Anda di halaman 1dari 14

PENGENDALIAN KLB /WABAH/MUSIBAH

MASSAL/BENCANA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular, keracunan
makanan, keracunan bahan berbahaya lainya masih menjadi masalah
kesehatan pada masya rakat khususnya jemaah haji, karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar,
menghabiskan biaya yang cukup besar dalam upaya penanggulangannya,
berdampak pada sektor ekonomi, serta berpotensi menyebar luas lintas
daerah bahkan internasional yang butuh koordinasi dalam
penanggulangannya.
Dalam modul ini akan dibahas mengenai KLB /wabah, Musibah massal /
Bencana, dan proses pengendalian kejadian potensi KLB / Wabah pada
PPIH Arab Saudi. Semoga dengan mempelajari modul ini para pembaca /
peserta pelatihan mampu meningkatkan wawasan dan ketrampilannya
dalam melakukan pengendalian KLB / Wabah / Musibah Massal / Bencana.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
Pengendalian KLB / Wabah / Musibah massal / Bencana.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan KLB /wabah, Musibah massal / bencana
2. Melakukan proses pengendalian kejadian potensi KLB / Wabah
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. KLB/Wabah, Musibah massal/bencana:
a. Pengertian

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 1


b. Kelompok dan Jenis
2. Pengendalian kejadian potensi KLB/Wabah, musibah massal/ bencana:
a. Kewaspadaan dini terhadap kejadian berpotensi KLB/Wabah
b. Penanggulangan kejadian KLB/Wabah, musibah massal/bencana
c. Pencatatan dan pelaporan

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Pengendalian KLB /Wabah/Musibah Massal/ Bencana
2. Panduan studi kasus.
3. Lembar kasus.

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 2 jam
pelajaran (T= 1 jpl, P= 1 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta,
maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang KLB
/Wabah/Musibah Massal/ Bencana dalam pelaksanaan PPIH Arab
SAudi dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi KLB/Wabah, Musibah massal/bencana dan
pengendalian kejadian potensi KLB/Wabah, musibah massal/

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 2


bencana pada pelaksanaan PPIH Arab Saudi yang disampaikan
dengan menggunakan bahan tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2 : Review pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi
awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam
waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-
hal yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
d. Menyampaikan beberapa kasus untuk didiskusikan secara terbuka
dengan seluruh peserta, menggunakan lembar kasus yang
tersedia.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan sesuai
topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 3


b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang Pengendalian KLB /Wabah/Musibah Massal/
Bencana dalam pelaksanaan PPIH Arab Saudi.
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau
secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran
pengendalian KLB/Wabah/Musibah Massal/Bencana dalam
pelaksanaan PPIH Arab Saudi.

VI. URAIAN MATERI


Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular, keracunan
makanan, keracunan bahan berbahaya lainya masih menjadi masalah
kesehatan pada masya rakat khususnya jemaah haji, karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar,
menghabiskan biaya yang cukup besar dalam upaya penanggulangannya,
berdampak pada sektor ekonomi, serta berpotensi menyebar luas lintas
daerah bahkan internasional yang butuh koordinasi dalam
penanggulangannya.
Oleh karena itu, ketika terjadi wabah penyakit dan kejadian luar bisa
haruslah ditangani secara epidemiologi dengan cepat agar tidak terus
berlanjut dan meluas khususnya di Arab Saudi.
1. KLB/Wabah, Musibah massal/bencana:
a. Pengertian:
1. Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 4


tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Untuk kejadian di
Indonesia maka Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu
dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah
wabah. (PMK No.949, Tahun 2004), sedangkan bila kejadiannya di
arab Saudi maka pemerintah Arab Saudilah yang menentukannya.
2. KLB (Kejadian Luar Biasa)
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Untuk kejadian di Indonesia maka menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1501 / MENKES / PER / X / 2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangannya, sedangkan bila kejadiannya di Arab
Saudi maka pemerintah Arab saudilah yang menentukannya.
b. Kelompok dan Jenis
Berdasarkan sifat wabah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1) Common Source Epidemic (Point Source Epidemic)
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya
sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan
terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common Source
Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan
keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka,
menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus
dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada
angka serangan ke dua
2) Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga
waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated
atau progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari
orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama
waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 5


penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta
morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama
dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu
sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih
memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan
generasi kasus.
Jenis KLB:
1. Menurut Penyebab
1) Toksin : Entero toksin, exotoxin, endotoxin
2) Infeksi : Virus, bakteri, cacing, protozoa
3) Toksin Biologis : Racun jamur, plankton, alfatoxin, racun
ikan, racun,
4) tumbuh-tumbuhan
5) Toksin Kimia : Zat organic (logam berat, cyanide), insekta,
gas beracun
2. Menurut Sumber
1) Dari Manusia : Jalan nafas, tangan, tenggorokan, hubungan
seks, tinja
2) Kegiatan Manusia : Toksin bilogis dan kimia (tempe brongke,
penyemprotan, penangkapan ikan dengan racun), jarum suntik
tidak steril
3) Dari Binatang : Binatang piaraan, ikan, binatang pengerat
(contoh : leptospirosis)
4) Serangga : Lalat, nyamuk (DBD, filarial, malaria)
5) Dari Udara dan Air : stapilococcus, streptococcus, vibrio
6) Dari makanan dan minuman : Keracunan singkong, jamur
makanan kaleng
3. Pengendalian kejadian potensi KLB/Wabah, musibah
massal/bencana:
a. Kewaspadaan dini terhadap kejadian berpotensi KLB/Wabah
KLB meliputi hal yang sangat luas oleh karena itu telah ditetapkan
penanggulangan KLB dengan menetapkan kriteria kerja KLB yaitu :

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 6


1) Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal
2) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3) Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan dengan
periode sebelumnya
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan
>2 kali bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun
sebelumnya
5) Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikkan > 2 kali dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun
sebelumnya.
6) CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikkan 50 % atau lebih dibanding CFR periode
sebelumnya.
7) Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikkan > 2 kali dibandingkan periode yang
sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS
Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah
endemis)
Terdapat satu/lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit
tersebut
Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida.
b. Penanggulangan kejadian KLB/Wabah, musibah massal/bencana
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai
sedini mungkin setelah tersedia informasi yang memadai. Bila
investigasi atau penyelidikan wabah telah memberikan fakta yang
jelas mendukung hipotesis tentang penyebab terjadinya wabah,

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 7


sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang menyebabkan wabah,
maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu
menunggu pengujian hipotesis. Tetapi jika pada investigasi wabah
belum memberikan fakta yang jelas maka dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi Wabah
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih
banyak daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada
suatu kelompok tertentu, selama suatu periode waktu tertentu.
Informasi tentang terjadinya wabah biasanya berasal dari komunitas
jemaah haji, yaitu laporan jemaah haji, keluarga jemaah haji,
petugas kesehatan, atau warga masyarakat mukimin. Tetapi
informasi tentang terjadinya wabah bisa juga berasal dari petugas
kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau media lokal (suratkabar dan televisi). Pada
dasarnya wabah merupakan penyimpangan dari keadaan normal
karena itu wabah ditentukan dengan cara membandingkan jumlah
kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan variasinya di
masa lalu (minggu, bulan, tahun).
Kenaikan jumlah kasus belum tentu mengisyaratkan terjadinya
wabah. Terdapat sejumlah faktor yang bisa menyebabkan jumlah
kasus “tampak” meningkat:
1) Variasi musim (misalnya, diare meningkat pada musim kemarau
ketika air bersih langka)
2) Perubahan dalam pelaporan kasus;
3) Kesalahan diagnosis (misalnya, kesalahan hasil pemeriksaan
laboratorium);
4) Peningkatan kesadaran petugas kesehatan (meningkatkan
intensitas pelaporan);
5) Media yang memberikan informasi bias dari sumber yang tidak
benar (hoax).
Terjadinya wabah dan teridentifikasinya sumber dan penyebab

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 8


wabah perlu ditanggapi dengan tepat. Jika terjadi kenaikan
signifikan jumlah kasus sehingga disebut wabah, maka pihak yang
berwewenang harus membuat keputusan apakah akan melakukan
investigasi wabah.
Sejumlah faktor mempengaruhi dilakukan atau tidaknya investigasi
wabah:
1) Keparahan penyakit;
2) Potensi untuk menyebar;
3) Perhatian dan tekanan dari masyarakat;
4) Ketersediaan sumber daya.
Beberapa penyakit menimbulkan manifestasi klinis ringan dan akan
berhenti dengan sendirinya (self-limiting diseases), misalnya flu
biasa. Implikasinya, tidak perlu dilakukan investigasi wabah maupun
tindakan spesifik terhadap wabah, kecuali kewaspadaan. Tetapi
wabah lainnya akan terus berlangsung jika tidak ditanggapi dengan
langkah pengendalian yang tepat. Sejumlah penyakit lain
menunjukkan virulensi tinggi, mengakibatkan manifestasi klinis berat
dan fatal, misalnya flu burung. Implikasinya, sistem kesehatan perlu
melakukan investigasi wabah dan mengambil langkah-langkah
segera dan tepat untuk mencegah penyebaran lebih lanjut penyakit
itu.
2. Melakukan Investigasi Wabah
Pada Investigasi wabah dilakukan dua investigasi, yaitu investigasi
kasus dan investigasi penyebab. Pada investigasi kasus, peneliti
melakukan verifikasi apakah kasus-kasus yang dilaporkan telah
didiagnosis dengan benar (valid).
Peneliti wabah mendefinisikan kasus dengan menggunakan
seperangkat kriteria sebagai berikut:
1) Kriteria klinis (gejala, tanda, onset);
2) Kriteria epidemiologis karakteristik orang yang terkena, tempat
dan waktu terjadinya wabah);
3) Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waktu pemeriksaan)

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 9


Dengan menggunakan definisi kasus, maka individu yang diduga
mengalami penyakit akan dimasukkan dalam salah satu klasifikasi
kasus. Berdasarkan tingkat ketidakpastian diagnosis, kasus dapat
diklasifikasikan menjadi:
1) kasus suspek (suspected case, syndromic case),
2) kasus mungkin (probable case, presumptive case), dan
3) kasus pasti (confirmed case, definite case).
Klasifikasi kasus (yang berbeda tingkat kepastiannya tersebut)
memungkinkan dilakukannya upaya untuk meningkatkan sensitivitas
dan spesifisitas pelaporan. Kasus suspek bersifat sensitive tetapi
kurang spesifik, dengan tujuan mengurangi negatif palsu. Kasus
mungkin dan kasus pasti bersifat lebih sensitif dan lebih spesifik
daripada kasus suspek, dengan tujuan mengurangi positif palsu.
Investigasi selanjutnya adalah investigasi penyebab terjadinya
wabah. Pada investigasi penyebab terjadinya wabah dapat
dilakukan dengan wawancara dan epidemiologi deskriptif. Pada
wawancara intinya, tujuan wawancara dengan kasus dan nara
sumber terkait kasus adalah untuk menemukan penyebab terjadinya
wabah.
Dengan menggunakan kuesioner dan formulir baku, peneliti
mengunjungi pasien (kasus), dokter, laboratorium, melakukan
wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh informasi berikut:
1) Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada);
2) Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan);
3) Kemungkinan sumber, paparan, dan kausa;
4) Faktor-faktor risiko;
5) Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal
onset gejala untuk membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan
kematian akibat penyakit);
6) Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan
balik hasil investigasi). Pemeriksaan klinis ulang perlu dilakukan
terhadap kasus yang meragukan atau tidak didiagnosis dengan

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 10


benar (misalnya, karena kesalahan pemeriksaan laboratorium).
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah mendeskripsikan frekuensi
dan pola penyakit pada populasi menurut karakteristik orang,
tempat, dan waktu. Dengan menghitung jumlah kasus, menganalisis
waktu, incidence rate, dan risiko, peneliti wabah mendeskripsikan
distribusi kasus menurut orang, tempat, dan waktu, menggambar
kurva epidemi, mendeskripsikan kecenderungan (trends) kasus
sepanjang waktu, luasnya daerah wabah, dan populasi yang
terkena wabah. Dengan epidemiologi deskriptif peneliti wabah bisa
mendapatkan hipotesa penyebab dan sumber wabah.
3. Melaksanakan penanganan wabah
Bila investigasi kasus dan penyebab telah memberikan fakta
tentang penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah
pengendalian hendaknya segera dilakukan, tidak perlu melakukan
studi analitik yang lebih formal. Prinsipnya, makin cepat respons
pengendalian, makin besar peluang keberhasilan pengendalian.
Makin lambat repons pengendalian, makin sulit upaya
pengendalian, makin kecil peluang keberhasilan pengendalian,
makin sedikit kasus baru yang bisa dicegah.
Prinsip intervensi untuk menghentikan wabah sebagai berikut:
1) Mengeliminasi sumber patogen;
2) Memblokade proses transmisi;
3) Mengeliminasi erentanan.
Eliminasi sumber patogen mencakup:
1) Eliminasi atau inaktivasi patogen;
2) Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source
reduction);
3) Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau
binatang terinfeksi (karantina kontak, isolasi kasus, dan
sebagainya);
4) Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene
perorangan, memasak daging dengan benar, dan sebagainya);

