Anda di halaman 1dari 41

1

TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. AS
Alamat Lengkap : Kebak RT 05 RW 04 Kebak, Kebakkramat
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No. Nama
Kedudu
kan
L/P Umur
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan
Pasien
Klinik
Ket
1. Tn. AS KK L 36 th SMA Swasta Ya
Penderita
chikungunya
2. Ny. P Istri P 35 th SMP Swasta Tidak -
3. An. RF Anak P 11 th
Belum
selesai SD
Pelajar Tidak -
4. An. RA Anak P 8 th
Belum
selesai SD
Pelajar Tidak -
5. An. RI Anak P 7 th
Belum
selesai SD
Pelajar Ya
Penderita
chikungunya
6 An. PS Anak L 2 th
Belum
sekolah
- Tidak -

Sumber : Data Primer, April 2014

Kesimpulan :
Di dalam keluarga Tn. AS yang berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas
nama Tn.AS usia 36 tahun dan An. RI usia 7 tahun yang merupakan penderita
penyakit chikungunya.





2


TAHAP II
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Tn.AS
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Kebak RT 05 RW 04 Kebak, Kebakkramat
Tanggal periksa : 04, 07, 12 April 2014
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri sendi dan otot
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri sendi dan otot seluruh tubuh sejak 1 hari
yang lalu, keluhan dirasakan tiba-tiba setelah pasien mandi. Keluhan
dirasakan terus menerus, awalnya tidak terlalu mengganggu, tetapi
semakin lama semakin memberat sehingga pasien tidak dapat masuk kerja.
Pasien juga mengeluhkan demam yang dirasakan terus menerus sepanjang
hari bersamaan dengan timbulnya nyeri otot dan sendi. Kemudian pasien
berobat ke Puskesmas Kebakkramat 1.
Tidak ada keluhan BAB dan BAK. Batuk (-), pilek (-), nyeri
menelan (-), mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), ruam kulit (-).
Beberapa hari sebelumnya, tetangga samping rumah dan depan
rumah pasien juga menderita keluhan yang sama namun sekarang sudah
sembuh. Satu hari setelahnya, anak pertamanya juga mengeluhkan gejala
serupa.

3


3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit gula : disangkal
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit serupa sebelumnya : disangkal
- Riwayat mondok : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit gula : disangkal
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit serupa sebelumnya : disangkal
- Riwayat mondok : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
- Merokok : (+) satu hari setengah bungkus
- Konsumsi alkohol : disangkal
- Olahraga : Jarang
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sehari-hari bekerja sebagai pegawai pabrik dengan
penghasilan Rp 1.350.000 tiap bulan. Istri pasien juga bekerja sebagai
pegawai pabrik dengan penghasilan Rp 1.060.000,00 tiap bulan. Pasien
dan semua anggota keluarga menjalin hubungan baik dengan masyarakat
sekitar.
7. Riwayat Gizi
Penderita makan 3 kali sehari, makan sepiring nasi dengan lauk
pauk tempe, tahu, telur, kadang ayam, sering mengkonsumsi sayur-
sayuran, tetapi keluarga ini jarang mengkonsumsi buah-buahan.
C. Anamnesis Sistem
1. Sistem saraf pusat : nyeri kepala (-)
2. Sistem Indera
- Mata : berkunang-kunang (-), pandangan dobel (-),
penglihatan kabur (-), pandangan berputar (-)
4


- Hidung : mimisan (-), pilek (-)
- Telinga : pendengaran berkurang (-),telinga berdenging(-),
keluar cairan (-), darah (-), nyeri (-)
3. Mulut : sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-),
gigi tanggal (-), gigi goyang (-), bicara pelo (-)
4. Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-)
5. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), mengi
(-) tidur mendengkur (-)
6. Sistem kardiovaskuler : sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),
berdebar-debar (-)
7. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), perut
sebah (-), kembung (-), nafsu makan berkurang
(-), ampek (-).BAB normal
8. Sistem muskuloskeletal : nyeri otot (+), nyeri sendi (+), kaku (-)
9. Sistem genitourinaria : mengompol (-), sulit mengontrol kencing (-),
10. Ekstremitas atas : luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),
kesemutan(-/-), bengkak (-),sakit sendi (+),
11. Ekstremitas bawah : luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),
kesemutan (-), sakit sendi (+)
12. Sistem neuropsikiatri : kejang (-), gelisah (-),mengigau (-), emosi tidak
stabil (-)
13. Sistem Integumentum : kulit sawo matang, pucat (-), kering (-), peteki
(-).
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 04 April 2014
1. Tanda Vital
Tensi : 120/80mmHg
Nadi : 80 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Denyut jantung : 80 x/menit, irama reguler
Frekuensi nafas : 18 x/menit, pernafasan torakoabdominal
Suhu : 38C per aksiler
5


2. Status Gizi
BB : 60 kg
TB : 167 cm
IMT : 21,51 kg/m
Status gizi normoweight
3. Kulit
Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),petechie (-), ikterik
(-)
4. Kepala
Mesocephal, rambut warna hitam, uban (-), mudah rontok (-), luka (-)
5. Wajah
Simetris, eritema (-)
6. Mata
Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek
cahaya (+/+) normal, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
7. Telinga
Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri
tekan tragus (-), gangguan fungsi pendengaran (-).
8. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),
fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)
9. Mulut
Sianosis (-), papil lidah atrofi (-),gusi berdarah (-), bibir kering (-),
stomatitis (-), pucat (-), lidah tifoid (-), luka pada sudut bibir (-).
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-)
11. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan
thorakoabdominal.
6


Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra, IC cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 80 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
bising (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : normochest, simetris kanan-kiri, retraksi (-),
Palpasi : pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal,
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : suara sonor di kebanyakan lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (normal), suara tambahan wheezing
(-), ronki basah kasar (-), ronki basah halus (-), krepitasi(-)
12. Punggung
kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi : dinding perut setinggi dinding dada, distended (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
14. Ekstremitas:
akral dingin sianosis oedem


E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.


- -
- -
- -
- -
- -
- -
7


F. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pasien mendapatkan penatalaksanaan dari dokter puskesmas berupa
paracetamol tablet 3x500mg, asam mefenamat tablet 3x500mg, dan vitamin C
3x25 mg
Non medikamentosa
Edukasi pada pasien mengenai preventif, promotif, kuratif, dan rehablitatif
mengenai penyakit yang diderita pasien
G. Flow Sheet Follow Up
Nama : Tn.AS
Diagnosis : Penyakit Chikungunya
Tabel 2. Flowsheet pasien Tn.AS
Tanggal Subjective Objective Rencana Terapi Tindak
lanjut
04/04/2014 Badan
nggreges,
sakit di
sendi dan
otot
Tanda vital
Tensi:120/80;
Nadi : 80x;
RR : 18x;
Suhu : 38
o
C

- Medikamentosa :
Melanjutkan terapi
paracetamol tablet 3x500mg,
asam mefenamat tablet 3x500mg,
vitamin C 3x25 mg

- Non medikamentosa :
- Preventif & Promotif :
- Edukasi mengenai penyakit
chikungunya
- Edukasi untuk melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan 4M plus :
Menguras bak mandi, menutup
tempat penampungan air,
menimbun sampah, memantau
tempat menapungan air

- Kuratif dan Rehabilitatif :
- Edukasi untuk Istirahat cukup
(tidur jangan larut malam, tidur 8
jam sehari ditambah tidur siang 1
jam)
- Menambah asupan makanan
dengan gizi seimbang dan cukup.

Target :
- demam dan
nyeri otot
menghilang
- bisa bekerja
kembali
- pasien dan
keluarga
mengetahui
pentingnya
perilaku hidup
sehat
- kamar mandi
bebas dari
jentik-jentik

Planning :
kunjungan
kedua setelah
3 hari
8


07/04/2014 Keadaan
pasien
sudah
membaik,
pasien telah
masuk kerja
kembali,
masih
merasakan
nyeri sendi
dan otot,
kamar
mandi
masih ada
jentik-jentik
Tensi:11070;
Nadi : 80x;
RR : 16x;
Suhu : 36,8
o
C

- Medikamentosa :
Melanjutkan terapi
paracetamol tablet 3x500mg,
asam mefenamat tablet 3x500mg,
vitamin C 3x25 mg
- Non medikamentosa :
- Preventif & Promotif :
- Melakukann aktivitas fisik
ringan supaya badan terasa
bugar.
- Edukasi untuk melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan 4M plus :
Menguras bak mandi, menutup
tempat penampungan air,
menimbun sampah, memantau
tempat menapungan air
- Kuratif dan Rehabilitatif :
- Edukasi untuk menambah
asupan makanan dengan gizi
seimbang dan cukup untuk
menjaga daya tahan tubuh

Target :
- nyeri sendi
dan otot
menghilang
- pasien dan
keluarga lebih
memahami
pentingnya
perilaku hidup
sehat
- kamar mandi
bebas dari
jentik-jentik

Planning :
kunjungan
ketiga
12/04/2014 Kamar
mandi
sudah bebas
dari jentik-
jentik
Tensi:11070;
Nadi : 80x;
RR : 16x;
Suhu : 36,5
o
C

- Medikamentosa : -

- Non medikamentosa :
- Preventif & Promotif :
- Melakukann aktivitas fisik
ringan supaya badan terasa
bugar.
- Edukasi untuk melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan 4M plus :
Menguras bak mandi, menutup
tempat penampungan air,
menimbun sampah, memantau
tempat penampungan air
- Kuratif dan Rehabilitatif :
- Edukasi untuk menambah
asupan makanan dengan gizi
seimbang dan cukup untuk
menjaga daya tahan tubuh
Target :
- pasien dan
keluarga
melakukan
perilaku hidup
sehat

Sumber: Data Primer, April 2014


9


TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga Tn. AS adalah nuclear family yang terdiri atas 6 orang.
Istri dari Tn. AS yaitu Ny. P yang berusia 35 tahun. Pasangan ini
mempunyai empat anak, yaitu An. RF (11 tahun), An. RA (8 tahun), dan
An. RI (7 tahun) dan An. PS (2 tahun). Semuanya tinggal bersama
serumah. Secara umum keluarga ini tampak sehat, bahagia, saling
menyayangi dan saling mendukung.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antaranggota keluarga terjalin cukup baik, akrab, luwes
dan tidak terjadi perselisihan, terbukti dengan komunikasi yang hidup
antar anggota keluarga. Mereka saling menyayangi dan saling mendukung
satu sama lain.
3. Fungsi Sosial
Keluarga ini cukup aktif berpartisipasi mengikuti kegiatan
kemasyarakatan seperti pertemuan PKK, pengajian, TPA, kerjabakti, dan
acara desa lainnya.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga Tn. AS yang merupakan pegawai pabrik
dengan total penghasilan sekitar Rp 1.350.000,00 perbulan. Istri Tn. AS
juga bekerja sebagai pegawai pabrik dengan penghasilan Rp 1.060.000,00
perbulan.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusan penting keluarga dipegang oleh pasien sebagai kepala
keluarga. Cara menyelesaikan masalah dengan keluarga yaitu dengan
diskusi. Hubungan dengan masyarakat sekitarnya baik.
Kesimpulan :
Fungsi holistik dari keluarga Tn. AS adalah baik.
10


B. Fungsi Fisiologis
Tabel 3. APGAR score keluarga Tn.AS
Kode APGAR Tn.
AS
Ny.
P
An.
RF
An.
RA
An.
RI
An.
PS
A
(Adaptation)
Saya puas bahwa saya
dapat kembali ke keluarga
saya bila saya mendapat
masalah.
2 2 2 2 2 -
P
(Partnership)
Saya puas dengan cara
keluarga saya membahas
dan membagi masalah
dengan saya.
2 2 2 2 2 -
G
(Growth)
Saya puas dengan cara
keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
2 2 2 2 2 -
A
(affection)
Saya puas dengan cara
keluarga saya
mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon
emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll.
2 2 2 2 2 -
R
(resolve)
Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama
2 2 2 2 2 -
Total (kontribusi) 10 10 10 10 10 -

Sumber: Data Primer, April 2014
Skoring :
Hampir selalu : 2 poin
Kadang kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
Kriteria nilai APGAR :
8 - 10 : baik
5- 7 : sedang
1-4 : buruk

Kesimpulan :
Rata-rata APGAR score keluarga Tn.AS adalah 10 yang dapat
disimpulkan bahwa hubungan masing-masing aggota keluarga adalah baik.
Untuk anak yng paling kecil belum bisa dinilai.

11


C. Fungsi Patologis
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn. AS
Sumber Patologi Ket.
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan masyarakat
-
Cultural
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik. Keluarga
ini menggunakan budaya jawa, termasuk dalam bahasa
sehari-hari.
-
Religion
Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama,
ketaatan ibadah cukup baik
-
Economic
Total penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari
-
Education
Pendidikan Tn. AS dan Ny. P tergolong rendah, yaitu
pendidikan terakhir SMA dan SMP
+
Medical
Pengetahuan mengenai pentingnya perilaku hidup sehat dan
peran lingkungan dalam terjadinya penyakit kurang.
Kesadaran berobat jika terjadi penyakit cukup baik. Pasien
dan keluarga memilih berobat di puskesmas jika sakit.
+

Kesimpulan :
Hasil penilaian pada fungsi patologis keluarga Tn. AS didapati dalam
aspek pendidikan dan medical mengalami masalah.
D. Genogram





Tn. AS Ny. P



Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. AS
Keterangan :




= Laki-Laki
= Perempuan
= Penderita chikungunya
= Meninggal

An. RF An. RA An. RI
= tinggal satu rumah
An. PS
12


Kesimpulan:
Ditemukan penyakit menular chikungunya pada Tn. AS dan An.RF.

E. Pola Interaksi Keluarga








Gambar 2. Pola interaksi anggota keluarga Tn.AS
Keterangan:
Tn.AS : Kepala keluarga/ Pasien An.RA : Anak pasien
Ny.P : Istri An.RI : Anak pasien
An.RF : Anak pasien An.PS : Anak pasien
Kesimpulan:
Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan baik dan harmonis.

F. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
1. Faktor Perilaku
i. Pengetahuan : pengetahuan mengenai kesehatan masih kurang
ii. Sikap dan tindakan : kesadaran pasien mengenai pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat masih kurang, terbukti dengan pasien jarang
berolahraga dan kamar mandi pasien banyak terdapat jentik nyamuk.
2. Faktor Non Perilaku
a. Lingkungan
Kondisi fisik dan lingkungan rumah belum memenuhi syarat
kesehatan. Kebersihan lingkungan rumah kurang terjaga dengan baik
dengan pencahayaan ruangan dan ventilasi kurang memadai.
An. RI
Tn. AS
An. RF An. RA
An. PS
Ny. P
13


b. Pelayanan kesehatan :
Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sebenarnya
sudah cukup baik. Puskemas letaknya tidak begitu jauh. Keluarga pasien
menggunakan jaminan kesehatan
c. Keturunan
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi maupun
DM.
Kesimpulan:
Keluarga Tn. AS kurang menyadari perilaku sehat
G. Indentifikasi Lingkungan Rumah
1. Lingkungan Indoor
Rumah keluarga Tn. AS memiliki luas 6 x 10 m
2
. Rumah sudah
berdinding tembok. Lantai rumah masih plester. Ventilasi udara dan
pencahayaan bagian depan rumah baik, sedangkan bagian ruang tengah dan
belakang masih kurang. Keluarga ini sudah mempunyai kamar mandi dan
WC permanen dengan septiktang di bagian belakang rumah berjarak 5
meter dari sumber air. Sumber air menggunakan sumur dengan pompa.











Gambar 3. Denah Rumah

Gambar 3. Denah rumah keluarga Tn.AS
4
3
7
11
1
2 4
5
6
8 9
a
b
10
c
A
14


Keterangan :
A = Rumah + tanah milik pasien
1 = Halaman depan rumah pasien
2 = Ruang tamu
3 = Ruang tengah
4 = kamar tidur anak
5 = kamar tidur utama
6 = gudang
7 = dapur
8 = kamar mandi
9 = kandang kelinci
10 = sumur
11 = septiktang
a = kandang sapi tetangga
b = rumah tetangga dengan penderita chikungunya
c = rumah tetangga dengan penderita chikungunya

2. Lingkungan Outdoor
Batas sebelah kiri menempel dengan rumah tetangga, batas kanan
ada kandang sapi milik tetangga. Bau kotoran Sapi tercium sampai ke
dalam rumah. Selokan rumah tangga yang terletak di depan dan samping
rumah terlalu dangkal dan kurang terawat dengan baik. Lingkungan
rumah sudah memiliki tanaman yang cukup. Rumah memiliki tempat
pembuangan sampah di kebun belakang, cara pemusnahan sampah
dengan dibakar.
Kesimpulan:
Lingkungan rumah Tn. AS sudah cukup baik dengan sedikit kekurangan pada
indoor dan outdoor.



15


TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK

1. Diagnosis Biologis
Tn.AS usia 36 tahun dengan penyakit chikungunya.
2. Diagnosis Psikologis
Hubungan Tn.AS dengan istri dan anaknya saling mendukung dan saling
memperhatikan.
3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat. Pengetahuan tentang
pengaruh lingkungan dan perilaku terhadap kejadian suatu penyakit masih
kurang. Tingkat pendidikan pasien rendah. Hubungan dengan tetangga
berlangsung baik, pasien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.


















16


TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. Pembahasan
Family oriented medical education (FOME) dilakukan melalui
kegiatan kunjungan rumah (home visit) terhadap pasien Tn. AS (36 tahun)
dengan keluhan utama nyeri sendi dan otot. Setelah dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara holistik, didapatkan kesimpulan bahwa Tn. AS
menderita chikungunya. Chikungunya adalah suatu jenis penyakit menular
yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK) termasuk dalam genus
Alphavirus dari famili Togaviridae. Penyebaran virus Chikungunya bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
sebagai vektor potensial dalam penyebaran Chikungunya (Depkes, 2012)
Pada kasus Tn. AS (36 tahun), ditemukan gejala nyeri sendi dan otot
serta demam. Chikungunya adalah penyakit yang ditandai dengan nyeri pada
persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta
tulang belakang yang disertai demam dan dapat juga disertai ruam
(kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat
dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada
konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah
dan kadang-kadang disertai dengan gatal pada ruam (Suharto, 2007). Demam
Chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah
dengue, dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting
pada demam Chikungunya.
Pada kasus Tn. AS (36 tahun), perlu diperhatikan bahwa riwayat
paparan lingkungan memegang peranan penting dalam penegakan diagnosis
chikungunya. Tercatat tetangga pasien terserang penyakit serupa seminggu
sebelum keluhan muncul. Ditambah lagi, di daerah tempat tinggal pasien,
dalam satu dusun maupun berbeda dusun juga banyak yang terserang keluhan
17


serupa. Melihat pola persebaran tersebut, faktor lingkungan memegang
peranan penting dalam kejadian penyakit ini.
Menurut Hendrik L. Blum dalam Kusnoputranto (1986), derajat
kesehatan masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama
yaitu: faktor lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan faktor lain, yaitu
sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya
dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang
paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan
tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik dan lingkungan sosio
kultural (Depkes RI, 2001).
Kondisi faktor lingkungan fisik seperti adanya perubahan iklim,
pencahayaan yang kurang, kelembaban yang tinggi, kondisi lingkungan
disekitar rumah yang buruk menyebabkan perkembangbiakan vektor semakin
meningkat, salah satunya adalah penyakit demam Chikungunya. Penyakit ini
tidak menimbulkan kematian tetapi apabila mewabah dapat menimbulkan
kerugian karena akan menurunkan produktivitas individu (Anies, 2006).
Demam Chikungunya termasuk Self Limiting Disease atau penyakit
yang sembuh dengan sendirinya, sampai saat ini belum ada obat ataupun
vaksinnya, pengobatan hanya bersifat simtomatis dan suportif. Seperti, obat
penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan paracetamol, sebaiknya
dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotika tidak diperlukan
pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah
infeksi sekunder tidak bermanfaat. Untuk memperbaiki keadaan umum
penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan
terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi
buah-buahan segar atau minum jus buah segar (Depkes RI, 2012).
Kunjungan rumah yang telah dilakukan merupakan salah satu program
dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Melalui kegiatan ini,
diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan
18


dengan pasien dan keluarganya, sehingga diagnosis dan penatalaksanaan
pasien dapat dilakukan secara holistik dan komprehensif.
B. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah
sebagai berikut:
1. Promotif :
Memberikan edukasi mengenai cara hidup bersih dan sehat. Mulai
dari diri sendiri, keluarga, hingga lingkungan rumah serta
masyarakat sekitar.
Memberikan edukasi kepada pasien untuk segera mendatangi
pelayanan kesehatan ketika mendapati kejadian serupa dikemudian
hari, agar mendapatkan pertolongan lebih lanjut dan tidak
terlambat.
Melakukan pelaporan apabila didapatkan kasus serupa disekitar
lingungan pasien.
Melakukan perbaikan gizi dengan makan makanan yang bergizi
lengkap dan seimbang.
2. Preventif :
Pemberantasan jentik nyamuk melalui program PSN, yaitu 4M
plus, yang terdiri dari : menguras, mengubur, menutup, memantau
(jangan menggantungkan banyak baju, memelihara ikan, mencegah
gigitan nyamuk, abatisasi).
Melakukan perbaikan tata ruang rumah, berserta ventilasi dan
pencahayaan rumah sehingga dengan ventilasi dan pencahayaan
yang cukup akan menjadikan tidak mudah terserang penyakit dan
sirkulasi udara menjadi lebih lancar.
Penggunaan kelambu pada waktu tidur.
Melakukan fogging (pengasapan) sesuai dengan hasil penyelidikan
epidemiologi dan kesepakatan antara warga, petugas puskesmas,
dan dinas kesehatan setempat
19


Pemeriksaan jentik berkala (PJB)
Pemantauan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat
penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk A.
aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk yang dilakukan di
rumah dan di tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap
3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular
penyakit demam Chikungunya.
3. Kuratif:
Chikungunya pada dasarnya bersifat self limiting disease artinya
penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Hingga saat ini,
belum ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya, oleh
karenanya pengobatan ditujukan untuk mengatasi gejala yang
mengganggu (simtomatis). Obat-obatan yang dapat digunakan
adalah obat antipiretik, analgetik. Aspirin dan steroid harus
dihindari. Terapi lain disesuaikan dengan gejala yang dirasakan
Dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat
terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Memperbanyak
konsumsi buah-buahan segar, sebaiknya minum jus buah segar.
Vitamin peningkat daya tahan tubuh dapat bermanfaat untuk
menghadapi penyakit ini. Selain vitamin, makanan yang
mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga
meningkatkan daya tahan tubuh. Disarankan juga minum banyak
air putih untuk menghilangkan gejala demam.
4. Rehabilitatif:
Dianjurkan istirahat untuk mengurangi keluhan akut. Exercise
berat dapat mengkambuhkan gejala sendi. Istirahat cukup bisa
membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang.
Imobilisasi disarankan tidak boleh dilakukan terlalu lama
Memberikan edukasi untuk melakukan kontrol rutin ke pihak
pelayanan kesehatan terkait perkembangan penyakit pasca
pengobatan
20


TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. M
Alamat Lengkap : Macanan RT 03/RW 05, Kebakkramat
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 5. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan
Pasien
Klinik
Ket
1. Tn. M KK L 39 th STM - Ya
Penderita
DM & Ulkus
Diabetikum
2. Ny. A Istri P 37 th SMP - Tidak -
3. An. D Anak L 17 th SMP Swasta Tidak -
4. An. R Anak L 9 th
Belum
selesai SD
Pelajar Tidak -
5. An. F Anak L 1,5 th
Belum
sekolah
- Tidak -

Sumber : Data Primer, April 2014

Kesimpulan :
Di dalam keluarga Tn. M yang berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas
nama Tn.M usia 39 tahun yang merupakan penderita penyakit Diebetes Mellitus
Tipe 2 yang sudah berkomplikasi ke Ulkus Diabetikum.







21


TAHAP II
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Pendidikan terakhir : STM
Agama : Islam
Alamat : Macanan RT 03/RW 05, Kebakkramat
Tanggal periksa : 8, 11, 14 April 2014
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Luka yang tidak kunjung sembuh pada jari kaki kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan berupa polidipsi, poliuri, dan polifagi awalnya muncul
kurang lebih sejak 6 tahun yang lalu. Pasien juga mengeluh berat badan
menurun drastis sebanyak 28 kg walaupun pasien melakukan aktivitas
seperti biasa dan tidak melakukan diet secara khusus. Akhirnya pasien
memeriksakan diri ke puskesmas dan didapatkan GDS pertama kali 317
mg/dl. Setelah itu pasien rutin kontrol ke puskesmas satu minggu sekali
dan rutin meminum obat metformin dan glibenclamide sampai saat ini.
Sekitar 3 tahun yang lalu pasien sempat mondok di RSUD
Karanganyar saat komplikasi ulkus pertama kali muncul di daerah siku
kiri. Pasien mondok selama 14 hari dan sepulang dari rumah sakit pasien
rutin membersihkan lukanya di puskesmas setiap hari. Saat ini luka di siku
kiri sudah sembuh dan mengering.
Lalu, sekitar 8 bulan yang lalu, ulkus kedua muncul di daerah jari
kaki kiri pasien. Telunjuk jari kaki kirinya sudah terlanjur membusuk.
Pasien mondok di RSUD Karanganyar untuk kedua kalinya untuk
22


amputasi jari telunjuk kaki kiri. Setelah pulang dari mondok hingga saat
ini, pasien rutin membersihkan luka dan mengganti perban setiap hari ke
puskesmas Kebakkramat I karena lukanya masih bernanah dan jaringan
kulitnya belum terbentuk sempurna.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit gula : (+) sejak 6 tahun yang lalu
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat stroke : disangkal
- Riw ayat hipertensi : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat mondok : (+) mondok di RSUD Karanganyar
sekitar 3 tahun yang lalu saat muncul ulkus di siku kirinya, dan 8 bulan
yang lalu saat amputasi jari telunjuk kaki kirinya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit gula : (+) dari bapak pasien, juga kakak
pertama dan kakak ketiga pasien.
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
- Merokok : (+) satu hari satu bungkus terutama saat masih
bekerja sebagai satpam pabrik. Pasien mengaku
sudah berhenti merokok sejak 3 tahun yang lalu.
- Konsumsi alkohol : disangkal
- Konsumsi kopi & suplemen : (+) terutama saat masih bekerja. Saat
tidak pernah mengkonsumsi kopi dan
suplemen lagi ini sudah.
- Pasien tidak pernah berolahraga
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Saat ini penghasilan keluarga Tn.M bergantung pada anak pertama
yang masih bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu. Total
23


penghasilan sekitar Rp 1.000.000,00 perbulan untuk mencukupi kebutuhan
5 anggota keluarga.
Pasien dan semua anggota keluarga menjalin hubungan baik
dengan masyarakat sekitar.
7. Riwayat Gizi
Penderita makan 3 kali sehari, makan setengah porsi nasi dengan
lauk pauk tempe, tahu, kadang telur, sering mengkonsumsi sayur-sayuran,
dan jarang mengkonsumsi buah-buahan.
C. Anamnesis Sistem
1. Sistem saraf pusat : nyeri kepala (-)
2. Sistem Indera
- Mata : berkunang-kunang (-), pandangan dobel (-),
penglihatan kabur (-), pandangan berputar (-)
- Hidung : mimisan (-), pilek (-)
- Telinga : pendengaran berkurang (-),telinga berdenging(-),
keluar cairan (-), darah (-), nyeri (-)
3. Mulut : sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-),
gigi tanggal (-), gigi goyang (-), bicara pelo (-)
4. Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-)
5. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), mengi
(-), tidur mendengkur (-)
6. Sistem kardiovaskuler : sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),
berdebar-debar (-)
7. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), perut
sebah (-), kembung (-), nafsu makan berkurang
(-), BAB dalam batas normal
8. Sistem muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku (-)
9. Sistem genitourinaria : mengompol (-), sulit mengontrol kencing (-),
nyeri BAK (-), BAK pasir (-)
10. Ekstremitas atas : luka (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa dingin
(-/-), kesemutan (-/-), bengkak (-/-), nyeri (-/-)
24


11. Ekstremitas bawah : luka (-/+), nyeri (-/+), tremor (-/-), ujung jari
terasa dingin (-/-), kesemutan (-/-)
12. Sistem neuropsikiatri : kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi tidak
stabil (-)
13. Sistem Integumentum : kulit sawo matang, pucat (-), kering (-), peteki
(-).
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 08 April 2014
1. Tanda Vital
Tensi : 120/80mmHg
Nadi : 88 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Denyut jantung : 88 x/menit, irama reguler
Frekuensi nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,8C per aksiler
2. Status Gizi
BB : 68 kg
TB : 169 cm
IMT : 23,8 kg/m
Status gizi normoweight
3. Kulit
Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), petechie (-), ikterik
(-)
4. Kepala
Mesocephal, rambut warna hitam, uban (-), mudah rontok (-), luka (-)
5. Wajah
Simetris, eritema (-)
6. Mata
Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek
cahaya (+/+) normal, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
7. Telinga
25


Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri
tekan tragus (-), gangguan pendengaran (-).
8. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),
fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)
9. Mulut
Sianosis (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-),
stomatitis (-), pucat (-), lidah tifoid (-), luka pada sudut bibir (-).
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-)
11. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-).
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra, IC cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 88x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
bising (-), gallop (-)
Pulmo :
Inspeksi : normochest, simetris kanan-kiri, retraksi (-),
Palpasi : pengembangan paru simetris, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor//sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (normal), suara tambahan wheezing
(-), ronki basah kasar (-), ronki basah halus (-), krepitasi(-)
12. Punggung
kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi : dinding perut setinggi dinding dada, distended (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
26


Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
14. Ekstremitas:
akral dingin luka oedem

E. Pemeriksaan Penunjang
Hasil GDS per 14 april 2014 : 425 mg/dl
F. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pasien mendapatkan penatalaksanaan dari dokter puskesmas berupa
Metformin 2x500mg, glibenclamide 1x5mg, dan vit B plex 1x1
Non medikamentosa
Edukasi pada pasien mengenai preventif, promotif, kuratif, dan rehablitatif
penyakit yang diderita pasien, khusunya tentang pengaturan makan dan
medikasi luka kaki pasien setiap hari di puskesmas.

G. Flow Sheet Follow Up
Nama : Tn. M
Diagnosis : Diabetes Mellitus Tipe 2 dan ulkus diabetikum
Tabel 6. Flowsheet pasien Tn.M
Tanggal Subjektif Objektif Rencana Terapi Tindak
lanjut
08/04/2014 Kaki bekas
amputasi
bernanah dan
bau
Tensi:120/80
Nadi : 88x
RR : 18x
Suhu : 36,7
o
C

- Medikamentosa :
Melanjutkan terapi
metformin 2x500mg,
glibenclamide 1x5mg,
vitamin B plex 1x1

- Non medikamentosa :
- Preventif & Promotif :
- Edukasi mengenai penyakit
diabetes mellitus dan cara
mengantisipasi kegawatan yang
mungkin terjadi
Target :
- Pasien tidak
jatuh dalam
status
hipoglikemi
- luka
membaik
dalam
perawatan
- anjuran
pengaturan
diet makanan
- -
- -
- -
+ -
- -
- -
27


- Anjuran untuk memperbaiki
gaya hidup, pola makan, dan
kebiasaan olahraga

- Kuratif dan Rehabilitatif :
- Edukasi cara perawatan luka
dirumah
- Support pasien untuk
melakukan kegiatan seperti
sedia kala sebelum sakit
dijalankan
-pasien mau
berolahraga,
menjalankan
kegiatan
sehari-hari
seperti sedia
kala

Planning :
kunjungan
kedua setelah
3 hari
11/04/2014 Pasien merasa
lukanya sudah
agak membaik,
masih bernanah
namun sudah
tidak begitu
bau, setiap hari
dimedikasi
Tensi: 110/70
Nadi: 80x
RR : 16x
Suhu : 36,8
o
C
- Medikamentosa :
Melanjutkan terapi
metformin 2x500mg,
glibenclamide 1x5mg,
vitamin B plex 1x1

- Non medikamentosa :
- Preventif & Promotif :
- Mengajarkan cara pengaturan
diet
- Membuat jadwal latihan yang
harus dilakukan pasien
- Kuratif dan Rehabilitatif :
- Mengatur jadwal minum obat
dan medikasi
- Edukasi untuk menambah
asupan protein untuk
membantu penyembuhan luka

Target :
- luka
membaik
dalam
perawatan
- pasien
merasa lebih
sehat, lebih
berharga,
bahagia, dan
dapat
menjalankan
fungsi dirinya
dengan baik

Planning :
kunjungan
ketiga
14/04/2014 Penyembuhan
luka sudah
semakin baik
lagi, sudah ada
pembentukan
jaringan baru,
luka sudah
tidak begitu
dalam, masih
Tensi:110/80
Nadi : 80x
RR : 16x
Suhu : 36,5
o
C

- Medikamentosa :
Melanjutkan terapi
metformin 2x500mg,
glibenclamide 1x5mg,
vitamin B plex 1x1

- Non medikamentosa :
- Preventif & Promotif :
- edukasi pasien untuk dapat
melaksanakan fungsi dirinya
dengan baik
- Kuratif dan Rehabilitatif :
- Edukasi untuk terus
melanjutkan medikasinya
Target :
-Luka dapat
sembuh
optimal
-Tidak
menambah
komplikasi

28


bernanah tetapi
sudah tidak
berbau,
medikasi setiap
hari masih terus
dilakukan.
hingga luka benar-benar
sembuh optimal
Sumber: Data Primer, April 2014
























29


TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga Tn. M adalah nuclear family yang terdiri atas 5 orang. Istri
dari Tn. M yaitu Ny. A yang berusia 37 tahun. Pasangan ini mempunyai
tiga anak, yaitu An.D (17 tahun), An.R (9 tahun), dan An.F (1,5 tahun).
Semuanya tinggal bersama serumah. Secara umum keluarga ini tampak
sehat, bahagia, saling menyayangi dan saling mendukung.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antaranggota keluarga terjalin cukup baik, akrab, luwes
dan tidak terjadi perselisihan, terbukti dengan komunikasi yang hidup
antar anggota keluarga. Mereka saling menyayangi dan saling mendukung
satu sama lain.
3. Fungsi Sosial
Keluarga ini cukup aktif berpartisipasi mengikuti kegiatan
kemasyarakatan seperti pertemuan PKK, arisan, pengajian, TPA dan acara
desa lainnya.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Saat ini baik Tn.M dan Ny.A sama-sama tidak bekerja. Tn.M sudah
berhenti bekerja dari 3 tahun yang lalu sejak muncul gangrene di siku
kirinya, sedangkan Ny.A sudah berhenti bekerja kurang lebih dari 1,5
tahun yang lalu sejak anak ketiga lahir dan tidak ada yang merawat.
Sehingga, penghasilan keluarga Tn.M bergantung pada anak pertama yang
saat ini masih bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu. Total
penghasilan sekitar Rp 1.000.000,00 perbulan untuk mencukupi kebutuhan
5 anggota keluarga.



30


5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusan penting keluarga dipegang oleh pasien sebagai kepala
keluarga. Cara menyelesaikan masalah dengan keluarga yaitu dengan
diskusi. Hubungan dengan masyarakat sekitarnya baik.

Kesimpulan :
Fungsi holistik dari keluarga Tn. M masih cukup baik dengan ditemukan
masalah pada fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhannya.

B. Fungsi Fisiologis
Tabel 7. APGAR score keluarga Tn.M
Kode APGAR Tn. M Ny. A An. D An. R
A
(Adaptation)
Saya puas bahwa saya dapat
kembali ke keluarga saya bila
saya mendapat masalah.
2 2 2 2
P
(Partnership)
Saya puas dengan cara
keluarga saya membahas dan
membagi masalah dengan
saya.
2 2 2 2
G
(Growth)
Saya puas dengan cara
keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang
baru.
2 2 2 2
A
(affection)
Saya puas dengan cara
keluarga saya
mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon
emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll.
2 2 2 2
R
(resolve)
Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama
2 2 2 2
Total (kontribusi) 10 10 10 10

Sumber: Data Primer, April 2014




31


Skoring :
Hampir selalu : 2 poin
Kadang kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
Kriteria nilai APGAR :
8 - 10 : baik
5- 7 : sedang
1-4 : buruk
Kesimpulan :
Rata-rata APGAR score keluarga Tn.M adalah 10 yang dapat
disimpulkan bahwa hubungan masing-masing aggota keluarga adalah baik.

C. Fungsi Patologis
Tabel 8. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn. M
Sumber Patologi Ket.
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan masyarakat
-
Cultural
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik. Keluarga
ini menggunakan budaya jawa, termasuk dalam bahasa
sehari-hari.
-
Religion
Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama,
ketaatan ibadah cukup baik
-
Economic
Total penghasilan keluarga masih kurang untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari
+
Education
Pendidikan Tn. M dan Ny. A tergolong rendah, yaitu
pendidikan terakhir STMdan SMP
+
Medical
Pengetahuan mengenai pentingnya perilaku hidup sehat dan
peran lingkungan dalam terjadinya penyakit kurang.
Kesadaran berobat jika terjadi penyakit cukup baik. Pasien
dan keluarga memilih berobat di puskesmas jika sakit.
-

Kesimpulan :
Hasil penilaian pada fungsi patologis keluarga Tn. M didapatkan masalah
dalam aspek ekonomi dan pendidikan.






32


D. Genogram





Tn. M Ny. A



Gambar 4. Genogram Keluarga Tn. M
Keterangan :





Kesimpulan:
Ditemukan penyakit tidak menular Diabetes Mellitus tipe 2 dan Ulkus
Diabetikum pada Tn. M.

E. Pola Interaksi Keluarga








Gambar 5. Pola interaksi anggota keluarga Tn.M


= Laki-Laki
= Perempuan
= Penderita DM
= Meninggal

An.D An. R An. F
= tinggal satu rumah
Tn. M
An. F
An. R
An. D
Ny. A
33


Keterangan:
Tn.M : Kepala keluarga/ Pasien An.R : Anak pasien
Ny.A : Istri An.F : Anak pasien
An.D : Anak pasien
Kesimpulan:
Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan baik dan harmonis.

F. Faktor Perilaku dan Non Prilaku
a. Faktor Perilaku
- Pengetahuan : Pengetahuan mengenai kesehatan masih kurang
- Sikap dan tindakan : Pasien masih suka bersepeda dan tidak
ditemukan jentik nyamuk pada bak mandi.
b. Faktor Non Perilaku
i. Lingkungan
Kebersihan lingkungan rumah masih kurang terjaga dengan baik, tetapi
pencahayaan ruangan dan ventilasi sudah cukup memadai.
ii. Pelayanan kesehatan :
Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sebenarnya
sudah cukup baik, tetapi letak puskesmas masih cukup jauh dari rumah
pasien. Keluarga pasien sebelumnya menggunakan asuransi kesehatan
jamkesmas. Namun saat ini baru Tn.M yang terdaftar sebagai peserta
BPJS.
iii. Keturunan
Bapak pasien, serta kakak perempuan yang pertama dan ketiga juga
mempunyai riwayat DM.
Kesimpulan:
Keluarga Tn.M kurang menyadari perilaku sehat.
G. Identifikasi Lingkungan Rumah
a. Lingkungan Indoor
Rumah keluarga Tn. M memiliki luas 9 x 7 m
2
. Rumah sudah
berdinding tembok. Lantai rumah sebagian sudah plester, sebagian lain
34


masih berupa lantai tanah. Ventilasi udara dan pencahayaan rumah baik.
Keluarga ini sudah mempunyai kamar mandi dan WC permanen dengan
septiktang di bagian belakang rumah berjarak 9 meter dari sumber air.
Sumber air menggunakan sumur dan pompa.














Gambar 3. Denah rumah keluarga Tn.M
Keterangan :
1 = Halaman depan rumah pasien
2 = Teras rumah
3 = Gudang sound
4 = Ruang tamu dan ruang keluarga
5 = Kamar tidur pertama
6 = Kamar tidur kedua
7 = Dapur
8 = Kamar mandi
9 = Halaman belakang
10 = Sumur
11 = Septiktang



10 9
7 8
5
4
6
3 2
1
11
35


b. Lingkungan Outdoor
Batas sebelah kiri dan kanan tidak menempel dengan rumah
tetangga. Selokan rumah tangga yang terletak di depan rumah masih
kurang terawat. Lingkungan rumah sudah memiliki tanaman yang cukup.
Rumah memiliki tempat pembuangan sampah di kebun belakang, cara
pemusnahan sampah dengan dibakar.
Kesimpulan:
Lingkungan rumah Tn. M sudah cukup baik dengan sedikit kekurangan pada
indoor dan outdoor.





















36


TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK

1. Diagnosis Biologis
Tn.M usia 39 tahun dengan Diabetes Mellitus tipe 2 dan Ulkus
Diabetikum.
2. Diagnosis Psikologis
Hubungan Tn.M dengan istri dan anaknya saling mendukung dan saling
memperhatikan.
3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
Kondisi lingkungan dan rumah yang masih kurang sehat, dengan
pengetahuan tentang lingkungan dan perilaku sehat sudah cukup baik. Tingkat
pendidikan pasien rendah. Hubungan dengan tetangga berlangsung baik,
pasien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.















37


TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. Pembahasan
Family oriented medical education (FOME) dilakukan melalui
kegiatan kunjungan rumah (home visit) terhadap pasien Tn. M (39 tahun)
dengan keluhan utama luka yang tidak kunjung sembuh pada jari kaki kiri.
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara holistik,
didapatkan kesimpulan bahwa Tn. M menderita Diabates Mellitus tipe 2 yang
sudah berkomplikasi ke Ulkus Diabetikum.
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan salah satu jenis penyakit tidak
menular yang ditandai dengan hiperglikemi akibat berkurangnya sensitivitas
sel terhadap insulin atau kegagalan relatif sel dalam menghasilkan insulin.
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes,
karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin
dengan baik. Umumnya penderita DM tipe 2 mengalami perubahan fisiologi
yang secara drastis. DM tipe 2 sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas
dan pada mereka yang berat badannya berlebihan sehingga tubuhnya tidak
peka terhadap insulin (Arifin, 2009).
Seseorang yang menderita DM tipe 2 biasanya mengalami
peningkatan frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar (polifagi), rasa haus
(polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit. Gejala-gejala
tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja.
DM tipe 2 bisa menimbulkan komplikasi ke berbagai organ tubuh.
Selain katarak pada usia dini, glaukoma, kebutaan akibat retinopati, DM juga
bisa menyebabkan serangan jantung koroner, gagal ginjal akibat nefropati,
serangan stroke, juga munculnya gangrene pada tungkai dan kaki.
Pada kasus Tn.M (39 tahun), ditemukan gejala trias DM berupa
polidipsi, polifagi dan poliuri sejak 6 tahun yang lalu, serta ditemukan
penurunan berat badan yang drastis sebanyak 28 kg walaupun pasien
38


beraktivitas seperti biasa dan tidak melakukan diet secara khusus. Saat
pemeriksaan GDS pertama kali didapatkan hasil 317 mg/dl dan pada tanggal
14 April 2014 didapatkan GDS 425 mg/dl.
Pada kasus ini, perlu diperhatikan bahwa faktor risiko berupa obesitas
dan riwayat DM pada keluarga juga sedikit banyak berpengaruh pada
munculnya penyakit diabetes pada pasien, ditambah kebiasaan merokok dan
tidak suka berolahraga yang pasien akui.
Sejak 3 tahun yang lalu, komplikasi pertama mulai muncul berupa
ulkus pada siku kiri pasien. Luka tersebut mulai mengering dan sembuh
sempurna satu tahun kemudian. Lalu komplikasi kedua muncul sekitar 8
bulan yang lalu berupa ulkus di jari kaki kiri pasien yang menyebabkan jari
telunjuk kaki harus diamputasi. Luka bekas amputasi meluas dan masih
mengeluarkan nanah sampai saat ini sehingga mangharuskan pasien setiap
hari ke puskesmas untuk memedikasi lukanya.
Ulkus diabetik sendiri merupakan komplikasi kronik dari diabetes
mellitus sebagai penyebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan
penderita diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk
terjadinya ulkus diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada
dinding pembuluh darah (Hastusi, 2008).
Kunjungan rumah yang telah dilakukan merupakan salah satu program
dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Melalui kegiatan ini,
diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan
dengan pasien dan keluarganya, sehingga diagnosis dan penatalaksanaan
pasien dapat dilakukan secara holistik dan komprehensif.
B. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah
sebagai berikut:
1. Promotif & preventif:
Memberikan edukasi mengenai pengontrolan berat badan. Pada
seseorang yang mempunyai risiko diabetes dan mempunyai berat
39


badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk
menurunkan risiko terkena DM tipe 2 atau intoleransi glukosa.
Memberikan edukasi tentang pengaturan diet sehat. Jumlah asupan
kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Karbohidrat
kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan
seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang
tinggi setelah makan. Makanan mengandung sedikit lemak jenuh
dan tinggi serat larut.
Memberikan edukasi mengenai latihan jasmani. Latihan jasmani
teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan
atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
aerobik, minimal 30 menit setiap latihan, dan 3-4x
aktivitas/minggu.
Memberikan edukasi untuk menghentikan kebiasaan merokok.
Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan
kardiovaskular. Meskipun merokok tidak berkaitan langsung
dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat
memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa
dan DM tipe 2.
Memberikan edukasi untuk rutin mengecek tekanan darah, kadar
gula, dan kadar kolesterol minimal satu bulan sekali guna
mengontrol faktor-faktor risiko diabetes mellitus.
Memberikan edukasi tentang kegawatan dan komplikasi-
komplikasi yang mungkin terjadi, baik akut maupun kronis,
tentang cara pencegahannya serta cara penanganan awalnya.
3. Kuratif:
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang memerlukan
pengobatan seumur hidup. Pengobatan farmakologis sebaiknya
diberikan bersama pengaturan makan dan latihan jasmani. Obat-
obatan yang digunakan adalah obat hipoglikemik oral yang pada
40


kasus ini Tn.M menggunakan metformin dan glibenclamide.
Pasien diedukasi untuk tetap rutin kontrol ke puskesmas dan
meneruskan pengobatannya. Terapi obat-obatan lain disesuaikan
dengan gejala yang dirasakan.
Pasien dianjurkan untuk tetap rutin membersihkan luka dan
mengganti perban kakinya setiap hari ke tenaga kesehatan terdekat
atau ke puskesmas. Pasien diminta untuk menjaga kebersihan
kakinya dan menjaga kakinya tetap kering. Mengkonsumsi
makanan tinggi protein juga dianjurkan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka.
4. Rehabilitatif
Memberikan dukungan dan nasehat yang positif, serta libatkan
keluarga dalam proses pengobatan pasien.
Menganjurkan pasien untuk tetap menjalankan aktivitas seperti
biasa secara bertahap, dan dianjurkan untuk tetap mengikuti
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya guna
menghindari munculnya perasaan depresi dan rendah diri.














41


DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2004. Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: Gramedia.
Arifin, Augusta. 2009. Panduan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 Terkini.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Depkes, 2001. Tata Laksana Chikungunya di Indonesia, Jakarta: Direktorat
Jenderal PPM & PLP.
Depkes, 2012. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya Edisi 2. Jakarta:
Direktorat Jenderal PPM & PLP.
Hastuti, Rini. 2008. Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita
Diabetes Mellitus. Semarang: Universitas Diponegoro.
Lynda H, David P. 2004. Perawatan Ulkus Diabetik. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Suharto. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Cetakan
I. Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai