Disusun Oleh:
Ida Ayu Sinthia Pradnya Swari
G99151009
Pembimbing :
dr. Guntur Surya Alam, Sp.B, Sp.BA
BAB I
STATUS PASIEN
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama
: An. C
Umur
: 6 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Sukoharjo
Tanggal Masuk
: 31 Maret 2016
Tanggal Periksa
: 7 Maret 2016
No. RM
: 010964xx
2. Keluhan Utama
Sulit buang air besar sejak 3 hari SMRS
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sulit buang air besar sejak 3 hari
SMRS dan perut juga terlihat semakin membesar. BAB lunak, BAK tidak
ada keluhan, demam (-).
umur 5 hari pasien memeliki keluhan serupa dan oleh dokter yang
merawat di diagnosis Megacolon Congenital, Selama ini pasien
melakukan rawat jalan di RSU Sukoharjo.
2 bulan SMRS pasien mengeluh keluhan serupa dan berobat ke RSU
Sukoharjo dan disarankan untuk operasi namun karena keterbatasan
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat mondok
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
6. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu berusia 35 tahun, G2P2A0, lahir normal dengan usia kehamilan
36 minggu. Bayi menangis kuat (+), nafas spontan (+), ketuban jernih, tidak berbau,
berat badan lahir 2700 gram.
7. Riwayat Kehamilan dan ANC
Riwayat sakit saat hamil
: rutin di bidan
Riwayat perdarahan
: disangkal
: disangkal
: Compos mentis
TD
: 100/70mmhg
Temperature
: 36,8C
Respiration Rate
: 24x/ menit
Heart Rate
: 98x/ menit
Saturasi O2
: 99 %
3. Kepala
: mesocephal
4. Mata
5. Telinga
6. Hidung
: bentuk simetris, nafas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-)
7. Mulut
8. Leher
9. Thoraks
10. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
11. Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/ sonor
Auskultasi
12. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
13.
Genitourinaria : anus (+), BAK darah (-), BAK nanah (-), nyeri BAK (-).
Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Distensi (+)
: Bising usus (+)
: timpani
: tegang, hepar dan lien tidak teraba
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah (1 April 2016) di RS Dr. Moewardi
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
HematologiRutin
Hemoglobin
12.9
g/dl
13.4-19.8
Hematokrit
39
50-82
Leukosit
9.7
Ribu/ul
5.0-19.5
Trombosit
446
Ribu/ul
150-450
Eritrosit
5.02
Juta/ul
3.90-5.90
88
mg/dl
60-100
PT
14.0
detik
10.0 -15.0
APTT
31.3
detik
20.0 40.0
INR
1.100
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu
Homeostasis
Elektrolit
Natrium darah
139
mmol/L
132-145
Kalium darah
3.4
mmol/L
3.1-5.1
Chlorida darah
110
mmol/L
98-106
Calsium Ion
1.03
mmol/L
1.17 1.29
Serologi
Hepatitis
HbsAg
Nonreactive
Nonreactive
Hasil:
Foto polos abdomen : tak tampak distensi sistema usus, gambaran udara bebas,
pneumatisasi intestinal dan ground glass appeareance, fecal material prominent, mottled
sign (+) di sistema kolorectal.
Single contrast : tampak kontras mengisi dan melumuri sistema colorektal, refluks (+),
kaliber rektum tampak sempit, dinding licin, RS index < 1, kaliber lumen sistema
colorectal yang lain normal, Tak tampak additional defek, tak tampak filling defek.
Kesan:
Hipoganglion rektum short segmen
D. Assesment
Megacolon Congenital
E. Plan
1.
2.
3.
4.
5.
MRS
Antasida syr 3x1 cth
Domperidon 3x1 cth
Wash out
Pro TAERPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Megakolon kongenital adalah pembesaran abnormal atau dilatasi
kolon karena tidak adanya sel-sel ganglion myenterik pada usus besar
segmen distal (aganglionosis). Sel-sel ganglion bertanggung jawab atas
kontraksi ritmik yang diperlukan untuk mencerna makanan yang masuk.
Hilangnya
fungsi
motorik
dari
segmen
ini
menyebabkan
dilatasi
Etiologi
Sindroma Down
2.
Sindroma Neurocristopathy
3.
Sindroma Waardenburg-Shah
4.
5.
Piebaldism
6.
Sindroma Goldberg-Shprintzen
7.
8.
9.
Cartilage-hair hypoplasia
10.
11.
Penyakit
Chagas,
pada
penyakit
ini
tripanosoma
Patofisiologi
Penyakit Hirschsprung timbul karena adanya aganglioner Kongenital
pada saluran pencernaan bagian bawah. Aganglioner diawali dari anus,
yang merupakan bagian yang selalu terlibat, dan berlanjut ke arah
proximal dengan jarak yang bervariasi. Plexus myenterik (Auerbach) dan
submucosal
(Meissner)
yang
tidak
terbentuk
mengakibatkan
usus
dan
komponen-komponennya
membutuhkan
neural
cell
adhesion
molecule
(NCAM),
dan
faktor-faktor
neurotropik.1
Tiga plexus neuronal yang menginervasi usus: plexus submucosal
(Meissner), plexus intermuscular (Auerbach) dan plexus mucosal yang
lebih kecil. Ketiga plexus ini akhirnya tergabung dan berpengaruh pada
segala aspek dari fungsi bowel, termasuk absorpsi, sekresi, motilitas dan
aliran darah.
Gerakan usus yang normal, secara primer dikendalikan oleh neuron
intrinsic. Fungsi bowel tetap adequate, meskipun innervasi ekstrinsik
hilang. Ganglia ini mengendalikan kontraksi dan relaksasi otot polos,
dengan dominasi relaksasi. Pengendalian ekstrinsik utamanya melalui
serat-serat kolinergik dan adrenergik. Serat kolinergik menimbulkan
kontraksi, dan serat adrenergik utamanya menimbulkan inhibisi.
Pada pasien penyakit Hirschsprung, sel-sel ganglion tidak terbentuk,
sehingga terjadi peningkatan innervasi usus ekstrinsik. Kedua innervasi,
baik kolinergik maupun adrenergik berjalan 2-3 kali normal. Sistem
adrenergik (excitator) diduga lebih mendominasi dari pada sistem
Klasifikasi
Menurut letak segmen aganglionik maka penyakit ini dibagi dalam :
1 Megakolon kongenital ultra short-segmen
Bila segmen aganglionik meliputi rektum distal-anus
2 Megakolon kongenital segmen pendek (short-segment)
Bila segmen aganglionik meliputi rektum
3 Megakolon kongenital tipikal
Bila segmen aganglionik meliputi rektum sampai sigmoid (70-80%).
4 Megakolon kongenital segmen panjang (long-segment)
Bila segmen aganglionik lebih tinggi dari sigmoid (20%), dapat
mencapai colon descenden atau flexura hepatica.
5 Kolon aganglionik total
Bila segmen aganglionik mengenai seluruh kolon (5-%)
F.
Manifestasi Klinis
Gambaran
klinis
penyakit
Hirschsprung
dapat
kita
bedakan
segera.
Sedangkan
enterokolitis
merupakan
ancaman
dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia 24 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu.
Gejalanya berupa diarrhea, distensi abdomen, feces berbau busuk dan
disertai demam. Swenson mencatat hampir 1/3 kasus Hirschsprung
datang dengan manifestasi klinis enterokolitis, bahkan dapat pula terjadi
meski telah dilakukan kolostomi. 1,3,5
Anak
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah
konstipasi kronis dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat
gerakan peristaltik usus di dinding abdomen. Jika dilakukan pemeriksaan
colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot, konsistensi semiliquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya buang air besar tidak
teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi.
Kasus yang lebih ringan mungkin baru akan terdiagnosis di kemudian
hari.3
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik dan penunjang.
Anamnesis
Pada neonatus :
1. mekonium keluar terlambat, > 24 jam
2. tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
3. perut cembung dan tegang
4. muntah
5. feses encer
Pada anak :
1. Konstipasi kronis
2. Failure to thrive (gagal tumbuh)
3. Berat badan tidak bertambah
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia)
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi abdomen terlihat perut cembung atau membuncit
seluruhnya, didapatkan perut lunak hingga tegang pada palpasi, bising
usus melemah atau jarang. Pada pemeriksaan colok dubur terasa ujung
jari terjepit lumen rektum yang sempit dansewaktu jari ditarik keluar
maka feses akan menyemprot keluar dalam jumlah yang banyak dan
kemudian kembung pada perut menghilang untuk sementara.
Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting
pada penyakit Hirschsprung. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai
gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk
membedakan
merupakan
usus
standard
halus
dalam
dan
usus
besar.
menegakkan
Pemeriksaan
diagnosa
yang
Hirschsprung
Penatalaksanaan
1. Tindakan Non Bedah
Pengobatan non bedah dimaksudkan untuk mencegah serta
komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi atau untuk memperbaiki
keadaan umum penderita sampai pada saat operasi definitif dapat
dikerjakan. Pengobatan non bedah diarahkan pada stabilisasi cairan,
elektrolit, asam basa dan mencegah terjadinya overdistensi sehingga
akan
menghindari
terjadinya
sepsis.
terjadinya
perforasiusus
Tindakan-tindakan
non
serta
bedah
mencegah
yang
dapat
2. Tindakan Bedah
a. Tindakan Bedah Sementara
Tindakan
bedah
sementara
dimaksudkan
untuk
pull-through.Tehnik
ini
1964
Swenson
memperkenalkan
prosedur
lebih
tinggi
dibanding
dengan
prosedur
1,9
bagian
kolon
proksimal
(yang
tentunya
telah
Setelah
anastomose
selesai,
usus
sering
terjadi
stenosis,
inkontinensia
dan
apabila
beberapa
terlalu
panjang.
modifikasi
Oleh
sebab
prosedur
itu
Duhamel,
diantaranya :
a.Modifikasi
Grob
(1959)
Anastomose
dengan
Talbert
dan
Ravitch:
Modifikasi
berupa
dibiarkan
prolaps
sementara.
Anastomose
4) Prosedur Rehbein
Prosedur ini tidak lain berupa deep anterior resection,
dimana dilakukan anastomose end to end antara usus
aganglionik dengan rektum pada level otot levator ani (2-3
cm diatas anal verge), menggunakan jahitan 1 lapis yang
dikerjakan intraabdominal ekstraperitoneal. Pasca operasi,
sangat penting melakukan businasi secara
rutin guna
mencegah stenosis.3
5) Prosedur Boley.
Prosedur Boley sangat mirip dengan prosedur Soave akan tetapi
anastomosis dilakukan secara langsung tanpa memprolapskan kolon
terlebih dulu.1
6) Prosedur miomektomi anorektal.
Pada pasien-pasien dengan megacolon congenital segmen ultra
pendek, pengangkatan satu strip otot pada linea mediana dinding posterior
rektum dapat dilakukan dan prosedur ini disebut miomektomi anorektal,
dimana dengan lebar 1 cm satu strip dinding rektum ekstramukosa
diangkat, mulai dari proksimal linea dentata sampai daerah yang
berganglion.1
7) Prosedur Transanal Endorectal Pull-Through.
Teknik ini dilakukan dengan pendekatan lewat anus. Setelah
dilakukan dilatasi anus dan pembersihan rongga anorektal dengan
povidone-iodine, mukosa rektum diinsisi melingkar 1 sampai 1,5 cm
diatas linea dentata. Dengan diseksi tumpul rongga submukosa yang
terjadi diperluas hingga 6 sampai 7 cm kearah proksimal. Mukosa yang
telah terlepas dari muskularis ditarik ke distal sampai melewati anus
sehingga terbentuk cerobong otot rektum tanpa mukosa. Keuntungan
prosedur ini antara lain lama pemondokan dan operasi lebih singkat,
waktu operasi lebih singkat, perdarahan minimal, feeding dapat diberikan
lebih awal, biaya lebih rendah, skar abdomen tidak ada. Akan tetapi masih
didapatkan komplikasi enterokolitis, konstipasi dan striktur anastomosis.1
J.
Komplikasi
Secara garis besarnya, komplikasi pasca tindakan bedah penyakit
Hirschsprung dapat digolongkan atas kebocoran anastomose, stenosis,
enterokolitis dan gangguan fungsi spinkter. Beberapa hal dicatat sebagai
faktor predisposisi terjadinya penyulit pasca operasi, diantaranya : usia
muda saat operasi, kondisi umum penderita saat operasi, prosedur
bedah yang digunakan, keterampilan dan pengalaman dokter bedah,
jenis dan cara pemberian antibiotik serta perawatan pasaca bedah.
1.
Kebocoran Anastomose
Kebocoran anastomose pasca operasi dapat disebabkan oleh
ketegangan yang berlebihan pada garis anastomose, vaskularisasi
yang tidak adekuat pada kedua tepi sayatan ujung usus, infeksi dan
abses sekitar anastomose serta trauma colok dubur atau businasi
pasca operasi yang dikerjakan terlalu dini dan tidak hati-hati.Kartono
mendapatkan angka kebocoran anastomese hingga 7,7% dengan
menggunakan prosedur Swenson, sedangkan apabila dikerjakan
dengan prosedur Duhamel modifikasi hasilnya sangat baik dengan
tak satu kasuspun mengalami kebocoran.1
Manifestasi klinis yang terjadi akibat kebocoran anastomose ini
beragam.
Kebocoran
anastomosis
ringan
menimbulkan
gejala
2.
Stenosis
Stenosis yang terjadi pasca operasi dapat disebabkan oleh
gangguan penyembuhan luka di daerah anastomose, infeksi yang
menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis, serta prosedur bedah
yang
dipergunakan.
Stenosis
sirkuler
biasanya
disebabkan
Enterokolitis
Enterokolitis merupakan komplikasi yang paling berbahaya, dan
dapat berakibat kematian. Swenson mencatat angka 16,4% dan
kematian akibat enterokolitis mencapai 1,2%. Kartono mendapatkan
angka 14,5% dan 18,5% masing-masing untuk prosedur Duhamel
modifikasi dan Swenson. Sedangkan angka kematiannya adalah
3,1% untuk prosedur Swenson dan 4,8% untuk prosedur Duhamel
modifikasi. Tindakan yang dapat dilakukan pada penderita dengan
tanda-tanda enterokolitis adalah :
a.
b.
c.
d.
untuk
koreksi
bedahnya
tergantung
sedikit-sedikit
dan
sering.
Untuk
menilai
dkk,1997;
Lister,1996;
Heij
dkk,1995).
Swenson
angka
0%.Pembedahan
dikatakan
berhasil
bila
K. Prognosis
Secara umum prognosisnya baik jika gejala obstruksi segera diatasi, 90%
pasien
dengan
penyakit
hirschprung
yang
mendapat
tindakan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kartono D. 1993. PenyakitHirschsprung :Perbandinganprosedur Swenson
dan Duhamel modifikasi. Disertasi. Pascasarjana FKUI
2. Heikkinen M, Rintala R, Luukkonen. 1997. Longterm anal spincter
performance after surgery for Hirschsprungs disease. J PediatrSurg; 32:
1443-6.
3. Fonkalsrud. 1997. Hirschsprungs disease. In:Zinner MJ, Swhartz SI, Ellis
H, editors. Maingots Abdominal Operation. 10th ed. New York: PrenticeHall intl.inc.;p.2097-105.
4. Swenson O. 2002. Hirschsprungsdisease : A Review. J Pediatr;109:914918.
5. Swenson
O,
Raffensperger
RaffenspergerJG,editor.
JG.
1990.
Swensons
Hirschsprungs
pediatric
surgery.
disease.
5th
In:
ed.
Steven
L.
2005.Hirschprung
http://emedicine.medscape.com/article/178493-overview
disease,
TUGAS :
1. Manifestasi Klinis Megacolon Congenital
Gambaran klinis penyakit Hirschsprung
dapat
kita
bedakan
peristaltik
usus
di
dinding
abdomen.
Jika
dilakukan
menghindari
terjadinya
sepsis.
terjadinya
perforasi
Tindakan-tindakan
usus
serta
nonbedah
mencegah
yang
dapat
bedah
sementara
dimaksudkan
untuk
Hirschsprung
dengan
metode
pull-through.
2-4
cm
dari
garis
mukokutan
kemudian
sering
terjadi
stenosis,
inkontinensia
dan
rutin guna
mencegah stenosis.
5) Prosedur Boley.
Prosedur Boley sangat mirip dengan prosedur Soave akan tetapi
anastomosis dilakukan secara langsung tanpa memprolapskan kolon
terlebih dulu.
6) Prosedur miomektomi anorektal.
Pada pasien-pasien dengan megacolon congenital segmen ultra
pendek, pengangkatan satu strip otot pada linea mediana dinding posterior
rektum dapat dilakukan dan prosedur ini disebut miomektomi anorektal,
Konstipasi
Striktur anastomosis