KELOMPOK 2B
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Produk hewan merupakan segala macam bahan yang diperoleh dari tubuh hewan,
seperti daging, lemak, darah, susu, kulit dan telur. Produk hewan ini dapat dibagi menjadi
produk pangan dan non pangan. Setiap olahan produk asal hewan digunakan dalam
memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Namun, produk asal hewan dapat
menimbulkan bahaya apabila keamanan dan kelayakan produk tidak diperhatikan secara
baik.
Jaminan keamanan produk asal hewan baik itu pangan ataupun non pangan telah
menjadi tuntutan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan.
Jaminan keamanan produk asal hewan juga telah menjadi tuntutan dalam perdagangan
nasional maupun internasional. Jaminan keamanan pangan dapat diartikan sebagai
jaminan bahwa pangan atau bahan pangan tersebut bila dipersiapkan dan dikonsumsi
secara benar tidak akan membahayakan kesehatan manusia.
Oleh karena itu melalui praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap produk –
produk asal hewan baik pangan maupun non pangan yang beredar di Kota Kupang.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Hasil
2.1.1 Produk Pangan Asal Hewan
a) Sosis Ayam
Produk 1
Produk 2
b) Susu
c) Daging Kaleng
Produk 1
Produk 2
Produk 3
Produk 2
Produk 2
2.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan di Felin’s Supermarket, jenis produk asal hewan yang
ditemukan ialah produk pangan berupa daging kaleng, abon, sosis, dendeng, kerupuk, dan
susu; dan produk non pangan yaitu lotion. Dari berbagai produk yang ditemukan, ada
produk yang tidak memiliki nomor registrasi, yaitu dendeng dan abon sapi asli cap Sapi
Timor serta kerupuk Blinjo Udang Cap “88”. Registrasi merupakan salah satu bentuk
penjaminan terhadap produk hewan dengan hasil akhir berupa nomor registrasi yang
wajib dicantumkan pada label dan kemasan produk hewan.Menurut Syahbani (2012)
registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi produk untuk mendapatkan izin edar.
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa beberapa produk hewan yang telah
beredar di Kota Kupang belum memiliki izin edar (ilegal). Hal ini menjadi ancaman
kesehatan bagi konsumen dikarenakan penjaminan akan keamanan dan kelayakan produk
hewan belum di ketahui secara jelas dan pasti.
Seluruh produk pangan asal hewan melalui suatu proses pengolahan, namun tidak
tetap stabil dan akan terus mengalami perubahan, sehingga sangat diperlukan
pengemasan yang tepat sehingga masa simpan bahan pangan dapat ditingkatkan dan nilai
gizi bahan pangan masih dapat dipertahankan. Berdasarkan pengamatan, jenis kemasan
produk pangan asal hewan yang banyak digunakan ialah plastik.
Pengemasan daging segar terutama ditujukan untuk mencegah dehidrasi,
mencegah masuknya bau dan rasa asing dari luar kemasan, tetapi dapat melewatkan
oksigen seperlunya ke dalam kemasan sehingga warna merah cerah dapat
dipertahankan selama penjualan, tapi harus diperhatikan pula bahwa oksigen juga
dapat menyebabkan ketengikan lemak yang ada pada daging. Oleh karena itu
selama transportasi daging menggunakan dua macam bahan pengemas. Pengemas
pertama berupa piastik yang memiliki permeabilitas terhadap oksigen yang tinggi
yaitu lebih besar dari 200 ml oksigen/100 sq.inch/24 jam/atm. Kemudian kemasan
pertama ini dikemas lagi dalam pengemas kedua dan secara bersama-sama
dilakukan evakuasi terhadap kedua pengemas tersebut, ditutup rapat dan dikerutkan
dengan pemanasan. Bila saatnya akan dijajakan, kemasan pertama yang berada di
dalam kemasan kedua dikeluarkan dan dikerutkan dengan pemanasan. Proses ini
mempercepat transfer oksigen ke dalam daging sehingga warna daging menjadi merah
cerah.
Kemasan susu sebaiknya didesain untuk melindungi produk
darikontaminasi oleh debu atau bakteri dan dari pengaruh sinar oleh oksigen. Jenis
dan bentuk kemasan susu yaitu plastik, karton, kaleng dan gelas. Pengemasan susu
dengan karton dalam bentuk kotak yang diberi lapisan Win dan plastik polyvinil
khlorida merupakan kemasan yang praktis dan menarik. Susu yang dikemas dalam
karton ini menggunakan proses aseptik yaitu produk dan wadah dipanaskan
secara terpisah. Metoda pemanasan yang digunakan untuk produk cairan, yaitu
Ultra High Temperatur (UHT) atau High Temperature Short Time (HTST) sehingga
dapat bertahan sampai lebih dari 1 bulan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pengamatan di Felin’s Supermarket yang menjual beberapa produk
asal hewan seperti produk pangan berupa daging kaleng, abon, sosis, dendeng, kerupuk,
dan susu; dan produk non pangan yaitu lotion. beberapa produk tidak memiliki nomor
registrasi, yaitu dendeng dan abon sapi asli cap Sapi Timor serta kerupuk Blinjo Udang
Cap “88”. Yang dimana Registrasi penting karena merupakan salah satu bentuk
penjaminan terhadap produk hewan dengan hasil akhir berupa nomor registrasi yang
wajib dicantumkan pada label dan kemasan produk hewan. Sehingga kami mengambil
kesimpulan bahwa ada beberapa produk hewan yang telah beredar di Kota Kupang
belum memiliki izin edar (ilegal). Hal ini menjadi ancaman kesehatan bagi konsumen
dikarenakan penjaminan akan keamanan dan kelayakan produk hewan belum di ketahui
secara jelas dan pasti.
3.2 Saran
Sebaiknya produk asal hewan yang akan di edarkan di masyrakat harus melewati
serangkaian proses penjaminan produk hewan yang dilakukan melalui pengawasan,
pemeriksaan dan pengujian, standardisasi dan registrasi agar produk yang beredar
terjamin dan tidak membahayakan masyarakat yang mengkonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Peternakan. 2005. Laporan Bimbingan Teknis Pengemasan Produk Hasil Peternakan,
Bandung.