiwa perang dunia menyebabkan laporan tersebut tidak
diperhatikan. Sekitar dua puluh tahun kemudian, seorang geologis Forbes Wilson,
bekerja untuk perusahaan pertambangan Freeport, membaca laporan tersebut. Dia
dalam tugas mencari cadangan nikel, tetapi kemudian melupakan hal tersebut
setelah dia membaca laporan tersebut. Dia memutuskan untuk menyiapkan
perjalanan untuk memeriksa Ertsberg. Ekspedisi yang dipimpin oleh Forbes Wilson
dan Del Flint, menemukan deposit tembaga yang besar di Ertsberg pada 1960.
Gold prospecting Merupakan suatu kegitan eksplorasi Untuk mendeteksi
keberadaan vein ( urat ) emas dapat dengan cara mengamati keberadaan batuan
yang mengindikasikan adanya Vein, antara lain :
 Batuan Nat :yaitu batuan yang tersusun berbaris. Batuan ini sebelumnya
tertanam dalam tanah, akibat erosi yang mengikis tanah membuat batuannya
terekspose.
 Sebaran kerikil kuarsa:sama halnya batuan nat, bebatuan ini sebelumnya
tertanam dalam tanah, batuannya terekpose di permukaan akibat erosi yang
mengikis tanah.
 Batuan Storing:bagian batuan vein yang nampak dipermukaan. Batuan ini
umumnya memiliki ciri-ciri seperti terdapat kuarsa, pyrite, calcopyrite,
terlihat urat / jalur, clay, dll.
Selanjutnya, untuk memastikan potensi kelayakannya untuk ditambang dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
 Borring
 Menggunakan Gold Detector.
 Trenshing, yaitu membuat paritan ( menggunakan bechoe ) untuk melihat
keberadaan dan arah sebaran vein.
 Assaying.
4. Proses Terbentuknya Emas
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Emas berasal dari suatu reservoar yaitu inti bumi dimana air
magmatik yang mengandung ion sulfida, ion klorida, ion natrium, dan ion
kalium mengangkut logam emas ke permukaan bumi.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan
larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan
endapan letakan (placer).
Kecenderungan terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal atau disebut
zona alterasi hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal merupakan suatu zona dimana
air yang berasal dari magma atau disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan
bumi. Celah dari hasil aktivitas Gunung api menyebabkan air magmatik yang
bertekanan tinggi naik ke permukaan bumi.
Saat air magmatik yang yang berwujud uap mencapai permukaan bumi terjadi
kontak dengan air meteorik yang menyebabkan ion sulfida dan ion klorida yang
membawa emas terendapkan. Air meteorik biasanya menempati zona-zona retakan-
retakan batuan beku yang mengalami proses alterasi akibat pemanasan oleh air
magmatik.
Seiring dengan makin bertambahnya endapan dalam retakan-retakan tersebut,
semakin lama retakan-retakan tersebut tertutup oleh akumulasi endapan dari logam-
logam yang mengandung ion-ion kompleks yang mengandung emas. Zona alterasi
yang potensial mengandung emas dapat diidentifikasi dengan melihat lapisan pirit
atau tembaga pada suatu reservoar yang tersusun atas batuan intrusif misalnya
granit atau diorite
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengendapan di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme yaitu kontak yang
terjadi antara bebatuan dengan air panas (hydrothermal) atau fluida lainnya.
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein)
dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu
endapan atau placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut
oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi.
Emas native terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisma, bergerak
berdasarkan adanya thermal atau adanya panas di dalam bumi, tempat tembentukan
emas primer, sedangkan sekudernya merupakan hasil transportasi dari endapan
primer umum disebut dengan emas endapan flaser, sedangkan asosiasi emas atau
emas bersamaan hadir dengan mineral silikat, perak, platina, pirit dan lainnya.
Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas atau genesis emas
dikategorikan menjadi dua yaitu :
1. Endapan primer atau Cebakan Primer. Pada umumnya emas ditemukan dalam
bentuk logam atau native yang terdapat di dalam retakan-retakan yang batuan
kwarsanya dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme
kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme
atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan
larutan hidrotermal. Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk
bersamaan dengan proses pembentukan batuan.
2. Endapan plaser atau Cebakan Sekunder. Emas juga ditemukan dalam bentuk
emas aluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan
yang mengandung emas, dimana pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan letakan ( placer ).
Berdasarkan temperatur, tekanan dan kondisi geologi pada saat
pembentukan emas dapat dibagi menjadi 3 jenis :
1. Endapan Hipotermal
Endapan ini terbentuk pada temperatur ≈ 300°C - 600°C pada
kedalaman > 12.000 meter. Endapan ini merupakan endapan urat (vein) dan
penggantian (replacement) yang terbentuk pada temperatur dan tekanan
tinggi. Pada endapan ini, biasa terdapat mineral logam yang berupa bornit,
kovelit, kalkosit, kalkopirit, pirit, tembaga, emas, wolfram, molibdenit, seng
dan perak. Mineral logam tersebut berasosiasi dengan mineral - mineral
pengotor seperti piroksen, amfibol, garnet, ilmenit, spekularit, turmalin,
topaz, mika hijau dan mika cokelat (Warmada, 2007)
2. Endapan Mesotermal
Endapan ini terbentuk pada suhu 200-4000C dan kedalaman bekisar
3.000 meter sampai 12.000 meter. Endapan ini terletak agak jauh dari tubuh
intrusi, maka sumber panas yang utama berasal dari fluida panas yang
bergerak naik dari lokasi intrusi menuju lokasi terbentuknya endapan ini.
Fluida tersebut berasal dari meteorik water yang masuk menuju lokasi intrusi
dan mengalami pemanasan yang selanjutnya naik menuju lokasi endapan
mesotermal.
Logam utama yang terdapat pada endapan ini antara lain emas, perak,
tembaga, seng dan timbal. Mineral bijih yang ditemukan berupa sulfida,
arsenida, sulfantimonida, dan sulfarsenida. Pirit, kalkopirit, sfalerit, galena,
tetrahedrit, dan tentalit serta emas stabil merupakan mineral bijih yang paling
banyak ditemukan. Mineral pengotor yang dominan adalah kuarsa namun
selain itu juga dijumpai karbonat seperti kalsit, dolomit, ankerit dan sedikit
siderit, florit yang merupakan asosiasi penting.
3. Endapan epitermal
Endapan ini terbentuk pada suhu 50°C - 250°C yang berada dekat
permukaan bumi dan terletak pada kedalaman paling jauh dari tubuh intrusi,
dan terbentuk pada kedalaman 1 km . Sumber panas yang utama pada
endapan ini berasal dari fluida panas yang bergerak naik dari lokasi intrusi
menuju lokasi terbentuknya endapan ini. Dengan kata lain, fluida panas
tersebut telah melewati zona endapan mesotermal.
Biji emas dikategorikan dalam 4 ( empat ) kategori :
 Biji tipis dimana kandungannya sebesar 0.5 g/1000 kg atau 0.5 g/ton atau 0.5
ppm ( part per million, per satu juta bagian )
 Biji rata-rata ( typical ) dengan mudah digali, nilai biji emas khas dalam galian
terowongan terbuka yakni kandungan 1-5 g/1000 kg (1 -5 ppm )
 Biji bawah tanah/harrdrock dengan kandungan 3 g/1000 kg ( 3 ppm )
 Biji nampak mata ( visible ) dengan kandungan minimal 30 g/1000 kg ( 30
ppm )
5. Penambangan Emas
Hingga saat ini emas masih menjadi komoditas utama yang dicari.
Kelimpahan relatif emas di dalam kerak bumi diperkirakan sebesar 0,004 g/ton,
termasuk sekitar 0,001 g/ton terdapat di dalam perairan laut. Menurut Greenwood
dkk (1989), batuan bijih emas yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri
tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm).
Emas sering ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga. Pada
abad pertengahan, begitu kuat orang mendambakan emas, sehingga lahir ilmu
alkimia, dengan tujuan membuat emas. Manusia modern berhasil mencapai cita-
cita itu dengan mengekstrak emas dari air laut dan mengubah timbel atau
merkurium menjadi emas dalam mempercepat partikel. Namun emas yang murah
tetaplah emas alamiah yang harus ditambang.
Metode penambangan emas sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan
emas primer atau sekunder yang dapat mempengaruhi cara pengelolaan lingkungan
yang akan dilakukan untuk meminimalisir dampak kegiatan penambangan tersebut.
Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka ( open pit ) maupun
tambang bawah tanah ( underground minning ). Sementara cebakan emas sekunder
umumnya ditambang secara tambang terbuka.
Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan
proses pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan
pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya
dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering /
coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ).
Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground), dengan
membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal
berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang. Penambangan
dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana ( seperti pahat, palu, cangkul,
linggis, belincong ) dan dilakukan secara selectif untuk memilih bijih yang
mengandung emas baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi.
Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain :
 Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
 Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
 Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
 Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek
dilution pada batuan samping.
 Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi
pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
 Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic (acak / tidak
beraturan) dan sulit diprediksi.
 Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.
Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang
umum diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode
Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran
lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu
dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.
6. Klasifikasi Emas
6.1 Emas Primer
Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan
proses pembentukan batuan. Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses
peremukan batuan atau penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau
amalgamasi, sedangkan untuk tipe penambangan sekunder umumnya dapat
langsung dilakukan sianidasi atau amalgamasi karena sudah dalam bentuk
butiran halus. Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang
mempengaruhi teknik penambangan antara lain :
 Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
 Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
 Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
 Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek
dilution pada batuan samping.
 Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi
pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
 Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak
beraturan) dan sulit diprediksi.
 Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle. Dengan memperhatikan
karakteristik tersebut, metode penambangan yang umum diterapkan
adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode Gophering,
yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works )
dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh
karena itu ukuran lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran
cebakan bijih di tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.
Pembentukan emas primer melibatkan kontak dari magma dan batuan asal
proses ini disebut metasomatis kontak Penambahan unsur dari magma sebagian
berupa logam, silika, boron, klorin, florin, kalium, magnesium dan natrium. Mineral
logam (ore mineral) yang terbentuk dalam kontak metasomatisme hampir semua
berasal dari magma, demikian pula kandungan-kandungan yang asing pada batuan
yang diterobos, melalui proses penambahan unsur. Jenis magma yang menerobos
batuan yang akhirnya akan menghasilkan endapan bahan galian kontak
metasomatisme, pada umumnya terbatas pada magma silika dengan komposisi
menengah (intermediate) seperti: kuarsa monzonit, granodiorit dan kuarsa diorit.
Sedang magma yang kaya akan silika seperti granit, jarang menghasilkan endapan
galian, demikian juga magma ultra basa, pada magma yang basa, kadang-kadang
dapat membentuk endapan bahan galian kontak metasomatik.
Hampir semua endapan bahan galian kontak metasomatisme berasosiasi
dengan tubuh batuan beku intrusif yang berupa stock, batholit, dan tidak pernah
berasosiasi dengan dike atau sill yang berukuran kecil. Untuk lacolith dan sill yang
besar meskipun jarang, tetapi kadang-kadang dapat menghasilkan endapan bahan
galian kontak metasomatik.
Melihat tekstur endapan bahan galian metasomatisme ini selalu berhubungan
dengan batuan beku intrusif dengan tekstur granular, yang menunjukkan bahwa
pendinginan magma waktu itu sangat lambat dengan kedalaman yang cukup besar.
Sebaliknya pada batuan intrusif yang bertekstur gelas maupun afanitik, hampir
tidak pernah dijumpai adanya endapan bahan galian kontak metasomatik. Hal ini
membuktikan bahwa endapan kontak metasomatik selalu hanya berhubungan
dengan magma dalam saja.
Kedalaman pembekuan magma yang akan menghasilkan batuan beku intrusif
dengan tekstur granular diperkirakan +1.500 m. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada penerobosan magma dengan komposisi menengah pada
kedalaman sekitar 1.500 m.
Batuan country rock yang terterobos oleh magma yang paling besar
kemungkinannya untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah
batuan karbonat. Batugamping murni ataupun dolomit dengan segera akan
mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan unsur yang diintrodusir dari
magma.
Pada batu gamping yang tidak murni, efek kontak metasomatik yang terjadi
lebih kuat, karena unsur-unsur pengotor seperti silika, alumina dan besi adalah
bahan-bahan yang dapat dengan mudah membentuk kombinasi-kombinasi baru
dengan kalsium oksida. Seluruh massa batuan di sekitar kontak dapat berubah
menjadi garnet, silika dan mineral-mineral bijih.
Batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah batupasir.
Kalau mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang kadang-kadang
mengandung mineral-mineral kontak metasomatisme tersebar setempat-setempat.
Sedang batulempung akan mengalami pengerasan dan dapat berubah menjadi
hornfels, yang umumnya mengandung mineral andalusit, silimanit dan straurolit.
Tingkat perubahan yang terjadi pada batuan sedimen klastis halus tersebut,
tergantung pada tingkat kemurniannya. Paling baik kalau batulempung tersebut
bersifat karbonatan, tetapi secara umum batuan sedimen argilaceous (berbutir
halus) jarang yang mengandung mineral bahan galian.
Apabila batuan beku ataupun metamorf mengalami terobosan magma, hampir
tidak akan mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau antara magma yang
menerobos dengan batuan beku yang diterobos mempunyai komposisi yang sangat
berbeda. Misal magma granodiorit menerobos gabro, maka kemungkinan besar
akan ada perubahan-perubahan besar pada gabronya.
Secara umum dapat dikata-kan bahwa batuan yang paling peka terhadap
kontak metasomatisme dan paling cocok untuk terjadinya pembentukan endapan
bahan galian bijih, adalah batuan sedimen, terutama yang bersifat karbonatan dan
tidak murni. Bentuk posisi ataupun penyebaran dari bahan galian yang terjadi pada
proses metasomatisme banyak tergantung pada struktur batuan yang diterobos.
Akan tetapi umumnya berbentuk ireguler dan terpisah-pisah. Bentuk ireguler
tersebut lebih sering terjadi pada batugamping yang tebal, sedang pada
batugamping berlapis-lapis ataupun terkekarkan, maka endapan bijih tersebut dapat
berbentuk menjari atau melidah. Volume deposit kontak metasomatisme pada
umumnya kecil antara puluhan sampai beberapa ratus ribu ton saja, dan jarang yang
sampai jutaan ton berat.
Salah satu metode penambangan endapan primer yaitu metode penambangan
gophering coyoting. Akses menuju badan bijih dibuat sesuai lokasi badan bijih yang
menjadi target. Terdapat 2 cara untuk menuju badan bijih berdasarkan lokasi dari
cebakan, yaitu:
 Menggunakan drift ( lubang masuk horizontal, nembak ), jika lokasi badan
bijih relatif sejajar dengan jalan masuk utama.
 Menggunakan shaft ( lubang masuk vertikal), jika lokasi badan bijih relatif di
bawah jalan masuk utama.
Seperti halnya lubang masuk ke tambang, akses menuju badan bijih dibuat
secara sederhana, dengan lokasi kerja yang hanya cukup untuk dipakai satu orang
saja dengan diameter sekitar 1 – 1,5 meter. Lubang masuk tersebut dibuat tanpa
penyangga atau hanya dengan penyangga sederhana untuk daerah yang
diperkirakan rawan runtuh.
Penggalian bijih emas dilakukan dengan mengikuti arah kemenerusan bijih.
Alat yang dipakai untuk keperluan pemberaian batuan berupa alat gali manual,
seperti belincong. Dari dalam tambang menuju ke luar tambang dilakukan secara
manual. Jalur pengangkutan menggunakan jalan masuk utama. Khusus untuk akses
menggunakan shaft, pengangkutan dibantu dengan sistem katrol.
Penambangan metode gophering yang baik dilakukan dengan ketentuan:
 Jalan masuk menuju urat bijih emas harus dibuat lebih dari satu buah, dan
dapat dibuat datar/horizontal, miring/inclined maupun tegak lurus/vertikal
sesuai dengan kebutuhan.
 Ukuran jalan masuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan, disarankan
diameter > 100 cm.
 Lokasi jalan masuk berada pada daerah yang stabil ( kemiringan < 30º) dan
diusahakan tidak membuat jalan masuk pada lereng yang curam.
 Lubang bukaan harus dijaga dalam kondisi stabil/tidak runtuh, bila diperlukan
dapat dipasang suatu sistem penyanggaan yang harus dapat menjamin
kestabilan lubang bukaan ( untuk lubang masuk dengan kemiringan > 60 º
disarankan untuk selalu memasang penyangga ).
 Kayu penyangga yang digunakan disarankan kayu kelas 1 ( kayu jati, kihiang,
rasamala, dll ). Ukuran diameter/garistengah kayu penyangga yang digunakan
disarankan tidak kurang dari 7 cm. Jarak antar penyangga disarankan tidak
lebih dari 0.75 x diameter bukaan ( tergantung kelas kayu penyangga yang
digunakan dan kekuatan batuan yang disangga ).
 Sirkulasi udara harus terjamin sehingga dapat menjamin kebutuhan minimal
2m3 /menit, bila perlu dapat menggunakan blower / kompresor untuk
mensupply kebutuhan oksigen ke dalam lubang.
 Disekitar lubang masuk dibuat paritan untuk mencegah air masuk, dan puritan
diarahkan menuju ke kolam pengendap dengan pengendapan dilakukan
bertahap, bila perlu dapat menggunakan pompa air submersible untuk
membuang genangan air dari dalam lubang.
6.2 Emas Sekunder (Alluvial)
Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan emas
primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih emas
primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas.
Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan kembali
pada rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya,
membentuk kumpulan butiran emas dengan tekstur permukaan kasar. Akibat
proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas sekunder cenderung lebih
besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan primernya (Boyle, 1979).
Proses erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap hasil
disintegrasi cebakan emas pimer menghasilkan cebakan emas letakan/aluvial. Emas
letakan dapat berada pada tanah residu dari cebakan emas primer, sebagai endapan
koluvial, kipas aluvial, dan umumnya terdapat pada endapan fluviatil. Cebakan
emas aluvial di Indonesia banyak dijumpai di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan
Papua.
Emas aluvial dengan sumber daya kecil dijumpai juga di P. Jawa, yaitu di
Banyumas, Jawa Tengah. Cebakan emas aluvial di Indonesia umumnya pernah
diusahakan, sehingga potensi pada saat ini merupakan sumber daya tersisa dari
aktifitas penambangan pada masa lalu.
Eksplorasi emas aluvial secara besarbesaran pernah dilakukan pada tahun
1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an, terutama di Kalimantan dan Sumatera,
oleh pelaku usaha pertambangan yang sebagian besar bersekala kecil sampai
menengah. Eksplorasi dilakukan pada daerah yang umumnya telah diketahui
sebelumnya sebagai sumber keterdapatan emas, yaitu telah ditambang baik oleh
pendatang dari Cina atau Belanda, maupun penduduk setempat. Daerah target
eksplorasi dengan kondisi geologi berupa endapan gravel Resen – Kuarter dari
endapan sungai aktif, endapan sungai purba yang telah tertimbun, serta
paleodrainages (Van Leeuwen 1994).
Sumber daya dan cadangan emas pada beberapa daerah prospek telah
ditambang oleh pemilik usaha pertambangan, akan tetapi secara keseluruhan hanya
berlangsung beberapa tahun dan berakhir dengan masih menyisakan sebagian besar
sumber dayanya. Beberapa factor penyebab terutama adalah estimasi cadangan
terlalu spekulatif, peralatan tidak sesuai, dan pembengkakan beaya operasional,
sehingga Emas aluvial dapat membentuk sumber daya yang besar, apabila
permukaan tubuh bijih yang tererosi merupakan sumber dispersi luas.
Tubuh bijih yang berpotensi menghasilkan cebakan emas letakan/aluvial
ekonomis harus mempunyai dimensi sebaran besar dan luas. Cebakan emas aluvial
dapat berupa hasil dispersi dari cebakan bijih emas primer atau hasil pengendapan
ulang dari cebakan emas aluvial yang lebih tua. Sebaran cebakan emas aluvial pada
umumnya menempati cekungan Kuarter, berupa lembah sungai yang membentuk
morfologi dataran atau undak.
Cebakan terdiri dari bahan bersifat lepas, atau belum terkonsolidasi secara
sempurna, berukuran pasir – kerakal, dapat berselingan dengan lapisan lempung
dan atau lanau. Lapisan pembawa emas, berbentuk lapisan tunggal atau perulangan,
kemiringan relatif datar, ketebalan hingga beberapa meter dengan kedalaman relatif
dangkal. Kelimpahan kandungan emas ke arah vertikal dan lateral sangat heterogen
(erratic). Bentuk butiran emas umumnya cenderung pipih.
Endapan pembawa emas aluvial disusun oleh fragmen dan matriks, terpilah
buruk sampai baik. Fragmen berukuran kerikil sampai kerakal, kadang disertai
berangkal sampai bongkah, umumnya berbentuk membulat. Matriks berukuran
pasir terdiri dari mineral berat dan mineral ringan. Jenis mineral berat tergantung
pada jenis batuan induk serta tipe mineralisasi dari endapan emas primernya,
umumnya berupa magnetit dan ilmenit, dan dapat disertai monasit, pirit, arsenopirit,
kasiterit, wolframit, shilit, sinabar, bismuth, galena, platinoid, turmalin, garnet,
kromit, rutil, barit, korundum, zirkon dan limonit.
Jenis mineral ringan umumnya feldspar dan kuarsa. Fragmen dan matriks
penyusun cebakan emas aluvial dapat berpotensi menjadi produk sampingan dari
tambang emas aluvial yang dapat bernilai ekonomis.
Pada tahap pengolahan mineral berat sebagai bagian dari penyusun matriks
dapat ikut terpisahkan/ termurnikan sehingga dapat meningkatkan nilai
ekonominya. Cebakan emas aluvial dengan sebaran berada pada permukaan atau
dekat permukaan mudah dikenali, umumnya merupakan daerah prospek emas
aluvial yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Cebakan emas alluvial
mempunyai karakteristik yang memungkinkan untuk ditambang dan diolah dengan
menggunakan peralatan sederhana berkapasitas kecil, sehingga sangat berpotensi
untuk dikembangkan menjadi usaha pertambangan rakyat.
Daerah prospek emas aluvial di Indonesia umumnya pernah diusahakan baik
oleh pelaku usaha pertambangan maupun penduduk setempat. Sumber daya yang
ditemukan umumnya kurang dari 10 ton logam emas. Kegiatan usaha pertambangan
emas alluvial yang marak dilakukan pada tahun 1980-an sampai dengan tahun
1990-an seluruhnya telah berakhir. Pengakhiran kegiatan pertambangannbukan saja
terjadi pada tahap produksi, tetapi juga tahap eksplorasi, sehingga menyisakan
sumber daya yang belum dimanfaatkan. Bekas tambang emas aluvial umumnya
menghasilkan tailing yang masih berpotensi untuk diusahakan.
Tailing tambang emas alluvial dapat diolah kembali untuk menghasilkan
emas maupun komoditas yang berasal dari bahan/ mineral ikutannya. Kegiatan
penambangan emas alluvial yang dilakukan oleh masyarakat umumnya tidak diikuti
dengan pelaksanaan reklamasi lahan, sehingga tailing dengan penyusun utama pasir
dan gravel dibiarkan berada pada permukaan tanpa upaya untuk menutup kembali.
Kondisi tersebut dapat lebih memudahkan dalam upaya pemanfaatan kembali
tailing, dimana dalam pengolahan tanpa harus didahului dengan proses pengupasan.
Potensi emas aluvial yang umumnya kecil, dapat dengan mudah diolah
melalui pemisahan logam emas dengan peralatan sederhana, layak untuk
pengembangan usaha pertambangan sekala kecil atau pertambangan rakyat. Agar
tingkat kerusakan lingkungan dapat ditekan seminimal mungkin sehingga
percepatan perubahan lingkungan sejalan dengan pemulihan secara alami, maka
pengembangan wilayah prospek emas alluvial untuk pertambangan sekala kecil
atau pertambangan rakyat, perlu disertai pengaturan terhadap jenis, kapasitas, dan
jumlah peralatan yang digunakan, serta jumlah penambang atau kelompok
penambang.
Proses pemurnian untuk menghasilkan komoditas yang berasal dari mineral
ikutannya dapat dilakukan dengan konsep custom plant. Pemurnian dapat dilakukan
oleh pihak ketiga yang menjual jasa proses pemurnian atau dapat membeli bahan
untuk dimurnikan yang berasal dari hasil pengolahan oleh tambang sekala kecil atau
tambang rakyat. Meskipun penggunaan merkuri (amalgamasi) untuk menangkap
emas dapat lebih meningkatkan perolehan pada proses pengolahan, namun
mengingat potensi merkuri terbuang dan dapat mencemari lingkungan tinggi, maka
perlu dihindari penggunaannya, pengolahan emas aluvial cukup dilakukan dengan
proses pemisahan secara fisik.
Fragmen silika, dan bahan lain dengan bentuk membulat, berpeluang juga
menjadi bernilai ekonomis, yang bisa digunakan untuk ornamen. Fragmen silika
sebagai batu mulia biasa digunakan untuk pembuatan batu cincin (Gambar 8.c).
Cebakan emas letakan/ aluvial dapat dijumpai berupa tanah lapukan dari cebakan
bijih emas primer (eluvial), endapan koluvial, endapan fluviatil dan endapan pantai.
Cebakan emas pada tanah lapukan dari cebakan emas primer mempunyai
sumber daya kecil, umumnya berasal dari batuan resisten yang cenderung
membentuk morfologi terjal, sehingga tanah penutup cenderung tipis dan mudah
tererosi. Sebagai contoh, cebakan jenis ini dapat dijumpai di puncak Gunung Pani
dan sekitarnya, dimana sebagian telah ditambang oleh masyarakat dengan cara
tambang semprot.
Cebakan emas koluvial mempunyai pemilahan buruk, fragmen penyusun
berukuran bervariasi hingga dapat mencapai ukuran bongkah. Penyebaran pada
daerah sempit di sekitar tekuk lereng perbukitan.
Pada alur sungai stadia muda, cebakan emas aluvial dapat dijumpai berupa
sebaran sempit pada sepanjang badan sungai, dengan fragmen penyusun umumnya
berukuran kasar, sebagian besar mengandung bongkah. Pada endapan fluviatil
stadia dewasa sampai tua dapat dijumpai cebakan emas dengan sebaran luas.
Ketebalan alluvial mengandung emas dapat mencapai beberapa meter, lebar
beberapa ratus meter dan panjang beberapa kilometer.
Selain umumnya terdapat pada endapan berumur Resen - Kuarter, cebakan
emas letakan dapat dijumpai juga pada batuan lebih tua berupa konglomerat, seperti
contoh konglomerat alas mengandung emas yang dijumpai di daerah Topo, Nabire,
Papua.
Cebakan emas aluvial yang umum ditemukan di Indonesia adalah dalam
bentuk endapan kipas aluvial, endapan gravel bars, endapan channel, endapan
dataran banjir, dan endapan pantai. Berdasarkan hasil eksplorasi pada beberapa
daerah prospek, sumber daya yang terbentuk pada setiap daerah prospek
menunjukkan kuantitas kurang dari 10 ton emas.
7. Pemanfaatan Emas
7.1 Sebagai logam Media pertukaran moneter
Emas di seluruh dunia secara luas digunakan sebagai standar untuk
pertukaran moneter, tetapi telah ditinggalkan oleh pemerintah dunia yang telah
mengeluarkan mata uang sebagai pengganti emas. Jumlah emas di dunia
terbatas, tetapi tidak ada batasan untuk jumlah mata uang kertas yang dapat
dikeluarkan. Pada awal Perang Dunia I Negara negara yang berperang pecahan
pindah ke standar emas, mengusahakan mata uang mereka untuk membiayai
perang.
7.2 Perhiasan
Karena kelembutan murni (24k) emas, biasanya paduan dengan logam dasar
untuk digunakan dalam perhiasan, mengubah kekerasannya dan keuletan, titik
leleh, warna dan properti lain. Paduan dengan caratage lebih rendah, biasanya
22k, 18k, 14k atau 10k, mengandung persentase lebih tinggi dari tembaga, atau
logam dasar atau perak atau paladium dalam paduan. Tembaga adalah yang
paling umum digunakan logam, menghasilkan warna merah.
Emas delapan belas karat yang mengandung 25% tembaga yang ditemukan
di Rusia antik dan perhiasan dan memiliki yang berbeda, meskipun tidak
dominan, tembaga cast, menciptakan rose gold. Empat belas karat emas-tembaga
paduan warna hampir identik dalam paduan perunggu tertentu, dan keduanya
dapat digunakan untuk memproduksi polisi, serta lainnya, lencana.
Biru emas dapat dibuat dengan paduan dengan besi dan ungu emas dapat
dibuat dengan paduan dengan aluminium, meskipun jarang dilakukan kecuali di
bidang perhiasan. Biru emas lebih rapuh dan karena itu lebih sulit untuk bekerja
sama dengan ketika membuat perhiasan. Empat belas dan delapan belas karat emas
paduan dengan perak sendiri muncul kehijauan-kuning dan disebut sebagai emas
hijau. Paduan emas putih dapat dibuat dengan paladium atau nikel. Putih
mengandung emas 18 karat 17,3% nikel, 5,5% seng dan 2.2% tembaga perak dalam
penampilan. Nikel adalah beracun, bagaimanapun, dan pembebasan dari emas putih
nikel dikendalikan oleh undang-undang di Eropa.
Alternatif emas putih paduan yang tersedia didasarkan pada paladium, perak
dan logam putih lainnya (World Gold Council), namun paduan paladium lebih
mahal daripada mereka yang menggunakan nikel. High-karat emas putih paduan
jauh lebih tahan terhadap korosi daripada murni baik perak atau sterling silver.
Kerajinan Jepang dari eksploitasi Gane Mokume-warna kontras antara laminasi
berwarna emas paduan untuk memproduksi kayu dekoratif efek gandum.
7.3 Obat-Obatan
Pada abad pertengahan, emas sering dipandang sebagai bermanfaat bagi
kesehatan, dengan keyakinan bahwa sesuatu yang langka dan indah tidak bisa apa-
apa, tapi sehat. Bahkan beberapa esotericists modern dan pengobatan alternatif
bentuk emas metalik menetapkan daya penyembuhan. Beberapa garam emas
mempunyai antiperadangan dan digunakan sebagai obat-obatan dalam perawatan
radang sendi dan kondisi serupa lainnya. Namun, hanya garam dan radioisotop dari
emas adalah nilai farmakologis, sebagai elemen (logam) emas adalah inert untuk
semua bahan kimia itu menemukan di dalam tubuh.
 Di zaman modern, injeksi emas telah terbukti untuk membantu mengurangi
rasa sakit dan bengkak rheumatoid arthritis dan TBC.
 Paduan emas digunakan dalam kedokteran gigi restoratif, terutama dalam
restorasi gigi, seperti mahkota dan jembatan permanen. Paduan emas sedikit
sifat lunak memfasilitasi pembentukan molar superior permukaan kawin
dengan gigi lain dan menghasilkan hasil yang umumnya lebih memuaskan
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh penciptaan mahkota porselen.
Penggunaan mahkota emas di lebih menonjol gigi seperti gigi seri yang
disukai di beberapa kebudayaan dan berkecil hati dalam diri orang lain.
 Koloidal preparat emas (suspensi nanopartikel emas) dalam air berwarna
sangat merah, dan dapat dibuat dengan ukuran partikel yang dikontrol ketat
hingga beberapa puluh nanometer di oleh penurunan emas klorida dengan ion
sitrat atau askorbat. Koloid emas digunakan dalam aplikasi penelitian di
bidang kedokteran, biologi dan ilmu material. Teknik pelabelan immunogold
 eksploitasi kemampuan partikel emas untuk menjerap molekul protein ke
permukaan mereka. Koloid partikel emas dilapisi dengan antibodi spesifik
dapat digunakan sebagai probe untuk kehadiran dan posisi antigen pada
permukaan sel (Faulk dan Taylor 1979). Dalam bagian jaringan ultrathin
dilihat oleh mikroskop elektron, yang immunogold Label akan muncul
sebagai bintik-bintik bulat sangat padat di posisi antigen (Roth et al. 1980).
Koloid emas juga merupakan bentuk emas digunakan sebagai cat emas pada
keramik sebelum menembak.
 Emas, atau paduan emas dan paladium, yang digunakan sebagai lapisan
konduktif spesimen biologi dan melakukan non-bahan-bahan seperti plastik
dan kaca yang dapat dilihat dalam sebuah pemindaian mikroskop elektron.
Lapisan, yang biasanya diterapkan oleh tergagap-gagap dengan argon plasma,
memiliki tiga peran dalam aplikasi ini. Emas konduktivitas listrik yang sangat
tinggi muatan listrik mengalir ke bumi, dan kepadatan yang sangat tinggi
menyediakan kekuatan untuk menghentikan elektron dalam berkas elektron,
membantu untuk membatasi kedalaman yang berkas elektron menembus
spesimen. Ini definisi meningkatkan posisi dan topografi permukaan
spesimen dan meningkatkan resolusi spasial dari citra. Emas juga
menghasilkan output yang tinggi elektron sekunder ketika diradiasi oleh
berkas elektron, dan energi rendah ini elektron adalah yang paling umum
digunakan sumber sinyal yang digunakan dalam pemindaian mikroskop
elektron.
 The isotop emas-198, (paruh: 2,7 hari) digunakan dalam beberapa perawatan
kanker dan untuk mengobati penyakit lainnya.
7.4 Makanan dan Minuman
Emas dapat digunakan dalam makanan contohnya :
 Gold daun, serpihan atau debu yang digunakan pada dan di beberapa makanan
gourmet, terutama permen dan minuman sebagai bahan dekoratif. Emas
serpihan ini digunakan oleh kaum bangsawan di Eropa Pertengahan sebagai
hiasan dalam makanan dan minuman, dalam bentuk daun , serpih atau debu,
baik untuk menunjukkan kekayaan host atau dalam keyakinan bahwa sesuatu
yang berharga dan langka harus bermanfaat bagi kesehatan seseorang. Kertas
emas bersama dengan perak kadang-kadang digunakan di Asia Selatan
permen termasuk Burfi.
 Goldwasser (Inggris: Goldwater) adalah minuman jamu tradisional yang
diproduksi di Gdańsk, Polandia, dan Schwabach, Jerman, dan berisi serpihan
daun emas. Ada juga beberapa mahal (~ $ 1000) koktail yang mengandung
emas serpihan daun . Namun, karena emas adalah logam tak berdaya untuk
semua kimia tubuh, ia menambahkan tidak ada rasa itu juga tidak memiliki
efek gizi lain dan meninggalkan tubuh tidak berubah.
7.5 Industri
 Emas Solder digunakan untuk bergabung dengan komponen perhiasan emas
oleh suhu tinggi atau mematri pematerian keras. Jika pekerjaan harus dari
kualitas hallmarking, emas solder harus sesuai dengan berat karat pekerjaan,
dan paduan formula yang diproduksi di sebagian besar industri-standar bobot
karat untuk mencocokkan warna kuning dan emas putih. Gold solder biasanya
dilakukan di setidaknya tiga titik leleh berkisar disebut sebagai Mudah,
Medium dan Hard. Dengan menggunakan keras, titik leleh tinggi solder
pertama kali, diikuti oleh solder dengan semakin rendah titik leleh, pandai
emas dapat mengumpulkan item kompleks dengan beberapa titik solder
terpisah.
 Emas dapat dibuat menjadi benang dan digunakan dalam menyulam.
 Emas adalah ulet dan patuh, yang berarti dapat ditarik menjadi kawat sangat
tipis dan dapat dipukul ke lembaran sangat tipis yang dikenal sebagai daun
emas.
 Gold menghasilkan yang mendalam, intens warna merah bila digunakan
sebagai pewarna dalam cranberry kaca.
 Dalam fotografi, toner emas digunakan untuk mengubah warna perak
bromide cetakan hitam dan putih biru terhadap cokelat atau nada, atau untuk
meningkatkan stabilitas. Digunakan pada cetakan kencang sepia, toner emas
menghasilkan warna merah. Kodak diterbitkan formula untuk beberapa jenis
penyegar emas, yang menggunakan emas sebagai klorida (Kodak, 2006).
7.6 Elektronik
Konsentrasi elektron bebas dalam logam emas adalah 5,90 × 1022 cm-3.
Emas sangat konduktif listrik, dan telah digunakan untuk kabel listrik dalam
beberapa aplikasi energi tinggi (perak bahkan lebih konduktif per volume, tapi emas
memiliki keunggulan dalam ketahanan korosi). Sebagai contoh, emas kabel listrik
yang digunakan selama beberapa atom Proyek Manhattan percobaan, namun arus
tinggi besar kawat perak digunakan dalam pemisah isotop calutron magnet dalam
proyek.
Walaupun emas diserang oleh free klorin, konduktivitas yang baik dan
ketahanan umum terhadap oksidasi dan korosi dalam lingkungan lain (termasuk
tahan terhadap asam non-diklorinasi) telah menyebabkan industri yang luas
digunakan di era elektronik sebagai lapisan lapisan tipis dari konektor listrik semua
jenis, sehingga memastikan koneksi yang baik. Sebagai contoh, emas yang
digunakan dalam konektor yang lebih mahal kabel elektronik, seperti audio, video
dan USB kabel. Keuntungan menggunakan emas atas konektor logam lain seperti
timah dalam aplikasi ini sangat diperdebatkan.
Konektor emas sering dikritik oleh para pakar audio-visual sebagai tidak
perlu bagisebagian besar konsumen dan hanya dilihat sebagai taktik pemasaran.
Namun,penggunaan emas dalam aplikasi lain di geser elektronik kontak di sangat
lembab atau korosif atmosfer, dan digunakan untuk kontak dengan biaya kegagalan
sangat tinggi(beberapa komputer, peralatan komunikasi, pesawat ruang angkasa,
pesawat jet engine)masih sangat umum, dan tidak mungkin diganti dalam waktu
dekat oleh logam lain. Selain geser kontak listrik, emas juga digunakan dalam
kontak listrik karena ketahanan terhadap korosi, listrik, keuletan dan kurangnya
keracunan.
Kontak Switch umumnya mengalami stres korosi lebih kuat daripada kontak
geser. Baik kawat emas digunakan untuk menghubungkan perangkat
semikonduktor paketmereka melalui proses yang dikenal sebagai ikatan kawat.
8. Dampak Penambangan Emas
Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan beberapa
efek negatif. Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan, penambangan
emas dan pengolahan emas akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari
lingkungan.
Kasus pencemaran limbah akibat penambangan emas salah satunya terjadi di
Perairan Pantai Buyat. Dugaan terjadinya pencemaran logam berat di perairan
pantai Buyat karena pembuangan limbah padat (tailing) seharusnya tidak akan
terjadi, seandainya limbah tersebut sebelum dibuang dilakukan pengolahan lebih
dulu. Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga kadarnya seminimal
mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan beracun
yang terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun peraturan
dan tatacara pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah dalam hal
ini Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan, masih
banyak ditemukan terjadinya pencemaran akibat limbah industri. Mungkin
terbatasnya tenaga pengawas disamping proses pengolahan limbah biasanya
memerlukan biaya yang cukup besar.
Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok
logam-logam ini mempunyai peranan yang sangat penting dibidang industri
misalnya : Kadmium Cd digunakan untuk bahan batery yang dapat diisi ulang.
Kromium Cr untuk pemberi warna cemerlang atau verkrom pada perkakas dari
logam. Kobalt Co untuk bahan magnet yang kuat pada loudspeker atau microphone.
Tembaga Cu untuk kawat listrik. Nikel Ni untuk bahan baja tahan karat atau
stainless steel. Timbal Pb untuk bahan battery atau Accu pada mobil. Seng Zn
untuk pelapis kaleng. Mercury Hg dapat melarutkan emas sehingga banyak
digunakan untuk memisahkan emas dari campurannya dengan tanah, bahan pengisi
termometer dan dan masih banyak lagi kegunaan logam berat yang tidak mungkin
saya sebutkan semuanya disini.
Daftar Pustaka

1. Joko, Subtanto. 2006. SUMBER DAYA EMAS PRIMER SEKALA KECIL


UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT
DENGAN KONSEP CUSTOM MILL. Bandung : Pusat Sumber Daya Geologi
2. Sumardi,Eddy. 2009. TINJAUAN EMAS EPITERMAL PADA LlNGKUNGAN
VOLKANIK. Bandung : Pusat Sumber Daya Geologi

3. Fadlin. 2008. KARAKTERISTIK ENDAPAN EMAS OROGENIK SEBAGAI


SUMBER EMAS PLACER DI DAERAH WUMBUBANGKA, BOMBANA,
SULAWESI TENGGARA. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi FT-UGM.

4. Joko, Subtanto. 2006. TINJAUAN TENTANG CEBAKAN EMAS ALUVIAL DI


INDONESIA DAN POTENSI PENGEMBANGAN. Bandung : Pusat Sumber Daya
Geologi.

5. Zulkifli Danny. 2006. Karakteristik mineralisasi epitermal di Daerah Taran, Hulu


Kahayan, Kalimantan Tengah berdasarkan studi mikroskopis, X-Ray Diffraction
(XRD), dan inklusi fluida. Bandung : Pusat Sumber Daya Geologi.

6. Ishlah Teuku. 2012. TINJAUAN KETERDAPATAN EMAS PADA KOMPLEKS


OFIOLIT DI INDONESIA. Bandung : Pusat Sumber Daya Geologi.

7. Djamaluddin.H. 2012. POTENSI DAN PROSPEK PENINGKATAN NILAI


TAMBAH MINERAL LOGAM DI INDONESIA(SUATU KAJIAN TERHADAP
UPAYA KONSERVASI MINERAL). Makassar : Program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

8. Suardana. 2012. DENTIFIKASI ZONA ALTERASI BATUAN DALAM


MENENTUKAN INDIKASI MINERAL SULFIDA EMAS (STUDI KASUS
DAERAH WUNGKOLO, KECAMATAN WAWONII, KABUPATEN KONAWE
SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA). Makassar : Program Studi
Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Anda mungkin juga menyukai