Anda di halaman 1dari 12

Labor Economics Final Term Paper

Preventive Policy Studies: Collaboration between


Local-Foreign workers to Avoid the exploitation in the
Fast Fashion Industry
Lessons from Jaba Garmindo workers case

Ariq Rizki Naufal

Abstraksi
Tren Penggunaan pakaian dari berbagai macam produsen fast-fashion semakin digemari masyarakat
dunia dari tahun ke tahun, alhasil industri retail fast fashion pun menunjukkan perkembangan yang
signifikan. Tercatat menurut data yang dilansir MckinseyGlobalFashion Index saja perkembangannya
mencapai angka 4,5% di tahun 2019. Sistem produksi cepat yang dianut industri karena mengikuti tren
catwalk dunia tiap tahunnya membuat proses produksi pakaian mereka harus dilaksanakan secara masif
dan cepat.Berbagai strategi produksi harus dilakukan para retail ini dan salah satunya adalah sistem
pemesanan produksi di luar negeri dan tak terkecuali di Indonesia. Namun,sistem ini mengalami
permasalahan tersendiri dimana terdapat pemberitaan bahwa perusahaan yang menerima pemesanan dari
salah satu retail besar dunia di industri fast-fashion terpaksa melakukan PHK pada semua karyawannya
yang berjumlah 4000 orang karena tidak mampu mengimbangi permintaan yang masif dari retail tersebut.
Gelombang protes dari serikat buruh maupun yayasan peduli pekerja di seantero dunia pun menjadi duri
yang mengancam laju keberlangsungan industri fast fashion. Masalah yang pelik seperti ini menjadi
tantangan tersendiri bagi Pemerintah Indonesia khususnya Kementrian Ketenagakerjaan dan Kementerian
Perindustrian untuk menciptakan sebuah regulasi yang efektif bagi permasalahan ini terlebih dikala
mereka sedang diserang isu tenaga kerja asing.

Kata Kunci : Fast Fashion Industry ,Immigrant/ Foreign worker, Immigrant Surplus, Economic Surplus,
Alter Nation Abroad Action

1. Introduksi

Menurut definisi yang dilansir dari Eropa pada abad 18 pasca revolusi
investopedia, fast fashion ialah sebuah industry dimana pakaian-pakaian yang
istilah yang digunakan untuk semula harus diproduksi lewat penjahit-
menjabarkan koleksi desain pakaian penjahit kelas wahid yang mahal biaya
yang berdasar dari tren-tren catwalk pembuatannya dan sekarang mampu
ternama dan segera diproduksi secara memproduksi pakaian lebih masif dan
masif oleh suatu retail untuk memenuhi murah karena munculnya rumah-rumah
permintaan pasar akan pakaian yang produksi pakaian yang memproduksi
trendi namun murah. Menurut baju dengan harga lebih murah.
sejarahnya1, tren fast fashion dimulai di Memasuki tahun 60-70an, gaya pakaian
mengikuti model ternama mulai menjadi
1Menurut artikel yang dilansir dari Fashionista, “ Fashion Industry daya tarik tersendiri bagi produsen
Lessons= The Origins of Fast Fashion “ pakaian untuk menjadikannya acuan dan
Labor Economics Final Term Paper

mulai pada tahun 2000an ,produsen ditawarkan ialah adanya joint-worker


maupun retail yang lini bisnisnya antara pekerja lokal dan asing untuk
berbasis pada tren terkini dan dijual memproduksi pakaian fast-fashion ini
dengan harga murah mulai muncul
seperti H&M, Uniqlo, Sehingga Artikel ini akan menunjukkan
ZARA,Topman,dan lain-lain. Industri angka-angka statistik yang berkaitan
fast-fashion ini diperkirakan akan terus dengan perkembangan industri ini dan
tumbub karena berdasar studi yang data yang menunjukkan kondisi
dilansir oleh greenpeace dikatakan ketenagakerjaan terkait di tanah air dan
bahwa total penjualan pakaian total jumlah Tenaga Kerja Asing untuk
diseluruh dunia akan mencapai angka menunjang penulisan artikel. Referensi
2,1 Trilliun USD. bacaan dari artikel berita maupun jurnal
ilmiah yang memiliki korelasi positif
Saat ini, total gabungan kumulatif dengan penulisan makalah ini juga akan
penjualan industry fashion mencapai dicantumkan demi menambah
angka 68 Milliar USD2 dan konsumsi keabsahan penulisan artikel yang
pakaian dari industri ini juga naik menjelaskan mengapa pemerintah perlu
sebesar 60% pertahunnya. Industri ini menerapkan regulasi ini dan prediksi
umumnya menggunakan strategi hasil dari penerapan kebijakan tersebut.
produksi trans nasional khsususnya di .
negara-negara berkembang seperti
Indonesia, India, Pakistan , dan Bagian-bagian pada artikel ini akan
Bangladesh karena upah buruh yang berisi sebagai berikut. Pada bab
tergolong murah. Aktualisasinya retailer kedua,akan dipaparkan literatur-
industri fast fashion ini melaksanakan literatur yang berkaitan dengan
pemesanan lewat rumah produksi atau permasalahan ketenagakerjaan fast
garmen yang ada di negara berkembang fashion yang industri ini dengan
tersebut. mengambil contoh kasus di negara-
negara berkembang seperti Indonesia .
Namun, sistem produksi ini Pada bab ketiga,akan dijelaskan data set
diketahui rawan akan kasus seperti dan alat bantu statistik yang
eksploitasi buruh murah3 ataupun mempermudah analisis. Bab keempat
permasalahan pailitnya perusahaan berisi analisis mengenai kondisi
produksi pakaian. Hal ini berdasar pada ketenagakerjaan di industri tekstil. Bab
pengalaman buruh produksi pakaian di kelima berisikan rekomendasi kebijakan
Bangladesh yang menerima upah jauh local-foreign worker yang berlandaskan
dibawah UMR. Di Indonesia sendiri statistik dan teori ketenagakerjaan serta
terdapat permasalahan dimana 4000 analisis konsekuensi penerapan
karyawan yang bekerja pada kebijakan. Dan terakhir, bab 6 akan
perusahaaan garmen Jaba Garmindo berisikan mengenai kesimpulan.
harus menerima kenyataan pahit untuk
di- PHK karena garmen tidak mampu
menutup biaya produksi yang besar
akibat pesanan salah satu retail fast 2. Kajian Pustaka
fashion yakni Uniqlo.. Pemerintah bisa
membuat berbagai regulasi untuk Studi yang dipilih kali ini akan
mencegah peristiwa serupa terulang di berfokus pada produksi pakaian dari
masa depan. Salah satu solusi yang bisa perusahaan perusahaan-perusahaan
fast-fashion ternama dunia karena
2Menurut artikel yang dilansir oleh tirtoID
mereka memiliki produksi yang
3Berdasarkan jurnal “Fast Fashion, Sustainability, and the Ethical begitu besar dengan angka
Appeal of Luxury Brands” oleh
Labor Economics Final Term Paper

penjualan yang semakin meningkat asing.Kebijakan ini rasional untuk


tiap tahunnya sekaligus konteks ini dipertimbangkan sebab menurut
dibahas karena semakin masif George Borjas4 ,adanya Tenaga
keterlibatan karyawan ataupun Kerja Asing akan mampu
pekerja di dalamnya maka memberikan economic surplus bagi
pembahasan mengenai suatu negara dimana output suatu
permasalahan ketenagakerjaan negara akan mudah digenjot karena
didalamnya juga akan semakin kehadiran tenaga kerja asing. Selain
kompleks dan tidak mudah untuk itu iklim kompetisi yang hadir
dibuat analisa. antara pekerja juga akan
meningkatkan kompetensi pekerja
Annamma Joy&Sherry (2015) dalam negeri. Kehadiran regulasi
menjelaskan bahwasannya mendetail mengenai batas
kompleksitas ini sebagian besar maksimum jumlah tenaga kerja
dikarenakan karena adanya sistem khususnya di sektor tekstil dan
produksi yang cepat dan masif regulasi sistem kerja mereka dengan
karena mengikuti mode akhirnya perusahaan fast-fashion akan
berujung pada pembuatan baju yang menjadi pembahasan di bab
ada di luar negeri karena selanjutnya.
pertimbangan ketersediaan tenaga
kerja dan biaya pembuatan yang 3. Metode dan Data
lebih murah. Penelitian ini akan menggunakan
metode komparasi statistik antar
Pertimbangan pembuatan diluar waktu ke waktu yang menunjukkan
negeri ini juga tidak sembarang. mengapa sektor tekstil dan fast-
Pada dasarnya ada nilai-nilai etis fashion khususnya harus terus
produksi yang harus dipertahankan. digarap sekaligus
Langenwater (2009:11) mempertimbangkan berbagai hal
mencantumkan beberapa prinsip yang tidak boleh dilupakan dalam
penting dari kebijakan berkelanjutan implementasi kebijakan di
untuk perusahaan: “Rasa hormat Indonesia. Adapun sebagian besar
terhadap orang (di semua tingkatan persoalan yang dibahas yaitu :
organisasi), masyarakat, dan rantai
pasokannya; dan harusnya tiap  Masalah ketenagakerjaan
negara mempunyai regulasi yang Dilihat dari angka tenaga
spesifik terkait persoalan tenaga kerja dalam negeri yang
kerja seperti ini namun pada ada di sektor tekstil dari
praktiknya tak sering kita temukan tahun ke tahun dan jumlah
adanya tindakan-tindakan yang tenaga kerja asing di sektor
melawan asumsi etis seperti terkait
ekspoitasi buruh atau putus  Permasalahan Kasus
hubungan kerja yang tidak etis. Industri Fast Fashion
Dilihat dari tinjauan
Salah satu kebijakan yang tepat undang-undang yang
ialah adanya sistem joint-worker berlaku ditambah dengan
across nation dalam sistem tinjauan berbagai kasus
pengerjaan produksi pakaian dari yang berkaitan dengan
perusahaan-perusahaan fast-fashion tenaga kerja di sektor
ini. Singkatnya dalam produksi ini
akan ada kombinasi antara pekerja
lokal dengan pekerja 4
Dalam buku Labor Economics,2016
Labor Economics Final Term Paper

fashion ataupun tekstil kerja pertahunnya.5 Tren ini


menggunakan artikel berita sebagian tersebar di wilayah-
yang tersedia dan jurnal- wilayah yang dikenal sebagai
jurnal ilmiah terkait. wilayah industri tekstil di Pulau
 Masalah sosio-kultural Jawa yakni di di wilayah Provinsi
sebelum dan setelah Jawa Barat (39,39%), Jawa Tengah
implementasi kebijakan (23,46%), DKI Jakarta (13,5%), dan
Disajikan dengan artikel Jawa Timur (12.9%)
yang menunjukan Hal ini mengindikasikan
pertumbuhan pekerja asing beberapa hal . Pertama, industri ini
dan analisis pemecahan bila pengelolaannya benar
masalah terkait dalam berpotensi menjadi sumber
menyiapkan paket penyerapan tenaga kerja tanah air
kebijakan. yang baik sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran
.Hal ini dikarenakan berbagai alasan
Analisis artikel ini akan banyak menggunakan rasional seperti pertumbuhan
data-data statistik BPS, SAKERNAS, penduduk dunia yang semakin
Kementrian Ketenagakerjaan serta portal-portal banyak tiap tahunnya sehingga
statistik terkait. Selain itu penelitian ini juga kebutuhan akan produk tekstil pun
mengambil referensi dari berbagai jurnal di semakin meningkat. Lalu,
bidang ketenagakerjaan dan bidang fashion perusahaan retail fashion besar
untuk menambah validasi data penelitian. Fokus semakin tertarik untuk melakukan
data penelitian ini akan menunjukkan hal apa ekspansi bisnis dengan
saja yang menyebabkan urgensi mengenai mengintensifkan produksi pakaian
butuhnya paket kebijakan ketenagakerjaan di mereka di luar negeri terutama di
bidang tekstil fast fashion khususnya urgensi Indonesia, terlebih di Indonesia
akan regulasi joint worker lintas negara di terdapat setidaknya 20 perusahaan
Indonesia fast fashion yang bergerak di bidang
produksi pakaian dan alas kaki
4. Analisis Kondisi Industri Tekstil seperti ZARA, Uniqlo, H&M , P&B
Fast Fashion di Indonesia ( , Adidas, Nike,dll yang mana akan
Menggunakan data sebelum 2019 menggenjot penyerapan tenaga kerja
) lagi.
Perlu diketahui bahwasannya,
kebutuhan akan tenaga kerja di Lantas bagaimana dengan
industri TPT berbanding lurus regulasi ketenagakerjaan yang
dengan jumlah ekspor produk memayungi pekerja di industri fast
fesyen di Indonesia per tahun. fashion ini ? kontrak kerja di
Menurut laporan dari kementrian Indonesia umumnya berlandaskan
Perindustrian Republik Indonesia pada UU- K Nomor 13/ 2013.
saat ini industri TPT termasuk salah
satu sektor industri yang
memerlukan tenaga kerja terbanyak
di Indonesia. 20% lebih tenaga kerja
Indonesia masuk sektor ini dengan
kebutuhan mencapai 600.000 tenaga
5
Pidato Airlangga Hartanto , menggunakan data
sakernas
Labor Economics Final Term Paper

Figure 1 Tren Ekspor Industri TPT dalam negeri ( Retail dan non ritel) sumber : Katadata

Angka Pertumbuhan Tenaga Kerja


Industri Tekstil ( BPS )
6

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Figure 2 Angka Pertumbuhan Tenaga Kerja Industri Tekstil ( dalam ratusan ribu )

Dimana regulasi tersebut merupakan sebuah perlindungan tenaga kerja dari masalah
revisi yang mengatur soal persebaran tenaga eksploitasi. Namun, regulasi ini dianggap
kerja di seluruh penjuru tanah air untuk semakin memfasilitasi berbagai perusahaan
meningkatkan pendapatan per kapita dan untuk melakukan sistem outsourcing dalam
kesejahteraan di tanah air , penggunaan tenaga praktiknya. Sebab dalam industri tekstil di tanah
kerja secara manusiawi dan optimal serta air sebagian besar bersifat kontrak kerja dimana
Labor Economics Final Term Paper

pekerja yang berada dalam kontrak ini hanya poin. Lalu, proporsi tenaga kerja Indonesia yang
terikat berdasar : pekerjaan yang sementara sifat pendidikannya ada pada angka kecil dan
sifatnya, pekerjaan yang diperkirakan menengah masih mendominasi struktur pasar
penyelesaiannya dalam waktu paling lama 3 tenaga kerja di Indonesia dimana mayoritas
tahun, pekerjaan musiman; atau pekerjaan yang tenaga kerja di sektor tekstil bekerja sehingga
berhubungan dengan produk dan kegiatan pemerintah harus melakukan tindakan
baru, atau produk tambahan yang masih dalam preventif untuk mencegah maraknya
percobaan atau penjajakan ( Berdasar UUK 13 penyalahgunaan kontrak di industri tekstil
Bab IX pasal 58 &596 ). Peraturan yang kurang khususnya bidang fast-fashion terjadi lagi
mendetail dan juga legalisasi outsourcing
menjadi pertanda buruk bagi buruh khususnya
di bidang tekstil sebab tidak adanya jaminan
mengenai upah , lama kerja , dan juga pesangon
apabila putus kerja.

Berbagai kasus penyelewengan kontrak kerja


sering kali terjadi di tanah air khususnya di
bidang tenaga kerja produksi fast fashion ini.
Selain kasus Jaba Garmindo, terdapat juga
permasalahan PT. Framac7 yang menyuplai
Figure 3 Kondisi Tenaga Kerja di Indonesia berdasar
sepatu ke produsen kenamaan , Adidas. Dimana tingkat pendidikan ( dalam persentase)
pekerja di perusahaan tersebut bekerja pada
durasi yang melebihi kontrak 3 bulan awal Dari sifat pekerjaannya juga, umumnya
karena dijanjikan akan adanya perpanjangan masyarakat Indonesia bekerja pada jenis
kontrak kerja dan adanya pesangon bila putus pekerjaan yang bersifat tetap. Namun,klasifikasi
kerja terjadi. Namun, nyatanya para pekerja ini mengenyampingkan pertimbangan akan
yang berjumlah 300an orang di perusahaan adanya kontrak kerja yang sifatnya mudah di
tersebut tidak diperpanjang kontraknya dan selewengkan karena hanya berdasar pada
tidak jua mendapatkan uang pesangonnya. pertimbangan lama kerja yang menurut situs
BPS ada pada angka > 35 Jam per pekan. Lebih
Pemerintah harus melakukan perbaikan dari hanya sekedar sektor industry tektil dan
regulasi sebab menurut statistik yang dilansir non-fashion saja, dikhawatirkan hal ini akan
BPS, Jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 merambat pada buruh atau tenaga kerja di
sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta sektor-sektor lain yang terikat dengan kontrak
orang dibanding Februari 2017. Sejalan dengan kerja sejenis.
itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
sebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen

6
Dikutip dari Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum Kemnaker Indonesia
7
Berdasar artikel yang dilansir TURC.or.id
Labor Economics Final Term Paper

Ditambah lagi saat ini pekerja tetap di Indonesia


dengan tingkat pendidikan kecil sampai
menengah umumnya berasal dari sektor yang
rawan akan kontrak tersebut seperti pertanian,
industri dan pengolahan , serta konstruksi.
Paket regulasi yang

Figure 4 Persentase Tenaga Kerja berdasarkan Lapangan


kerjanya 2017-2018 (Data : BPS )

Figure 5 Berbagai jenis resiko yang diterima pekerja outsourcing dan buruh kontrak ( Menurut ILO )

5. Analisis kebijakan Joint-Worker dalam Produksi Produk Fast Fashion di Indonesia

Perlu diketahui sebelumnya bahwasannya ilmu ekonomi khususnya di bidang ekonomi


ketenagakerjaan menganggap isu hadirnya Tenaga Kerja Asing bukanlah sebagai hal yang tabu malahan
hadirnya tenaga kerja ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga menghasilkan output ekonomi
yang efisien. Dalam buku Labor Economics , George Borjas menjelaskan bahwasannya ilmu ini mengenal
istilah yang dinamakan dengan immigrant surplus dimana output nasional akan meningkat sehingga
national income pun juga ikut meningkat.

Figure 6 Konsep dari Immigration Worker Surplus


Labor Economics Final Term Paper

Namun perlu digarisbawahi bahwasannya angka jumlah imigran yang hadir perlu dibatasi dan dilihat
sektor keahlian dari tenaga kerja asing ini karena akan berhubungan langsung dengan tenaga kerja yang
ada di Indonesia.Singkatnya, jika pemerintah tidak meregulasi jumlah dan sektor yang akan menjadi
lapangan pekerjaan TKA maka akan berdampak pada berkurangnya kesempatan pekerja tanah air untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak dengan kualifikasinya. Hal ini juga senada dengan yang dijelaskan
Borjas lagi dalam bukunya mengeai teori subtitusi pekerja lokal-asing dimana lama kelamaan pekerja
lokal akan meninggalkan lapangan pekerjaan yang ada dalam negeri karena upahnya semakin murah.

Figure 7 Grafik yang menunjukkan teori subtitusi pekerja lokal-asing

Tiap tahunnya menurut data yang didapat dari kementerian ketenagakerjaan, angka TKA ini terus
bertambah dari tahun ke tahun di Indonesia. Tren positif yang fluktuatif menunjukkan angka TKA yang
bekerja di Indonesia naik tiap tahunnya. Hal ini didasari pada komitmen politik luar negeri pemerintah
yang berorientasi pada prinsip keterbukaan dan stabilnya kondisi politik di Indonesia. Untuk tahun 2016-
2017 saja tercatat ada angka pertumbuhan sebesar 6,9 % dengan total 85.900 tenaga kerja di Indonesia.

Figure 8 Tren Positif TKA di Indonesia 10 tahun 1990-2015

Dari asal negaranya, statistik ketenagakerjaan menunjukkan bahwa Tiongkok menjadi negara yang
paling banyak mempekerjakan warganya di Indonesia dengan total tenaga kerja mencapai 24 ribu.
Disusul oleh Jepang dengan jumlah 13.500an tenaga kerja dan peringkat ketiganya adalah pekerja asal
Korea Selatan dengan jumlah 9500an tenaga kerja. Dengan pekerja yang jumlahnya lumayan banyak
Labor Economics Final Term Paper

dari ketiga negara walaupun jumlahnya tidak mencapai angka 1 % dari total penduduk Indonesia
nampaknya angka tersebut bukanlah suatu permasalahan berarti dalam ketenagakerjaan di Indonesia.

Saat ini pemerintah sedang bergelut dengan kemelut adanya isu dan pemberitaan Tenaga Kerja Asing (
TKA ) Ilegal yang dianggap merebut lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Klarifikasi lewat pidato
serta jawaban lewat pemberitaan terus dilakukan oleh para menteri terkait bahwasannya pemerintah
menaruh perhatian besar akan hal ini sehingga pada tahun 2018 Presiden Joko Widodo menandatangi
Perpres Nomor 20 Tahun 2018 yang meregulasi Tenaga Kerja Asing di Indonesia beserta lapangan kerja
dan kualifikasi yang dibutuhkan. Singkatnya, peraturan ini melegalisasi hadirnya tenaga kerja asing Yang
bekerja di Indonesia namun dibatasi akan adanya berbagai kualfikasi penunjang seperti kemampuan
berbahasa Indonesia dan yang paiing utama ialah kualifikasi keahlian maupun pendidkan dari Tenaga
Kerja Asing dimana regulasi ini menetapkan hadirnya tenaga yang professional dan memiliki skill yang
jarang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.Namun fakta dilapangan ditemukan akan hadirnya 1857
tenaga kerja asing yang berprofesi sebagai buruh kasar dan seluruhnya diancam mendapat ganjaran
berupa deportasi dan larangan untuk berkunjung ke Indonesia lagi.

Dari konsep immigration Surplus yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam awal bab ini, penulis
meyakini bahwasannya persoalan tenaga kerja asing ini layaknya pedang bermata dua bila tidak
ditangani dengan baik namun dapat mendorong perekonomian dalam negeri serta yang terpenting bisa
mengurangi angka eksploitasi kontrak kerja buruh di Indonesia. Dalam situsnya, salah satu perusahaan
fast-fashion asal Jepang , Uniqlo menegaskan kotitmen keberlangsungan8 usahanya pasca kasus
ketenagakerjaan di PT. Jaba Garmindo lewat kampanye untuk lebih memperhatikan buruh yang mitra

8
Berdasar pada isi komitmen yang ada pada situs resmi uniqlo
Labor Economics Final Term Paper

mereka pekerjakan dan salah satu diantaranya ialah kampanye untuk memperhatikan keberagaman
lintas SARA dan kebangsaan antar pekerja , meningkatkan kesejahteraan pekerja, dan seruan untuk
lebih memperhatikan Hak Asasi Manusia( HAM ) dalam produksi produk mereka.

Komitmen uniqlo ini ternyata juga diikuti perusahaan fast retaiing fashion lainnya untuk menerapkan hal
yang sama dalam produksi pakaian mereka. Oleh karena itu, pemerintah dapat mengimplementasikan
komitmen mereka dalam bentuk regulasi yang mengatur Kolaborasi tenaga kerja asing-lokal dalam
memproduksi pakaian fast fashion ini. Lewat regulasi ini, buruh lokal lebih mempunyai kemampuan
arbitrasi dalam permasalahan yang menyangkut kontrak mereka sebab kali ini bila ada keterlibatan
buruh dari luar negeri lainnya maka daya tawar mereka lebih tinggi dihadapan pengadilan internasional.
Pihak yang menyengketakan masalah ini juga akan mendapat pertimbangan lebih besar dihadapan
mahkamah hukum internasional. Terlebih, pemerintah bisa menyesuaikan rencana ini dengan program
investasi luar negeri yang terus digaungkan pemerintah dimana pemerintah bisa menyediakan skema
investasi yang melibatkan tenaga kerja asing di dalamnya sehingga membuat investor semakin haus
untuk berinvestasi di dalam negeri walaupun dengan catatan angka s Gagasan ini akan menghadapi
berbagai rintangan terutama yang menyangkut toleransi masyarakat akan hadirnya tenaga kerja asing.
Menurut laporan yang dilansir Nielsen, optimism nasional akan hadirnya lapangan kerja yang memadai
turun dari angka 73% pada kuartal 3 2018 ke angka 68% pada kuartal 4 2018. Hal ini dipengaruhi rasa
pesimis masyarakat akan kondisi perekonomian yang stagnan dan daya beli yang dari hari ke hari dirasa
semakin menurun. Sehingga regulasi ini perlu dibarengi dengan adanya sosialisasi mengenai niatan
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga sosialisasi masif ke masyarakat Indonesia.

Untuk buruh Indonesia sendiri, lingkungan kerja yang tidak lagi inklusif berdasar kewarganegaraan dapat
menjadi indikasi terbukanya ekonomi Indonesia dimata dunia . Buruh lebih mempunyai daya tawar di
kawasan masyarakat yang terbuka karena status buruh kini tidak lagi dipandang remeh dan sebelah
mata. Nilai buruh akan diperlakukan setara dinegara manapun khususnya di regional Asia Tenggara dan
tuntutan yang berdasar pada kasus penyelewengan kontrak buruh akan mendapatkan dukungan dari
negara-negara satu kawasan lainnya dan menambah kekuatan arbitrase secara de facto. Peran serta
Indonesia diera ekonomi bebas ini juga mengindikasikan adanya optiisme perusahaan di Indonesia
untuk bergerak ekspansif kedepannya. Hal ini dibuktikan dalam survey ILO dimana optisme akan
keterbukaan pasar dapat meningkatkan bisnis mereka itu ada di sektor industri dan kecil-menengah.
Sektor yang diisi oleh perusahaan garmen yang mempekerjakan karyawan mereka lewat kontrak kerja.
Buruh akan lebih terlindungi.
Labor Economics Final Term Paper

Figure 9 Optimisme Dampak Integrasi Ekonomi Asean Per Sektor

Kebijakan Alter Nation Abroad Action atau kebijakan yang tidak lagi melihat batasan nasionalitas dalam
working environment juga sudah menjadi hal yang lumrah di lingkungan kerja pada negara baru
sehingga kebijakan ini dapat menjadi sebuah langkah awal untuk menyiapkan masyarakat Indonesia ke
era Masyarakat Ekonomi Asean . Langkah lain yang bisa diterapkan pemerintah ialah mendorong
investasi di bidang teknologi industri, sebab menurut survey yag dilakukan ILO ASEAN teknologi terbukti
dapat meningkatkan produktivitas karyawan

Figure 10 Dampak Teknologi terhadap Kinerja Usaha

6. Konklusi

Indonesia dapat mempertimbangkan kebijakan ini sebagai alternative dari cara melindungi buruh dari
eksploitasi perusahaan fashion dan juga langkah penanggulangan TKA illegal yang terus masuk tiap
tahunnya. Dari teori ekonomi dapat dilihat bahwasannya , kehadiran TKA dapat meningkatkan kinerja
perekonomian nasional karena output nasional meningkat. Akan tetapi, pertimbangan kontradiktif seperti
respon negatif dari masyarakat akan isu ketenagakerjaan akan menyerang lebih ganas jika tidak diiringi
dengan sosialisasi kebijakan dan regulasi yang mendetail. Selain itu kebijakan ini perlu diimbangi dengan
gerakan pemerintah di bidang lain seperti investasi teknologi maupun intensifitas sekolah vokasional agar
angkatan kerja Indonesia lebih siap dalam menerima kebijakan ini.

.
Labor Economics Final Term Paper

Daftar Pustaka

1. Borjas, Gorge J, Labor Economics (Seventh Edition), McGraw-Hill Company, 2016.


Singapore. (BG);
2. Annamma Joy, John F. Sherry Jr, Alladi Venkatesh, Jeff Wang & Ricky Chan (2012) Fast
Fashion, Sustainability, and the Ethical Appeal of Luxury Brands, Fashion Theory, 16:3, 273-295
3. Totkatli, Nebahat (2007 ). Global sourcing: insights from the global clothing industry—the case
of Zara, a fast fashion retailer. AcademicOup .
4. Li Yongjian, Zhao Xiukun , Shi Dan , Li Xiang. (2014) . Governance of Sustainable Supply
Chains in The Fast Fashion Industry. Europe Management Journal
5. https://www.fastretailing.com/eng/sustainability/labor/policy.html
6. https://www.cnbcindonesia.com/news/20190318150352-4-61343/double-digit-data-
pertumbuhan-tenaga-kerja-asing-dari-china
7. https://www.turc.or.id/kasus-perjuangan-buruh-kontrak-kasus-pekerja-kontrak-di-pt-framas-
indonesia/
8. https://www.cnbcindonesia.com/news/20181001153848-4-35509/ekspor-fesyen-indonesia-rp-
122-t-kuasai-2-pasar-dunia
9. https://www.liputan6.com/citizen6/read/3939303/tak-hanya-murah-kenali-lebih-jauh-industri-
fast-fashion
10. https://www.investopedia.com/terms/f/fast-fashion.asp
11. https://tirto.id/kritikan-di-balik-harga-murah-fast-fashion-cy9J
12. http://www.oit.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_613626.pdf
13.

Anda mungkin juga menyukai