Disusun oleh:
Rombel Epidemiologi Reguler
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat serta hidayah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Observasi di Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai Tahun 2018 yang
diampu oleh dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid). Lalu, ucapan terimakasih
kepada :
1) Allah SWT yang telah melimpahkan rezeki dan keberkahan dalam pembuatan
laporan.
2) dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid), yang telah memberikan masukan dan
arahan kepada penulis.
3) Pengelola Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai.
4) Orang tua penulis, yang telah memberi arahan, motivasi, dan saran kepada
penulis.
5) Teman-teman, yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan laporan ini.
Serta pihak lain yang telah mendukung penulis dalam pembuatan laporan
sehingga dapat dibuat sebaik-baiknya. Dalam pembuatan laporan ini, penulis
menyadari akan kekurangan serta kesalahan yang ada. Semua pihak dapat
memberi masukan berupa saran dan kritik yang mampu meningkatkan kualitas
makalah tersebut. Penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya jika laporan ini
terdapat kesalahan serta kekurangan. Semoga laporan ini bermanfaaat bagi penulis
serta khalayak secara luas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................3
1.3 TUJUAN OBSERVASI..................................................................................4
1.4 MANFAAT OBSERVASI..............................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 PENGERTIAN NAPZA................................................................................5
2.2 JENIS-JENIS NAPZA...................................................................................5
2.3 TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA.............................................................12
2.4 PENYALAHGUNAAN NAPZA.................................................................13
2.5 KELOMPOK PENYALAHGUNA NARKOBA.........................................14
2.6 FAKTOR RESIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA.................................14
2.7 DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA...............................................17
BAB III METODOLOGI OBSERVASI................................................................19
2.1 METODE OBSERVASI...............................................................................19
2.2 TEMPAT DAN WAKTU OBSERVASI.......................................................19
2.3 SUBJEK OBSERVASI.................................................................................19
BAB IV HASIL OBSERVASI...............................................................................20
3.1 PROFIL PANTI REHABILITASI NARKOBA RUMAH DAMAI............20
3.2 HASIL WAWANCARA DENGAN KLIEN REHABILITASI....................22
3.3 WAWANCARA DENGAN MENTOR REHABILITASI............................29
BAB V PENUTUP................................................................................................33
4.1 KESIMPULAN............................................................................................33
4.2 SARAN........................................................................................................33
4.2.1 Pemerintah............................................................................................33
4.2.2 Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai...........................................33
iii
4.2.3 Masyarakat............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34
LAMPIRAN...........................................................................................................36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Narkoba di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan (dalam waktu operasi dan untuk
penenang), akan tetapi di sisi lain penyalahguanaan narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanda pengendalian
dan pengawasan yang tepat dan ketat. Penyalahgunaan Narkoba dewasa ini sudah
sangat kompleks dan menimbulkan banyak permasalahan. Dimana permasalahan
penyalahgunan narkoba dan peredaran gelap narkoba menunjukkan peningkatan
yang mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya suatu generasi muda.
Konsumsi narkoba bemula dari rasa penasaran sehingga ingin mencoba, ikut
teman, stres, pelarian atau motif lainnya, yang pada akhirnya membuat generasi
muda ketagihan pada narkoba. Berdasarkan data hasil survei yang dilakuakan oleh
BNN jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak
3.376.115 orang. Proporsi jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia yaitu
14,49% merupakan pecandu bukan suntik, 59,53% coba pakai, 27,25% teratur
pakai dan 1,73% adalah pecandu suntik.
Di wilayah semarang kondisinya sangat mengkhawatirkan,
Penyalahgunaan narkoba di Kota Semarang, setiap tahunnya terus meningkat.
Berdasarkan data BNN (Badan Narkotika Nasional) menyebutan bahwa jumlah
pengguna narkoba dari tahun 2016 ke tahun 2017, terjadi peningkatan 11 persen.
Pada tahun 2017 Terdapat 782.169 gram sabu, 789 butir pil ekstasi, 12.733 obat
terlarang dan 92 gram ganja disita Satuan Researce Narkotika dan Obat Terlarang.
Pecandu narkoba seingkali mengalami stres dan berpikir negatif karena
merasa tertekan oleh apa yang dihadapunya, sehingga sulit untuk mencapai
kesembuhan. Berdasarkan hal tersebut, akan lebih baik jika kepada para pecandu
ditanamkan sikap pantang menyerah terhadap keadaan yang sedang dihadapi.
Banyak dampak yang dialami oleh penyalahguna napza sehingga diperlukannya
program rehabilitasi, rehabilitasi merupakan suatu rangkaian proses pelayanan
1
2
5
6
sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika
tidak dapat lepas dari “cengkraman”-nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke
dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
Narkotika golongan I adalah: narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
Narkotika golongan II adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin
dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
Narkotika golongan III adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein
dan turunannya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan
perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati
gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :
Golongan I adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.
Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
Golongan II adalah: psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
Golongan III adalah: psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina,
fleenitrazepam, dan sebagainya.
Golongan IV adalah: psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK,
mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
7
d. AMPHETAMINES
Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa
tahun 1887, dan dipasarkan tahun 1932 sebagai obat
Nama jalannya : seed, meth, crystal, uppers, whizz dan sulphate
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan,
digunakan dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet
biasanya diminum dengan air.
Ada dua jenis amfetamin :
- MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar
tahun 1980 dengan nama Ekstasi atau Ecstacy.
Nama lain : xtc, fantacy pils, inex, cece, cein
Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink heart,
snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul
- Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-
shabu. SS, ice, crystal, crank.
Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas alumunium
foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol
kaca yang dirancang khusus (bong)
e. LSD (Lysergic acid)
Termasuk dalam golongan halusinogen, dengan nama jalanan : acid,
trips, tabs, kertas.
Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar
seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang
berbentuk pil, kapsul.
Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah
dan bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-
12 jam.
Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti
halusinasi terhadap tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini
digabung menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia
rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah
atau bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid.
f. SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur)
Nama jalanan dari Benzodiazepin: BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal
11
mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat,
ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.
Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan
NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat
untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala
fisik.
2.5 KELOMPOK PENYALAHGUNA NARKOBA
a. Coba Pakai
adalah mereka yang pakai narkoba kurang dari 5 kali dalam setahun
terakhir dari saat survei.
b. Teratur Pakai
adalah mereka yang pakai narkoba sebanyak 5 sampai 49 kali dalam
setahun terakhir dari saat survei.
c. Pecandu Bukan Suntik
adalah mereka yang pakai narkoba lebih dari 49 kali dalam setahun dari
saat survei.
d. Pecandu Suntik
adalah mereka yang pakai narkoba dengan cara suntik berapapun
jumlahnya dalam setahun terakhir dari saat survei.
2.6 FAKTOR RESIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA
Menurut Soetjiningsih (2004), faktor risiko yang menyebabkan
penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga,
pergaulan (teman sebaya), karakteristik individu dan faktor kesempatan.
a. Faktor Genetik
Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari
orang tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol
dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik. Penelitian lain
membuktikan remaja kembar monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih besar
dibandingkan remaja kembar dizigot.
b. Lingkungan Keluarga
Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka
mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan dengan
pola asuh orang tua dengan disiplin yang ketat.
14
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan
bertatap muka (tanya jawab) langsung dengan informan.
3. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan cara melihat dan berinteraksi langsung
dengan objek secara realistik ketempat itu berada diluar perkuliahan untuk
mendapatkan informasi secara real atau nyata.
19
BAB IV
HASIL OBSERVASI
20
20
perbuatannya, ganjaran bagi yang berbuat positif dan hukuman bagi yang
berperilaku negatif diatur oleh mereka sendiri.
Program Harian Rumah Damai
Waktu Kegiatan
06.30 Bangun pagi dilanjutkan devotion dlm kamar
07.00 Siswa membersihkanrumah, kamar, pakaian,mandi
08.00 Makan pagi
09.00 Morning meeting. pada morning meeting, membahas
mengenai bagaimana perasaan klien pada hari itu, belajar
menjadi pribadi yang terbuka dengan melakukan sharing
feeling dan membahas issue harian
10.00 Sessi harian bisa diisi firman Tuhan,doa, pelatihan bahasa
inggris,pelatihan ilmu kesehatan dll
12.00 Makan siang
13.00 Istirahat siang
15.00 Sessi firman Tuhan berupa DVD khotbah mencatat dan
mendoakan
17.00 Acara bebas, semua siswa atau klien dapat melakukan
olahraga. Fasilitas olahraga yang tersedia seperti fitness
center,volley, basket, kolam renang, billiard, pingpong,
berenang, latihan musik, tempat karaoke, dan
perpustakaan.
19.00 Makan malam
20.30 Wrap up atau menutup kegiatan yang telah dilakukan
pada satu hari. Biasanya diisi dengan berikut evaluasi
pribadi dilanjutkan dengan doa bersama
22.00 Semua masuk ke kamar untuk tidur malam
Kegiatan pada hari jumat yaitu general cleaning,
dimana siswa/klien membersihkan fasilitas taman,
kolam ikan dan lain-lain. kemudian pada malam
diputarkan film menggunakan LCD.
Hari Sabtu kegiatan lebih santai, biasanya
mengadakan futsall,
Hari minggu ke gereja bersama untuk beribadah di
21
IFGF Semarang
seminggu sekali seluruh pasien rumah damai pergi ke gereja untuk beribadah, ada
juga kegiatan untuk bersih-bersih rumah yang dilakukan oleh pasien sesuai
dengan jadwal piket yang telah ditetapkan. Program untuk sembuh dari rumah
damai adalah selama setahun masa pengobatan. Indikator sembuh ditetapkan oleh
mentor yang mendampingi.
Fasilitas yang ada di rumah damai juga lumayan lengkap, ada
perpustakaan yang bisa dipakai oleh para pasien untuk membaca saat ada waktu
luang, kolam renang dan lapangan basket untuk hiburan juga ada. Menurut Mas
Wiwid, rehabilitasi di rumah damai ini lebih manusiawi dibandingkan tempat lain,
karena sebelumnya ia pernah menjalani rehabilitasi ditempat lain bahkan pernah
juga menjalani treatment di BNN. Para mentor serta pasien lain juga
memperlakukan Mas Wiwid dengan baik, sehingga sosialisasi yang terjalin sangat
baik. Pada awal masuk ke rumah damai ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh
Mas Wiwid diantaranya seperti banyak peraturan-peraturan yang harus ditaati,
sehingga ia harus mampu mengekang egonya dan merasa tidak sebebas biasanya.
Hal lainnya seperti jauh dari orang tua dan harus menyesuaikan dengan
lingkungan yang baru serta orang-orang baru. Namun seiring berjalannya waktu,
tantangan tersebut dapat diatasi oleh Mas Wiwid.
Peraturan yang ditetapkan di rumah damai ini misalnya saat awal masuk,
seluruh pasien dilarang membawa dan menggunkan barang elektronik, dan juga
dilarang membawa uang. Namun jika dalam beberapa bulan pasien sudah
menunjukkan perubahan perilaku menjadi lebih baik, akan ada keringanan seperti
dapat diperbolehkan untuk membawa telepon genggam maupun uang sendiri.
Pihak keluarga juga dapat menjenguk keluarganya yang menjalani rehabilitasi di
rumah damai ini, atau pasien sendiri yang diberikan dispensasi untuk pulang ke
rumah masing-masing, tentunya dengan pertimbangan para mentor dan staff di
rumah damai.
Panti rehabilitasi narkoba rumah damai ini juga bekerja sama dengan BNN
dan juga RS. Karyadi, Semarang. Jadi, jika ada pasien yang membutuhkan
pengobatan medis, mereka akan di rujuk ke rumah sakit menggunakan fasilitas
mobil yang dimiliki oleh panti rehabilitasi. Pasien juga dapat melakukan
24
konsultasi dengan psikiater jika memang diperlukan, karena rumah damai ini juga
menyediakan fasilitas tersebut.
Pesan dari Mas Diko adalah jangan sekali-kali mencoba untuk
menggunakan narkoba, karena menurutnya setelah seseorang menjadi pecandu
narkoba maka selama masa hidupnya ia akan merasa tidak puas jika tidak
menggunakannya. Rasa dan sensasi dari narkoba akan melekat dimemori otak kita
dan sulit untuk dihilangkan. Apalagi era sekarang remaja pergaulannya sangatlah
bebas. Bijaklah dalam memilih kawan dan batasi pergaulan sehari-hari. Sibukkan
diri dengan kegiatan positif dan jangan mau jika diajak terjerumus ke dalam dunia
gelap narkoba. Membuat orangtua kecewa dan merusak kesehatan serta mental.
Nama responden : Vincen
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 29 tahun
Asal : Jakarta
Mas Vincen adalah seorang pengusaha asal jakarta. Beliau sudah
berkeluarga sekitar 3 tahun dan memiliki satu orang anak berusia 1 tahun. Beliau
mulai mengkonsumsi narkoba sekitar bulan agustus atau oktober 2015. Ia
mendapat dari teman SMA yang memberinya secara cuma-cuma. Jenis narkotika
yang pertama kali dikonsumsi yaitu ganja kemudian beralih ke mariyuana sintetik.
Jenis tersebut memberi efek seperti ganja tetapi lebih kuat. Alasan awal konsumsi
hanya untuk rekreasi, selanjutnya menjadi ketagihan dan kecanduan pada barang
tersebut. Pada tahap awa konsumsi biasanya mas Vincen membeli sebanyak 5
gram untuk digunakan selama 5 bulan. Setelah terbiasa menggunakan, dosisnya
pun meningkat menjadi 5 gram untuk 3 bulan, 5 gram untuk 2 bulan sampai
akhirnya 5 gram mariyuana perhari. Biasanya saat sedang manahan keinginannya
untuk mengkonsumsi narkoba mas Vincen akan berdiam dan mengurung diri di
kamar dan ketika sudah tidak dapat ditahan beliau terpaksa berbohong pada
keluarganya demi mendapatkan narkoba.
Sebelum masuk ke Rumah Damai, istri mas Vincen sempat menyarankan
untuk mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan dosis narkoba, tetapi tidak
memberi hasil yang diharapkan. Sebelum ke rumah damai, mas Vincen juga
25
pernah bersih tanpa narkoba selama 3 bulan, tetapi karena usahanya mengalami
krisis yang menjadikannya stres. Akhirnya mas Vincen mengkonsumsi narkoba
kembali sebagai pelarian. Kemudian keluarga mas Vincen memaksanya untuk
masuk ke Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai karena beliau sudah sering
tertangkap dan diperingatkan oleh keluarga ketika sedang menggunakan narkoba,
tetapi beliau selalu kembali pada barang tersebut.
Pemilik Panti rehabilitasi Rumah Damai adalah saudara dari keluarga mas
Vincen sehingga pihak keluarga lebih percaya jika menitipkan mas Vincen di
rumah damai dari pada tempat rehabilitasi lainnya. Mas Vincen merupakan pasien
yang paling baru di rumah damai. Beliau baru masuk sekitar 3 minggu. Menurut
beliau, rehabilitasi di rumah damai lebih kepada rehabilitasi secara rohani. Untuk
memperbaiki perilaku agar tidak kembali mengkonsumsi narkoba lagi. Kegiatan
sehari-hari yang dilakukan seperti melakukan renungan di pagi hari,
mendengarkan khutbah dari kaset baik berupa video maupun audio pada sore hari,
kursus bahasa inggris, dan memiliki waktu luang dari setelah renungan pagi
hingga pukul 3 sore. Kemudian melakukan bersih-bersih dan membagikan
makanan sesuai dengan jadwal masing-masing pasien rehabilitasi.
Ada beberapa peraturan yang harus ditaati oleh pasien rehabilitasi
diantaranya tidak boleh mengkonsumsi kopi, teh dan rokok, tidak boleh membawa
alat komunikasi dan uang sendiri, tidak boleh menghubungi keluarga sebelum 1
bulan tinggal di rumah damai, keluarga tidak boleh berkunjung sebelum pasien
tinggal di rumah damai selama 3 bulan, dan keluarga baru boleh membawa pulang
pasien setelah satu tahun menjalani proses rehabilitasi. Jika ada pasein yang
melanggar peraturan sepeti ketahuan merokok, membawa alat komunikasi atau
menyimpan uang biasanya diberi teguran atau hukuman ringan tetapi jika
pelanggaran yang dilakukan berupa pelanggaran berat akan dimasukan ke dalam
ruang isolasi. Dalam ruang isolasi tidak diberi lampu dan air dengan tujuan
memberi efek jera pada pasien.
Sistem pembayaran di rumah damai adalah subsidi silang, dimana pasien
yang mampu membantu pasien yang tidak mampu. Biaya yang dibebankan pada
mas Vincen sendiri yaitu 4 juta perbulan. Fasilitas yang diperoleh cukup lengkap
26
diantaranya satu ruang kamar untuk 4 orang, makan 3 kali sehari, kamar mandi,
kompor yang dapat digunakan setelah jam 3 sore, dan fasilitas olahraga seperti
kolam renang dan tempat gym. Mereka juga diberi kebebasan untuk memilih
kebutuhan peralatan mandi dengan produk yang sesuai dengan mereka, dimana
masing-masing pasien diberi jatah Rp. 150.000 perbulan.
Nama responden : Wiwid
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Asal : Jakarta
Mulai menjalani rehabilitasi di rumah damai sejak tahun 2016 karena
mengalami kecanduan narkoba jenis ekstasi. Awal menggunakan ekstasi sekitar
tahun 1999 yang dipicu karena pergaulan dan rasa penasaran, awalnya melihat
teman yang mengonsumsi ekstasi kemudian ditawari hingga akhirnya menjadi
pecandu. Mendapat motivasi untuk berhenti mengonsumsi narkoba dan
melakukan rehabilitasi dari keluarga. Keinginan dari Mas Wiwid untuk
mengurangi rasa bersalah kepada keluarga karena perilakunya yang kecanduan
dengan narkoba, namun untungnya Mas Wiwid tidak sampai berusurusan dengan
pihak yang berwajib atas tindakan kriminal yang merugikan orang lain. Karena
seperti yang kita tahu pecandu narkoba sering terlibat dengan tindakan
kriminalitas. Mas wiwid sendiri mengetahui adanya panti rehabilitasi narkoba
rumah damai ini dari salah satu keluarganya yang kenal dengan pemilik panti
rehabilitasi ini.
Rehabilitasi yang dilakukan di rumah damai ini lebih kepada rehabilitasi
rohani, untuk memperbaiki perilaku agar tidak kembali menjadi pecandu narkoba.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan di tempat rehabilitasi ini misalnya pada pagi
hari melakukan renungan bersama mentor, kemudian mendengarkan khutbah dari
kaset baik audio maupun video pada sore hari, ada juga waktu untuk tidur siang
pada pukul 12.00 sampai pukul 15.00. Saat jam tidur siang, semua pasien rumah
damai dikunci di dalam kamar mereka masing-masing. Kemudian setiap
seminggu sekali seluruh pasien rumah damai pergi ke gereja untuk beribadah, ada
juga kegiatan untuk bersih-bersih rumah yang dilakukan oleh pasien sesuai
27
dengan jadwal piket yang telah ditetapkan. Mas Wiwid sendiri selain mendapat
rehabilitasi rohani, juga diberikan salah satu obat yang bertujuan untuk
mengontrol emosi yang dimilikinya. Karena Mas Wiwid mengakui jika dia sangat
tepramen dan susah mengontrol emosinya untuk tidak meledak-ledak.
Fasilitas yang ada di rumah damai juga lumayan lengkap, ada
perpustakaan yang bisa dipakai oleh para pasien untuk membaca saat ada waktu
luang, kolam renang dan lapangan basket untuk hiburan juga ada. Menurut Mas
Wiwid, rehabilitasi di rumah damai ini lebih manusiawi dibandingkan tempat lain,
karena sebelumnya ia pernah menjalani rehabilitasi ditempat lain bahkan pernah
juga menjalani treatment di BNN. Para mentor serta pasien lain juga
memperlakukan Mas Wiwid dengan baik, sehingga sosialisasi yang terjalin sangat
baik. Pada awal masuk ke rumah damai ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh
Mas Wiwid diantaranya seperti banyak peraturan-peraturan yang harus ditaati,
sehingga ia harus mampu mengekang egonya dan merasa tidak sebebas biasanya.
Hal lainnya seperti jauh dari orang tua dan harus menyesuaikan dengan
lingkungan yang baru serta orang-orang baru. Namun seiring berjalannya waktu,
tantangan tersebut dapat diatasi oleh Mas Wiwid.
Peraturan yang ditetapkan di rumah damai ini misalnya saat awal masuk,
seluruh pasien dilarang membawa dan menggunkan barang elektronik, dan juga
dilarang membawa uang. Namun jika dalam beberapa bulan pasien sudah
menunjukkan perubahan perilaku menjadi lebih baik, akan ada keringanan seperti
dapat diperbolehkan untuk membawa telepon genggam maupun uang sendiri.
Pihak keluarga juga dapat menjenguk keluarganya yang menjalani rehabilitasi di
rumah damai ini, atau pasien sendiri yang diberikan dispensasi untuk pulang ke
rumah masing-masing, tentunya dengan pertimbangan para mentor dan staff di
rumah damai.
Panti rehabilitasi narkoba rumah damai ini juga bekerja sama dengan BNN
dan juga RS. Karyadi, Semarang. Jadi, jika ada pasien yang membutuhkan
pengobatan medis, mereka akan di rujuk ke rumah sakit menggunakan fasilitas
mobil yang dimiliki oleh panti rehabilitasi. Pasien juga dapat melakukan
28
konsultasi dengan psikiater jika memang diperlukan, karena rumah damai ini juga
menyediakan fasilitas tersebut.
Menurut Mas Wiwid dua faktor yang menjadi pemicu seseorang menjadi
pecandu adalah perasaan ketika memiliki banyak masalah dalam kehidupan dan
perasaan ketika teralu senang akan suatu hal. Narkoba kadang dijadikan sebagai
pelarian atas masalah yang sedang dialami oleh sesorang, karena merasa bahwa
tidak ada orang lain yang mengerti akan masalahnya tersebut. Kemudian ketika
seseorang terlalu senang (mengalami euphoria), kadang seseorang juga mencoba
untuk mengonsumsi barang haram tersebut.
Pesan dari Mas Wiwid adalah jangan sekali-kali mencoba untuk
menggunakan narkoba, karena menurutnya setelah seseorang menjadi pecandu
narkoba maka selama masa hidupnya dia akan memiliki keinginan untuk
mengonsumsi narkoba lagi. Rasa dan sensasi dari narkoba akan melekat di
memori otak kita dan sulit untuk dihilangkan. Sehingga, lebih baik jangan
mencoba untuk mengonsumsi narkoba.
3.3 WAWANCARA DENGAN MENTOR REHABILITASI
Nama : Pak Nino
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 42 tahun
Asal : Bali
Sebelum menjadi seorang mentor atau pembimbing, dahulu pak Nino
adalah mantan klien rehabilitasi rumah damai. Beliau mengikuti program
rehabilitasi sejak tahun 2004 hingga tahun 2007. Sejak tahun 2007, pak Nino
memutuskan untuk kembali ke Bali. Di Bali pak Nino berprofesi sebagai seorang
pelukis dan pembuat tato. Pak Nino kembali ke semarang sejak 6 bulan lalu
karena permintaan dari papi (sebutan untuk pemilik yayasan rumah damai dari
para klien rehabilitasi). Beliau diminta papi untuk membantu membimbing klien
rehabilitasi di rumah damai karena pemilik yayasan sakit.
Menurut pak Nino, panti rehabilitasi terbagi menjadi dua block. Block
depan untuk para klien dengan gangguan jiwa sedangkan block belakang atau
dalam khusus untuk klien yang tidak memiliki gangguan jiwa. Pada rumah damai
29
terdapat sekitar 40 pasein rehabilitasi dengan empat mentor diantaranya yaitu Pak
Nino, Pak Rudi, Pak Markus dan Pak Joseph.
Syarat utama masuk ke Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai ini yaitu
memiliki kemauan yang kuat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Kemudian adanya keluarga yang mau menanggung biaya selama masa rehabilitasi
di tempat tersebut. Namun dalam kondisi tertentu, jika pasien berasal dari
keluarga yang kurang mampu, pasien tidak perlu mengkhawatirkan masalah biaya
karena di rumah damai juga menggunakan sistem subsidi silang. Selain itu, rumah
damai juga mendapat bantuan biaya dari kementerian, dimana setiap tahunnya ada
3 pasien yang mendapat bantuan biaya.
Peraturan yang ditetapkan di rumah damai ini misalnya saat awal masuk,
seluruh pasien dilarang membawa dan menggunkan barang elektronik, dan juga
dilarang membawa uang. Namun jika dalam beberapa bulan pasien sudah
menunjukkan perubahan perilaku menjadi lebih baik, akan ada keringanan seperti
dapat diperbolehkan untuk membawa telepon genggam maupun uang sendiri.
Pihak keluarga juga dapat menjenguk pasien setelah 3 bulan di rumah damai,
kemudian pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing setelah
menjalani rehabilitasi selama 1 tahun tentunya dengan pertimbangan para mentor
dan staff di rumah damai. Indikator pasien diperbolehkan pulang yaitu dilihat dari
perilakunya misalnya dari segi kejujuran, kemudian pasien bisa memimpin orang
lain. Jika terdapat pasien yang melanggar akan diberi sanksi aatau hukuman. Bagi
yang melakukan pelanggaran berat atau pasien sudah sangat susah diatur maka
akan dimasukan ke dalam ruang isolasi. Di ruang isolasi tidak ada cahaya dan air
serta pasien tidak diperbolehkan melakukan komunikasi dengan siapapun
tujuannya untuk memberikan efek jera pada pasien.
Kegiatan harian yang dilakukan oleh pasien diantaranya pada pagi hari
melakukan renungan bersama mentor dan ada morning meeting. Kegiatan
morning meeting yaitu sharing tentang pengetahuan, memberi tahu perasaan
pasien pada hari tersebut, kesehatan, menyampaikan unek-unek masing-masing
personal dan pembahasan tema morning meeting. Penentuan tema morning
meeting merupakan salah satu tugas mentor pada minggu tersebut. Kemudian
30
mendengarkan khutbah dari kaset baik audio maupun video pada sore hari, ada
juga waktu untuk tidur siang pada pukul 12.00 sampai pukul 15.00. Saat jam tidur
siang, semua pasien rumah damai dikunci di dalam kamar mereka masing-masing.
Pukul 21.00 pasien sudah harus masuk kamar untuk tidur malam. Kemudian
setiap seminggu sekali seluruh pasien rumah damai pergi ke gereja untuk
beribadah, ada juga kegiatan untuk bersih-bersih rumah yang dilakukan oleh
pasien sesuai dengan jadwal piket yang telah ditetapkan. Para mentor sendiri
melakukan meeting setiap hari senin untuk membahas perkembangan dari pasien
dan hal apa yang akan diberikan pada pasein untuk selanjutnya.
Rehabilitasi yang dilakukan di rumah damai ini lebih kepada rehabilitasi
rohani, untuk memperbaiki perilaku agar tidak kembali menjadi pecandu narkoba.
Namun ada beberapa pasien yang selain mendapat rehabilitasi secara rohani juga
diberikan obat. Biasanya pasien yang diberi obat adalah pasien yang mengalami
gangguan jiwa dan pasien yang mengidap penyakit seperti HIV/AIDS pada pasien
dengan gangguan jiwa obatnya dipegang oleh mentor, sehingga mentor yang
menangani pasien tersebut harus mengetahui dengan pasti kapan jadwal pasien
minum obat dan jika mentor yang bersangkutan ada jadwal diluar, maka mentor
tersebut akan meminta bantuan pada mentor lain untuk memberin obat pada
pasien. Sehingga pasien terawat dengan baik. Sedangkan untuk obat bagai pasien
yang mempunyai riwayat penyakit tertentu seperti HIV, obatnya dipegang sendiri
oleh pasien. Pada rumah dammai terdapat 1 pasien pengidap penyakit HIV/AIDS.
Panti rehabilitasi narkoba rumah damai ini juga bekerja sama dengan BNN
dan juga RS. Karyadi, Semarang. Jadi, jika ada pasien yang membutuhkan
pengobatan medis, mereka akan di rujuk ke rumah sakit menggunakan fasilitas
mobil yang dimiliki oleh panti rehabilitasi. Pasien juga dapat melakukan
konsultasi dengan psikiater jika memang diperlukan, karena rumah damai ini juga
menyediakan fasilitas tersebut.
Tugas pokok mentor atau staff diantaranya memberi motivasi kepada
pasien rehabilitasi, memberikan contoh atau teladan perilaku yang baik bagi
pasien, dan menjadi pemimpin dalam kegiatan rohani seperti pada saat renungan
pagi. Menjadi seorang mentor tentu saja memiliki beberapa kendala dalam
31
menangani pasien karena masing-masing pasien memiliki sifat dan masalah yang
berbeda. Biasanya mentor cukup kesulitan dalam menangani pasien yang
membangkanng atau sulit diatur dan pasien yang manja. Menurut pak Nino
sendiri, beliau lebih kesulitan menangani pasien yang manja dibandingkan pasien
yang membangkang.
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai menggunakan program atau
pendekatan rehabilitasi secara Therapeutic Community, yaitu bentuk program
terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu tempat. Penderita
dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif serta
kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan memakai NAPZA
atau sugesti (craving) dan mencegah relap.
4.2 SARAN
4.2.1 Pemerintah
a) Lebih mempertegas dan menerapkan kebijakan yang sudah dibuat agar dapat
memberikan efek jera kepada pengguna NAPZA
b) Lebih memberikan dukungan kepada Panti Rehabilitasi Narkoba khususnya
dalam bidang finansial agar dapat maksimal dalam melakukan rehabilitasi
4.2.2 Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai
a) Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah, LSM, dan lembaga lain untuk
mendukung program rehabilitasi NAPZA.
b) Memperluas informasi Panti Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai kepada
masyarakat melalui berbagai media.
4.2.3 Masyarakat
a) Meningkatkan pengetahuan mengenai NAPZA dan bahaya yang
ditimbulkannya.
b) Mendukung, memotivasi dan tidak mendiskriminasi terhadap residen yang
sedang melakukan rehabilitasi
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
35
36