Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Mangga Gedong Gincu


Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging,
dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada
macamnya. Bentuk buah mangga gedong adalah bulat dengan pangkal buah
agak datar dan sedikit berlekuk serta tangkai buah yang kuat terletak pada
bagian tengah buah dengan bobot buah matang berkisar antara 200-240 g per
buah dan berukuran 5-6 x 3 x 2-3 cm (Broto, 2003).
Daya tarik pertama mangga gedong gincu ini terlihat dari warna buahnya
yang kuning kemerahan (gincu) jika sudah matang yang akan muncul ketika umur
buah sudah mencapai 90- 100 hari setelah bunga mekar dan warna merah ini akan
muncul pertama di bagian pangkal buah jika buah mangga gedong tetap dibiarkan
tumbuh di pohonnya. Jadi jika buah mangga gedong dipetik sebelum warna
gincunya muncul maka buah ini akan tetap menjadi buah mangga gedong, bukan
buah mangga gedong gincu. Daya tarik lainnya dari buah berwarna gincu ini
terletak pada bagian aroma dan rasanya yang manis sekaligus sedikit asam.
Mangga gedong gincu memiliki daging buah yang tebal, berserat halus, berair
banyak serta agak keras. Permukaan kulit buah mangga gedong gincu berbintik
putih kehijauan dan berlilin serta agak tebal sehingga dapat disimpan beberapa
hari dan dikenal tahan dalam proses pengangkutan. Tampilan fisik buah mangga
gedong gincu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Mangga gedong gincu


Dalam penentuan standar kualitas mangga gedong gincu yang baik
biasanya didasarkan pada (Broto, 2003):
 Bobot buah 200-240 g/buah.

 Warna ketika matang adalah pada pangkal buah merah keunguan, pucuk
buah hijau tua.

 Bentuk pucuk dan pangkal buah bulat dan sedikit berlekuk pada pangkal.

 Terdapat sedikit bintik pada kulit buah dan warnanya jelas.

 Kulit buahnya tebal dan berlilin

2.2 Kerusakan Mangga Gedong Gincu


Buah mangga gedong gincu termasuk ke dalam kelompok buah klimakterik,
yaitu suatu perubahan pola respirasi yang mendadak yang khas pada buah-buahan
tertentu, dimana selama proses tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis
yang diawali dengan proses pembentukan etilen yang ditandai dengan terjadinya
proses pematangan. Buah-buahan yang tidak pernah mengalami periode tersebut
digolongkan ke dalam golongan buah non klimakterik (Winarno,2002).
Mangga gedong gincu biasanya dipanen setelah memasuki tingkat
kematangan optimal, masih sedikit keras dan warna merahnya sudah mulai
tampak. Tingkat kematangan terbaik adalah apabila buah mangga dapat dipanen
pada umur 90-100 hari setelah bunga mekar karena jika pemanenan dilakukan
sebelum hari ke-90 setelah bunga mekar, maka warna merah yang menjadi ciri
khasnya tidak akan tampak dan buah ini hanya akan tergolong menjadi buah
mangga gedong. Tanda yang menunjukkan mangga gedong gincu telah masak
dapat ditandai dengan daging buah yang mudah melunak jika ditekan dengan jari.
Pada kondisi ini, buah dapat disimpan selama 2-3 hari dalam lemari pendingin
dengan kondisi kulit buah akan menghitam sementara daging buah tetap baik
untuk dimakan (Broto, 2003).
Buah mangga gedong gincu adalah buah mangga yang sengaja dibiarkan
matang di pohonnya, maka buah ini juga mudah memar dan tertusuk, sehingga
harus ditangani secara hati-hati. Kerusakan secara fisik dan mekanik ini menjadi
factor yang harus ditentukan dalam memberikan penanganan pasca panen pada
manga gedong gincu mulai dari peemtikan, sortasi, grading hingga pengemasan
yang tepat untuk distribusi. Sehingga pengemasan yang cocok untuk penyimpanan
buah manga gedong gincu ini perlu diperhatikan mengingat sifat buah mangga
termasuk buah klimaterik.
Mangga termasuk tanaman yang rentan terhadap penyakit yang bisa
menyerang buah, bunga dan pentil (buah muda), daun serta batang dan cabang.
Untuk menghindari serangan penyakit dan hama pada buah mangga yang
umumnya disebabkan karena cendawan dan bakteri, harus diketahui cara
pencegahan dan pengendaliannya agar tidak menyebabkan kebusukan pada buah.
Penyakit dapat muncul saat masa prapanen maupun pascapanen. Penyakit
pascapanen pada mangga ini bisa mengakibatkan hal yang lebih buruk
dibandingkan ketika buah masih berada di pohon karena kerusakan karena
penyakit pascapanen pada mangga dapat menimbulkan kerugian dan kehilangan
hasil antara 30-50%. Hal ini akan lebih besar lagi jika tidak segera dilakukan
penanggulangan, karena kondisi di daerah tropis sangat mendukung pertumbuhan
dan perkembangan patogen pascapanen, misalnya suhu dan kelembapan yang
tinggi serta keberadaan patogen tanaman di daerah tropis yang selalu ada di
sepanjang musim dan terdapat berlimpah di alam (Soesanto, 2006).
Serangan busuk buah bisa terjadi pada mangga yang dibawa ke tempat
penjualan maupun yang disimpan di ruang sejuk bersuhu 7-10oC. Mangga yang
dibawa ke tempat penjualan seringkali terserang busuk dengan ciri-ciri berkerut
hitam yang disebabkan oleh cendawan Phomopsis sp., busuk ring yang keras dan
hitam disebabkan oleh cendawan Dothiorella mangiferae Cheerna & Dani, busuk
pangkal buah disebabkan oleh cendawan Colleto-qloeosporiodes, dan busuk lunak
disebabkan oleh cendawan Bohydplodia theobromae Pat. Selain itu, penyakit ini
juga disebabkan oleh cendawan Gloeosporium mangifera P. Henn, Cladosporium
herbarum Lk., dan Penicillium galucum Lk (Pracaya, 2011).
Bila serangan terjadi pada pangkal buah penyebabnya adalah cendawan
Dothiorellribis (Fel.) Sacc. yang benih penyakitnya masuk dari ujung tangkai lalu
meluas ke pangkal buah dan bagian lain. Penyakit ini menghasilkan busuk lunak
yang sangat khas pada buah mangga. Jika terjadi busuk di sisi buah yang disertai
bercak-bercak antraknosae, penyebabnya adalah cendawan Gloeosporium
mangiferae P.Henn, atau Colletotrichum gloeosporioides Penz. Buah yang
terserang busuk akan berbau lebih keras yang kemudian akan berbau seperti buah
yang terlalu masak, bercak-bercaknya mula-mula kecil, setelah itu akan tersebar
dan menjadi lebih besar sehingga buah tidak laku dijual. Pestalozzia funera
Desmmaz dan Phomopsis sp. juga dapat menyebabkan busuk sisi buah. Buah
yang memar karena ketidakhati-hatian dalam panen atau dalam membawa ke
tempat penyimpanan, juga bisa busuk yang disebabkan oleh serangan cendawan
Penicillium glaucum Lk dan Fusarium sp. Jika disimpan di tempat bersuhu yang
lebih tinggi, penyebab busuk adalah cendawan hijau Penicillium digitatum Sacc.,
dan cendawan biru Penicillium italicum Wehmer (Pracaya, 2011).
2.3 Penanganan dan Penyimpanan Mangga Gedong Gincu
Selama proses penyimpanan, mangga akan mengalami
kebusukan/penurunan mutu yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
adalah karena serangan penyakit pasca panen yang bisa disebabkan pula oleh
berbagai faktor baik yang berasal dari masa pra-panen, panen ataupun pada saat
pasca panen itu sendiri.
Menurut Pracaya (2011), serangan busuk buah mangga gedong gincu dapat
dicegah dan dikendalikan dengan penanganan sebagai berikut:
a. Lakukan penanganan buah secara hati-hati dan pastikan tidak ada
luka/memar.
b. Infeksi cendawan pembusuk bersifat laten. Untuk mengendalikannya, sejak
buah mangga masih muda perlu dilindungi dengan penyemprotan
fungisida alami, misalnya cairan kunyit.
c. Bila ada buah yang menunjukkan gejala busuk, jangan dicampur degan area
yang sehat.
d. Mangga dapat awet disimpan si tempat dengan suh rendah, yakni 7-10 oC.
Hanya saja cara ini bisa membuat mangga terluka, terutama buah yang
berkulit tipis. Lukanya berupa bercak (lingkaran kecil) cokelat. Kalau
disimpan pada suhu 1oC, warnanya akan berubah dari hijau menjadi suram.
Setelah dikeluarkan dari ruang dingin, buah akan cepat busuk pada suhu
kamar.
DAFTAR PUSTAKA
Broto, W. 2003. Mangga : Budidaya, Pacapanen dan Tataniaganya. AgroMeida
Pustaka. Jakarta
Pracaya, 2011. Bertanam Mangga. Jakarta. Penebar Swadaya.
Soesanto,L. 2006. Penyakit Pascapanen Sebuah Pengantar. Kanisius. Yogyakarta.
273 Hal.
Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai