Anda di halaman 1dari 8

Mengenal Pencak Silat Betawi, Seliwa Jurus Tujuh


HISTORY (HTTPS://SPORTOURISM.ID/HISTORY)  GIFFAR
 KAMIS, 5 JANUARI 2017 11:01 AM     9741  
 Share on Facebook  Share on Twitter   


(whatsapp://send?
text=https://sportourism.id/history/mengenal-
pencak-
silat-
betawi-
seliwa-
jurus-
tujuh)

SPORTOURISM— Nusantara adalah lahan subur untuk bela diri pencak silat. Meski memiliki

nama yang sama, hampir setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri dalam permainan
bela diri tersebut.

Sebut saja ada silek Minang untuk pencak silat dari Minangkabau. Atau aliran Cikalong,
Cimande, dari Tatar Sunda. Selain Cingkrik dan Beksi, di Betawi juga berkembang pencak silat
Seliwa Jurus Tujuh.   

 
‘Maen pukulan’ yang satu ini dipopulerkan almarhum Haji Sama’ bin Saleh, putra asli
Bambularangan, sebuah kampung di Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.

Konon kabarnya Haji Sama Saleh ini juga keturunan langsung dari pendiri Kampung
Bambularangan. Beliau mewarisi aliran silat ini dari gurunya, Ki Muhatim, yang berasal dari
Kampung Gondrong. Menurut cerita almarhum kepada penulis sekitar tahun 2000 lalu, Ki Saleh

dan istrinya Khodijah--orang tua Haji Sama, adalah orang terpandang yang juga jago pukulan
(ahli maen silat) pada zamannya.

Ketika Ki Saleh masih hidup, Haji Sama yang saat itu masih remaja bisa melakukan dan
mendapatkan apa saja yang dia inginkan. Tentunya karena orang sungkan terhadap
kebesaran nama bapaknya.
“Telunjuk gua laku, apa nyeng gua pengenin gua tinggal nunjuk,” begitu kata Haji Sama waktu
itu.

Petaka datang ketika sang ayah yang dibanggakannya meninggal dunia, Haji Sama merasa
orang sudah tidak lagi memandang dirinya. Karena peristiwa itu Haji Sama mulai sadar, jika
dia ingin disegani orang maka dia juga harus sehebat ayahnya.

 
                                                                 Haji Sama bin Saleh

Dengan membayar dua pikul dongkrak gabah cere dan gabah ketan sebagai jaminan, dia
mengajukan diri berguru kepada Ki Muhatim, suhu silat Betawi jurus tujuh. Belajar pukulan
dilakukan di pelataran rumah Haji Jibi, sebuah rumah kebaya berundak dua yang menghadap
utara dan di halamannya tumbuh sebatang pohon Maja.

Haji Sama Saleh adalah murid yang calakan dan berani, sehingga dengan mudah ia
menyerap jurus-jurus yang diajarkan sang guru.

Di samping belajar pukulan, Haji Sama Juga belajar ngelmu. Di antaranya adalah ilmu
Pelamuran. Konon ilmu ini dimiliki juga oleh Mat Item, raja garong dari Srengseng yang tewas
ditembak pasukan Batalion Kala Hitam atas petunjuk Ki Medo. Mat Item terbunuh di anak kali

mookervart Kampung Duri, setelah diburu selama tiga bulan.

Satu lagi ilmu yang dikuasai Haji Sama Saleh adalah ilmu kebal air keras. Ilmu ini didapatnya
setelah puasa mutih selama tiga hari tiga malam, lalu merapal mantra: “hur gedong hur
gedong ya malaekat alaena ya malaekat alaena bi alpaih” sebanyak tiga kali.

Bahkan karena sudah sangat menguasai ilmu kebal air keras ini, Haji Sama sering berkumur
dengan air keras sebelum ‘ribut’ dengan musuh-musuhnya.

Kehebatan maen pukulan Seliwa Jurus Tujuh pernah juga diceritakan Haji Sama ketika dia
menerima tantangan lurah Kosambi untuk bertarung. Sosok lurah ini dituturkan Haji Sama
dengan sangat dramatis.
“Kepelannya segede gayung, kalo kita ampe kepukul, kita bisa kaga kena nasi tiga ari,” begitu
penuturan Haji Sama. Di samping itu Haji Sama juga menambahkan,”Ini lurah jago beksi.
Ukuran gedigannya genteng merosot. Kalo kita mao nyepak kakinya sebelon nyampe ke
tanah, kalo udah nempel ke tanah ibarat kita nyepak patok, kaga begerak!”

Inilah nama-nama jurus Seliwa Jurus Tujuh yang unik dan terkesan lucu. Namun jangan salah,
jurus-jurus itu sempat membuat gentar jago-jago silat di bagian barat Betawi pada masanya.

1. Jurus NAMPAN DUIT, pecah empat, tubruk, puter, buka.


2. Jurus SOSOT, tubruk, puter, buka.
3. Jurus KETOK, pecah empat, tubruk, puter, buka.

Kembangan PERTAMA : Pukul, potong sikut, serog, rambet, pukul, ketok, longok monyet, kenyur,
bukaan satu/setengah, tubruk maju.

Kembangan KEDUA : Tepok tangan, mbak-mbakan 4X, tepok kaki, pukul, tubruk maju, puter,
buka.

4. Jurus GECEK, pecah empat, tubruk, puter, buka.


5. Jurus BERARAK MIRING, tubruk, puter, buka.
6. Jurus BERARAK RENDAH.
7. Jurus SEMBAT, pecah empat.

Kini, sejak Haji Sama Saleh meninggal dunia pada usia menjelang 70 tahun, silat Seliwa Jurus
Tujuh sudah sedikit sekali yang mengamalkan.

Mungkin begitulah akhir dari perguruan silat yang ditinggal mati guru besarnya: lama-lama
meredup dan dilupakan orang. Seperti juga Seliwa Haji Husin Mairan, Cingkrik Ki Rian, dan
Seliwa Ki Kampleng yang sempat melegenda. Bahkan beberapa perguruan silat Betawi di
bagian barat Jakarta, yang guru besarnya masih hidup pun, kini sudah kehilangan daya
tariknya.

Seperti perguruan Seliwa Mahmud Peci Tinggi di Kampung Pinggirawa, atau Perguruan Seliwa
Ki Logod di Kampung Poncol, yang kian sepi. Di samping latihannya yang sangat berat
sehingga jarang orang yang bisa sampai tamat, silat Betawi juga kini menghadapi tantangan
budaya masa kini yang kian beragam. [   ]

Sumber : artikel adam moeslich dalam blog anakmandorbuang

TAGS : (https://sportourism.id/tag/)

RELATED POSTS

About Us (https://sportourism.id/about-us) Disclaimer (https://sportourism.id/disclaimer)


Pedoman Media Siber (https://sportourism.id/pedoman)

© 2016 SPORTOURISM. (https://sportourism.id/) All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai