Abstraksi
Tren Penggunaan pakaian dari berbagai macam produsen fast-fashion semakin digemari masyarakat
dunia dari tahun ke tahun, alhasil industri retail fast fashion pun menunjukkan perkembangan yang
signifikan. Tercatat menurut data yang dilansir MckinseyGlobalFashion Index saja perkembangannya
mencapai angka 4,5% di tahun 2019. Sistem produksi cepat yang dianut industri karena mengikuti tren
catwalk dunia tiap tahunnya membuat proses produksi pakaian mereka harus dilaksanakan secara masif
dan cepat.Berbagai strategi produksi harus dilakukan para retail ini dan salah satunya adalah sistem
pemesanan produksi di luar negeri dan tak terkecuali di Indonesia. Namun,sistem ini mengalami
permasalahan tersendiri dimana terdapat pemberitaan bahwa perusahaan yang menerima pemesanan dari
salah satu retail besar dunia di industri fast-fashion terpaksa melakukan PHK pada semua karyawannya
yang berjumlah 4000 orang karena tidak mampu mengimbangi permintaan yang masif dari retail tersebut.
Gelombang protes dari serikat buruh maupun yayasan peduli pekerja di seantero dunia pun menjadi duri
yang mengancam laju keberlangsungan industri fast fashion. Masalah yang pelik seperti ini menjadi
tantangan tersendiri bagi Pemerintah Indonesia khususnya Kementrian Ketenagakerjaan dan Kementerian
Perindustrian untuk menciptakan sebuah regulasi yang efektif bagi permasalahan ini terlebih dikala
mereka sedang diserang isu tenaga kerja asing.
Kata Kunci : Fast Fashion Industry ,Immigrant/ Foreign worker, Immigrant Surplus, Economic Surplus,
Alter Nation Abroad Action
1. Introduksi
Menurut definisi yang dilansir dari Eropa pada abad 18 pasca revolusi
investopedia, fast fashion ialah sebuah industry dimana pakaian-pakaian yang
istilah yang digunakan untuk semula harus diproduksi lewat penjahit-
menjabarkan koleksi desain pakaian penjahit kelas wahid yang mahal biaya
yang berdasar dari tren-tren catwalk pembuatannya dan sekarang mampu
ternama dan segera diproduksi secara memproduksi pakaian lebih masif dan
masif oleh suatu retail untuk memenuhi murah karena munculnya rumah-rumah
permintaan pasar akan pakaian yang produksi pakaian yang memproduksi
trendi namun murah. Menurut baju dengan harga lebih murah.
sejarahnya1, tren fast fashion dimulai di Memasuki tahun 60-70an, gaya pakaian
mengikuti model ternama mulai menjadi
1Menurut artikel yang dilansir dari Fashionista, “ Fashion Industry daya tarik tersendiri bagi produsen
Lessons= The Origins of Fast Fashion “ pakaian untuk menjadikannya acuan dan
Labor Economics Final Term Paper
Figure 1 Tren Ekspor Industri TPT dalam negeri ( Retail dan non ritel) sumber : Katadata
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Figure 2 Angka Pertumbuhan Tenaga Kerja Industri Tekstil ( dalam ratusan ribu )
Dimana regulasi tersebut merupakan sebuah perlindungan tenaga kerja dari masalah
revisi yang mengatur soal persebaran tenaga eksploitasi. Namun, regulasi ini dianggap
kerja di seluruh penjuru tanah air untuk semakin memfasilitasi berbagai perusahaan
meningkatkan pendapatan per kapita dan untuk melakukan sistem outsourcing dalam
kesejahteraan di tanah air , penggunaan tenaga praktiknya. Sebab dalam industri tekstil di tanah
kerja secara manusiawi dan optimal serta air sebagian besar bersifat kontrak kerja dimana
Labor Economics Final Term Paper
pekerja yang berada dalam kontrak ini hanya poin. Lalu, proporsi tenaga kerja Indonesia yang
terikat berdasar : pekerjaan yang sementara sifat pendidikannya ada pada angka kecil dan
sifatnya, pekerjaan yang diperkirakan menengah masih mendominasi struktur pasar
penyelesaiannya dalam waktu paling lama 3 tenaga kerja di Indonesia dimana mayoritas
tahun, pekerjaan musiman; atau pekerjaan yang tenaga kerja di sektor tekstil bekerja sehingga
berhubungan dengan produk dan kegiatan pemerintah harus melakukan tindakan
baru, atau produk tambahan yang masih dalam preventif untuk mencegah maraknya
percobaan atau penjajakan ( Berdasar UUK 13 penyalahgunaan kontrak di industri tekstil
Bab IX pasal 58 &596 ). Peraturan yang kurang khususnya bidang fast-fashion terjadi lagi
mendetail dan juga legalisasi outsourcing
menjadi pertanda buruk bagi buruh khususnya
di bidang tekstil sebab tidak adanya jaminan
mengenai upah , lama kerja , dan juga pesangon
apabila putus kerja.
6
Dikutip dari Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum Kemnaker Indonesia
7
Berdasar artikel yang dilansir TURC.or.id
Labor Economics Final Term Paper
Figure 5 Berbagai jenis resiko yang diterima pekerja outsourcing dan buruh kontrak ( Menurut ILO )
Namun perlu digarisbawahi bahwasannya angka jumlah imigran yang hadir perlu dibatasi dan dilihat
sektor keahlian dari tenaga kerja asing ini karena akan berhubungan langsung dengan tenaga kerja yang
ada di Indonesia.Singkatnya, jika pemerintah tidak meregulasi jumlah dan sektor yang akan menjadi
lapangan pekerjaan TKA maka akan berdampak pada berkurangnya kesempatan pekerja tanah air untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak dengan kualifikasinya. Hal ini juga senada dengan yang dijelaskan
Borjas lagi dalam bukunya mengeai teori subtitusi pekerja lokal-asing dimana lama kelamaan pekerja
lokal akan meninggalkan lapangan pekerjaan yang ada dalam negeri karena upahnya semakin murah.
Tiap tahunnya menurut data yang didapat dari kementerian ketenagakerjaan, angka TKA ini terus
bertambah dari tahun ke tahun di Indonesia. Tren positif yang fluktuatif menunjukkan angka TKA yang
bekerja di Indonesia naik tiap tahunnya. Hal ini didasari pada komitmen politik luar negeri pemerintah
yang berorientasi pada prinsip keterbukaan dan stabilnya kondisi politik di Indonesia. Untuk tahun 2016-
2017 saja tercatat ada angka pertumbuhan sebesar 6,9 % dengan total 85.900 tenaga kerja di Indonesia.
Dari asal negaranya, statistik ketenagakerjaan menunjukkan bahwa Tiongkok menjadi negara yang
paling banyak mempekerjakan warganya di Indonesia dengan total tenaga kerja mencapai 24 ribu.
Disusul oleh Jepang dengan jumlah 13.500an tenaga kerja dan peringkat ketiganya adalah pekerja asal
Korea Selatan dengan jumlah 9500an tenaga kerja. Dengan pekerja yang jumlahnya lumayan banyak
Labor Economics Final Term Paper
dari ketiga negara walaupun jumlahnya tidak mencapai angka 1 % dari total penduduk Indonesia
nampaknya angka tersebut bukanlah suatu permasalahan berarti dalam ketenagakerjaan di Indonesia.
Saat ini pemerintah sedang bergelut dengan kemelut adanya isu dan pemberitaan Tenaga Kerja Asing (
TKA ) Ilegal yang dianggap merebut lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Klarifikasi lewat pidato
serta jawaban lewat pemberitaan terus dilakukan oleh para menteri terkait bahwasannya pemerintah
menaruh perhatian besar akan hal ini sehingga pada tahun 2018 Presiden Joko Widodo menandatangi
Perpres Nomor 20 Tahun 2018 yang meregulasi Tenaga Kerja Asing di Indonesia beserta lapangan kerja
dan kualifikasi yang dibutuhkan. Singkatnya, peraturan ini melegalisasi hadirnya tenaga kerja asing Yang
bekerja di Indonesia namun dibatasi akan adanya berbagai kualfikasi penunjang seperti kemampuan
berbahasa Indonesia dan yang paiing utama ialah kualifikasi keahlian maupun pendidkan dari Tenaga
Kerja Asing dimana regulasi ini menetapkan hadirnya tenaga yang professional dan memiliki skill yang
jarang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.Namun fakta dilapangan ditemukan akan hadirnya 1857
tenaga kerja asing yang berprofesi sebagai buruh kasar dan seluruhnya diancam mendapat ganjaran
berupa deportasi dan larangan untuk berkunjung ke Indonesia lagi.
Dari konsep immigration Surplus yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam awal bab ini, penulis
meyakini bahwasannya persoalan tenaga kerja asing ini layaknya pedang bermata dua bila tidak
ditangani dengan baik namun dapat mendorong perekonomian dalam negeri serta yang terpenting bisa
mengurangi angka eksploitasi kontrak kerja buruh di Indonesia. Dalam situsnya, salah satu perusahaan
fast-fashion asal Jepang , Uniqlo menegaskan kotitmen keberlangsungan8 usahanya pasca kasus
ketenagakerjaan di PT. Jaba Garmindo lewat kampanye untuk lebih memperhatikan buruh yang mitra
8
Berdasar pada isi komitmen yang ada pada situs resmi uniqlo
Labor Economics Final Term Paper
mereka pekerjakan dan salah satu diantaranya ialah kampanye untuk memperhatikan keberagaman
lintas SARA dan kebangsaan antar pekerja , meningkatkan kesejahteraan pekerja, dan seruan untuk
lebih memperhatikan Hak Asasi Manusia( HAM ) dalam produksi produk mereka.
Komitmen uniqlo ini ternyata juga diikuti perusahaan fast retaiing fashion lainnya untuk menerapkan hal
yang sama dalam produksi pakaian mereka. Oleh karena itu, pemerintah dapat mengimplementasikan
komitmen mereka dalam bentuk regulasi yang mengatur Kolaborasi tenaga kerja asing-lokal dalam
memproduksi pakaian fast fashion ini. Lewat regulasi ini, buruh lokal lebih mempunyai kemampuan
arbitrasi dalam permasalahan yang menyangkut kontrak mereka sebab kali ini bila ada keterlibatan
buruh dari luar negeri lainnya maka daya tawar mereka lebih tinggi dihadapan pengadilan internasional.
Pihak yang menyengketakan masalah ini juga akan mendapat pertimbangan lebih besar dihadapan
mahkamah hukum internasional. Terlebih, pemerintah bisa menyesuaikan rencana ini dengan program
investasi luar negeri yang terus digaungkan pemerintah dimana pemerintah bisa menyediakan skema
investasi yang melibatkan tenaga kerja asing di dalamnya sehingga membuat investor semakin haus
untuk berinvestasi di dalam negeri walaupun dengan catatan angka s Gagasan ini akan menghadapi
berbagai rintangan terutama yang menyangkut toleransi masyarakat akan hadirnya tenaga kerja asing.
Menurut laporan yang dilansir Nielsen, optimism nasional akan hadirnya lapangan kerja yang memadai
turun dari angka 73% pada kuartal 3 2018 ke angka 68% pada kuartal 4 2018. Hal ini dipengaruhi rasa
pesimis masyarakat akan kondisi perekonomian yang stagnan dan daya beli yang dari hari ke hari dirasa
semakin menurun. Sehingga regulasi ini perlu dibarengi dengan adanya sosialisasi mengenai niatan
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga sosialisasi masif ke masyarakat Indonesia.
Untuk buruh Indonesia sendiri, lingkungan kerja yang tidak lagi inklusif berdasar kewarganegaraan dapat
menjadi indikasi terbukanya ekonomi Indonesia dimata dunia . Buruh lebih mempunyai daya tawar di
kawasan masyarakat yang terbuka karena status buruh kini tidak lagi dipandang remeh dan sebelah
mata. Nilai buruh akan diperlakukan setara dinegara manapun khususnya di regional Asia Tenggara dan
tuntutan yang berdasar pada kasus penyelewengan kontrak buruh akan mendapatkan dukungan dari
negara-negara satu kawasan lainnya dan menambah kekuatan arbitrase secara de facto. Peran serta
Indonesia diera ekonomi bebas ini juga mengindikasikan adanya optiisme perusahaan di Indonesia
untuk bergerak ekspansif kedepannya. Hal ini dibuktikan dalam survey ILO dimana optisme akan
keterbukaan pasar dapat meningkatkan bisnis mereka itu ada di sektor industri dan kecil-menengah.
Sektor yang diisi oleh perusahaan garmen yang mempekerjakan karyawan mereka lewat kontrak kerja.
Buruh akan lebih terlindungi.
Labor Economics Final Term Paper
Kebijakan Alter Nation Abroad Action atau kebijakan yang tidak lagi melihat batasan nasionalitas dalam
working environment juga sudah menjadi hal yang lumrah di lingkungan kerja pada negara baru
sehingga kebijakan ini dapat menjadi sebuah langkah awal untuk menyiapkan masyarakat Indonesia ke
era Masyarakat Ekonomi Asean . Langkah lain yang bisa diterapkan pemerintah ialah mendorong
investasi di bidang teknologi industri, sebab menurut survey yag dilakukan ILO ASEAN teknologi terbukti
dapat meningkatkan produktivitas karyawan
6. Konklusi
Indonesia dapat mempertimbangkan kebijakan ini sebagai alternative dari cara melindungi buruh dari
eksploitasi perusahaan fashion dan juga langkah penanggulangan TKA illegal yang terus masuk tiap
tahunnya. Dari teori ekonomi dapat dilihat bahwasannya , kehadiran TKA dapat meningkatkan kinerja
perekonomian nasional karena output nasional meningkat. Akan tetapi, pertimbangan kontradiktif seperti
respon negatif dari masyarakat akan isu ketenagakerjaan akan menyerang lebih ganas jika tidak diiringi
dengan sosialisasi kebijakan dan regulasi yang mendetail. Selain itu kebijakan ini perlu diimbangi dengan
gerakan pemerintah di bidang lain seperti investasi teknologi maupun intensifitas sekolah vokasional agar
angkatan kerja Indonesia lebih siap dalam menerima kebijakan ini.
.
Labor Economics Final Term Paper
Daftar Pustaka