OLEH
KORNELIS M. BANASE, SH
KUPANG
2017
OLEH
KORNELIS M. BANASE, SH
KUPANG
2017
LEMBARAN PENGESAHAN
PENGUJI, COACH,
MENGESAHKAN
HALAMAN JUDUL........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Masa Kuasa, untuk segala
Cinta Kasih serta RahmatNya yang berlimpah, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk
mengikuti Diklat PIM IV serta dapat menyelesaikan proyek perubahan dengan judul “
Pemanfaatan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Dalam Penanganan Masalah Pelanggaran
Kehutanan Di Wilayah Nusa Tenggara Timur ” dengan baik. Laporan ini merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaiakan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan
XVI Tahun 2017pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Penulis Menyadari bahwa tanpa bimbingan, motivasi serta dukungan dari berbagai pihak
penulis tidak dapat menyelesaikan penulisan Laporan ini, untuk itu melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak
2. Bapak
3. Bapak
4. Bapak
5. Bapak
6. Bapak
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempuranaan, untuk
itu penulis senantiasa terbuka pada semua kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata besar harapan penulis agar proyek perubahan ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan. Terima kasih
Penulis,
Kupang, Agustus 2017
KORNELIS M. BANASE, SH
NIP. 19650707 198903 1 014
BIODATA PENULIS
PENDAHULUAN
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya (UU RI No. 18 Tahun 2013).
Hutan Indonesia sebagai karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
diamanatkan kepada bangsa Indonesia merupakan unsur utama sistem penyangga kehidupan
manusia dan merupakan modal dasar pembangunan nasional yang memiliki manfaat nyata,
baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi agar kehidupan dan penghidupan
bangsa Indonesia berkembang secara seimbang dan dinamis.
Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas di dunia sehingga
keberadaanya menjadi tumpuan keberlangsungan kehidupan bangsa - bangsa di dunia,
khususnya dalam mengurangi dampak perubahan iklim global. Oleh karena itu, pemanfaataan
dan penggunaannya harus dilakukan secara terencana, rasional, optimal, dan bertanggung
jawab sesuai dengan kemampuan daya dukung serta memperhatikan kelestarian fungsi dan
keseimbangan lingkungan hidup guna mendukung pengelolaan hutan dan pembangunan
kehutanan yang berkelanjutan bagi kemakmuran rakyat. Hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, hutan sebagai
salah satu sumber kekayaan alam bangsa Indonesia dikuasai oleh negara.
Penguasaan sumber daya hutan oleh negara memberi wewenang kepada pemerintah
untuk (i) mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan,
dan hasil hutan; (ii) menetapkan kawasan hutan dan/atau mengubah status kawasan hutan; (iii)
mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang dan hutan atau kawasan hutan dan
hasil hutan; serta (iv) mengatur perbuatan hukum mengenai kehutanan. Selanjutnya,
pemerintah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan izin kepada pihak lain yang
memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan di bidang kehutanan. Namun, untuk hal-hal
tertentu yang sangat penting, berskala dan berdampak luas, serta bernilai strategis, pemerintah
harus memperhatikan aspirasi rakyat melalui persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
Pembangunan hutan berkelanjutan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh karena
masih terjadi berbagai tindak kejahatan kehutanan, seperti pembalakan liar, penambangan
tanpa izin, dan perkebunan tanpa izin. Kejahatan itu telah menimbulkan kerugian negara dan
kerusakan kehidupan sosial budaya dan lingkungan hidup yang sangat besar serta telah
meningkatkan pemanasan global yang telah menjadi isu nasional, regional, dan internasional.
Akhir-akhir ini perusakan hutan semakin meluas dan kompleks. Perusakan itu terjadi
tidak hanya di hutan produksi, tetapi juga telah merambah ke hutan lindung ataupun hutan
konservasi. Perusakan hutan telah berkembang menjadi suatu tindak pidana kejahatan yang
berdampak luar biasa dan terorganisasi serta melibatkan banyak pihak, baik nasional maupun
internasional. Kerusakan yang ditimbulkan telah mencapai tingkat yang sangat
mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Salah satu contoh, kerusakan
hutan (deforestasi) di dunia mengalami peningkatan 680.000 ha/tahun. Di Indonesia kerusakan
hutan setiap tahunnya mencapai 1,5 juta ha, sehingga total kerusakan hutan mencapai 59,6 juta
ha dari 120,35 juta ha (Depatemen Kehutanan RI 2006). Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Kehutanan Provinsi NTT, selama tahun 2016 kasus Illegal Loging/pencurian kayu
sebanyak 36 kasus. Oleh karena itu, penanganan perusakan hutan harus dilakukan secara luar
biasa.
Upaya menangani perusakan hutan sesungguhnya telah lama dilakukan, tetapi belum
berjalan secara efektif dan belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal itu antara lain
disebabkan oleh peraturan perundang - undangan yang ada belum secara tegas mengatur tindak
pidana perusakan hutan yang dilakukan secara terorganisasi. Oleh karena itu, diperlukan
payung hukum dalam bentuk undang-undang agar perusakan hutan terorganisasi dapat
ditangani secara efektif dan efisien serta pemberian efek jera kepada pelakunya.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, upaya pemberantasan perusakan
hutan melalui undang-undang ini dilaksanakan dengan mengedepankan asas keadilan dan
kepastian hukum, keberlanjutan, tanggung jawab negara, partisipasi masyarakat, tanggung
gugat, prioritas, serta keterpaduan dan koordinasi. Selanjutnya, pembentukan undang-undang
ini, selain memiliki aspek represif juga mempertimbangkan aspek restoratif, bertujuan untuk:
a. memberikan payung hukum yang lebih tegas dan lengkap bagi aparat penegak hukum
untuk melakukan pemberantasan perusakan hutan sehingga mampu memberi efek jera
bagi pelakunya;
b. meningkatkan kemampuan dan koordinasi aparat penegak hukum dan pihak-pihak
terkait melalui lembaga pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan dalam upaya
pemberantasan perusakan hutan.
c. meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan terutama sebagai
bentuk kontrol sosial pelaksanaan pemberantasan perusakan hutan;
d. mengembangkan kerja sama internasional dalam rangka pemberantasan perusakan
hutan secara bilateral, regional, ataupun multilateral; dan
e. menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian dan
tidak merusak lingkungan serta ekosistem sekitarnya guna mewujudkan masyarakat
sejahtera.
Upaya penanganan masalah pelanggaran hutan dilakukan melalui kebijakan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah serta dengan peningkatan peran serta masyarakat. Salah satu
bentuk dari peran serta masyarakat adalah dengan adanya Masyarakat Mitra Polhut (MMP).
Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP) adalah kelompok masyarakat sekitar hutan
yang membantu polisi hutan dalam pelaksanaan perlindungan hutan dibawa koordinasi,
pembinaan dan pengawasan instansi pembina seperti instansi kehutanan pusat atau daerah yang
membidangi perlindungan hutan (Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Kehutanan RI No.
P4.56/Menhut-II/2014 Tentang Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan).
MMP merupakan kelompok masyarakat sekitar hutan dengan nama tertentu yang dibentuk
atas inisiatif dari masyarakat dan/atau atas inisiatif dari instansi Pusat atau daerah yang
membidangi perlindungan hutan, berkedudukan di desa yang berada di sekitar kawasan hutan.
MMP dapat dibentuk dalam satu wilayah administrasi desa atau beberapa desa yang berada
disekitar kawasan hutan. Pembentukan MMP dilakukan melalui proses:
a. sosialisasi;
b. koordinasi;
c. membangun kesepahaman atau kesepakatan;
d. pendaftaran dan penetapan anggota;
e. pembentukan organisasi; dan
f. penyusunan rencana kerja.
Instansi Pusat dan daerah yang membidangi perlindungan hutan dapat memfasilitasi
pembentukan MMP di desa-desa yang ada di wilayah kerjanya. dalam bentuk:
1. sosialisasi;
2. pendampingan dalam rangka koordinasi, membangun kesepakatan atau kesepahaman
dan pembentukan organisasi MMP;
3. bimbingan teknis;
4. sarana prasarana; dan
5. pembiayaan.
Tupoksi ini dijabarkan lebih lanjut dalam 8 uraian tugas kepala seksi penegakan hukum,
antara lain:
Berdasarkan Tupoksi Uraian tugas diatas, dan setelah dilakukan diagnosa serta
identifikasi masalah, ditemukan ada area organisasi yang bermasalah, yaitu:
Dari area organisasi yang bermasalh tersebut diatas, setelah dilakukan analisis dengan
teknik APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak) dan diskusi bersama mentor
maka area organisasi yang menjadi area perubahan sebagai masalah utama (isu) yang sedang
dihadapi saat ini adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam kaitannya dengan pelaksanaan
tugas dan fungsi seksi penegakan hukum yang menjadi masalah yaitu : belum optimalnya
penyelesainan sengketa kehutanan dalam hubungan dengan masyarakat disebabkan oleh
beberapa masalah pokok, yaitu:
a. Jhsgc jhsdc
b. kjsdhcdc
Dari masalah pokok di atas, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji USG (Urgensi,
Seriousness dan Growth) ditentukanlah bahwa masalah : “belum optimalnya pemanfaatan
masyarakat mitra polhut (MMP) dalam penanganan masalah pelanggaran kehutanan di
wilayah Nusa Tenggara Timur”.
Bertolak dari uraian di atas, guna mengatasi masalah utama (isu) yang ada, maka perlu
dilakukan suatu proyek perubahan dengan judul: “ PEMANFAATAN MASYARAKAT
MITRA POLHUT (MMP) DALAM PENANGANAN MASALAH PELANGGARAN
KEHUTANAN DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR.
Adapun tujuan dari proyek perubahan ini dibagi atas tiga bagian yaitu tujuan jangka
pendek, tujuan jangka menengah, tujuan jangka panjang.
a. Tujuan jangka pendek dari proyek perubahan ini adalah:
1) Pembentukan Tim Kerja.
2) Pengumpulan reverensi.
3) Penyusunan Draft sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
4) Pembahasan Draf sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
5) Penetapan draf final, sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
6) Pelaksanaan uji sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
7) Pelaksanaan evaluasi hasil uji coba sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
8) Penyempurnaan hasil uji coba sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
9) Penetapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
3.1.2 Manfaat
Manfaat dari proyek perubahan ini juga dapat terbagi atas tiga bagian yaitu manfaat jangka
pendek, manfaat jangka menengah, manfaat jangka panjang.
a. Jangka pendek
1) Melakukan pembentukan Tim Kerja Kelompok Masyarakat Mitra Polhut
2) Terkumpulnya reverensi, peraturan perundang-undangan
3) Tersusunnya Draft pembentukan kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
4) Terlaksananya pembahasan Draf pembentukan Masyarakat Mitra Polhut.
5) Terlaksananya Penetapan draf final, yang berguna untuk pembentukan Kelompok
masyarakat Mitra Polhut di Kabupaten Belu.
6) Terlaksananya hasil uji coba Sosialisasi peraturan perundang-undangan Pembentukan
Masyarakat Mitra Polhut. (MMP) di Kabupaten Belu.
7) Terlaksananya evaluasi tarhadap Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
8) Terlaksananya penyempurnaan Materi Sosialisasi peraturan perundang-undangan
kepada Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
9) Terlaksananya sosialisasi peraturan perundang-undangan kepada Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut. (MMP)
b. Jangka menengah
1) Terlaksananya sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
2) Terlaksananya evaluasi dan penyempurnaan penerapan sistem Pembentukan
Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
c. Jangka panjang
1) Terlaksananya sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 15
kabupaten
2) Terlaksananya evaluasi dan penyempurnaan terhadap sistem Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.
3) Terjadinya Peningkatan pemahaman masyarakat disekitar kawasan tentang
pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan.
4) Terbitnya Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur
sebanyak 3 (SK) kepada kelompok Masyarakat Mitra Polhut (MMP) di 3 desa.
5) Terciptanya Peraturan Perundang-undangan bagi Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup proyek perubahan ini dibagi atas tiga, yaitu :
1. Jangka pendek, yang berlangsung dari minggu III bulan oktober – minggu II bulan
November
2. Jangka menengah yang berlangsung pada tahun 2018
3. Jangka panjang yang akan berlangsung pada tahun 2019 keatas.
a. Jangka pendek
1.Pembentukan Tim Kerja.
2.Pengumpulan reverensi.
3.Penyusunan Draft sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
4.Pembahasan Draf sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
5.Penetapan draf final, sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
6.Pelaksanaan uji sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
7.Pelaksanaan evaluasi hasil uji coba sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
8.Penyempurnaan hasil uji coba sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
9.Penetapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
b. Jangka menengah
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 3
kabupaten.
2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan penerapan sistem Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.
c. Jangka panjang
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 15
kabupaten
2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan terhadap Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.
3. Meningkatkan pemahaman masyarakat disekitar kawasan tentang pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan sehingga hutan tetap lestari.
4. Menghasilkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebanyak 3 (SK) kelompok Masyarakat Mitra Polhut (MMP) di desa.
5. Menghasilkan Peraturan Perundang-undangan bagi Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
Tabel 1.
Faktor Kunci Keberhasilan
No. Kegiatan FKK
A. Jangka Pendek
1. Pembentukan Tim Kerja Adanya dukungan dari
pimpinan dan staf bidang
penegakan hukum
2. Pengumpulan Reverensi Adanya kemudahan
teknologi dan dukungan
tim kerja
3. Penyusunan draf sistem pembentukan kelompok Adanya pengetahuan dan
masyarakat mitra polhut pemahaman yang baik
dalam penyusunan draf
4. Pembahasan draf sistem pembentukan kelompok Adanya pengetahuan dan
masyarakat mitra polhut pemahaman tentang
penyusunan draf
5. Penetapan draf final, sistem pembentukan Adanya dukungan dari
kelompok masyarakat mitra polhut pimpinan dan staf
6. Pelaksanaan uji sistem pembentukan kelompok Adanya dukungan dari
masyarakat mitra polhut pimpinan dan staf
7. Pelaksanaan evaluasi hasil uji coba sistem Adanya dukungan serta
pembentukan kelompok masyarakat mitra polhut kerjasama tim kerja
8. Penyempurnaan hasil uji coba sistem pembentukan Adanya dukungan serta
kelompok masyarakat mitra polhut kerjasama tim kerja
9. Penetapan sistem pembentukan kelompok Adanya dukungan
masyarakat mitra polhut pimpinan
B. Jangka Menengah
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Adanya dukungan dari
Masyarakat Mitra Polhut pada 3 kabupaten. pimpinan
c. Jangka panjang
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Adanya dukungan dari
Masyarakat Mitra Polhut pada 15 kabupaten pimpinan dan staf
2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan terhadap Adanya dukungan dari
Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut. semua stakeholder
Tabel 2
Kriteria Keberhasialn
No. Kegiatan Kriteria Keberhasilan
A. Jangka Pendek
1. Pembentukan Tim Kerja sistem Pembentukan Terbitnya SK Tim Kerja
Kelompok Masyarakat Mitra Polhut sebanyak 1 SK
2. Pengumpulan Reverensi untuk Pembentukan Tersedianya bahan/refrensi
Kelompok Masyarakat Mitra Polhut yang dibutuhkan
3. Penyusunan draf sistem pembentukan kelompok Tersedianya draf
masyarakat mitra polhut
4. Pembahasan draf sistem pembentukan kelompok Tersedianya draf
masyarakat mitra polhut
5. Penetapan draf final, sistem pembentukan Tersedianya draf
kelompok masyarakat mitra polhut
6. Pelaksanaan uji sistem pembentukan kelompok Tersedianya dokumen hasil
masyarakat mitra polhut uji coba
7. Pelaksanaan evaluasi hasil uji coba sistem Tersedianya laporan
pembentukan kelompok masyarakat mitra polhut evaluasi
8. Penyempurnaan hasil uji coba sistem pembentukan Tersedianya laporan
kelompok masyarakat mitra polhut penyempurnaan
9. Penetapan sistem pembentukan kelompok Tersedianya
masyarakat mitra polhut
B. Jangka Menengah
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Terseedianya laporan
Masyarakat Mitra Polhut pada 3 kabupaten. penerapan
SPONSOR
MENTOR COAC
PROJECT LEADER
Sponsor :
Memberikan dukungan dan keluasan dalam pelaksanaan proyek perubahan.
Mentor :
1. Memberikan arahan dan advis terhadap keseluruhan proyek perubahan.
2. Menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh project leader.
Project Leader :
1. Merancang proyek perubahan
2. Menyelesaikan masalah yang berpotensi menghambat jalannya penyelesaian proyek
perubahan;
3. Memberikan jaminan kualitas atas output dari proyek perubahan yang didukung dengan
dokumen yang autentik.
Coach :
Memberikan arahan dan bimbingan kepada project leader dalam menyelesaikan proyek
perubahan.
Stakeholder :
1. memberikan masukan-masukan kepada project leader dalam menyelesaikan proyek
perubahan.
2. Tim Kerja
Seksi Pengumpulan Bahan/Refrensi: mengumpulkan bahan/refrensi menegenai
masalah pengelolaan kawasan .........
Seksi Penyususnan Draft: menyusun draft rancangan ........
Seksi Pencetakan dan Distribusi:
Seksi Implementasi dan Evaluasi: melakukan uji coba dan mengevaluasi..............
b. Stakeholder Eksternal
Stakeholder Eksternal terbagi atas :
1. Stakeholder Primer :
2. Stakeholder Sekunder
3. Stakeholder Kunci