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 11


5) Pengobatan kasus.
Blokade proses transmisi mencakup:
1) Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker,
kacamata, jas, sarung tangan, respirator);
2) Disinfeksi/ sinar ultraviolet;
3) Pertukaran udara/ dilusi;
4) Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara;
5) Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida nyamuk
Anopheles, pengasapan nyamuk Aedes aegypti, penggunaan
kelambu berinsektisida, larvasida, dan sebagainya).
Eliminasi kerentanan penjamu (host susceptibility) mencakup:
1) Vaksinasi;
2) Pengobatan (profilaksis, presumtif);
3) Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (“reverse
isolation”);
4) Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi
kumpulan massa).
4. Menetapkan Berakhirnya Wabah
Pada tahap ini, langkah yang dilakukan sama dengan langkah pada
mengidentifikasi wabah. Pada tahap ini, dilakukan dengan mencari
informasi tentang terjadinya wabah biasanya datang dari sumber-
sumber masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien, kader
kesehatan, atau warga masyarakat. Informasi juga bisa berasal dari
petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau media lokal (suratkabar dan televisi). Hal ini
untuk menganalisis apakah program penanganan wabah dapat
menurunkan kasus yang terjadi.
c. Pencatatan dan pelaporan
Peneliti wabah memberikan laporan tertulis dengan format yang
lazim, terdiri dari:
1) Pendahuluan,
2) Latar belakang,

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 12


3) Metode,
4) Hasil-hasil,
5) Pembahasan,
6) Kesimpulan, dan
7) Rekomendasi.
Laporan tersebut mencakup langkah pencegahan dan
pengendalian, catatan kinerja sistem kesehatan, dokumen untuk
tujuan hukum, dokumen berisi rujukan yang berguna jika terjadi
situasi serupa di masa mendatang.
Selain itu pada pelaporan wabah terdapat tahap akhir dari
investigasi wabah yaitu evaluasi program. Peneliti wabah perlu
melakukan evaluasi kritis untuk mengidentifikasi berbagai
kelemahan program maupun defisiensi infrastruktur dalam sistem
kesehatan. Evaluasi tersebut memungkinkan dilakukannya
perubahan-perubahan yang lebih mendasar untuk memperkuat
upaya program, sistem kesehatan, termasuk surveilans itu sendiri.

VII. RANGKUMAN
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai
sedini mungkin setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi
atau penyelidikan wabah telah memberikan fakta yang jelas mendukung
hipotesis tentang penyebab terjadinya wabah, sumber agen infeksi, dan
cara transmisi yang menyebabkan wabah, maka upaya pengendalian
dapat segera dimulai tanpa perlu menunggu pengujian hipotesis.

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 13


VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. UU Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah
2. UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
3. PP Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
4. Permenkes Nomor 949 Tahun 2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
(KLB)
5. Permenkes Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular
6. Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istitha’ah Jemaah Haji.
7. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Haji
8. Ta’limatuul Hajj 1438H

IX. LATIHAN SOAL


1) Jelaskan prinsip intervensi untuk menghentikan wabah ?.
2) Jelaskan Sejumlah faktor mempengaruhi dilakukan atau tidaknya
investigasi wabah.?
3) Jelaskan perbedaan investigasi kasus dan investigasi penyebab.?
4) Jelaskan Eliminasi kerentanan penjamu (host susceptibility)

X. LAMPIRAN :
1. Panduan kasus

Modul Pelatihan PPIH Cetakan Tahun 2017 14

Anda mungkin juga menyukai