Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

PEMANFAATAN MASYARAKAT MITRA POLHUT (MMP) DALAM


PENANGANAN MASALAH PELANGGARAN KEHUTANAN DI WILAYAH NUSA
TENGGARA TIMUR

OLEH

KORNELIS M. BANASE, SH

NIP. 19650707 198903 1 014

KEPALA SEKSI PERLINDUNGAN HUTAN

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN


XVII
BADAN PENGEMBANGAN SDM DAERAH

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUPANG

2017

LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

PEMANFAATAN MASYARAKAT MITRA POLHUT (MMP) DALAM


PENANGANAN MASALAH PELANGGARAN KEHUTANAN DI WILAYAH NUSA
TENGGARA TIMUR

OLEH
KORNELIS M. BANASE, SH

NIP. 19650707 198903 1 014

KEPALA SEKSI PERLINDUNGAN HUTAN

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN


XVII

BADAN PENGEMBANGAN SDM DAERAH

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUPANG

2017

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN


PEMANFAATAN MASYARAKAT MITRA POLHUT (MMP) DALAM
PENANGANAN MASALAH PELANGGARAN KEHUTANAN DI WILAYAH NUSA
TENGGARA TIMUR

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XVII

KUPANG, 7 AGUSTUS 2017

PENGUJI, COACH,

Drs. KLEMENS MEBA, M.M. DAUD AMARATO D, S.PT. M. Si


Pembina Utama Madya Pembina
NIP. 195803151998031009 NIP. 197405052003121011

MENGESAHKAN

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SDM DAERAH

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

Drs. KLEMENS MEBA, M.M.


Pembina Utama Madya
NIP. 195803151998031009
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................................................


1.2 Area Proyek Perubahan.........................................................................
1.2.1 Deskripsi Singkat Tugas Pokok dan Fungsi.................................
1.2.2 Area Organisasi Yang Bermasalah..............................................
1.2.3 Area Organisasi Yang Menjadi Area Perubahan..........................
1.3 Tujuan dan Manfaat Proyek Perubahan..................................................
1.3.1 Tujuan..........................................................................................
1.3.2 Manfaat ........................................................................................
1.4 Ruang Lingkup.........................................................................................
1.5 Faktor Kunci Keberhasilan.......................................................................
1.6 Kriteria Keberhasilan................................................................................

BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN.................................................................

2.1 Milestone Proyek Perubahan............................................................................


2.1.1 Jangka Pendek.......................................................................................
2.1.2 Jangka Menengah..................................................................................
2.1.3 Jangka Panjang.....................................................................................
2.2 Tata Kelola Proyek Perubahan.......................................................................
2.3 Stakeholder Proyek Perubahan......................................................................
2.4 Strategi Komunikasi........................................................................................

BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN.......................................................


3.1 Capaian Proyek Perubahan............................................................................
3.2 Laporan Akuntabilitas Proyek Perubahan.......................................................
3.3 Laporan Hasil Monitoring Pelaksanaan Proyek Perubahan............................
3.4 Persandingan Rancangan Dengan Hasil Proyek Perubahan..........................
3.5 Kendala Internal dan Eksternal........................................................................
3.6 Strategi Mengatasi Kendala.............................................................................

BAB IV PENUTUP .....................................................................................................


Kesimpulan...........................................................................................................
Rekomendasi........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Masa Kuasa, untuk segala
Cinta Kasih serta RahmatNya yang berlimpah, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk
mengikuti Diklat PIM IV serta dapat menyelesaikan proyek perubahan dengan judul “
Pemanfaatan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Dalam Penanganan Masalah Pelanggaran
Kehutanan Di Wilayah Nusa Tenggara Timur ” dengan baik. Laporan ini merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaiakan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan
XVI Tahun 2017pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Penulis Menyadari bahwa tanpa bimbingan, motivasi serta dukungan dari berbagai pihak
penulis tidak dapat menyelesaikan penulisan Laporan ini, untuk itu melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak
2. Bapak
3. Bapak
4. Bapak
5. Bapak
6. Bapak
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempuranaan, untuk
itu penulis senantiasa terbuka pada semua kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata besar harapan penulis agar proyek perubahan ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan. Terima kasih
Penulis,
Kupang, Agustus 2017

KORNELIS M. BANASE, SH
NIP. 19650707 198903 1 014
BIODATA PENULIS

Penulis merupakan anak ke 1 (satu) dari


BAB I

PENDAHULUAN

a.1 Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya (UU RI No. 18 Tahun 2013).
Hutan Indonesia sebagai karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
diamanatkan kepada bangsa Indonesia merupakan unsur utama sistem penyangga kehidupan
manusia dan merupakan modal dasar pembangunan nasional yang memiliki manfaat nyata,
baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi agar kehidupan dan penghidupan
bangsa Indonesia berkembang secara seimbang dan dinamis.
Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas di dunia sehingga
keberadaanya menjadi tumpuan keberlangsungan kehidupan bangsa - bangsa di dunia,
khususnya dalam mengurangi dampak perubahan iklim global. Oleh karena itu, pemanfaataan
dan penggunaannya harus dilakukan secara terencana, rasional, optimal, dan bertanggung
jawab sesuai dengan kemampuan daya dukung serta memperhatikan kelestarian fungsi dan
keseimbangan lingkungan hidup guna mendukung pengelolaan hutan dan pembangunan
kehutanan yang berkelanjutan bagi kemakmuran rakyat. Hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, hutan sebagai
salah satu sumber kekayaan alam bangsa Indonesia dikuasai oleh negara.
Penguasaan sumber daya hutan oleh negara memberi wewenang kepada pemerintah
untuk (i) mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan,
dan hasil hutan; (ii) menetapkan kawasan hutan dan/atau mengubah status kawasan hutan; (iii)
mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang dan hutan atau kawasan hutan dan
hasil hutan; serta (iv) mengatur perbuatan hukum mengenai kehutanan. Selanjutnya,
pemerintah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan izin kepada pihak lain yang
memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan di bidang kehutanan. Namun, untuk hal-hal
tertentu yang sangat penting, berskala dan berdampak luas, serta bernilai strategis, pemerintah
harus memperhatikan aspirasi rakyat melalui persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
Pembangunan hutan berkelanjutan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh karena
masih terjadi berbagai tindak kejahatan kehutanan, seperti pembalakan liar, penambangan
tanpa izin, dan perkebunan tanpa izin. Kejahatan itu telah menimbulkan kerugian negara dan
kerusakan kehidupan sosial budaya dan lingkungan hidup yang sangat besar serta telah
meningkatkan pemanasan global yang telah menjadi isu nasional, regional, dan internasional.
Akhir-akhir ini perusakan hutan semakin meluas dan kompleks. Perusakan itu terjadi
tidak hanya di hutan produksi, tetapi juga telah merambah ke hutan lindung ataupun hutan
konservasi. Perusakan hutan telah berkembang menjadi suatu tindak pidana kejahatan yang
berdampak luar biasa dan terorganisasi serta melibatkan banyak pihak, baik nasional maupun
internasional. Kerusakan yang ditimbulkan telah mencapai tingkat yang sangat
mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Salah satu contoh, kerusakan
hutan (deforestasi) di dunia mengalami peningkatan 680.000 ha/tahun. Di Indonesia kerusakan
hutan setiap tahunnya mencapai 1,5 juta ha, sehingga total kerusakan hutan mencapai 59,6 juta
ha dari 120,35 juta ha (Depatemen Kehutanan RI 2006). Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Kehutanan Provinsi NTT, selama tahun 2016 kasus Illegal Loging/pencurian kayu
sebanyak 36 kasus. Oleh karena itu, penanganan perusakan hutan harus dilakukan secara luar
biasa.
Upaya menangani perusakan hutan sesungguhnya telah lama dilakukan, tetapi belum
berjalan secara efektif dan belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal itu antara lain
disebabkan oleh peraturan perundang - undangan yang ada belum secara tegas mengatur tindak
pidana perusakan hutan yang dilakukan secara terorganisasi. Oleh karena itu, diperlukan
payung hukum dalam bentuk undang-undang agar perusakan hutan terorganisasi dapat
ditangani secara efektif dan efisien serta pemberian efek jera kepada pelakunya.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, upaya pemberantasan perusakan
hutan melalui undang-undang ini dilaksanakan dengan mengedepankan asas keadilan dan
kepastian hukum, keberlanjutan, tanggung jawab negara, partisipasi masyarakat, tanggung
gugat, prioritas, serta keterpaduan dan koordinasi. Selanjutnya, pembentukan undang-undang
ini, selain memiliki aspek represif juga mempertimbangkan aspek restoratif, bertujuan untuk:
a. memberikan payung hukum yang lebih tegas dan lengkap bagi aparat penegak hukum
untuk melakukan pemberantasan perusakan hutan sehingga mampu memberi efek jera
bagi pelakunya;
b. meningkatkan kemampuan dan koordinasi aparat penegak hukum dan pihak-pihak
terkait melalui lembaga pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan dalam upaya
pemberantasan perusakan hutan.
c. meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan terutama sebagai
bentuk kontrol sosial pelaksanaan pemberantasan perusakan hutan;
d. mengembangkan kerja sama internasional dalam rangka pemberantasan perusakan
hutan secara bilateral, regional, ataupun multilateral; dan
e. menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian dan
tidak merusak lingkungan serta ekosistem sekitarnya guna mewujudkan masyarakat
sejahtera.
Upaya penanganan masalah pelanggaran hutan dilakukan melalui kebijakan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah serta dengan peningkatan peran serta masyarakat. Salah satu
bentuk dari peran serta masyarakat adalah dengan adanya Masyarakat Mitra Polhut (MMP).

Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP) adalah kelompok masyarakat sekitar hutan
yang membantu polisi hutan dalam pelaksanaan perlindungan hutan dibawa koordinasi,
pembinaan dan pengawasan instansi pembina seperti instansi kehutanan pusat atau daerah yang
membidangi perlindungan hutan (Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Kehutanan RI No.
P4.56/Menhut-II/2014 Tentang Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan).

MMP merupakan kelompok masyarakat sekitar hutan dengan nama tertentu yang dibentuk
atas inisiatif dari masyarakat dan/atau atas inisiatif dari instansi Pusat atau daerah yang
membidangi perlindungan hutan, berkedudukan di desa yang berada di sekitar kawasan hutan.
MMP dapat dibentuk dalam satu wilayah administrasi desa atau beberapa desa yang berada
disekitar kawasan hutan. Pembentukan MMP dilakukan melalui proses:

a. sosialisasi;
b. koordinasi;
c. membangun kesepahaman atau kesepakatan;
d. pendaftaran dan penetapan anggota;
e. pembentukan organisasi; dan
f. penyusunan rencana kerja.

Instansi Pusat dan daerah yang membidangi perlindungan hutan dapat memfasilitasi
pembentukan MMP di desa-desa yang ada di wilayah kerjanya. dalam bentuk:

1. sosialisasi;
2. pendampingan dalam rangka koordinasi, membangun kesepakatan atau kesepahaman
dan pembentukan organisasi MMP;
3. bimbingan teknis;
4. sarana prasarana; dan
5. pembiayaan.

Keikutsertaan MMP dalam perlindungan hutan sebagaimana dimaksud dalam rangka


penyelenggaraan perlindungan hutan, dilakukan dalam bentuk:

a. membantu polisi kehutanan dalam mengamankan sarana prasarana perlindungan hutan;


b. melakukan patroli bersama-sama polisi kehutanan di kawasan hutan;
c. membantu melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi kehutanan;
d. melaporkan kepada polisi kehutanan setiap indikasi ancaman dan gangguan keamanan
terhadap hutan, kawasan hutan dan hasil hutan serta tumbuhan dan satwa liar di
wilayahnya; dan
e. menangkap tersangka dalam hal tertangkap tangan dan mengamankan barang bukti
untuk segera diserahkan kepada polisi kehutanan atau kepada penyidik Pegawai Negeri
Sipil kehutanan terdekat.

Instansi pembina wajib melakukan koordinasi, pembinaan dan pengawasan terhadap


pelaksanaan fungsi dan wewenang MMP yang telah dibentuk di wilayah kerjanya.

