Anda di halaman 1dari 26

PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI

SMA NEGERI 1 BANDUNG

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran yang diampu oleh Angga Hadiapurwa, M. I. Kom.

disusun oleh :

1701657 Nur Insani Meylawati

1703354 Moh Zakie Firdaus Putra P.

1703577 Andrianei Arhamah Saskara

1706082 Mochamad Farhan Chohan

KOVER

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penyusun sampaikan puji dan syukur kehadirat Allah


SWT. yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pelaksanaan Kurikulum dan
Pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.

Kajian serta pembahasan dari makalah ini cukup memberikan pengetahuan


yang sangat bermanfaat bagi penyusun dan menambah wawasan bagi para
pembacanya. Kajian ini merupakan suatu hasil dari studi pustaka yang telah
dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber yang sesuai dengan tema yang
akan diangkat.

Namun penyusun pada akhirnya menyadari bahwa makalah ini belum


sempurna masih banyak keterbatasan, baik terkait isi maupun sistematika dan
teknik penulisannya. Tetapi penyusun berharap di masa yang akan datang
penyusunan makalah seperti ini akan lebih diprioritaskan seiring dengan perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan
hasil pendidikan. Maka dari itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah


Kurikulum dan Pembelajaran. Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi penyusun dan para pembaca kedepannya. Aamiin.

Bandung, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KOVER .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

2.1. Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung


Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum ........................................... 3

2.2. Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung


Menurut Guru Sejarah ......................................................................................... 4

2.3. Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung


Menurut Pengelola Perpustakaan ........................................................................ 6

BAB 3 PENUTUPAN ............................................................................................. 7

3.1. Simpulan ................................................................................................... 7

3.2. Implikasi ................................................................................................... 7

LAMPIRAN FOTO ................................................................................................ 8

LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA ...................................................... 10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setelah kita mempelajari mengenai teori akan suatu hal di dalam kelas, kita
perlu menguji teori itu di kehidupan nyata. Hal ini diperlukan karena mengetahui
mengenai teori akan suatu hal belum bisa membuktikan apakah teori itu relevan
dengan kenyataan atau tidak. Hal ini disebabkan abstraksi teori lebih tinggi
dibandingkan data, fakta, konsep, dan generalisasi. Begitu pula saat mengikuti
kegiatan perkuliahan mata kuliah bimbingan dan konseling.

Saat kami mengikuti perkuliahan kurikulum dan pembelajaran, kita hanya


mempelajari mengenai bagaimana pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran yang
ideal di sekolah tanpa mengetahui bagaimana fakta di lapangan. Maka dari itu,
kami tertarik untuk membahas mengenai pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran
di sekolah. Lebih tepatnya pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SMA
Negeri 1 Bandung yang berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda no. 93, Bandung.

SMA Negeri 1 Bandung merupakan sebuah SMA negeri di kota Bandung


yang tentunya melaksanakan pembelajaran berdasarkan kurikulum. Dalam
pelaksanaan kurikulum ini, pastinya bersinggungan dengan berbagai pihak, seperti
wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran dan sebagainya. Selain
itu, pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung
melibatkan tidak hanya wakil kepala sekolah bidang kurikulum beserta jajarannya
saja. Berbagai pihak turut ambil peran dalam pelaksanaan kurikulum dan
pembelajaran di SMA Negeri 1 ini untuk mencapai tujuan dari sekolah ini, yaitu
BERSATU (BERilmu, Santun, Agamis, Tekun, Unggul). Maka dari itu, kami akan
melaporkan hasil observasi kami mengenai pelaksanaan kurikulum dan
pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung dalam mencapai tujuannya.

1
2

1.2. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, maka kami merumuskan beberapa


rumusan masalah diantaranya yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SMA Negeri 1


Bandung menurut wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMA Negeri 1
Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SMA Negeri 1
Bandung menurut guru sejarah SMA Negeri 1 Bandung?
3. Bagaimana pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di SMA Negeri 1
Bandung menurut pengelola perpustakaan SMA Negeri 1 Bandung?

1.3. Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah yang ditulis di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan memahami :

1. Untuk menginformasikan dan melaporkan pelaksanaan kurikulum dan


pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung menurut pandangan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum SMA Negeri 1 Bandung.
2. Untuk menginformasikan dan melaporkan pelaksanaan kurikulum dan
pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung menurut pandangan guru
sejarah SMA Negeri 1 Bandung.
3. Untuk menginformasikan dan melaporkan pelaksanaan kurikulum dan
pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung menurut pandangan pengelola
perpustakaan SMA Negeri 1 Bandung.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung


Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Berdasarkan dari hasil wawancara diketahui bahwa SMA Negeri 1 Bandung


pada saat ini sudah menggunakan kurikulum 2013 dari jenjang kelas 1 hingga kelas
3. Sebelumnya tiga tahun yang lalu SMA Negeri 1 Bandung masih menggunakan
kurikulum 2006 namun akibat dari pemerintah mengeluarkan kebijakan agar
seluruh sekolah menggunakan kurikulum 2013 maka beralihlah kurikulum yang
digunakan menjadi 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pengganti dan
penyempurnaan dari kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Prinsip utama
pengembangan kurikulum 2013 yaitu didasarkan model kurikulum berbasis
kompetensi dengan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu kesatuan
pendidikan. Adapun kebijakan pemerintah mengenai implementasi kurikulum 2013
terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 59 Tahun 2014

“Pasal 1

(1) Kurikulum pada sekolah menengah atas/madrasah aliyah yang telah


dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.”

