Anda di halaman 1dari 21

Kelompok dengan Ideologi Kegunaan (Utilitarian)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu: Dr. Abdul Fatah, M.Pd.

Oleh:

Kelompok 5

1. Nurhanifa 2225170086
2. Farihah Almaida 2225170099
3. Nuranisa Oktavia Suryani 2225170108
4. Fauziyyah Kristanti Monica Dewi 2225170117
5. Akhmad Taufik Awami 2225170113

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kelompok
dengan Ideologi Kegunaan (Utilitarian)” guna untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kelemahan dalam menyusun makalah ini,
baik isi maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Oleh karena itu
kritik dan saran sangat kami perlukan.

Serang, 8 November 2018

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum tentang Berbagai Ideologi dan Kelompok ............... 3

2.2. Pelatih Industri ...................................................................................... 5

2.3. Pragmatisi Teknologi ............................................................................ 8

BAB 3 PENUTUP

5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan memiliki keterkaitan dengan filsafat. Secara harfiah filsafat,


yaitu philosophy. Adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani,
philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan.

Paul ernest menyatakan bahwa dunia pendidikan terbagi berdasarkan


ideologi yang mendasarinya. Ada lima jenis ideologi tersebut yaitu industrial
trainer, technological pragmatist, old humanist, progressive educator.

Semua elemen sekunder berpadu dan berasal dari filsafat matematika,


himpunan nilainilai moral dan teori masyarakat. Unsur-unsur utama
mengilhami semua aspek pendidikan matematika dalam sebuah cluster
ideologis, menggambarkan sebuah tesis sentral buku ini, bahwa ideologi
memiliki dampak yang kuat, hampir menentukan pada pedagogi matematis.

Absolutisme dualistik mencirikan pandangan kanan baru mengenai


pengetahuan, nilai-nilai moral dan hubungan sosial. Menurut perspektif ini
bahwa pengetahuan, termasuk matematika, adalah dipotong (cut) dan
dikeringkan (dried), benar atau salah, dan didirikan oleh otoritas. Nilai-nilai
moral juga diatur dalam dualitas seperti benar dan salah, baik dan buruk, dan
ditetapkan dengan mengacu pada otoritas. Nilai-nilai ini juga terkait dengan
pandangan hubungan kemanusiaan dan sosial.

Dalam era Victoria, tujuan dari Industrial Trainer untuk pendidikan


matematika adalah memberikan pelatihan keterampilan dasar dan berhitung,

1
sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri dan perdagangan. Technological
pragmatism merupakan kelompok modern yang turun dari industri trainer
yang bertugas untuk mengembangkan pendidikan dan menerapkan
perkembangan teknologi.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana gambaran umum mengenai ideologi dan kelompok?
1.2.2. Jelaskan mengenai industrial trainer!
1.2.3. Apa saja yang terdapat dalam pragmatisi teknologi? Dan jelaskan!

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai ideologi dan kelompok.
1.3.2. Untuk mengetahui mengenai industrial trainer.
1.3.3. Untuk mengetahui mengenai pragmatisi teknologi.

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Dapat mengetahui gambaran umum mengenai ideologi dan kelompok.
1.4.2. Dapat mengetahui mengenai industrial trainer.
1.4.3. Dapat mengetahui mengenai pragmatisi teknologi.

2
1.4.4.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum tentang Berbagai Ideologi dan Kelompok

