Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN OBSERVASI DI PANTI REHABILITASI NARKOBA

RUMAH DAMAI TAHUN 2018

Dosen Pengampu: dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid)

Disusun oleh:
Rombel Epidemiologi Reguler

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat serta hidayah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Observasi di Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai Tahun 2018 yang
diampu oleh dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid). Lalu, ucapan terimakasih
kepada :
1) Allah SWT yang telah melimpahkan rezeki dan keberkahan dalam pembuatan
laporan.
2) dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid), yang telah memberikan masukan dan
arahan kepada penulis.
3) Pengelola Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai.
4) Orang tua penulis, yang telah memberi arahan, motivasi, dan saran kepada
penulis.
5) Teman-teman, yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan laporan ini.
Serta pihak lain yang telah mendukung penulis dalam pembuatan laporan
sehingga dapat dibuat sebaik-baiknya. Dalam pembuatan laporan ini, penulis
menyadari akan kekurangan serta kesalahan yang ada. Semua pihak dapat
memberi masukan berupa saran dan kritik yang mampu meningkatkan kualitas
makalah tersebut. Penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya jika laporan ini
terdapat kesalahan serta kekurangan. Semoga laporan ini bermanfaaat bagi penulis
serta khalayak secara luas.

Semarang, 10 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
PRAKATA...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................3
1.3 TUJUAN OBSERVASI..................................................................................4
1.4 MANFAAT OBSERVASI..............................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 PENGERTIAN NAPZA................................................................................5
2.2 JENIS-JENIS NAPZA...................................................................................5
2.3 TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA.............................................................12
2.4 PENYALAHGUNAAN NAPZA.................................................................13
2.5 KELOMPOK PENYALAHGUNA NARKOBA.........................................14
2.6 FAKTOR RESIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA.................................14
2.7 DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA...............................................17
BAB III METODOLOGI OBSERVASI................................................................19
2.1 METODE OBSERVASI...............................................................................19
2.2 TEMPAT DAN WAKTU OBSERVASI.......................................................19
2.3 SUBJEK OBSERVASI.................................................................................19
BAB IV HASIL OBSERVASI...............................................................................20
3.1 PROFIL PANTI REHABILITASI NARKOBA RUMAH DAMAI............20
3.2 HASIL WAWANCARA DENGAN KLIEN REHABILITASI....................22
3.3 WAWANCARA DENGAN MENTOR REHABILITASI............................29
BAB V PENUTUP................................................................................................33
4.1 KESIMPULAN............................................................................................33
4.2 SARAN........................................................................................................33
4.2.1 Pemerintah............................................................................................33
4.2.2 Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai...........................................33

iii
4.2.3 Masyarakat............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34
LAMPIRAN...........................................................................................................36

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Narkoba di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan (dalam waktu operasi dan untuk
penenang), akan tetapi di sisi lain penyalahguanaan narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanda pengendalian
dan pengawasan yang tepat dan ketat. Penyalahgunaan Narkoba dewasa ini sudah
sangat kompleks dan menimbulkan banyak permasalahan. Dimana permasalahan
penyalahgunan narkoba dan peredaran gelap narkoba menunjukkan peningkatan
yang mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya suatu generasi muda.
Konsumsi narkoba bemula dari rasa penasaran sehingga ingin mencoba, ikut
teman, stres, pelarian atau motif lainnya, yang pada akhirnya membuat generasi
muda ketagihan pada narkoba. Berdasarkan data hasil survei yang dilakuakan oleh
BNN jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak
3.376.115 orang. Proporsi jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia yaitu
14,49% merupakan pecandu bukan suntik, 59,53% coba pakai, 27,25% teratur
pakai dan 1,73% adalah pecandu suntik.
Di wilayah semarang kondisinya sangat mengkhawatirkan,
Penyalahgunaan narkoba di Kota Semarang, setiap tahunnya terus meningkat.
Berdasarkan data BNN (Badan Narkotika Nasional) menyebutan bahwa jumlah
pengguna narkoba dari tahun 2016 ke tahun 2017, terjadi peningkatan 11 persen.
Pada tahun 2017 Terdapat 782.169 gram sabu, 789 butir pil ekstasi, 12.733 obat
terlarang dan 92 gram ganja disita Satuan Researce Narkotika dan Obat Terlarang.
Pecandu narkoba seingkali mengalami stres dan berpikir negatif karena
merasa tertekan oleh apa yang dihadapunya, sehingga sulit untuk mencapai
kesembuhan. Berdasarkan hal tersebut, akan lebih baik jika kepada para pecandu
ditanamkan sikap pantang menyerah terhadap keadaan yang sedang dihadapi.
Banyak dampak yang dialami oleh penyalahguna napza sehingga diperlukannya
program rehabilitasi, rehabilitasi merupakan suatu rangkaian proses pelayanan

1
2

yang diberikan kepada pecandu dengan tujuan melepaskan dari ketergantungan


napza hingga dapat menikmati kehidupan bebas tanpa napza.
Dengan rehabilitasi, penyalahguna narkoba yang mengikuti rehabilitasi
dapat disembuhkan dan dapat dikembalikan keberfungsian sosilanya ke dalam
lingkungan masyarakat selayaknya. Membangun karakter, sifat, sikap, perilaku
dan membrikan keterampilan-keterampilan bagi mereka sebagai modal untuk
berintekraksi maupun bekerja di sekto-sektor usaha ysng bersangkutan dengan
keahliannya.
Praktek rehabilitasi terhadap pasien penyalahguna narkoba ini harus
meliputi terapi tingkah laku, terapi medis, terapi keagamaan atau kombinasi dari
semua terapi tersebut. Tingkat keberhasilan dari setiap terapi yang diberikan tidak
selalu memberi hasil yang sama bagi setiap orang. Oleh karena itu, setiap proses
rehabilitasi harus selalu dievaluasi dan dikaji kembali efektivitasnya. Dari sekian
banyak metode yang digunakan dalam setiap panti rehabilitasi, terdapat salah satu
metode yaitu metode terapi komunitas atau Therapeutic Community. Metode
pemulihan yang digunakan adalah penggabunngan anatara terapi komunitas
dengan 12 langkah Narcotics Anonymous (NA).
Therapeutic Community merupakan metode terapi yang dilakukan dengan
cara membiasakan pasien untuk hidup berkelompok bersama dalam suatu
komunitas atau lingkungan tertentu. Terapi komunitas adalah suatu metode
rehabilitasi sosial dengan sekelompok orang yang memiliki prinsip interpersonal
yang cukup tinggi sehingga mampu mendorong orang lain untuk belajar
berinteraksi di suatu komunitas. Terapi komunitas memiliki lima fase pelaksanaan
yaitu fase orientasi, Core treatment phase, pre-reentri phase, reentry phase, dan
aftercare phase. Terapi komunitas terdari dari staff yang pernah mengalami rasa
sakit dan memiliki perilaku yang timbul akibat ketergantungan dngan narkoba,
namun telah mampu dan mengetahui cara mengatasinya.
Sedangkan 12 langkah Narcotics Anonymous (NA) adalah model 12
langkah program untuk kecanduan obat setelah Alcoholic Anonymous (AA). NA
merupakan sebuah program pemulihan spiritual dari penyakit kecanduan. 12
langkah dari program NA didasarkan pada prinsip-prinsip rohani, tiga diantaranya
3

adalah kejujuran, keterbukaan pikiran, dan kemauan. Program ini berorientasi


kelompok, dan didasarkan pada 12 langkah dan 12 tradisis yang diadaptasi dari
Alcoholic Anonymous (AA). NA menjelaskan kecanduan sebagai penyakit
progresif dan belum bisa disembuhkan yang mempengaruhi setiap bidang
kehidupan seorang pecandu seperti fisik, mental, emosi dan spiritial. Terapi
komunitas yang diberikan pada klien atau residen diharapkan akan meningkatkan
salah satu faktor internal yang juga mempengaruhi proses pemulihan residen.
Pengendalian emosi dan perbaikan psikologi dalam terapi komunitas dapat
mengembangkan persepsi yang positif mengenai diri residn pada aspek identitas
personal yaitu dapat menyelesaikan masalah dengan pemikiran yang jernih dan
dapat mengendalikan diri. Suasana kekeluargaan yang diciptakan pada terapi
komunitas akan membuat residen atau klien memiliki rasa dibutuhkan dan
dihargai oleh orang lain, sehingga tingkah laku yang ditimbulkannya pun menjadi
tidak egois dan peduli terhadap orang lain, hal tersebut adalah wujud dari aspek
identitas sosial dan penilaian sosial. Pengembangan intelektual dapat membentuk
aspek tingkah laku personal seperti kemampuan perencanaan depan, pada aspek
penilaian keluarga yatu memahami orang-orang terdekatnya terutama keluarga
dan teman-teman di rumah rehabilitasi. Sedangkan segi spiritual, dengan program
NA klien dapat mengembangkan hubungan baik dengan Tuhan, memiliki kendali
normal yang baik pada diri, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosilanya, hal tersebut merupakan wujud dari aspek identitas moral etik, aspek
penilaian moral etik dan aspek penilaian sosial.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengetahui tentang gambaran pelaksanaan penanggulangan napza menggunakan
metode Therapeutic Community pada Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai
yang terdapat di Desa Cepoko, Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota
Semarang.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran pelaksanaan penanggulangan napza menggunakan
metode Therapeutic Community pada Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai
4

yang terdapat di Desa Cepoko, Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota


Semarang?
1.3 TUJUAN OBSERVASI
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penanggulangan napza
menggunakan metode Therapeutic Community pada Panti Rehabilitasi Narkoba
Rumah Damai yang terdapat di Desa Cepoko, Kelurahan Cepoko, Kecamatan
Gunungpati, Kota Semarang
1.4 MANFAAT OBSERVASI
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan informasi pengetahuan mengenai cara
penanganan atau penanggulangan penyalahgunaan napza dengan metode terapi
komunitas.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Akademis
Secara akademis observasi ini berguna untuk bahan pertimbangan atau
referensi dalam rangkan mengembangkan konsep-konsep, teori-teori, terutama
model pemecahan masalah program Terapi Komunitas.
b. Bagi Tempat Observasi
Hasil laporan observasi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
lembaga tersebut, khususnya tentang peningkatan kualitas korban penyalahgunaan
napza dengan metode terapi komunitas. Agar dapat lebih meningkatkan mutu dan
kualitas dalam memberikan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahgunaan napza.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN,
2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa
bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan
NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara
menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi
(Kemenkes RI, 2010).
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan,
yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik,
psikis, dan sosial.
NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja
pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
2.2 JENIS-JENIS NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika
juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang

5
6

sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika
tidak dapat lepas dari “cengkraman”-nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke
dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
 Narkotika golongan I adalah: narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
 Narkotika golongan II adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin
dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
 Narkotika golongan III adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein
dan turunannya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan
perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati
gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :
 Golongan I adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.
Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
 Golongan II adalah: psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
 Golongan III adalah: psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina,
fleenitrazepam, dan sebagainya.
 Golongan IV adalah: psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK,
mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
7

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar


yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
 Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf
pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau
psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
- Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput).
 Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan,
antara lain: Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
 Tembakau: Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan.
 NAPZA lain yang lebih berbahaya.
Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Sama sekali dilarang: Narkotika golongan I dan Psikotropika Golongan I.
2) Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.
3) Diperjual belikan secara bebas: lem, thinner dan lain-lain.
4) Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.
2.1 Berdasarkan Efeknya Terhadap Perilaku Yang Ditimbulkan NAPZA
Dapat Digolongkan Menjadi:
a. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.
Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida
(morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan
tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
8

b. Golongan Stimulan (Upper)


Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah: Amfetamin (shabu,
esktasi), Kafein, Kokain.
c. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak
digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk: Kanabis (ganja), LSD,
Mescalin.
d. Golongan Entaktogen
Adalah termasuk stimulan yang telah dimodifikasi yang juga memiliki sifat-
sifat halusinogen
e. Golongan Kanabinoid
Termasuk kelompok unik yang mempengaruhi reseptor tertentu pada otak.
2.2 Macam-Macam Bahan Narkotika Dan Psikotropika Yang Terdapat Di
Masyarakat Serta Akibat Pemakaiannya :
a. OPIOIDA
 Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :
- Opioida alamiah (opiat): morfin, cpium, kodein
- Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin
- Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon
 Nama jalannya putauw, ptw, black heroin, brown sugar
 Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak
murni berwarna putih keabuan
 Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin
kemudian dengan proses tertentu menghasil putauw, dimana putauw
mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik yang
mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin.
 Opiat atau opioid biasanya digunakan dokter untuk menghilangkan rasa
sakit yang sangat (analgetika kuat). Berupa pethidin, methadon, Talwin,
kodein dan lain-lain
 Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa ingin
menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan
sipemakai akan kehilangan rasa percaya diri hingga tak mempunyai
keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka
9

sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh. Mulai


sering melakukan manipulasi dan akhirnya menderita kesulitan keuangan
yang mengakibatkan mereka melakukan pencurian atau tindak kriminal
lainnya.
b. KOKAIN
 Kokain mempunyai dua bentuk yaitu: kokain hidroklorid dan free base.
Kokain berupa kristal putih. Rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dari
free base. Free base tidak berwarna/putih, tidak berbau dan rasanya
pahit.
 Nama jalanan dari kokain adalah koka, coke, happy dust, charlie, srepet,
snow salju, putih. Biasanya dalam bentuk bubuk putih.
 Cara pemakaiannya: dengan membagi setumpuk kokain menjadi
beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda
yang mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan
menggunakan penyedot deperti sedotan. Atau dengan cara dibakar
bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui
suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer
disebut freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko kering
dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
 Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar,
kehilangan nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat
menghilangkan rasa sakit dan lelah.
c. KANABIS
 Nama jalanan yang sering digunakan ialah: grass, cimeng, ganja dan
gelek, hasish, marijuana, bhang
 Ganja berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada
tanaman ganja terkandung tiga zat utama yaitu tetrehidro kanabinol,
kanabinol dan kanabidiol
 Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan mempunyai
rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
 Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih
santai, rasa gembira berlebih (euforia), sering berfantasi. Aktif
berkomonikasi, selera makan tinggi, sensitif, kering pada mulut dan
tenggorokan.
10

d. AMPHETAMINES
 Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa
tahun 1887, dan dipasarkan tahun 1932 sebagai obat
 Nama jalannya : seed, meth, crystal, uppers, whizz dan sulphate
 Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan,
digunakan dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet
biasanya diminum dengan air.
 Ada dua jenis amfetamin :
- MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar
tahun 1980 dengan nama Ekstasi atau Ecstacy.
Nama lain : xtc, fantacy pils, inex, cece, cein
Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink heart,
snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul
- Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-
shabu. SS, ice, crystal, crank.
Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas alumunium
foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol
kaca yang dirancang khusus (bong)
e. LSD (Lysergic acid)
 Termasuk dalam golongan halusinogen, dengan nama jalanan : acid,
trips, tabs, kertas.
 Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar
seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang
berbentuk pil, kapsul.
 Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah
dan bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-
12 jam.
 Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti
halusinasi terhadap tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini
digabung menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia
rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah
atau bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid.
f. SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)
 Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur)
 Nama jalanan dari Benzodiazepin: BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
 Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal
11

 Penggunaan dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres serta


sebagai hipnotik (obat tidur).
g. SOLVENT / INHALANSIA
 Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya :
Aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner,uap
bensin.
 Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah umur golongan
kurang mampu/ anak jalanan
 Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan,
mual, muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung.
h. ALKOHOL
 Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia.
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian.
Dari proses fermentasi diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari
15%, dengan proses penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar
alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%.
 Nama jalanan alkohol : booze, drink
 Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan
terakhir. Sekali diabsorbsi, etanol didistribisikan keseluruh jaringan tubuh
dan cairan tubuh. Sering dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah
maka orang akan menjadi euforia, mamun sering dengan penurunannya
pula orang menjadi depresi.
2.3 TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA
a. Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang
tujuannya ingin mencoba, untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian
pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap
lebih berat.
b. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use): yaitu pemakaian
NAPZA dengan tujuan bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai.
Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, namun sebagian lagi
meningkat pada tahap yang lebih berat.
c. Pemakaian Situasional (situasional use): yaitu pemakaian pada saat
mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan,
12

dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan


tersebut.
d. Penyalahgunaan (abuse): yaitu penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi
sosial.
e. Ketergantungan (dependence use): yaitu keadaan dimana telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah
NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya
dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal
syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang
dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya
sehari-hari secara “normal”.
2.4 PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA
banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau
mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA
kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk
mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan
pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan
kerusakan fisik (Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi
yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus
dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan
gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):
 Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan
13

mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat,
ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.
 Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan
NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat
untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala
fisik.
2.5 KELOMPOK PENYALAHGUNA NARKOBA
a. Coba Pakai
adalah mereka yang pakai narkoba kurang dari 5 kali dalam setahun
terakhir dari saat survei.
b. Teratur Pakai
adalah mereka yang pakai narkoba sebanyak 5 sampai 49 kali dalam
setahun terakhir dari saat survei.
c. Pecandu Bukan Suntik
adalah mereka yang pakai narkoba lebih dari 49 kali dalam setahun dari
saat survei.
d. Pecandu Suntik
adalah mereka yang pakai narkoba dengan cara suntik berapapun
jumlahnya dalam setahun terakhir dari saat survei.
2.6 FAKTOR RESIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA
Menurut Soetjiningsih (2004), faktor risiko yang menyebabkan
penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga,
pergaulan (teman sebaya), karakteristik individu dan faktor kesempatan.
a. Faktor Genetik
Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari
orang tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol
dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik. Penelitian lain
membuktikan remaja kembar monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih besar
dibandingkan remaja kembar dizigot.
b. Lingkungan Keluarga
Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka
mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan dengan
pola asuh orang tua dengan disiplin yang ketat.
14

Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan


kebahagiaan bagi semua anggotanya. Banyak keluarga mengalami problem-
problem tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak
keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis dan
matinya komunikasi antara mereka.
Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering berakibat perceraian. Kalau
pun keluarga ini tetap dipertahankan, maka yang ada sebetulnya adalah sebuah
rumah tangga yang tidak akrab dimana anggota keluarga tidak merasa betah.
Orangtua sering minggat dari rumah atau pergi pagi dan pulang hingga larut
malam. Ke mana anak harus berpaling? Kebanyakan diantara penyalahguna
NAPZA mempunyai hubungan yang biasa-biasa saja dengan orang tuanya.
Mereka jarang menghabiskan waktu luang dan bercanda dengan orang tuanya
(Jehani, dkk, 2006).
c. Pergaulan (Teman Sebaya)
Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman
kelompok sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau
mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang. Menurut Hawari
(2006) perkenalan pertama dengan NAPZA justru datangnya dari teman
kelompok. Pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan
kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman
kelompok ini tidak hanya pada saat perkenalan pertama dengan NAPZA,
melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan NAPZA, dan
yang menyebabkan kekambuhan (relapse).
Bila hubungan orangtua dan anak tidak baik, maka anak akan terlepas
ikatan psikologisnya dengan orangtua dan anak akan mudah jatuh dalam pengaruh
teman kelompok. Berbagai cara teman kelompok ini memengaruhi si anak,
misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak dan seterusnya
sehingga anak turut menyalahgunakan NAPZA dan sukar melepaskan diri dari
teman kelompoknya.
Marlatt dan Gordon (1980) dalam penelitiannya terhadap para
penyalahguna NAPZA yang kambuh, menyatakan bahwa mereka kembali
kambuh karena ditawari oleh teman-temannya yang masih menggunakan NAPZA
(mereka kembali bertemu dan bergaul). Kondisi pergaulan sosial dalam
15

lingkungan yang seperti ini merupakan kondisi yang dapat menimbulkan


kekambuhan. Proporsi pengaruh teman kelompok sebagai penyebab kekambuhan
dalam penelitian tersebut mencapai 34%.
d. Karakteristik Individu
 Umur
Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA adalah mereka
yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara kejiwaan masih sangat
labil, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan sedang mencari identitas diri serta
senang memasuki kehidupan kelompok. Hasil temuan Tim Kelompok Kerja
Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba Departemen Pendidikan Nasional
menyatakan sebanyak 70% penyalahguna NAPZA di Indonesia adalah anak usia
sekolah (Jehani, dkk, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2004) proporsi penyalahguna
NAPZA tertinggi pada kelompok umur 17-19 tahun (54%).
 Pendidikan
Menurut Friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang menyatakan
apakah pendidikan mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA. Akan tetapi,
pendidikan ada kaitannya dengan cara berfikir, kepemimpinan, pola asuh,
komunikasi, serta pengambilan keputusan dalam keluarga.
Hasil penelitian Prasetyaningsih (2003) menunjukkan bahwa pendidikan
penyalahguna NAPZA sebagian besar termasuk kategori tingkat pendidikan dasar
(50,7%). Asumsi umum bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin mempunyai
wawasan/pengalaman yang luas dan cara berpikir serta bertindak yang lebih baik.
Pendidikan yang rendah memengaruhi tingkat pemahaman terhadap informasi
yang sangat penting tentang NAPZA dan segala dampak negatif yang dapat
ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit untuk berkembang
menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir yang sempit.
 Pekerjaan
Hasil studi BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
tahun 2009 di kalangan pekerja di Indonesia diperoleh data bahwa penyalahguna
NAPZA tertinggi pada karyawan swasta dengan prevalensi 68%,
PNS/TNI/POLRI dengan prevalensi 13%, dan karyawan BUMN dengan
prevalensi 11% (BNN, 2010).
e. Faktor Kesempatan
16

Ketersediaan dan kemudahan memperoleh NAPZA juga dapat dikatakan


sebagai pemicu.Saat ini Indonesia merupakan sasaran empuk bagi sindikat
Narkoba internasional untuk mengedarkan barang tersebut, yang pada gilirannya
menjadikan zat ini dengan mudah diperoleh.
2.7 DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA
a. Terhadap kondisi fisik
 Akibat zat itu sendiri
Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya
intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis berlebih
yang memang diharapkan oleh pemakaiannya. Sebaliknya bila pemakaiannya
terputus akan terjadi kondisi putus zat.
Contohnya:
1) Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah
terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.
2) Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat hidung,
jangka panjang terjadi anemia dan turunnya berat badan.
3) Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi, misalnya: gangguan
lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung dan
saraf, gangguan metabolisme, cacat janin dan gangguan seksual.
 Akibat bahan campuran/pelarut : bahaya yang mungkin timbul : infeksi,
emboli.
 Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril
Akan terjadi infeksi, berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
 Akibat pertolongan yang keliru
Misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi minum.
 Akibat tidak langsung
Misalnya terjadi stroke pada pemakaian alkohol atau malnutrisi karena
gangguan absorbsi pada pemakaian alkohol.
 Akibat cara hidup pasien
Terjadi kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi dan penyakit kelamin.
b. Terhadap kehidupan mental emosional
Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan pada
kehidupan mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak
wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom
amotivasional. Putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi
sampai bunuh diri.
c. Terhadap kehidupan sosial
17

Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan mengganggu


fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya
prestasi akan menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya
dorongan untuk menyalahgunakan obat.
Dalam posisi demikian hubungan anggota keluarga dan kawan dekat pada
umumnya terganggu. Pemakaian yang lama akan menimbulkan toleransi,
kebutuhan akan zat bertambah. Akibat selanjutnya akan memungkinkan terjadinya
tindak kriminal, keretakan rumah tangga sampai perceraian. Semua pelanggaran,
baik norma sosial maupun hukumnya terjadi karena kebutuhan akan zat yang
mendesak dan pada keadaan intoksikasi yang bersangkutan bersifat agresif dan
impulsif (Alatas, dkk, 2006).
BAB III
METODOLOGI OBSERVASI
2.1 METODE OBSERVASI
1. Observasi
Untuk melengkapi cara memperoleh data yang lengkap penulis
mempergunakan metode observasi, yaitu mengamati, mencari data dari beberapa
fakta mengenai hal yang ada hubungannya dengan permasalahan. Menggunakan
sistem Observasi yang sifatnya berpartisipasi (Pertisipant Observation) yaitu
observer ikut aktif dalam kegiatan observasi.

2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan
bertatap muka (tanya jawab) langsung dengan informan.
3. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan cara melihat dan berinteraksi langsung
dengan objek secara realistik ketempat itu berada diluar perkuliahan untuk
mendapatkan informasi secara real atau nyata.

2.2 TEMPAT DAN WAKTU OBSERVASI


Tempat: Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai
Waktu : Jumat, 9 November 2018

2.3 SUBJEK OBSERVASI


1. Klien atau pasien rehabilitasi di Rumah Damai
2. Mentor atau pembina rehabilitasi di Rumah Damai

19
BAB IV
HASIL OBSERVASI

3.1 PROFIL PANTI REHABILITASI NARKOBA RUMAH DAMAI


Yayasan Rumah Damai berdiri sejak tanggal 28 Juli 1999. Yayasan ini
berlokasi di Gunung Pati, Desa Cepoko, Semarang, Jawa Tengah. Yayasan Rumah
damai telah memiliki lebih dari 480 alumni dari seluruh penjuru tempat di
Indonesia dan yayasan ini telah di tunjuk oleh pemerintah sebagai IPWL (Institusi
Penerima Wajib Lapor) untuk wilayah Jawa tengah.
Bermula di tahun 1998, yayasan rumah damai melayani beberapa pecandu
narkoba di Jakarta. Salah satu dari pecandu narkoba yang dilayani adalah
keponakan pemilik yayasan. Pada satu peristiwa, keponakan yang menjalani
rehabilitasi justru meninggal karena overdosis. Kejadian tersebut menyadarkan
pemilik yayasan rumah damai bahwa dalam melayani anak-anak pecandu narkoba
tidak bisa dilakukan secara paruh waktu, tetapi harus penuh waktu. Akhirnya,
pada bulan November 1998 yayasan rumah damai pindah dari Jakarta ke
Semarang.
Sementara menunggu pembangunan Rumah Damai selesai, pelayanan
rehabilitasi dilakukan di Ungaran, dan tepat pada tanggal 28 Juli 1999 yayasan ini
pindah ke Rumah Damai di Gunung Pati, Semarang.
Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai menggunakan program atau
pendekatan rehabilitasi secara Therapeutic Community. Therapeutic community
merupakan bentuk program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal
dalam satu tempat. Dipimpin oleh bekas penyalahguna yang dinyatakan
memenuhi syarat sebagai konselor, setelah melalui pendidikan dan latihan. Tenaga
profesional hanya sebagai konsultan saja. Disini penderita dilatih keterampilan
mengelola waktu dan perilakunya secara efektif serta kehidupannya sehari-hari,
sehingga dapat mengatasi keinginan memakai NAPZA atau sugesti (craving) dan
mencegah relap. Dalam komunitas ini, semua ikut aktif dalam proses terapi. Ciri
perbedaan anggota dihilangkan. Mereka bebas menyatakan perasaan dan perilaku
sejauh tidak membahayakan orang lain. Tiap anggota bertanggung jawab terhadap

20
20

perbuatannya, ganjaran bagi yang berbuat positif dan hukuman bagi yang
berperilaku negatif diatur oleh mereka sendiri.
Program Harian Rumah Damai

Waktu Kegiatan
06.30 Bangun pagi dilanjutkan devotion dlm kamar
07.00 Siswa membersihkanrumah, kamar, pakaian,mandi
08.00 Makan pagi
09.00 Morning meeting. pada morning meeting, membahas
mengenai bagaimana perasaan klien pada hari itu, belajar
menjadi pribadi yang terbuka dengan melakukan sharing
feeling dan membahas issue harian
10.00 Sessi harian bisa diisi firman Tuhan,doa, pelatihan bahasa
inggris,pelatihan ilmu kesehatan dll
12.00 Makan siang
13.00 Istirahat siang
15.00 Sessi firman Tuhan berupa DVD khotbah mencatat dan
mendoakan
17.00 Acara bebas, semua siswa atau klien dapat melakukan
olahraga. Fasilitas olahraga yang tersedia seperti fitness
center,volley, basket, kolam renang, billiard, pingpong,
berenang, latihan musik, tempat karaoke, dan
perpustakaan.
19.00 Makan malam
20.30 Wrap up atau menutup kegiatan yang telah dilakukan
pada satu hari. Biasanya diisi dengan berikut evaluasi
pribadi dilanjutkan dengan doa bersama
22.00 Semua masuk ke kamar untuk tidur malam
 Kegiatan pada hari jumat yaitu general cleaning,
dimana siswa/klien membersihkan fasilitas taman,
kolam ikan dan lain-lain. kemudian pada malam
diputarkan film menggunakan LCD.
 Hari Sabtu kegiatan lebih santai, biasanya
mengadakan futsall,
 Hari minggu ke gereja bersama untuk beribadah di
21

IFGF Semarang

3.2 HASIL WAWANCARA DENGAN KLIEN REHABILITASI


Nama responden : Dominicus Diko
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 23Tahun
Asal : Semarang
Masuk ke panti rehabilitasi rumah damai sejak bulan Agustus 2018 karena
ingin sembuh dari kecanduan narkoba. Pertama kali masuk rumah damai karena
merasa sudah membuat banyak masalah akibat mengkonsumsi dan mengedarkan
narkoba. Keinginan untuk sembuh karena rasa menyesal dalam diri sendiri.
Dahulu sebelum aktif memakai narkoba, Mas Diko memiliki banyak kawan. Ia
juga masih berstatus mahasiswa semester 9 di Universitas Katholik
Soegijapranata. Mas Diko mengambil jurusan management di Unika dan sedang
dalam tahap menyelesaikan skripsinya.
Mas Diko mengatakan bahwa ia merupakan pengguna shabu, ganja dan
tembakau gorilla. Menurutnya, shabu adalah kristal putih seperti gula pasir yang
memiliki efek paling lama dan paling 'enak' untuk membuat nge-fly. Hanya
seujung kuku saja sudah mampu membuat nge-fly selama 8 jam. Efek lain dari
shabu menurutnya adalah tidak membuat penggunanya doyan makan atau
cenderung tidak nafsu makan. Shabu digunakan sehari sekali dengancara dihisap.
Mas Diko juga mengatakan bahwa ia sering mengkonsumsi shabu bersama teman-
temannya tetapi tidak menutup kemungkinan juga mengkonsumsi di rumah
sendiri.
Selain shabu, ia juga mengkonsumsi ganja dan tembakau gorilla.
Pemakaiannya jika ada bahan atau ada ganja dan tembakau gorilla maka akan
digunakan dengan cara dilinting. Efeknya adalah nafsu makan meningkat drastis.
Menurut Mas Diko, agar efek narkoba lebih terasa, maka mengkonsumsinya harus
dicampur jadi satu atau seluruh narkoba dicoba. Dampak negatif dari penggunaan
narkoba yang ia rasakan adalah ia lebih cepat sensitif dan sering memberontak.
22

Sedangkan dampak positif yang ia rasakan adalah setelah memakai narkoba ia


merasa happy, puas dan bugar.
Menurut Mas Diko, memperoleh narkoba sangat mudah jika orang
tersebut sudah memakai lebih dari 3 kali. Akses lebih mudah bisa lewat teman
maupun bandar. Awal ia mendapatkan dab menggunakan narkoba adalah karena
memang lingkungan hidupnya sudah salah atau anak nakal. Orangtua mengetahui
saat ia tertangkap polisi tahun 2016 lalu. Mas Diko ini juga seorang pengedar
narkoba. Ia juga mensuplai narkoba kepada orang-orang yang memesan
melaluinya. Paling mahal kata Mas Diko adalah shabu yang 1 gram nya dijual
dengan harga Rp 1.500.000 sedangkan 1 gram ganja atau tembakau gorilla dijual
dengan harga Rp 500.000 - 800.000.
Mas Diko mengatakan bahwa ia pernah menggadai barang-barang
elektronik dan barang-barang simpanan (perhiasan) milik orangtuanya hanya
untuk dapat membeli narkoba dari bandar besar. Kata Mas Diko, pembeli narkoba
juga beragam tergantung uang yang dimiliki si pembeli. Shabu kebanyakan hanya
dibeli oleh orang-orang menegah ke atas, sedangkan ganja dan tembakau gorilla
cenderung dibeli oleh orang-orang menengah ke bawah.
Mas Diko mengatakan bahwa pada tahun 2016 ia pernah ditangkap oleh
pihak Kepolisian terkait kasus penggunaan dan pengedaran narkoba. Tetapi, hanya
3 minggu ia berada dalam sel karena selebihnya ditebus oleh orangtua Mas Diko.
Keluar dari sel, ia mencoba berobat pada psikiater tetapi hanya bertahan selama
beberapa bulan saja. Mas Diko pernah mencoba untuk berhenti tidak
mengkonsumsi secara tiba-tiba tetapi justru dampaknya parah yakni ia merasa
gelisah, depresi, menangis terus-menerus dan keringat dingin.
Rehabilitasi yang dilakukan di rumah damai ini lebih kepada rehabilitasi
rohani, untuk memperbaiki perilaku agar tidak kembali menjadi pecandu narkoba.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan ditempat rehabilitasi ini misalnya pada pagi
hari melakukan renungan bersama mentor, kemudian mendengarkan khutbah dari
kaset baik audio maupun video pada sore hari, ada juga waktu untuk tidur siang
pada pukul 12.00 sampai pukul 15.00. Saat jam tidur siang,semua pasien rumah
damai dikunci di dalam kamar mereka masing-masing. Kemudian setiap
23

seminggu sekali seluruh pasien rumah damai pergi ke gereja untuk beribadah, ada
juga kegiatan untuk bersih-bersih rumah yang dilakukan oleh pasien sesuai
dengan jadwal piket yang telah ditetapkan. Program untuk sembuh dari rumah
damai adalah selama setahun masa pengobatan. Indikator sembuh ditetapkan oleh
mentor yang mendampingi.
Fasilitas yang ada di rumah damai juga lumayan lengkap, ada
perpustakaan yang bisa dipakai oleh para pasien untuk membaca saat ada waktu
luang, kolam renang dan lapangan basket untuk hiburan juga ada. Menurut Mas
Wiwid, rehabilitasi di rumah damai ini lebih manusiawi dibandingkan tempat lain,
karena sebelumnya ia pernah menjalani rehabilitasi ditempat lain bahkan pernah
juga menjalani treatment di BNN. Para mentor serta pasien lain juga
memperlakukan Mas Wiwid dengan baik, sehingga sosialisasi yang terjalin sangat
baik. Pada awal masuk ke rumah damai ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh
Mas Wiwid diantaranya seperti banyak peraturan-peraturan yang harus ditaati,
sehingga ia harus mampu mengekang egonya dan merasa tidak sebebas biasanya.
Hal lainnya seperti jauh dari orang tua dan harus menyesuaikan dengan
lingkungan yang baru serta orang-orang baru. Namun seiring berjalannya waktu,
tantangan tersebut dapat diatasi oleh Mas Wiwid.
Peraturan yang ditetapkan di rumah damai ini misalnya saat awal masuk,
seluruh pasien dilarang membawa dan menggunkan barang elektronik, dan juga
dilarang membawa uang. Namun jika dalam beberapa bulan pasien sudah
menunjukkan perubahan perilaku menjadi lebih baik, akan ada keringanan seperti
dapat diperbolehkan untuk membawa telepon genggam maupun uang sendiri.
Pihak keluarga juga dapat menjenguk keluarganya yang menjalani rehabilitasi di
rumah damai ini, atau pasien sendiri yang diberikan dispensasi untuk pulang ke
rumah masing-masing, tentunya dengan pertimbangan para mentor dan staff di
rumah damai.
Panti rehabilitasi narkoba rumah damai ini juga bekerja sama dengan BNN
dan juga RS. Karyadi, Semarang. Jadi, jika ada pasien yang membutuhkan
pengobatan medis, mereka akan di rujuk ke rumah sakit menggunakan fasilitas
mobil yang dimiliki oleh panti rehabilitasi. Pasien juga dapat melakukan
24

konsultasi dengan psikiater jika memang diperlukan, karena rumah damai ini juga
menyediakan fasilitas tersebut.
Pesan dari Mas Diko adalah jangan sekali-kali mencoba untuk
menggunakan narkoba, karena menurutnya setelah seseorang menjadi pecandu
narkoba maka selama masa hidupnya ia akan merasa tidak puas jika tidak
menggunakannya. Rasa dan sensasi dari narkoba akan melekat dimemori otak kita
dan sulit untuk dihilangkan. Apalagi era sekarang remaja pergaulannya sangatlah
bebas. Bijaklah dalam memilih kawan dan batasi pergaulan sehari-hari. Sibukkan
diri dengan kegiatan positif dan jangan mau jika diajak terjerumus ke dalam dunia
gelap narkoba. Membuat orangtua kecewa dan merusak kesehatan serta mental.
Nama responden : Vincen
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 29 tahun
Asal : Jakarta
Mas Vincen adalah seorang pengusaha asal jakarta. Beliau sudah
berkeluarga sekitar 3 tahun dan memiliki satu orang anak berusia 1 tahun. Beliau
mulai mengkonsumsi narkoba sekitar bulan agustus atau oktober 2015. Ia
mendapat dari teman SMA yang memberinya secara cuma-cuma. Jenis narkotika
yang pertama kali dikonsumsi yaitu ganja kemudian beralih ke mariyuana sintetik.
Jenis tersebut memberi efek seperti ganja tetapi lebih kuat. Alasan awal konsumsi
hanya untuk rekreasi, selanjutnya menjadi ketagihan dan kecanduan pada barang
tersebut. Pada tahap awa konsumsi biasanya mas Vincen membeli sebanyak 5
gram untuk digunakan selama 5 bulan. Setelah terbiasa menggunakan, dosisnya
pun meningkat menjadi 5 gram untuk 3 bulan, 5 gram untuk 2 bulan sampai
akhirnya 5 gram mariyuana perhari. Biasanya saat sedang manahan keinginannya
untuk mengkonsumsi narkoba mas Vincen akan berdiam dan mengurung diri di
kamar dan ketika sudah tidak dapat ditahan beliau terpaksa berbohong pada
keluarganya demi mendapatkan narkoba.
Sebelum masuk ke Rumah Damai, istri mas Vincen sempat menyarankan
untuk mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan dosis narkoba, tetapi tidak
memberi hasil yang diharapkan. Sebelum ke rumah damai, mas Vincen juga
25

pernah bersih tanpa narkoba selama 3 bulan, tetapi karena usahanya mengalami
krisis yang menjadikannya stres. Akhirnya mas Vincen mengkonsumsi narkoba
kembali sebagai pelarian. Kemudian keluarga mas Vincen memaksanya untuk
masuk ke Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai karena beliau sudah sering
tertangkap dan diperingatkan oleh keluarga ketika sedang menggunakan narkoba,
tetapi beliau selalu kembali pada barang tersebut.
Pemilik Panti rehabilitasi Rumah Damai adalah saudara dari keluarga mas
Vincen sehingga pihak keluarga lebih percaya jika menitipkan mas Vincen di
rumah damai dari pada tempat rehabilitasi lainnya. Mas Vincen merupakan pasien
yang paling baru di rumah damai. Beliau baru masuk sekitar 3 minggu. Menurut
beliau, rehabilitasi di rumah damai lebih kepada rehabilitasi secara rohani. Untuk
memperbaiki perilaku agar tidak kembali mengkonsumsi narkoba lagi. Kegiatan
sehari-hari yang dilakukan seperti melakukan renungan di pagi hari,
mendengarkan khutbah dari kaset baik berupa video maupun audio pada sore hari,
kursus bahasa inggris, dan memiliki waktu luang dari setelah renungan pagi
hingga pukul 3 sore. Kemudian melakukan bersih-bersih dan membagikan
makanan sesuai dengan jadwal masing-masing pasien rehabilitasi.
Ada beberapa peraturan yang harus ditaati oleh pasien rehabilitasi
diantaranya tidak boleh mengkonsumsi kopi, teh dan rokok, tidak boleh membawa
alat komunikasi dan uang sendiri, tidak boleh menghubungi keluarga sebelum 1
bulan tinggal di rumah damai, keluarga tidak boleh berkunjung sebelum pasien
tinggal di rumah damai selama 3 bulan, dan keluarga baru boleh membawa pulang
pasien setelah satu tahun menjalani proses rehabilitasi. Jika ada pasein yang
melanggar peraturan sepeti ketahuan merokok, membawa alat komunikasi atau
menyimpan uang biasanya diberi teguran atau hukuman ringan tetapi jika
pelanggaran yang dilakukan berupa pelanggaran berat akan dimasukan ke dalam
ruang isolasi. Dalam ruang isolasi tidak diberi lampu dan air dengan tujuan
memberi efek jera pada pasien.
Sistem pembayaran di rumah damai adalah subsidi silang, dimana pasien
yang mampu membantu pasien yang tidak mampu. Biaya yang dibebankan pada
mas Vincen sendiri yaitu 4 juta perbulan. Fasilitas yang diperoleh cukup lengkap
26

diantaranya satu ruang kamar untuk 4 orang, makan 3 kali sehari, kamar mandi,
kompor yang dapat digunakan setelah jam 3 sore, dan fasilitas olahraga seperti
kolam renang dan tempat gym. Mereka juga diberi kebebasan untuk memilih
kebutuhan peralatan mandi dengan produk yang sesuai dengan mereka, dimana
masing-masing pasien diberi jatah Rp. 150.000 perbulan.
Nama responden : Wiwid
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Asal : Jakarta
Mulai menjalani rehabilitasi di rumah damai sejak tahun 2016 karena
mengalami kecanduan narkoba jenis ekstasi. Awal menggunakan ekstasi sekitar
tahun 1999 yang dipicu karena pergaulan dan rasa penasaran, awalnya melihat
teman yang mengonsumsi ekstasi kemudian ditawari hingga akhirnya menjadi
pecandu. Mendapat motivasi untuk berhenti mengonsumsi narkoba dan
melakukan rehabilitasi dari keluarga. Keinginan dari Mas Wiwid untuk
mengurangi rasa bersalah kepada keluarga karena perilakunya yang kecanduan
dengan narkoba, namun untungnya Mas Wiwid tidak sampai berusurusan dengan
pihak yang berwajib atas tindakan kriminal yang merugikan orang lain. Karena
seperti yang kita tahu pecandu narkoba sering terlibat dengan tindakan
kriminalitas. Mas wiwid sendiri mengetahui adanya panti rehabilitasi narkoba
rumah damai ini dari salah satu keluarganya yang kenal dengan pemilik panti
rehabilitasi ini.
Rehabilitasi yang dilakukan di rumah damai ini lebih kepada rehabilitasi
rohani, untuk memperbaiki perilaku agar tidak kembali menjadi pecandu narkoba.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan di tempat rehabilitasi ini misalnya pada pagi
hari melakukan renungan bersama mentor, kemudian mendengarkan khutbah dari
kaset baik audio maupun video pada sore hari, ada juga waktu untuk tidur siang
pada pukul 12.00 sampai pukul 15.00. Saat jam tidur siang, semua pasien rumah
damai dikunci di dalam kamar mereka masing-masing. Kemudian setiap
seminggu sekali seluruh pasien rumah damai pergi ke gereja untuk beribadah, ada
juga kegiatan untuk bersih-bersih rumah yang dilakukan oleh pasien sesuai
27

dengan jadwal piket yang telah ditetapkan. Mas Wiwid sendiri selain mendapat
rehabilitasi rohani, juga diberikan salah satu obat yang bertujuan untuk
mengontrol emosi yang dimilikinya. Karena Mas Wiwid mengakui jika dia sangat
tepramen dan susah mengontrol emosinya untuk tidak meledak-ledak.
Fasilitas yang ada di rumah damai juga lumayan lengkap, ada
perpustakaan yang bisa dipakai oleh para pasien untuk membaca saat ada waktu
luang, kolam renang dan lapangan basket untuk hiburan juga ada. Menurut Mas
Wiwid, rehabilitasi di rumah damai ini lebih manusiawi dibandingkan tempat lain,
karena sebelumnya ia pernah menjalani rehabilitasi ditempat lain bahkan pernah
juga menjalani treatment di BNN. Para mentor serta pasien lain juga
memperlakukan Mas Wiwid dengan baik, sehingga sosialisasi yang terjalin sangat
baik. Pada awal masuk ke rumah damai ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh
Mas Wiwid diantaranya seperti banyak peraturan-peraturan yang harus ditaati,
sehingga ia harus mampu mengekang egonya dan merasa tidak sebebas biasanya.
Hal lainnya seperti jauh dari orang tua dan harus menyesuaikan dengan
lingkungan yang baru serta orang-orang baru. Namun seiring berjalannya waktu,
tantangan tersebut dapat diatasi oleh Mas Wiwid.
Peraturan yang ditetapkan di rumah damai ini misalnya saat awal masuk,
seluruh pasien dilarang membawa dan menggunkan barang elektronik, dan juga
dilarang membawa uang. Namun jika dalam beberapa bulan pasien sudah
menunjukkan perubahan perilaku menjadi lebih baik, akan ada keringanan seperti
dapat diperbolehkan untuk membawa telepon genggam maupun uang sendiri.
Pihak keluarga juga dapat menjenguk keluarganya yang menjalani rehabilitasi di
rumah damai ini, atau pasien sendiri yang diberikan dispensasi untuk pulang ke
rumah masing-masing, tentunya dengan pertimbangan para mentor dan staff di
rumah damai.
Panti rehabilitasi narkoba rumah damai ini juga bekerja sama dengan BNN
dan juga RS. Karyadi, Semarang. Jadi, jika ada pasien yang membutuhkan
pengobatan medis, mereka akan di rujuk ke rumah sakit menggunakan fasilitas
mobil yang dimiliki oleh panti rehabilitasi. Pasien juga dapat melakukan
28

konsultasi dengan psikiater jika memang diperlukan, karena rumah damai ini juga
menyediakan fasilitas tersebut.
Menurut Mas Wiwid dua faktor yang menjadi pemicu seseorang menjadi
pecandu adalah perasaan ketika memiliki banyak masalah dalam kehidupan dan
perasaan ketika teralu senang akan suatu hal. Narkoba kadang dijadikan sebagai
pelarian atas masalah yang sedang dialami oleh sesorang, karena merasa bahwa
tidak ada orang lain yang mengerti akan masalahnya tersebut. Kemudian ketika
seseorang terlalu senang (mengalami euphoria), kadang seseorang juga mencoba
untuk mengonsumsi barang haram tersebut.
Pesan dari Mas Wiwid adalah jangan sekali-kali mencoba untuk
menggunakan narkoba, karena menurutnya setelah seseorang menjadi pecandu
narkoba maka selama masa hidupnya dia akan memiliki keinginan untuk
mengonsumsi narkoba lagi. Rasa dan sensasi dari narkoba akan melekat di
memori otak kita dan sulit untuk dihilangkan. Sehingga, lebih baik jangan
mencoba untuk mengonsumsi narkoba.
3.3 WAWANCARA DENGAN MENTOR REHABILITASI
Nama : Pak Nino
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 42 tahun
Asal : Bali
Sebelum menjadi seorang mentor atau pembimbing, dahulu pak Nino
adalah mantan klien rehabilitasi rumah damai. Beliau mengikuti program
rehabilitasi sejak tahun 2004 hingga tahun 2007. Sejak tahun 2007, pak Nino
memutuskan untuk kembali ke Bali. Di Bali pak Nino berprofesi sebagai seorang
pelukis dan pembuat tato. Pak Nino kembali ke semarang sejak 6 bulan lalu
karena permintaan dari papi (sebutan untuk pemilik yayasan rumah damai dari
para klien rehabilitasi). Beliau diminta papi untuk membantu membimbing klien
rehabilitasi di rumah damai karena pemilik yayasan sakit.
Menurut pak Nino, panti rehabilitasi terbagi menjadi dua block. Block
depan untuk para klien dengan gangguan jiwa sedangkan block belakang atau
dalam khusus untuk klien yang tidak memiliki gangguan jiwa. Pada rumah damai
29

terdapat sekitar 40 pasein rehabilitasi dengan empat mentor diantaranya yaitu Pak
Nino, Pak Rudi, Pak Markus dan Pak Joseph.
Syarat utama masuk ke Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai ini yaitu
memiliki kemauan yang kuat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Kemudian adanya keluarga yang mau menanggung biaya selama masa rehabilitasi
di tempat tersebut. Namun dalam kondisi tertentu, jika pasien berasal dari
keluarga yang kurang mampu, pasien tidak perlu mengkhawatirkan masalah biaya
karena di rumah damai juga menggunakan sistem subsidi silang. Selain itu, rumah
damai juga mendapat bantuan biaya dari kementerian, dimana setiap tahunnya ada
3 pasien yang mendapat bantuan biaya.
Peraturan yang ditetapkan di rumah damai ini misalnya saat awal masuk,
seluruh pasien dilarang membawa dan menggunkan barang elektronik, dan juga
dilarang membawa uang. Namun jika dalam beberapa bulan pasien sudah
menunjukkan perubahan perilaku menjadi lebih baik, akan ada keringanan seperti
dapat diperbolehkan untuk membawa telepon genggam maupun uang sendiri.
Pihak keluarga juga dapat menjenguk pasien setelah 3 bulan di rumah damai,
kemudian pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing setelah
menjalani rehabilitasi selama 1 tahun tentunya dengan pertimbangan para mentor
dan staff di rumah damai. Indikator pasien diperbolehkan pulang yaitu dilihat dari
perilakunya misalnya dari segi kejujuran, kemudian pasien bisa memimpin orang
lain. Jika terdapat pasien yang melanggar akan diberi sanksi aatau hukuman. Bagi
yang melakukan pelanggaran berat atau pasien sudah sangat susah diatur maka
akan dimasukan ke dalam ruang isolasi. Di ruang isolasi tidak ada cahaya dan air
serta pasien tidak diperbolehkan melakukan komunikasi dengan siapapun
tujuannya untuk memberikan efek jera pada pasien.
Kegiatan harian yang dilakukan oleh pasien diantaranya pada pagi hari
melakukan renungan bersama mentor dan ada morning meeting. Kegiatan
morning meeting yaitu sharing tentang pengetahuan, memberi tahu perasaan
pasien pada hari tersebut, kesehatan, menyampaikan unek-unek masing-masing
personal dan pembahasan tema morning meeting. Penentuan tema morning
meeting merupakan salah satu tugas mentor pada minggu tersebut. Kemudian
30

mendengarkan khutbah dari kaset baik audio maupun video pada sore hari, ada
juga waktu untuk tidur siang pada pukul 12.00 sampai pukul 15.00. Saat jam tidur
siang, semua pasien rumah damai dikunci di dalam kamar mereka masing-masing.
Pukul 21.00 pasien sudah harus masuk kamar untuk tidur malam. Kemudian
setiap seminggu sekali seluruh pasien rumah damai pergi ke gereja untuk
beribadah, ada juga kegiatan untuk bersih-bersih rumah yang dilakukan oleh
pasien sesuai dengan jadwal piket yang telah ditetapkan. Para mentor sendiri
melakukan meeting setiap hari senin untuk membahas perkembangan dari pasien
dan hal apa yang akan diberikan pada pasein untuk selanjutnya.
Rehabilitasi yang dilakukan di rumah damai ini lebih kepada rehabilitasi
rohani, untuk memperbaiki perilaku agar tidak kembali menjadi pecandu narkoba.
Namun ada beberapa pasien yang selain mendapat rehabilitasi secara rohani juga
diberikan obat. Biasanya pasien yang diberi obat adalah pasien yang mengalami
gangguan jiwa dan pasien yang mengidap penyakit seperti HIV/AIDS pada pasien
dengan gangguan jiwa obatnya dipegang oleh mentor, sehingga mentor yang
menangani pasien tersebut harus mengetahui dengan pasti kapan jadwal pasien
minum obat dan jika mentor yang bersangkutan ada jadwal diluar, maka mentor
tersebut akan meminta bantuan pada mentor lain untuk memberin obat pada
pasien. Sehingga pasien terawat dengan baik. Sedangkan untuk obat bagai pasien
yang mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti HIV, obatnya dipegang sendiri
oleh pasien. Pada rumah dammai terdapat 1 pasien pengidap penyakit HIV/AIDS.
Panti rehabilitasi narkoba rumah damai ini juga bekerja sama dengan BNN
dan juga RS. Karyadi, Semarang. Jadi, jika ada pasien yang membutuhkan
pengobatan medis, mereka akan di rujuk ke rumah sakit menggunakan fasilitas
mobil yang dimiliki oleh panti rehabilitasi. Pasien juga dapat melakukan
konsultasi dengan psikiater jika memang diperlukan, karena rumah damai ini juga
menyediakan fasilitas tersebut.
Tugas pokok mentor atau staff diantaranya memberi motivasi kepada
pasien rehabilitasi, memberikan contoh atau teladan perilaku yang baik bagi
pasien, dan menjadi pemimpin dalam kegiatan rohani seperti pada saat renungan
pagi. Menjadi seorang mentor tentu saja memiliki beberapa kendala dalam
31

menangani pasien karena masing-masing pasien memiliki sifat dan masalah yang
berbeda. Biasanya mentor cukup kesulitan dalam menangani pasien yang
membangkanng atau sulit diatur dan pasien yang manja. Menurut pak Nino
sendiri, beliau lebih kesulitan menangani pasien yang manja dibandingkan pasien
yang membangkang.
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai menggunakan program atau
pendekatan rehabilitasi secara Therapeutic Community, yaitu bentuk program
terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu tempat. Penderita
dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif serta
kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan memakai NAPZA
atau sugesti (craving) dan mencegah relap.
4.2 SARAN
4.2.1 Pemerintah
a) Lebih mempertegas dan menerapkan kebijakan yang sudah dibuat agar dapat
memberikan efek jera kepada pengguna NAPZA
b) Lebih memberikan dukungan kepada Panti Rehabilitasi Narkoba khususnya
dalam bidang finansial agar dapat maksimal dalam melakukan rehabilitasi
4.2.2 Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai
a) Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah, LSM, dan lembaga lain untuk
mendukung program rehabilitasi NAPZA.
b) Memperluas informasi Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai kepada
masyarakat melalui berbagai media.
4.2.3 Masyarakat
a) Meningkatkan pengetahuan mengenai NAPZA dan bahaya yang
ditimbulkannya.
b) Mendukung, memotivasi dan tidak mendiskriminasi terhadap residen yang
sedang melakukan rehabilitasi

33
DAFTAR PUSTAKA

BNN. (2017). Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba di 34 Provinsi Tahun


2017. Jurnal Health, II(1), 83–88. https://doi.org/10.1073/pnas.0703993104
Nasution, H. H., Lubis, W. H., & Sudibrata, A. (2014). Penyalahgunaan Napza,
3(1), 1–21.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38090/Chapter%20II.pdf?
sequence=4

34
LAMPIRAN

35
36

Anda mungkin juga menyukai