Selanjutnya hasil wawancara menunjukkan terdapat struktur dalam bidang


kurikulum di SMA Negeri 1 Bandung yaitu pada bagian teratas terdapat wakil
kepala sekolah bagian kurikulum yang di bawahnya terdapat bidang evaluasi,
pembelajaran dan SDM. Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum bertugas
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kurikulum. Bagian evaluasi
kurikulum bertugas untuk pertanggung jawaban evaluasi seperti UN, kenaikan
kelas, UAS, UTS dan lain-lain. Lalu bagian pembelajaran bertugas untuk membuat
penjadwalan, proses pembelajaran sampai dengan pelaporan. Untuk bagian SDM

3
4

setiap hasil pembelajaran ada supervisi, melihat kurang dan lebihnya dari supervisi
tersebut.

kepala sekolah

wakil kepala sekolah


bagian kurikulum

evaluasi pembelajaran SDM

Lalu dalam melakukan pengembangan kurikulum SMA Negeri 1 Bandung


berpatokan kepada Pemerintah dan biasanya pemerintah mengadakan sosialisasi
juga workshop yang akan diikuti oleh para staf dan para guru. Sedangkan untuk
melakukan evaluasi tentunya SMA Negeri 1 Bandung melakukan dengan tidak
berpatokan pada waktu, hasil evaluasi selalu berpatokan kembali pada pemerintah.
Dalam hal pengembangan juga pembelajaran para staf kurikulum selalu
mengomunikasikan apa pun dengan para guru termasuk apabila adanya kesalahan
atau kegagalan dalam RPP

2.2. Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung


Menurut Guru Sejarah

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Nyanyang Engkus, seorang guru


sejarah di SMA Negeri 1 Bandung, dapat diketahui bahwa sekolah ini baru
menggunakan kurikulum 2013 (Kurtilas). Tahun ini merupakan tahun pertama
dalam penerapan Kurtilas. Hal tersebut disebabkan oleh kebijakan dari kepala
sekolahnya sendiri yang meminta agar tetap menggunakan Kurikulum 2006,
5

dengan alasan untuk melihat terlebih dahulu masa transisi kurikulum yang nantinya
akan disesuaikan dengan satuan pendidikan.

Lalu untuk tim pengembang kurikulum juga telah dibentuk. Tim pengembang
kurikulum tersebut selalu berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah bagian
kurikulum dan dibantu dengan TPS (Tim Pengembang Sekolah). Selain itu juga,
tim pengembang berisikan guru-guru senior yang sudah lebih berpengalaman dalam
pendidikan. Dalam mengetahui perkembangan kurikulum pun sekolah sangat
memanfaatkan media dalam proses pencarian informasi. Sekolah juga sering kali
mengadakan workshop agar para guru senantiasa memperbaharui pengetahuannya
tentang kurikulum. Workshop tersebut biasa dilakukan dengan mendatangkan
pemateri yang ahli di bidangnya. Selain itu bukan hanya penulisan RPP, tapi juga
sekolah sudah mulai menerapkan e-rapor. E-rapor ini dianggap memudahkan bagi
guru, siswa, maupun orang tua untuk mengaksesnya. Hal tersebut dilatarbelakangi
oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dalam Revolusi Industri 4.0.

Kemudian dalam pengembangan atau revisi kurikulum di tingkat sekolah


masih mengikuti alur dari pemerintah karena ada beberapa alur hierarkis yang harus
ditempuh terlebih dahulu. Pengembangan kurikulum dilakukan agar terciptanya
tujuan kurikulum itu sendiri. Contohnya seperti siswa yang memilih program IPA
ditawarkan untuk mengambil salah satu bidang studi dari program IPS dan
sebaliknya. Kendala pengembangan kurikulum yang dihadapi oleh guru SMAN 1
Bandung ini dirasa karena adanya transisi dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013.
Dalam menghadapi permasalahan ini, kembali mereka mendatangkan pemateri-
pemateri yang ahli di bidangnya untuk mengisi workshop pelatihan guru-guru.

Dalam proses pembelajaran, guru terkadang menerapkan beberapa metode


pembelajaran. Untuk kasus ini, guru menerapkan metode inkuiri yang disebabkan
karena guru tidak mau membebani para siswa dengan tugas yang berat dan metode
ini pun didasarkan pada kebutuhan seperti SBMPTN mendatang. Lalu untuk media
pembelajaran pun sudah sering digunakan dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Media kini dikembangkan dengan adanya teknologi sesuai dengan perkembangan
zaman. Akibatnya perpustakaan sudah jarang digunakan para siswa untuk belajar.
Lalu dalam pembuatan RPP guru hanya membuat satu RPP saja per tahun dimulai
6

ketika awal tahun pelajaran yang baru. Jika ada perbedaan dalam pengajaran maka
dilakukan sebuah revisi terhadap RPP tersebut.

2.3. Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Bandung


Menurut Pengelola Perpustakaan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok, kami mewawancarai


seorang petugas perpustakaan di SMAN 1 Bandung, yaitu Bapak Drs. Mahaludin
Suhada mengenai peran perpustakaan dalam perkembangan kurikulum di sekolah.
Menurutnya, perpustakaan merupakan salah satu perangkat yang mendukung
dalam kegiatan pembelajaran atau bidang studi. Dengan menggunakan buku yang
tersedia di perpustakaan, para siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru bidang studi. Namun berbeda dengan dahulu di mana siswa aktif belajar dan
mengunjungi perpustakaan, saat ini perpustakaan mulai sepi dan hanya ramai ketika
diarahkan oleh guru pengampu bidang studi. Pengarahan tempat belajar siswa di
perpustakaan ini didasari oleh Kurikulum 2013, di mana pembelajaran bukan hanya
dilakukan di kelas namun juga bisa dilakukan di luar kelas seperti perpustakaan.

Sekolah juga memberikan subsidi untuk penambahan atau pergantian buku


penunjang untuk para siswa. Hal tersebut dilakukan setiap tahunnya dengan
menyesuaikan anggaran yang ada. Kebijakan pemerintah mengenai subsidi buku
pun dirasa sudah cukup dan sangat membantu, namun masih dirasa ada
kekurangannya seperti banyaknya perubahan yang terjadi dan revisi buku yang
mengikuti kurikulum yang berlaku. Dalam pengelolaannya, petugas perpustakaan
masih melakukan dengan cara yang manual namun tetap diimbangi dengan
perkembangan teknologi. Namun sayangnya, para siswa hanya datang ke
perpustakaan ketika diberi tugas saja oleh gurunya, kecuali bagi mereka yang
senang membaca.
BAB 3
PENUTUPAN

3.1. Simpulan

SMA Negeri 1 Bandung pada saat ini sudah menggunakan kurikulum 2013
dari jenjang kelas 1 hingga kelas 3. SMA Negeri 1 Bandung telah menggunakan
2006 sampai 2015 tahun yang lalu dan baru menerapkan kurikulum 2013 secara
keseluruhan pada tahun 2018. Terdapat koordinasi mengenai penerapan dan
pengembangan kurikulum antara Kepala Sekolah, Kepala Sekolah bagian
Kurikulum, Tim Pengembang Kurikulum, dan Guru. Adapun penyesuaian sekolah
terhadap perkembangan teknologi seperti penerapan E-rapor. Perpustakaan
merupakan salah satu perangkat yang mendukung dalam kegiatan pembelajaran
atau bidang studi.

3.2. Implikasi

SMA Negeri 1 Bandung merupakan sekolah yang telah memenuhi


persyaratan dan karakteristik-karakteristik SMA ideal yang pemerintah coba
terapkan. Dengan diterapkannya kurikulum 2013 dan penyesuaian terhadap
teknologi, maka SMA 1 Bandung dapat dibilang maju dan mumpuni. Oleh karena
itu, SMA 1 dapat menjadi sekolah yang dijadikan contoh untuk SMA-SMA lainnya.

7
LAMPIRAN FOTO

Gambar 1.

(M. Farhan Ch, Nur Insani M, Pa Mahaludin Suhada (Kepala Pengelola


Perpustakaan), Andrianei Arhamah S., Moh Zakie Firdaus P. P.)

Gambar 2.
(Andrianei Arhamah S, Nur Insani M, Pa Nyanyang Engkus (Guru Sejarah),
M. Farhan Ch., Moh Zakie Firdaus P. P.)

Gambar 3.

(Andrianei Arhamah S, Nur Insani M, Pa Hamzah (Staf Bidang Kurikulum),


M. Farhan Ch., Moh Zakie Firdaus P. P.)
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA

1. Transkrip Staf Kurikulum bidang SDM SMAN 1 BANDUNG (Pak


Hamzah)

Catatan: karena sekolah SMAN 1 Bandung sedang mengadakan akreditasi maka


wakil kepala sekolah bidang kurikulum sedikit sulit di temui karena sedang
menyiapkan berkas dan rapat sehingga rencana kedua kami adalah
mewawancarai staf bidang kurikulum

P : sebelumnya kami ucapkan terima kasih karena bapak sudah mau untuk kami
wawancarai. Jadi kami akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai
penerapan kurikulum di sekolah ini. Sebelum kepada topik pembahasan, boleh
kami tahu mengenai latar belakang bapak?

N : baik, saya Hamzah. Sekarang saya menjabat sebagai staf kurikulum bidang
SDM

P : sebenarnya SMAN 1 Bandung sedang menggunakan kurikulum apa?

N : untuk semua jenjang dari kelas satu hingga kelas tiga menggunakan kurikulum
2013

P : mengapa sekolah menerapkan kurikulum 2013?

N : pada saat pemerintah mengeluarkan kurikulum 2013 sekolah sudah menerapkan


hanya saja waktu itu karena ada suatu hal akhirnya kembali ke 2006. Kemudian
3 tahun yang lalu kita kembali lagi ke kurikulum 2013 karena memang adanya
kebijakan harus menggunakan kurikulum 2013

P : dalam kurikulum selalu ada pengembangan. Apakah SMAN 1 Bandung


memiliki grup pengembangan kurikulum tersendiri?

N : disini ada seorang yang ditugaskan tetapi juga berkolaborasi dengan yang lain.
Nama beliau ibu Ika Rostika, beliau pengembang kurikulum di SMAN 1
Bandung.
P : kurikulum itu berkembang juga selalu adanya perbaikan, apa yang menjadi
rujukan SMAN 1 Bandung untuk melakukan kegiatan tersebut?

N : tentu dari pemerintah, lalu ada sosialisasi, workshop dan segala macam.

P : untuk evaluasi, biasanya sekolah melakukan dalam berapa tahun sekali?

N : kurikulum itu ada KTSP (kurikulum satuan tingkat pendidikan) nah itu
dirancang setiap tahun dan hasil evaluasi tahun kemarin dan sekarang
dievaluasi dan diperbaiki.

P :prosedur apa saja yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum?

N :dalam pengembangan tentu saja harus ada evaluasinya, kita kan di sekolah ada
rapat sekolah biasanya membahas kekurangan dimana dan biasanya di
personil, pada gurunya tentang esensi pembelajaran itu sendiri, ada kekurangan
di pembuatan soal HOTS, rpp atau lainnya tentu itu juga dievaluasi.

P : apa rintangan dalam melakukan pengembangan kurikulum di SMAN 1


Bandung?

N : data yang kita himpun terkadang telat dari bawahnya. Contoh kasus: penilaian
dari guru.

P : dalam evaluasi itu terdapat tahapan seperti mendesain, bagaimana cara


mendesain tersebut?

N : disesuaikan dengan pemerintah. Sekarang kita ditunjuk sebagai sekolah rujukan


maka berpengaruh terhadap konten-konten di dalam pengembangannya.
Seperti kita didanai untuk mengikuti pelatihan bagi guru-guru.

P : pembelajaran adalah implementasi dari kurikulum, apakah ada koordinasi antara


bidang kurikulum dengan guru mata pelajaran?

N : tentu ada

P : lalu bagaimana menyiasati permasalahan mengenai RPP? Seperti dalam


pelaksanaannya tidak sesuai dengan RPP
N : tentu dikomunikasikan dengan guru tersebut. Biasanya kalau di SMAN 1
Bandung sudah diberikan acuannya urutannya harus seperti ini. Kalaupun ada
keluar dari struktur tentu kita komunikasikan.

P : boleh dijelaskan mengenai pembagian-pembagian tugas dari bidang di tim


kurikulum?

N : wakasek kurikulum bertugas bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan


kurikulum. Kemudian bagian evaluasi kurikulum tentu bertugas untuk
pertanggung jawaban evaluasi seperti UN, kenaikan kelas, UAS, UTS dan lain-
lain. Lalu bagian pembelajaran bertugas untuk membuat penjadwalan, proses
pembelajaran sampai dengan pelaporan. Untuk bagian SDM setiap hasil
pembelajaran ada supervisi, melihat kurang dan lebihnya dari supervisi
tersebut.

2. Transkrip Wawancara Guru Sejarah (Nyanyang Engkus, S.Pd.)

P : “Langsung saja ke pertanyaannya ya pa, kurikulum apa yang digunakan di


sekolah ini, di SMA Negeri 1 ini?”

N: “ Sama kita pake kurikulum 2013 ya, yang terbaru.”

P : “Bisa dijelaskan seperti apa pa…..”

M :”Untuk SMA Negeri 1 ini menggunakan kurikulum 2013 termasuk baru ya.
Untuk sekarang kelas 12, itu menggunakan kurikulum yang diterapkan. Karena
dulu kan kita tergolong yang lambat menerapkan kurikulum 2013. Kemaren
angkatan 2018 masih pake kurikulum 2006. Termasuk Farhan masih pake
kurikulum 2006, ya? Farhan juga masih pake kurikulum 2006 baru tahun ini
yang full pake kurikulum 2013. Jadi untuk yang sekarang angkatan 2019 itu
angkatan pertama yang Insyaallah lulus menggunakan kurikulum 2013. Jadi
kita baru menggunakan kurtilas itu di 2019.”

P : “Apakah ada alasan sekolah masih memakai kurikulum 2006?”


N : “Ya, Pertama dulu masih masa transisi melihat si kurikulum disesuaikan dengan
satuan pendidikan lalu ada beberapa kebijakan dari kepala sekolah melihat sisi
sisi dari SMA Negeri 1 makanya beliau masih memilih untuk konsisten di
kurikulum 2006 hanya saja dengan seiring berjalannya waktu
dikembangkanya kurikulum 13 menekankan kepada sikap, kita sama
mengikuti perubahan tersebut dan akhirnya kita menggunakan kurtilas.”

P : “Di sekolah ini kan pasti ada tim pengembang kurikulum, siapa saja tim
pengembang tersebut? Apakah guru? Atau wakil kepala sekolah?”

N : “Ehh tim pengembang kurikulum jelas itu selalu berkoordinasi dengan wakil
kepala sekolah bagian kurikulum juga dibantu oleh TPS, Tim Pengembang
Sekolah. Di sini juga ada guru-guru beberapa mata pelajaran yang secara usia
kerja di sini sudah sangat lama dan bisa dibilang senior di sini. Dari beberapa
mata pelajaran.”

P :” Tim Pengembang kurikulum itu dari beberapa guru mata pelajaran yang sudah
senior?”

N : “Iya, selain itu ada wakasek kurikulum dibantu juga oleh TPS, Tim
Pengembang Sekolah. Tim pengembang kurikulum itu punya tugas untuk
meng-update terus ya. Update dari kurikulum dilaporkan ke sekolah.”

P :” Nah di sini juga, dari mana bapak tau bahwa apa mengenai perkembangan
kurikulum?”

N :” Pertama, jelas sekarang itu media sangat membantu. Yang kedua, kami meng-
update diri dengan difasilitasi oleh sekolah dengan mengikuti workshop
workshop yang di dalam. Sekolah mendatangkan instruktur atau ga pemateri
yang expert di bidangnya. Kita juga beberapa bulan kebelakang sama
mendatangkan salah satu pemateri juga. Jadi informasi mengenai
pengembangan kurikulum itu juga kita dapatkan. Bukan hanya itu,
pengembangan rpp, sekarang yang sedang kita garap yaitu rapot itu juga sama
bahkan ini juga salah satu update-an kurikulum yang baru juga, bagaimana
penggunaan rapor itu bukan lagi secara manual sekarang itu tapi dengan e-
rapor. Jadi siswa bisa mengaksesnya.”
P :” Apakah bapak tau apa dasarnya ada e-rapor itu gitu, kenapa diadakan?”

N : “ Dasarnya tidak lepas dari perkembangan zaman. Apalagi mahasiswa sejarah


juga mengetahui bahwa dalam sejarah itu ada namanya mengikuti jiwa
zamannya masing-masing. Kalo kita tetap mengikuti jiwa zaman yang sudah
tidak sesuai ya kita bakal ketinggalan. Mengenai rapor ya sudah sesuai dengan
eranya sekarang. Apalagi sekarang, anak anak sekarang itu sudah mengenai
apa itu teknologi 4.0, kan. Ketika saya dulu masih teknologinya mungkin masih
2.0. Zaman kalian 3.0 mungkin ya. Tapi sekarang anak sd saja sudah pandai
menggunakan gadget, kan? Otomatis segala sesuatunya yang berbau dengan
pendidikan gitu kan itu harus disesuaikan tapi tidak terlepas dari yang namanya
rambu-rambu terkait hal tersebut. Jelas perkembangan zaman harus maklum,
mengenai e rapor , sekarang mengenai yang berbau-bau di depannya e itu
sangat sangat banyak, kan. Update diri dan update dari perkembangan zaman.”

P :” Jadi bapak sangat setuju sekali dengan era teknologi ini?”

N :” Sangat setuju! Terutama memudahkan pada guru. Yang kedua, orangtua juga.
Seperti itu.”

P :” Kapan dilakukan pengembangan dan revisi kurikulum?”

N :” Kalau untuk satuan pendidikan, kita mengikuti alur dari pemerintah. Kita kan
tidak bisa merevisi kurikulum sendiri. Tapi jelas itu harus berpedoman dari,
ehh kalau kita itu bisanya sebelum ke sekolah dari pusat turun ke provinsi.
Sekarang kan tingkat SMA itu dikelola oleh provinsi, otomatis kalo ada sesuatu
yang berkaitan dengan hal perubahan itu baik dari provinsi pasti udah langsung
ditanggap. Ada alur yang harus ditempuh. Gamungkin dari pusat langsung ke
sekolah pasti ada tahapan-tahapannya. Dari provinsi pun ga langsung ke
sekolah. Harus ke KCD, Kantor Cabang Dinas. Jadi alurnya lumayan panjang
walaupun sebelum kita mendapatkan secara formal, kita sudah tau seperti dari
televise, media sosial, tapi kan tetap alur prosedur hierarkisnya harus
ditempuh.”

P :” Tapi apakah ada saat khusus kapan-kapannya?”

N : ” Selama di sini revisi itu relatif mengikuti dari pusat.


P : ” Oh jadi tidak ada khususnya gitu?”

N : ” Iya, tidak ada. Ehh kita dari segi mata pelajaran wajib dan peminatan itu yang
ada dalam kurikulum. Itu sudah ditentukan mata pelajaran yang peminatan itu
matematika, bahasa inggris, sejarah juga masuk, lalu di sini ada bahasa Jepang.
Di kurikulumnya kan ga ada seni budaya. Di kurikulumnya tidak ada seni tari
kita kan ga membuka dan kita ga ngerevisi sendiri. Kita kan mengikuti sesuai
dengan prosedurnya. Kita mengikuti saja kapan-kapannya gitu ya.”

P : ” Saya baca-baca mengenai pembicaraan terkait pengembangan kurikulum


dilakukan setiap tahun kalo ga salah.”

N : ” Kalo pengembangan, iya kalau revisi tidak. Pengembangan itu menyesuaikan.


Kurikulumnya A maka saat pelaksanaan harus dikembangkan . Karena apa,
pengembangan kurikulum itu tujuannya agar tujuan dari kurikulumnya
tercapai. Makanya pengembangan pengembangan kurikulumnya disesuaikan
dengan sekolah. Misal, karena di sini kebanyakan IPA, peminatan dari ilmu
sosial ditawarkan kepada anak IPA walaupun hanya satu kelas. Itu pun
pengembangan. Lalu matematik juga sama. Ya anak-anak IPS ditawarkan
matematik peminatannya. Jadi jangan sampai pelajaran yang dibutuhkan oleh
siswa hanya terbatas IPA saja atau IPS saja. Tapi harus ada kan. Bisa jadi ada
siswa yang sangat berminat pada bahasa jepang ya ditawarkan. Nah itu
pengembangannya, satu contohnya ya.”

P : “Pertanyaan selanjutnya, yaitu bagaimana prosedur pengembangan kurikulum


yang ditempuh? secara rincinya gitu.”

N : ”Secara rinci saya juga kurang memahami tapi pasti itu digodog di tim
pengembangan kurikulum. Kami sebagai guru paling hanya mengetahui dari
segi pelaksanaanya saja. Tapi untuk secara rincinya itu tim pengembang
kurikulum, TPS, dan wakasek kurikulum yang bisa menjawab itu.”

P : ”Ini ada pertanyaan selanjutnya, apa saja masalah yang dihadapi dan solusi
tentang penyusunan kurikulum dan implementasi pembelajaran?”

N : ”Ok, kalo dari segi penyusunan kurikulum kendalanya karena kemarin kita baru
di ini, masih ada hal-hal yang transisi dari kurikulum 2006 ke 2013. Salah satu
solusinya jelas kita melaksanakan IHT ya dengan mendatangkan pemateri-
pemateri yang ahli di bidangnya. Jelas lalu yang kedua guru juga harus
mengupdate diri jelas. Materi-materi di kurtilas kelas 3 itu beda dengan materi
di 2006 maka harus ada update diri juga. Update dirinya gimana? Kita
datangkan pemateri. Guru-gurunya yang dikasih IHT. Jadi IHT itu tidak selalu
terfokus kepada pembelajaran. Tapi ada juga yang terfokus kepada kurikulum
dan rpp. Itu mengapa? Itu untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di
guru ketika mengimplementasikan kurikulum 2013. Misal penggunaan rpp
beda. Lalu selain itu karena KIHD nya beda jelas itunya beda. Penyusunan
indikator pun berbeda. KI 1 KI2 itu sudah baku ya sudah tidak bisa diapa-apain.
Karena itu spiritual dan sosial. Di 2006 memang tidak dituliskan secara
langsung kan di 2006. Tapi di 2006 itu tidak dijabarkan. Di 2013 itu dijabarkan,
nya. KI 1 KI 2 itu harus, wajib spiritual dan sosial. Ada perubahan di awal itu
bakal jadi masalah. Tapi sama kita mengupdate diri juga. Guru banyak
membaca, guru diikutkan di IHT, didatangkan permateri atau workshop di luar
gitu itu juga sama. Lalu dari segi buku-buku, itu juga sama. Kita mengupdate
buku-buku yang kurtilas disediakan selengkap mungkin.”

P :”Terus, menurut bapak nih, bagaimana apa proses pembelajaran manakah


menyenangkan bagi peserta didik?”

