1. Panggul sempit, panggul jenis ini hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5
kg ke bawah.
2. Panggul sedang, bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.
3. Panggul luas, panggul jenis ini bisa mengeluarkan bayi berukuran besar 3,5 kg
s/d 3,9 kg
c. Ukuran panggul rata-rata dan terkategori normal:
c. Penatalaksanaan
1. Partus percobaan
Percobaan untuk melaukan persalinan per vaginam pada wanita – wanita
dengan panggul relatif sempit .Partus percobaab dimulai pada permulaan dan
berkahir setelah kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat
berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam . Partus
percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir per vaginam secara spontan dibantu
dengtan VE dan anak serta ibu dalam keadan baik.
Partus percobaab dihentikan
- Pembukaan tidak ataau kurang sekali kemajuan
- Keadaan inu dan anak menjadi kurang baik
- Adanya lingkaran retreksi yang patologis
- Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup dan
dilakukan pimpinan persalinan dengan baik , bagian kepala dengan diamter
terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul
- Forceps atau vakum gagal
2. Seksio Sesaria
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis
tindakan ini tidak dilakukan lagi ]
4. Kratiotomi dan kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi , apabila pannggul sangat
sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan , maka dilakukan seksio
Sesarea
2. Sepsis
a. Pengertian
Sepsis merupakan infeksi berat yang umumnya disebabkan oleh bakteri, yang bisa
berasal dari organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru, usus, saluran kemih atau kulit
yang menghasilkan toksin/racun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh
menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri. Sepsis dapat mengakibatkan komplikasi
yang serius mengenai ginjal, paru-paru, otak dan pendengaran bahkan kematian.
Sepsis neunatus adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh masuknya kuman ke
dalam tubuh disertai manifestasi klinis yang terjadi pada neunatus. Sepsis menunatus
merupakan salah satu penyebab penting dari morbiditas dan mortalitas di antara
neunatus
b. Tanda gejala
1. Tanda dan gejala Suhu tubuh di atas 38,3 oC atau di bawah 36 C
- Laju jantung lebih dari 90 detakan per menit
- Laju pernapasan lebih dari 20 napas per menit.
2. Tanda dan gejala sepsis yang parah yaitu:
- Pengeluaran urin berkurang drastis
- Perubahan mendadak dalam status kejiwaan
- Berkurangnya jumlah keping darah
- Sulit bernapas
- Detak jantung abnormal
- Sakit perut
- Septic shock
c. penatalaksanaan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam
i.v(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin
(Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati
penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus
diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah,
analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi,
CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis
atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan
dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). 6. Pemberian antibiotika
diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya
Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian
antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi
oksigen/ventilasi mekanik,
3. Dispesia
a. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).
b. Tanda gejala
- rasa nyeri pada perut.
- Perut terasa kembung.
- Merasa tidak nyaman setelah makan.
- Muntah dan mual.
- Nafsu makan hilang.
- Terasa perih di perut atau dada.
- Adanya makanan yang kembali ke atas.
c. penatalaksanaan
1. penatalaksanaan Non Framokologi
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatakan asam lambung
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makan makanan yang pedas, obat –
obatan yang berlebihan ,
c. Alur pola makan
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Sampai sekarang belum regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengatasi kekambuhan .Hal ini dapat di mengerti karena froses fatofisiologis pun
belum jelas
3. Obat – obat yang diberikan pada pasien dispesia :
1. Antasid ( menetralkan asam lambung )
2. Golongan antikolinergi ( menghambat pengeluaran asam lambung )
3. progenetik ( Mnecegah terajdinya muntah )
4. KATARAK
a. pengertian
Katarak adalah kondisi mata di mana lensa mata menjadi keruh dan berawan. Penderita
katarak akan merasa seperti melihat jendela berasap. Sebagian besar katarak
berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu.
b. Tanda gejala
Merasa silau.
c. penatalakaanaan
1. pencegahan
disarankan agar banyak mengkomsumsi buah – buahan yang banyak mengandung
vitamin C , Vitamin A dan E. Serlain itu untuk mengurangi pajanan sinar amtahari ( Sinar
UV ) secara berlebih , lebih menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar siang
hari
2. Penatalaksanaan Medis
ada 2 macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan servik
a. Ekstrakasi katarak ekterakapsuler
Merupakan teknik yang disukai dan mencapai 98 % pembedahan katarak.Mikroskop
digunakan untuk melihat struktur mata selam pembedahan , Prosedur ini meliputi
pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa
fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap denganmeninggalkan
kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh , selain itu penemuan terbaru pada
ektraksi ekstrakapsuler yaitu fakoemulsifikasi.Cara ini memeungkinkan pengambilan
lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekuensi
tinggi untuk mencegah nucleus dan konteks lensda menjadi pertikel yang kecil yang
kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
5. Colic Abdomen
a. pengertian
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Collic abdomen
adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan
variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam,
2001 : 92).
b. tanda gejala
Muntah ,Konstipasi ,Diare ,Nyeri perut
c. penatalaksanaan
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2. Terapi Na+, K+, komponen darah
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
6. DHF
a. Pengertian
Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari
pertama (Soeparman; 1987; 16).
b. tanda gejala
1. Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari Manifestasi
perdarahan : uji rumpeleede positif, ptekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, melena
2. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, nyeri ulu hati
3. Nyeri sendi , nyeri kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola mata
(retro orbita), hepatomegali, splenomegali
4. Kadang ditemui keluhan batuk pilek dan sakit menelan. Gejala klinik lain yaitu
nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi dan kejang –
kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).
c. Penatalaksanaan
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting
bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-
tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan
pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma
atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. Pada DBD
tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara
pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan
pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
1. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
2. Hematokrit yang cenderung mengikat.
7. Faringitis
a. Pengertian
a. Faringitis dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan
yang menyerang tenggerokan atau faring yang disebabkan oleh bakteri dan
virus tertentu. Kadang juga disebut radang tenggerokan.(Wikipedia.com)
b. Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri,
yang ditandai oleh adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis,
demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent, 2004)
c. Faringitis adalah imflamasi febris yang disebabkan oleh infeksi virus yang tak
terkomplikasi biasanya akan menghilang dalam 3 sampai 10 setelah awitan
b. tanda gejala
a. Nyeri tenggorok dan nyeri menelan
b. Tonsil menjadi berwarna merah danmembengkak
c. Mukosa yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan
tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan pus (nanah).
d. Demam.
e. Pembesaran kelenjar getah bening di leher
Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala – gelaja sistemik akan
muncul
1. Lesu dan lemah, nyeri pada sendi – sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri pada
telinga
2. Peningkatan jumlah sel darah putih
c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat menurunkan durasi gejala, dan mengurangi
risiko penularan penyakit.
Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
- Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
- Penicillin; diberikan secara oral
- Eritromisin
- Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G.
Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala,
kecuali pada penyebab virus influenza. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu:
- Amantadine
- Rimantadine
- Oseltamivir
- Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup,
karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga
mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik
pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat
digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil,
Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai
analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau
mencegahnya, yaitu :
- Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan
mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat
- Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi
demam
- Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk
- Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam
dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
8. BP Bronchopneumonia
a. Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran
berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas
ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong,
1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama,
tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat
(Suzanne G. Bare, 1993).
b. Tanda gejala
. 1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
c penatalaksanaan
Bed rest
Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt). Jenis
cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan
KCl 10 mEq/500 ml botol infus.
Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia community base :
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral
Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan
9. KALA II
a. Pengertian
- Persalinan lama adalah dimana fase laten lebih dari 8 jam ,dan persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir.
- Persalinan kala II lama atau di sebut juga partus tak maju adalah suatu persalinan
dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan
servik, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir (Mochtar, 1998).
- Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), pengertian dari partus lama adalah
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18
jam pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif
- Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase laten
lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran
bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.
- Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku
PanduaPraktisPelayananKesehatanMaternaldanNeonatal
- Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam
atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan fase
aktif.
- Jadi, persalinan kala II lama adalah persalinan yang telah berlangsung selama 12
jam atau lebih bayi belum lahir,dan his adekuat namun tidak menunjukan kemajuan
pada pembukaan servik .
b. tanda gejala
a) Pada ibu
Gelisah,
letih,
suhu badan meningkat,
berkeringat,
nadi cepat,
pernafasan cepat.
Di daerah lokal sering dijumpai : Ring v/d Bandl, edema vulva, edema serviks,
cairan ketuban berbau dan terdapat mekonium.
b) Pada janin
Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif.
Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan dan berbau
Caput Succedeneum yang besar
Moulage kepala yang hebat
IUFD (Intra Uterin Fetal Death)
c. Penatalaksanaan
a. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya.
Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin,
et al, 2000).
Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan
Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu
mengalami hal tersebut (Enkin, et al, 2000).
Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II persalinan. Berikan
rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan
berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang,
membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan
tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan
melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang
dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya
TD, DJJ, periksa dalam).
b. Melakukan kala II persalinan dan memulai meneran :
- Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
- Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam
- Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam
- Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap (10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI
- Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi
nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin.
Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan
bayinya dan catatkan semua temuan dalam partograf
- Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan
belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat
selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang
nyaman dan beritahukan untuk menehan diri untuk meneran hingga penolong
memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
- Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan
benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu
untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan
dalam partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit.
Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap kontraksi.
- Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran,
bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan
untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang
berlanjut dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama
kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua
temuan dalam partograf.
- Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai
kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit, stimulasi puting susu mungkin dapat
meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi.
- Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan
lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap puncak kontraksi.
- Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran
bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala
bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).
- Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan
menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan)
a. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus oksitosin
b. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :
- Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di stasion
(O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam
- Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di antara
stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum
- Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas stasion
(-2) lakukan seksio caesarea.
b. Tanda gejala
sakit di punggung bagian bawah.
Kontraksi setiap 10 menit.
Kram di bagian perut bawah.
Keluar cairan dari vagina.
Perdarahan di vagina.
Sering mengalami keputihan.
Pinggul terasa tertekan.
Mual, muntah, atau bahkan diare.
c. Penatalaksanaan
1. Tokolisis
Pemberian tokolisis perlu dipertimbangkan bila terjadi kontraksi uterus yang reguler
dengan adanya perubahan serviks.
Alasan pemberian tokolisis pada persalinan prematur adalah:
Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.
Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulasi surfaktan
paru janin.
Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap
Beberapa macam obat yang digunakan sebagai tokolisis adalah :
Kalsium antagonis : Nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi
berulang.
Obat β-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.
Sulfas magnesium dan anti prostaglandin (endometasin) : jarang dipakai karena
efek samping pada ibu maupun janin.
Untuk menghambat proses persalinan prematur selain pemberian tokolisis,
adalah dengan membatasi aktivitas atau tirah baring.
2. Kortikosteroid
Tujuan pemberian terapi kortikosteroid adalah untuk pematangan surfaktan paru janin,
menurunkan insidens RDS, menccegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya
menurunkan angka kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan pada usia
kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan adalah deksametason atau
betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena merupakan resiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:
Betametason 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam
Deksametason 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam
3. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada kasus kehamilan dengan risiko terjadinya infeksi seperti pada
kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah : eritromisin 3 x 500 mg
selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotik lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf karena risiko NEC.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan KPD/PPROM
(Preterm premature rupture of the membrane) adalah :
Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril.
Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan pemeriksaan
spekulum.
Pada pemeriksaan USG jika didapat penurunan indeks cairan amnion (ICA)
tanpa adanya kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya IUGR mengarah pada
kemungkinan KPD.
Persiapan persalinan prematur perlu pertimbangan berdasarkan :
Usia gestasi
o Usia gestasi 34 minggu atau lebih : dapat melahirkan di tingkat layanan
primer, mengingat prognosis relatif baik.
o Usia gestasi kurang dari 34 minggu : harus dirujuk ke rumah sakit dengan
fasilitas perawatan neonatus yang memadai.
Keadaan selaput ketuban
Bila didapat KPD dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, maka ibu dan
keluarga dipersilahkan untuk memilih cara pengelolaan setelah diberi konseling
dengan baik
b. tanda gejala
1. pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering
merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada
pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
c. Penatalaksanaan
Bila ditemukan kehamilan presentasi bokong, hendaknya diusahakan melakukan versi
luar menjadi presentasi kepala. Versi luar dilakukan bila kehamilan berumur 37 minggu
atau lebih, dan kemungkinan besar lahir pervaginam, ketuban utuh dan air ketuban
cukup, serta tidak ada komplikasi atau kontraindikasi.
Panggul sempit
Perdarahan antepartum
Hipertensi
Hamil kembar
Pertumbuhan janin terhambat
Bekas seksio
Kelainan janin
Saat ini telah ada beberapa metode lain untuk membantu terjadinya perubahan
presentasi janin, antara lain :
Chiropractic : Dengan Teknik Webster Breech, yaitu suatu teknik chiropractic yang
dapat mengurangi ketegangan pada pelvis sang ibu dan menyebabkan relaksasi dari
uterus dan ligamen sekitarnya, sehingga memudahkan sang bayi untuk berputar secara
alami. Metode ini dilaporkan memiliki tingkat keberhasilan sampai 80%, dan disarankan
untuk dilakukan pada usia kehamilan 8 bulan.
Breech Tilt : Dengan mengangkat pinggul setinggi 30 cm dari lantai menggunakan
bantal besar dan keras sebanyak 3 kali dalam sehari selama 10 – 15 menit. Metode ini
lebih baik dilakukan saat perut kosong dan gerakan bayi sedang aktif.
Musik : Banyak wanita yang sekarang menggunakan lagu atau rekaman suara mereka
untuk membantu berubah posisi. Cara ini dilakukan dengan meletakkan headphone
yang memainkan musik atau suara rekaman ibu di bagian bawah abdomen. Hal ini
dapat membantu bayi berputar dan keluar dari posisi breech.
b. tanda gejala
c. penatalaksanaan
1. Keperawatan awal
- Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
- Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca
bedah.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
- Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi.
- Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4. Fungsi gastrointestinal
- Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam.
- Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih.
- Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut.
- Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC.
a. Pengertian
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan kegagalan
jantung dalam memompa pasokan darah yang dibutuhkan tubuh. Hal ini dikarenakan
terjadi kelainan pada otot-otot jantung sehingga jantung tidak bisa bekerja secara
normal.
b. Tanda gejala
Gejala jantung kiri
Keluhan berupa perasaan badan lemah , cepat lelah , berdebar – debar , sesak nafas,
batuk, keringat dingin, anoreksia, batuk ataau batuk berdarah, fungsi ginjal menurun .
Gejala gagal jantung kanan
edama, anoresia, mual, asites, sakit daerah perut.
c. Penatalaksanan
1. Menghilangkan faktor pencetus
2. Mengendalikan gagal jantung dengan memperbaiki fungsi pompa jantung ,
mengurangi beban kerja dengan pemberian diet rendah garam, dieuretik, dan
vasodilator.
3. Menghilangkan penyakit yang mendasarinya baik secara medis atau bedah
4. Meningjkatkan oksigenasi dengan oksigen , diusahakan agar PaCO2 sekitar 60
-100 mmHg ( Saturasi 02 90 – 98 % ) dan menurunkan komsumsi 02 melalui
istrihata / pembatasan aktifitas
5. Pemberian obat – obatan sesuai dengan program seperti morfin diberikan untuk
menurunkan faktor preloada dan afterload : Furesemide untuk mengurangi
oedama : amnifin untuk merangsang miokardium, obat inotopik ( digitalis, glikosida,
dopamine HCL,phosphodienterase inhibitor ) meningkatkan kontraksi miokardium ,
ACE inhibitor menurunkan hipertensi vena paru .
6. Bila perlu monitoring centrl venous pressure atau juga dengan swan ganz chateter .
14. Meningitis
a. Pengertian
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
b. Tanda gejala
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi,
muntah dan kejang
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta
rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan
oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti
oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat.
Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit
kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya
ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan
ekstremitas. Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi
vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan
berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan
dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan
gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan
berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella
yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab
Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh
Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan dewasa
biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga
bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan
nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala
infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa
demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan turun,
mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan
kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul,
nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi,
dan sangat gelisah.
c. Penatalaksanaan
o Manitol
Dosis 1,5-2,0 mg/kg intravena dalam 30-60 menit dapat diulang setiap 8-12
jam dengan menggunakan larutan 15-20 %
o Gliserol
Dosis 0,5-2,0 gram/kg dengan sonde hidung, diencerkan 2 kali dan dapat
diulang setiap 6 jam.
o Glukosa 20%
Glukosa 20% sebanyak 10ml intravena beberapa kali sehari, dimasukkan ke
dalam pipa
3) Pengobatan suportif
o Pemberian cairan intravena (glukosa 10%), pemberian cairan ini dimaksudkan
untuk mempertahankan keseimbangan air-elektrolit,mencukupi kalori dan
pemberian obat-obatan
o Pemberian vitamin
Pemberian O2 untuk mencegah kerusakan jaringan otak akibat hipoksia
15. Tumor mamae
a. pengertian
Kanker payudara merupakan gangguan pertumbuhan sel normal mammae dimana
sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).
Sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda, pada
akhrinya sel – sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara, jika benjolan kanker itu
tidak dibuang atau terkontrol sel –sel kanker bisa menyebar pada bagian – bagian
tubuh lain .Mentase bisa terjadi pada kelenjar getah bening ( Limfe ) ketiak ataupun di
atas tulang belikat. Selain itu sel – sel kanker bisa bersarang ditulang , paru – paru ,
hati, kulit, dan bawah kulit.
b. Tanda gejala
1.Benjolan di payudara bagi wanita , benjolan dipayudara ada satu gejala awal dari
kanker payudara
2. Perubahan kulit payudara
3.perubahan kondisi puting
4. Benjolan di ketiak
5. Kanker payudara metastis ( penyakit kuning, ruma dan gatal pada kulit , enzim hati
yang abnormal , kehilangan nafsu makan atau mual
c. Penatalaksanaan
Non pembedahan
1. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker
lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
2. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
16. HILL
a. Pengertian
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau
lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus inguinalis
externa atau medialisis (Kapita Selekta Kedokteraan Edisi 3, Marilynn E. Donges).
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan ( R. Syamsuhidayat, 1997 ).
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia adalah penonjolan
isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek congenital maupun karena adanya factor
yang didapat.
b. Tanda gejala
Umumnya penderita mengalami penonjolan di daerah inguinalnya dan mengatakan
adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau
menghilang dan muncul lagi bila menangis, mengejan pada waktu defikasi atau miksi,
mengangkat benda berat, dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala
mual dan muntah ada komplikasi.
c. Penatalaksanaan
1) Pada hernia inguinalis lateralis responibilis, maka dilakukan tindakan bedah elektif,
karena ditakutkan terjadi komplikasi.
2) Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukan kembali.
Penderita istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diat halus. Dilakukan
tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga
dilakukan kompres untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-
ulang sehingga isi hernia masuk utuk kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian
hari, atau menjadi inkarserasi. Pada inkarserasi dan strangulasi maka perlu
dilakukan bedah darurat.
3) Tindaan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan hernior
(menjahit kantong hernia).
4) Pada bedah elektif, maka kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat dan
dilakukan “Bassini plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
5) Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung
dicari dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke
rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus anastomosis “End to end”.
6) Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cin-cin henria dipotong dan usus
dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap
17. Combustio
a. pengertian
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet
(Brunner & Suddarth, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontrak
dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
(Moenajar, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio
aktif (Wong, 2003).
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak
faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas,
petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Kusumaningrum, 2008)
b. tanda gejala
1. Rasa sakit
2. Kulit kemerahan
3. Lecet
4. Kulit mengupas
5. Pembengkakan
c. Penatalaksanaan
a. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi
obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas
pemelliharaan jalan nafas.
b. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan
bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
c. Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas
yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen dosis besar
karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas
yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.
d. Perawatan jalan nafas
e. Penghisapan sekret (secara berkala)
f. Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan
nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi
umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan
bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat
tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat
(mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih kontroversial)
g. Bilasan bronkoalveolar
h. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
i. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru
2. Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan
seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak
terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi
dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan
komposisi intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta
meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan
dan keuntungan dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan
sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita
dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik
dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara
untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
a. Cara Evans
1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
b. Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
3. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan
sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka
pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan
sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak.
Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan
mencegah terjadinya atrofi vili usus.
18. Illeus
a. pengertian
Ileus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran
usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus
biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus
merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan
darurat bila penderita ingin tetap hidup.
b. tanda gejala
c. Penatalaksanaan
19. CKS
a. pengertian
Cedera kepala adalah trauma yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak,
dan cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius diantara penyakit
neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Cedera kepala sedang adalah cedera kepala dengan GCS (Galsgow Coma Scale)
antara 9 sampai 13 (Mansjoer, Arif. 2000).
Cedera kepala sedang adalah cedera kepala dengan Skala Koma Glssgow (SKG)
antara 9-12 dengan kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam serta dapat mengalami fraktur tengkorak (Hudak dan Gallo, 1997
b. tanda gejala
Gejala-gejala yang muncul pada cedera lokal tergantung pada jumlah dan distribusi
cedera otak. Nyeri yang menetap atau setempat, bisanya menunjukkan adanya fraktur.
a. Fraktur Kubah Kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur, dan atas alasan ini
diagnosis yang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar-x.
c. Penatalaksanaan
a. Air dan Breathing
1) Perhatian adanya apnoe
2) Untuk cedera kepala sedang dan berat lakukan intubasi endotracheal. Penderita
mendapat ventilasi dengan oksigen 100% sampai diperoleh AGD dan dapat
dilakukan penyesuaian yang tepat terhadap FiO2.
3) Tindakan hiperventilasi dilakukan hati-hati untuk mengoreksi asidosis dan
menurunkan secara cepat TIK pada penderita dengan pupil yang telah berdilatasi.
PCO2 harus dipertahankan antara 25-35 mmhg.
b. Circulation
Hipotensi dan hipoksia adalah merupakan penyebab utama terjadinya perburukan
pada CKS. Hipotensi merupakan petunjuk adanya kehilangan darah yang cukup berat,
walaupun tidak tampak. Jika terjadi hipotensi maka tindakan yang dilakukan adalah
menormalkan tekanan darah. Lakukan pemberian cairan untuk mengganti volume
yang hilang sementara penyebab hipotensi dicari.
c. Disability (pemeriksaan neurologis)
Pada penderita hipotensi pemeriksaan neurologis tidak dapat dipercaya kebenarannya.
Karena penderita hipotensi yang tidak menunjukkan respon terhadap stimulus apapun,
ternyata menjadi normal kembali segera tekanan darahnya normal
Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan GCS dan reflek cahaya pupil
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang
adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat
menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun
bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada hampir setiap
organ.
Di seluruh dunia dikenal lebih dari 2000 spesies ular, namun ular berbisa hanya dikenal
250 jenis. Setiap tahunnya di seluruh dunia, ribuan orang meninggal akibat gigitan ular
berbisa.
a. Tanda gejala
Racun yang merusak jaringan menyebabkan nekrosis jaringan yang luas dan
hemolisis. Gejala dan tanda yang menonjol berupa nyeri hebat dan tidak sebanding
sebasar luka, udem, eritem, petekia, ekimosis, bula dan tanda nekrosis jaringan. Dapat
terjadi perdarahan di peritoneum atau perikardium, udem paru, dan syok berat karena
efek racun langsung pada otot jantung. Ular berbisa yang terkenal adalah ular tanah,
bandotan puspa, ular hijau dan ular laut. Ular berbisa lain adalah ular kobra dan ular
welang yang biasanya bersifat neurotoksik. Gejala dan tanda yang timbul karena bisa
jenis ini adalah rasa kesemutan, lemas, mual, salivasi, dan muntah. Pada pemeriksaan
ditemukan ptosis, refleks abnormal, dan sesak napas sampai akhirnya terjadi henti
nafas akibat kelumpuhan otot pernafasan. Ular kobra dapat juga menyemprotkan
bisanya yang kalau mengenai mata dapat menyebabkan kebutaan sementara.
Diagnosis gigitan ular berbisa tergantung pada keadaan bekas gigitan atau luka yang
terjadi dan memberikan gejala lokal dan sistemik sebagai berikut :
3. Gejala khusus :
c. Penatalaksanaan
Sebelum penderita dibawa ke pusat pengobatan, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah :
Apabila gejala timbul secara cepat sementara belum tersedia antibisa, ikat
daerah proksimal dan distal dari gigitan. Kegiatan mengikat ini kurang berguna
jika dilakukan lebih dari 30 menit pasca gigitan. Tujuan ikatan adalah untuk
menahan aliran limfe, bukan menahan aliran vena atau arteri.
Setelah penderita tiba di pusat pengobatan diberikan terapi suportif sebagai berikut:
Beri pertolongan pertama pada luka gigitan: verban ketat dan luas diatas luka,
imobilisasi (dengan bidai)