Anda di halaman 1dari 9

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan, yaitu:
1. Mortir dan stemper
2. Viskosimeter elektrik
3. Kertas saring
4. Cawan petri
5. Gelas ukur
6. Batang pengaduk
7. Kaca arloji
8. Beaker glass
9. Timbangan analitik
10. Sendok tanduk
11. Pipet tetes
12. Waterbath
Bahan yang digunakan, yaitu:
1. Oleum arachidis
2. Tween 80
3. Span 60
4. Aquadest
5. Methylen blue
B. Formula
1. Pengaruh harga hidropholic and lipholic (HLB) terhadap stabilitas emulsi
R/ Oleum arachidis 100 gram
Tween 80 25 gram
Span 60 25 gram
Aquadest ad 100 gram
Buatlah 3 formula emulsi seperti diatas dengan mempergunakan perbandingan tween 80
dan span 80 sebagai berikut:
Zat I II III IV
Tween 80 75 50 25 bagian
Span 60 25 50 75 bagian

C. Perhitungan Bahan

R/ Oleum Arachidis 100 gram

Tween 80 gram

Span 60 gram

Aquadest ad 500 ml

Perhitungan masing-masing formula, yaitu :


1. Formula 1
75 gram
a. Tween 80 = 𝑥 25 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 18,75 gram
100
25 gram
b. Span 60 = 𝑥 25 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6,25 gram
100
2. Formula 2
50 gram
a. Tween 80 = 𝑥 25 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 12,5 gram
100
50 gram
b. Span 60 = 𝑥 25 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 12,5 gram
100
3. Formula 3
25 gram
a. Tween 80 = 𝑥 25 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6,25 gram
100
75 gram
b. Span 60 = 𝑥 25 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 18,75 gram
100

Pehitungan HLB masing-masing formula, yaitu:


Diketahui HLB Tween : 15 gram
HLB Span : 4,7 gram
1. Formula 1
F1 = (HLB Tween 80 x Berat Tween 80) + (HLB Span 60 x Berat Span 60)
= (15 gram x 18,75 gram) + (4,7 gram x 6,35 gram )
= 281,25 gram + 29,37 gram
= 310,62 gram
2. Formula 2
F2 = (HLB Tween 80 x Berat Tween 80) + (HLB Span 60 x Berat Span 60)
= (15 gram x 12,5 gram) + (4,7 gram x 12,5 gram )
= 187,5 gram + 58,75 gram
= 246,25 gram
3. Formula 3
F3 = (HLB Tween 80 x Berat Tween 80) + (HLB Span 60 x Berat Span 60)
= (15 gram x 6,25 gram) + (4,7 gram x 18,75 gram )
= 93,75 gram + 88,12 gram
= 181,87 gram
C. Prosedur Kerja

Oleum arachidis ditambah tween dan span, panaskan dalam


bekerglass sampai 70oC

Sementara itu siapkan air yang telah dipanasi 70oC

Tuangkan bagian air ke dalam mortir, aduk selama 1 menit,


kemudian dimasukkan ke dalam bekerglass sambil diaduk sampai
dingin (dengan meletakkan bekerglass di dalam yang berisi air)

Masukkan emulsi ke dalam tabung reaksi yang berskala dan amatilah


pemisahan yang terjadi (bila tidak ada pemisahan maka perlu
dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm sekitar 5 menit

Tentukan pula viskositas emulsi dengan viskosimeter elektrik

Hitung masing-masing harga HLB campuran tween-span yang


dipakai. Bandingkan nilai HLB dengan stabilitas emulsi,
pertimbangkan pula viskositasny
D. Penafsiran Evaluasi Sediaan Emulsi

1. Evaluasi Fisik

a. Evaluasi Organoleptik (Goeswin Agoes)


Tujuan Menjamin emulsi yang dibuat tidak mengalami
perubahan bau, warna, dan fase.
Prinsip Mengamati perubahan penampilan emulsi dari segi bau,
warna, pemisahan fase dan pecahnya emulsi secara
makroskopis.
Penafsiran Hasil Emulsi memenuhi syarat bila tidak terjadi perubahan
warna, bau, pemisahan fase dan pecahnya emulsi

b. Penetapan Bobot Jenis (FI IV, hal 1030)

Tujuan Menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai


dengan spesifikasi dari produk yang telah ditetapkan.
Prinsip Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot
air dengan volume dan suhu yang sama dengan
menggunakan piknometer (bila tidak disebutkan dalam
monografi, maka pengukuran pada suhu 25oC).
Penafsiran Hasil Sesuai dengan yang tertera pada monografi

c. Penetapan Ph (FI IV, hal 1039-1040)


Tujuan Mengetahui pH emulsi untuk mengetahui
kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah
disesuaikan
Prinsip Pengukuran terhadap Ph emulsi menggunakan pH meter
yang telah dikalibersi dengan larutan dapar
Penafsiran Hasil Sesuai dengan persyaratab Ph pada monografi
d. Penentuan Tipe Emulsi (Martin, Farmasi Fisika ed 3, hal 1144-1145)
Tujuan Mengetahui kesesuaian tipe emulsi yang dibuat dengan
tipe emulsi yang telah diformulasikan sebelumnya dan
melihat kemungkinan terjadinya inversi fase.
Prinsip 1) Uji kelarutan zat warna : kelarutan zat warna yang
larut dalam air (missal :metilen biru atau amarath)
dalam salah satu fase emulsi.
2) Uji Pengenceran : ketercampuran atau kelarutan
pelarut air
Penafsiran Hasil 1) Emulsi M/A bila fase kontinu emulsi terwarnai oleh
zat warna larut air (misal: dengan metilen blue,
amaranth)
2) Emulsi M/A bila dapat diencerkan dengan pelarut
aqueous; emulsi A/M bila tidak dapat diencerkan
dengan pelarut aqueous.

e. Pengukuran Viskositas & Sifat Alir


Tujuan Mengetahui viskositas dan sifat aliran emulsi dan
menjamin kenyamanan penggunaan
Prinsip Melakukan pengukuran viskositas dalam berbagai
kecepatan dengan viscometer Brookfield untuk
mendapatkan viskositas dan diagram sifat aliran emulsi.
Penafsiran Hasil Viskositas dan sifat aliran memenuhi spesifikasi.

f.Volume Sedimentasi (Disperse System vol II 1989, hal 303)


Tujuan Melihat kestabilan emulsi yang dihasilkan
Prinsip Perbandingan antara volume akhir (Vu) sebelum terjadi
pengendapan/ pemisahan fase.
Penafsiran Hasil Semakin besar nilai Vu atau nilai F=1 atau mendekati 1,
semakin baik emulsinya dan kurva yang terbentuk
antara F terhadap waktu membentuk garis yang
horizontal atau sedikit curam.

g. Homogenitas
Tujuan Menjamin kehomogenitasan sediaan emulsi
Prinsip Homogenitas dapat ditentukanberdasarkan jumlah
globul maupun distribusi ukuran globul dengan
pengambilan sampel pada berbagai tempat
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat
jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang
lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual.
Penafsiran Hasil Emulsi yang homegen akan memperlihatkan jumlah
atau distribusi ukuran globul yang relative hamper sama
pada berbagai tempat pengambilan sampel.

2. Evaluasi Biologi (untuk zat aktif antibiotik)


a. Uji Efektivitas Pengawet ( FI IV, hal 854-855)
Tujuan Menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang
ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat
dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti
produk-produk parenteral, telinga, hidung dan mata
yang dicantumkan pada etiket produk yang berkaitan.
Prinsip Inokulasi mikroba pada sediaan untuk mengetahui
efektifitas pengawet pada sediaan dengan cara
menginkubasi tabung bakteri (Candidan albican,
Aspergillus niger, Pseudomonasaeruginods dan
Staphilococcus aureus) biologis yang berisi sampel dari
inokula pada suhu 200C dalam media Soybean Casein
Digest Agar.
Penafsiran Hasil Suatu pengawet dinyatakan efektif bila:
1) Jumlah bakteri viable pada hari ke-14 berkurang
hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal.
2) Jumlah kapang dan khamir viable selama 14 hari
pertama adalah tetap atau kurang dari jumlah awal.
3) Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari
bilangan yang disebut pada a dan b.

b. Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi (untuk zat aktif antibiotik) (FI IV, hal
891-899)
Tujuan Memastikan aktivitas antibiotic tidak berubah selama
proses pembuatan
Prinsip Menentukan aktivitas antibiotik dengan melihat dua
parameter yaitu konsentrasi hambat minimum (KHM)
dan diameter hambat dengan menggunakan metode
turbidimetri atau lempeng silinder.
Penafsiran Hasil Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan
metode garis lurus transformasi log dengan prosedur
penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas (FI IV,
hal 898). Harga KHM yang makin rendah, makin kuat
potensinya. Pada umumnya antibiotik yang berpotensi
tinggi mempunyai KHM yang rendah dan diameter
hambat yang besar.

c. Kandungan zat antimikroba (khusus untuk formula yang menggunakan pengawet) (FI
IV, hal 939-942)
Tujuan Menentukan kadar pengawet terendah yang masih
efektif dan ditujukan untuk zat-zat yang paling umum
digunakan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera
memang ada, tetapi tidak lebih dari 20% dari jumlah
yang tertera di etiket.
Prinsip Penentuan kandungan zat antimikroba menggunakan
kromatografi gas atau polaografi (sesuaikan dengan
pengawet yang digunakan)
Persyaratan Produk harus mengandung sejumlah zat antimikroba
seoerti yang tertera pada etiket ±20%
Khusus 1) Metode I : kromatografi gas (Benzil alcohol,
pengawet klorbutanol, fenol, nipagin- nipasol
Penafsiran hasil Kandungan zat antimikroba dinyatakan dalam satuan
b/v atau v/v

Anda mungkin juga menyukai