N :”Kalau sekarang, karena saya mengajar kelas 12, materinya banyak dari dulu
saya menggunakan inquiry, itu apa? Karena anak-anak sekarang itu, di
Indonesia umumnya, sudah terbebani oleh pelajaran yang banyak. Kalau kita
kasih tugas, waduh kasian ya. Yang kedua, anak-anak kitu tuh dianggap
sebagai anak-anak yang kuat, mengapa kuat? Ujiannya banyak. Maka mereka
tergolong anak yang kuat. Nah karena itu, sejarah yang dibilang aduh kudu
maca kudu ngapalkeun bakal susah. Maka kita kasih inquiry. Biarkan mereka
menemukan sendiri. Jadi, tidak aneh jika pembelajaran saya, khususnya untuk
saya sejarah kelas 12, pas saya masuk pasti saya nanya ke anak-anak. Satu-satu
saya tanya. Jadi, anak-anak siapnya itu gapapa ga baca di rumah tapi ketika
saya masuk, sudah buka buku. Setidaknya mereka ada perhatikan walaupun di
rumah kurang perhatian dengan sejarah, belajar IPA misal, itu ketika pelajaran
sejarah mereka mah baca dulu. Bukan hanya menyenangkannya, berbasis
kebutuhan. Karena apa? Sejarah itu ada di ujian selanjutnya ketika mereka ke
perguruan tinggi. Di SBM itu ada. Berbasis kebutuhan bukan berbasis
menyenangkan. Kalau berbasis menyenangkan, masuklah ke TK, Taman
Kanak-Kanak. Kalau berbasisnya di SMA, udah lagi tak menyenangkan atuh.
Kalau menyenangkan hanya senang-senang,buang waktu atuh. Kalau kelas 10
boleh lah menyenangkan buat mereka suka. Ketika kelas 12, yang diterapkan
itu bukan lagi menyenangkan tapi kebutuhan, atas kebutuhan mereka karena
sejarah digunakan untuk apa? Di SBM itu ada. Kalian yang masuknya lewat
SBM, pasti kalian sejarah itu diubak-abik. Jadi bukan lagi berbasis
menyenangkan karena ketika kalian dengan dosen, kalian kritis ya silahkan.
Bukan hanya berbasis menyenangkan lho. Sekarang itu udah berbasis
kebutuhan. Kalau mereka sudah merasa berbasis kebutuhan, dikejar.”

P : ”Apakah bapak ada menggunakan media ketika mengajar?”

N :”Ah media, itu pasti setiap mengajar. Kalau dulu, saya juga mengalami, media
itu harus terbuat, produk segala macem bawa ke kelas. Melihat hal tersebut, di
kelas 12 itu sudah jarang, sangat jarang.Jadi media-media sekarang yang lebih
bersifat digital. Makanya sekarang itu kan di aplikasi di handphone sudah
banyak, di powerpoint ditampilkan bisa,bisa pake flashdisk, ahh sudah banyak
medianya apalagi kita ini sekarang ada di zaman teknologi 4.0 itu teknologinya
sudah sangat sangat luar biasa kan. Anak-anak sekarang itu sudah sangat
pandai menggunakan gadgetnya. Nah sekarang kita harus mengubah,
mengubah apa? Mengubah cara memegang gadget yang dari vertikal menjadi
horizontal di kelas itu. Jadi paradigma kita itu, ini udah hape pintar nah
penggunanya juga harus pintar. Anak-anak Indonesia ini sekarang merupakan
generasi emas kita di tahun 2045. Nah, siapa yang harus membekalinya? Kita.
Melalui apa? Pengembangan kurikulum. Kurikulumnya yang mana?
Kurikulum 2013. Kenapa kurikulum 2013? Anak-anak ini sudah pintar, mereka
sudah bisa mencari sendiri. Yang harus kita lakukan apa? Kenapa muncul
sosial,kan di situ juga ada spiritualnya. Kenapa harus ada? Karena kalau anak
terlalu pintar, keblinger. Nah, sopan santunnya hilang, religiusnya hilang, terus
siapa yang disalahkan? Pengajar.”
P :”Apakah bapak pernah mengarahkan siswanya ke perpustakaan?”

N :”Sekarang itu udah ga harus ke perpustakaan, karena apa? Buku BSE digital
semuanya sudah bisa diakses di handphone. Itu buku BSE dari pemerintah.
Ketika mereka ke perpustakaan, waktu habis di perjalanan. Sebelum nyampe,
mereka banyak mengkol ke kantin dulu, lama lagi. Selain itu mereka beralasan,
perpustakaan terbatas. Akhirnya apa? Smartphone yang digunakan.
Perpustakaan tetap biasanya di awal tahun mereka pinjem. Kalau ga kebagian
gimana? BSE sudah ada di handphone. Linknya sudah sangat sangat terbuka.”

P : “Terus pak, kalau misalnya bapak sedang ngajar, mengacu kepada buku teks
atau gimana?”

N : “Sekarang buku teks iya, tapi harus harus update diri. Maksudnya apa? Peristiwa
kekinian sejarah itu. Karena di sejarah itu bukan hanya masa lalu. Nah materi-
materi sejarah itu selalu salah satunya masa yang akan datang. Makanya
mempelajari sejarah itu kita harus pandai mengetahui peristiwa-peristiwa
kejadian-kejadian terkini. Jadi hal-hal yang kontemporer, masalah sekaran saja
kita, eh PEMILU 2019 sudah bisa jadikan materi. Kita bahas PEMILU 55,
demokrasi liberal terpimpin, kita udah bisa masukin. Si anak sudah bisa
membandingkan kedua PEMILU tersebut. Karena apa? Kertika kita
mengetahui fenomena sebelumnya dibandingkan dengan sekarang itu sangat
mudah. Jadi ketika si anak di kelas, kita harus pandai-pandai mengetahui
perkembangan zaman sekarang. Sekarang di media sosial wah katanya ada
pengalihan isu. Bagi kita itu bukan pengalihan isu, itu informasi terupdate yang
bisa disampaikan, bisa kita bahas di kelas.”

P :” Ini pak kalo misalnya buat rpp itu dari jauh hari atau sebelum ngajar?”

N :” Biasanya pembuatan rpp itu awal tahun pelajaran dibuat. Jadi saat masuk ke
kelas itu dibawa. Nah lalu pak kalau misalnya di tengah-tengah tidak sesuai
dengan kondisi siswa? Ga jadi masalah, revisi dong. Selain itu misal rpp kita,
metode yang sudah dibuat ternyata gabisa karena medianya misalkan tidak ada
atau misalkan medianya ada tapi kita lupa. Bisa jadi kan. Makanya seorang
guru itu harus cerdas. Cerdas apa? Melihat dan mengenali siswanya. Jadi si rpp
yang sudah dibuat pada awal tahun pelajaran itu engga menjadi patokan yang
dari a sampai z harus sesuai banget, engga. Kadang karakteristik siswa, kadang
di kelas itu moodnya lagi berbeda, kalau misalkan dengan mood yang seperti
ini pake metode seperti ini gaakan beres. Jadi apa? Kita harus membangkitkan
semangat siswa, di situ muncul menyenangkannya. Jadi itu gajadi patokan
banget harus sesuai a sampai z, engga sama. Makanya ketika masuk ke kelas
anak-anaknya cape habis olahraga, awalnya mau belajar serius juga susah,
sebenarnya bisa saja namun banyak cara makanya kita harus kreatif. Nah itu
lah dengan teknologi 4.0 ini anak saja sudah pintar, tantangan nanti bapak ibu
nih, sekarang ini calon bapak ibu yang masih kuliah sangat sangat luar biasa ya
tantangannnya akan beda makannya belajar itu misal wawancara kepada guru
pun itu bisa dijadikan bahan acuan nanti karena pembelajaran di ruangan
dengan bapak ibu dosen dengan realita di lapangan kadang sangat berbeda
untuk segi materi dengan segi penerapan di sekolah. Jangankan sekolah, tiap
satuan pendidikan pun berbeda. SMA 1 dengan SMA 2 yakin beda, SMA 3
SMA 5 yakin beda. Mengapa bisa beda? Outputnya saja sudah beda. Mungkin
anak-anak di 3 menganggap semua pelajaran itu kebutuhan tapi mungkin di
SMA 1 anak-anak menganggap ahh prioritas saya mah ke ITB maka
menganggap mata pelajaran a,b,c d. Dari situ saja sudah berbeda. Makannya
sekarang itu harusnya yang di wawancara itu bukan sekolah saja, ditanyakan
juga bimbel-bimbel yang ada, apakah mereka menyesuaikan dengan kurikulum
yang ada? Apakah mereka mendidik kepada siswanya? Nah makannya di
sekolah itu pun kita mendidik bukan mengajar. Mengajar mah gampang,
mendidik yang susah. Nah seperti itu, harus ada kesinambungan antara bimbe,
sekolah, ya lembaga-lembaga pendidikan yang informal maupun nonformal
semuanya harus sinkron agar pendidikan kita yang maju. Dan tentunya arah
kebijakannya juga. Ya, seperti itu.”

P :” Dalam pengembangan kurikulum kan terdapat evaluasi kurikulum, nah di


Indonesia sendiri biasanya sampe 10 tahun....”

N :” Biasanya evaluasinya mungkin setahun sekali juga dievaluasi. Tapi yang


paling terlihat evaluasinya diganti. Evaluasinya kalau yang saya lihat itu
evaluasi menyeluruh itu ketika ganti menteri ganti kurikulum, artinya apa?
Kurikulumnya ganti. Evaluasi itu tidak selalu diganti. Tapi saya yakin setiap
tahun itu pasti ada evaluasi. Saya sangat sangat yakin. Kita itu yang terlihat
evaluasinya itu paling ya ganti menteri. Tapi setiap tahunnya, kalau saya
berpandangan yakin evaluasinya itu ada ya cuman yang terlihat masyarakat,
yang terlihat oleh pendidik atau mungkin dosen, mahasiswa pasti pas ganti
menteri ganti kurikulum. Baik, ada lagi?”

P :” Nah terus kan pak sekarang ini Indonesia metodenya dalam mengembangkan
kurikulumnya dari atas. Jadi kan kurtilas ini sama Pak Hamid Hasan, terus
kalau misalnya diubah ini pak jadi dari bawah, dari guru,bagaimana?”

N :” Ada, sudah. Cuman itu pernah dua ribu berapa ya.. Itu pengembangan materi
itu dari bawah pernah. Jadi di GMP lalu dipilih perwakilan GMP untuk skala
nasional itu membahas materi pahlawan yang harus dimasukan. Bahkan, mata
pelajaran baru harus dimunculkan.”

P :” Jadi itu diuji di sekolah masing-masing?”

N :” Engga, itu digodog di GMP, nanti dari GMP mengajukan kegiatan nanti
diajukan ke pusat.”

P :” Baik, terimakasih pak atas kesediaannya untuk diwawancarai mengenai


pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di sekolah.”

N :” Sama-sama sama-sama, kalau nanti butuh lagi, datang aja ke sini lagi, ya.”

3. Transkip Wawancara Pengelola Perpustakaan (Drs. Mahaludin


Suhada)

P: Di sini kami ingin menanyakan peranan perpustakaan dalam pengembangan


kurikulum. Apakah Bapak berkenan untuk diwawancara?

N: Boleh.

P: Sebelumnya mungkin perkenalan dari Bapak dulu.

N: Nama saya Mahaludin Suhada sebagai penanggung jawab perpustakaan sejak


tahun 1994 sampai sekarang. Kebetulan dari jurusan perpustakaan juga di UPI
angkatan 80.
P: Langsung saja ya, Pak. Seperti yang kita tahu dalam pelaksanaan kurikulum tentu
kita butuh beberapa rujukan dan itu dipakai oleh siswa maupun oleh guru. Di
sini perpustakaan sebagai pelaksana kurikulum tepatnya ke mata pelajaran
sejarah itu bagaimana? Apakah mmendukung dari segi buku atau bagaimana?

N: Kalau perpus itu kan sebagai jantungnya pendidikan. Intinya bukan kepada
sejarah saja tapi semua bidang studi untuk mendukung terutama di dalam
penyediaan buku. Kemudian kadang-kadang ada pembelajaran di perpustakaan
juga, lewat audio visual juga. Jadi intinya perpustakaan itu ikut mendukung
sebagai bagian daripada pembelajaran.

P: Selain itu, apakah siswa juga aktif dalam mendatangi perpustakaan untuk
mencari sumber buku?

N: Kalau sekarang berbeda dengan dulu, ya, sebelum ada teknologi digital itu
hampir semua pembelajaran itu di perpustakaan. Buku-bukunya juga kan,
kalau sekarang bisa lewat google. Atau juga dulu kan kadang-kadang mencari
buku di sini, kemudian bukunya juga disumbangkan yang berkaitan dengan
mata pelajaran atau gak bikin karya tulis. Jadi, kalau sekarang itu tergantung
gurunya.

P: Oh jadi ada guru yang mengarahkan ke perpustakaan, ya?

N: Ya, ada.

P: Kalau di sini mungkin ada beberapa guru yang masih mengarahkan ke


perpustakaan?

N: Pada intinya ya hampir semua. Tapi kan kadang anak-anaknya… Kan sekarang
waktu pelajarannya juga lama, ya. Dengan kurikulum 2013 kan pelajarannya
juga padat, ya. Jadi kadang-kadang pembelajaran itu bukan hanya di kelas saja.
Jadi bisa ke museum atau ke mana saja.

P: Jadi langsung terjun saja ya, Pak sesuai dengan bidang studi.

N: Iya.
P: Oh iya, Pak. Apakah sekolah sendiri itu memfasilitasi perkembangan dari
kurikulum khususnya perpustakaan? Seperti subsidi buku dan sebagainya.

N: Pada intinya ya, perpustakaan berusaha untuk menyediakan berbagai macam


fasilitas tergantung dengan kebijakan pimpinan. Kalau buku-buku kan dimulai
dari ensiklopedia, buku sumber, buku wajib, dan buku penunjang itu berusaha
disediakan. Itu juga kalau ada anggaran. Kemudia CD pembelajaran juga kan
ada, ya, kan sekarang banyak pemutaran film.

P: Jadi sekarang perpustakaan juga bukan berupa fisik seperti buku saja ya, Pak,
tapi digital juga.

N: Bukan digital. Karena kami belum menyediakan. Pengelolaannya masih manual,


namun dibantu dengan teknologi. Jadi, bukan hanya sejarah saja, ada pelajaran
Bahasa Indonesia, kemudian Bahasa Inggris juga.

P: Kan Pak, kalau Kurtilas itu biasanya disubsidi sama pemerintah, ya. Dapat tidak?

N: Kalau buku tiap tahun. Jadi, semua buku wajib. Kalau tidak salah ada 14 buku
wajib ditambah buku penunjang itu dipinjam siswa selama satu tahun. Intinya
masalah buku itu anak mendapatkan satu orang itu 14 buku, termasuk sejarah,
baik sejarah peminatan atau sejarah wajib. Lalu buku lain sebagai sumber
referensi hanya dibaca di perpustakaan.

P: Diganti tiap tahun atau bagaimana, Pak?

N: Ya kadang-kadang kalau yang kurang ditambah lagi. Tapi umumnya tiap tahun
kan kadang-kadang buku itu ada yang hilang, ada yang rusak dapat lagi. Jadi
mengajukan kembali. Karena memang tiap tahun itu harus diganti, itu
kebijakan pemerintah sekarang. Jadi buku BOS itu yang bantuan dari
pemerintah itu ya tiap tahun.

P: Menurut Bapak sendiri, kebijakan pemerintah mengenai buku itu mempermudah


atau tidak?

N: Sebetulnya kebijakan pemerintah itu membantu, ya. Cuma ya itu, namanya buku
itu kan berubah-ubah. Ada yang belum apa-apa udah revisi lagi. Ada
pergantian tuh karena ada perubahan materi. Tiap tahun itu ada perubahan. Ada
pengurangan atau penambahan. Beda kan kalau dulu bekas kakak (kakak kelas)
bisa turun, jadi satu buku bisa 5 tahun atau 10 tahun, kalau sekarang setiap
tahun ganti.

P: Apakah ada mata pelajaran yang khususnya membuat siswa datang ke


perpustakaan?

N: Yang biasanya datang itu Bahasa Indonesia. Karena pelajaran Bahasa Indonesia
biasanya membuat karya tulis dan meresensi buku. Buku itu kan silakan anak-
anak mengambil buku-buku untuk diresensi, seperti novel atau misalnya buku
pengetahuan .

P: Bagaimana soal mata pelajaran sejarah, Pak? Apakah biasanya siswa sering
datang karena tugas atau bagaimana?

N: Ya biasanya kalau ada tugas aja. Intinya kalau ada tugas, anak-anak itu ke
perpustakaan. Itu juga kalau ditugaskan. Kalau yang biasa-biasa mungkin yang
senang baca. Kalau yang berkaitan dengan pelajaran ya kalau ada tugas saja.
Tapi tidak terfokus pada tugas, kalau yang senang baca pasti datang ke perpus.

Anda mungkin juga menyukai