A. Lima ideologi pendidikan matematika: sebuah tinjauan


Pendidikan memiliki keterkaitan dengan filsafat, misalnya saja
keterkaitan antara Kurikulum dengan peta pendidikan karya Paul Ernest.
Paul Ernest menyatakan bahwa dunia pendidikan terbagi berdasarkan
ideologi yang mendasarinya. Ada lima jenis ideologi tersebut
yaitu industrial trainer, technological pragmatist, old humanist, progressive
educator dan public educator.Menurut Ernest, pandangan mengenai
pembelajaran juga terkait dengan pandangan mengenai ilmu yang
dipelajari, dalam hal ini yaitu matematika. Perbedaan dalam memandang
matematika menyebabkan perbedaan dalam membelajarkannya kepada
siswa. Berikut ini diuraikan kelima ideologi tersebut dalam Tabel Peta
Pendidikan :
Tabel 1. Peta Pendidikan
Industrial Technological Old Humanist Progressive Public
Educator Educator
Trainer Pragmatist
Conservative/ Liberal Democracy
Politics Radical right Conservative
liberal
Body Structure of Process Social activiti
Mathematics Science of truth
ofknowledge truth of thinking es
Hierarkhies pa Humanity Justice,
Moral Value Good vs Bad Pragmatism
ternalistics Freedom
Hierarchy, Hierarchy Well-fare
Theory of
Market Hierarchy Un-Justice
Society
orientation need a reform
Character Student To
Genesis of Empty
Empty Vessel Building Orientation develop/grow
Students Vessel
seed plant
Theory of Talent Need Aspect of
Talent and
Students’ Talent Development Culture,
Effort
Ability Relatives
Aim of Back to Certification Transfer of Creativity To develop

3
knowledge people
Mathematics basic comprehensiv
Education (arithmetic) ely through
math
Work hard, UnderstandingExploration Discussion,
Theory of Exercises, Thinking and and Autonomy,
Learning Drill, Practice application Self
Memorize
Transfer of Expository Construction Discussion,
Theory of External
knowledge investigation
Teaching motivation
(transmition)
White Visual Various Social
Board, teaching aid resources/ Environment
Resources Teaching aid
Chalk, Anti for motivation Environment
calculator
External test Porto-folio, Porto-folio,
Evaluation External test External test
Assessment social context
Competent Multiple Heterogonom
Based Solution, ous
Diversity Monoculture Desentralisation
Curriculum Local
Culture

B. Keterbatasan Penjelasan
Pertama – tama banyak penyederhanaan dilakukan dan pasti lebih
menarik kelompok daripada daftar yang ada; mereka tidak perlu stabil dari
waktu ke waktu, bukan dalam hal definisi kelompok sosial, maupun dalam
tujuan, ideologi dan misi istilah; dalam pengelompokan tunggal, tidak
akan ada posisi ideologi tunggal tetap, daripada keluarga ideologi yang
tumpang tindih; anggota kelompok dapat menganut komposit termasuk
komponen dari beberapa ideologi; dan posisi ideologis sendiri
disederhanakan dan sampai batas tertentu secara sembarang dalam
pemilihan unsur yang disertakan. profesi ditandai sebagai: amalgamations
longgar segmen mengejar tujuan yang berbeda dalam tata krama berbeda,
dan lebih-atau-kurang hati-hati yang disatukan di bawah nama umum pada
masa tertentu sejarah. (Bucher dan Strauss, 1961, halaman 326).
Kelompok- kelompok yang dijelaskan di sini juga dapat diharapkan untuk
berada dalam keadaan fluks dan perubahan, karena mereka diadakan
bersama- sama bahkan lebih longgar oleh kepentingan bersama, mendasari

4
keluarga besar ideologi yang tumpang tindih. Kemudian yang kedua yaitu
Ideologi tidak perlu dibatasi oleh kewarganegaraan.

2.2. Pelatih Industri

A. Hukum baru sebagai Pelatih Industri


Absolutisme dualistik menggambarkan ideologi Hukum Baru sebagai
pelatih industri modern (Williams, 1961). ‘Hukum Baru’ (The ‘New
Right’) adalah kelompok konservatif radical Margaret Thatcher dan
anggota yang berpikiran-mirip dari Pemerintah Konservatif Absolutisme
dualistik mencirikan pandangan hukum baru mengenai pengetahuan, nilai-
nilai moral dan hubungan sosial. Menurut perspektif ini bahwa
pengetahuan, termasuk matematika, dapat dipotong (cut) dan dikeringkan
(dried), benar atau salah, dan didirikan oleh otoritas. sanksi otoriter
paternalisme adalah nilai-nilai yang paling tradisional dan perspektif moral
dalam budaya. Yang paling terkemuka dalam hal ini adalah nilai-nilai
Victoria dan etos kerja Protestan, yang menempatkan bayaran (premium)
pada pekerjaan, industri, hemat, disiplin, tugas, penyangkalan diri dan
pertolongan-diri (Himmelfarb, 1987). Nilai-nilai ini juga terkait dengan
pandangan hubungan kemanusiaan dan sosial. Dari menilai otoritas dan
beberapa nilai-nilai Yahudi-Kristen tradisional datang pandangan hirarkis
kemanusiaan—bagus di bagian atas (dekat dengan Tuhan) dan basis di
bawah. , dalam hal itu menerima stratifikasi sosial dan kelas sebagai tetap,
mewakili urutan yang tepat dengan tujuan untuk meningkatkan
perdagangan dan perniagaan, dan untuk menghargai mereka dengan
kebajikan itu mengagumi, yaitu borjuis petit (petitbourgeoisie)

B. Studi Kasus: Ideologi Margaret Thatcher


Thatcher sangat dipengaruhi oleh ayahnya, dengan nilai-nilai khas
borjuis-petit. Dia menerapkan nilai-nilai Victoria kerja keras, menolong-
diri (self-help), tugas sebagai kepuasan. Nilai ini juga diperkuat oleh
Methodists,mengembangkan pandangan yang kuat tentang kekuatan-pasar

5
(market-forces), anti-kolektif dan anti-intervensionis. Thatcher ‘merasakan
kebutuhan biasa (uncommon need) untuk menghubungkan politik dengan
luar, mengartikulasi filsafat hidup.’ Dia percaya bahwa nilai-nilai
masyarakat bebas datang dari agama, dan bahwa nilai utama adalah
kebebasan kehendak dan pilihan pribadi, memperkuat kekuatan pasar,
ideologi anti-kolektif. Unsur-unsur sentral dalam ideologi Thatcher adalah
nilai-nilai Victorian untuk personal (kebajikan kerja, pertolongan-diri dan
perjuangan moral), yang memiliki stratifikasi sosial sebagai latar belakang
tak terbantahkan, dan metafora pasar tempat istimewa untuk sosial
(industri,kesejahteraan dan pendidikan). Keunggulan dari model sosial ini
apanya anti-intelektualisme yang berasal dari kepastian dualistik
keyakinan, yang melihat argumen sebagai upaya untuk mendominasi,
ditambah dengan ketidakpercayaan yang profesional, yang menantang
dogma karena mereka secara moral cacat dan mencari-diri (self-seeking).

C. Pelatih Industri
Menurut pandangan kaum industrialis, semua hal yang dilakukan
dikerahkan untuk kepentingan industri termasuk pendidikan. Pendidikan
diarahkan pada hal-hal untuk menjadikan anak didik sebagai tenaga kerja.
Dilihat dari sisi kemanusiaan, pandangan kaum industrialis mereduksi
banyak kebutuhan anak didik. Industrial trainer dimaksudkan untuk
pelatihan kepada siswa melalui pembelajaran matematika yang merupakan
bagian daripersiapan untuk kehidupan siswa dalam menghadapi dunia
kerja. Matematika pada industrial trainer ini dipandang sebagai body of
knowledge. Matematika sebagai ratunya ilmu dimaksudkan matematika
adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak ilmu-ilmu yang
penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika.
Matematika adalah tunggal. Kebenaran dan kesalahan di dalam
metematika bersifat absolut.
Pada kurikulum 2013 pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh
kembangnya pribadi siswa yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai
kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan

6
hidup untuk membekali siswa memasuki dunia kerja. Sehingga
pada industrial trainer teori sosial yang menginginkan siswa untuk menjadi
pemimpin yang keras relevan dengan prinsip kurikulum 2013. Teori
hakekat siswa padaindustrial trainer adalah siswa merupakan bejana
kosong. Dalam kurikulum 2013 dijelaskan bahwa siswa memiliki
pengetahuan dasar yang diharapkan dapat menjadi landasan untuk
menggali pengetahuan selanjutnya. Siswa dituntut aktif mencari dan
membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Teori
kemampuan siswa pada industrial trainer sesuai dengan kurikulum 2013
yaitu pada bahwa pada proses pembelajaran guru dapat membentuk siswa
dengan kemampuan mereka. Kemampuan yang diharapkan adalah
kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan, diharapkan
siswa dapat menggunakan kemampuan/ bekal-bekal tersebut untuk
menjawab tantangan masa depan.
Tujuan pendidikan matematika kaum ini adalah back to basic, dimana
siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dasar dalam
pendidikan. Teoribelajar yang digunakan adalah kerja keras, tugas, drill,
hafalan, sedangkan teori mengajar yang digunakan adalah transfer of
knowledge. Hal ini mengandung maksud bahwa dalam pembelajaran
matematika guru memindahkan pengetahuan ke siswa, sehingga siswa dan
guru memiliki pemahaman yang sama.
Sumber pembelajaran Industrial Trainer berasal dari guru. Dalam
proses pembelajaran tidak ada tempat untuk masalah sosial dalam
matematika, semuanya hanya tentang konsep dasar menghitung dan
bilangan. Pembelajaran semacam ini dilaksanakan di Indonesia pada
kurikulum 1994. Penilaian dalam Industrial Trainer bersifat otoriter,
lapisan masyarakat atas bertanggungjawab untuk mengecek dan
mengontrol level dibawahnya. Keragaman sosial tidak menjadi masalah
dalam matematika, kecuali siswa membutuhkan pengelompokkan dalam
kemampuan matematika.

7
2.3. Pragmatisi Teknologi

A. Ideologi Pragmatis
Merupakan sikap dan perilaku politik yang tidak menginginkan
adanya perubahan yang berarti (mendasar) dalam sebuah sistem. Sikap ini
biasanya dianut oleh mereka yang tengah menikmati posisi istimewa atau
kekuasaan dalam sebuah struktur atau paling tidak merasa sangat
diuntungkan oleh sistem yang ada. Kaum konservatif cenderung
mempertahankan dan melestarikan sistem yang sudah ada. Kalaupun
mereka melakukan perubahan karena desakan dan dorongan oleh pihak
luar, kaum konservatif hanya ingin perubahan itu tidak menggeser atau
menghilangkan posisi mereka dalam kekuasaan. Perubahan hanya
mungkin terjadi bila situasi sudah sangat krisis dan mendesak yang
memaksa mereka harus turun dari posisi kekuasaan.
Matematika dipandang sebagai Science of truth. Dimana ukuran
kebenaran ilmu adalah rasionalisme dan empirisme sehingga kebenaran
ilmu bersifat empiris dan rasional. Dalam kurikulum 2013 proses
pembelajaran matematika mengarahkan siswa untuk membuktikan sesuatu
hal berdasarkan pengalaman langsung.
Teori sosial masyarakat technological pragmatism menganggap bahwa
yang berprestasilah yang dapat duduk sebagai pemimpin. Hal ini tidak
sesuai dengan kurikulum 2013 yang fokus terhadap tiga aspek
pengembangan yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan karena,
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang cerdas di bidang akademik
dan berkarakter serta terampil. Sama halnya pada kaum industrial trainer
bahwa hakekat siswa padatechnological pragmatist merupakan bejana
kosong dan tidak sesuai denganprinsip kurikulum 2013.
Dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk tetap melakukan
proses guna memunculkan dan memaksimalkan talenta (bakat) yang
mereka miliki untuk mendapatkan ijazah guna mempersiapkan
mereka untuk tantangan kerja di masa depan. Dengan memiliki ijazah
seseorang dapat menggunakannya untuk mencari pekerjaan
yang bermanfaat bagi dirinya. Teori belajar yang digunakan dalam oleh

8
kaum ini adalah thinking danpractice. Teori mengajar dilakukan
dengan memotivasi dari luar.
Belajar dalam ideologi ini adalah proses berpikir dan praktek sehingga
siswa membutuhkan alat peraga dalam proses pembelajaran. Guru sudah
mulai menggunakan teknologi sebagai alat bantu, dalam hal ini
mengkombinasikan antara manual dengan bantuan komputasi seperti
kalkulator. Menurut pandangan technological pragmatist, kemampuan
instruksi dan motivasi dapat dibangun melalui relevansi pekerjaan.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes eksternal, tes ini
dimaksudkan untuk menyediakan sertifikat pencapaian dan keterampilan
yang didapat. Dan keragaman sosial dan pendidikan dalam technological
pragmatist lebih menekankan pada manfaat untuk pekerjaan di masa
depan, atau pendidikan lebih lanjut di masa depan.

B. Teknologi Ideologi pragmatis: Absolutisme Multiplistic


Secara epistemologis, perspektif teknologi pragmatis dilihat sebagai
sebuah pengetahuan yang dapat diterapkan dalam aplikasi praktis dan
memiliki nilai guna. Dalam matematika, aliran ini menganggap bahwa
matematika merupakan ilmu yang dianggap benar. Dengan kata lain,
matematika dianggap sebagai nilai yang mutlak. Berdasarkan
epistemologi, pengetahuan ini merupakan salah satu yang tidak perlu
untuk diragukan. Karena pengetahuan terapan terlihat dalam keterampilan,
pengetahuan, dan pengalaman dari praktisi profesional dan terampil dalam
menerapkannya.
Secara etis, posisinya adalah pragmatistyang tidak didasarkan pada
prinsip-prinsip etiks, tetapi pada kegunaan atau kemanfaatannya.
Multiplisticadalah ideologi hasil penggabungan dari multiplistic dan
absolutism. Ideologi ini berpandangan bahwa matematika sebagai sesuatu
yang pasti dan tidak diragukan lagi kebenarannya, hal ini dapat dilihat dari
segi penerapannya yang memiliki cakupan luas.
Filosofi matematika, mencontohkan sudut pandang epistemologis
secara keseluruhan yang memuat bahwa matematika murni diterima secara
mutlak. Sehingga filosofi matematika adalah absolut. Matematika ini

9
tergantung pada pengetahuan dan keterampilan para ahli profesional yang
dibuat berdasarkan utilitarian pragmatism.
Nilai-nilai moral, nilai-nilai disini terdiri dari kegunaan,
kemanfaatan, pragmatisme, dan kepentingan pribadi atau kelompok.
Ilmiah, kemajuan teknologi, dan pembangunan sosial sangat dihargai.
Teori masyarakat, industri dan pertumbuhan teknis dipahami sebagai
mesin pembangunan sosial, sehingga ilmu pengetahuan, tekonologi, dan
industri terletak pada masyarakat. Masyarakat dilihat sebagai meritokrasi
atau teknokratis dan masyarakatpun memperoleh pengetahuan ilmiah dan
teknologi yang diperlukan dengan meningkatnya kekayaan, status, dan
kekuasaan.
Teori anak, anak dipandang sebagai kapal kosong yang harus diisi
dengan fakta dan keterampilan. Ada juga yang menilai pengalaman
sebagai sumber keterampilan, serta penyebaran masa depan mereka di
dunia industri. Dan anak juga dipandang sebagai alat tumpul, yang harus
dipertajam melalui pelatihan untuk melakukan pekerjaan di masa yang
akan datang.
C. Kompleksitas View pragmatis Teknologi
Prespektif pada pragmatis teknologi dapat diidentifikasi baik secara
historis maupun pada saat ini. Tujuan ini termasuk ke dalam tiga elemen,
yaitu:
1. Perolehan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
melayani kebutuhan yang mendesak mengenai industri, perdagangan,
dan pekerjaan.
2. Perolehan pengetahuan ilmiah, matematika dan teknologi serta
keterampilan yang diperlukan untuk melayani kebutuhan teknologi
masa depan mengenai industri dan masyarakat.
3. Sertifikasi karyawan yang potensial, dengan cara melakukan
pemeriksaan dan test untuk memfasilitasi proses seleksi untuk
pekerjaan.

Terdapat dua kelompok yang akan dipertimbangkan: pertama,


kelompok-kelompok masyarakat umumnya di luar pendidikantetapi
bersangkutan dengan kegunaannya. Hal tersebut mencakup indusrialis,

10
pengusaha lain, anggota birokrat pemerintah, ilmuan dan teknologi.
Kedua, kelompok yang berada dalam sistem pendidikan termasuk
administrator, guru dan pendidik. Kelompok ini merupakan reformis
bekerja di dalam sistem pendidikan yang mempengaruhi perubahan dalam
kurikulum matematika.

D. Sejarah PandanganPragmatis Teknologis: Tekanan Sosial


Setelah abad ke-19, pandangan pragmatis teknologi merupakan bagian
utama dari pandangan Industrial Trainel. Pada saat pameran besar tahun
1851, pra keunggulan industri Inggris terancam oleh kemajuan pesat
dalam industrialisasi di benua Eropa. Tujuan pragmatis teknologi memiliki
dampak yang ditandai pada penyediaan pendidikan, meskipun terdapat
unsur-unsur ilmiah dan teknis yang lambat. Menurut Weber (1964)
birokratisasi masyarakat industri dan pasca industri modern telah
menyebabkan sertifikasi melalui pemeriksaan eksternal sebagai akhir
utama untuk sekolah. sertifikasi berfungsi sebagai alat seleksi untuk
pekerjaan yang memenuhi tujuan kegunaan dari pendidikan.
Jadi tradisi pragmatis teknologis dapat ditelusuri dari zaman Victoria
sampai sekarang di Inggris. Selama waktu ini telah mendapatkan
momentum, sebagai peran teknologi dalam masyarakat telah berkembang.
Tradisi ini menekankan aspek pelatihan kejuruan pendidikan, sertifikasi
prestasi sebagai bantuan untuk seleksi untuk pekerjaan, dan kebutuhan dan
nilai perkembangan teknologi, yang akan dilayani dan dibantu dengan
pendidikan. Ia mengangkat pengejaran studi teknologi, termasuk
matematika terapan dan ilmu pengetahuan, dekat dengan status sebagai
tujuan pada dirinya sendiri (Golby, 1982).

E. Tujuan PragmatisTeknologisdi Pendidikan Matematika


Selain tekanan sosial umum untuk memenuhi tujuan pragmatis
teknologis, ada juga tekanan internal untuk reformasi kurikulum
matematika untuk memenuhi tujuan.Dalam era Victoria, kurikulum

11
matematika untuk beberapa sekolah menengah selektif adalah matematika
murni, sedangkan untuk di sekolah dasar umumadalah aritmatika dasar.
Hanya lebih dari satu dekade kemudian, Komisi Internasional tentang
Pengajaran Matematika dilaporkan bahwa: ‘Tujuan pragmatis teknologis
telah menjadi semakin lebih penting’. (Dewan Nasional Guru Matematika,
1970, halaman 183). Meskipun tekanan ini, kurikulum matematika sekolah
masih sebagian besar terdiri dari aritmatika untuk massa, dan matematika
murni bagi mereka dalam pendidikan selektif (Cooper, 1985).
Seperempat abad kemudian laporan resmi berikutnya pada
matematika di pendidikan menengah diumumkan. Kata-kata pertamanya
sebagai berikut: Standar hidup kitadan posisi kita di dunia tergantung pada
kemampuan kita untuk tetap di garis depan kemajuan ilmiah, baik murni
dan terapan. Matematika adalah dasar ilmu pengetahuan ... [ matematika ]
aplikasi siapnya tidak bisa ditanamkan terlalu dini. (Departemen
Pendidikan, 1958, halaman iii). Pernyataan tersebut merupakan pergeseran
ke arah posisi pragmatis penuh teknologi, di mana pendidikan matematika
dan ilmiah terlihat untuk mendorong pengembangan teknologi dan
industri, dan karenanya untuk kemajuan sosial dan kemakmuran.

F. Ideologi Pragmatis Teknologis Pendidikan Matematika


a. Tujuan Matematis
Tujuan kelompok ini untuk pengajaran matematika adalah
utilitarian; siswa harus diajar matematika pada tingkat yang tepat
untuk mempersiapkan ]mereka untuk memenuhi tuntutan pekerjaan
dewasa. Tujuan ini memiliki tiga komponen cabang: (1) untuk
membekali siswa dengan pengetahuan matematika dan keterampilan
yang diperlukan dalam pekerjaan, (2) untuk mengesahkan pencapaian
matematika siswa untuk membantu seleksi untuk kerja, dan (3)
teknologi lebih lanjut dengan pelatihan teknologi menyeluruh, seperti
dalam kesadaran komputer dan keterampilan teknologi informasi.

b. Teori Pengetahuan Matematis Sekolah

12
Matematika sekolah dipandang memiliki dua bagian. Pertama,
adalah keterampilan, prosedur, fakta dan pengetahuanmatematika
murni. Ini adalah tulang kering subjek, yang sebenarnya adalah alat
untuk dikuasai. Kedua, adalah aplikasi dan penggunaan matematika.
Ini adalah bagian penting, hidup dari matematika, yang membenarkan
dan memotivasi studi tentang subjek.. Matematika sekolah adalah
subjek menghadap ke luar, mencari aplikasi peningkatan kompleksitas.
Nilai intrinsik, kreativitas dan pola tidak dianggap signifikan.

c. Teori Kemampuan Matematika


Pandangan pragmatis teknologis terhadap kemampuan matematis
adalah bahwa hal itu merupakan warisan, tetapi itu memerlukan ajaran
untuk mewujudkan potensinya. Jadi, misalnya, menurut Burghes:
Walaupun anak-anak memiliki bakat khusus untuk berbagai topik,
seorang guru yang baik dapat membuat semua perbedaan antara
murid yang kehilangan perhatian (yang sangat sulit untuk bangkit
dalam matematika), atau bekerja sungguh-sungguh, menikmati
subjek ... semua pengalaman saya menunjukkan bahwa guru
matematika yang baik,lahir dengan bakat, dan saya belum yakin
bahwa pelatihan ada baiknya. (Burghes, 1989, halaman 85).

d. Teori Pembelajaran Matematika


Pandangan pembelajaran yang terkait dengan perspektif ini adalah
analog dengan magang: perolehan pengetahuan dan keterampilan
terutama melalui pengalaman praktis. untuk menjadi ahli dalam model
anda harus benar-benar mengalaminya— adalah tidak baik hanya
melihat seseorang lain yang melakukannya, atau mengulangi apa
yang orang lain telah dilakukan—Anda harus mengalami sendiri.
Saya akan menyamakannya dengan kegiatan berenang. Anda dapat
menonton orang lain berenang, Anda dapat praktek latihan, tetapi
untuk berenang, Anda harus berada dalam air melakukannya sendiri.
(Berry et al., 1984, halaman xiii)

