Penyunting:
Dr. Sumarto, M.Pd.I
Kontributor Penulisan:
Parmadi*Andi*Mudrika*Rubiyah*Ayu Ambarwati*Edi Susanto*Desti
Rahmi*Juni Saparinda*Ade Kurnia Putri*M. Nuruddin*Ahmad
Robbani*Muhammad Rois
Page | 1
Buku Bimbingan Dan Konseling
ISBN : 978-602-50299-8-1
Anggota Penyunting :
Parmadi
Rubiyah
Desain Sampul:
Andi
Tata Letak :
Ervita Sari
Edi Susanto
Penerbit :
PUSTAKA MA’ARIF PRESS
Redaksi :
Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi
Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568
Email : pustakamaarif16@gmail.com
Email : sumarto.manajemeno@gmail.com
Page | 2
Buku Bimbingan Dan Konseling
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua sehingga Buku yang berjudul “Bimbingan dan
Konseling” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi
junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW uswatun hasanah bagi kita semua
dan semoga senantiasa kita selalu menjalankan prinsip-prinsip kehidupan
ahlisunnah waljama’ah.
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang
menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan seseorang.
Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar terciptanya keserasian
atau keharmonisan antara guru dan siswa.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh
sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tertentu.
Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan efektifitas san
efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu, agar tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.
Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan
siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang, memperoleh rasa
aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk
diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-
lain. Lebih lanjut akan dipaparkan dalam buku ini.
Demikian yang dapat disampaikan penulis. Semoga buku ini dapat menjadi
salah satu dari banyaknya buku yang mengkaji tentang Bimbingan Penyuluhan Islam,
sumber informasi dan pendalaman kembali keilmuan kita sebagai seorang ilmuan yang
tidak pernah bosan, yang tidak pernah lelah, yang selalu memompa semangatnya dan
motivasinya untuk mencintai ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi civitas akademika
dan masyarakat sacara umum.
Jambi, 8 Januari 2018
Penyunting,
Page | 3
Buku Bimbingan Dan Konseling
Kata Pengantar
Ketua STAI Ma’arif Jambi
Page | 4
Buku Bimbingan Dan Konseling
Semoga Buku ini dapat menjadi sumber informasi dan inovasi bagi seluruh
akademisi, penyuluh dan masyarakat secara umum untuk dikembang lagi dalam
penelitian dan diterapkan sebagai lingkup proses dalam pembelajaran dalam
mencari ilmu pengetahuan dengan adanya internalisasi nilai dan norma dalam
proses kegiatan pendidikan.
Page | 5
Buku Bimbingan Dan Konseling
DAFTAR ISI
Sampul Depan
Kata Pengantar Penyunting
Kata Pengantar Ketua STAI Ma’arif Jambi
Daftar Isi
6. Keterampilan Konseling 58
Daftar Referensi 91
Page | 6
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 7
Buku Bimbingan Dan Konseling
Pendahuluan
Pada kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan dan keberlangsungan kehidupan
bangsa yang bersangkutan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
1Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan
Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar
(Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.
2Djumransyah, Filsafat Pendidikan (Malang; Banyumedia. 2006). hlm. 139.
3Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung;
Page | 8
Buku Bimbingan Dan Konseling
Penjelasan di atas merujuk pada firman Allah dalam Q.S 16: 97 dan
ditafsirkan dalam tafsir ath-Thabari yaitu sebagai berikut:
4Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Asy Syifa, 1992),
hlm. 987.
5Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Tahabari, Vol 16 (Penerjemah)
Misbah, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam 2009), hlm. 314.
6Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). hal. 3
Page | 9
Buku Bimbingan Dan Konseling
7Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 22.
8Hasan Langgulung, Teor-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), Cet. 1,
hlm. 452.
9Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone, Fundamentals of Counseling, (New York: Houghton
Page | 10
Buku Bimbingan Dan Konseling
a. Konseling Individual
10Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Page | 11
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 12
Buku Bimbingan Dan Konseling
13Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika Aditama,
2005), hlm. 107.
14Ibid., hlm. 110.
Page | 13
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 14
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 15
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 16
Buku Bimbingan Dan Konseling
dan perasaan merupakan hal yang bisa dipelajari; dan kedua, bahwa
perilaku itu bisa dirubah dan dimodifikasi.
a) Penerapan REBT di Sekolah
Albert Ellis mendasarkan pada kepercayaannya bahwa
manusia mampu berbicara dengan dirinya, melakukan evaluasi diri,
dan bisa mempertahankan diri.22 Teori ini juga didasarkan pada
asumsi bahwa manusia memilkiki kapasitas untuk bertindak dengan
cara-cara yang rasional maupun irasional. Perilaku rasional
dianggap efektif dan produktif, sedangkan perilaku irasional
dianggap menghasilkan ketidakbahagiaan dan ketidakproduktifan.23
Tujuan REBT adalah mengurangi atau mengeliminasi perilaku
irasional. Untuk merubah perilaku yang tidak diinginkan, siswa
harus belajar bahwa cara mereka berpikir, merasa dan bersikap
merupakan satu kesatuan aksi yang terpadu. Pikiran dan emosi
yang negatif dan merusak diri harus dikenali agar siswa sanggup
mengarahkan pikiran dan emosinya menjadi logis, rasional, dan
konstruktif. Konselor bisa membantu perubahan siswa dengan
beberapa teknik perilaku seperti:
(1). Daily monitoring of absolutist thoughts and of “must”, “have to”,
and “should” in one’s self-talk.
(2). Replacing “I should” with “I want tos” or “I’d rather”.
(3). Imagining oneself thinking rationally, and feeling and behaving
well.
(4). Forcing oneself to engage in behaviors that others might find
odd or funny.24
b) Penerapan CBTs di Sekolah
CBTs bisa menjadi teknik untuk memberikan bantuan pada
siswa yang menghadapi problem-problem di rumah maupun
sekolah. Sebagai contoh, banyak siswa yang mendapatkan
perkataan negatif dari pengalamannya bersama orang tuanya,
gurunya, dan teman-temannya. Saat siswa merasa dirinya ditolak
Page | 17
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 18
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 19
Buku Bimbingan Dan Konseling
b. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling
dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik
dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya
menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok.28
Konseling kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bekerja
dengan berbagi pengalaman dan saling mendukung hubungan
persahabatan yang supportif, hal ini merupakan cara efisien dan positif
dalam menemukan kesepakatan antara siswa mengenai permasalahan
yang sedang dihadapi. Dengan menggabungkan beberapa siswa untuk
mengembangkan dirinya dan berkembangan dengan siswa lainnya, maka
konseling kelompok memungkinkan mereka untuk membangun pribadi
yang sehat, dapat mengatur kegelisahan terhadap tantangan teknologi
dan perkembangan lingkungan yang kompleks dan mereka belajar untuk
bekerjasama dan hidup dengan orang lain.29
1) Dinamika Kelompok
Dalam kajian dinamika kelompok, permasalahan dan tujuan
yang ingin dicapai tidak boleh mengalahkan pentingnya proses yang
memiliki makna penting dalam konseling kelompok. Proses tersebut
menunjukkan interaksi antara anggota kelompok, yakni bagaimana
mereka saling membina hubungan hubungan dan bagaimana menjadi
pemimpin kelompok.
Kunci kesuksesan dari konseling kelompok adalah para
anggotanya bisa memiliki rasa saling memiliki. Hal ini menunjukkan
bahwa konselor harus percaya pada kekuatan kelompok dalam
mengatur diri. Tahap pertama yang harus dilakukan dan menjadi
bagian dari proses kelompok adalah aturan dalam kelompok. Kepada
para remaja misalnya, yang terhubungan dengan isu-isu kemandirian
dan bereaksi dengan cepat, dan memiliki otoritas yang negatif. Dengan
Page | 20
Buku Bimbingan Dan Konseling
30Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009),
hlm. 34.
31Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 40-41.
Page | 21
Buku Bimbingan Dan Konseling
c) Growth-Centered Group
Klasifikasi terkahir ialah kelompok pertumbuhan, dan
kelompok ini berbeda dengan dua kelompok sebelumnya yang
hanya terdiri dari beberapa anggota yang membagikan
masalahnya. Kelompok ini ada sejalan dengan kebutuhan
mengenai tahap-tahap perkembangan semua siswa. Kelompok ini
biasanya konselor gunakan pelaksanaan sebuah program
bimbingan tentang perkembangan siswa.
3) Tahap-tahap Konseling Kelompok
Tahap pertama adalah orientasi para anggota mengenai tujuan
kelompok, membuat kesepakatan dengan anggota lainnya, dan
memulai membangun rasa kepercayaan dengan membuat aturan
kelompok. Aturan yang terpenting ialah kepercayaan.
Tahap kedua adalah penyesuaian antara anggota kelompok,
dan pada masa penyesuaian ini anggota akan terus membangun rasa
kepercayaan dan terbentuk kohesivitas. Pada tahap ini para nggota
mencoba untuk saling berbagi hal-hal yang bersifat personal dan
mendalam. Jika dalam tahapan ini para anggota bisa saling
mendengarkan dan merespon apa yang dibagikan, maka kohesivitas
akan semakin kuat, dan kelompok akan berjalan dengan baik menuju
tahap berikutnya.
Tahap ketiga adalah tahap pelaksanaan dimana para anggota
sudah memiliki fokus untuk mewujudkan tujuannya. Anggota sudah
merasa nyaman dengan saling memberikanfeed back pada anggota
lainnya, dan mereka sudah benar-benar merasakan adanya komitmen
dalam kelompok. Maka pada saat inilah anggota akan mengambil
sebuah tindakan dengan saling berbagi hal-hal lebih banyak lagi dan
menerapkan pengalamannya itu dengan perilaku baru.
Tahap keempat adalah penutupan (ending). Pada akhirnya
konseling kelompokpun memiliki batas. Mengakhiri konseling kelompok
dapat membuat para anggota maju dan mereka akan terus menjaga
rasa persahabatan dengan anggota lainnya.32Seorang konselor yang
Page | 22
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 23
Buku Bimbingan Dan Konseling
ASAS-ASAS
BIMBINGAN KONSELING
Page | 24
Buku Bimbingan Dan Konseling
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang
menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan
seseorang. Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar
terciptanya keserasian atau keharmonisan antara guru dan siswa.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh
kaidah-kaidah yang berlaku atau dengan kata lain disebut “asas”. Asas-asas
bimbingan dan konseling adalah merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan
dikuasai oleh seorang konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalantersendat-sendat atau
bahkan terhenti sama sekali.
Page | 25
Buku Bimbingan Dan Konseling
dan konseling akan menemui banyak hambatan atau bahkan akan menemui
kegagalan dalam melaksanakan tugasnya.34
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.35
Page | 26
Buku Bimbingan Dan Konseling
harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari bimbingan atau konselor
disekolah dan madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan
karakteristik pribadinya masing-masing.
c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri.
Relevan dengan asas perbedaan individu diatas, tiap-tiap individu ingin
menjadi dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-
masing. Pelayanan bimbngan dan konseling disekolah atau dimadrasah harus dapat
mengantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri.
Guru pembimbing disekolah atau madrasah tidak boleh mengarahkan
perkembangan siswa kearah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam
kaitan peran siswa di tengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan dan konseling
harus diarahkan agar siswa menjadi “baik” menurut ukuran masyarakat tanpa
kehilangan kepribadiannya sendiri.
d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang.
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai
dorongan yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri).
Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi, dan sosial.
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus berorientasi
kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan
kecenderungan-kecenderungan.
e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai pendorong untuk
menyelesaikannya.
Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada
pula individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang
sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah
kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa, artinya ada siswa yang
mengalami masalah kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya
setiap individu (siswa) nenpubyai dorongan-dorongan untuk memecahkan
masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil.
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus diarahkan
dalam rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-
dorongan yang ada pada setiap siswa.
Page | 27
Buku Bimbingan Dan Konseling
37Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.2007), Hlm. 86..
Page | 28
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 31
Buku Bimbingan Dan Konseling
i. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-
norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum atau negara, norma ilmu,
maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai
dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula dengan prosedur, teknik, dan
peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang
berlaku.
Contoh: seorang konselor dalam menjalankan tugasnya, harus sesuai dengan
norma, hukum, dan adat istiadat, sehingga tercipta suasana yang harmonis diantara
konseli dan konselor. Karena konselor yang profesional harus bisa menciptakan
suasana yang nyaman bagi seorang konseli.
j. Asas Keahlian
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan
tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus
dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian tentang bimbingan dan konseling.
Asas keahlian juga mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan
dan pengalaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengetahui dan
memahami secara baik teori-teori dan praktik bimbingan dan konseling.
Contoh: apabila ada seorang konseli yang datang pada konselor, seorang
konselor harus bersikap sebagai konselor. Bukan bersikap seperti dokter maupun
yang lainnya. Yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli.
k. Asas Alih Tangan (Referal)
Konselor sebagai manusia, diatas kelebihannya tetap memiliki keterbatasan
kemampuan. Tidak semua masalah yang dihadapi klien berada dalam kemampuan
konselor untuk memecahkannya. Apabila konselor telah menyerahkan segenap
tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah klien, tetapi belum
berhasil, maka konselor yang bersangkutan harus memindahkan tanggung jawab
pemberian bimbingan dan konseling kepada konselor yang lain atau kepada orang
lain yang lebih mengetahui. Dengan kata lain, apabila konselor telah menyerahkan
segenap kemampuan untuk membantu klien, tetapi siswa yang bersangkutang
belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim siswa yang bersangkutan kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
Page | 32
Buku Bimbingan Dan Konseling
Contoh: ada seorang konseli yang stres gara-gara tidak lulus ujia sekolah,
seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini. Seorang konselor
harus melakukan kerjasama dengan pihak yang lebih ahli dalam kasus ini.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendak tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dengan yang bimbing. Terlebih lagi di
lingkungan sekolah atau madrasah. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan
dan konseling tidak hanya dirasakan saat siswa mengalami masalah. Bimbingan dan
konseling hendaknya dirasakan sebelum dan sesudah siswa menjalani layanan
bimbingan dan konseling secara langsung. Dalam asas ini, konselor bisa
menjadikan dirinya sebagai contoh pemecah masalah yang efektif. Dalam praktik
bimbingan dan konseling islam, asas ini bertumpu pada keteladanan Rasulullah
SAW. Contoh: seorang guru harus menjadi teladan, dan menyenangkan. Agar
konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita, dan mampu mengayomi
peserta didik.
Daftar Referensi
Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)
Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press,
2000).
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008).
Page | 33
Buku Bimbingan Dan Konseling
PERANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Page | 34
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 35
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 36
Buku Bimbingan Dan Konseling
sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya, konsep pendidikan
karakter di sekolah tidak pernah bisa optimal.
Menurut Dr. Anita Lie, Peraih gelar Doktor Bidang Kurikulum dan
Pengajaran dari Baylor University, Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa
pendidikan karakter sebaiknya tidak dikotomikan macam-macam. Dia katakana
konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. Anita
mengatakan, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah harus
memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di
sekolahnya. Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di
semua mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran
nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler dalam sekolah yang selama ini diselenggarakan
sekolah merupakan salah satu media yang baik untuk pembinaan karakter
peserta didik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar
jam mata pelajaran, kegiatan ini berfungsi untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik di sekolah. Melalui
kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan komponen-
komponen karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik sperti rasa tanggung
jawab sosial, serta potensi dan prestasi.39
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya
membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
39 Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,
Page | 39
Buku Bimbingan Dan Konseling
Daftar Referensi
Depdiknas, (Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri
Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta, Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008.
Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998.
Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000.
Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,
2004.
Page | 40
Buku Bimbingan Dan Konseling
BIDANG
BIMBINGAN DAN KONSELING
Page | 41
Buku Bimbingan Dan Konseling
A. Latar Belakang
Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di
sekolah, keluarga, maupun dalam kehidupan dimasyarakat. Biasanya tingkah laku
menyimpang ini dilakukan olah kalangan remaja. Karena pada tahap ini remaja
masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang
mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku
dalam pandangan masyarakat umum.
Banyak faktor atau sumber yang menyadi penyebab timbulnya perilaku
menyimpang, baik yang berasal dari dalam diri individu maupun berasal dari luar diri
individu yang bersangkutan. Maka di sini akan di bahas apa yang di maksud dengan
tingkah laku menyimpang, bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang tersebut dan
usaha yang dilakukan bimbingan dan konseling untuk menanggulanginya. 41
B. Pembahasan
Moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik
dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam masyarakat yang masih
terbelakang. Salah satu kenyataan di Indonesia sekarang ini adalah adanya gejala
kemerosotan moral bangsa secara tajam. Kemerosotan moral tersebut bukan hanya
pada orang tua akan tetapi sudah merambat pada generasi muda yang diharapkan
untuk meneruskan perjuangan bangsa.
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan (transisi)
mulai dari masa kanak-kanak menuju dewasa, oleh sebab itu masa ini sering terjadi
goncangan-goncangan sebagai akibat dari belum siapnya mereka menerima nilai-
nilai baru dalam rangka mencapai kedewasaan. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku
remaja sehari-hari baik dirumah, disekolah maupun dilingkungan masyarakat.
Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang paling menarik
perhatian, terutama dikalangan para orang tua dan pendidikan. 42
Banyak para orang tua yang mengeluh apabila melihat hasil didikannya
kurang menggembirakan. Banyak pula orang tua dan pendidik yang kebingungan,
41Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013). hlm. 48
42Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah, (Jakarta: Raja Grafindo. 2009). Hlm.
35-36
Page | 42
Buku Bimbingan Dan Konseling
tak tahu bagaimana menghadapi anak yang rewel, keras hati, nakal, dan sulit di atur.
Tidak selamanya para orang tua dan pendidik mengerti bagaimana menyelesaikan
permasalahan yang di hadapi remaja secara benar. Maka perlu adanya suatu
bimbingan dan konseling yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang
dialami oleh para remaja. Adapun jenis-jenis bidang bimbingan dan konseling
sebagai berikut;
1. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam
hal memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat
rahasia/pribadi sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan
sebagainya.
Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi
pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.
Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain dari
pada sebelumnya. Contoh: peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi sangat
gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya. Kemudian
seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang ditantang memikul
tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang bertentangan
dengan dirinya/keinginannya.
Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada orang
tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman sebaya
juga tidak tahu. Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam menghadapi
masalah yang timbul. Bimbingan pribadi diberikan malalui bimbingan individual
maupun kelompok.
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,
sosial, belajar, dan karier. Bimbingan pribadi dimaksud untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri , dan
bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan
pribadi pekerja yang produktif.
Tujuan
Page | 43
Buku Bimbingan Dan Konseling
2. Bimbingan Sosial
Bimbingan dan konseling sosisal merupakan suatu proses pemberian
bantuan dari konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya
dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial,
mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan
diri dan mampu memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya
sehingga mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya,
Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada
di sekolah. bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam
menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri,
menghadapi konflik dan pergaulan.
Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta
didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang
dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial,
memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta
berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan
sosial yang dialaminya.
Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial adalah bahwa bimbingan pribadi-
sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan
permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. bimbingan pribadi-sosial adalah
bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah
sosial-pribadi.
Page | 44
Buku Bimbingan Dan Konseling
3. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada siswa
untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu
dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia
belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan
dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya.
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru
dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru
itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda
perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat
psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Tujuan Bimbingan dan konseling belajar bertujuan membantu peserta didik untuk;
Page | 45
Buku Bimbingan Dan Konseling
4. Bimbingan Karier
Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu
individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan,
termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk
memasuki suatu pekerjaan. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan
respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu
memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaan.
Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang
sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu
memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-
kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu
upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya,
mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk
kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan
secara tepat dan bertanggungjawab.
Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi berbagai
kemampuan dan kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga sampai
pada kematangan karir secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karir
sebagai berikut:
a) Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,nilai,
kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian) yang darinya peserta didik dapat
mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya.
Page | 46
Buku Bimbingan Dan Konseling
Daftar Referensi
Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013).
Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media.
2015).
43Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media. 2015). Hlm. 172-
175
Page | 47
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 48
Buku Bimbingan Dan Konseling
B. Kegiatan Pendukung BK
1. Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi dapat bermakna upaya ungkapan melalui pengukuran
yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau
kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri
siswa.
Kondisi dalam diri klien (siswa) perlu diungkap melalui aplikasi instrumentasi
dalam rangkan pelayanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh pemahaman
yang tentang klien (siswa) secara lebih tepat. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi
instrumentasi dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Hasil aplikasi isntrumen
selanjutnya dianalisis dan perlakuan secara tepat kepada klien dalam bentuk
layanan bimbingan dan konseling.
Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah supaya diperolehnya data
tentang kondisi tertentu atas diri klien (siswa) data yang diperoleh melalui aplikasi
instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling berupa fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan
Page | 49
Buku Bimbingan Dan Konseling
untuk memahami kondisi klien (siswa) seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya,
kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang dialami, dan lain sebagainya.
Komponen-komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi instrumentasi
adalah instrumen itu sendiri (materi yang di ungkap dan bentuk instrumen),
responden, dan penggunaan.
Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu proses dimana
pelaksanaannya menempuh tahapan-tahapan tertentu. Adapun tahapan
kegiatannya adalah: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi,
tindak lanjutan pembuatan laporan.44
2. Himpunan Data
Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan, penggolongan-
penggolongan, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu. Penyelenggaraan
himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertuan yang lebih luas lebih lengkap
dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa
memperoleh pemahaman diri sendiri. Penyelenggaraan himpunan data juga bertujuan
untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap guna menunjang
penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling.
Penyelenggaraan himpunan atau pengumpulan data terkait dengan tiga
komponen pokok, yaitu jenis data itu sendiri, bentuk himpunan data, dan
penyelenggaraan himpunan data.
Pertama, jenis data. Data yang dihimpun dari siswa dapat mencakup :
a. Data psikologis: seperti kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat,cita-cita
hidup, dan sifat-sifat kepribadian.
b. Data sosial seperti: latar belakang keluarga siswa, status sosial siswa di sekolah
atau madrasah dan lingkungan sosial siswa.
Menurut Prayitno mengelompokkan jenis data, yaitu data pribadi, data
kelompok, data umum dan data khusus.
a. Data pribadi
yang termasuk ke dalam data pribadi adalah identitas, kondisi fisik dan
kesehatan, potensi diri, hasil karya, status kondisi keluarga, status dan kondisi
pekerjaan atau karier dan kondisi kehidupan sehari-hari dan permasalahannya.
44Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), hal. 216.
Page | 50
Buku Bimbingan Dan Konseling
b. Data kelompok
Data yang mengenai sekelompok individu dalam jumlah yang terbatas.
c. Data umum
Tidak mengenai diri seseorang dan tidak pula berkenaan dengan kelompok
individu tertentu. Data umum berasal dari luar diri pribadi atau kelompok.
d. Data khusus
Yang berisi laporan tentang suatu kegiatan, khususnya laporan yang
menyangkut kegiatan individu ataupun kelompok yang menjadi tanggung jawab
konselor (pembimbing).
3. Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing
atau konselor guna membahas suatu permaslahan dan arah pemecahannya.
Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor,
dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan upaya
pemecahannya. Pihak-pihak yang terkait diharapkan memiliki komitmen yang tinggi
untuk teratasinya kasus secara baik dan kasus. Sesuai dengan sifatnya yang kasus,
pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan formal, dalam arti berdasarkan surat
keputusan tertentu.45
Secara umum koferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara
lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan
kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah. Secara khusus tujuan
koferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan
konseling.
4. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam
kaitannya dengn permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab
pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan
rumah dilakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan
konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Selain itu,
Page | 51
Buku Bimbingan Dan Konseling
kunjungan rumah juga perlu dilakukan untuk melakukan cek silang berkenaan
dengan data yang diperoleh melalui angket dan wawancara. Kunjungan rumah
bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa.
Page | 52
Buku Bimbingan Dan Konseling
disekolah dan madrasah tidak akan memperoleh hasil yang optimal tanpa didukung
oleh penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah hanya
mungkin dapat dilaksanakan secara baik apabila diprogramkan secara baik pula.
Page | 53
Buku Bimbingan Dan Konseling
umum. Hal itu mengingat program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dan madrasah merupakan salah satu program sekolah dan madraah itu sendiri.
Di dalam kurikulum (kurikulum berbasis kompetensi) yang disempurnakan
menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tugas-tugas
perkembangansiswa perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program BK di
tingkat satuan pendidikan. Apabila program BK yang akan disusun adalah untuk
tingkat satuan sekolah dasar (SD) atau madrasah Ibtidaiyah (MI) maka harus
memperhatikan karakteristik dan tugas-tugas perkembangan murid sd atau mi.
Begitu juga apabila program BK yang akan disusun adalah untuk tingkat satuan
pendidikan sekolah menegah pertama atau madrasah tsanawiyah, harus
memperhatikan karakteristik dan tugas-tugas perkembangan siswa smp dan mts
maupun untuk yang SMA atau MA.
Penyusunan program BK umumnya mengikuti empat langkah pokok, yaitu
identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan, dan
penilaian kegiatan. Keempat langkah diatas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan.
Pertama, identifikasi kebutuhan. Program yang baik adalah program yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, suatu program BK hendaknya
didasarkan atau analisis kebutuhan. Dengan keluasan wawasannya, guru
pembimbing diharapkan mampu mengakses, memadukan, dan menganalisis
berbagai informasi dan konsep yang relevan guna menghasilkan suatu keputusan
tentang kebutuhan siswa akan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan
madrasah.
Kedua, penyusunan rencana kegiatan. Rencana kegiatan bimbingan disusun
atas dasar jenis-jenis dan prioritas kebutuhan, baik kebutuhan masung-masing
indvidu maupun kebutuhan sekolah dan madrasah secara umum. Ketiga,
pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program
bimbingan yang telah disusun. Dengan perkataan lain adalah melaksanakan
program dalam bentuk bentuk kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Keempat, penilaian kegiatan. Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan
bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan (Semua program yang telah
Page | 54
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 55
Buku Bimbingan Dan Konseling
merasakan apa yang sedang dirasakan oleh siswa (klien), sedangkan empati adalah
unsaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah-
masalah yang dihadaapinya. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor
juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling. Apabila merujuk
kepada teori-teori konseling, setidaknya ada tiga cara konseling yang biasa
dilakukan yaitu:
1. Konseling Direktif
2. Konseling Nondirektif
3. Konseling Elektif
Langkah-langkah Konseling
a. Menentukan masalah
Mentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh
klien (siswa).
b. Pengumpulan Data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling,
selanjutnya adalah menumpulan data siswa yang bersangkutan (data putra). Data
siswa yang dikumpulkan harus secara komperensif (menyeluruh) yang meliputi: data
diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.
c. Analisis Data
Data-data siswa yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes
dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara kualitatif
d. Diagnosis
Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengidentifikasi
masalahnya. Langkah ini mencangkup proses interprestasi data dalam kaitannya
dengan gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa.49
e. Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa
selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang
akan diambil. Jenis bantuan apa bisa diberikan sesuai dengan masalah yang
dihadapi oleh siswa (Putra)
49Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan Di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 31.
Page | 56
Buku Bimbingan Dan Konseling
f. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan
selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan.
g. Evaluasi
Evaluasi yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau kembali hasil bantuan
yang telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan melihat hasil belajar
siswa yang bersangkutan, observasi tingkah laku sehari-hari dan sebagainya.50
Daftar Referensi
Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan
Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta).
Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Padang: Angkasa
Raya Padang, 1987).
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008).
50Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Padang: Angkasa Raya Padang,
1987), hal. 87.
Page | 57
Buku Bimbingan Dan Konseling
KETERAMPILAN
TEKNIK KONSELING
Page | 58
Buku Bimbingan Dan Konseling
A. Latar Belakang
Konseling merupakan suatu proses bantuan secara professional antara
konselor dan klien yang bertujuan membantu individu dalam memecahkan
masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkunganya sesuai
potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya. Agar konseling berjalan
dengan baik dan sesuai tujuan, maka konselor harus dapat memahami dan
menguasai keterampilan dasar konseling.
Keterampilan dasar konseling merupakan sebuah keterampilan dasar
yang harus di miliki oleh seorang konselor dalam melakukan proses konseling.
Dalam proses konseling terdapat komunikasi antara konselor dan klien. Agar
proses konseling berjalan secara aktif dan efisien maka konselor harus mampu
merespon klien dengan keterampilan yang benar, sesuai dengan keadaan klien
saat itu. Respon yang benar adalah respon yang mampu mendorong,
merangsang, dan menyentuh klien sehingga klien dapat terbuka untuk
menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamanya. Apabila
konselor tidak dapat memberikan respon yang tepat, maka proses konseling
dapat terhambat. Terdapat berbagai macam teknik yang di gunakan untuk
merespon pertanyaan dari klien.
B. Pengertian Konseling
Konseling merupakan pekerjaan professional seperti halnya guru.
Sebagai suatu perkejaan professional menurut dimilikinya sejumlah kompetensi
dan keterampilan tertentu. Selain itu, konseling juga merupakan suatu proses
dalam setiap tahapan proses konseling memerlukan penerapan keterampilan-
keterampilan tertentu.
Menurut brammer proses konseling adalah peristiwa yang tengah
berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut.51
Berdasarkan pengertian proses konseling dari brammer, sebenarnya
proses itu sendiri memiliki banyak definisi, yaitu: proses memiliki pemahaman
51 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2013. Hlm.50
Page | 59
Buku Bimbingan Dan Konseling
52 Joh Mc Leod, Pengantar Konseling Teori Dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana, 2006. Hlm.363-365
Page | 60
Buku Bimbingan Dan Konseling
2. Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau
konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama proses
konseling berlangsung. Pembimbing atau konselor tidak akan dapat
menangkap pesan pembicaraan. Selama sesi konseling berlangsung,
pembimbing harus mendengarkan secara sungguh-sungguh apa yang di
tuturkan oleh klien.
3. Keterampilan Berempati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang di
rasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau
Page | 61
Buku Bimbingan Dan Konseling
4. Keterampilan refleksi
Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku. Refleksi ada
tiga macam yaitu:
a. Refleksi perasaan
Refleksi perasaan adalah keterampilan konselor untuk dapat
memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan
nonverbal terhadap klien.
b. Refleksi pikiran
Refleksi pikiran yaitu keterampilan pembimbing atau konselor untuk
memantulkan ide, pikiran, pendapat klien sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku terhadap klien.
c. Refleksi pengalaman
Refleksi pengalaman yaitu keterampilan pembimbing mereflesikan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku klien.
5. Keterampilan Eksplorasi
Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian.
Keterampilan eksplorasi adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali
perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
53
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integral), Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2OO8. Hlm.305-307
Page | 62
Buku Bimbingan Dan Konseling
6. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu kemampuan pembimbing
mengajukan pertanyaan pada sesi konseling. Tanpa keterampilan ini
pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan konselor mungkin tidak di pahami
klien sehingga ia tidak bisa menjawab.
Keterampilan bertanya ada dua macam yaitu:
1. Keterampilan bertanya terbuka
2. Keterampilan bertanya tertutup
Page | 63
Buku Bimbingan Dan Konseling
D. Tahap Pertengahan
1. Keterampilan Menyimpulkan Semesta
Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu kemampuan
konselor bersama klien untuk menyampaikan kemajuan hasil pembicaraan,
mempertajam atau memperjelas fokus wawancara konseling.
Tujuan keterampilan ini adalah untuk melihat kemajuan wawancara
konseling pada setiap tahapanya.
2. Keterampilan Memimpin
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang,
konselor harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
3. Keterampilan Memfokuskan
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui
perhatianya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.
keterampilan ini akan membantu klien memusatkan perhatianya pada pokok
pembicaraan.
Page | 64
Buku Bimbingan Dan Konseling
5. Keterampilan Menjernihkan
Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor
menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien yang samar-samar,
kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuan keterampilan ini adalah
mengajak klien untuk menyatakan pesanya secara jelas, dan agarb klien
menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaanya.
6. Keterampilan Memudahkan
Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar
klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,
pikiran, dan pengalamanya.
7. Keterampilan Mengarahkan
Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan
klien untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling. Melalui
keterampilan ini, konselor mengajak klien agar berbuat sesuatu atau
mengarahkanya agar berbuat sesuatu.
8. Keterampilan Sailing
Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi teknik
konseling. Keadaan diam akan membantu konselor untuk mendorong klien
untuk berbicara, membantu klien untuk lebih memahami dirinya, setelah
diam.
2. Keterampilan Merencanakan
Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat
membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk
action, yaitu rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien.
Daftar Referensi
Sofyan S. Wills, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2013
Joh Mc Leod, Pengantar Konseling Teori Dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana, 2006
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integral),
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008
Page | 66
Buku Bimbingan Dan Konseling
PETUGAS
BIMBINGAN DAN KONSELING
Page | 67
Buku Bimbingan Dan Konseling
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan mata kulyah yang diberikan pada
perguruan tinggi Negeri Maupun Perguruan Swasta. Disini tujuan mempelajari
Manajemen pendidikan ialah agar mahasiswa mampu memahami “Materi 3
BK: Petugas Bk beserta syaratnya, Bidang-bidang pelayanan BK, Jenis-jenis
pelayanan BK” tersebut mendalam di jiwa Mahasiswa semua. Dan juga
mampu memecahkan masalah-masalah yang terdiri dalamnya.
56Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hlm.115
Page | 68
Buku Bimbingan Dan Konseling
2. Guru pembimbing yaitu seorang guru yang selain mengajar pada mata
pelajaran tertentu, terlibat juga dalam pelayanan bimbingan dan konseling
(part time teacher and part time counselor). Guru BK model ini termasuk
memiliki tugas rangkap. Guru mata pelajaran yang bias diserahi tugas dan
tanggung jawab sebagai guru BK misalnya guru agama, guru PPKN, dan
guru-guru lain terutama guru yang tidak memiliki jam pelajaran.
3. Guru mata pelajaran tertentu yang diserahi tugas khusus menjadi petugas
(guru BK). Petugas BK model ini tidak merangkap tugas. Tugas dan
tanggung jawab pokoknya adalah memberikan pelajaran pelayanan
bimbingan dan konseling kepada siswa.
4. Kepala sekolah (madrasah) yang bertanggung jawab atas sekurang-
jurangnya 40 orang siswa. Pertimbangan penetapan tenaga bimbingan
model ini di sekolah dan madrasah adalah kepala sekolah (madrasah)
berasal dari jabatan fungsional (guru) sedangkan jabatan kepala sekolah
(madrasah) adalah structural. Agar fungsinya sebagai pejabat fungsional
tidak tanggal, maka kepala sekolah (madrasah) biasanya disserahi tugas dan
tanggung jawab membimbing 40 orang siswa.
1. Syarat-syarat Pembimbing (Konselor) Sekolah dan Madrasah
Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995) menyatakan bahwa petugas
bimbingan dan konseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas dasar
kualifikasi: 1) Kepribadian, 2) Pendidikan, 3) Pengalaman, 4) Kemampuan57.
B. Bidang-bidang pelayanan BK
bidang layanan bimbingan konseling adalah layanan yang memberikan
masukan bantuan atau dorongan konsultasi dari konselor (ahli bidang
konseling) kepada individu atau kelompok individu yang mengalami suatu
masalah. Seorang konselor bisa disebut sebagai mediasi baru orang ketiga
untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga individu atau kelompok tersebut
bisa mengoreksi diri untuk perkembangan kesejahteraan yang baik.
Bidang layanan dalam BK: tujuan umum penyelenggaraan bantan pelayanan
bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan
peibadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya. Bimbingan
57 Ibid, hlm.116-117
Page | 69
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 70
Buku Bimbingan Dan Konseling
C. Jenis-jenis pelayanan BK
Berikut ini, beberapa jenis pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah 60 :
a) Layanan orientasi, Menurut Prayitno orientasi berarti bertatapan ke depan
ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan
orientasi bias bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah
maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah
dan tentang sesuatu yang baru.
Page | 71
Buku Bimbingan Dan Konseling
Daftar Referensi
Ahmad Juntika, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama).
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007).
Page | 73
Buku Bimbingan Dan Konseling
Page | 74
Buku Bimbingan Dan Konseling
75
Buku Bimbingan Dan Konseling
dengan pribadi pembuatnya, waktu dan tempat, kondisi sosial budaya dan
filsafat. Demikian pula pemunculan teori-teori konseling mempunyai
karakteristik seperti tersebut di atas.
Para calon konselor yang sedang menjalani pelatihan, dan pastinya
konselor aktif, mestinya mengenali teori-teori konseling yang sudah dikenal .
persisnya mengenai premis-premis, karakteristik, perbedaan-kemiripan, dan
implikasinya bagi praktek. Namun, harus dicamkan kalau teori-teori yang sudah
dikenal luas dibidang konseling ini menyediakan hanya sebuah dasar, sehingga
konselor yang berpraktik harus sanggung memodifikasi nya agar cocok dengan
situasi unik yang di dalam dirinya berfungsi, dan juga yang cocok dengan
kepribadian setiap konselor yang unik.
B. Teori Konseling
Teori dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga
dapat dijadikan sebagai kerangka untuk pelaksanaan penelitian; sejumlah
proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (mengikuti aturan tertentu) dan
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang
diamati; dan pada umumnya diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip
umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena61
Pendekatan Konseling (counceling Aproach) disebut juga teori konseling,
merupakan dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan
penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori-teori
konseling, akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling. Akan
tetapi untuk kondisi Indonesia memilih satu pendekatan /teori secara fanatic
dan kaku adalah kurang bijaksana. Hal ini disebabkan satu teori konseling
biasanya dilator belakangi oleh paham filsafat tertentu yang mungkin saja tidak
sesuai dengan filsafat di Indonesia.
Untuk mengatasi haltersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam
konseling bukanlah pendekatan atau teori tunggal (single theory). Akan tetapi
memilih bagian-bagian dari bebrapa pendekatan yang relevan, kemudian
secara sintesis-analitik diterapkan kepada kasus yang dihadapi. Pendekatan
seperti itu dinamakan Creative-Synthesis-Analytic (CSA). Allen E.Ivey (1980)
61M. Bahri Mustofa. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: C.V. Media Nusantara,
hal: 57.
76
Buku Bimbingan Dan Konseling
menyebut pendekatan ini dengan nama Electic Approach yaitu memilih secara
selektif bagian-bagian teori yang berbeda sesuai kebutuhan konselor62
1. Teori Psikoanalisis
Terapi Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih
bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama dan pendiri
psikoanalisa ialah Sigmund Freud, sebagai orang pertama yang
mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadiaan. Konsep-konsep
psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan
konseling63 Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia
sebagian besar terdiri dari alam ketidak sadaran. Sedangkan alam
kesadarannya dapat di umpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah
laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkannya alam ketidak
sadaran manusia.
Pendekatan psikoanalisis menganggap bahwa tingkah laku abnormal di
sebabkan oleh faktor-faktor intropsikis (konflik tidak sadar, represi, mekanisme
defensif) yang menggangu penyesuaian diri. menurut Freud, esensi pribadi
seseorang bukan terletak pada apa yang ia tampilkan secara sadar, melainkan
apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya. Freud beranggapan bahwa
gangguan jiwa pada orang dewasa, pada umumnya berasal dari pengalaman
pada masa kanak-kanak. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan
psychonalysis teraphy adalah teknik atau metode pengobatan yang dilakukan
oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang
direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang
tidak disadarinya selama ini.
Pendekatan psikoanalisis menganggap Energi psikis yang paling dasar
disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada
pencapaian kesenangan. Selanjutnya Freud menyebutkan dua macam libido
yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk
mati64 Yang dimaksud insting–insting hidup adalah kumpulan libido yang
mendorong manusia, seperti libido seksual dan libido lapar dan haus. Energy
libido tersebut dapat menguasai ego (aku) sehingga dapat bertindak amoral
62 Sofyan S.Willis, Konseling Individual teori dan Praktek, Bandung:Alfabeta, 2007. Hlm 55
63 Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy,2003), hal:28
64 Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy,2003), hal:28
77
Buku Bimbingan Dan Konseling
78
Buku Bimbingan Dan Konseling
79
Buku Bimbingan Dan Konseling
Teknik Konseling
Teknik-teknik terapi psikoanalisa yang digunakan untuk meningkatkan
kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam perilaku klien, dan
memahami makna gejala-gejala yang nampak, ada lima teknik dasar dalam
terapi psikoanalisa yaitu:
1) Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pengungkapan pengalaman masa
lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik
di masa lalu. Pada teknik asosiasi bebas ini, konselor memerintahkan klien
untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-sehari dan sebanyak
mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya68
2) Interpretasi (Penafsiran)
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis
asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transparansi.
3) Analisis mimpi
Dalam analisis mimpi ini, mimpi dipandang sebagai jalan utama menuju
ke alam tak sadar. Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan yang
melambangkan dari keinginan-keinginan dan sebagai besar isinya
mencerminkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal69 Dari
analisis mimpi tersebut konselor dapat memahami konflik yang dihadapi oleh
klien.
4) Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah
klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan
analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan
pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang resistensi
sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk
mempertahankan terhadap kecemasan. Hal ini akan timbul bila orang menjadi
sadar terhadap dorongan dan perasaan yang tertekan.
5) Analisis Transferensi
Transferensi merupakan cara kerja dari pertahanan ego dimana implus yang
bersifat tak sadar dialihkan sasarannya dari obyek yang satu ke obyek yang
lainnya. Transferensi ini muncul disebabkan karena pasien mengalihkan
sasaran perasaan cinta atau bencinya atas seseorang kepada konselor.
Menurut Freud, setelah pasien mengetahui arti sesungguhnya dari hubungan
transferensi dengan konselornya, pasien akan memperoleh pemahaman atas
pengalaman-pengalaman dan perasaan masa lalunya, serta menghubungkan
pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan masa lalunya tersebut
dengan kesulitan-kesulitan yang dialaminya sekarang70
82
Buku Bimbingan Dan Konseling
b. Proses Konseling
Proses konseling Adlerian melibatkan empat tahap:
1. Membangun relasi
Di sesi pertama konselor menetapkan sebuah relasi dengan klien lewat
interview subjektif/objektif yang di dalamnya klien dibantu merasa nyaman,
diterima, dihargai dan diperhatikan. Melalui komponen objektif interview, klien
diharapkan mengerti apa yang dibutuhkan secara spesifik dari proses
konseling. Klien di minta mendiskusikan bagaimana hal-hal tertentu
berlangsung di setiap wilayah tugas hidupnya.
2. Mendiagnostik
Tahap diagnostic meliputi interview gaya hidup, prosedur asesmen
formal yang melihat hal-hal seperti konstelasi keluarga, persepsi orang tua,
rekoleksi tentang periode awal hidupnya, dan mimpi yang terus berulang.
3. Fase interpretasi
Yaitu waktu ketika konselor dank lien mengembangkan pemahaman
dari interview gaya hidupnya tentang kekeliruan dasar klien dengan
menganalisis dan mendiskusikan keyakinan, tujuan dan gerakan yang
dikembangkan klien pada awal kehidupan, dan menjamin pola dan sikap
pikiran, emosi dan perilaku.
4. Tahap pengorientasikan
Mungkin yang paling kritis karena ditahap inilah terapis membantu
konseli bergerak dari pemahaman intelektual menuju perkembangan actual dan
ekspresi sikap dan perilaku yang . lebih sehat. Di titik ini, dukungan konselor,
penguatan dan pengarahan di upayakan secara aktif untuk membuat sejumlah
perubahan bagi cara-cara yang tidak sehat dalam berfikir, mearasa dan
berperilaku menjadi cara-cara yang lebih memuaskan dan sehat bagi dirinya
dan masyarakat71 Adler adalah tokoh utama perintis terapi keluarga yang
berkontribusi besar di bidang konseling dasar. Dewasa ini, konsep konseling
71 Robert l Gibson, bimbingan konseling, Yogyakarta: pustaka pelajajar, terj. edisi ketujuh hlm. 212
83
Buku Bimbingan Dan Konseling
Adlerian digunakan juga untuk kasus-kasus anak yang orang tuanya bercerai
dan/ atau menikah kembali.
b. Tujuan konseling
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh cars R. Rogers
pada 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara Integral, berdiri
sendiri, dan mempunyai kemampuan memcahkan masalah sendiri. Kepribadian
yang Integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai
antara gambaran tentang diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri
sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri adalah yang mampu
menentukan pilihan sendiri atas dasar tanggungjawab dan kemampuan. Tidak
tergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus
memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri), dan kemudian keadaan diri
84
Buku Bimbingan Dan Konseling
tersebut harus ia terima. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan beberapa syarat
yakni:1) kemampuan dan keterampilan teknik konselor;(2) kesiapan klien untuk
untuk menerima bimbingan;(3) taraf intelegensi klien memadai.72
c. Proses Konseling
Pendekatan yang berpusat pada klien menggunakan sedikit tekhnik,
akan tetapi menekankan sikap konselor. Tehknik dasar adalah mencakup,
mendengar, dan menyimak secara aktif, refleksi, klariflkasi, “being here” bagi
klien. Konseling berpusat pada klien tidak menggunakan tes diagnostik,
interpretasi, studi kasus, dan kuesioner untuk memperoleh informasi. Tekhnik-
tekhnik itu dilaksanakan dengan jalan wawancara, terapi permainan, dan terapi
kelompok, baik langsung atau tidak langsung. Keberhasilan terapi tergantung
kepada faktor-faktor tingkat gangguan psikis, struktur biologis klien, lingkungan
hidup klien, dan ikatan emosional.
4. Teori Behavioral
Setiap dari kita memiliki pola-pola perilaku unik, dan sebagian besar dari kita
bersikap dengan cara tertentu bahkan kenapa orang lain berperilaku tertentu.
Meskipun kita memiliki hanya bukti anekdot dan bukannya buku ilmiah, namun
kita dapat mengembangkan, seperti dilakukan banyak orang pada umumnya,
teori kepribadian kita sendiri mengenai perilaku.
Riset dan publikasi penting pendekatan klasik dari teori ini dilakukan oleh
Watson, Thordike dan teoritis awal lainnya, namun pada B.F. Skinner
pendekatan behavioral dikembangkan. Menurut teori behavioristik, belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia
mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respons.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di
antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak
bisa diamati. Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien
membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari
respon-respon yang baru yang lebih sehat.
86
Buku Bimbingan Dan Konseling
2. Saat Sekarang
Bagi Perls, tidak ada yang ada kecuali sekarang, karena masa lampau
telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang
penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi Gestalt adalah
penekanannya pada disini dan sekarang (Here and Now). Dalam pendekatan
ini, kecemasan dipandang sebagai kesenjangan antara saat sekarang dan
kemudian (Now and Then). Kecemasan timbul karena individu menyimpang
dari saat sekarang (now) dan disibukkan oleh pemikiran-pemikiran tentang
masa datang. Kesibukan ini menimbulkan gambaran tingkat ketakutan atas
berbagai hal buruk yang akan terjadi. Kesadaran bahwa kecemasan hanya
merupakan suatu ketidak senangan dan bukan suatu kencana, merupakan
awal dari penyadaran akan dirinya. Penyadaran adalah suatu bentuk
pengalaman, penyadaran yang berlangsung terus-menerus dan tidak terputus
akan mencapai pemahaman.
87
Buku Bimbingan Dan Konseling
88
Buku Bimbingan Dan Konseling
7. Pendekatan Eklektik
Eklektisme (eclectism) adalah pandangan yang berusaha menyelidiki
berbagai sistem metode, teori, atau doktrin, yang dimaksudkan untuk
memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat.
Eklektiksme berusaha untuk mempelajari teori-teori yang ada dan
menerapkannya dalam situasi yang dipandang tepat. Pendekatan konseling
eklektik berarti konseling yang di dasarkan pada berbagai konsep dan tidak
berorientasi pada satu teori secara eksklusif.
Eklektisme berpandangan bahwa sebuah teori memiliki keterbatasan
konsep, prosedur, teknik. Karena itu eklektisme “dengan sengaja”
mempelajari berbagai teori dan menerapkan sesuai keadaan rill klien.
Konseling eklektik dapat pula disebut konseling integratif. Konseling eklektik
dapat pula disebut dengan pendekatan konseling integratif. Perkembangan
pendekatan ini dimulai sejak tahun 1940-an, yaitu ketika F.C. Thorne
menyumbangkan pemikirannya dengan mengumpulkan & mengevaluasi
semua metode konseling yang ada. Brammer & Shostrom (1982) sejak 1960
mengembangkan model konseling yang dinamakan “actualization counseling”
& telah membawa konseling ke dalam kerangka kerja yang luas, yang tidak
terbatas pada satu pendekatan tapi mengupayakan pendekatan yang
integratif dari berbagai pendekatan, dan pada akhir 1960-an hingga 1977, R.
Carkhuff juga telah mengembangkan konseling eklektik, dengan melakukan
testing & riset secara komperhensif, sistematik, & integratif. ahli lain yang
turut membantu perkembangan konseling eklektik di antaranya G. Egan
89
Buku Bimbingan Dan Konseling
90
Buku Bimbingan Dan Konseling
Daftar Referensi
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika
Aditama, 2005).
M. Bahri Mustofa. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: C.V. Media
Nusantara.
Rober L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan konseling, terj. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sofyan S. Willis, Konseling Individual teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2007.
Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
dan Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.
91
Buku Bimbingan Dan Konseling
92