Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Nama
1.
Tn. S
2.
Ny. S
Kedudukan
Kepala
Keluarga
anggota
(istri)
L/P
Umur
L
P
3.
Tn. A
Anggota
(anak)
4.
Tn. J
Anggota
(anak)
5.
Tn. D
Anggota
(anak)
Pendidikan
Pekerjaan
Ket
65
Tidak tamat SD
Buruh tani
TB Paru
61
SD
Buruh
Tidak
35
SMP
tinggal 1
rumah
Tidak
Buruh
33
SMP
tinggal 1
Pabrik
rumah
Tidak
Buruh
30
SMA
tinggal 1
Bangunan
rumah
(Sumber: Data Primer, Desember 2015).
Buruh
Pabrik
BAB II
STATUS PASIEN
A.
PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus seorang laki-laki 65 tahun dengan
diagnosis Tuberkulosis Paru. Pasien tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Ngrampal.
B.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: Tidak tamat SD
Pekerjaan
: Buruh tani
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal periksa
: 15 Desember 2015
C.
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
: Batuk berdarah
Pasien mengeluh batuk sejak tiga bulan yang lalu. Batuk dirasakan
terus menerus sepanjang hari. Keluhan batuk disertai dengan dahak berwarna
kekuningan dan batuk berdarah positif. Batuk darah yang dikeluarkan
gelas belimbing setiap hari. Batuk tidak berkurang dengan meminum obat
batuk yang dibeli di warung dan bertambah parah ketika malam hari.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan sesak nafas yang hilang timbul
terutama ketika batuk terus menerus.Sesak nafas berkurang dengan istirahat.
Sehari-hari pasien tidur menggunakan 1 bantal. Pasien mengalami penurunan
nafsu makan dan juga penurunan berat badan. Berat badan pasien turun 7
kg dalam waktu 3 bulan. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat saat
malam hari dan demam sumer-sumer. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
badan sering terasa lemas dan mudah cepat lelah. Pasien kadang-kadang juga
merasakan sakit kepala. Keluhan dirasakan berkurang dengan istirahat.
: disangkal
R. sakit gula
: disangkal
R. sakit asma
: disangkal
R. sakit jantung
: disangkal
R. keluhan serupa
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat minum jamu
disangkal
2. Riwayat minum obat
disangkal
3. Riwayat merokok
(+) sejak
ANAMNESIS SISTEM
1. Keluhan utama : Batuk berdarah
:
Kering (-), pucat (-), menebal (-),
2. Kulit
(-/-),
Tersumbat
(-),
keluar
darah (-), keluar lendir atau air berlebihan (-), gatal (-)
6. Telinga
:
Telinga
berdenging
(-/-),
pendengaran berkurang (-/-), keluar cairan atau darah
(-/-)
7. Mulut
kaku sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri
otot (-), kaku otot (-), kejang (-)
13. Sistem genitouterina : BAK 4x/hari@ - gelas
belimbing, warna kuning (+),nyeri saat BAK (-), panas
saat BAK (-), sering buang air kecil (-),BAK berbusa
(-), BAK darah (-), nanah (-), anyang-anyangan (-),
Atas
Bawah
Sianosis (-), papil lidah atrofi (-),gusi berdarah (-), bibir kering (-), stomatitis
(-), pucat (-), lidah tifoid (-), luka pada sudut bibir (-).
11. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-), dan distensi vena leher
(-).
12. Thoraks
Bentuk normochest,
simetris,
retraksi
intercostalis
(-),
pernafasan
thorakoabdominal.
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis teraba di SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra, IC cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi :
kiri atas
: SIC II linea sternalis sinistra
kiri bawah
: SIC V 1 cm medial linea midclavicularis sinistra
kanan atas
: SIC II linea parasternalis dextra
kanan bawah : SIC V linea parasternalis dextra
konfigurasi jantung kesan melebar
Auskultasi : HR 86 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
bising (-), gallop (-)
Pulmo :
Anterior
Inspeksi :
Statis
: normochest, simetris kanan-kiri, retraksi (-),
Dinamis : simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-),
Palpasi :
Statis
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-), tidak ada yang
Dinamis
tertinggal
: pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal,
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi :
Kanan
Kiri
Auskultasi :
Kanan
Kiri
krepitasi (-)
: suara dasar vesikuler (), suara tambahan wheezing (-),
ronki basah kasar (+) pada apeks, ronki basah halus (-),
krepitasi (-)
Posterior
Inspeksi
Statis
Dinamis
mendatar
: Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak
melebar, retraksi intercostal (-)
Palpasi
Statis
: Simetris
Dinamis
: Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan
: Sonor.
Kiri
: Sonor.
Peranjakan diafragma 5 cm
Auskultasi
Kanan
: Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan
wheezing (-), ronkhi basah kasar (+) di apeks,
ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)
: Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan
Kiri
16. Ekstremitas:
akral dingin D.
sianosis -
oedem -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan dahak tiga bulan yang lalu menunjukan BTA (+)
E.
RESUME
Pasien mengeluh batuk berdahak disertai darah dimulai sejak tiga bulan
yang lalu. Pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada disertai penurunan berat
badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tidak tampak sakit,
compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi baik. Tanda vital: tensi 120/80
(1,60) = 19,14 kg/m Status gizi : baik. Pada pemeriksaan mata didapatkan
2
konjungtiva pucat. Pada pemeriksaan paru anterior didapatkan SDV (/), RBK
(+/+). Pemeriksaan paru posterior didapatkan SDV (/), RBK (+/+).
Pemeriksaan BTA tiga bulan yang lalu (+). Pasien didiagnosis menderita
Tuberculosis paru sejak 3 bulan yang lalu dan mendapat terapi rifampisin dan
isoniazid 1x300 mg 3x seminggu di puskesmas Ngrampal Sragen.
F.
G.
FLOW SHEET
Nama
: Tn. S
Catatanterintegrasi
Desember
S: lemas
2015
O: BB: 50 Kg
TB: 160 cm
BMI: 19.5 kg/m2
Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)
Tanda Vital:
Tensi
:120/90 mmHg
Nadi
Status lokalis
Konjungtivaanemis (+/+)
R. Thoraks
Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri
Perkusi :fremitus rabakanan=kiri
Palpasi :sonor/sonor
Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),
wheezing (-/-)
A: TB parukasusbarudan anemia
P: Edukasipadapasienmengenai:
-
Edukasipasienrajinkepuskesmasuntukkontrolrutinpen
gobatan TB dancekdahakberkala.
Pemberiam vitamin b6
untukmencegahefeksampingdari isoniazid
Pemberiansulfosferosusuntukgejala anemia
padapasien
TerapiMedikamentosa
Rifampisin 300 mg
Isoniazid 300 mg
Sulfosferosus 1x200 mg
Piridoksin 1x10 mg
15 Oktober
S: lemas
2015
O: BB: 50 Kg
TB: 160 cm
BMI: 19.5 kg/m2
Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)
Tanda Vital:
Tensi
:120/90 mmHg
Nadi
Status Lokalis:
Konjungtivaanemis (+/+)
R. Thoraks
Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri
Perkusi :fremitus rabakanan=kiri
Palpasi :sonor/sonor
Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),
wheezing (-/-)
A: TB parukasusbarudan anemia
P: Edukasipadapasienmengenai:
-
Menghindarikonsumsitehdan kopi
Meningkatkankonsumsidagingdan vitamin C
Edukasipasienuntukrajinkepuskesmasgunakontrolruti
npengobatan TB danjadwalcekdahakrutin
TerapiMedikamentosa
Rifampisin 300mg
Isoniazid 300mg
Piridoksin 1x10mg
Sulfosferosus 1x200mg
Desember2
S: -
015
O: BB: 50 Kg
TB: 160 cm
BMI: 19.5 kg/m2
Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)
Tanda Vital:
Tensi
:120/80 mmHg
Nadi
Status lokalis
Konjungtivaanemis (+/+)
R. Thoraks
Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri
Perkusi :fremitus rabakanan=kiri
Palpasi :sonor/sonor
Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),
wheezing (-/-)
A: TB parukasusbarudan anemia
P: Edukasipadapasienmengenai:
dukasipadapasienmengenai:
-
Menghindarikonsumsitehdan kopi
Meningkatkankonsumsidagingdan vitamin C
Edukasipasienuntukrajinkepuskesmasgunakontrolruti
npengobatan TB danjadwalcekdahakrutin
TerapiMedikamentosa
Rifampisin 300mg
Isoniazid 300mg
Piridoksin 1x10mg
-
Sulfosferosus 1x200mg
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri pasien sebagai kepala keluarga (Tn. Suroto, 65 tahun)
dan istri Ny. Sutinem (60) tahun. Kedua orang ini tinggal dalam satu rumah
dan keluarga ini cukup sehat. Pasien memiliki tiga orang anak laki-laki yang
tidak tinggal serumah dengan pasien.
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal serumah dengan istri. Hubungan pasien dengan anggota
keluarga cukup harmonis. Penyelesaian masalah keluarga yang ada
didiskusikan bersama dengan istri. Pengambil keputusan utama dalam
keluarga diserahkan pada pasien selaku kepala keluarga. Komunikasi dengan
anak pasien yang tinggal berbeda kota berjalan baik.
3. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien jarang
mengikuti kegitana sosial di lingkungannya. Keluarga
ini
tidak
tergantung
oleh
hasil
panen.
Menurut
pasien
per
menggunakan
bulan.
Untuk
Jamkesda
biaya
Kabupaten
pengobatan
Sragen
yaitu
pasien
kartu
kadang
anak
pasien
y6ang
bekerja
di
luar
kota
juga
Sering
Kadang-
Jarang/ti
/selalu
kadang
dak
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
mengekspresikan
kasih
sayangnya
saya
dan
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
Sering
Kadang-
Jarang/ti
/selalu
kadang
dak
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
mengekspresikan
kasih
sayangnya
saya
dan
Patologi
Interaksi sosial keluarga pasien baik.
Partisipasi
Cultural
keluarga
pasien
dalam
Keterangan Patologis
-
masyarakat baik.
Belum mengerti kebudayaan daerah
dengan baik. Namun banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Saat hari
raya, tahun baru, ulang tahun, ada
Religius
Economic
stabil.
Pemasukan
relatif
untuk
mencukupi
kebutuhan
kurang
sehari-hari
Tingkat
keluarga
tidak
pendidikan
dan
Keinginan
untuk
memiliki
koran rendah.
Pasien selalu memeriksakan diri ke
Puskesmas dan menjalani pengobatan
dengan menggunakan kartu Saraswati
Tidak terdapat anggota keluarga dalam satu rumah yang memiliki penyakit
yang sama.
Ny.S
Perilaku keluarga ini untuk hidup sehat sudah cukup baik karena jika
ada anggota keluarga sakit segera diperiksakan ke Puskesmas. Keluarga ini
sudah menyadari bahwa sakit dari pasien merupakan suatu penyakit medis dan
bukan karena hal-hal mitos maupun takhayul.
2.
2. Denah Rumah
Kamar mandi dan jamban
Dapur
Gudang
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Ruang TV
No.
Holistik
Fisiologis
Patologis
Fungsi
Keterangan
Baik,
Baik
(+) pada faktor economic
4.
5.
Genogram
Pola interaksi
daneducation
Baik
Baik,
interaksi
anggota
6.
Perilaku
7
Non Perilaku
8
Indoor
9
Outdoor
Sumber: Data Primer, Desember 2015
antar
keluarga
berlangsung harmonis
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
A. Pembahasan
Tuberkulosis paru adalah penyakit paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan paru-paru manusia.
Bakteri M. tuberculosis ini tidak hanya menyerang paru, tetapi bisa juga
mengenai organ lain seperti otak, ginjal, maupun tulang. Namun, kejadian paling
banyak adalah menyerang paru. Penyakit ini tergolong penyakit menular dan
memiliki proses penyembuhan yang sangat lama.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita TB paru yaitu
gizi kurang, lingkungan rumah kurang yang memadai, gaya hidup yang tidak
sehat, dan lain-lain. Beberapa faktor risiko tersebut terdapat pada Tn. Suroto.
Lingkungan rumah yang kurang memadai di mana lantai masih berupa tanah,
pencahayaan yang kurang, serta beberapa kamar yang terbiarkan tidak terurus
dapat membuat bakteri M. tuberculosis ini bertahan lama di udara, bahkan bisa
mencapai satu bulan. Gaya hidup yang masih kurang sehat dengan memasak
menggunakan kayu bakar pun ikut berperan dalam penyakit TB Paru ini.
Keadaan sosioekonomi dan pengetahuan yang kurang menyebabkan pasien dan
keluarga kurang memerhatikan hal-hal tersebut.
Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. Suroto secara umum
sudah baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal
edukasi yaitu pasien yang mempunyai pendidikan tidak tamat SD dan istri pasien
lulusan SD. Hal ini memengaruhi perilaku keluarga dalam menerapkan gaya
hidup sehat. Dari segi ekonomi keluarga ini tergolong kurang mampu.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari relatif kurang, sehingga tidak ada sisa uang
untuk ditabung. Keterbatasan dari segi ekonomi tersebut berimbas pada segi
medis. Karena keterbatasan dana tersebut, untuk berobat ke rumah sakit pasien
mendapat bantuan dari jamkesmas.
TB Paru adalah penyakit yang sangat menular, di mana seseorang dapat
menularkan kepada sepuluh sampai lima belas orang dalam tiga tahun. Hal ini
sangat ditakutkan terjadi pada keluarga Tn Suroto. Pengobatan penyakit TB Paru
tidaklah mudah. Pasien harus menjalani pengobatan selama enam bulan berturutturut dengan dua bulan pertama pasien mengonsumsi obat setiap hari dan empat
bulan berikutnya dua hari sekali. Hal ini menjadi kendala besar bagi pasien.
Namun, pasien memiliki istri yang mendukung kesembuhan pasien sehingga
selalu mendukung dan mengawasi pasien meminum obatnya.
B. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah:
Promotif dan preventif
Edukasi kepada keluarga pasien untuk:
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai pencegahan, faktor risiko
penyakit, komplikasi, dan penatalaksanaan TB.
2. Pemeriksaan dahak satu keluarga serumah
3. Menutup mulut ketika batuk atau menggunakan masker.
4. Tidak meludah di sembarang tempat. Ludah bisa dibuang pada pot khusus
kemudian dibakar.
5. Meninggalkan kebiasan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan
memasak menggunakan kayu.
6. Makan makanan bergizi dan olah raga teratur.
7. Membiarkan matahari masuk dengan membuka jendela dan pintu secara
teratur terutama pagi hari.
8. Tetap menjaga kebersihan rumah jika belum mampu memperbaiki keadaan
rumah agar memadai.
9. Memeriksa kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter
Kuratif
1.
Non Medikamentosa
a. Makan makanan yang bergizi
b. Olahraga teratur
2.
Medikamentosa
OAT dari Puskesmas
a. Rifampisin 1 x 300 mg (3 kali seminggu)
b. Isoniazid 1 x 300 mg (3 kali seminggu)
Rehabilitatif
Bagi penderita TB paru yang tidak memiliki komplikasi, tidak ada
rehabilitasi medis yang perlu dilakukan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pelaksanaan kunjungan rumah pasien
Kabupaten Sragen pada tanggal 15 Desember 2015 pada pasien rawat jalan
Puskesmas Ngrampal Kabupaten Sragen, dengan kasus TB paru. Dalam
pelaksanaan kunjungan rumah, kami melakukan tanya jawab kepada pasien di
keluarga yang dikunjungi beserta melakukan pengamatan seputar lingkungan
tempat tinggal pasien. Berdasarkan tanya jawab kepada pasien dan pengamatan
seputar lingkungan pasien didapatkan:
1. Tidak diketahui secara pasti sumber penyakit TB paru pasien, karena ada
berbagai faktor yang memungkinkan pasien terkena TB paru, seperti
lingkungan rumah yang kurang ventilasi, penerangan dan lembab,
lingkungan kerja pasien sebagai buruh tani, dan tidak kalah pentingnya
sistim imun tubuh pasien.
2. Pasien tinggal bersama istri dimana fungsi holistik keluarga, fungsi fisiologis
keluarga baik, fungsi patologis keluarga dari segi fungsi social, cultural,
religius, dan medical baik sementara untuk fungsi economic dan education
kurang, genogram baik, pola interaksi baik, dimana interaksi antar anggota
keluarga berlangsung harmonis, perilaku baik, non perilaku kurang baik,
lingkungan rumah indoor kurang baik, lingkungan rumah outdoor baik.
3. Peran istri pasien sebagai pengawas minum obat (PMO) dalam mendukung
kesembuhan pasien baik.
B. Saran
1. Untuk puskesmas:
Mengadakan
penyuluhan
mengenai
pencegahan,
deteksi
dini,
dan
2. Untuk pasien
Melakukan
pengobatan
teratur
dan
kontrol
rutin
dalam
rangka
DAFTAR PUSTAKA