13
e. Teori Sumber Daya untuk Pendidikan Matematika
Sumber Daya memainkan peran penting dalam pandangan
pedagogi. Guru menggunakan mereka untuk menggambarkan dan
memotivasi mengajar. Belajar adalah praktis, sehingga siswa harus
memiliki akses ke sumber daya untuk belajar eksperimental dan
berpraktek. Keterampilan teknologi informasi adalah penting, sehingga
siswa harus berpegang langsung pada pengalaman komputer, video
interaktif, dan sumber daya serupa. Mendasari semua ini adalah
pandangan pengalaman belajar, perlunya siswa memiliki pengalaman
praktis.
f. Teori Mengajar Matematika
Pandangan pengajaran matematika yang terkait dengan perspektif
pragmatis teknologis adalah bahwa pengajaran keterampilan dan
motivasi melalui relevansi kerja. Fokusnya adalah pada ‘seni mengajar
seni 175 penerapan matematika’ (Lighthill, 1973, halaman 98). Dalam
pendidikan tinggi, ada penekanan pada pemecahan masalah yang
diterapkan. Dalam pengajaran pemodelan setidaknya tiga kegiatan
yang berbeda harus dilibatkan:
(1) Praktik dalam menangani masalah lengkap.
(2) Latihan pada keterampilan pemodelan tertentu.
(3) Pengembangan kesadaran strategi yang efektif.

g. Teori Menilai Belajar Matematika


Pandangan penilaian adalah bahwa tes dari eksternal untuk
memberikan sertifikasi pencapaian dan keterampilan. Untuk
akademisyang kurang, penekanannya adalah pada penyediaan catatan
profil prestasi dan keterampilan (Hodkinson, 1989). Namun, untuk
pragmatis teknologis moderen persiapan kejuruan khusus pekerjaan
[keterampilan] saja tidak cukup ... perubahan teknologisadalah
kemungkinan untuk mengubah struktur banyak pekerjaan: oleh karena
itu persiapan kejuruan itu harus memberikan orang muda dengan
berbagai keterampilan yang memiliki utilitas di berbagai bidang
kejuruan ... Istilah keterampilan generik digunakan untuk

14
menggambarkan kemampuan tersebut. (Unit Pendidikan Lanjutan,
1982, halaman 3)

h. Teori Keanekaragaman Sosial dalam Pendidikan Matematika


Berkenaan dengan keanekaragaman sosial dan pendidikan, fokus
pragmatis teknologis adalah pada kebutuhan utilitarian pekerjaan dan
pendidikan lanjutan. Keragaman sosial terlihat dalam hal pekerjaan
masa depan, sedangkan budaya, ras dan gender bukan materi cakupan
kecuali sejauh mereka berhubungan dengan pekerjaan. Matematika
dianggap sebagai netral, kecuali itu diterapkan, dalam hal ini yang
berkaitan dengan industri dan teknologi, bukan budaya.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Industrial trainer yang dimaksudkan dalam pembelajaran matematika
yaitu suatu kegiatan pelatihan yang dilakukan kepada siswa. Pelatihan
tersebut misalnya metode latihan, hafalan, dan praktek. Pelatihan ini
merupakan bagian dari persiapan yang dilakukan guru untuk kehidupan
siswa dalam menghadapi dunia kerja. Ini bertujuan untuk membantu siswa
dalam menanamkan kemampuan-kemampuan dan nilai-nilai yang sesuai
dengan dunia atau tantangan kerja di masa depan. Di industrial
trainer, pendidikan tinggi di masa depan siswa tidak begitu diatur atau
diperhatikan.
Technological Pragmatist merupakan kelompok modern yang turun
dari industri trainer yang bertugas untuk mempromosikan ideologi versi
modern dengan tujuan utilitarian (azaz kemanfaatan). Kelompok pada aliran
ini khawatir dengan perkembangan pendidikan pada tahapindustrial
trainer makanya, mereka membuat kelompok baru yang menerapkan
perkembangan teknologi.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Ernest, Paul. 1991. The Philosophy of Mathematics Education. British: Taylor and
Francis e-Library.

http://trysagustyamanda.blogspot.com/2014/01/implementasi-filsafat-dalam-
pendidikan.html?m=1

http://deliasartika.blogspot.com/2014/01/implementasi-filsafat-dalam-
pendidikan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai