Anda di halaman 1dari 92

Buku Bimbingan Dan Konseling

BIMBINGAN DAN KONSELING

Penyunting:
Dr. Sumarto, M.Pd.I

Kontributor Penulisan:
Parmadi*Andi*Mudrika*Rubiyah*Ayu Ambarwati*Edi Susanto*Desti
Rahmi*Juni Saparinda*Ade Kurnia Putri*M. Nuruddin*Ahmad
Robbani*Muhammad Rois

Penerbit: Pustaka Ma’arif Press


Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi
Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568
Email : pustakamaarif16@gmail.com
Email : sumarto.manajemeno@gmail.com

Page | 1
Buku Bimbingan Dan Konseling

Bimbingan Dan Konseling


Penyunting:
Dr. Sumarto, M.Pd.I

ISBN : 978-602-50299-8-1

Anggota Penyunting :
Parmadi
Rubiyah

Desain Sampul:
Andi

Tata Letak :
Ervita Sari
Edi Susanto

Penerbit :
PUSTAKA MA’ARIF PRESS

Redaksi :
Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi
Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568
Email : pustakamaarif16@gmail.com
Email : sumarto.manajemeno@gmail.com

Cetakan Pertama, Januari 2017


Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Hak cipta dilindungi Undang Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
Apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit

Page | 2
Buku Bimbingan Dan Konseling

Kata Pengantar Penyunting

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua sehingga Buku yang berjudul “Bimbingan dan
Konseling” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi
junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW uswatun hasanah bagi kita semua
dan semoga senantiasa kita selalu menjalankan prinsip-prinsip kehidupan
ahlisunnah waljama’ah.
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang
menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan seseorang.
Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar terciptanya keserasian
atau keharmonisan antara guru dan siswa.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh
sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tertentu.
Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan efektifitas san
efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu, agar tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.
Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan
siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang, memperoleh rasa
aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk
diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-
lain. Lebih lanjut akan dipaparkan dalam buku ini.
Demikian yang dapat disampaikan penulis. Semoga buku ini dapat menjadi
salah satu dari banyaknya buku yang mengkaji tentang Bimbingan Penyuluhan Islam,
sumber informasi dan pendalaman kembali keilmuan kita sebagai seorang ilmuan yang
tidak pernah bosan, yang tidak pernah lelah, yang selalu memompa semangatnya dan
motivasinya untuk mencintai ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi civitas akademika
dan masyarakat sacara umum.
Jambi, 8 Januari 2018
Penyunting,

Dr. Sumarto, M.Pd.I


NIDN. 2124039001

Page | 3
Buku Bimbingan Dan Konseling

Kata Pengantar
Ketua STAI Ma’arif Jambi

Kami dari Civitas Akademika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi


menyambut baik dengan semangat keilmuan kehadiran Buku yang bisa menjadi
sumber referensi dan inspirasi dari Penyunting Dr. Sumarto, M.Pd.I dan Kontributor
Penulisan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam semester V dengan
Judul “Bimbingan dan Konseling” sangat menarik dan bermanfaat bagi kalangan
akademisi, serta masyarakat secara umum sebagai unsur yang tidak bisa terlepas
dari pendidikan.
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik dari
pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien diharapkan secara
sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan
masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua fakta, data dan segala sesuatu yang
berkenaan dengan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sebaliknya konselor dalam
memberikan bimbingan juga hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan perkataan lain
konselor harus memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.
Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan baik
dari pihak konselor maupun dari pihak konseli. Asas ini tidak kontradiktif dengan asas
kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud menyangkut kesediaan menerima saran-saran
dari luar dan kesediaan membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang
dibimbing diharapkan dapat berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya
sehingga penelaahan dan pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat
dilakukan.
Siswa dapat membuka diri sendiri sehingga apap yang ada pada dirinya (masalah
yang dihadapi) dapat diketahui oleh konselor. Selain itu, siswa pun harus secara terbuka
menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun harus terbuka dengan
bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari konseli dan mengungkapkan diri konselor
sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh konseli. Lebih menarik lagi untuk dibaca dalam
buku ini.

Page | 4
Buku Bimbingan Dan Konseling

Semoga Buku ini dapat menjadi sumber informasi dan inovasi bagi seluruh
akademisi, penyuluh dan masyarakat secara umum untuk dikembang lagi dalam
penelitian dan diterapkan sebagai lingkup proses dalam pembelajaran dalam
mencari ilmu pengetahuan dengan adanya internalisasi nilai dan norma dalam
proses kegiatan pendidikan.

Jambi, 8 Januari 2018


Ketua,

H. Amran, S.Th.I, MA, Ph.D

Page | 5
Buku Bimbingan Dan Konseling

DAFTAR ISI

Sampul Depan
Kata Pengantar Penyunting
Kata Pengantar Ketua STAI Ma’arif Jambi
Daftar Isi

1. Pengantar BK (Dr. Sumarto) 7

2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24

3. Peranan Bimbingan dan Konseling 34

4. Bidang Bimbingan dan Konseling 41

5. Kegiatan Pendukung dan Program Bimbingan dan Konseling 48

6. Keterampilan Konseling 58

7. Petugas Bimbingan dan Konseling 67

8. Teori Bimbingan dan Konseling 74

Daftar Referensi 91

Page | 6
Buku Bimbingan Dan Konseling

PENGANTAR BIMBINGAN DAN


KONSELING

Pengantar Bimbingan dan Konseling


Dr. Sumarto

Page | 7
Buku Bimbingan Dan Konseling

Pendahuluan
Pada kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan dan keberlangsungan kehidupan
bangsa yang bersangkutan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1

Manusia membutuhkan pendidikan untuk berperilaku sekaligus untuk


menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari. Pendidikan melekat dalam
kehidupan diri manusia atau sesuatu yang inheren bagi tercapainya peradaban
manusia yang lebih baik. Manusia telah belajar mulai dari keluarganya. Keluarga
memberikan pengajaran untuk peningkatan kualitas pendidikan bagi anak-
anaknya yang berakhir untuk peningkatan kualitas suatu bangsa. Manusia
belajar untuk berinteraksi dengan alam sekeliling sejak lahir di dunia dan yang
pertama mengajarinya adalah keluarga. Peranan pendidikan dalam hidup dan
kehidupan manusia terlebih di zaman modern sekarang ini yang dikenal dengan
abad cybernetica, pendidikan diakui sebagai satu kekuatan (education as power)
yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang yang lain. 2 Dalam arti
bahwa seluruh aspek kehidupan tidak bisa lepas dari pendidikan, baik itu
pendidikan melalui lembaga formal maupun non formal. Hubungan dan interaksi
sosial yang terjadi dalam proses pendidikan di masyarakat sangat
mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia.
Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan
cita-cita pribadi individu. Pendidikan menggambarkan suatu proses yang
melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna,
baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.3

1Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan
Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar
(Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.
2Djumransyah, Filsafat Pendidikan (Malang; Banyumedia. 2006). hlm. 139.
3Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung;

Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 3.

Page | 8
Buku Bimbingan Dan Konseling

Penjelasan di atas merujuk pada firman Allah dalam Q.S 16: 97 dan
ditafsirkan dalam tafsir ath-Thabari yaitu sebagai berikut:

             

     

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami
beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.4

Allah akan memberikan sifat qana’ah terhadap rezeki yang dibagikan


Allah untuknya, maka ia tidak akan banyak letih oleh dunia, tidak banyak
kesusahannya, serta tidak keruh hidupnya karena mengejar ambisi yang
barangkali luput darinya atau tidak bisa diperolehnya.5

A. Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Perlu diketahui bahwa pengertian dari bimbingan dan konseling
merupakan suatu hal yang berbeda, bimbingan adalah proses memberikan
bantuan kepada konseli dalam hal pencegahan. DR. Moh Surya (1986) dalam
Hallen, menyebutkan definisi bimbingansebagai berikut:6
“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri denganlingkungan”.

Sedangkan konseling beberapa ahli sudah memberikan pengertian


tentang konseling beberapa diantaranya:
a. Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi
“Konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat
mata atau tatap muka antara konselor dan konseli yang berisi usaha yang

4Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Asy Syifa, 1992),
hlm. 987.
5Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Tahabari, Vol 16 (Penerjemah)
Misbah, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam 2009), hlm. 314.
6Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). hal. 3

Page | 9
Buku Bimbingan Dan Konseling

laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian


dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar memperoleh
konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah
lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang” 7

b. Prof. DR. Hasan Langgulung


“Konseling adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang
mengidap goncangan psikologis atau goncangan akal agar ia dapat
menghindari diri sendiri dari padanya”8

c. Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone


“Counseling is a proses which takes place in a one-to-one relationship
between an individual troubled by problems with which he cannot cope
alone, and a professional worker whose training and experience have
qualified him to help ather reach solution to various types of personal
difficulties”(Konseling adalah sebuah proses pengambilan tempat (hati)
dalam seorang kepada orang lain berhubungan dengan permasalahan
individual dimana masalah itu tidak dapat dipecahkan sendiri, dan pekerja
profesional (konselor) yang ahli dan berpengalaman punya
ijasahmembantu yang lain (konseli) mencapai solusi dari berbagai macam
kesulitan atau permasalahan personal). 9

Hal senada diungkapkan oleh Prayitno dan Erman Amti yang


mendefinisikan:
“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukanoleh
seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orangindividu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orangyang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinyasendiri dan mandiri dengan

7Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 22.
8Hasan Langgulung, Teor-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), Cet. 1,

hlm. 452.
9Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone, Fundamentals of Counseling, (New York: Houghton

Mifflin Company, 1968), hlm. 23.

Page | 10
Buku Bimbingan Dan Konseling

memanfaatkan kekuatan individudan sarana yang ada dan dapat


dikembangan berdasarkannorma-norma yang berlaku”.10

Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Prayitno danErman


Amti tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakanproses seorang
ahli dalam memberikan bantuan terhadap individu ataubeberapa individu baik
anak-anak, remaja atau orang dewasa agardapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri serta mandirisehingga dapat mencapai
perkembangan yang optimal dan mencapaikesejahteraan hidup.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkanbahwa bimbingan
konseling merupakan proses pemberian bantuan yangdiberikan oleh seorang
ahli (guru pembimbing) secara terus meneruskepada individu ataupun
sekumpulan individu (siswa), untukmencegah atau mengatasi permasalahan
yang muncul dengan berbagaipotensi yang dimiliki, sehingga dapat mencapai
perkembangan yangoptimal dan dapat merencanakan masa depan yang lebih
baik, sertadapat melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya
danmencapai kesejahteraan hidupnya.

2. Metode Layanan Bimbingan dan Konseling


Yang dimaksud dengan metode layanan bimbingan dan konseling di
sini adalah cara-cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan
konseling. Implementasi dari metode layanan bimbingan dan konseling ini
terkait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam
pengaplikasian metode layanan bimbingan dan konseling pada saat proses
bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini secara umum ada dua metode
yaitu konseling individual dan konseling kelompok. Dalam penelitian ini
konseling individual dan konseling kelompok akan digunakan sebagai motede
dalam bimbingan dan konseling pribadi sosial khususnya untuk
pengembangan keterampilan hubungan sosial siswa.

a. Konseling Individual

10Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), hlm. 99.

Page | 11
Buku Bimbingan Dan Konseling

Perkembangan layanan konseling di sekolah dewasa ini


cenderung menggunakan teknik-teknik layanan yang beragam sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan dalam proses konseling itu sendiri.
Namun tidaklah mudah menerapkan seluruh teknik-teknik itu seperti apa
adanya, karena tidak semua muatan teknik bisa disesuaikan dengan
kondisi perkembangan atau permasalahan peserta didik di sekolah. Oleh
karena itu konselor sekolah perlu berupaya untuk memilih teknik apa yang
sesuai dengan keadaan peserta didik dan bagaimana konselor
melakukan inovasi dalam pengunaanteori dan teknik dalam proses
layanan konseling individu agar bisa diterima sesuai dengan keadaan
yang melingkupi peserta didik dalam setting sekolah. Disini akan
dijelaskansecara umum teori dan teknik yang bisa digunakan untuk
peserta didik dalam konseling individu, dan maka untuk
mengaplikasikannya perlu beberapa pertimbangan karena belum tentu
seluruh materinya bisa diterapkan pada peserta didik yang akan konselor
layani.
1) Person-Centered Counseling
Teori ini awalnya dikembangkan dan diusulkan Carl Rogers.
Peran konselor ialah menitikberatkan pada konseli bahwa ia bisa
mengidentifikasi dan mengembangkan pemahaman terhadap dirinya
sendiri.11 Semakin baik klien mengenali dirinya, semakin besar
kemampuan mereka mengidentifikasi perilaku yang paling tepat untuk
dirinya.12 Untuk dapat mewujudkan kemampuan konseli tersebut, maka
Roger menyebutkan tiga karakteristik yang harus dimiliki oleh konselor,
yaitu congruence (keselarasan), unconditional positive regard
(penerimaan tanpa syarat), dan emphatic understanding (kemampuan
berempati).
Perhatian Rogers pada sifat proses belajar yang dilibatkan
dalam konseling juga telah beralih pada perhatian terhadap apa yang
terjadi dalam pendidikan. Dalam bukunyaFreedom to Learn (1969),
Rogers mengupas soal-soal yang mendasar bagi pendidikan
humanistik dan mengajukan filsafat suatu kegiatan belajar yang

11 Daniel T. Op. Cit., hlm. 22.


12 Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 213.

Page | 12
Buku Bimbingan Dan Konseling

terpusat pada siswa. Pada dasarnya filsafat pendidikan yang diajukan


Rogers tidak berbeda dengan pandangannya tentang konseling, ia
yakin bahwa siswa bisa dipercaya untuk menemukan masalah-
masalah yang penting dan berkaitan dengan keberadaan dirinya. Para
siswapun bisa terlibat dalam kegiatan belajar yang bermakna, yang
bisa terwujud dalam bentuk terbaik jika guru mencipatakan iklim
kebebasan dan kepercayaan. Fungsi yang dijalankan guru ialah:
kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, empati
dan kesediaan untuk membiarkan para siswa mengeksplorasi materi-
materi yang bermakna sehingga menciptakan kegiatan belajar yang
bisa berjalan secara signifikan.13
Model person-centered bukanlah suatu teori yang tertutup.
Rogers berniat mengembangkan sekumpulan prinsip kerja yang bisa
dinyatakan dalam bentuk hipotesis-hipotesis tentatif manyangkut
kondisi-kondisi yang menunjang pertumbuhan pribadi. Teori ini
menitikberatkan hubungan pribadi antara konseli dengan konselor,
sikap konselor lebih penting daripada teknik-teknik, pengetahuan atau
teori. Jika konselor menunjukkan dan mengomunikasikan kepada
konselinya bahwa ia adalah pribadi yang selaras, secara hangat dan
tak bersyarat menerima perasaan-perasaan dan kepribadian konseli,
dan mempersepsi secara peka dan tepat dunia internal, maka konseli
bisa menggunakan hubungan konseling untuk memperlancar
pertumbuhan dan menjadi pribadinya sendiri.14
2) Adlerian School Counseling
Teori konseling Alfred Adler memiliki pengaruh besar di
sekolah pada akhir pertengahan abad. Pokok teori Adler adalah
tentang kepedulian sosial. kepedulian sosial adalah kemampuan
seseorang untuk berinteraksi secara kooperatif dengan orang-orang
dalam kehidupan bermasyarakat. Kepedulian sosial merupakan
kepekaan yang harus dikembangkan dan menjadi tolak ukur kesehatan

13Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika Aditama,
2005), hlm. 107.
14Ibid., hlm. 110.

Page | 13
Buku Bimbingan Dan Konseling

pribadi. Adler percaya bahwa sekolah adalah tempat awal dimana


anak-anak mengembangkan dan menyalurkan kepedulian sosial.15
Adler juga menekankan pentingnya pengembangan minat
sosial konseli untuk kemudian mendidik kembali mereka agar mampu
hidup di tengah masyarakat sebagai pribadi yang sanggup
memberikan sesuatu bagi masyarakat, jadi bukan hanya menerima
dan menuntut.16
Dalam pendangan Adler, perilaku negatif adalah hasil dari
perasaan diabaikan dan perlakuan memanjakan anak. Maka Adler
menghimbau para guru dan konselor, sebelu mereka mengatasi
perilaku negatif siswa, untuk menanyakan terlebih dahulu pada mereka
tentang tujuan dari perilakunya karena menurut Adler semua perilaku
pasti memiliki tujuan. Adler meyakini bahwa jika sampai anak-anak
memilih suatu perilaku tertentu maka mereka menginginkan perilaku itu
dapat memenuhi kebutuhannya.17
Dengan menggunakan pandangan Adler mengenai pilihan
perilaku akan membantu para pendidik menemukan cara yang lebih
demokratis dengan siswa dalam menyepakati perilaku yang baru dan
berbeda, jadi siswa bisa mengatasi problem perilakunya dengan
mempelajari perilaku baru, dan hal ini lebih baik jika anak-anak mau
mendapatkan pengalaman dan memahami konsekuensi logis dari
setiap perilaku tertentu, kemudian setelah itu anak-anak bisa menilai
sendiri perilaku mana yang dibutuhkan dalam mencapai tujuannya, jadi
kuncinya ialah berkompromi secara tepat dengan anak.
Beberapa anak mungkin menolak untuk mengakui
ketidakpuasan perasaannya, inferioritasnya, atau harapan yang tidak
bisa ia miliki. Anak-anak dengan keadaan demikian bisa mengalami
penolakan, deperesi dan sangat pasif. Maka tindakan yang bisa
dilakukan disini ialah memberikan mereka beberapa dukungan dengan
melibatkan mereka dalam kelompok atau kegiatan yang dinilai bisa
meningktkan perasaan diri mereka.

15Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 24.


16Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 212.
17Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 25.

Page | 14
Buku Bimbingan Dan Konseling

Sekolah bisa menjadi tempat yang bermakna dalam


perkembangan kepedulian setiap siswanya. Sekolah dengan berbagai
aktivitasnya, berfungsi sebagai tempat yaang mana anak-anak di
dalamnya bisa mendapatkan pengalaman dalam menumbuhkan minat
sosial. tentu saja keluarga juga memiliki peran vital dalam
perkembangan anak, namun sekolah juga memiliki peran penting
dalam membantu perkembangan kepedulian sosial anak, yaitu dengan
cara mereka berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok, baik
dalam kegiatan belajar, olah raga, dan konseling kelompok.18
3) Reality Therapy
Pendiri Terapi Realitas adalah William Glasser. Seperti halnya
Adler, Glasser berpendapat bahwa sebuah perilaku mempunyai tujuan.
Tujuan itu menurutnya, adalah untuk memenuhi salah satu dari lima
kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan rasa sayang, kekuatan, kebebasan,
kesenangan, dan kemampuan untuk mempertahankan diri. Saat
seseorang menemukan kebutuhannya maka ia akan merasa baik,
sukses, dan kualitas diri yang tinggi, namun jika tidak maka seseorang
akan menderita. Dan dalam Terapi Realitas, tujuan konseling ia
menemukan cara yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan konseli. Hal tersebut bisa terjadi karena semua perilaku
bisa dipilih dan dikontrol.19
Terapi Realitas memiliki implikasi langsung bagi situasi
sekolah. Glasser percaya bahwa pendidikan bisa menjadi kunci
pergaulan manusia yang efektif. Glasser mengemukakan sebuah
program untuk menghapuskan kegagalan, menitikberatkan pemikiran,
memperkenalkan relevansi ke dalam kurikulum, mengganti hukuman
dengan disiplin, menciptakan lingkungan belajar yang memaksimalkan
pengalaman-pengalaman yang menuju pada identitas keberhasilan,
menciptakan motivasi dan keterlibatan, membantu para siswa
mengembangkan tingkah laku yang bertanggung jawab, dan

18Ibid., hlm. 26.


19Ibid., hlm. 26.

Page | 15
Buku Bimbingan Dan Konseling

membentuk cara-cara untuk melibatkan para orang tua dan


masyarakat.20
Untuk memulai langkah, konselor harus menghadirkan dua
kesadaran dalam diri koonseli. Pertama, bahwa perilaku yang ada saat
ini tidak menghasilkan apa-apa dan tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. Kedua, konseli harus percaya bahwa mereka bisa
memilih perilaku lainnya.
Proses konseling memiliki empat tahapan: (1) keinginan, (2)
aksi, (3) evaluasi, (4) perencanaan. Keinginan bisa dihubungkan
dengan keinginan diri sendiri, teman dan keluarga, atau keinginan
untuk bekerja. Dalam langkah kedua, konselor menanyakan apa yang
telah konseli lakukan sebelumnya (in the past), yang dilakukan saat ini,
dan merencakan apa yang akan dilakukan di kemudian hari untuk
mendapatkan apa yang ia inginkan. Pada tahap ketiga, konselor dan
konseli melakukan evaluasi untuk membandingkan perilaku manakah
yang paling efektif, dan apakah perilaku itu dapat
memenuhikeinginannya? Dan langkah terakhir konselimemiliki pikiran
untuk merubah perilakunya, bersama konselor merumuskan rencana
kegiatan, cara baru dalam menemukan perilaku yang efektif dalam
mendapatkan keinginan-keinginannya.
Hal yang paling penting bagi pihak sekolah, ialah mengajak
siswa untuk melewati keempat langkah tadi, memberikan kesempatan
pada mereka untuk mencoba perilaku baru, dan membantu mereka
membuat penilaian. Saat siswa menyadari bahwa perilakunya adalah
penyebab datangnya masalah, maka Terapi realitas bisa menjadi cara
yang yang efektif dan efisien dari konseling dalam setting sekolah.21
4) Cognitive Behavioral Therapy
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) di dalamnya meliputi
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), Cognitive Therapy (CT)
dan Cognitive Behavioral Modification (CBM). Semua CBTs
mengemukakan dua kepercayaan mendasar: pertama, semua perilaku

20Gerald Corey, Op. Cit., hlm. 280.


21Ibid., hlm. 29.

Page | 16
Buku Bimbingan Dan Konseling

dan perasaan merupakan hal yang bisa dipelajari; dan kedua, bahwa
perilaku itu bisa dirubah dan dimodifikasi.
a) Penerapan REBT di Sekolah
Albert Ellis mendasarkan pada kepercayaannya bahwa
manusia mampu berbicara dengan dirinya, melakukan evaluasi diri,
dan bisa mempertahankan diri.22 Teori ini juga didasarkan pada
asumsi bahwa manusia memilkiki kapasitas untuk bertindak dengan
cara-cara yang rasional maupun irasional. Perilaku rasional
dianggap efektif dan produktif, sedangkan perilaku irasional
dianggap menghasilkan ketidakbahagiaan dan ketidakproduktifan.23
Tujuan REBT adalah mengurangi atau mengeliminasi perilaku
irasional. Untuk merubah perilaku yang tidak diinginkan, siswa
harus belajar bahwa cara mereka berpikir, merasa dan bersikap
merupakan satu kesatuan aksi yang terpadu. Pikiran dan emosi
yang negatif dan merusak diri harus dikenali agar siswa sanggup
mengarahkan pikiran dan emosinya menjadi logis, rasional, dan
konstruktif. Konselor bisa membantu perubahan siswa dengan
beberapa teknik perilaku seperti:
(1). Daily monitoring of absolutist thoughts and of “must”, “have to”,
and “should” in one’s self-talk.
(2). Replacing “I should” with “I want tos” or “I’d rather”.
(3). Imagining oneself thinking rationally, and feeling and behaving
well.
(4). Forcing oneself to engage in behaviors that others might find
odd or funny.24
b) Penerapan CBTs di Sekolah
CBTs bisa menjadi teknik untuk memberikan bantuan pada
siswa yang menghadapi problem-problem di rumah maupun
sekolah. Sebagai contoh, banyak siswa yang mendapatkan
perkataan negatif dari pengalamannya bersama orang tuanya,
gurunya, dan teman-temannya. Saat siswa merasa dirinya ditolak

22Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 30.


23Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 220.
24Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 31.

Page | 17
Buku Bimbingan Dan Konseling

oleh orang dewasa maupun teman sebayanya, memasuki proses


konseling dan penting bagi konselior untuk bertanya “apa yang
kamu katakan pada dirimu sendiri?”
Pandangan negatif terhadap diri sendiri bisa dilihat dari
semua pengalaman dan tujuan yang negatif dari rencana-rencana
seseorang. Jika seorang anak ingin memiliki hubungan yang positif
dengan orang lain dalam hidupnya, maka ia bisa meninggalkan
pikiran irasional dan kekhawatirannya. CBTs dapat membantu para
siswa yang merasa peisimis terhadap hidup dan masa depannya.
Konselor sekolah harus mendukung siswanya agar bisa melakukan
yang terbaik, dengan merubah pikiran-pikiran irasionalnya.25
5) Solution-Oriented Therapy
Terapi ini sangat populer bagi konselor sekolah karena
pelaksanaannya yang mudah. Kunci untuk melaksanakan terapi ini
adalah dengan tidak terlalu mengendalikan siswa dan membuat
penolakan terhadap pikiran negatif/pesimis. Ada lima tahapan dalam
terapi ini:
a) Mengungkapkan masalah.
b) Melaksanakan rencana dengan sunguh-sungguh.
c) Menambah pengalaman dalam situasi dan pengalaman baru.
d) Evaluasi terhadap proses konseling dan tujuan yang telah dicapai.
e) Memberikan konseli kesempatan untuk mengembangkan dirinya. 26
6) CounselingYoung Children Through Play27
Bagi anak-anak bermain adalah media untuk mengembangkan
diri. Maria Montessori mengatakan bahwa “play as the work of children”
dan Gary Landrethmenjelaskan bahwa anak-anak menggunakan
bahasa dalam permainan untuk menunjukkan apa yang terjadi dalam
dunianya. Bagi konselor sekolah dasar, bukan mempertanyakan
pemainan apa yang harus digunakan, melainkan bagaimana
permainan itu digunakan. Bagi anak-anak, bermain adalah keharusan
dalam masa perkembangannya.

25Ibid., hlm. 31.


26Ibid., hlm. 33.
27Ibid., hlm. 33-38.

Page | 18
Buku Bimbingan Dan Konseling

Ada enam model permainan yang bisa digunakan dalam


konseling anak:
a) Making and Building
b) Artwork
c) Drama and Fantasy
d) Mastery and Superheroes
e) Toy guns
f) Problem solving
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan bermain
sebagai teknik konseling bagi anak-anak. Pertama, konselor
membutuhkan dukungan dari staff lain di sekolah, seperti administrator
dan para guru mata pelajaran. Karena bagi mereka yang tidak mengerti
tentang teknik bermain ini akan menganggap bahwa permainan hanya
akan membuang-buang waktu. Oleh karena itu, pada awal tahun
ajaran baru sebaiknya konselor berkumpul dengan staff lain untuk
membicarakan dan menjelaskan pentingnya melakukan permainan
sebagai bagian dari program konseling.
Kedua, menyediakan dan merancang tampat khusus untuk
konseling bermain. Walaupun sekolah memiliki keterbatasan ruangan,
namun konselor harus memastikan tempat yang berbeda dari ruangan
kelas, dimana anak-anak benar-benar bisa merasakan dirinya sendiri.
Ruangan yang digunakan diatur dan dihias sedemikian rupa agar
ruangan jauh dari gangguan dan menjadi tempat yang ideal untuk
bermain.
Ketiga, batasan-batasan dalam bermain. Karena ruang yang
digunakan untuk bermain bisa saja bersebelahan dengan ruang kelas,
maka konselor harus mmberikan batasan-batasan pada anak-anak
saat bermain agar tidak mengganggu aktivitas kelas lainnya dan
konselor juga perlu mengontrol perilaku anak yang terlalu aktif dan
agresif, agar jangan sampai mereka melukai dirinya atau teman-
temannya. Dalam kegiatan ini ada hal-hal yang harus dipersiapkan.
Dalam konseling bermain, jenis alat permainan lebih penting
dibandingkanbanyaknyaalat permainan. Karena dengan

Page | 19
Buku Bimbingan Dan Konseling

memperhatikan macam mainan, maka disitu membutuhkan praktek


yang memiliki orientasi.

b. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling
dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik
dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya
menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok.28
Konseling kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bekerja
dengan berbagi pengalaman dan saling mendukung hubungan
persahabatan yang supportif, hal ini merupakan cara efisien dan positif
dalam menemukan kesepakatan antara siswa mengenai permasalahan
yang sedang dihadapi. Dengan menggabungkan beberapa siswa untuk
mengembangkan dirinya dan berkembangan dengan siswa lainnya, maka
konseling kelompok memungkinkan mereka untuk membangun pribadi
yang sehat, dapat mengatur kegelisahan terhadap tantangan teknologi
dan perkembangan lingkungan yang kompleks dan mereka belajar untuk
bekerjasama dan hidup dengan orang lain.29
1) Dinamika Kelompok
Dalam kajian dinamika kelompok, permasalahan dan tujuan
yang ingin dicapai tidak boleh mengalahkan pentingnya proses yang
memiliki makna penting dalam konseling kelompok. Proses tersebut
menunjukkan interaksi antara anggota kelompok, yakni bagaimana
mereka saling membina hubungan hubungan dan bagaimana menjadi
pemimpin kelompok.
Kunci kesuksesan dari konseling kelompok adalah para
anggotanya bisa memiliki rasa saling memiliki. Hal ini menunjukkan
bahwa konselor harus percaya pada kekuatan kelompok dalam
mengatur diri. Tahap pertama yang harus dilakukan dan menjadi
bagian dari proses kelompok adalah aturan dalam kelompok. Kepada
para remaja misalnya, yang terhubungan dengan isu-isu kemandirian
dan bereaksi dengan cepat, dan memiliki otoritas yang negatif. Dengan

28Latipun, Psikologi Konseling, (Malang; UMM Press, 2008), hlm. 178.


29Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 38.

Page | 20
Buku Bimbingan Dan Konseling

demikian mereka harus bisa lebih banyak mendengarkan masukan


dari teman sebaya dari pada harus memasuki kantor sekolah.
Biasanya dalam proses kelompok secara bertahap akan terjadi
kohesivitas, partisipasi, interaksi interpersonal diantara anggota. Dalam
konseling kelompok proses-proses tersebut terjadi kalau terbentuk
saling percaya diantara mereka berkat iklim yang dibangun oleh
konselor. Jika demikian yang terjadi maka proses konseling sangat
memberi keuntungan bagi keberhasilannya.30
2) Jenis-Jenis Kelompok Konseling31
Sebelum menentukankomposisi kelompok, seorang konselor
perlu menentukan bentuk-bentuk dan tujuan dari kelompok. Myrick
mengidentifikasi tiga jenis konseling kelompok: crisis centered,
problem centered, dan growth centered.
a) Crisis-Centered Group
Kelompok ini dibentuk dalam merespon problem yang
mendesak (bersifat krisis), seperti trauma dan kelompok-kelompok
dengan masalah krisis seperti kelompok pecandu atau alkoholik.
Biasanya anggota kelompok hanya terdiri dari empat atau enam
partisipan, dan semuanya memiliki masalah yang sama dan bersifat
krisis.
b) Problem-Centered Group
Seperti halnya kelompok krisis, kelompok ini juga memiliki
fokus pada sebuah permasalahan, namun sifatnya tidak mendesak
seperti kelompok krisis. Kelompok ini bisa mengumpulkan
beberapa permasalahan yang signifikan bagi para siswa di sekolah.
Masalah-masalah yang sering muncul biasanya yang berkaitan
dengan pola perilaku atau masalah akademik siswa.

30Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009),
hlm. 34.
31Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 40-41.

Page | 21
Buku Bimbingan Dan Konseling

c) Growth-Centered Group
Klasifikasi terkahir ialah kelompok pertumbuhan, dan
kelompok ini berbeda dengan dua kelompok sebelumnya yang
hanya terdiri dari beberapa anggota yang membagikan
masalahnya. Kelompok ini ada sejalan dengan kebutuhan
mengenai tahap-tahap perkembangan semua siswa. Kelompok ini
biasanya konselor gunakan pelaksanaan sebuah program
bimbingan tentang perkembangan siswa.
3) Tahap-tahap Konseling Kelompok
Tahap pertama adalah orientasi para anggota mengenai tujuan
kelompok, membuat kesepakatan dengan anggota lainnya, dan
memulai membangun rasa kepercayaan dengan membuat aturan
kelompok. Aturan yang terpenting ialah kepercayaan.
Tahap kedua adalah penyesuaian antara anggota kelompok,
dan pada masa penyesuaian ini anggota akan terus membangun rasa
kepercayaan dan terbentuk kohesivitas. Pada tahap ini para nggota
mencoba untuk saling berbagi hal-hal yang bersifat personal dan
mendalam. Jika dalam tahapan ini para anggota bisa saling
mendengarkan dan merespon apa yang dibagikan, maka kohesivitas
akan semakin kuat, dan kelompok akan berjalan dengan baik menuju
tahap berikutnya.
Tahap ketiga adalah tahap pelaksanaan dimana para anggota
sudah memiliki fokus untuk mewujudkan tujuannya. Anggota sudah
merasa nyaman dengan saling memberikanfeed back pada anggota
lainnya, dan mereka sudah benar-benar merasakan adanya komitmen
dalam kelompok. Maka pada saat inilah anggota akan mengambil
sebuah tindakan dengan saling berbagi hal-hal lebih banyak lagi dan
menerapkan pengalamannya itu dengan perilaku baru.
Tahap keempat adalah penutupan (ending). Pada akhirnya
konseling kelompokpun memiliki batas. Mengakhiri konseling kelompok
dapat membuat para anggota maju dan mereka akan terus menjaga
rasa persahabatan dengan anggota lainnya.32Seorang konselor yang

32Ibid., hlm. 45.

Page | 22
Buku Bimbingan Dan Konseling

memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya bertanggung jawab


terhadap apa yang terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini konselor
tidak bisa lepas tangan dan menyerahkan tanggung jawab atas
keberhasilan dan kegagalan kelompok sepenuhnya pada para konseli.
Ini berarti bahwa konselor baik dari segi teori teoritis maupun praktis
harus mampu bertindak sebagai katua kelompok diskusi dan sebagai
pengatur wawancara konseling bersama. Oleh karena itu konselor
harus memnuhi sejumlah syarat yang menyangkut pendidikan
akademik, kepribadian, keterampilan berkomunikasi, dan penguasaan
teknik-teknik konseling baik secara teoritis maupun praktis.33

33WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia,

1997), hlm. 551.

Page | 23
Buku Bimbingan Dan Konseling

ASAS-ASAS
BIMBINGAN KONSELING

Page | 24
Buku Bimbingan Dan Konseling

ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang
menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan
seseorang. Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar
terciptanya keserasian atau keharmonisan antara guru dan siswa.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh
kaidah-kaidah yang berlaku atau dengan kata lain disebut “asas”. Asas-asas
bimbingan dan konseling adalah merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan
dikuasai oleh seorang konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalantersendat-sendat atau
bahkan terhenti sama sekali.

B. Pengertian Asas-Asas Bimbingan Dan Konseling


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia asas berarti “dasar”. Tetapi asas
dalam pengertian disini adalah bukan dasar tetapi “rukun”. Jadi asas bimbingan dan
konseling itu berarti “rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang
guru pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh
sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas
tertentu. Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan
efektifitas san efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu,
agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu
kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapat hasil
yang memuaskan. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan
asas-asas yang mendasari tugas-tugas pembimbing. Keberhasilan tugas
pembimbing sangat dipengaruhi oleh kemampuan konselor dalam memenuhi asas-
asas tersebut. Seorang konselor yang tidak memperhatikan asas-asas bimbingan

Page | 25
Buku Bimbingan Dan Konseling

dan konseling akan menemui banyak hambatan atau bahkan akan menemui
kegagalan dalam melaksanakan tugasnya.34
Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.35

C. Macam-Macam Asas Bimbingan Dan Konseling


Slameto (1986) membagi asas-asas bimbingan dan konseling menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan individu (sisiwa),
2. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan praktik atau
pekerjaan bimbingan.36

1. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa


a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik
jasmaniah maupun rohaniah. Tingkah laku individu pada umumnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai akan menimbulkan
kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada akhirnya menimbulkan perilaku
menyimpang.
Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan
siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang,
memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga
diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk
melakukan eksistensi diri, dan lain-lain.
b. Ada perbedaan diantara siswa (asas perbedaan siswa)
Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda.
Demikian halnya dengan siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-
tiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik fisik maupun psikis. Setiap
siswa berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau
pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan siswa tersebut

34 Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007).


35 Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press, 2000).
36 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 84.

Page | 26
Buku Bimbingan Dan Konseling

harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari bimbingan atau konselor
disekolah dan madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan
karakteristik pribadinya masing-masing.
c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri.
Relevan dengan asas perbedaan individu diatas, tiap-tiap individu ingin
menjadi dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-
masing. Pelayanan bimbngan dan konseling disekolah atau dimadrasah harus dapat
mengantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri.
Guru pembimbing disekolah atau madrasah tidak boleh mengarahkan
perkembangan siswa kearah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam
kaitan peran siswa di tengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan dan konseling
harus diarahkan agar siswa menjadi “baik” menurut ukuran masyarakat tanpa
kehilangan kepribadiannya sendiri.
d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang.
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai
dorongan yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri).
Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi, dan sosial.
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus berorientasi
kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan
kecenderungan-kecenderungan.
e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai pendorong untuk
menyelesaikannya.
Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada
pula individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang
sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah
kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa, artinya ada siswa yang
mengalami masalah kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya
setiap individu (siswa) nenpubyai dorongan-dorongan untuk memecahkan
masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil.
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus diarahkan
dalam rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-
dorongan yang ada pada setiap siswa.

Page | 27
Buku Bimbingan Dan Konseling

2. Asas Yang Berhubungan Dengan Praktik Atau Pekerjaan Bimbingan


Menurut arifin dan ety kartikawati (1995) prayitno dan dan erman amti (1999)
asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling
terdiri dari 12 asas yaitu:37
a. Asas Kerahasiaan
Ada kalanya pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan individu
atau siswa yang bermasalah. Masalah biasanya merupakan suatu yang harus
dirahasiakan. Adakalanya dalam proses bimbingan dan konseling siswa enggan
berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya diketahui orang lain termasuk
konselornya. Apalagi apabila konselornya tidak dapat menjaga rahasia kliennya.
Apapun yang sifatnya rahasia yang disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh
diceritakan kepada orang lain meskipun kepada koleganya. Dalam konseling, asas
ini merupakan asas kunci karena apabila asas ini dipegang teguh konselor akan
mendapat kepercayaan dari klien sehingga mereka akan memanfaatkan jasa
pembimbing dan konseling sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila asas ini tidak
dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan dari klien (siswa) sehingga
siswa enggan memnafaatkan jasa pembimbing dan konseling karena merasa takut
masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan.
Contoh: Ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa
seorang konseli itu memiliki penyakit HIV yang diidapnya sejak lama. Maka seorang
konselor harus bisa menjaga rahasia tersebut agar penyakit konseli itu tidak
diketahui oleh banyak orang.
b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan
baik dari pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien
diharapkan secara sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa
terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua
fakta, data dan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah yang dihadapinya
kepada konselor. Sebaliknya konselor dalam memberikan bimbingan juga

37Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.2007), Hlm. 86..

Page | 28
Buku Bimbingan Dan Konseling

hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan perkataan lain konselor harus


memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.
Dalam asas ini, bukan berarti konselor tidak boleh menerima jasa dari
pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan pekerjaan profesi, oleh sebab itu, konselor tidak dilarang untuk
menerima gaji tetapi hendaknya gaji tidak menjadi tujuan. Konselor tidak
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling karena terpaksa. Asas ini sangat
relevan dengan ajaran islam berkenaan dengan ikhlas. Siswa harus ikhlas untuk
mengikuti bimbingan dan konseling dan pembimbing pun harus ikhlas memberikan
bimbingan dan konseling.
Contoh: Ada seorang siswa yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak suka
pada salah satu mata pelajaran disekolahnya. Sebagai guru konselor seharusnya
kita harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata
pelajaran tersebut dengan selalu membina dan mengembangkannya.
c. Asas Keterbukaan
Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana
keterbukaan baik dari pihak konselor maupun dari pihak konseli. Asas ini tidak
kontradiktif dengan asas kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud
menyangkut kesediaan menerima saran-saran dari luar dan kesediaan membuka diri
untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang dibimbing diharapkan dapat
berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya sehingga penelaahan dan
pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat dilakukan.
Siswa dapat membuka diri sendiri sehingga apap yang ada pada dirinya
(masalah yang dihadapi) dapat diketahui oleh konselor. Selain itu, siswa pun harus
secara terbuka menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun
harus terbuka dengan bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari klien dan
mengungkapkan diri konselor sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh klien.
Contoh: Ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup, sebagai konselor
kita harus dapat mengubah konseli untuk berbicara secara terbuka dan tidak
berpura-pura dalam menceritakan masalah pribadinya sendiri. Sehingga konseli
dapat berbicara jujurdan merasa nyaman dalam menyampaikan masalah.
d. Asas Kekinian
Pelayanan bimbingan dan konseling harus berorientasi kepada masalah yang
sedang dirasakan oleh klien saat ini. Artinya masalah-masalah yang ditanggulangi
Page | 29
Buku Bimbingan Dan Konseling

dalam proses bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang sedang


dirasakan oleh siswa, bukan masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah
yang akan datang. Dalam penanggulangan masalah siswa, masa lalu dan yang
akan datang menjadi latar belakang dan latar depan masalah.
Asas kekinian juga mengandung makna bahwa pembimbing tidak boleh
menunda-nunda pemberian bantuan. Apabila lkien meminta bantuan atau fakta
menunjukkan ada siswa yang perlu bantuan, maka konselor hendaknya segera
memberikan bantuan. Sebaiknya konselor tidak menunda-nunda memberikan
bantuan kepada konseli. Konselor hendaknya lebih mementingkan kepentingan klien
dari pada yang lainnya.
Contoh: konselor tidak hanya fokus pada masalah yang telah dihadapi, tetapi
konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikis.
e. Asas Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan
konseling. Siswa yang telah dibimbing hendaknya bisa mandiri tidak tergantung
kepada orang lain dan konselor. Ciri-ciri kemandirian pada siswa yang telah
dibimbing adalah:
a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya
b) Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis
c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu
e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
Contoh: Ada seorang konseli yang cacat fisik datang kepada kita, dia
menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meneruskan hidupnya.
Sebagai konselor yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat
hidup dengan cara memberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan
menerima dirinya dan lingkungan, dan mampu mengambil sebuah keputusan agar
konseli tersebut menjadi mandiri.
f. Asas Kegiatan
Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan nenberikan hasil yang berarti
apabila klien tidak melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan
koseling. Hasil usaha yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling tidak akan
tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dicapai dengan kerja keras giat dari
Page | 30
Buku Bimbingan Dan Konseling

klien sendiri. Guru pembimbing harus dapat membangkitkan semangat klien


sehingga mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam
menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses konseling.
Contoh: seorang konselor harus bisa membuat program kegiatan. Seperti
ospek, MOS, agar konseli dapat mengenali lingkungan yang baru serta mampu
untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya.
g. Asas Kedinamisan
Usaha bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada
individu yang dibimbing, yaitu perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Perubahan
yang terjadi tidak sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang bersifat
monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaruan atau
sesuatu yang lebih maju dan dinamis sesuai arah perkembangan klien yang
dikehendaki.
Contoh: seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman, agar
konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada seorang konseli
yang semakin kompleks. Misalnya keluarga broken, serta pergaulan bebas
dikalangan pemuda.
h. Asas Keterpaduan
Individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang apabila keadaannya tidak
seimbang, dan tidak terpadu, justru akan menimbulkan masalah. Oleh sebab itu,
usaha bimbingan dan konseling hendaklah memadukan berbagai aspek kepribadian
klien. Selain keterpaduan pada diri klien, juga harus terpadu dalam isi dan proses
layanan yang diberikan. Tidak boleh aspek layanan yang satu tidak serasi apalagi
bertentangan dengan aspek layanan yang lainnya.
Asas ketrpaduan juga menuntut konselor memiliki wawasan yang luastentang
perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang
dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.
Contoh: seorang konseli melakukan kerjasama dengan seorang psikolog seks
maupun dokter kandungan, dan mengundangnya kesekolah untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik disekolah ataupun madrasah agar konseli
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks, supaya
mereka tidak terjerat dalam pergaulan bebas.

Page | 31
Buku Bimbingan Dan Konseling

i. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-
norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum atau negara, norma ilmu,
maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai
dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula dengan prosedur, teknik, dan
peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang
berlaku.
Contoh: seorang konselor dalam menjalankan tugasnya, harus sesuai dengan
norma, hukum, dan adat istiadat, sehingga tercipta suasana yang harmonis diantara
konseli dan konselor. Karena konselor yang profesional harus bisa menciptakan
suasana yang nyaman bagi seorang konseli.
j. Asas Keahlian
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan
tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus
dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian tentang bimbingan dan konseling.
Asas keahlian juga mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan
dan pengalaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengetahui dan
memahami secara baik teori-teori dan praktik bimbingan dan konseling.
Contoh: apabila ada seorang konseli yang datang pada konselor, seorang
konselor harus bersikap sebagai konselor. Bukan bersikap seperti dokter maupun
yang lainnya. Yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli.
k. Asas Alih Tangan (Referal)
Konselor sebagai manusia, diatas kelebihannya tetap memiliki keterbatasan
kemampuan. Tidak semua masalah yang dihadapi klien berada dalam kemampuan
konselor untuk memecahkannya. Apabila konselor telah menyerahkan segenap
tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah klien, tetapi belum
berhasil, maka konselor yang bersangkutan harus memindahkan tanggung jawab
pemberian bimbingan dan konseling kepada konselor yang lain atau kepada orang
lain yang lebih mengetahui. Dengan kata lain, apabila konselor telah menyerahkan
segenap kemampuan untuk membantu klien, tetapi siswa yang bersangkutang
belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim siswa yang bersangkutan kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.

Page | 32
Buku Bimbingan Dan Konseling

Contoh: ada seorang konseli yang stres gara-gara tidak lulus ujia sekolah,
seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini. Seorang konselor
harus melakukan kerjasama dengan pihak yang lebih ahli dalam kasus ini.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendak tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dengan yang bimbing. Terlebih lagi di
lingkungan sekolah atau madrasah. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan
dan konseling tidak hanya dirasakan saat siswa mengalami masalah. Bimbingan dan
konseling hendaknya dirasakan sebelum dan sesudah siswa menjalani layanan
bimbingan dan konseling secara langsung. Dalam asas ini, konselor bisa
menjadikan dirinya sebagai contoh pemecah masalah yang efektif. Dalam praktik
bimbingan dan konseling islam, asas ini bertumpu pada keteladanan Rasulullah
SAW. Contoh: seorang guru harus menjadi teladan, dan menyenangkan. Agar
konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita, dan mampu mengayomi
peserta didik.

Daftar Referensi
Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)
Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press,
2000).
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008).

Page | 33
Buku Bimbingan Dan Konseling

PERANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

Page | 34
Buku Bimbingan Dan Konseling

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang Masalah


Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Maka pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan
perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan pesertadidik, namun juga tetapi
perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena setiap
satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi
perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan konseling.
Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan disekolah mutlak
diperlukan oleh pengawas. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi supervisi
manajerial yang harus dilakukannya terhadap setiap sekolah yang berada dalam
lingkup binaannya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan
bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan
individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu di dalam
memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam
konsepsi tentang tugas perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa
setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan.

B. Landasan Dasar Perlunya Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah


Organisasi bimbingan dan konseling disekolah mutlak diperlukan, karena:
1. Pelayanan bimbingan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh staf sekolah baik
kepala sekolah, guru, Sali kelas, maupun staf admnistrasi sekolah perlu
melibatkan diri dalam usaha layanan bimbingan.
2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah ada pada kepala sekolah
sebagai administrator sekolah yang memegang peranan kunci.

Page | 35
Buku Bimbingan Dan Konseling

3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling


di sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang memilikii
persyaratan tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap dan
kepribadian, ketrampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas.
4. Program bimbingan merupakan suatu bentuk kegiattan yang cukup luas bidang
geraknya.
5. Program layanan bimbingan di seklah hendaknya perlu di evaluasi untuk
mengertahui efektivitas dan efisiensi program.
6. Petugas-petugas yang diserah tanggung jawab bimbingan yang bersifat
khusus, seperti kegiatan konseling hendaknya ditangani oleh petugas yang
professional da berkompeten mengerjakan tugas tersebut.
7. Petugas-petugas bimbingan dan seluruh staf pelaksanan bimbingan mutlak
perlu diberikan latihan dalam jabatan. Sebagai suatu alat untuk memperbaiki
pelayanan bimbingan di sekolah.

C. Peranan Bimbingan Konseling Di Sekolah


Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah
dipetakan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun pada waktu itu
dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan. Akan tetapi, dalam
Permen Diknas No. 22/2006 tentang setandar isi, Pelayanan bimbingan dan
konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi
Kelompok Mata pelajaran, Muatan lokal, Materi Pengembangan diri, yang harus
disiapkan oleh bagian bimbingan dan konseling.38
Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor disekolah menengah
mendapat peran dan posisi yang jelas. Peran bimbingan dan konseling, siswa
yang bagai salah satu student support services, adalah men-suport
perkembangan-perkembangan aspek pribadi, sosial, kareir, dan akademik
peserta didik, melalui pengembangan menu program 1 bimbingan dan konseling
pembantuan kepada peserta didik dalam individual student planning, pemberian

38Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif


Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, hlm, 30-32.

Page | 36
Buku Bimbingan Dan Konseling

layanan responsive, dan pengembangan sistim support. Pada jenjang ini,


bimbingan dan konseling menjalankan semua fungsinya.
Dasar penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah, bukan smata-
mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-
undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli,
agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya, menyangkut aspak fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral
spiritual.

D. Program Bimbingan Konseling Di Sekolah


Program Bimbingan Konseling Di Sekolah disusun berdasarkan kebutuhan
peserta didik (need assessment). Dengan substansi program layanan mencakup
empat bidang:
1. jenis layanan dan kegiatan pendukung
2. format kegiatan
3. sasaran pelayanan
4. volume / beban tugas konselor.
Program Bimbingan Konseling pada masing-masing satuan sekolah /
madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan
program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan Program
Bimbingan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan
ekstra kulikuler, serta mengefektifitaskan dan mengefisiensikan penggunaan
fasilitas sekolah/ madrasah. Dilihat dari jenisnya, Program Bimbingan Konseling
terdiri dari 5 (lima) jenis program, yaitu:
1. Program Tahunan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah /
madrasah.
2. Program Semesteran, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program
tahunan.
3. Program Bulanan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program
semesteran.
Page | 37
Buku Bimbingan Dan Konseling

4. Program Mingguan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang


meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran
program mingguan.
5. Program Harian, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian
merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan dan
atau satuan kegitan pendukung Bimbingan Konseling Di Sekolah.

E. Peranan Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengembangkan Karakter Siswa


Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki,
meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi,
kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia. Untuk membangun karakter
bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang terkecil. Khususnya di sekolah, ada
baiknya kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah dengan proses
kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat
mengadopsi semua nilai-nilai karakter bangsa yang akan dibangun.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Pesan dari UU Sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak
hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,
sehingga nantianya akan lahir generasi muda yang tumbuh dan berkembang
denagan kepribadian yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan pancasila.
Sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi
memiliki peran yang central dalam mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai
karakter. Semua masyarakat sepakat tentang pentingnya karakter dalam
kehidupan, tetapi jauh lebih penting bagaimana menyusun dan mengatur secara
sistematis sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dalam kehidupan.
Selama ini bimbingan karakter sudah ada di sekolah seperti bimbingan
konseling, tetapi itu bervariasi. Di sekolah guru BP tidak bisa meraih semua
karena dalam kenyataanya guru BP hanya membimbing siswa yang terkena
masalah dan siswa yang lain seolah terbebas dari masalah, Keberadaan guru BP
Page | 38
Buku Bimbingan Dan Konseling

sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya, konsep pendidikan
karakter di sekolah tidak pernah bisa optimal.
Menurut Dr. Anita Lie, Peraih gelar Doktor Bidang Kurikulum dan
Pengajaran dari Baylor University, Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa
pendidikan karakter sebaiknya tidak dikotomikan macam-macam. Dia katakana
konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. Anita
mengatakan, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah harus
memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di
sekolahnya. Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di
semua mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran
nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler dalam sekolah yang selama ini diselenggarakan
sekolah merupakan salah satu media yang baik untuk pembinaan karakter
peserta didik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar
jam mata pelajaran, kegiatan ini berfungsi untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik di sekolah. Melalui
kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan komponen-
komponen karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik sperti rasa tanggung
jawab sosial, serta potensi dan prestasi.39
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya
membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,

39 Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,

2004, hlm. 98-90.

Page | 39
Buku Bimbingan Dan Konseling

mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan


akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.40

Daftar Referensi
Depdiknas, (Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri
Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta, Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008.
Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998.
Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000.
Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,
2004.

40Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di


Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000, hlm, 45.

Page | 40
Buku Bimbingan Dan Konseling

BIDANG
BIMBINGAN DAN KONSELING

Page | 41
Buku Bimbingan Dan Konseling

BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang
Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di
sekolah, keluarga, maupun dalam kehidupan dimasyarakat. Biasanya tingkah laku
menyimpang ini dilakukan olah kalangan remaja. Karena pada tahap ini remaja
masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang
mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku
dalam pandangan masyarakat umum.
Banyak faktor atau sumber yang menyadi penyebab timbulnya perilaku
menyimpang, baik yang berasal dari dalam diri individu maupun berasal dari luar diri
individu yang bersangkutan. Maka di sini akan di bahas apa yang di maksud dengan
tingkah laku menyimpang, bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang tersebut dan
usaha yang dilakukan bimbingan dan konseling untuk menanggulanginya. 41

B. Pembahasan
Moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik
dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam masyarakat yang masih
terbelakang. Salah satu kenyataan di Indonesia sekarang ini adalah adanya gejala
kemerosotan moral bangsa secara tajam. Kemerosotan moral tersebut bukan hanya
pada orang tua akan tetapi sudah merambat pada generasi muda yang diharapkan
untuk meneruskan perjuangan bangsa.
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan (transisi)
mulai dari masa kanak-kanak menuju dewasa, oleh sebab itu masa ini sering terjadi
goncangan-goncangan sebagai akibat dari belum siapnya mereka menerima nilai-
nilai baru dalam rangka mencapai kedewasaan. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku
remaja sehari-hari baik dirumah, disekolah maupun dilingkungan masyarakat.
Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang paling menarik
perhatian, terutama dikalangan para orang tua dan pendidikan. 42
Banyak para orang tua yang mengeluh apabila melihat hasil didikannya
kurang menggembirakan. Banyak pula orang tua dan pendidik yang kebingungan,

41Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013). hlm. 48
42Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah, (Jakarta: Raja Grafindo. 2009). Hlm.
35-36

Page | 42
Buku Bimbingan Dan Konseling

tak tahu bagaimana menghadapi anak yang rewel, keras hati, nakal, dan sulit di atur.
Tidak selamanya para orang tua dan pendidik mengerti bagaimana menyelesaikan
permasalahan yang di hadapi remaja secara benar. Maka perlu adanya suatu
bimbingan dan konseling yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang
dialami oleh para remaja. Adapun jenis-jenis bidang bimbingan dan konseling
sebagai berikut;

1. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam
hal memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat
rahasia/pribadi sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan
sebagainya.
Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi
pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.
Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain dari
pada sebelumnya. Contoh: peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi sangat
gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya. Kemudian
seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang ditantang memikul
tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang bertentangan
dengan dirinya/keinginannya.
Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada orang
tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman sebaya
juga tidak tahu. Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam menghadapi
masalah yang timbul. Bimbingan pribadi diberikan malalui bimbingan individual
maupun kelompok.
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,
sosial, belajar, dan karier. Bimbingan pribadi dimaksud untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri , dan
bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan
pribadi pekerja yang produktif.
Tujuan
Page | 43
Buku Bimbingan Dan Konseling

Bimbingan dan konseling pribadi dimaksudkan untuk membantu peserta


didik/konseli agar mampu;
a. Memahami potensi diri dan memahami kelebihan dan kelenahannya, baik
kondisi fisik maupun psikis.
b. Mengembangkan potensi untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.
c. Menerima kelemahan kondisi diri dan mengatasinya secara baik.
d. Mencapai keselarasan perkembangan antara cipta rasa-karsa.
e. Mencapai kematangan/kedewasaan dalam kehidupannya sesuai nilai-nilai
luhur.
f. Mengakualisasikan dirinya sesuai dengan potensi.

2. Bimbingan Sosial
Bimbingan dan konseling sosisal merupakan suatu proses pemberian
bantuan dari konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya
dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial,
mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan
diri dan mampu memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya
sehingga mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya,
Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada
di sekolah. bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam
menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri,
menghadapi konflik dan pergaulan.
Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta
didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang
dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial,
memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta
berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan
sosial yang dialaminya.
Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial adalah bahwa bimbingan pribadi-
sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan
permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. bimbingan pribadi-sosial adalah
bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah
sosial-pribadi.

Page | 44
Buku Bimbingan Dan Konseling

Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah


hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan
kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada
individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan
pergaulan.
Tujuan
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik/konseli
agar mampu;
a. Berempati terhadap kondisiorang lain.
b. Memahami keragaman latar sosial budaya.
c. Menghormati menghargai orang lain.
d. Mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling
menguntungkan.

3. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada siswa
untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu
dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia
belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan
dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya.
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru
dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru
itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda
perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.
Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat
psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Tujuan Bimbingan dan konseling belajar bertujuan membantu peserta didik untuk;

Page | 45
Buku Bimbingan Dan Konseling

a. Menyadari potensi diri dalam aspek belajar dan memahami berbagai


hambatan belajar
b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif
c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepamjang hayat.
d. Memiliki keterampilan belajar
e. Memiliki kesiapan menghadapi ujian

4. Bimbingan Karier
Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu
individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan,
termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk
memasuki suatu pekerjaan. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan
respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu
memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaan.
Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang
sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu
memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-
kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu
upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya,
mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk
kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan
secara tepat dan bertanggungjawab.
Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi berbagai
kemampuan dan kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga sampai
pada kematangan karir secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karir
sebagai berikut:
a) Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,nilai,
kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian) yang darinya peserta didik dapat
mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya.

Page | 46
Buku Bimbingan Dan Konseling

b) Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yag


tersedia yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian
peserta didik memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan
keterampilan (skill) yang dituntut oleh peran-peran kerja tertentu.
c) Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri,
merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir
yang realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan
meminimalkan faktor dan dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan
dampak positif dari proses pemilihan karir.
d) Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan
berfungsi optimal dalam karir. Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk
membantu siswa dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam
pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup
yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai Bimbingan Karir,
terdapat beberapa persamaan.
Persamaan tersebut antara lain:
1) Bantuan layanan,
2) Individu,peserta didik, remaja,
3) Masalah karir, pekerjaan, penyesuaian diri, persiapan diri, pengenalan diri,
pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan,
bentuk kehidupan yang diambil oleh individu yang bersangkutan.43

Daftar Referensi
Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013).
Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media.
2015).

43Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media. 2015). Hlm. 172-
175

Page | 47
Buku Bimbingan Dan Konseling

KEGIATAN PENDUKUNG DAN PROGRAM


BIMBINGAN DAN KONSELING

Page | 48
Buku Bimbingan Dan Konseling

KEGIATAN PENDUKUNG DAN PROGRAM


BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan menunjang tercapainya
tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu,
kegiatan bimbingan dan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan
secara teratur, sistematik dan terarah atau terencana, agar benar-benar berdaya dan
berhasil guna bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam mengahadapi
persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu siswa
lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan
menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang
ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

B. Kegiatan Pendukung BK
1. Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi dapat bermakna upaya ungkapan melalui pengukuran
yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau
kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri
siswa.
Kondisi dalam diri klien (siswa) perlu diungkap melalui aplikasi instrumentasi
dalam rangkan pelayanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh pemahaman
yang tentang klien (siswa) secara lebih tepat. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi
instrumentasi dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Hasil aplikasi isntrumen
selanjutnya dianalisis dan perlakuan secara tepat kepada klien dalam bentuk
layanan bimbingan dan konseling.
Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah supaya diperolehnya data
tentang kondisi tertentu atas diri klien (siswa) data yang diperoleh melalui aplikasi
instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling berupa fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan
Page | 49
Buku Bimbingan Dan Konseling

untuk memahami kondisi klien (siswa) seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya,
kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang dialami, dan lain sebagainya.
Komponen-komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi instrumentasi
adalah instrumen itu sendiri (materi yang di ungkap dan bentuk instrumen),
responden, dan penggunaan.
Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu proses dimana
pelaksanaannya menempuh tahapan-tahapan tertentu. Adapun tahapan
kegiatannya adalah: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi,
tindak lanjutan pembuatan laporan.44

2. Himpunan Data
Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan, penggolongan-
penggolongan, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu. Penyelenggaraan
himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertuan yang lebih luas lebih lengkap
dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa
memperoleh pemahaman diri sendiri. Penyelenggaraan himpunan data juga bertujuan
untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap guna menunjang
penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling.
Penyelenggaraan himpunan atau pengumpulan data terkait dengan tiga
komponen pokok, yaitu jenis data itu sendiri, bentuk himpunan data, dan
penyelenggaraan himpunan data.
Pertama, jenis data. Data yang dihimpun dari siswa dapat mencakup :
a. Data psikologis: seperti kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat,cita-cita
hidup, dan sifat-sifat kepribadian.
b. Data sosial seperti: latar belakang keluarga siswa, status sosial siswa di sekolah
atau madrasah dan lingkungan sosial siswa.
Menurut Prayitno mengelompokkan jenis data, yaitu data pribadi, data
kelompok, data umum dan data khusus.
a. Data pribadi
yang termasuk ke dalam data pribadi adalah identitas, kondisi fisik dan
kesehatan, potensi diri, hasil karya, status kondisi keluarga, status dan kondisi
pekerjaan atau karier dan kondisi kehidupan sehari-hari dan permasalahannya.

44Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), hal. 216.

Page | 50
Buku Bimbingan Dan Konseling

b. Data kelompok
Data yang mengenai sekelompok individu dalam jumlah yang terbatas.

c. Data umum
Tidak mengenai diri seseorang dan tidak pula berkenaan dengan kelompok
individu tertentu. Data umum berasal dari luar diri pribadi atau kelompok.
d. Data khusus
Yang berisi laporan tentang suatu kegiatan, khususnya laporan yang
menyangkut kegiatan individu ataupun kelompok yang menjadi tanggung jawab
konselor (pembimbing).

3. Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing
atau konselor guna membahas suatu permaslahan dan arah pemecahannya.
Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor,
dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan upaya
pemecahannya. Pihak-pihak yang terkait diharapkan memiliki komitmen yang tinggi
untuk teratasinya kasus secara baik dan kasus. Sesuai dengan sifatnya yang kasus,
pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan formal, dalam arti berdasarkan surat
keputusan tertentu.45
Secara umum koferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara
lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan
kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah. Secara khusus tujuan
koferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan
konseling.

4. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam
kaitannya dengn permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab
pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan
rumah dilakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan
konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Selain itu,

45 Tohirin, Ibid., hal. 236.

Page | 51
Buku Bimbingan Dan Konseling

kunjungan rumah juga perlu dilakukan untuk melakukan cek silang berkenaan
dengan data yang diperoleh melalui angket dan wawancara. Kunjungan rumah
bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa.

5. Alih Tangan Kasus


Bagaimana konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang selain
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Tidak semua masalah siswa berada
dalam pengetahuan pembimbing atau konselor untuk memecahkannya. Demikian
juga tidak semua kasus atau masalah siswa berada dalam kewenangan konselor
atau pembimbing untuk pemecahaannya baik secara keilmuan maupun profesi.
Untuk kasus-kasus tertentu yang penangannya merupakan kewenangan
psikolog, psikiater, konselor atau pembimbing tidak memaksakan diri untuk
memecahkannya. Konselor atau pembimbing harus menyerahkan atau mengalihkan
tanggung jawab pemecahnnay (merujuknya) kepada psikolog atau psikiater.

Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah

Saat ini keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah termasuk


madrasah sudah tampak lebih baikapabila dibanding dengan era sebelumnya.
Pengakuan ke arah pelayanan bimbingan dan konseling atau konseling sebagai
suatu profesi sudah semakin mengkristal terutama dari pemerintah dan kalangan
profesi lainnya. Meskipun demikian, masih adanya persepdi negatif tentang
bimbingan dan konseling terutama tentang keberadaannya di sekolah dan madrasah
dari para guru mata pelajaran, sebagian pengawas, kepala sekolah dan madrasah,
para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru BK sendiri. Selain persepsi negatif
tentang BK, juga sering muncul tudingan mirig terhadap guru bimbingan dan
konseling di sekolah dan madrasah seperti guru tidak ada aktivitas atau guru tidak
ada kegiatan, guru pasif,dan tudingan-tudingan miring lainnya.46
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan
dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses
pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan
disekolah termasuk madrasah. Hal ini berarti proses pendidikan dan pembelajaran

46 Tohirin, Ibid., hal 257.

Page | 52
Buku Bimbingan Dan Konseling

disekolah dan madrasah tidak akan memperoleh hasil yang optimal tanpa didukung
oleh penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah hanya
mungkin dapat dilaksanakan secara baik apabila diprogramkan secara baik pula.

1. Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan


Madrasah
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah terlaksana
melalui sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan
melalui suatu program bimbingan. Secara umum program bimbingan merupakan
suatu rancangan atau rencana kegaiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu. Rancangan atau rencana kegiatan tersebut disusun secara
sistematis, teroganisasi dan terkoordinasi dalam jangka waktu tertentu.
Dalam menyusun rencana program bimbingan dan konseling di sekolah dan
madrasah, harus melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti kepala sekolah,
guru BK, para guru,tenaga administrasi,orang tua siswa,komite sekolah,dan tokoh
masyarakat.
Berkenaan dengan perencanaan program BK di sekolah dan madrasah, perlu
dilakukan dan dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Studi Kelayakan.
2. Penyusunan Program Bimbingan.
3. Penyediaan Saran Fisik dan Teknis.
4. Penentuan Sarana Personil dan Pembagian Tugas.
5. Kegiatan-kegiatan Penunjang.47

2. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan


Madrasah
Penyusunan program BK di sekolah dan madrasah harus merujuk kepada
program sekolah dan madrasah secara umum. Artinya, program BK di sekolah dan
madrasah disusun tidak noleh bertentangan dengan program sekolah dan madrasah
yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan program BK di sekolah dan madrasah
harus sesuai dan berorientasi dengan kebutuhan sekolah dan madrasah secara

47 Tohirin, Ibid., hal. 263.

Page | 53
Buku Bimbingan Dan Konseling

umum. Hal itu mengingat program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dan madrasah merupakan salah satu program sekolah dan madraah itu sendiri.
Di dalam kurikulum (kurikulum berbasis kompetensi) yang disempurnakan
menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tugas-tugas
perkembangansiswa perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program BK di
tingkat satuan pendidikan. Apabila program BK yang akan disusun adalah untuk
tingkat satuan sekolah dasar (SD) atau madrasah Ibtidaiyah (MI) maka harus
memperhatikan karakteristik dan tugas-tugas perkembangan murid sd atau mi.
Begitu juga apabila program BK yang akan disusun adalah untuk tingkat satuan
pendidikan sekolah menegah pertama atau madrasah tsanawiyah, harus
memperhatikan karakteristik dan tugas-tugas perkembangan siswa smp dan mts
maupun untuk yang SMA atau MA.
Penyusunan program BK umumnya mengikuti empat langkah pokok, yaitu
identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan, dan
penilaian kegiatan. Keempat langkah diatas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan.
Pertama, identifikasi kebutuhan. Program yang baik adalah program yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, suatu program BK hendaknya
didasarkan atau analisis kebutuhan. Dengan keluasan wawasannya, guru
pembimbing diharapkan mampu mengakses, memadukan, dan menganalisis
berbagai informasi dan konsep yang relevan guna menghasilkan suatu keputusan
tentang kebutuhan siswa akan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan
madrasah.
Kedua, penyusunan rencana kegiatan. Rencana kegiatan bimbingan disusun
atas dasar jenis-jenis dan prioritas kebutuhan, baik kebutuhan masung-masing
indvidu maupun kebutuhan sekolah dan madrasah secara umum. Ketiga,
pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program
bimbingan yang telah disusun. Dengan perkataan lain adalah melaksanakan
program dalam bentuk bentuk kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Keempat, penilaian kegiatan. Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan
bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan (Semua program yang telah

Page | 54
Buku Bimbingan Dan Konseling

dilaksanakan). Penilaian direncanakan dan dilakukan pada setiap tahap kegiatan


dalam keseluruhan program.48

Metode Bimbingan Konseling


Metode bimbingan dan konseling disini adalah cara-cara tertentu yang
digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Implementasi dari cara-cara
tertentu biasanya tekait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh
pengguna metode. Dalam kaitan ini, secara umum ada dua metode dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu pertama, metode bbimbingan kelompok,
dan kedua, metode bimbingan individual. Metode bimbingan kelompok dikenal juga
dengan bimbingan kelompok (group guidance), sedangkan metode bimbingan
individual dikenal dengan individual konseling.

a. Metode Bimbingan Kelompok (group Guidance)


Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan masalah
melalui kelompok. Masalah yang dipecahkan bisa bersifat kelompok, yaitu bisa
dirasakan bersama kelompok (beberapa orang siswa) atau bersifat individual atau
perorangan, yaiu masalah yang dirasakan oleh individu (seorang siswa) sebagai
anggota kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang bisa
diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah:
1. Program home room
2. Karyawisata
3 Diskusi kelompok
3. Kegiatan kelompok
4. Organisasi siswa
5. Sosio drama
6. Psikodrama
7. Pengajaran remedial.

b. Metode bimbingan individual (konseling individual)


Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh
simpati dan empati. Simpati dituntujukkan oleh konselor melulaui sikap turut

48 Tohirin, Ibid., hal. 269.

Page | 55
Buku Bimbingan Dan Konseling

merasakan apa yang sedang dirasakan oleh siswa (klien), sedangkan empati adalah
unsaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah-
masalah yang dihadaapinya. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor
juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling. Apabila merujuk
kepada teori-teori konseling, setidaknya ada tiga cara konseling yang biasa
dilakukan yaitu:
1. Konseling Direktif
2. Konseling Nondirektif
3. Konseling Elektif

Langkah-langkah Konseling
a. Menentukan masalah
Mentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh
klien (siswa).
b. Pengumpulan Data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling,
selanjutnya adalah menumpulan data siswa yang bersangkutan (data putra). Data
siswa yang dikumpulkan harus secara komperensif (menyeluruh) yang meliputi: data
diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.
c. Analisis Data
Data-data siswa yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes
dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara kualitatif
d. Diagnosis
Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengidentifikasi
masalahnya. Langkah ini mencangkup proses interprestasi data dalam kaitannya
dengan gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa.49
e. Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa
selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang
akan diambil. Jenis bantuan apa bisa diberikan sesuai dengan masalah yang
dihadapi oleh siswa (Putra)

49Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan Di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 31.

Page | 56
Buku Bimbingan Dan Konseling

f. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan
selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan.
g. Evaluasi
Evaluasi yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau kembali hasil bantuan
yang telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan melihat hasil belajar
siswa yang bersangkutan, observasi tingkah laku sehari-hari dan sebagainya.50

Daftar Referensi
Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan
Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta).
Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Padang: Angkasa
Raya Padang, 1987).
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008).

50Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Padang: Angkasa Raya Padang,
1987), hal. 87.

Page | 57
Buku Bimbingan Dan Konseling

KETERAMPILAN
TEKNIK KONSELING

Page | 58
Buku Bimbingan Dan Konseling

KETERAMPILAN TEKNIK KONSELING

A. Latar Belakang
Konseling merupakan suatu proses bantuan secara professional antara
konselor dan klien yang bertujuan membantu individu dalam memecahkan
masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkunganya sesuai
potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya. Agar konseling berjalan
dengan baik dan sesuai tujuan, maka konselor harus dapat memahami dan
menguasai keterampilan dasar konseling.
Keterampilan dasar konseling merupakan sebuah keterampilan dasar
yang harus di miliki oleh seorang konselor dalam melakukan proses konseling.
Dalam proses konseling terdapat komunikasi antara konselor dan klien. Agar
proses konseling berjalan secara aktif dan efisien maka konselor harus mampu
merespon klien dengan keterampilan yang benar, sesuai dengan keadaan klien
saat itu. Respon yang benar adalah respon yang mampu mendorong,
merangsang, dan menyentuh klien sehingga klien dapat terbuka untuk
menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamanya. Apabila
konselor tidak dapat memberikan respon yang tepat, maka proses konseling
dapat terhambat. Terdapat berbagai macam teknik yang di gunakan untuk
merespon pertanyaan dari klien.

B. Pengertian Konseling
Konseling merupakan pekerjaan professional seperti halnya guru.
Sebagai suatu perkejaan professional menurut dimilikinya sejumlah kompetensi
dan keterampilan tertentu. Selain itu, konseling juga merupakan suatu proses
dalam setiap tahapan proses konseling memerlukan penerapan keterampilan-
keterampilan tertentu.
Menurut brammer proses konseling adalah peristiwa yang tengah
berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut.51
Berdasarkan pengertian proses konseling dari brammer, sebenarnya
proses itu sendiri memiliki banyak definisi, yaitu: proses memiliki pemahaman

51 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2013. Hlm.50

Page | 59
Buku Bimbingan Dan Konseling

yang luas bahwa setiap aktifitas yang melibatkan perubahan dapat di


deskripsikan sebagai sebuah proses.
Sedangkan konseling adalah pemberian bantuan yang di lakukan melalui
wawancara oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang sedang
mengalami suatu masalah atau hambatan dalam perkembanganya dengan
tujuan agar individu tersebut dapat mencapai kehidupan yang lebih baik. Dari
pengertian kata proses dan konseling tersebut maka dapat di simpulkan bahwa
proses konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat atau berupa anjuran
dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan wawancara antara konselor dank
lien dengan beberapa tahapan sesuai dengan metode-metode konseling agar
meningkatkan pemahaman yang lebih baik dan jalan keluar mengenai masalah
klien tersebut.52
Agar proses konseling dapat berjalan secara lancer dan tujuanya tercapai
secara efektif dan efisien. Konselor harus mampu mengimplementasikan
keterampilan-keterampilan tertentu yang releven. Konselor yang terampil adalah
yang mengetahui atau memahami sejumlah keterampilan tertentu dan mampu
mengimplementasikanya dalam proses konseling. Secara umum proses
konseling terbagi atas tiga tahap yaitu: pertama, tahap awal (tahap identivikasi
masalah), kedua, tahap pertengahan (tahap kerja dengan masalah tertentu),
ketiga, tahap akhir (action).

C. Tahap Awal Konseling


Tahap awal konseling di sebut dengan tahap identifikasi masalah. Dalam
tahap ini ada sejumlah masalah keterampilan yang bisa di terapkan oleh
konselor yaitu:

1. Keterampilan attending (attending skills)


Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri klien
yang di wujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien, bahasa tubuh,
dan bahasa lisan. Keterampilan Attending juga mencerminkan bagaimana
konselor menghampiri klien yang di wududkan dalam perilaku di atas.

52 Joh Mc Leod, Pengantar Konseling Teori Dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana, 2006. Hlm.363-365

Page | 60
Buku Bimbingan Dan Konseling

Attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien,


menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah ekspesi perasaan
klien secara bebas.
Ciri-ciri attending yang baik adalah sebagai berikut:
a. Menganggukan kepala apabila menyetujui pertanyataan klien.
b. Ekspesi wajah tenang, ceria, dan senyum.
c. Posisi tubuh agak condong kea rah klien, jarak antara konselor dengan
klien dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
d. Variasi isyarat gerakan tangan berubah-ubah untuk menekankan suatu
pembicaraan.
e. Mendengarkan secara aktif, penuh perhatian, menunggu ucapan klien
hingga selesai, diam atau menunggu kesempatan bereaksi, dan
perhatian terarah pada lawan bicara.
Ciri perilaku attending yang tidak baik adalah sebagai berikut:
a) Kepala kaku.
b) Ekspesi muka melamun, tegang, mengalihkan pandangan, tidak melihat
klien saat klien berbicara, dan mata melotot.
c) Posisi tubuh tegak kaku, bersandar di kursi, miring, jarak duduk dengan
klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
d) Memutuskan pembicaraan.
e) Berbicara terus tanpa ada teknik diam.
f) Perhatian terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

2. Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau
konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama proses
konseling berlangsung. Pembimbing atau konselor tidak akan dapat
menangkap pesan pembicaraan. Selama sesi konseling berlangsung,
pembimbing harus mendengarkan secara sungguh-sungguh apa yang di
tuturkan oleh klien.

3. Keterampilan Berempati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang di
rasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau
Page | 61
Buku Bimbingan Dan Konseling

tentang klien. Empati di awali dengan simpati, yaitu kemampuan konselor


memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman kita. 53
Empati ada dua macam yaitu: pertama, empati primer, yaitu
kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan
pengalaman klien. Kedua, empati tingkat tinggi, yaitu kemampuan konselor
memahami perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien secara
lebih mendalam dan menyentuh klien Karena konselor ikut dengan perasaan
tersebut. Empati sangat penting dalam proses konseling. Tanpa empati,
proses konseling tidak akan berjalan efektif. Melalui keterampilan ini, dalam
proses konseling di harapkan klien akan terlibat pembicaraan dan terbuka.

4. Keterampilan refleksi
Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku. Refleksi ada
tiga macam yaitu:
a. Refleksi perasaan
Refleksi perasaan adalah keterampilan konselor untuk dapat
memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan
nonverbal terhadap klien.
b. Refleksi pikiran
Refleksi pikiran yaitu keterampilan pembimbing atau konselor untuk
memantulkan ide, pikiran, pendapat klien sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku terhadap klien.
c. Refleksi pengalaman
Refleksi pengalaman yaitu keterampilan pembimbing mereflesikan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku klien.

5. Keterampilan Eksplorasi
Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian.
Keterampilan eksplorasi adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali
perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.

53
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integral), Jakarta: PT
Grafindo Persada, 2OO8. Hlm.305-307

Page | 62
Buku Bimbingan Dan Konseling

Eksplorasi ada tiga macam yaitu:


a) Eksplorasi perasaan
b) Eksplorasi pikiran
c) Eksplorasi pengalaman.

6. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu kemampuan pembimbing
mengajukan pertanyaan pada sesi konseling. Tanpa keterampilan ini
pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan konselor mungkin tidak di pahami
klien sehingga ia tidak bisa menjawab.
Keterampilan bertanya ada dua macam yaitu:
1. Keterampilan bertanya terbuka
2. Keterampilan bertanya tertutup

7. Keterampilan Menangkap Pesan Utama


Dalam sesi konseling sering klien mengemukakan perasaan, pikiran,
dan pengalamanya berbelit-belit. Oleh Karena itu, di perlukan kemampuan
konselor menangkap pesan utama (ide utama) dari penuturan klien.
Keterampilan ini bertujuan untuk mengatakan kembali esensi atau inti
ungkapan klien. Selain itu juga bertujuan untuk:
a. Mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan
berusaha memahami apa yang di katakana klien.
b. Mengendapkan apa yang di ungkapkan klien dalam bentuk ringkasan.
c. Memberi arah wawancara konseling.

8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal


Keterampilan memberikan dorongan minimal adalah kemampuan
konselor memberikan dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang
telah di katakana oleh klien. Melalui keterampilan ini, klien akan selalu
terlibat dalam pembicaraan dan terbuka. Tujuan keterampilan ini adalah
menjadikan klien terbuka dan bersedia untuk berbicara serta mengarahkan
agar pembicaraan mencapai tujuan.54

54 Ibid, hlm. 309

Page | 63
Buku Bimbingan Dan Konseling

D. Tahap Pertengahan
1. Keterampilan Menyimpulkan Semesta
Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu kemampuan
konselor bersama klien untuk menyampaikan kemajuan hasil pembicaraan,
mempertajam atau memperjelas fokus wawancara konseling.
Tujuan keterampilan ini adalah untuk melihat kemajuan wawancara
konseling pada setiap tahapanya.

2. Keterampilan Memimpin
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang,
konselor harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling
dapat tercapai secara efektif dan efisien.

3. Keterampilan Memfokuskan
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui
perhatianya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.
keterampilan ini akan membantu klien memusatkan perhatianya pada pokok
pembicaraan.

4. Keterampilan Melakukan konfrontasi.


Konfrontasi merupakan suatu kemempuan konselor menantang klien
untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi atau
ketidakkonsistenan antara perkataan dengan bahasa badan atau perbuatan,
ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan
sebagainya.55
Penerapan keterampilan ini harus hati-hati di lakukan oleh konselor,
yaitu dengan cara sebagai berikut:
a. Memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten secara
tepat waktu.
b. Tidak menilai apalagi menyalahkan.
c. Di lakukan konselor bersamaan dengan perilaku attending dan empati.

55 Ibid. Hlm. 310-311

Page | 64
Buku Bimbingan Dan Konseling

5. Keterampilan Menjernihkan
Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor
menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien yang samar-samar,
kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuan keterampilan ini adalah
mengajak klien untuk menyatakan pesanya secara jelas, dan agarb klien
menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaanya.

6. Keterampilan Memudahkan
Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar
klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,
pikiran, dan pengalamanya.

7. Keterampilan Mengarahkan
Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan
klien untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling. Melalui
keterampilan ini, konselor mengajak klien agar berbuat sesuatu atau
mengarahkanya agar berbuat sesuatu.

8. Keterampilan Sailing
Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi teknik
konseling. Keadaan diam akan membantu konselor untuk mendorong klien
untuk berbicara, membantu klien untuk lebih memahami dirinya, setelah
diam.

9. Keterampilan Memberi Nasihat


Nasihat bisa di berikan kepada klien apabila ia meminta, meskipun
demikian pemberian nasehat tetap perlu harus di pertimbangkan.

10. Keterampilan Memberi Informasi


Informasi di berikan oleh konselor, apabila konselor tidak mengetahui
informasi apa yang di kehendaki klien, konselor jujur harus mengatakan
bahwa dirinya tidak mengetahui informasi tersebut. Apabila konselor
mengetahui, sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakanya mencari
sendiri sumber informasi tersebut.
Page | 65
Buku Bimbingan Dan Konseling

E. Tahap Akhir (Action)


1. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan adalah merupakan kemampuan konselor
mengambil inti pokok pembicaraan selama proses konseling berlangsung.
Kesimpulan pembicaraan selama proses konseling berlangsung. Dari
kesimpulan pembicaraan akan di ketahui bagaimana keadaan perasaan
klien saat ini, apa rencana klien selanjutnya, pokok-pokok pembicaraan apa
yang akan di bicarakan pada sesi selanjutnya.

2. Keterampilan Merencanakan
Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat
membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk
action, yaitu rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien.

3. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)


Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan konselor
menetapkan batas-batas atau ukuran keberhasilan proses konseling yang
telah di laksanakan.

4. Keterampilan Mengakhiri Konseling


Keterampilan mengakhiri konseling adalah suatu kemampuan
konselor menutup sesi konseling. Berbagai cara bisa di lakukan oleh
konselor untuk menutup sesi konseling. Penutupan sesi konseling tidak
harus di lakukan secara seragam oleh semua konselor.

Daftar Referensi
Sofyan S. Wills, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2013
Joh Mc Leod, Pengantar Konseling Teori Dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana, 2006
Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integral),
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008

Page | 66
Buku Bimbingan Dan Konseling

PETUGAS
BIMBINGAN DAN KONSELING

Page | 67
Buku Bimbingan Dan Konseling

PETUGAS BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan mata kulyah yang diberikan pada
perguruan tinggi Negeri Maupun Perguruan Swasta. Disini tujuan mempelajari
Manajemen pendidikan ialah agar mahasiswa mampu memahami “Materi 3
BK: Petugas Bk beserta syaratnya, Bidang-bidang pelayanan BK, Jenis-jenis
pelayanan BK” tersebut mendalam di jiwa Mahasiswa semua. Dan juga
mampu memecahkan masalah-masalah yang terdiri dalamnya.

B. Petugas BK beserta Syaratnya


Secara umum dikenal dua type petugas bimbingan dan konseling di
sekolah dan madrasah, yaitu type professional dan nonprofessional.
Petugas bimbingan dan konseling professional adalah mereka yang direkrut
atau diangkat atas dasar kepemilikan ijazah atau latar belakang pendidikan
profesi dan melaksanakan tugas khusus sebagai guru BK (tidak mengajar).
Petugas bimbingan dan konseling professional rekrut atau diangkat sesuai
klasifikasi keilmuannya dan latar belakang pendidikan seperti Diploma II, III
atau Sarjana Strata Satu (S1), S2, dan S3 jurusan bimbingan dan konseling.
Petugas bimbingan professional mencurahkan sepenuh waktunya pada
pelayanan bimbingan dan konseling (tidak mengajarkan materi pelajaran)
atau disebut juga full time guidance and conseling56.
Petugas BK atau guru BK non-profesional adalah mereka yang dipilih
dan diangkat tidak berdasarkan keilmuan atau latar belakang pendidikan
profesi. Yang termasuk ke dalam petugas BK non-profesional di sekolah dan
madrasah adalah:
1. Guru wali kelas yang selain memegang kelas tertentu diserahi tugas dan
tanggung jawab sebagai petugas atau guru BK. Petugas BK yang seperti ini
memiliki tugas rangkap. Alas an penetapan wali kelas sebagai petugas BK
selain sebagai wali kelas adalah karena wali kelas dekat dengan siswanya
sehingga wali kelas dapat dengan segera mengetahui berbagai persoalan
siswanya.

56Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hlm.115

Page | 68
Buku Bimbingan Dan Konseling

2. Guru pembimbing yaitu seorang guru yang selain mengajar pada mata
pelajaran tertentu, terlibat juga dalam pelayanan bimbingan dan konseling
(part time teacher and part time counselor). Guru BK model ini termasuk
memiliki tugas rangkap. Guru mata pelajaran yang bias diserahi tugas dan
tanggung jawab sebagai guru BK misalnya guru agama, guru PPKN, dan
guru-guru lain terutama guru yang tidak memiliki jam pelajaran.
3. Guru mata pelajaran tertentu yang diserahi tugas khusus menjadi petugas
(guru BK). Petugas BK model ini tidak merangkap tugas. Tugas dan
tanggung jawab pokoknya adalah memberikan pelajaran pelayanan
bimbingan dan konseling kepada siswa.
4. Kepala sekolah (madrasah) yang bertanggung jawab atas sekurang-
jurangnya 40 orang siswa. Pertimbangan penetapan tenaga bimbingan
model ini di sekolah dan madrasah adalah kepala sekolah (madrasah)
berasal dari jabatan fungsional (guru) sedangkan jabatan kepala sekolah
(madrasah) adalah structural. Agar fungsinya sebagai pejabat fungsional
tidak tanggal, maka kepala sekolah (madrasah) biasanya disserahi tugas dan
tanggung jawab membimbing 40 orang siswa.
1. Syarat-syarat Pembimbing (Konselor) Sekolah dan Madrasah
Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995) menyatakan bahwa petugas
bimbingan dan konseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas dasar
kualifikasi: 1) Kepribadian, 2) Pendidikan, 3) Pengalaman, 4) Kemampuan57.

B. Bidang-bidang pelayanan BK
bidang layanan bimbingan konseling adalah layanan yang memberikan
masukan bantuan atau dorongan konsultasi dari konselor (ahli bidang
konseling) kepada individu atau kelompok individu yang mengalami suatu
masalah. Seorang konselor bisa disebut sebagai mediasi baru orang ketiga
untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga individu atau kelompok tersebut
bisa mengoreksi diri untuk perkembangan kesejahteraan yang baik.
Bidang layanan dalam BK: tujuan umum penyelenggaraan bantan pelayanan
bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan
peibadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya. Bimbingan

57 Ibid, hlm.116-117

Page | 69
Buku Bimbingan Dan Konseling

juga membantu untuk mengenali lingkungannya. Pengelanalan itu meliputi


rumah, sekolah ataupun alam.
1. Bidang layanan pribadi-sosial
Dalam bidang bimbingan pribadi konselor membantu siswa
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, mantap dan mandiri serta sehat jasmani maupun rohani
dalam menemukan serta mengembangkan minat, potensi, bakat, dan lain-
lain yang berasal dari dirinya. Dalam bidang bimbingan sosial, konselor
membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang
dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan
kenegaraan.
Jadi, bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan-pergumulan dalam
hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri dalam bidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan
sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan
dengan sesama di berbagai lingkungan.
Dengan adanya bimbingan ini diharapkan siswa tidak salah
menentukan program studi yang di ambil dan studi yang akan dipelajari nanti.
2. Bidang bimbingan belajar
Dalam bidang bimbingan belajar konselor membantu siswa
mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik, untuk
menguasai pengertahuan dan keterampilan serta, menyiapkannya
melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bimbingan belajar
iyalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepaty dalam
memilih studi yang sesuai. Cara belajar yang salah mengakibatkan materi
program suatu studi kurang dikuasai dengan baik, sehingga akan
menimbulkan kesulitan.
3. Bidang bimbingan karier
Bimbingan karier iyalah bimbingan unrtuk membantu individu dalam
perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karier,
seperti pemahaman jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan
kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan

Page | 70
Buku Bimbingan Dan Konseling

pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan penyelesaian masalah-


masalah karier yang dihadapi58.
Bimbingan karier ini juga merupakan layanan tingkat lanjut dari
program pendidikan, layanan ini menekankan pengembagan disetiap aspek
yaitu efektif, kognitif, dan psikomotorik sehingga siswa atau peserta didik
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sosial budaya
yang slalu berubah. Dalam kata lain bimbingan karier membantu individu
sepanjang hidup.
4. Bidang bimbingan agama
Adalah layanan bimbingan yang membantu untuk meluruskan sesuai
dengan kaidah-kaidah sesuai dengan kepercayaan untuk pedoman
hidupnya, agar tidak terjerumus oleh perbuatan-perbuatan yang tercela.
5. Bidang bimbingan keluarga
Proses upaya bantuan yang diberikan pada individu sebagai anggota
keluarga, baik dalam sebagai anggota keluarga, baik dalam
mengaktualisasikan potensinya, maupun dalam aktualisasi potensinya, serta
mengatasi masalah yang mengantisipasi serta mengatasi masalah yang
dihadapinya, yang dilakukan melalui pendekatan sistem.
Bimbingan keluarga juga diharapkan membantu individu yang akan
berkeluarga dalam memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai
anggota keluarga. Juga diharapkan dengan bimbingan ini semua anggota
keluarga berbagi strategi dan teknik berkeluarga yang sukses, harmonis dan
bahagia59.

C. Jenis-jenis pelayanan BK
Berikut ini, beberapa jenis pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah 60 :
a) Layanan orientasi, Menurut Prayitno orientasi berarti bertatapan ke depan
ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan
orientasi bias bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah
maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah
dan tentang sesuatu yang baru.

58 Ahmad Juntika, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama), hlm. 16


59 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 60-72
60 Tohirin, Op Cit, hlm. 141

Page | 71
Buku Bimbingan Dan Konseling

b) Layanan informasi, Menurut Winkel layanan informasi merupakan suatu


layanan yangn berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi
yang mereka perlukan. Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha
untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang
lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.
c) Layanan penempatan dan penyaluran, Layanan penempatan adalah
usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama
masih di sekolah dan madrasah san sesudah tamat, memilih program
studi lanjutkan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.
d) Layanan penguasaan konten, Menurut Prayitno layanan penguasaan
konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik
sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau
komponen tertentu melalui kegiatan belajar.
e) Layanan konseling perorangan, Layanan konseling perorangan bermakna
layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing
(konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah
pribadi klien. Konseling perorangan berlangsung dalam suasana
komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor dengan
klien (siswa) yang membahas berbagai masalah yang dialami klien.
f) Layanan bimbingan kelompok, Layanan bimbingan kelompok merupakan
suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa)
melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas,
dan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan
dinamika kelompok harus diwujudkan untuk memnahas berbagai hal yang
berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa)
yang menjadi peserta layanan.
g) Layanan konseling kelompok, Layanan konseling kelompok mengikuti
sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai
pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan
dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan pribadi salam pemecahan masalah individu (siswa) yang
menjadi peserta layanan.
h) Layanan konsultasi, Layanan konsultasi merupakan layanan konseling
yang dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang pelanggan yang
Page | 72
Buku Bimbingan Dan Konseling

memungkinkannya memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara


yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalahan
pihak ketiga. Prayitno menyatakan bahwa konsultasi pada dasarnya
dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara konselor
dengan konsulti. Konsulti juga dapat dilaksanakan terhadap dua orang
konsulti atau lebih, terutama apabila konsulti-konsulti itu menghendakinya.
i) Layanan mediasi. Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang
berasal dari kata “medium” yang berarti perantara. Dalam literature islam
ialah “mediasi” sama dengan “wasilah” yang juga berarti perantara.
Berdasarkan arti di atas, mediasi biasa dimaknai sebagai suatu kegiatan
yang mengantarai atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang
semula terpisah.

Daftar Referensi
Ahmad Juntika, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama).
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007).

Page | 73
Buku Bimbingan Dan Konseling

TEORI BIMBINGAN KONSELING

Page | 74
Buku Bimbingan Dan Konseling

TEORI BIMBINGAN KONSELING

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Konseling sebagai ilmu terapan Ilmu atau ilmu pengetahuan merupakan
sejumlah atau sekumpulan pengetahuan yang disusun secara logis dan
sistematik, dan dapat diandalkan dalam menjelaskan, meramalkan, dan
mengontrol gejala-gejala alam atau tingkah laku guna memperbaiki kualitas
hidup manusia dan masyarakat. Sedangkan pengetahuan adalah suatu yang
diketahui berdasarkan pengindraan dan pengolahan daya pikir. Pengetahuan
secara umum juga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengetahuan
sederhana berupa pengetahuan faktual yang didapat dari pengalaman hidup
sehari-hari atau berdasar akal sehat, serta pengetahuan teoritis berupa teori,
hokum, prinsip, dan konsep yang telah diuji ketepatannya dengan fakta melalui
kegiatan penelitian. Ilmu yang dianggap maju memuat susunan teori-teori
tersebut. Sehingga pada akhirnya ilmu tersebut dapat digunakan dalam
kegiatan professional.
Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksanaan konseling
bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Teori diartikan
sebagai prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat dijadikan sebagai
kerangka untuk melaksanakan penelitian dan pada umumnya diartikan sebagai
suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk
menjelaskan suatu fenomena. Teori yang baik mempunyai kriteria sebagai
berikut: jelas, komprehensif, parsiminous atau dapat menjelaskan data secara
sederhana dan jelas, dan dapat menurunkan penelitian yang bermanfaat.
Adapun fungsi teori antara lain: memberikan kerangka kerja bagi
informasi yang spesifik, menjadikan hal-hal yang bersifat kompleks menjadi
sederhana, menyusun pengalaman-pengalaman sebelumnya,
mensistematikkan penemuan-penemuan, melahirkan hipotesis-hipotesis,
membuat prediksi, dan memberi penjelasan. Lahirnya suatu teori mempunyai
kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Suatu teori mencerminkan
kepribadian pembuatnya, sebagai suatu hasil proses waku, kondisi kekuatan
sosial dan budaya dan filsafat yang dianut pembuatnya. Teori-teori konseling
muncul bersamaan dengan munculnya konseling itu sendiri sejak permulaan
abad 20. Sebagaimana dikatakan di atas, pemunculan suatu teori berkaitan

75
Buku Bimbingan Dan Konseling

dengan pribadi pembuatnya, waktu dan tempat, kondisi sosial budaya dan
filsafat. Demikian pula pemunculan teori-teori konseling mempunyai
karakteristik seperti tersebut di atas.
Para calon konselor yang sedang menjalani pelatihan, dan pastinya
konselor aktif, mestinya mengenali teori-teori konseling yang sudah dikenal .
persisnya mengenai premis-premis, karakteristik, perbedaan-kemiripan, dan
implikasinya bagi praktek. Namun, harus dicamkan kalau teori-teori yang sudah
dikenal luas dibidang konseling ini menyediakan hanya sebuah dasar, sehingga
konselor yang berpraktik harus sanggung memodifikasi nya agar cocok dengan
situasi unik yang di dalam dirinya berfungsi, dan juga yang cocok dengan
kepribadian setiap konselor yang unik.

B. Teori Konseling
Teori dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga
dapat dijadikan sebagai kerangka untuk pelaksanaan penelitian; sejumlah
proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (mengikuti aturan tertentu) dan
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang
diamati; dan pada umumnya diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip
umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena61
Pendekatan Konseling (counceling Aproach) disebut juga teori konseling,
merupakan dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan
penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori-teori
konseling, akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling. Akan
tetapi untuk kondisi Indonesia memilih satu pendekatan /teori secara fanatic
dan kaku adalah kurang bijaksana. Hal ini disebabkan satu teori konseling
biasanya dilator belakangi oleh paham filsafat tertentu yang mungkin saja tidak
sesuai dengan filsafat di Indonesia.
Untuk mengatasi haltersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam
konseling bukanlah pendekatan atau teori tunggal (single theory). Akan tetapi
memilih bagian-bagian dari bebrapa pendekatan yang relevan, kemudian
secara sintesis-analitik diterapkan kepada kasus yang dihadapi. Pendekatan
seperti itu dinamakan Creative-Synthesis-Analytic (CSA). Allen E.Ivey (1980)

61M. Bahri Mustofa. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: C.V. Media Nusantara,
hal: 57.
76
Buku Bimbingan Dan Konseling

menyebut pendekatan ini dengan nama Electic Approach yaitu memilih secara
selektif bagian-bagian teori yang berbeda sesuai kebutuhan konselor62

1. Teori Psikoanalisis
Terapi Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih
bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama dan pendiri
psikoanalisa ialah Sigmund Freud, sebagai orang pertama yang
mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadiaan. Konsep-konsep
psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan
konseling63 Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia
sebagian besar terdiri dari alam ketidak sadaran. Sedangkan alam
kesadarannya dapat di umpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah
laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkannya alam ketidak
sadaran manusia.
Pendekatan psikoanalisis menganggap bahwa tingkah laku abnormal di
sebabkan oleh faktor-faktor intropsikis (konflik tidak sadar, represi, mekanisme
defensif) yang menggangu penyesuaian diri. menurut Freud, esensi pribadi
seseorang bukan terletak pada apa yang ia tampilkan secara sadar, melainkan
apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya. Freud beranggapan bahwa
gangguan jiwa pada orang dewasa, pada umumnya berasal dari pengalaman
pada masa kanak-kanak. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan
psychonalysis teraphy adalah teknik atau metode pengobatan yang dilakukan
oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang
direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang
tidak disadarinya selama ini.
Pendekatan psikoanalisis menganggap Energi psikis yang paling dasar
disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada
pencapaian kesenangan. Selanjutnya Freud menyebutkan dua macam libido
yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk
mati64 Yang dimaksud insting–insting hidup adalah kumpulan libido yang
mendorong manusia, seperti libido seksual dan libido lapar dan haus. Energy
libido tersebut dapat menguasai ego (aku) sehingga dapat bertindak amoral
62 Sofyan S.Willis, Konseling Individual teori dan Praktek, Bandung:Alfabeta, 2007. Hlm 55
63 Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy,2003), hal:28
64 Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy,2003), hal:28

77
Buku Bimbingan Dan Konseling

dan asocial dalam pemuasaannya. Sedangkan yang dimaksud insting mati


yaitu keinginan manusia untuk menyiksa diri sendiri atau orang laindan
keinginan untuk mati (membunuh diri). Dapat pula di ekspresikan dengan
berkelahi dan tawuran.
Teori kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal yaitu: struktur,
dinamika, dan perkembangan kepribadian.
1. Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari Id, Ego, dan Super ego.
a). Id
Dalam teori psikonalisa, id merupakan sistem kepribadiaan yang paling
dasar yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Dalam hubungannya
dengan ego dan super ego, Id mempunyai fungsi sebagai suatu sistem
penyedia atau penyalur energi yang diperlukan oleh ego dan super ego yang di
gunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Id berfungsi untuk
menghindarkan ketakenakan untuk mendapatkan kenikmatan. Untuk
menghilangkan ketakenakan dan mencapai kenikmatan id mempunyai dua cara
yaitu (1) gerakan reflex misalnya bersin, mata berkedip, dsb (2) Proses primer
yaitu menghilangkan ketegangan dengan cara membayangkan makanan,
nocturnal drean (mimpi basah) yang merupakan penyaluran keinginan seksual.
b). Ego
Freud mengemukakan bahwa Ego terbentuk pada struktur kepribadian
individu sebagai hasil dari hubungan dengan luar. Ego mempunyai proses dan
menjalankan proses tersebut, yang berhubungan dengan pemenuhan dan
pemuasan kebutuhan sehingga dapat mengurangi ketegangan yang dialami
oleh individu. Dan proses tersebut disebut proses sekunder. Proses sekunder
ialah usaha menemukan atau menghasilkan sesuatu yang nyata, yang dimulai
dengan merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan
mengujinya dengan suatu tindakan (reality testig). Fungsi dasar dari ego adalah
memelihara kelangsungan hidup individu.
c). Super Ego
Menurut Psikoanalisa, super ego adalah suatu sistem kepribadian yang
mengandung nilai-nilai dan aturan-aturan yang digunakan untuk menilai suatu
hal yang menunjukan pada suatu kebenaran dan kesalahan. Dengan kata lain,
super ego adalah hati nurani. Peranan super ego adalah sebagai sumber

78
Buku Bimbingan Dan Konseling

motivasi utama dan juga sebagai penyebab timbulnya pertentangan-


pertentangan didalam diri65 Ketiga sistem ini mempunyai fungsi, sifat, prinsip
kerja dan dinamika sendiri-sendiri. Walaupun demikian ketiganya mempunyai
hubungan yang sangat erat dan sulit untuk memisahkannya satu persatu,
karena tingkah-laku seseorang merupakan hasil pengaruh dari sistem aspek
tersebut66
2. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu
didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena jumlah
energi terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam menggunakan energi
tersebut. Freud mengukapkan tiga macam kecemasan yaitu: kecemasan
realitas yang bersumber pada ego, kecemasan neurotas yang bersumber pada
id, kecemasan moral yang bersumber pada super ego. Kecemasan relitas yaitu
takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar individu. Kecemasan
neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila insting tidak terkendalikan,
sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah kecemasan terhadap
hati nurani sendiri.
3. Perkembangan Kepribadian
Kepribadiaan berkembang sehubungan dengan empat macam pokok
sebagai sumber ketegangan, yaitu:
a). Proses pertumbuhan fisiologi (kedewasaan)
b). Frustasi
c). Konflik, dan
d). Ancaman

Dalam konseling psikoanalisa ini konselor diharapkan dapat membentuk


kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar membuat
sadar dalam diri klien. Proses konselingnya meliputi: Proses konseling
dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa
kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan
ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian.

65 Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press,2008), hal:66-69


66 Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press,2008), hal:66-69

79
Buku Bimbingan Dan Konseling

Pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah


mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri. Satu
karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis bersikap
anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan
pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan
perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang
ditafsirkan dan dianalisia. Konselor harus membangun hubungan kerja sama
dengan klien kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan
menafsirkan.
Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman
struktur kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan
masalah klien secara sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai
proses ini sehingga klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya. Klien
harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam
jangka panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam. Setelah
beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi bebas.
Yaitu klien mengatakan apa saja ynag terlintas dalam pikirannya67

Teknik Konseling
Teknik-teknik terapi psikoanalisa yang digunakan untuk meningkatkan
kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam perilaku klien, dan
memahami makna gejala-gejala yang nampak, ada lima teknik dasar dalam
terapi psikoanalisa yaitu:
1) Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pengungkapan pengalaman masa
lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik
di masa lalu. Pada teknik asosiasi bebas ini, konselor memerintahkan klien
untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-sehari dan sebanyak
mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya68

2) Interpretasi (Penafsiran)
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis
asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transparansi.

67 M. Bahri Musthofa, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya; PMN,2011), hal:75 – 76


68 Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy,2003), hal:36
80
Buku Bimbingan Dan Konseling

Prosedurnya terdirir atas penetapan analisis, penjelasan, dan bahkan mengajar


klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi
bebas, resisten dan hubungan terapeutik itu sendiri.

3) Analisis mimpi
Dalam analisis mimpi ini, mimpi dipandang sebagai jalan utama menuju
ke alam tak sadar. Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan yang
melambangkan dari keinginan-keinginan dan sebagai besar isinya
mencerminkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal69 Dari
analisis mimpi tersebut konselor dapat memahami konflik yang dihadapi oleh
klien.

4) Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah
klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan
analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan
pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang resistensi
sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk
mempertahankan terhadap kecemasan. Hal ini akan timbul bila orang menjadi
sadar terhadap dorongan dan perasaan yang tertekan.

5) Analisis Transferensi
Transferensi merupakan cara kerja dari pertahanan ego dimana implus yang
bersifat tak sadar dialihkan sasarannya dari obyek yang satu ke obyek yang
lainnya. Transferensi ini muncul disebabkan karena pasien mengalihkan
sasaran perasaan cinta atau bencinya atas seseorang kepada konselor.
Menurut Freud, setelah pasien mengetahui arti sesungguhnya dari hubungan
transferensi dengan konselornya, pasien akan memperoleh pemahaman atas
pengalaman-pengalaman dan perasaan masa lalunya, serta menghubungkan
pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan masa lalunya tersebut
dengan kesulitan-kesulitan yang dialaminya sekarang70

69 Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press,2008), hal:70


70 Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press,2008), hal:70 – 71
81
Buku Bimbingan Dan Konseling

2. Teori Pskilologi individu


a. Konsep dasar
Psikologi individu sering disebut terapi adlerian karena pencipta
awalnya adalah Alfred Adler, salah satu kolega freud yang awalnya termasuk
lingkaran gerakan psikoanalisis, namun keluar karena tidak menyetujui
beberapa bagian teori tersebut. Kerja dan riset Adler mempengaruhi banyak
psikolog dan terafis besar yang kemudian mengikuti jejaknya seperti Albert
Ellis, victor Frankl, Rudolf Dreikurs, Rollo Maydan wiliam Glaser.
Psikologi individu melihat pribadi secara menyeluruh dan berfokus pada
keunikannya. Pandangan adler tentang manusia menawarkan sebuah focus
alternative yang positif dan menyegarkan bagi teori psikoanalisis Freud. Diinti
teorinya terdapat sebuah keyakinan kalau manusia memiliki dorongan bawaan
untuk mengatasi kelemahan yang disadarinya, untuk kemudian
mengembangkan potensinya sendiri menuju aktualisasi diri. Apalagi jika
ditaruh di dalam lingkungan positif, pertumbuhan tersebut pasti akan terjadi.
Kalau begitu, apakah yang menahan seseorang untuk bergerak secara
cepat dan mudah menuju realisasi diri? Menurut Adler, jawabnya ialah
perasaan inferior. Seseorang biasanya mengalami perasaan tersebut lewat
tiga sumber yaitu: (a) ketergantungan biologis dan ketergantungan umumnya
layaknya bayi;(b) gambar diri yang dianggap kecil ketika dibandingkan dengan
sesuatu yang agung, mulia atau besar; dan (c) inferioritas organ tubuh
(bahasa awamnya lemah, minder, dan cacat). Namun, dorongan dalam diri
sendiri umumnya memampukan subjek, mengkompensasikan perasaan-
perasan ini untuk berjuang meraih superioritas dan kesempurnaan.
Teori adlerian kadang disebut perspektif sosioteologis ketika membahas
perjuangan konstan individu menjcapai tujuan mereka. Adler juga
menekankan pentingnya pengembangan minat sosial klien untuk kemudian
mendidik lembali mereka agar mampu hidup di tengah-tengah masyarakat
sebagai pribadi yang sanggup memberikan sesuatu bagi masyarakat, jadi
bukan Cuma menerima dan menuntut. Ketika seseorang datang untuk
menjalani terapi, diasumsikan ia tengah mengalami ketidakkongruenan dan
ketidaknyamanan di dalam : (a) kerja, (b) persahabatan, atau (c) cinta. Proses
konseling kemudian dilihat sebagai cara terapis dank lien bekerja sama untuk

82
Buku Bimbingan Dan Konseling

membantu klien mengembangkan kesadaran, sikap dan perilaku yang lebih


sehat sehingga sanggup berfungsi lebih penuh di masyarakat.
Pengembangan minat social dianggap variable paling mencolok dari
kesehatan mental seseorang.

b. Proses Konseling
Proses konseling Adlerian melibatkan empat tahap:
1. Membangun relasi
Di sesi pertama konselor menetapkan sebuah relasi dengan klien lewat
interview subjektif/objektif yang di dalamnya klien dibantu merasa nyaman,
diterima, dihargai dan diperhatikan. Melalui komponen objektif interview, klien
diharapkan mengerti apa yang dibutuhkan secara spesifik dari proses
konseling. Klien di minta mendiskusikan bagaimana hal-hal tertentu
berlangsung di setiap wilayah tugas hidupnya.
2. Mendiagnostik
Tahap diagnostic meliputi interview gaya hidup, prosedur asesmen
formal yang melihat hal-hal seperti konstelasi keluarga, persepsi orang tua,
rekoleksi tentang periode awal hidupnya, dan mimpi yang terus berulang.
3. Fase interpretasi
Yaitu waktu ketika konselor dank lien mengembangkan pemahaman
dari interview gaya hidupnya tentang kekeliruan dasar klien dengan
menganalisis dan mendiskusikan keyakinan, tujuan dan gerakan yang
dikembangkan klien pada awal kehidupan, dan menjamin pola dan sikap
pikiran, emosi dan perilaku.
4. Tahap pengorientasikan
Mungkin yang paling kritis karena ditahap inilah terapis membantu
konseli bergerak dari pemahaman intelektual menuju perkembangan actual dan
ekspresi sikap dan perilaku yang . lebih sehat. Di titik ini, dukungan konselor,
penguatan dan pengarahan di upayakan secara aktif untuk membuat sejumlah
perubahan bagi cara-cara yang tidak sehat dalam berfikir, mearasa dan
berperilaku menjadi cara-cara yang lebih memuaskan dan sehat bagi dirinya
dan masyarakat71 Adler adalah tokoh utama perintis terapi keluarga yang
berkontribusi besar di bidang konseling dasar. Dewasa ini, konsep konseling

71 Robert l Gibson, bimbingan konseling, Yogyakarta: pustaka pelajajar, terj. edisi ketujuh hlm. 212

83
Buku Bimbingan Dan Konseling

Adlerian digunakan juga untuk kasus-kasus anak yang orang tuanya bercerai
dan/ atau menikah kembali.

3. Teori Person - Centered


a. Konsep teori Person Centerd
Menurut Rogers, konstruk inti konseling berpusat pada klien adalah
konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau perwujudan diri. Dikatakan
bahwa konsep diri atau struktur diri dapat dipandang sebagai konfigurasi
konsepsi yang terorganisasikan tentang diri yang membawa kesadaran. Teori
kepribadian Rogers yang disebut sebagai “the self theory” yaitu: Tiap individu
berada di dalam dunia pengalaman yang terus menerus berubah, dan dirinya
menjadi pusat. Individu mereaksi terhadap lingkungannya sesuai dengan apa
yang dialami dan ditanggapinya. Individu memiliki satu kecendrungan atau
dorongan utama yang selalu diperjuangkannya, yaitu mengaktualisasikan,
mempertahankan, dan memperluas pengalamannya. Individu mereaksi
terhadap gejala kehidupan dengan cara keseluruhan yang teratur. Tingkah laku
atau tindakan itu pada dasarnya adalah suatu usaha mahluk hidup yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan yang dialami dan dirasakan. Emosi
yang menyertai tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sesungguhnya
merupakan suatu yang memperkuat usaha individu mencari sesuatu ataupun
memuaskan kebutuhannya untuk memelihara dan mengembangkan dirinya.
Cara yang terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang ialah dengan jalan
memandang dari segi pandangan individu-individu itu sendiri.

b. Tujuan konseling
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh cars R. Rogers
pada 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara Integral, berdiri
sendiri, dan mempunyai kemampuan memcahkan masalah sendiri. Kepribadian
yang Integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai
antara gambaran tentang diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri
sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri adalah yang mampu
menentukan pilihan sendiri atas dasar tanggungjawab dan kemampuan. Tidak
tergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus
memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri), dan kemudian keadaan diri

84
Buku Bimbingan Dan Konseling

tersebut harus ia terima. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan beberapa syarat
yakni:1) kemampuan dan keterampilan teknik konselor;(2) kesiapan klien untuk
untuk menerima bimbingan;(3) taraf intelegensi klien memadai.72

c. Proses Konseling
Pendekatan yang berpusat pada klien menggunakan sedikit tekhnik,
akan tetapi menekankan sikap konselor. Tehknik dasar adalah mencakup,
mendengar, dan menyimak secara aktif, refleksi, klariflkasi, “being here” bagi
klien. Konseling berpusat pada klien tidak menggunakan tes diagnostik,
interpretasi, studi kasus, dan kuesioner untuk memperoleh informasi. Tekhnik-
tekhnik itu dilaksanakan dengan jalan wawancara, terapi permainan, dan terapi
kelompok, baik langsung atau tidak langsung. Keberhasilan terapi tergantung
kepada faktor-faktor tingkat gangguan psikis, struktur biologis klien, lingkungan
hidup klien, dan ikatan emosional.

4. Teori Behavioral
Setiap dari kita memiliki pola-pola perilaku unik, dan sebagian besar dari kita
bersikap dengan cara tertentu bahkan kenapa orang lain berperilaku tertentu.
Meskipun kita memiliki hanya bukti anekdot dan bukannya buku ilmiah, namun
kita dapat mengembangkan, seperti dilakukan banyak orang pada umumnya,
teori kepribadian kita sendiri mengenai perilaku.

Riset dan publikasi penting pendekatan klasik dari teori ini dilakukan oleh
Watson, Thordike dan teoritis awal lainnya, namun pada B.F. Skinner
pendekatan behavioral dikembangkan. Menurut teori behavioristik, belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia
mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respons.

72 Sofyan S. Willis, Konseling individual teori dan Praktek, Bandung:2007, hlm.64


85
Buku Bimbingan Dan Konseling

Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di
antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak
bisa diamati. Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien
membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari
respon-respon yang baru yang lebih sehat.

5. Teori Konseling Gestalt


Frederich Soloman Perls dilahirkan pada tanggal 8 Juli 1893 di
kampung (ghetto) orang Yahudi di Berlin, sebagai anak ketiga dari keluarga
Nathan Perls, Ibunya bernama Amelia Rund. Perls meninggal di Amerika pada
tanggal 14 Maret 1970. Setelah menyelesaikan studinya sebagai doktor pada
tahun 1926 di Berlin, Perls pindah ke Frankfurt dan pada mulanya menjadi
asisten dari Kurt Goldstein di Institute For Brain Damage Soldiers.
Di Frankfurt Ia bertemu dengan Laura Pasner, seorang DSc Psikologi
lulusan Universitas Frankfurt pada tahun 1932, yang kemudian menjadi istrinya.
Setelah mengalami kehidupan keras di Eropa dan menghindar dari kancah
pergolakan politik pada sekitar tahun 30-an, Ia kemudian pindah ke Amerika
Selatan, tinggal di Johanesburg dan bertindak sebagai Psikoanalisis, bahkan
kemudian Ia mendirikan South African Institute For Psychoanalysis. Ia tinggal
selama 12 tahun di Johanesburg dan pada tahun 1946, Ia berimigrasi ke
Amerika, tinggal di New York. Di situlah kemudian lahir Terapi Gestalt, baik
melalui buku yang di tulis bersama rekan-rekannya maupun melalui
pembentukan New York Institute For Gestalt Therapy pada tahun 1951 suatu
institute yang kemudian berkembang dimana-mana.

b. Konsep-konsep Utama Terapi Gestalt


1. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial
dan fenomenologi. Ia menekankan konsep-konsep seperti perluasan
kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan
mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Terapi di arahkan bukan
pada analisis, melainkan pada integrasi yang berjalan selangkah demi
selangkah dalam terapi sampai klien menjadi cukup kuat untuk menunjang

86
Buku Bimbingan Dan Konseling

pertumbuhan pribadinya sendiri. Perls memandang manusia dalam


keterlibatannya untuk mencapai keseimbangan, bilamana kehidupannya
terganggu oleh kebutuhan dunia, gangguan ini akan menimbulkan
ketegangan dan diperlukan keseimbangan untuk mengurangi dan
menghilangkan ketegangan tersebut. Dalam keadaan sehat seseorang akan
mampu menerima dan bereaksi terhadap keadaan dunia. Tetapi kalau
keadaannya menjadi tidak seimbang, maka akan timbul ketakutan dan
menghindar untuk mengetahui / menyadari. Jadi aktivitas yang menandai ciri-
ciri seimbang dan sehat tidak ada maka perlu penyadaran ulang agar
keseimbangan tercapai. Untuk itu diperlukan teknik agar seseorang
membukakan diri secara langsung terhadap pengalaman yang berkaitan
dengan pikiran, perasaan dan tindakan sekarang ini. Pandangan teori dan
terapi Gestalt terhadap manusia, sama halnya dengan pandangan
eksistensialistik-humanistik, ialah positif bahwa manusia memiliki kemampuan
untuk menjadi sesuatu dan manusia adalah makhluk yang mampu mengurus
diri sendiri. Manusia dilihat sebagai keseluruhan.

2. Saat Sekarang
Bagi Perls, tidak ada yang ada kecuali sekarang, karena masa lampau
telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang
penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi Gestalt adalah
penekanannya pada disini dan sekarang (Here and Now). Dalam pendekatan
ini, kecemasan dipandang sebagai kesenjangan antara saat sekarang dan
kemudian (Now and Then). Kecemasan timbul karena individu menyimpang
dari saat sekarang (now) dan disibukkan oleh pemikiran-pemikiran tentang
masa datang. Kesibukan ini menimbulkan gambaran tingkat ketakutan atas
berbagai hal buruk yang akan terjadi. Kesadaran bahwa kecemasan hanya
merupakan suatu ketidak senangan dan bukan suatu kencana, merupakan
awal dari penyadaran akan dirinya. Penyadaran adalah suatu bentuk
pengalaman, penyadaran yang berlangsung terus-menerus dan tidak terputus
akan mencapai pemahaman.

3. Urusan Yang Tidak Selesai

87
Buku Bimbingan Dan Konseling

Dalam pendekatan Gestalt terhadap konsep tentang urusan yang tak


selesai, yakni mencakup perasaan yang tidak terungkap seperti dendam,
kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa
di abaikan. Meskipun tidak bisa di ungkapkan, perasaa-perasaan itu di
asosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak
terungkapkan di dalam kesadaran perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada
latar belakang dan dibawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang
menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Urusan yang tak selesai itu akan sampai ia menghadapi dan menangani
perasaan-perasaan yang tak terungkap itu.

6. Teori Perilaku Emotif Rasional


Banyak pendekatan terapis dan konseling dilekatkan kepada
seorang tokoh psikologi karena memang dia penggagasnya, seperti contoh
terapi clint-centered dilekatkan kepada nama Carsl R. Roger. Hal yang sama
terjadi pada terapi perilaku emotif rasional rasional/ REBT (rational emotive
behavior therapy) yang melekat kuat kepada nama Albert Ellis,
penggagasnya pada tahun 1962. RET menolak pandangan aliran
pkisoanalisis berpandangan bahwa peristiwa dan pengalaman individu
menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Menurut Ellis bukanlah
pengalaman atau peristiwa eksternal menimbulkan emosional, akan tetapi
tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau
pengalaman itu.
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi,
cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi
rasional, sehingga ia dapat mengembangkan gangguan emosional yang
dapat merusak diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang
dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, cemas, was-was,
marah sebagai akibat berpikir irrasional, dan melatih serta mendidik klien
agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan
kepercayaan diri, nilai dan kemampian diri.
Konselor berusaha menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi
sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional, dan menunjukkan
bagaimana klien harus bersikap rasional dan mampu memisahkan keyakinan

88
Buku Bimbingan Dan Konseling

irrasional dengan rasional. Setelah klien menyadari gangguan emosi yang


bersumber dari pemikiran irrasional, maka konselor menunjukkan pemikiran
klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan
menjadi rasional. Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-
ide irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut
dengan proses penyalahan dan perusakan diri. Proses terakhir konseling
adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis
kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan
fiktif.

7. Pendekatan Eklektik
Eklektisme (eclectism) adalah pandangan yang berusaha menyelidiki
berbagai sistem metode, teori, atau doktrin, yang dimaksudkan untuk
memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat.
Eklektiksme berusaha untuk mempelajari teori-teori yang ada dan
menerapkannya dalam situasi yang dipandang tepat. Pendekatan konseling
eklektik berarti konseling yang di dasarkan pada berbagai konsep dan tidak
berorientasi pada satu teori secara eksklusif.
Eklektisme berpandangan bahwa sebuah teori memiliki keterbatasan
konsep, prosedur, teknik. Karena itu eklektisme “dengan sengaja”
mempelajari berbagai teori dan menerapkan sesuai keadaan rill klien.
Konseling eklektik dapat pula disebut konseling integratif. Konseling eklektik
dapat pula disebut dengan pendekatan konseling integratif. Perkembangan
pendekatan ini dimulai sejak tahun 1940-an, yaitu ketika F.C. Thorne
menyumbangkan pemikirannya dengan mengumpulkan & mengevaluasi
semua metode konseling yang ada. Brammer & Shostrom (1982) sejak 1960
mengembangkan model konseling yang dinamakan “actualization counseling”
& telah membawa konseling ke dalam kerangka kerja yang luas, yang tidak
terbatas pada satu pendekatan tapi mengupayakan pendekatan yang
integratif dari berbagai pendekatan, dan pada akhir 1960-an hingga 1977, R.
Carkhuff juga telah mengembangkan konseling eklektik, dengan melakukan
testing & riset secara komperhensif, sistematik, & integratif. ahli lain yang
turut membantu perkembangan konseling eklektik di antaranya G. Egan

89
Buku Bimbingan Dan Konseling

(1975) dengan istilah Systemic helping, prochaska (1984) dengan nama


Integrative eclectic.
Menurut pandangan Shertzer & Stone dalam buku Fundamentals of
Counseling, konseling eklektik sebagaimana dikonsepsikan oleh Trone,
mengandung: Unsur Positif diantaranya usaha menciptakan suatu sistematika
dalam memberikan layanan konseling bagi klien untuk memberikan
pelayanan unggul. Unsur Negatif diantaranya menjadi mahir dalam
penerapan satu pendekatan konseling tertentu cukup sulit bagi seorang
konselor artinya ketidakkonsistennya terjadi. Teori kepribadian eklektik pada
dasarnya menggabungkan elemen-elemen yang valid dari keseluruhan teori
ke dalam satu kerangka kerja untuk menjelaskan tingkah laku manusia.
Thorne (1961) mengemukakan konseling eklektik menggunakan data klien
yang utama adalah data yang diperoleh dari studi secara individu terhadap
klien yang meliputi keseleruhan kehidupan sehari-hari yang harus mengalami
perubahan, eklektik memandang kepribadian mencakup konsep yang
terintegritas, bersifat psikologis, perubahan dinamis, aspek perkembangan
organisme & factor social budaya. Integritas dimaksudkan bahwa organisme
berada dalam perkembangan yang terjadi secara terus-menerus dan
organisme itu sendiri secara konstan mengembangkan, mengubah, dan
mengalami integrasi pada tingkat berbeda. Integrasi tertinggi pada semua
individu adalah aktualisasi diri atau integritas yang memuaskan (satisfactory
integrity) dari keseluruhan kebutuhan hidup manusia.
Eklektik mengutamakan aspek psikologis daripada sifat kepribadian
sebagai focus sentral lain dari kepribadian. Thorne memandang tingkah laku
atau kepribadian berada dalam perubahan terus-menerus selalu berkembang
dan berubah dalam dunia yang berubah pula (Gillialand dkk.1984). Dalam
konseling eklektik peran konselor tidak terdefinisi secara khusus. Jika dalam
proses konseling itu menggunakan pendekatan psikoanalisis, maka peran
konselor adalah sebagai psikoanalisis, sementara jika pendekatan yang
digunakan berpusat pada person maka perannya sebagai patner klien dalam
membuka diri terhadap penggalamannya. Beberapa ahli eklektik memberikan
penekanan bahwa konselor perlu memberi perhatian pada kliennya,
menciptakan iklim kondusif bagi perubahan yang diinginkan klien.

90
Buku Bimbingan Dan Konseling

Daftar Referensi

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Tahabari, Vol 16


(Penerjemah) Misbah, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam 2009).

Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone, Fundamentals of Counseling, (New York:


Houghton Mifflin Company, 1968).

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Asy Syifa,


1992).

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di


Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000).

Djumransyah, Filsafat Pendidikan,. (Malang; Banyumedia. 2006).

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika
Aditama, 2005).

Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).

Hasan Langgulung, Teor-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991),


Cet. 1.

Latipun, Psikologi Konseling, (Malang; UMM Press, 2008).

M. Bahri Mustofa. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: C.V. Media
Nusantara.

Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung; Bani Quraisy, 2003).

Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 99.

Rober L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan konseling, terj. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Refika Aditama,


2009).

Sofyan S. Willis, Konseling Individual teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2007.

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling,


(Bandung; Remaja Rosdakarya, 2005).

Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
dan Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.

91
Buku Bimbingan Dan Konseling

Tristiadi Ardi Ardani, Psikiatri Islam (Malang; UIN-Malang Press, 2008)

WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT


Gramedia, 1997).

92

Anda mungkin juga menyukai