Untuk memecahkan berbagai masalah diatas diperlukan kreativitas, innovasi, dan


kerjasama dari berbagai pihak guna percepatan penanganan masalah pelanggaran kehutanan di
wilayah nusa tenggara timur, sehingga perlu dibentuknya kelompok tertentu yang dikenal
dengan nama masyarakat mitra polhut (MMP).

a.2 Area Proyek Perubahan


a.2.1 Deskripsi Singkat Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan peraturan daerah provinsi NTT Nomor 9 Tahun 2016 tentang
pembentukan dan susunan perangkat daerah provinsi NTT, maka Dinas Kehutanan
Provinsi NTT mempunyai tugas membantu gubernur yakni melaksanakan sebagian
urusan rumah tangga daerah di bidang Kehutanan.
Berdasarkan tugas pokok diatas, maka salah satu fungsi organisasi yang dijabarkan
dalam tugas pokok dan fungsi kepala seksi penegakan hukum (sesuai dengan Perda
Nomor 8 tahun 2016) adalah memimpin dan melaksanakan koordinasi dalam
Perencanaan, pengelolaan, pengembangan, dan peningkatan kawasan hutan, pengawasan
, evaluasi dan pelaporan melalui sosialisasi, supervisi, pengendalian, peninjauan dan
pembinaan sesuai ketentuan. Sedangkan fungsi dari seksi penegakan hukum adalah :
1) Penyiapan rencana kerja seksi;
2) Perumusan kebijakan teknis seksi;
3) Pelaporan pelaksanaan tugas seksi; dan
4) Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan oleh kepala bidang.

Tupoksi ini dijabarkan lebih lanjut dalam 8 uraian tugas kepala seksi penegakan hukum,
antara lain:

a. Menyusun rencana kegiatan seksi penyelidikan hutan dan hukum perundang-


undangan berdasarkan langkah-langkah operasional bidang dan hasil evaluasi tahun
sebelumnya serta sumber data yang ada untuk menjadi pedoman dan ketepatan
pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan baik secara lisan maupun
tulisan sesuai dengan permasalahan dan bidang tugas masing agar tercapai efektifitas
pelaksanaan tugas.
c. Membuat pertimbangan teknis penyelidikan dan penyidikan kasus pelanggaran hutan,
menyelesaikan sengketa kehutanan dalam hubungan dengan masyarakat ,
menyelesaikan masalah penyerahan kewenangan ganti rugi dan sanksi administrasi
dalam hubungan dengan hutan untuk pedoman pelaksanaan dilapangan.
d. Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan mendokumentasi peraturan
perundang-undangan kehutanan dan non kehutanan serta menelaah konsep peraturan
perundang-undangan untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas dilapangan.
e. Menyelesaikan sengketa kehutanan dalam hubungan dengan masyarakat dalam
menginventarisasi kasus-kasus memberikan bantuan hukum dalam penyelesaian serta
mengikuti sidang ditingkat pengadilan untuk mendapatkan kepastian hukum dalam
pembangunan kehutanan.
f. Melaksanakan pembinaan disiplin terhadap bawahan sesuai perturan perundang-
undangan yang berlaku agar terciptanya PNS yang handal, profesional dan bermoral.
g. Melakukan konsultasi kegiatan dengan unit/instansi dan pihak terkait untuk
mendapatkan masukan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.
h. Membuat laporan bulanan, triwulan, tahunan dan hasil pelaksanaan tugas kedinasan
sesuai dengan sumber data yang ada dan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan
untuk diperlukan sebagai bahan masukan atasan.
i. Membuat Term Of Refrence (TOR) seksi Penegakan Hukum.
j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan baik secara lisan
maupun tertulis sesuai tugas dan fungsinya untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
a.2.2 Area Organisasi Yang Bermasalah

Berdasarkan Tupoksi Uraian tugas diatas, dan setelah dilakukan diagnosa serta
identifikasi masalah, ditemukan ada area organisasi yang bermasalah, yaitu:

a. Menyelesaikan sengketa kehutanan dalam hubungan dengan masyarakat

a.2.3 Area Organisasi Yang Menjadi Area Perubahan

Dari area organisasi yang bermasalh tersebut diatas, setelah dilakukan analisis dengan
teknik APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak) dan diskusi bersama mentor
maka area organisasi yang menjadi area perubahan sebagai masalah utama (isu) yang sedang
dihadapi saat ini adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam kaitannya dengan pelaksanaan
tugas dan fungsi seksi penegakan hukum yang menjadi masalah yaitu : belum optimalnya
penyelesainan sengketa kehutanan dalam hubungan dengan masyarakat disebabkan oleh
beberapa masalah pokok, yaitu:

a. Jhsgc jhsdc
b. kjsdhcdc

Dari masalah pokok di atas, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji USG (Urgensi,
Seriousness dan Growth) ditentukanlah bahwa masalah : “belum optimalnya pemanfaatan
masyarakat mitra polhut (MMP) dalam penanganan masalah pelanggaran kehutanan di
wilayah Nusa Tenggara Timur”.

Bertolak dari uraian di atas, guna mengatasi masalah utama (isu) yang ada, maka perlu
dilakukan suatu proyek perubahan dengan judul: “ PEMANFAATAN MASYARAKAT
MITRA POLHUT (MMP) DALAM PENANGANAN MASALAH PELANGGARAN
KEHUTANAN DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR.

a.3 Tujuan dan Manfaat Proyek Perubahan


a.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari proyek perubahan ini dibagi atas tiga bagian yaitu tujuan jangka
pendek, tujuan jangka menengah, tujuan jangka panjang.
a. Tujuan jangka pendek dari proyek perubahan ini adalah:
1) Pembentukan Tim Kerja.
2) Pengumpulan reverensi.
3) Penyusunan Draft sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
4) Pembahasan Draf sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
5) Penetapan draf final, sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
6) Pelaksanaan uji sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
7) Pelaksanaan evaluasi hasil uji coba sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
8) Penyempurnaan hasil uji coba sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
9) Penetapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.

b. Tujuan jangka menengah dari proyek perubahan ini adalah:


1) Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 3
kabupaten.
2) Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan penerapan sistem Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.

c. Tujuan jangka panjang dari proyek perubahan ini adalah:


1) Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 15
kabupaten
2) Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan terhadap Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.
3) Meningkatkan pemahaman masyarakat disekitar kawasan tentang pencegahan
dan pemberantasan perusakan hutan sehingga hutan tetap lestari.
4) Menghasilkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa
Tenggara Timur sebanyak 3 (SK) kelompok Masyarakat Mitra Polhut (MMP)
di desa.
5) Menghasilkan Peraturan Perundang-undangan bagi Kelompok Masyarakat
Mitra Polhut.

3.1.2 Manfaat
Manfaat dari proyek perubahan ini juga dapat terbagi atas tiga bagian yaitu manfaat jangka
pendek, manfaat jangka menengah, manfaat jangka panjang.

a. Jangka pendek
1) Melakukan pembentukan Tim Kerja Kelompok Masyarakat Mitra Polhut
2) Terkumpulnya reverensi, peraturan perundang-undangan
3) Tersusunnya Draft pembentukan kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
4) Terlaksananya pembahasan Draf pembentukan Masyarakat Mitra Polhut.
5) Terlaksananya Penetapan draf final, yang berguna untuk pembentukan Kelompok
masyarakat Mitra Polhut di Kabupaten Belu.
6) Terlaksananya hasil uji coba Sosialisasi peraturan perundang-undangan Pembentukan
Masyarakat Mitra Polhut. (MMP) di Kabupaten Belu.
7) Terlaksananya evaluasi tarhadap Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
8) Terlaksananya penyempurnaan Materi Sosialisasi peraturan perundang-undangan
kepada Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
9) Terlaksananya sosialisasi peraturan perundang-undangan kepada Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut. (MMP)
b. Jangka menengah
1) Terlaksananya sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
2) Terlaksananya evaluasi dan penyempurnaan penerapan sistem Pembentukan
Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
c. Jangka panjang
1) Terlaksananya sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 15
kabupaten
2) Terlaksananya evaluasi dan penyempurnaan terhadap sistem Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.
3) Terjadinya Peningkatan pemahaman masyarakat disekitar kawasan tentang
pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan.
4) Terbitnya Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur
sebanyak 3 (SK) kepada kelompok Masyarakat Mitra Polhut (MMP) di 3 desa.
5) Terciptanya Peraturan Perundang-undangan bagi Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup proyek perubahan ini dibagi atas tiga, yaitu :
1. Jangka pendek, yang berlangsung dari minggu III bulan oktober – minggu II bulan
November
2. Jangka menengah yang berlangsung pada tahun 2018
3. Jangka panjang yang akan berlangsung pada tahun 2019 keatas.

a. Jangka pendek
1.Pembentukan Tim Kerja.
2.Pengumpulan reverensi.
3.Penyusunan Draft sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
4.Pembahasan Draf sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
5.Penetapan draf final, sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
6.Pelaksanaan uji sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
7.Pelaksanaan evaluasi hasil uji coba sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
8.Penyempurnaan hasil uji coba sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.
9.Penetapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.

b. Jangka menengah
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 3
kabupaten.
2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan penerapan sistem Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.

c. Jangka panjang
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 15
kabupaten
2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan terhadap Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.
3. Meningkatkan pemahaman masyarakat disekitar kawasan tentang pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan sehingga hutan tetap lestari.
4. Menghasilkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebanyak 3 (SK) kelompok Masyarakat Mitra Polhut (MMP) di desa.
5. Menghasilkan Peraturan Perundang-undangan bagi Kelompok Masyarakat Mitra
Polhut.

1.5 Faktor Kunci Keberhasilan


Faktor kunci keberhasilan (FKK) dalam pelaksanaan proyek perubahan ini dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.
Faktor Kunci Keberhasilan
No. Kegiatan FKK
A. Jangka Pendek
1. Pembentukan Tim Kerja Adanya dukungan dari
pimpinan dan staf bidang
penegakan hukum
2. Pengumpulan Reverensi Adanya kemudahan
teknologi dan dukungan
tim kerja
3. Penyusunan draf sistem pembentukan kelompok Adanya pengetahuan dan
masyarakat mitra polhut pemahaman yang baik
dalam penyusunan draf
4. Pembahasan draf sistem pembentukan kelompok Adanya pengetahuan dan
masyarakat mitra polhut pemahaman tentang
penyusunan draf
5. Penetapan draf final, sistem pembentukan Adanya dukungan dari
kelompok masyarakat mitra polhut pimpinan dan staf
6. Pelaksanaan uji sistem pembentukan kelompok Adanya dukungan dari
masyarakat mitra polhut pimpinan dan staf
7. Pelaksanaan evaluasi hasil uji coba sistem Adanya dukungan serta
pembentukan kelompok masyarakat mitra polhut kerjasama tim kerja
8. Penyempurnaan hasil uji coba sistem pembentukan Adanya dukungan serta
kelompok masyarakat mitra polhut kerjasama tim kerja
9. Penetapan sistem pembentukan kelompok Adanya dukungan
masyarakat mitra polhut pimpinan
B. Jangka Menengah
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Adanya dukungan dari
Masyarakat Mitra Polhut pada 3 kabupaten. pimpinan

2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan Adanya dukungan dari


penerapan sistem Pembentukan Kelompok pimpinan dan staf
Masyarakat Mitra Polhut.

c. Jangka panjang
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Adanya dukungan dari
Masyarakat Mitra Polhut pada 15 kabupaten pimpinan dan staf
2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan terhadap Adanya dukungan dari
Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut. semua stakeholder

3. Meningkatkan pemahaman masyarakat disekitar Adanya dukungan dari


kawasan tentang pencegahan dan pemberantasan semua stakeholder
perusakan hutan sehingga hutan tetap lestari.

4. Menghasilkan Surat Keputusan Kepala Dinas Adanya dukungan dari


Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur semua stakeholder
sebanyak 3 (SK) kelompok Masyarakat Mitra
Polhut (MMP) di desa.

5. Menghasilkan Peraturan Perundang-undangan bagi Adanya dukungan dari


Kelompok Masyarakat Mitra Polhut. semua stakeholder
1.6 Kriteria Keberhasilan
Adapun Kriteria Keberhasilan (KK) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2
Kriteria Keberhasialn
No. Kegiatan Kriteria Keberhasilan
A. Jangka Pendek
1. Pembentukan Tim Kerja sistem Pembentukan Terbitnya SK Tim Kerja
Kelompok Masyarakat Mitra Polhut sebanyak 1 SK
2. Pengumpulan Reverensi untuk Pembentukan Tersedianya bahan/refrensi
Kelompok Masyarakat Mitra Polhut yang dibutuhkan
3. Penyusunan draf sistem pembentukan kelompok Tersedianya draf
masyarakat mitra polhut
4. Pembahasan draf sistem pembentukan kelompok Tersedianya draf
masyarakat mitra polhut
5. Penetapan draf final, sistem pembentukan Tersedianya draf
kelompok masyarakat mitra polhut
6. Pelaksanaan uji sistem pembentukan kelompok Tersedianya dokumen hasil
masyarakat mitra polhut uji coba
7. Pelaksanaan evaluasi hasil uji coba sistem Tersedianya laporan
pembentukan kelompok masyarakat mitra polhut evaluasi
8. Penyempurnaan hasil uji coba sistem pembentukan Tersedianya laporan
kelompok masyarakat mitra polhut penyempurnaan
9. Penetapan sistem pembentukan kelompok Tersedianya
masyarakat mitra polhut
B. Jangka Menengah
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Terseedianya laporan
Masyarakat Mitra Polhut pada 3 kabupaten. penerapan

2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan Tersedianya laporan


penerapan sistem Pembentukan Kelompok evaluasi dan
Masyarakat Mitra Polhut. penyempurnaan
c. Jangka panjang
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut pada 15 kabupaten
2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan terhadap
Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.

3. Meningkatkan pemahaman masyarakat disekitar


kawasan tentang pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan sehingga hutan tetap lestari.

4. Menghasilkan Surat Keputusan Kepala Dinas


Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur
sebanyak 3 (SK) kelompok Masyarakat Mitra
Polhut (MMP) di desa.

5. Menghasilkan Peraturan Perundang-undangan bagi


Kelompok Masyarakat Mitra Polhut.
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

2.1 Milestone Proyek Perubahan


Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan proyek perubahan ini disesuaikan dengan
rancangan proyek perubahan secara umum tentang proyek perubahan pemanfaatan MMP.
Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran lengkap tentang tujuan kegiatan yang
dilakukan dari awal baik itu jangka pendek, jangka menengah serta jangka. Adapun
penjelasan dari masing-masing tahapan proyek perubahan dapat dijelaskan sebagai
berikut:

2.1.1 Jangka Pendek


Dalam mencapai tujuan kegiatan pada tahap jangka pendek dilakukan dengan 8
(delapan) tahapan kegiatan dengan masing-masing kegiatan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Kerja
Pembentukan tim kerja dalam pelaksanaan kegiatan proyek perubahan pemanfaatan
MMP ini sangat diperluakan untuk memperlancar proses kegiatan yang akan dilakukan,
beberapa kegiatan yang akan dilakukan Tim Kerja memegang peranan penting. Untuk
itu dalam pembentukan tim kerja memegang peranan penting. Untuk itu dalam
pembentukan tim kerja MMP ini dipilih tenaga PNS dan NON PNS yang berada
dilingkup Bidang Penegakan Hukum yang mampu bekerjasama dan sama-sama kerja
sehingga dapat diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Pengumpulan bahan/refrensi
Instrumen pengumpulan bahan/refrensi adalah merupakan faktor penting dalam
menyusun suatu tulisan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan proyek perubahan ini juga
diperlukan bahan/refrensi yang berhubungan dengan tujuan penulisan buku pedoman
agar dalam pelaksanaan tidak terdapat kendala. Untuk itu kita harus mempersempit
topik untuk memusatkan perhatian pada masalah yang khusus.
Dalam pengumpulan bahan/refrensi untuk penyusunan ............... , maka dibutuhkan
tenaga yang memiliki pemahaman yang baik untuk menginventarisir dan
mengelompokan bahan/refrensi yang diperoleh berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi di bidang pengelolaan .............. sehingga bahan yang dibutuhkan dapat lebih
terfokus.
3. Penyusunan draft awal
Cikal bakal dari tersusunnya suatu buku pedoman adalah tersedianya draft awal yang
baikk yang menjadi pedoman dalam penyusunan lebih lanjut. Penyusunan draft awal
dalam proyek perubahan penyususnan................
4. Pembahasan dan penetapan final
Pelaksanaan pembahasan dan penetapan final ................ sangat diperlukan untuk
memperoleh hasil.............. yang paling tidak dapat mengakomodir semua
permasalahan yang dihadapi dalam p
5. Pelaksanaan uji coba
Uji coba
6. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan
7. Penetapan
8. Perencanaan anggaran

2.1.2 Jangka Menengah


Tahapan jangka menengah merupakan perencanaan yang belum untuk dilaksanakan pada
saat ini dan akan dilaksanakan pada tahun 2018 yang merupakan kelanjutan dari tahapan
sebelumnya yaitu tahap jangka pendek. Untuk tahapan ini dilakukan dengan beberapa
langkah:
1. Penerapan sistem Pembentukan Kelompok Masyarakat Mitra Polhut pada 3
kabupaten.
2. Pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan penerapan sistem Pembentukan Kelompok
Masyarakat Mitra Polhut.

2.1.3 Jangka Panjang


Milestone jangka panjang ini juga merupakan rencana yang akan dilakukan pada tahun
2019 dan tahun berikutnya sebagai kelanjutan dari tahapan pelaksanaan proyek perubahan
jangka pendek dan jangka menengah seperti yang telah dijelaskan diatas.
Adapun tahapan untuk jangka panjang ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
pemanfaatan MMP .... yang merupakan kelanjutan dari milestone jangka menengah yang
sudah semakin disempurnakan berdasarkan hasil evaluasi dan penyempurnaan dengan
melihat kelemahan yang ditemui pada tahun 2018 serta perkembangan usaha ............. di
ntt.

2.2 Tata Kelola Proyek Perubahan


Adapun tata kelolah dari proyek perubahan ini adalah sebagai berikut:
Tata Kelola Proyek Perubahan

SPONSOR

MENTOR COAC

PROJECT LEADER

STAKEHOLDER TIM KERJA

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


PENGUMPULAN PENYUSUNAN PENCETAKAN DAN IMPLEMENTASI
DATA DRAFT DITRIBUSI DAN EVALUASI

Sponsor :
Memberikan dukungan dan keluasan dalam pelaksanaan proyek perubahan.
Mentor :
1. Memberikan arahan dan advis terhadap keseluruhan proyek perubahan.
2. Menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh project leader.
Project Leader :
1. Merancang proyek perubahan
2. Menyelesaikan masalah yang berpotensi menghambat jalannya penyelesaian proyek
perubahan;
3. Memberikan jaminan kualitas atas output dari proyek perubahan yang didukung dengan
dokumen yang autentik.
Coach :
Memberikan arahan dan bimbingan kepada project leader dalam menyelesaikan proyek
perubahan.
Stakeholder :
1. memberikan masukan-masukan kepada project leader dalam menyelesaikan proyek
perubahan.
2. Tim Kerja
Seksi Pengumpulan Bahan/Refrensi: mengumpulkan bahan/refrensi menegenai
masalah pengelolaan kawasan .........
Seksi Penyususnan Draft: menyusun draft rancangan ........
Seksi Pencetakan dan Distribusi:
Seksi Implementasi dan Evaluasi: melakukan uji coba dan mengevaluasi..............

2.3 Stakeholder Proyek Perubahan


Dalam pelaksanaan proyek perubahan ini membutuhkan dukungan melalui koordinasi dan
komunikasi dari berbagai pihak (Stakeholder) agar pelaksanaan proyek perubahan ini
dapat berjalan sesuai tujuan yang akan dicapai. Stakeholder yang dilibatkan dalam
pelaksanaan proyek perubahan ini terdiri dari stakeholder internal dan eksternal.
a. Stakeholder Internal
1. Kepala Dinas
2. Kepala Bidang
3. Pejabat Eselon
4. Staf bidang
5. Masyarkat dll

b. Stakeholder Eksternal
Stakeholder Eksternal terbagi atas :
1. Stakeholder Primer :
2. Stakeholder Sekunder
3. Stakeholder Kunci

3.3 Strategi Komunikasi


Pelaksanaan kegiatan proyek perubahan ini tidak luput dari masalah yang ditemui baik
itu masalah internal maupun eksternal. Untuk itu diperlukan strategi komunikasi yang
dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guna keberhasilan proyek
perubahan ini.
Adapun stategi komunikasi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan adalah
dengan melakukan beberapa cara yaitu :
1. Wawancara
Wawanacara dilakukan dengan masyarakat dalam hal ini kelompok-kelompok
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.......
2. Koordinasi dan kolaborasi
3. Presentasi pelaksanaan proyek perubahan
4. Pelaksanaan uji coba

Anda mungkin juga menyukai